bab ii tinjauan pustaka 2.1 artikulasi laporan keuangan
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Artikulasi Laporan Keuangan
Makna kata artikulasi dalam penggunaan ilmu akuntansi sebagaimana
disampaikan oleh Suwardjono (2013, h. 220) sebagai berikut:
“artikulasi merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca.”
Artikulasi laporan keuangan terjadi mengingat laporan keuangan disusun dari
elemen-elemen laporan keuangan yang merepesentasikan persamaan akuntansi.
Suwardjono (2013, h. 220) menyatakan sistem akuntansi diorganisasi atas dasar
persamaan akuntansi yang merupakan hubungan fungsional buku besar yang
dinyatakan sebagai berikut:
Aset (A) = Kewajiban (K) + Ekuitas (E) + Pendapatan (P) – Biaya (B)
Artikulasi laporan keuangan dalam konteks persamaan akuntansi digambarkan
oleh Suwardjono (2013, h. 221) seperti dalam gambar berikut:
II-1
II-2
(Suwardjono, 2013 h.220)
Gambar II.1
Artikulasi Statemen Keuangan
Dari gambar 2.1 dapat diketahui bahwa artikulasi akan terjadi pada jumlah akhir
ekuitas pada laporan perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah ekuitas pada
neraca akhir. Sedangkan jumlah ekuitas akhir dalam laporan perubahan ekuitas
diperoleh dari ekuitas pada neraca awal ditambah laba/rugi dalam laporan laba-
rugi dan transaksi modal bersih dalam laporan transaksi modal bersih.
Weygandt, Kimmel dan Kieso (2013) menyatakan hubungan antar laporan
keuangan tidak menggunakan kata artikulasi melainkan menggunakan kata saling
berhubungan (interrelationship of statement). Dalam organisasi privat, perusahaan
menyiapkan empat jenis laporan keuangan yaitu laporan laba-rugi (income
statement), laporan laba ditahan (retained earnings statement), laporan posisi
keuangan/neraca (statement of financial position/balance sheet), dan laporan
aliran kas (statement of cash flows). Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2013)
mengatakan beberapa contoh hubungan laporan keuangan dari Perusahaan Sierra
yang pada laporan laba ruginya mendapatkan laba bersih sebesar $2,860, laba
II-3
bersih ini sebagaima penambah untuk saldo ekuitas awal di laporan perubahan
ekuitas.
Mereka menjelaskan bahwa laporan laba rugi dengan laporan perubahan
ekuitas saling berhubungan, karena laba/rugi yang ada di laporan laba/rugi
dibutuhkan dalam membuat laporan perubahan ekuitas.
Kemudian, neraca dan laporan perubahan ekuitas saling berhubungan
juga; saldo ekuitas akhir pada laporan perubahan ekuitas perusahaan Sierra
sebesar $2,360 akan menjadi saldo ekuitas di neraca.
Selanjutnya, laporan perubahan ekuitas berhubungan dengan neraca, karena ekuitas akhir yang ada di laporan perubahan ekuitas akan menjadi saldo ekuitas di neraca.
Laporan arus kas dengan neraca pun saling berhubungan. Saldo akhir kas pada laporan arus kas akan sama dengan saldo kas yang ada di neraca. Terakhir, saldo kas akhir yang ada di laoran arus kas akan mendukung saldo kas yang ada di neraca. Sehingga, laporan arus kas dengan neraca saling berhubungan atau saling berartikulasi.
II-4
reretaind earnings, october 1 -$ add: Net income 2.860,00$
2.860,00$ less: Dividends (500,00)$ Retained earnings, october 31 2.360,00$
For the Month Ended October 31, 2007
SIERRA CORPORATIONRetined Earnings Statement
cash 15.200,00$ A/R 200,00$ adversting supplies 1.000,00$ prepaid isurance 550,00$ office eqiopment 4.960,00$ total asset 21.910,00$
liabilitiesnotes payable 5.000,00$ A/P 2.500,00$ interest payable 50,00$ unearned revenue 800,00$ salaries payable 1.200,00$ total 9.550,00$
stockholders'equitycommon stock 10.000,00$ retained earnings 2.360,00$ total 12.360,00$
total 21.910,00$
SIERRA CORPORATIONBALANCE SHEET
october 31, 2007Assets
Liabilities and Stockholders' Equity
O
II-5
(weygant, dkk. 2013)
Gambar II.2
Hubungan AntarJenis laporan Keuangan
cash 15.200,00$ A/R 200,00$ adversting supplies 1.000,00$ prepaid isurance 550,00$ office eqiopment 4.960,00$ total asset 21.910,00$
liabilitiesnotes payable 5.000,00$ A/P 2.500,00$ interest payable 50,00$ unearned revenue 800,00$ salaries payable 1.200,00$ total 9.550,00$
stockholders'equitycommon stock 10.000,00$ retained earnings 2.360,00$ total 12.360,00$
total 21.910,00$
SIERRA CORPORATIONBALANCE SHEET
october 31, 2007Assets
Liabilities and Stockholders' Equity
cash flows from operating activitiescash receipts 11.200,00$ cash payment (5.500,00)$ net 5.700,00$
cash flows from investing activitiespurchased office equipment (5.000,00)$ net 5.000,00$
cash flows from financing activitiesissuance of common stock 10.000,00$ issued not pyable 5.000,00$ payment dividend (500,00)$ net 14.500,00$
net increase in cash 15.200,00$ cash at beginning of period -$ cash at end of period 15.200,00$
SIERRA CORPORATIONStatement of cash Flows
For the Month Ended October 31, 2007C
O
II-6
2.2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) berasal dari kata laporan
keuangan dan pemerintah daerah. Laporan keuangan merupakan produk dari suatu
proses akuntansi. Penjelasan tersebut dapat diketahui dari Ritonga (2010, h. 3)
dalam mendefinisikan akuntansi yaitu:
Akuntansi adalah proses identifikasi, mencatat (jurnal), menggolongkan (posting ), dan meringkas transaksi-transaksi ekonomi/keuangan yang dilakukan oleh suatu entitas, serta melaporkan hasil-hasilnya di dalam suatu laporan keuangan yang disebut laporan keuangan.
Halim dan Kusufi (2012, h. 37) menyatakan bahwa kata entitas dapat diartikan
sebagai satuan organisasi. Contoh satuan organisasi adalah organisasi
perusahaan dan organisasi pemerintahan. Organisasi pemerintahan di Indonesia
terdiri atas pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi:
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
Sehingga kata entitas dapat berupa pemerintahan daerah yang terdiri atas
pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota.
Jika digabungkan penjelasan antara laporan keuangan dan pemerintah
daerah, maka dapat dimengerti bahwa LKPD adalah laporan keuangan yang
dihasilkan dari suatu proses akuntansi yang dilakukan oleh suatu entitas
pemprov/pemkab/pemkot di Indonesia. Sehubungan dengan penerapan dua
basis akuntansi yang berbeda pada penyusunan dan penyajian LKPD di
Indonesia, berbasis akrual (sesuai PP No. 71 Tahun 2010) yaitu:
II-7
Tabel II.1
Komponen LKPD Berdasarkan Basis Akuntansi yang Diterapkan
Ritonga dan Suhartono (2012 h. 24) menyebutkan bahwa laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah sesuai Kerangka Konseptual Paragraf 60
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu:
Tabel II.2 Kategori Laporan Keuangan Pemerintah Sesuai PP 71 Tahun 2010
Penjelasan mengenai LKPD banyak disebutkan dalam dokumen peraturan
perundang-undangan di Indonesia sebagai berikut:
1. Penjelasan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
pada bagian I. Umum angka 9. Pertanggungjawaban Pengelolaan
Keuangan Negara, diketahui LKPD sebagai berikut:
LKPD merupakan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) berupa laporan keuangan yang
II-8
setidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA), neraca, laporan
arus kas (LAK) dan catatan atas laporan keuangan (CaLK) yang disusun
sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), dan
disampaikan kepada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
2. Penjelasan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pada bagian I. Umum angka 5. Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran, diketahui LKPD sebagai
berikut:
a. Laporan keuangan pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah daerah)
dihasilkan dari proses akuntansi,
b. LKPD disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
pemerintahan, yang terdiri atas LRA, Neraca, LAK disertai dengan
CaLK,
c. LKPD sebagai pertanggungjawaban entitas pelaporan,
d. LKPD disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir,
e. LKPD diaudit oleh pemeriksa ekstern yang independen dan profesional
sebelum disampaikan kepada DPRD.
3. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 100 menyatakan:
Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) menyusun LKPD terdiri atas
LRA, Neraca, LAK dan CaLK. LKPD disusun dan disajikan sesuai SAP dan
disampaikan kepada kepala daerah dalam rangka memenuhi pelaksanaan
APBD.
4. Peraturan Pemerintah no. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 5, Pasal 11 dan Pasal 13 menyatakan:
a. LKPD setidaknya terdiri atas LRA, Neraca, LAK dan CaLK,
II-9
b. PPKD menyusun LKPD untuk disampaikan kepada
gubernur/bupati/walikota untuk memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
c. LKPD disusun berdasarakan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah.
d. Gubernur/bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan
penyesuaian terhadap LKPD berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas
LKPD seta koreksi lain berdasarkan SAP.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 169 dan Pasal 240
menyebutkan:
a. LKPD terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK
b. Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun LKPD.
2.3 Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan akuntansi pemerintah berbasis akrual, akan selalu menunjukkan
artikulasi laporan keuangan dalam setiap komponen laporan keuangannya.
Gambar berikut menunjukkan artikulasi laporan keuangan Pemerintah berbasis
akrual di Indonesia (Rusmana, 2013). Artikulasi ini menyatukan, laporan
anggaran dan laporan akuntansi dalam satu laporan keuangan pemerintah.
II-10
(Rusmana, 2013 )
Gambar II.3
Artikuasi Laporan Keuangan Pemerintah
Artikulasi LKPD bisa disebut hubungan atau kesesuaian atau pertemuan
antarlaporan keuangan. Ritonga (2010) menggunakan kata keterkaitan pos-pos
antarlaporan keuangan untuk mengatakan bahwa antarlaporan keuangan memiliki
keterkaitan (berartikulasi). Ratmono dan Sholihin (2015) menggunakan kata
hubungan untuk menjelaskan adanya hubungan antar jenis laporan keuangan.
Mahmudi (2007 h. 53) menyebutkan:
“Pada akhir periode akuntansi, akan terdapat pertemuan antara laporan rekening riil, yaitu neraca dengan Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan rekening nominal. Rekonsiliasi antara
II-11
laporan neraca dengan Laporan Realisasi Anggaran terkait dengan perhitungan suplus/defisit dan SiLPA/SiKPA dari Laporan Realisasi Anggaran ke dalam ekuitas dana di neraca.”
Sehingga artikulasi laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) bisa diartikan
sebagai kondisi saling berhubungan atau keterkaitan antar komponen dalam suatu
LKPD maupun antarpos-pos/unsur dalam suatu komponen LKPD.
2.3.1 Komponen-Komponen LKPD
Penyusunan dan penyajian LKPD mengacu pada SAP. Sampai dengan saat ini
pemerintah telah menerbitkan SAP sebanyak dua kali. Pertama ialah SAP sesuai
dengan PP No. 24 tahun 2005 atau yang lebih dikenal dengan SAP berbasis kas
menuju akrual dan SAP menurut PP No. 71 Tahun 2010 atau yang dikenal dengan
SAP berbasis akrual. Penjelasan setiap komponen laporan keuangan berikut
mengacu pada lampiran I.01 PP No. 71 Tahun 2010 Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan.
1. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan (KK Par. 61).
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (KK Par. 63).
3. Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu (KK Par. 64).
4. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan (KK Par. 78).
5. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah
selama periode tertentu (KK Par. 80). Penerimaan kas adalah semua aliran
II-12
kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah, pengeluaran kas adalah
semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah (KK Par.
81).
6. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam LRA, neraca dan LAK. CaLK juga mencakup
informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas
pelaporan dan informasi lain yang dianjurkan untuk diuangkapkan di dalam
SAP serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar (KK Par. 75).
7. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (KK Par.
82).
8. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam LRA, LPSAL, Neraca, LO, LPE dan LAK.
9. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.
10. Komponen LKPD menurut PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun
2010 sebagai berikut:
Tabel II.3
Komponen LKPD
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010
Basis akuntansi yang digunakan adalah Basis akuntansi yang digunakan dalam
basis kas untuk pengakuan pendapatan, laporan keuangan pemerintah yaitu
belanja dan pembiayaan dalam LRA dan basis akrual. (PSAP No. 1 Par.5)
basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
(KK Par. 39)
II-13
Komponen laporan keuangan: Komponen laporan keuangan:
Laporan keuangan pokok (PSAP No. 01 Laporan keuangan pokok (PSAP No. 01
Par. 14): LRA, Neraca, LAK, CaLK, Par. 14): LRA, Laporan Perubahan Saldo
Laporan keuangan opsional (PSAP No.
Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan
Operasional, Neraca, Laporan
01 Par. 20): Laporan kinerja keuangan Perubahan Ekuitas (LPE), LAK, dan
dan Laporan perubahan ekuitas CaLK
LRA diperlukan dalam rangka LRA diperlukan dalam rangka
memenuhi kewajiban yang diatur dalam memenuhi kewajiban yang diatur dalam
peraturan perundangan peraturan perundangan
LP SAL disebutkan sebagai laporan LP SAL menyajikan informasi kenaikan
tersendiri atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
tahun Pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya (KK Par. 63)
LAK disajikan oleh unit yang LAK disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan (Par mempunyai fungsi perbendaharaan
15), arus masuk dan keluar kas umum (Par 15), arus masuk dan keluar
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas kas Diklasifikasikan berdasarkan
operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
pembiayaan, dan non anggaran dan transitoris
Laporan Kinerja Keuangan bersifat LO menyajikan ikhtisar sumber daya
opsional, laporan realisasi pendapatan ekonomi yang menambah ekuitas dan
dan belanja yang disusun berdasarkan Penggunaannya Yang dikelola oleh
basis akrual. Dalam laporan dimaksud, pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
perlu disajikan informasi mengenai Penyelenggaraan pemerintahan dalam
pendapatan operasional, belanja satu periode pelaporan ((KK Par. 78).
(PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)
II-14
2.3.2 Pos-pos/Unsur dalam LKPD
Pos-pos/unsur dalam satu komponen LKPD ialah bagia yang
membentuk suatu komponen LKPD, seperti dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 01 Paragraf 2 yang menyebutkan:
“Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas.”
Pos-pos/unsur dalam LKPD menurut PP No. 24 Tahun 2005 dan PP
No. 71 Tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel II.4
Pos-pos/Unsur Komponen LKPD
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 LRA berbasis kas (KK Par. 58) LRA berbasis kas (KK Par. 62) a. Pendapatan adalah penerimaan oleh a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan
Bendahara Umum Negara/ Bendahara oleh Bendahara Umum Negara/
Umum Daerah atau oleh entitas Bendahara Umum Daerah atau oleh
pemerintah lainnya yang menambah entitas pemerintah lainnya yang
ekuitas dana lancar dalam periode menambah Saldo Anggaran Lebih
tahun anggaran yang bersangkutan dalam periode tahun anggaran yang
yang menjadi hak pemerintah, dan bersangkutan yang menjadi hak tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah, dan tidak perlu dibayar
pemerintah. kembali oleh pemerintah. b. Belanja adalah semua pengeluaran b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh
oleh Bendahara Umum Bendahara Umum Negara/ Bendahara
Negara/Bendahara Umum Daerah Umum Daerah yang mengurangi Saldo
yang mengurangi ekuitas dana lancar Anggaran Lebih dalam periode tahun
dalam periode tahun anggaran anggaran bersangkutan yang tidak
bersangkutan yang tidak akan akan diperoleh pembayarannya diperoleh pembayarannya kembali oleh kembali oleh pemerintah pemerintah. c. Transfer adalah penerimaan atau
c. Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang oleh suatu entitas
pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pembiayaan adalah setiap
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan penerimaan/pengeluaran yang tidak
yang perlu dibayar kembali dan/atau berpengaruh pada kekayaan bersih
pengeluaran yang akan diterima entitas yang perlu dibayar kembali
kembali, baik pada tahun anggaran dan/atau akan diterima kembali, baik
bersangkutan maupun tahun-tahun pada tahun Anggaran bersangkutan
anggaran berikutnya, yang dalam maupun tahun-tahun anggaran
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 LRA berbasis kas (KK Par. 58) LRA berbasis kas (KK Par. 62) a. Pendapatan adalah penerimaan oleh a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan
Bendahara Umum Negara/ Bendahara oleh Bendahara Umum Negara/
Umum Daerah atau oleh entitas Bendahara Umum Daerah atau oleh
pemerintah lainnya yang menambah entitas pemerintah lainnya yang ekuitas dana lancar dalam periode menambah Saldo Anggaran Lebih
tahun anggaran yang bersangkutan dalam periode tahun anggaran yang
yang menjadi hak pemerintah, dan bersangkutan yang menjadi hak
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah, dan tidak perlu dibayar
pemerintah. kembali oleh pemerintah. b. Belanja adalah semua pengeluaran b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh
oleh Bendahara Umum Bendahara Umum Negara/ Bendahara
Negara/Bendahara Umum Daerah Umum Daerah yang mengurangi Saldo
yang mengurangi ekuitas dana lancar Anggaran Lebih dalam periode tahun
dalam periode tahun anggaran anggaran bersangkutan yang tidak
bersangkutan yang tidak akan akan diperoleh pembayarannya
diperoleh pembayarannya kembali oleh kembali oleh pemerintah pemerintah. c. Transfer adalah penerimaan atau
c. Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang oleh suatu entitas pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pembiayaan adalah setiap
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan penerimaan/pengeluaran yang tidak yang perlu dibayar kembali dan/atau berpengaruh pada kekayaan bersih
pengeluaran yang akan diterima entitas yang perlu dibayar kembali
kembali, baik pada tahun anggaran dan/atau akan diterima kembali, baik
bersangkutan maupun tahun-tahun pada tahun anggaran bersangkutan
anggaran berikutnya, yang dalam maupun tahun-tahun anggaran
penganggaran pemerintah terutama berikutnya, yang dalam penganggaran
dimaksudkan untuk menutup defisit pemerintah terutama dimaksudkan
atau memanfaatkan surplus anggaran. untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran. LPSAL, tidak dijelaskan. LPSAL meliputi unsur-unsur:
a. Saldo Anggaran Lebih awal b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
II-15
penganggaran pemerintah terutama berikutnya, yang dalam penganggaran
dimaksudkan untuk menutup defisit Pemerintah Terutama dimaksudkan
atau memanfaatkan surplus anggaran. untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran. LPSAL, tidak dijelaskan. LPSAL meliputi unsur-unsur:
a. Saldo Anggaran Lebih awal b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan (PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 Anggaran tahun berjalan d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya e. Lain-lain f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. Neraca berbasis akrual meliputi unsur- Neraca berbasis akrual meliputi unsur-
unsur (KK Par.60): unsur (KK Par.65) yang tidak berbeda a. Aset adalah sumber daya ekonomi dengan PP lama.
yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Selanjutnya masing-masing unsur diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam unsur yang lebih rinci.
LO, unsur-unsur LO tidak dijelaskan. LO berbasis akrual meliputi unsur-unsur
(KK Par. 79): a. Pendapatan-LO adalah hak
pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah
yang diakui sebagai pengurang nilai
II-16
kekayaan bersih. c. Transfer adalah hak penerimaan atau
kewajiban pengeluaran uang dari/oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada
entitas pelaporan lain, termasuk
dana perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan
luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau
transaksi yang bukan merupakan
operasi biasa tidak diharapkan sering
(PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)
2.4 Pemerintah Daerah
Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk
dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.
Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur Undang-Undang.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah
daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan
dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan
pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintahan pusat.
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah
penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
II-17
desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur,
Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
2.4.1 Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah
menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahAN.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
adalah :
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan
tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya.
2.4.2 Asas Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan
daerah, sangat bertalian erat dengan beberpa asas dalam pemerintahan suatu
negara, yakni sebagai berikut:
a. Asas sentralisasi
Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem pemerintahan di
mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.
b. Asas desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara
Kesatuan RepubliK Indonesia
c. Asas dekonsentrasi
II-18
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertical wilayah
tertentu.
d. Asas tugas pembantuan
Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera dan/atau
desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa;
serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk tugas tertentu.
Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat
ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan
sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek
tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak
pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak
berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan
pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara
lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan
desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat
dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan
dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.
Dengan demikian, menurut penulis desentralisasi merupakan asas yang
menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau
dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih
rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu. Untuk itu semua
prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan-urusan diserahkan
sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi
yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.
a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium
pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan
berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai
terwujudnya civil society.
II-19
b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit
pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan
masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam
pelayanan publik.
Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam
konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:
1) Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk
mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif melepaskan
ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk intervensi pemerintah, termasuk
didalamnya mengembangkan paradigma pembangunan yang berorientasi pada
ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk
kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;
2) Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu
ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;
3) Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi
perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri menjadi
sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada perasaan bahwa “orang pusat” lebih
hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan
diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi
penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni
Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi diharapkan terjadi distribusi
kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power)
dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan
ekonomis serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic
government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya
pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan
sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu memahami dan
menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan
karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan
II-20
pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan
masyarakat daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.
Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU
No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan
provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent. Distribusi fungsi
diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan
kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun
2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan
tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada
pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah
kabupaten atau kota.
Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang
tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat
pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan
kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur
tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi
pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana
wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok
serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut
terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada
hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004).
Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional.
Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat
(lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing,
dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.
Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya :
secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik
yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output
II-21
dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis,
desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi
nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,
memberikan/menyediakan layanan lebih baik, mengembangkan kebebasan,
persamaan dan kesejahteraan.
2.5 Organisasi Perangkat Daerah
Untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan serta program dan
kegiatan pemerintah, Kepada Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota
dibantu oleh perangkat daerah. Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) merupakan organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah
berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah.
Dasar utama penyusunan organisasi perangkat daerah dalam bentuk suatu
organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti setiap
penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri.
Pembentukan perangkat daerah semata-mata didasarkan pada pertimbangan
rasional untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangandaerah secara efektif dan efisien. Urusan wajib dan urusan pilihan
dapat dilihat disini.
Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur
organisasi pada Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD) saat ini
dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi serta kebutuhan obyektif dan
kondisi lingkungan strategis daerah. Kerangka regulasi yang
dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan
terhadap PeraturanPemerintah sebelumnya. Selain PP No. 41/2007, penataan
kelembagaan perangkat daerah juga memperhatikan peraturan perundang-
undangan yang memiliki relevansi dengan program penataan organisasi.
II-22
Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui
Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai berikut.
a. Perangkat Daerah Provinsi : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas dan Badan.
b. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota : Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan.
Pembentukan organisais perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan
diklasifikasikan berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja
yang sedang) dan Tipe C (beban kerja yang kecil). Penentuan beban kerja bagi
Dinas didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan
keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi,
proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan
Pemerintahan Pilihan. Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan
pada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan
cakupan tugas.
Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuikan dengan
perumpunan dan klasifikasi yang telah ditentukan. Perumpunan urusan yang
diwadahi dalam bentuk Dinas terdiri dari:
1. bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;
2. bidang kesehatan;
3. bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
4. bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
5. bidang kependudukan dan catatan sipil;
6. bidang kebudayaan dan pariwisata;
7. bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan
tata ruang;
8. bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah, industri dan perdagangan;
9. bidang pelayanan pertanahan;
II-23
10. bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,
kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
11. bidang pertambangan dan energi; dan
12. bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.
Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan
rumah sakit, terdiri dari:
1. bidang perencanaan pembangunan dan statistik;
2. bidang penelitian dan pengembangan;
3. bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;
4. bidang lingkungan hidup;
5. bidang ketahanan pangan;
6. bidang penanaman modal;
7. bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;
8. bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;
9. bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
10. bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;
11. bidang pengawasan; dan
12. bidang pelayanan kesehatan.
Dengan adanya Presiden dan Wakil Presiden yang baru dan
dengan Penetapan Numenklatur Kementerian baru maka Kementerian Dalam
Negeri akan melakukan pembahasan untuk melakukan perubahan pada PP Nomor
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah sehingga dimungkinkan
akan berubahnya pedoman dan perumpunan urusan.
Selain perangkat daerah diatas Gubernur/ Bupati/Walikota dapat
membentuk unit pelayanan terpadu untuk meningkatkan dan keterpaduan
pelayanan masyarakat di bidang perizinan yang bersifat lintas sektor. Unit
pelayanan terpadu tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur perangkat
daerah yang menyelenggarakan fungsi perizinan
II-24
2.6 Penelitiann Terdahulu
Tabel II.5
Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Mohamad Ahlal
Firdaus, 2016
Analisis Artikulasi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Se-Jawa dan Bali
Yang Beropini WTP
Sebanyak 54 LKPD berbasis kas menuju akrual dan
5 LKPD berbasis akrual mencapai tingkat artikulasi
LKPD kurang dari 100%,
2 Oman Rusmana,
2016
Model Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual:Suatu tujuan Teoritis
Terhadap Format Pelaporan Keuangan
Pemerintah di Indonesia
Laporan akuntansi pemerintah berbasis akrual akan
selalu menunjukan artikulasi laporan keuangan
dalam setiap komponen laporan keuangannya
3
Neni
Rahmawati,
Anwar Made
Doni,
Wirshandono Y,
2016
Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual di
Sekretariat DPRD Kabupaten Malang
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010
Adanya perbandingan dalam jumlah laporan
keuangan yang disajikan dan adanya penambahan
pos-pos dalam laporan keuangan berbasis akrual.
Penyajian laporan keuangan berbasis akrual di
Sekretariat DPRD Kabupaten Malang akan
dilaksanakan penuh pada tahun anggaran 2016
(Data Diolah)