bab ii tinjauan pustaka 2.1 bank landasan hukum sistem

24
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem perbankan di Indonesia salah satunya adalah Undang- Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (1998:9) yang memberikan definisi sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Siamat (2004) bank merupakan suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank. Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya seluruh aktivitas yang dilakukan oleh bank selalu berkaitan dengan masalah keuangan.

Upload: dothien

Post on 20-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

Landasan hukum sistem perbankan di Indonesia salah satunya adalah Undang-

Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (1998:9) yang

memberikan definisi sebagai berikut:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak”.

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Siamat (2004) bank merupakan suatu organisasi yang

menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan

fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh

keuntungan bagi pemilik bank.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya seluruh aktivitas yang

dilakukan oleh bank selalu berkaitan dengan masalah keuangan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

12

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank

Fungsi bank yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam

menghimpun dana, bank menyediakan beberapa layanan jasa diantaranya:

penerimaaan tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan tujuan bank menurutUndang-

Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 yaitu menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.1.3 Peranan Bank

Bank memiliki peranan sebagai berikut:

1. Sebagai badan usaha/ perusahaan

Artinya dalam menjalankan operasinya bank harus memberikan

keuntungan jangka panjang, sehingga di samping mempunyai kegiatan

operasionalnya bank sanggup memberikan dividen bagi para pemegang

saham.

2. Sebagai sumber dana dan pembiayaan

Salah satu usaha bank adalah menghimpun dana masyarakat berupa

tabungan, giro, dan deposito di dalam negeri. Dana yang terkumpul,

perbankan dapat membiayao proyek-proyek yang menguntungkan.

3. Sebagai penilaian kebijakan moneter

Bank dapat menyebabkan jumlah uang yang beredar bertambah atau

berkurang.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

13

2.1.4 Jenis-Jenis Bank

Di Indonesia terdapat beberapa jenis perbankan yang ditinjau dari berbagai

segi antara lain:

1. Ditinjau dari Segi Fungsinya

a. Bank Sentral

Jenis bank ini tidak bersifat komersial seperti halnya bank umum dan

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bahkan di setiap negara bank sentral

selalu ada.Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia.

Tujuan bank sentral diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.

23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Bab III Pasal 7 adalah:

“Untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.Mata

uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak

yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil

sangatlah luas seperti salah satunya adalah terjadinya inflasi

yang sangat memberatkan masyarakat luas”.

Tugas Bank Indonesia menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia adalah:

1.) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2.) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3.) Mengatur dan mengawasi bank

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

14

b. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Sifat jasa

yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa

perbankan yang ada.Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat

dilakukan di seluruh wilayah.Bank umum sering disebut juga dengan

Bank Komersil (Commercial Bank).

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran

dana saja, dan tidak menerima simpanan giro. BPR hanya dibatasi dalam

wilayah-wilayah tertentu saja.Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak

diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing.

2. Ditinjau dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya, maksudnya adalah siapa

saja yang memiliki bank tersebut. Dalam hal ini maka jenis bank juka dilihat

dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

15

a. Bank milik pemerintah

Bank milik pemerintah yaitu akte pendirian maupun modalnya dimiliki

oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan yang diperoleh oleh bank

ini adalah milik pemerintah pula.

b. Bank milik swasta nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta

nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula

dengan pembagian keuntungannya.

c. Bank milik asing

Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta

asing maupun pemerintah asing suatu negara tertentu.

d. Bank milik campuran

Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing

dan pihak swasta nasional, di mana kepemilikan sahamnya secara

mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

3. Ditinjau dari Segi Status

a. Bank Devisa

Bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat

melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan

mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri,

inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukuan dan pembayaran

Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

16

b. Bank Non Devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai

izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa di mana

persyaratan untuk itu ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jadi bank non

devisa merupakan kebalikan dari bank devisa, di mana transaksi yang

dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.

4. Ditinjau dari Segi Cara Menentukan Harga

a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para

nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan

dua metode yaitu:

1. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk

simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian

pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga

ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan

harga seperti ini dikenal dengan istilah spread based.

2. Untuk jasa-jasa bank lainnya dengan menggunakan atau

menetapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau

persentase tertentu seperti biaya administrasi, iuran dan biaya-

biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya seperti ini dikenal

dengan istilah fee based.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

17

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah menetapkan aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal

untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan

lainnya. Penentuan harga atau pencarian keuntungan bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah adalah dengan cara:

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharakah)

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah)

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa

pilihan (ijarah)

5. Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank atau dari pihak lain (ijarah waiqqtina).

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya juga sesuai dengan

syariah Islam.

2.2 Perkreditan

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, yang berarti

kepercayaan (truth).Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Maksudnya

adalah seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa

kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

18

penerima kredit (debitur) memperoleh kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban

untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

2.3.1 Pengertian Kredit

Pengertian kredit yang menjadi dasar perkreditan di Indonesia tercantum

dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tentang Perbankan Tahun 1998,

sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untukmelunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga”.

Menurut Muljono (2007), menyatakan bahwa:

“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran yang akan

dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.

Dari pengertian kredit di atas, dapat dikatakan bahwa:

1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan.

2. Adanya kesepakatan antara kreditur dan debitur.

3. Adanya suatu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman

dan bunga yang harus dibayar pada saat jatuh tempo.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

19

2.3.2 Fungsi Kredit

Fungsi kredit dalam kehidupan sosial ekonomi (perekonomian, perdagangan,

dan keuangan) dalam garis besarnya sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang.

a. Para pemilik uang/ modal dapat secara langsung

meminjamkan uang kepada para pengusaha yang

memerlukan, untuk meningkatkan produksi atau

meningkatkan usahanya.

b. Para pemilik uang/ modal dapat menyimpan uangnya pada

lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai

pinjaman kepada pengusaha-pengusaha untuk

mengembangkan usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan

pembayaran baru seperti cek, giro, dan wesel. Sehingga apabila

pembayaran dilakukan dengan cek, giro, dan wesel maka akan dapat

meningkatkan peredaran uang giral. Di samping itu kredit perbankan

yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang

kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang.

Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan

baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi

meningkat. Di samping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

20

barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli

barang-barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Uang

yang digunakan dalam pembelian tersebut berasal dari kredit.Hal ini

juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat

suatu barang.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu, kebijakan diarahkan

pada usaha antara lain:

a. Pengendalian inflasi

b. Peningkatan ekspor

c. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

Untuk menekankan laju inflasi, pemerintah melaksanakan kebijakan

uang ketat (tight money policy) melalui pemberian kredit yang selektif

dan terarah, untuk melindungi usaha-usaha yang bersifat

nonspekulatif.Arus kredit diarahkan pada sektor-sektoryang produktif

dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif.Tujuannya adalah untuk

meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri serta

ekspor ke luar negeri.

5. Kredit dapat meningkatkan antusias berusaha

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usahanya

tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang

permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat

mengatasi kekurangmampuannya para pengusaha di bidang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

21

permodalan, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan

usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas

usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan

pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga untuk melaksanakan

proyek-proyek tersebut. Dengan tertampungnya tenaga-tenaga kerja

tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional

Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat

memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara

langsungmaupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di

dalam negeri. Begitu juga negara-negara yang telah maju yang

mempunyai cadangan devisa dan tabungan yang cukup dapat

memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk kredit kepada negara-

negara yang sedang berkembang.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Dalam setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta

kewaspadaan agar kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam kredit benar-

benar terwujud, sehingga kredit yang diberikan sesuai dengan sasaran dan

terjaminnya pemberian kredit tersebut tepat waktu sesuai perjanjian.

Penghasilan bunga dari kredit-kredit yang diberikan merupakan sumber utama

dari pendapatan bank, sehingga untuk terjaminnya kelancaran pembalian pokok,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

22

maka sudah sewajarnya apabila pemberian kredit tersebut memerlukan perhitungan-

perhitungan yang teliti dan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian kredit.

Prinsip-prinsip pemberian kredit terdiri dari prinsip 5C, prinsip 5P dan prinsip

3R. Antara prinsip 5C dengan prinsip 7P hampir tidak ada perbedaan, karena prinsip

7P berlandaskan pada prinsip 5C, dan untuk prinsip yang lebih umum digunakan

adalah prinsip 5C.

Menurut Munawir (2010) adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C adalah

sebagai berikut:

1. Character

Dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, yaitu

adanya keyakinan dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai moral,

watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga

mempunyai rasa tanggung jawab yang baik dalam kehidupan pribadi

sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam

menjalankan kegiatan usahanya.

2. Capacity

Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai

kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang

akan atau sedang dilakukannya. Jadi penilaian capacity dilakukan untuk

menilai sampai sejauh mana hasil yang diperoleh calon debitur dalam

mengelola perusahaannya untuk melunasi utang-utangnya pada waktu

yang telah ditetapkan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

23

3. Capital

Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon

debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi

sebagai penyedia dana, namun demikian halnya dalam kaitan bisnis murni,

semakin kaya seseorang ia semakin dipercaya untuk memperoleh kredit.

Dan secara rasional hal ini tentu tidaklah mengherankan, sebab seorang

calon debitur yang telah menanamkan dananya dalam proporsi yang besar

dibandingkan dengan kredit yang diperolehnya dari bank, akan terlihat

melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan.

4. Collateral

Collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkakn oleh

peminjam/ debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya.Manfaat

collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan

kredit tersebut gagal atau dikarenakan sebab-sebab lain di mana debitur

tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal.

5. Condition of Economy

Condition of Economy yaitu suatu situasi dan kondisi politik, ekonomi,

sosial, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian

pada suatu saat maupun untuk jangka waktu tertentu yang

kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari

perusahaan yang memperoleh kredit.

Penilaian dengan prinsip 7P menurut Kasmir (2002) diuraikan sebagai

berikut:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

24

1. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah laku

sehari-harinya maupun masa lalunya.Personality juga mencakup sikap,

emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu

masalah.

2. Party

Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya,

sehingga nsabah dapat digolongkan ke dalam suatu golongan tertentu dan

akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.Tujuan pengambilan kredit

dapat bermacam-macam, sebagai contoh apakah modal kerja atau

investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.

4. Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai

prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas

kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang akan

rugi tetapi juga nasabah.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

25

5. Payment

Payment yaitu ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengambilan kredit.

Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi dari sektor

lainnya.

6. Profitability

Profitability yaitu untuk menganalisis bagaimana perusahaan

mendapatkan laba.Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan

tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit

yang diperoleh.

7. Protection

Tujuannyaprotection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan

mendapatkan perlindungan.Perlindungan dapat berupa jaminan barang

atau orang atau jaminan asuransi.

Sedangkan penilaian dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut:

1. Return

Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur dengan

kreditnya, apakah hasil tersebut dapat menutup pengembalian

pinjamannya dan perusahaan bisa terus berkembang atau sebaliknya.

2. Repayment

Bank harus menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali

pinjamannya pada saat-saat kredit harus dicicil atau dilunasi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

26

3. Risk Bearing Ability

Bank harus menilai sampai sejauh mana perusahaan mampu menanggung

risiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

2.3.4 Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh suatu

calon debitur sejak permohonan kredit diajukan oleh nasabah sampai disetujui oleh

bank, kemudian kredit tersebut digunakan oleh nasabah, dan pada akhirnya dilunasi

oleh nasabah.

Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu

kredit, diterima atau ditolak.Dalam menentukan kelayakan suatu kredit, maka dalam

setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam.

Tahapan-tahapan dalam proses pemberian kredit bank menurut Firdaus

(2003:91), yaitu:

1. Persiapan kredit (credit preparation)

2. Analisis atau penilaian kredit (credit analysis/ credit appraisal)

3. Keputusan kredit (credit decision)

4. Pelaksanaan dan administrasi kredit (credit realization and credit

administration)

5. Supervisi kredit dan pembinaan debitur (credit supervision and

follow up)

Sedangkan menurut Kasmir (2006), langkah-langkah permohonan kredit

sebagai berikut:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

27

1. Pengajuan proposal

Dibuat secara tertulis dan dilengkapi dokumen-dokumen yang

dipersyaratkan. Isi proposal antara lain: riwayat perusahaan, tujuan

pengambilan kredit, besarnya kredit dan jangka waktunya, cara pemohon

mengembalikan kredit, jaminan kredit.

Proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang dipersyaratkan seperti:

Akte Pendirian Perusahaan, Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon

kredit, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), NPWP, Laporan Posisi Keuangan

dan Laporan Laba Rugi 3 tahun terakhir, fotocopy sertifikat yang

dijadikan jaminan, daftar penghasilan bagi perseroan, dan kartu keluarga

bagi perseorangan.

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah

lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.Dalam

penyelidikan berkas hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan

kebernaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada.

3. Penilaian Kelayakan Kredit

Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan

prinsip 7C dan 7P namun kredit yang lebih besar jumlahnya perlu

dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Studi kelayakan

meliputi: aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

28

aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi sosial, dan aspek

keamanan.

4. Wawancara Pertama

Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas

tersebut sesuai dan lengkap seperti yang diinginkan pihak bank dan juga

untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

5. Peninjauan ke Lokasi

Hasil dari peninjauan lokasi dicocokkan dengan hasil wawancara

pertama.Hendaknya peninjauan dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah

sehingga kondisi laporan keuangan sesuai dengan yang sebenarnya.

6. Wawancara Kedua

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-

kekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan di lapangan.

7. Keputusan Kredit

Setelah melalui berbagai penilaian maka langkah selanjutnya adalah

keputusan kredit. Keputusan kredit mencakup: perjanjian kredit yang akan

ditandatangani, jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, dan biaya

yang harus dibayar.

8. Penandatanganan Perjanjian Kredit

Sebelum kredit dicairkan maka calon nasabah terlebih dahulu

menandatangani perjanjian kredit, kemudian mengikat jaminan kredit

dengan hipotik atau surat perjanjuan yang dianggap perlu.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

29

9. Realisasi Kredit

Dilakukan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan

membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Jadi

dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang telah dibuka.

2.4 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian khusus

dari manajemen, khususnya dalam mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

Pengertian efektivitas dikemukakan oleh Badudu dan Zain (1994:371) adalah

sebagai berikut:

“Efektivitas mempunyai efek/ pengaruh/ akibat; memberikan hasil yang

memuaskan; memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya; berhasil

guna; keefektifan; sifat atau keadaan efektif”.

Sedangkan menurut Anthony dan Welsch (1995:544), pengertian efektivitas

adalah:

“Effectiveness is the relationship between the output as responsibility center

and the goals of the organization”.

Dari kedua definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa efektivitas adalah

suatu ukuran pencapaian sasaran atau tujuan dari perusahaan yang maksimal dari

input yang tersedia.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

30

2.4.1 Efektivitas Pemberian Kredit

Pihak bank memberikan kredit dengan maksud dan tujuan tertentu yang

dikehendakinya. Pemberian kredit ini dikatakan efektif apabila menimbulkan akibat

atau maksud serta tujuan yang dikehendaki oleh pihak bank, yaitu kredit diberikan

sesuai dengan prinsip dan prosedur yang telah ditetapkan, kredit diberikan pada

debitur aman, pemanfaatan kredit digunakan sesuai dengan tujuan semula, dan yang

paling penting adalah kredit tersebut dikembalikan tepat pada waktunya. Selain sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh pihak bank, pemberian kredit ini juga harus

menguntungkan para debitur yang diberi kredit. Apabila hal-hal tersebut belum dapat

dipenuhi oleh pihak bank, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk

meningkatkan efektivitas pemberian kredit.

2.5 Kerangka Pemikiran

Bank adalah salah satu lembaga yang aktivitas usahanya bergerak dalam

bidang keuangan.Salah satu fungsi bank adalah untuk menyalurkan kredit bagi para

nasabahnya.Bagi suatu bank, kredit merupakan salah satu sumber penghasilan utama,

yaitu pendapatan bunga, tetapi kredit juga sekaligus menjadi risiko terbesar bagi

pihak bank. Sebagian besar dana operasional bank diputarkan dalam kredit

nasabahnya. Bila kredit nasabah ini berhasil, maka usaha bank ini berhasil.

Sebaliknya, apabila kredit ini bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan besar

(Bank Indonesia, 1998).

Kasmir (2009) menyimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,

yaitu:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

31

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

2. Menyalurkan dana pada masyarakat dalam bentuk kredit

3. Memberikan jasa bank lainnya, antara lain: transfer, inkaso, L/C, valas,

credit card, serta jasa lainnya.

Dana yang dihimpun dari masyarakat disalurkan kembali ke masyarakat

melalui kegiatan perkreditan. Dengan fasilitas kreditnya, bank dapat memberikan

dana bagi pengusaha dalam melaksanakan usahanya. Banyak proyek-proyek yang

dapat membantu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi terlaksana dengan bantuan

dana yang diperoleh dari kegiatan perkreditan (Bank Indonesia, 1998).

Keputusan pemberian kredit tergantung pada fungsi pokok yang berbeda-

beda.Fungsi pokok dari bank sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar

pendiriannya.Bank-bank yang ada, pada umumnya memiliki tujuan dalampemberian

kredit. Menurut Sinungan (2000:211) tujuan tersebut akan meliputi fungsi-fungsi

pokok, yaitu:

1. Profitability, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan dari bunga pinjaman.

2. Safety, yaitu keamanan fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin

sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang

berarti.

Untuk menentukan apakah permohonan kredit dapat diterima atau tidak,

menurut lembaga pengembangan perbankan Indonesia dikenal adanya lima faktor

yang harus diperhatikan yang lebih dikenal dengan analisis 5C, yaitu: character,

capacity, capital, collateral, condition of economy. Apabila calon debitur memiliki

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

32

character yang baik dan capacity yang tinggi, maka semakin tinggi pula bagi pihak

bank dalam memutuskan pemberian kredit.Kemudian semakin baik capital calon

debitur dalam arti semakin tinggi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan

yang dikelolanya, maka semakin tinggi pula pihak bank dalam memberikan kredit.

Kemudia, semakin terjaminnya jaminan dari calon debitur (collateral) maka risiko

tak tertagihnya hutang menjadi rendah sehingga pihak bank kemungkinan besar akan

mengabulkan permintaan kreditnya. Terakhir, apabila semakin baik kondisi ekonomi

(condition of economy) calon debitur, maka kemungkinan tak tertagihnya utang akan

kecil sehingga pihak bank akan mengabulkan permintaan kreditnya (Wulandari,

2012). Bagi bank, debitur yang memenuhi semua prinsip 5C adalah nasabah yang

layak untuk mendapatkan kredit. Maka, dengan penilaian prinsip 5C pihak bank

semakin memperoleh kepastian bahwa kredit tersebut benar-benar tepat guna dan

sasaran (Papalangi, 2013).Sehingga, kredit tersebut tidak menjadi kredit yang

bermasalah atau kredit macet (Saraswati, 2012).Karena salah satu yang dihindari oleh

pihak eksternal adalah timbulnya bad debt (Fahmi, 2011:2).

Menurut Hadiwijaya (2000:72), dalam pelaksanaannya, analisis kredit belum

tentu meneliti semua aspek tersebut dalam menganalisis permohonan kredit, karena

semuanya tergantung pada seberapa besar risiko yang akan ditanggung atau dihadapi

oleh bank. Aspek keuangan merupakan aspek yang paling penting.

Munawir (2004:2) berpendapat bahwa laporan keuangan adalah hasil dari

proses akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi

mengenai keadaan keuangan dan operasional dari suatu pihak tertentu. Oleh karena

itu setiap pemberian kredit harus selalu menyerahkan laporan keuangan terakhirnya

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

33

kepada bank.Hal ini digunakan oleh bank untuk melihat kondisi keuangan

permohonan tersebut.

Atas dasar laporan keuangan perusahaan, bank menilai keadaan finansial

perusahaan serta mempertimbangkan aspek-aspek lainnya yang berhubungandengan

perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang akan dibiayai, dapat

diketahui berapa besar kebutuhan dana dalam pembiayaan perusahaan dan

kemampuan berkembangnya usaha calon debitur di masa-masa yang akan datang

termasuk kemampuan debitur dalam membayar kreditnya kelak kepada bank.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas pemberian kredit

terutama didasarkan atas kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian aspek

keuangan dalam hal ini dianalisis oleh template analisa kredit usaha.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Template Analisa KreditUsaha

(X1)

Penilaian Prinsip 5C(X2)

Efektivitas PemberianKredit Mikro

(Y)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Landasan hukum sistem

34

2.5.1 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis

sebegai berikut:

H0: Secara simultan template analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) tidak mempunyai mempunyai pengaruhterhadap efektivitas pemberian kredit mikro (Y).

H1: Secara simultan template analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) mempunyai mempunyai pengaruh terhadapefektivitas pemberian kredit mikro (Y).

H0: Secara parsialtemplate analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) tidak mempunyai mempunyai pengaruhterhadap efektivitas pemberian kredit mikro (Y).

H1: Secara parsialtemplate analisa kredit usaha (X1) dan penilaianprinsip kredit (5C)(X2) mempunyai mempunyai pengaruh terhadapefektivitas pemberian kredit mikro (Y)