bab ii landasan teori · 2.1. bank 2.1.1 pengertian bank bank adalah sebuah lembaga intermediasi...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari
bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang.
Menurut Darmawi (2011:1) “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang salah satu
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah “Badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.”
Menurut Kasmir (2012:12) mengatakan bahwa “Lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”
7
Tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa bank lainnya.
Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari
dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,
tabungan, dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank
dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya.
Selanjutnya, pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana
yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam
bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau
pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.
Berikutnya adalah pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa pendukung
atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk
mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang
berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.
2.1.2. Fungsi Bank
Menurut Supriyono (2010:3), menyebutkan bahwa salah satu fungsi bank
adalah
Menyalurkan kredit baik kepada perorangan maupun badan usaha. Pemerintah
sangat mendorong, mendukung, dan membantu kepada sektor UKM (Usaha
Kecil Menengah atau istilah asing SME “Small Medium Enterprise”), agar
UKM menjadi penopang tatanan perekonomian Indonesia. Artinya
pemerintah menginginkan agar perekonomian Indonesia berkembang
terutama melalui sektor UKM. Jangan sampai hanya perusahaan korporat
yang lebih di perhatikan.
8
Menurut Latumaeriss (2013:4) menyebutkan bahwa “ada beberapa fungsi lain
dari bank umum selain fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi. Fungsi-
fungsi tersebut antara lain:”
1. Agent of Trust
Fungsi ini merupakan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh dunia
perbanakan dilakukan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertiannya bahwa
kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus didasari rasa
percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kreadibilitas dan eksistensi dari
masing-masing bank, karena tanpa rasa percaya masyarakat tidak akan menitipkan
dananya di bank yang bersangkutan. Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah
keamanan dana masyarakat yang ada disetiap bank. Sebaliknya bank dalam
kedudukannya sebagai kreditor yaitu pihak yang memberikan pinjaman kredit kepada
masyarakat atau pihak borrower, dalam menjalankan aktivitas kredit sebagai core
business-nya harus merasa yakin dan percaya terhadap calon penerima kredit atau
debitur.
2. Agent of Development
Fungsi ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang
kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi. Dalam
kegiatan ekonomi kita ketahui bahwa kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah.
3. Agent of Service
Industri perbankan adalah lembaga yang bergerak dibidang jasa keuangan
maupun jasa non-keuangan. Sebagai bank disamping memberikan pelayanan jasa
9
keuangan sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu dilakukan, maka bank juga
turut serta dalam memberikan jasa pelayanan yang lain.
2.1.3. Produk-Produk Bank
Menurut Kasmir (2008:125) menyebutkan bahwa “Kelengkapan jenis produk
yang ditawarkan sangat tergantung dari kemampuan bnk dan jenis bank itu sendiri,
misalnya bank umum lebih lengkap dari pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau
bank devisa lebih lengkap daripada bank nondevisa. Semakin lengkap produk yang
ditawarkan akan semakin baik, sehingga untuk memperoleh produk bank nasabah
cukup menandatangi satu bank saja.”
Produk bank tersebut meliputi:
1. Menghimpun dana (funding) dalam bentuk:
a. Rekenong giro
b. Rekening tabungan
c. Rekening deposito
2. Menyalurkan dana (lending) dalam bentuk:
a. Kredit investasi
b. Kredit modal kerja
c. Kredit perdagangan
d. Kredit konsumtif
e. Kredit produktif
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti:
a. Transfer (kiriman uang)
10
b. Inkaso (collection)
c. Kliring (clearing)
d. Safe deposit box
e. Bank card
f. Bank notes (valas)
g. Bank garansi
h. Refrensi bank
i. Bank draf
j. Letter of credit (L/C)
k. Cek Wisata (travellers cheque)
l. Jual beli surat-surat berharga
m. Jasa-jasa lainnya
4. Menerima setoran-setoran antara lain:
a. Pembayaran pajak
b. Pembayaran telepon
c. Pembayaran air
d. Pembayaran listrik
e. Pembayaran uang kuliah
5. Melayani pembayaran-pembayaran seperti:
a. Gaji/pensiun/honorarium
b. Pembayaran deviden
c. Pembayaran bonus/hadiah
6. Berperan dalam pasar modal seperti menjadi:
11
a. Penjamin emisi (underwriter)
b. Penanggung (guarantor)
c. Wali amanat (trustee)
d. Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
e. Pedagang efek (dealer)
f. Perusahaan pengelola dana (investment company)
Karena produk bank merupakan jasa, maka faktor kepercayaan merupakan
senjata utama dalam menarik, mempengaruhi, dan mempertahankan nasabahnya.
2.2. Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut.
Menurut Kasmir (2011:7) menyebutkan bahwa,“Laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu.”
Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi perusahaan saat ini
adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk
laporan laba rugi). Biasanya laporan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau
enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan
lebih luas dilakukan satu tahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan
12
keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan
keuangan tersebut.
Sedangkan menurut Heri (2012:3) mengemukakan bahwa “Laporan keuangan
pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan”.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun
perkembangan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu pihak internal seperti
manajemen perusahaan dan karyawan, dan yang ke dua adalah pihak eksternal seperti
pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang menggambarkan kondisi keuangan
suatu perusahaan yang meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan posisi
keuangan.
2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan
yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditunjukan
kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan
terhadap perusahaan disamping pihak manajemen perusahaan.
Menurut Kasmir (2011:10) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan
keuanagan yaitu:
13
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Memberikan informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan
keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus di mengerti dan
dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan
melakukan analisa keuangan memelalui berbagi rasio keuangan yang lazim
dilakukan.
Menurut Fahmi (2012:5), “Tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu
perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter.”
14
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia tahun
1994) dalam Fahmi (2012:6) bahwa “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.”
2.2.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-
masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan
perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Namun, dalam
praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan keuangan
yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, terutama untuk kepentingan diri
sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
Menurut Kasmir (2011:28) menyebutkan bahwa, “dalam praktiknya, secara
umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:
1. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan yang dimaksudkan adalah
posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu
perusahaan.
15
2. Laporan Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan
laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang
diperoleh.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan
modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan. Laporan
perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. Artinya laporan
ini baru dibuat bila memang ada perubahan modal.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap kas.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakasn laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukam penjelasan
tertentu. Artinya terkadang ada komponen ata nilai dalam laporan keuangan yang
perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas.
16
2.2.4. Analisa Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi
pihak pemilik dan manajemen, tujuan analisa laporan keuangan adalah agar dapat
mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi
keuangan, setelah dilakukan analisa laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat
apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau
tidak.
Analisa laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan
menggunakan metode teknik analisa yang tepat sehingga hasil yang diharapkan
benar-benar tepat pula. Kesalahan memasukan angka atau rumus akan berakibat pada
tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian, hasil perhitungan tersebut,
dianalisa dan diinterprestasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang
sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur.
2.3. Rasio Keuangan
2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2011:297) menyebutkan bahwa,“Rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Misalnya antara
Utang dan Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan
Total Penjualan, dan sebagainya. Teknik ini sangat lazim digunakan para analisis
17
keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi
keuangan perusahaan.”
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita
dapat menilai secara cepat antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio
lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
2.3.2. Jenis-Jenis Rasio
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio
keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari
rasio yang diukur diinterprestasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan
keputusan.
Menurut J. Fred Weston dalam buku Kasmir (2011:106), bentuk-bentuk rasio
keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Laverage Ratio)
3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
5. Rasio Pertumbuhan (growth Ratio)
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
19
Kemudian, menurut James C Van Horne dalam buku Kasmir (2011:106),
jenis-jenis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)
2. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
2.4. Rasio Profitabilitas
2.4.1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Hermanto dan Agung (2012:102) “Rasio profitabilitas adalah rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonomi
didalam pertumbuhan ekonomi dan industri”
Menurut Kasmir (2013:327) “Rasio Profitabilitas juga sering disebut dengan
rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.”
2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah
19
1. Gross Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengetahui presentasi laba dari kegiatan usaha
murni dari bank yang bersangkutan setelah dikurangi biaya-biaya. Rumus untuk
mencari Gross Profit Margin sebagai berikut:
����� ����� ���� =������ � � ���� − ������ � ���� ��
������ � � ����× 100%
2. Net Profit Margin
Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya. Rumus untuk mencari Net
Profit Margin sebagai berikut:
�� ����� ���� =�� � ����
������ � � ����× 100%
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara
laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukan tingkat
presentase yang dapat dihasilkan
Rumus untuk mencari return on equity, adalah sebagai berikut:
���� � ���� =!�"� ���#�ℎ ��%�&
�'�# � �× 100%
4. Return On Assets (ROA)
Return on Assets adalah rasio profitabilitas yang menunjukan
perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan total assets bank, rasio ini
20
menunjukan tingkat efiesiensi pengelolaan assets yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan.
Rumus:
���� � (���� = !�"� ��"�#�� ��%�&
��� − ��� )��# (���� � 100%