bab ii tinjauan pustaka 2.1 artikulasi laporan keuangan

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan Makna kata artikulasi dalam penggunaan ilmu akuntansi sebagaimana disampaikan oleh Suwardjono (2013, h. 220) sebagai berikut: “artikulasi merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca.” Artikulasi laporan keuangan terjadi mengingat laporan keuangan disusun dari elemen-elemen laporan keuangan yang merepesentasikan persamaan akuntansi. Suwardjono (2013, h. 220) menyatakan sistem akuntansi diorganisasi atas dasar persamaan akuntansi yang merupakan hubungan fungsional buku besar yang dinyatakan sebagai berikut: Aset (A) = Kewajiban (K) + Ekuitas (E) + Pendapatan (P) – Biaya (B) Artikulasi laporan keuangan dalam konteks persamaan akuntansi digambarkan oleh Suwardjono (2013, h. 221) seperti dalam gambar berikut: II-1

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

Makna kata artikulasi dalam penggunaan ilmu akuntansi sebagaimana

disampaikan oleh Suwardjono (2013, h. 220) sebagai berikut:

“artikulasi merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca.”

Artikulasi laporan keuangan terjadi mengingat laporan keuangan disusun dari

elemen-elemen laporan keuangan yang merepesentasikan persamaan akuntansi.

Suwardjono (2013, h. 220) menyatakan sistem akuntansi diorganisasi atas dasar

persamaan akuntansi yang merupakan hubungan fungsional buku besar yang

dinyatakan sebagai berikut:

Aset (A) = Kewajiban (K) + Ekuitas (E) + Pendapatan (P) – Biaya (B)

Artikulasi laporan keuangan dalam konteks persamaan akuntansi digambarkan

oleh Suwardjono (2013, h. 221) seperti dalam gambar berikut:

II-1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-2

(Suwardjono, 2013 h.220)

Gambar II.1

Artikulasi Statemen Keuangan

Dari gambar 2.1 dapat diketahui bahwa artikulasi akan terjadi pada jumlah akhir

ekuitas pada laporan perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah ekuitas pada

neraca akhir. Sedangkan jumlah ekuitas akhir dalam laporan perubahan ekuitas

diperoleh dari ekuitas pada neraca awal ditambah laba/rugi dalam laporan laba-

rugi dan transaksi modal bersih dalam laporan transaksi modal bersih.

Weygandt, Kimmel dan Kieso (2013) menyatakan hubungan antar laporan

keuangan tidak menggunakan kata artikulasi melainkan menggunakan kata saling

berhubungan (interrelationship of statement). Dalam organisasi privat, perusahaan

menyiapkan empat jenis laporan keuangan yaitu laporan laba-rugi (income

statement), laporan laba ditahan (retained earnings statement), laporan posisi

keuangan/neraca (statement of financial position/balance sheet), dan laporan

aliran kas (statement of cash flows). Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2013)

mengatakan beberapa contoh hubungan laporan keuangan dari Perusahaan Sierra

yang pada laporan laba ruginya mendapatkan laba bersih sebesar $2,860, laba

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-3

bersih ini sebagaima penambah untuk saldo ekuitas awal di laporan perubahan

ekuitas.

Mereka menjelaskan bahwa laporan laba rugi dengan laporan perubahan

ekuitas saling berhubungan, karena laba/rugi yang ada di laporan laba/rugi

dibutuhkan dalam membuat laporan perubahan ekuitas.

Kemudian, neraca dan laporan perubahan ekuitas saling berhubungan

juga; saldo ekuitas akhir pada laporan perubahan ekuitas perusahaan Sierra

sebesar $2,360 akan menjadi saldo ekuitas di neraca.

Selanjutnya, laporan perubahan ekuitas berhubungan dengan neraca, karena ekuitas akhir yang ada di laporan perubahan ekuitas akan menjadi saldo ekuitas di neraca.

Laporan arus kas dengan neraca pun saling berhubungan. Saldo akhir kas pada laporan arus kas akan sama dengan saldo kas yang ada di neraca. Terakhir, saldo kas akhir yang ada di laoran arus kas akan mendukung saldo kas yang ada di neraca. Sehingga, laporan arus kas dengan neraca saling berhubungan atau saling berartikulasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-4

reretaind earnings, october 1 -$ add: Net income 2.860,00$

2.860,00$ less: Dividends (500,00)$ Retained earnings, october 31 2.360,00$

For the Month Ended October 31, 2007

SIERRA CORPORATIONRetined Earnings Statement

cash 15.200,00$ A/R 200,00$ adversting supplies 1.000,00$ prepaid isurance 550,00$ office eqiopment 4.960,00$ total asset 21.910,00$

liabilitiesnotes payable 5.000,00$ A/P 2.500,00$ interest payable 50,00$ unearned revenue 800,00$ salaries payable 1.200,00$ total 9.550,00$

stockholders'equitycommon stock 10.000,00$ retained earnings 2.360,00$ total 12.360,00$

total 21.910,00$

SIERRA CORPORATIONBALANCE SHEET

october 31, 2007Assets

Liabilities and Stockholders' Equity

O

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-5

(weygant, dkk. 2013)

Gambar II.2

Hubungan AntarJenis laporan Keuangan

cash 15.200,00$ A/R 200,00$ adversting supplies 1.000,00$ prepaid isurance 550,00$ office eqiopment 4.960,00$ total asset 21.910,00$

liabilitiesnotes payable 5.000,00$ A/P 2.500,00$ interest payable 50,00$ unearned revenue 800,00$ salaries payable 1.200,00$ total 9.550,00$

stockholders'equitycommon stock 10.000,00$ retained earnings 2.360,00$ total 12.360,00$

total 21.910,00$

SIERRA CORPORATIONBALANCE SHEET

october 31, 2007Assets

Liabilities and Stockholders' Equity

cash flows from operating activitiescash receipts 11.200,00$ cash payment (5.500,00)$ net 5.700,00$

cash flows from investing activitiespurchased office equipment (5.000,00)$ net 5.000,00$

cash flows from financing activitiesissuance of common stock 10.000,00$ issued not pyable 5.000,00$ payment dividend (500,00)$ net 14.500,00$

net increase in cash 15.200,00$ cash at beginning of period -$ cash at end of period 15.200,00$

SIERRA CORPORATIONStatement of cash Flows

For the Month Ended October 31, 2007C

O

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-6

2.2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) berasal dari kata laporan

keuangan dan pemerintah daerah. Laporan keuangan merupakan produk dari suatu

proses akuntansi. Penjelasan tersebut dapat diketahui dari Ritonga (2010, h. 3)

dalam mendefinisikan akuntansi yaitu:

Akuntansi adalah proses identifikasi, mencatat (jurnal), menggolongkan (posting ), dan meringkas transaksi-transaksi ekonomi/keuangan yang dilakukan oleh suatu entitas, serta melaporkan hasil-hasilnya di dalam suatu laporan keuangan yang disebut laporan keuangan.

Halim dan Kusufi (2012, h. 37) menyatakan bahwa kata entitas dapat diartikan

sebagai satuan organisasi. Contoh satuan organisasi adalah organisasi

perusahaan dan organisasi pemerintahan. Organisasi pemerintahan di Indonesia

terdiri atas pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi:

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Sehingga kata entitas dapat berupa pemerintahan daerah yang terdiri atas

pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota.

Jika digabungkan penjelasan antara laporan keuangan dan pemerintah

daerah, maka dapat dimengerti bahwa LKPD adalah laporan keuangan yang

dihasilkan dari suatu proses akuntansi yang dilakukan oleh suatu entitas

pemprov/pemkab/pemkot di Indonesia. Sehubungan dengan penerapan dua

basis akuntansi yang berbeda pada penyusunan dan penyajian LKPD di

Indonesia, berbasis akrual (sesuai PP No. 71 Tahun 2010) yaitu:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-7

Tabel II.1

Komponen LKPD Berdasarkan Basis Akuntansi yang Diterapkan

Ritonga dan Suhartono (2012 h. 24) menyebutkan bahwa laporan

keuangan pemerintah pusat/daerah sesuai Kerangka Konseptual Paragraf 60

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, dikelompokkan menjadi tiga kategori

yaitu:

Tabel II.2 Kategori Laporan Keuangan Pemerintah Sesuai PP 71 Tahun 2010

Penjelasan mengenai LKPD banyak disebutkan dalam dokumen peraturan

perundang-undangan di Indonesia sebagai berikut:

1. Penjelasan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

pada bagian I. Umum angka 9. Pertanggungjawaban Pengelolaan

Keuangan Negara, diketahui LKPD sebagai berikut:

LKPD merupakan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) berupa laporan keuangan yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-8

setidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran (LRA), neraca, laporan

arus kas (LAK) dan catatan atas laporan keuangan (CaLK) yang disusun

sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, yang telah diperiksa oleh

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), dan

disampaikan kepada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) selambat-

lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang

bersangkutan.

2. Penjelasan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara pada bagian I. Umum angka 5. Penatausahaan dan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran, diketahui LKPD sebagai

berikut:

a. Laporan keuangan pemerintah (pemerintah pusat dan pemerintah daerah)

dihasilkan dari proses akuntansi,

b. LKPD disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan

pemerintahan, yang terdiri atas LRA, Neraca, LAK disertai dengan

CaLK,

c. LKPD sebagai pertanggungjawaban entitas pelaporan,

d. LKPD disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah tahun anggaran yang bersangkutan berakhir,

e. LKPD diaudit oleh pemeriksa ekstern yang independen dan profesional

sebelum disampaikan kepada DPRD.

3. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 100 menyatakan:

Pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) menyusun LKPD terdiri atas

LRA, Neraca, LAK dan CaLK. LKPD disusun dan disajikan sesuai SAP dan

disampaikan kepada kepala daerah dalam rangka memenuhi pelaksanaan

APBD.

4. Peraturan Pemerintah no. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 5, Pasal 11 dan Pasal 13 menyatakan:

a. LKPD setidaknya terdiri atas LRA, Neraca, LAK dan CaLK,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-9

b. PPKD menyusun LKPD untuk disampaikan kepada

gubernur/bupati/walikota untuk memenuhi pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.

c. LKPD disusun berdasarakan laporan keuangan satuan kerja perangkat

daerah (SKPD) serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan

perbendaharaan daerah.

d. Gubernur/bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan

penyesuaian terhadap LKPD berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas

LKPD seta koreksi lain berdasarkan SAP.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 169 dan Pasal 240

menyebutkan:

a. LKPD terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK

b. Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun LKPD.

2.3 Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan akuntansi pemerintah berbasis akrual, akan selalu menunjukkan

artikulasi laporan keuangan dalam setiap komponen laporan keuangannya.

Gambar berikut menunjukkan artikulasi laporan keuangan Pemerintah berbasis

akrual di Indonesia (Rusmana, 2013). Artikulasi ini menyatukan, laporan

anggaran dan laporan akuntansi dalam satu laporan keuangan pemerintah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-10

(Rusmana, 2013 )

Gambar II.3

Artikuasi Laporan Keuangan Pemerintah

Artikulasi LKPD bisa disebut hubungan atau kesesuaian atau pertemuan

antarlaporan keuangan. Ritonga (2010) menggunakan kata keterkaitan pos-pos

antarlaporan keuangan untuk mengatakan bahwa antarlaporan keuangan memiliki

keterkaitan (berartikulasi). Ratmono dan Sholihin (2015) menggunakan kata

hubungan untuk menjelaskan adanya hubungan antar jenis laporan keuangan.

Mahmudi (2007 h. 53) menyebutkan:

“Pada akhir periode akuntansi, akan terdapat pertemuan antara laporan rekening riil, yaitu neraca dengan Laporan Realisasi Anggaran yang merupakan rekening nominal. Rekonsiliasi antara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-11

laporan neraca dengan Laporan Realisasi Anggaran terkait dengan perhitungan suplus/defisit dan SiLPA/SiKPA dari Laporan Realisasi Anggaran ke dalam ekuitas dana di neraca.”

Sehingga artikulasi laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) bisa diartikan

sebagai kondisi saling berhubungan atau keterkaitan antar komponen dalam suatu

LKPD maupun antarpos-pos/unsur dalam suatu komponen LKPD.

2.3.1 Komponen-Komponen LKPD

Penyusunan dan penyajian LKPD mengacu pada SAP. Sampai dengan saat ini

pemerintah telah menerbitkan SAP sebanyak dua kali. Pertama ialah SAP sesuai

dengan PP No. 24 tahun 2005 atau yang lebih dikenal dengan SAP berbasis kas

menuju akrual dan SAP menurut PP No. 71 Tahun 2010 atau yang dikenal dengan

SAP berbasis akrual. Penjelasan setiap komponen laporan keuangan berikut

mengacu pada lampiran I.01 PP No. 71 Tahun 2010 Kerangka Konseptual

Akuntansi Pemerintahan.

1. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan

pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan

realisasinya dalam satu periode pelaporan (KK Par. 61).

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan

atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya (KK Par. 63).

3. Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas pelaporan mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu (KK Par. 64).

4. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu

periode pelaporan (KK Par. 78).

5. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas

operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo

awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah

selama periode tertentu (KK Par. 80). Penerimaan kas adalah semua aliran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-12

kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah, pengeluaran kas adalah

semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah (KK Par.

81).

6. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam LRA, neraca dan LAK. CaLK juga mencakup

informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas

pelaporan dan informasi lain yang dianjurkan untuk diuangkapkan di dalam

SAP serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan

penyajian laporan keuangan secara wajar (KK Par. 75).

7. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan

ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (KK Par.

82).

8. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam LRA, LPSAL, Neraca, LO, LPE dan LAK.

9. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi dipergunakan

oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan

untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta

ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan

keuangan secara wajar.

10. Komponen LKPD menurut PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun

2010 sebagai berikut:

Tabel II.3

Komponen LKPD

PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010

Basis akuntansi yang digunakan adalah Basis akuntansi yang digunakan dalam

basis kas untuk pengakuan pendapatan, laporan keuangan pemerintah yaitu

belanja dan pembiayaan dalam LRA dan basis akrual. (PSAP No. 1 Par.5)

basis akrual untuk pengakuan aset,

kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

(KK Par. 39)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-13

Komponen laporan keuangan: Komponen laporan keuangan:

Laporan keuangan pokok (PSAP No. 01 Laporan keuangan pokok (PSAP No. 01

Par. 14): LRA, Neraca, LAK, CaLK, Par. 14): LRA, Laporan Perubahan Saldo

Laporan keuangan opsional (PSAP No.

Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan

Operasional, Neraca, Laporan

01 Par. 20): Laporan kinerja keuangan Perubahan Ekuitas (LPE), LAK, dan

dan Laporan perubahan ekuitas CaLK

LRA diperlukan dalam rangka LRA diperlukan dalam rangka

memenuhi kewajiban yang diatur dalam memenuhi kewajiban yang diatur dalam

peraturan perundangan peraturan perundangan

LP SAL disebutkan sebagai laporan LP SAL menyajikan informasi kenaikan

tersendiri atau penurunan Saldo Anggaran Lebih

tahun Pelaporan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya (KK Par. 63)

LAK disajikan oleh unit yang LAK disajikan oleh unit yang

mempunyai fungsi perbendaharaan (Par mempunyai fungsi perbendaharaan

15), arus masuk dan keluar kas umum (Par 15), arus masuk dan keluar

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas kas Diklasifikasikan berdasarkan

operasi, investasi aset non keuangan, aktivitas operasi, investasi, pendanaan,

pembiayaan, dan non anggaran dan transitoris

Laporan Kinerja Keuangan bersifat LO menyajikan ikhtisar sumber daya

opsional, laporan realisasi pendapatan ekonomi yang menambah ekuitas dan

dan belanja yang disusun berdasarkan Penggunaannya Yang dikelola oleh

basis akrual. Dalam laporan dimaksud, pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan

perlu disajikan informasi mengenai Penyelenggaraan pemerintahan dalam

pendapatan operasional, belanja satu periode pelaporan ((KK Par. 78).

(PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-14

2.3.2 Pos-pos/Unsur dalam LKPD

Pos-pos/unsur dalam satu komponen LKPD ialah bagia yang

membentuk suatu komponen LKPD, seperti dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP) No. 01 Paragraf 2 yang menyebutkan:

“Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas.”

Pos-pos/unsur dalam LKPD menurut PP No. 24 Tahun 2005 dan PP

No. 71 Tahun 2010 sebagai berikut:

Tabel II.4

Pos-pos/Unsur Komponen LKPD

PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 LRA berbasis kas (KK Par. 58) LRA berbasis kas (KK Par. 62) a. Pendapatan adalah penerimaan oleh a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan

Bendahara Umum Negara/ Bendahara oleh Bendahara Umum Negara/

Umum Daerah atau oleh entitas Bendahara Umum Daerah atau oleh

pemerintah lainnya yang menambah entitas pemerintah lainnya yang

ekuitas dana lancar dalam periode menambah Saldo Anggaran Lebih

tahun anggaran yang bersangkutan dalam periode tahun anggaran yang

yang menjadi hak pemerintah, dan bersangkutan yang menjadi hak tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah, dan tidak perlu dibayar

pemerintah. kembali oleh pemerintah. b. Belanja adalah semua pengeluaran b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh

oleh Bendahara Umum Bendahara Umum Negara/ Bendahara

Negara/Bendahara Umum Daerah Umum Daerah yang mengurangi Saldo

yang mengurangi ekuitas dana lancar Anggaran Lebih dalam periode tahun

dalam periode tahun anggaran anggaran bersangkutan yang tidak

bersangkutan yang tidak akan akan diperoleh pembayarannya diperoleh pembayarannya kembali oleh kembali oleh pemerintah pemerintah. c. Transfer adalah penerimaan atau

c. Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang oleh suatu entitas

pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas

pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana

pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pembiayaan adalah setiap

d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan penerimaan/pengeluaran yang tidak

yang perlu dibayar kembali dan/atau berpengaruh pada kekayaan bersih

pengeluaran yang akan diterima entitas yang perlu dibayar kembali

kembali, baik pada tahun anggaran dan/atau akan diterima kembali, baik

bersangkutan maupun tahun-tahun pada tahun Anggaran bersangkutan

anggaran berikutnya, yang dalam maupun tahun-tahun anggaran

PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 LRA berbasis kas (KK Par. 58) LRA berbasis kas (KK Par. 62) a. Pendapatan adalah penerimaan oleh a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan

Bendahara Umum Negara/ Bendahara oleh Bendahara Umum Negara/

Umum Daerah atau oleh entitas Bendahara Umum Daerah atau oleh

pemerintah lainnya yang menambah entitas pemerintah lainnya yang ekuitas dana lancar dalam periode menambah Saldo Anggaran Lebih

tahun anggaran yang bersangkutan dalam periode tahun anggaran yang

yang menjadi hak pemerintah, dan bersangkutan yang menjadi hak

tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah, dan tidak perlu dibayar

pemerintah. kembali oleh pemerintah. b. Belanja adalah semua pengeluaran b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh

oleh Bendahara Umum Bendahara Umum Negara/ Bendahara

Negara/Bendahara Umum Daerah Umum Daerah yang mengurangi Saldo

yang mengurangi ekuitas dana lancar Anggaran Lebih dalam periode tahun

dalam periode tahun anggaran anggaran bersangkutan yang tidak

bersangkutan yang tidak akan akan diperoleh pembayarannya

diperoleh pembayarannya kembali oleh kembali oleh pemerintah pemerintah. c. Transfer adalah penerimaan atau

c. Transfer adalah penerimaan/ pengeluaran uang oleh suatu entitas pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas

pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana

pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pembiayaan adalah setiap

d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan penerimaan/pengeluaran yang tidak yang perlu dibayar kembali dan/atau berpengaruh pada kekayaan bersih

pengeluaran yang akan diterima entitas yang perlu dibayar kembali

kembali, baik pada tahun anggaran dan/atau akan diterima kembali, baik

bersangkutan maupun tahun-tahun pada tahun anggaran bersangkutan

anggaran berikutnya, yang dalam maupun tahun-tahun anggaran

penganggaran pemerintah terutama berikutnya, yang dalam penganggaran

dimaksudkan untuk menutup defisit pemerintah terutama dimaksudkan

atau memanfaatkan surplus anggaran. untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran. LPSAL, tidak dijelaskan. LPSAL meliputi unsur-unsur:

a. Saldo Anggaran Lebih awal b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih

c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-15

penganggaran pemerintah terutama berikutnya, yang dalam penganggaran

dimaksudkan untuk menutup defisit Pemerintah Terutama dimaksudkan

atau memanfaatkan surplus anggaran. untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran. LPSAL, tidak dijelaskan. LPSAL meliputi unsur-unsur:

a. Saldo Anggaran Lebih awal b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih

c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan (PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)

PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010 Anggaran tahun berjalan d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya e. Lain-lain f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. Neraca berbasis akrual meliputi unsur- Neraca berbasis akrual meliputi unsur-

unsur (KK Par.60): unsur (KK Par.65) yang tidak berbeda a. Aset adalah sumber daya ekonomi dengan PP lama.

yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.

Selanjutnya masing-masing unsur diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam unsur yang lebih rinci.

LO, unsur-unsur LO tidak dijelaskan. LO berbasis akrual meliputi unsur-unsur

(KK Par. 79): a. Pendapatan-LO adalah hak

pemerintah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih.

b. Beban adalah kewajiban pemerintah

yang diakui sebagai pengurang nilai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-16

kekayaan bersih. c. Transfer adalah hak penerimaan atau

kewajiban pengeluaran uang dari/oleh

suatu entitas pelaporan dari/kepada

entitas pelaporan lain, termasuk

dana perimbangan dan dana bagi hasil. d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan

luar biasa atau beban luar biasa yang

terjadi karena kejadian atau

transaksi yang bukan merupakan

operasi biasa tidak diharapkan sering

(PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010)

2.4 Pemerintah Daerah

Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk

dan susunan pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia.

Pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah

yang diatur Undang-Undang.

Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah

daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan

dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan

pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

sebagai urusan pemerintahan pusat.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut Pemerintahan Daerah

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan

DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah

dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah

penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-17

desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur,

Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.

2.4.1 Fungsi Pemerintah Daerah

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah

menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahAN.

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

adalah :

a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan

tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber

daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.4.2 Asas Pemerintahan Daerah

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan

daerah, sangat bertalian erat dengan beberpa asas dalam pemerintahan suatu

negara, yakni sebagai berikut:

a. Asas sentralisasi

Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem pemerintahan di

mana segala kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.

b. Asas desentralisasi

Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara

Kesatuan RepubliK Indonesia

c. Asas dekonsentrasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-18

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertical wilayah

tertentu.

d. Asas tugas pembantuan

Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera dan/atau

desa; dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa;

serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk tugas tertentu.

Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat

ditanggapi sebagai hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan

sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagain hak, dengan obyek

tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak

pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak

berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan

pemerintahan, dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara

lain bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan

desentralisasi tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat

dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan

dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.

Dengan demikian, menurut penulis desentralisasi merupakan asas yang

menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau

dari pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih

rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu. Untuk itu semua

prakarsa, wewenang dan tanggungjawab mengenai urusan-urusan diserahkan

sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah itu.

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi

yaitu: tujuan politik dan tujuan administratif.

a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium

pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan

berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai

terwujudnya civil society.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-19

b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit

pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan

masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam

pelayanan publik.

Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam

konsep otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat.

Oleh karena itu dalam desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:

1) Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk

mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif melepaskan

ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk intervensi pemerintah, termasuk

didalamnya mengembangkan paradigma pembangunan yang berorientasi pada

ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk

kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;

2) Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu

ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;

3) Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi

perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri menjadi

sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada perasaan bahwa “orang pusat” lebih

hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan

diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi

penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni

Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasi diharapkan terjadi distribusi

kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power)

dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan

ekonomis serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic

government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya

pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak populer. Pemerintahan

sentralistik menjadi tidak popular karena tidak mampu memahami dan

menterjemahkan secara cepat dan tepat nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang

di daerah, serta kurangnya pemahaman terhadap sentiment lokal. Salah satu alasan

karena warga masyarakat merasa lebih aman dan tentram dengan badan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-20

pemerintah lokal yang lebih mengetahui keinginan, aspirasi dan kepentingan

masyarakat daerah, serta lebih baik secara fisik dan juga secara psikologis.

Kebijakan desentralisasi yang dijalankan di Indonesia sesuai dengan UU

No. 32 Tahun 2004 tidak lagi merujuk pada istilah tingkatan karena hubungan

provinsi dan daerah kita bersifat coordinate dan independent. Distribusi fungsi

diberikan pada provinsi atau pada tingkatan pertama dalam pembagian dan

kabupaten atau kota setara dengan tingkatan ke dua. Selain itu, UU No. 32 Tahun

2004 juga mengatur distribusi fungsi pada pemerintahan desa yang setara dengan

tingkatan ketiga. Namun dalam hal pelaksanaannya, distribusi fungsi pada

pemerintahan desa dijalankan dibawah subordinasi dan bergantung pada daerah

kabupaten atau kota.

Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang

tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat

pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan

kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur

tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi

pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana

wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok

serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut

terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada

hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat (UU No. 32 Tahun 2004).

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional.

Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat

(lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengingat masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing,

dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.

Desentralisasi menurut berbagai pakar memiliki segi positif, diantaranya :

secara ekonomi, meningkatkan efisiensi dalam penyediaan jasa dan barang publik

yang dibutuhkan masyarakat setempat, megurangi biaya, meningkatkan output

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-21

dan lebih efektif dalam penggunaan sumber daya manusia. Secara politis,

desentralisasi dianggap memperkuat akuntabilitas, political skills dan integrasi

nasional. Desentralisasi lebih mendekatkan pemerintah dengan masyarakatnya,

memberikan/menyediakan layanan lebih baik, mengembangkan kebebasan,

persamaan dan kesejahteraan.

2.5 Organisasi Perangkat Daerah

Untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan serta program dan

kegiatan pemerintah, Kepada Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota

dibantu oleh perangkat daerah. Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) merupakan organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah

berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah.

Dasar utama penyusunan organisasi perangkat daerah dalam bentuk suatu

organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,

yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti setiap

penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri.

Pembentukan perangkat daerah semata-mata didasarkan pada pertimbangan

rasional untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangandaerah secara efektif dan efisien. Urusan wajib dan urusan pilihan

dapat dilihat disini.

Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur

organisasi pada Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD) saat ini

dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi serta kebutuhan obyektif dan

kondisi lingkungan strategis daerah. Kerangka regulasi yang

dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan

terhadap PeraturanPemerintah sebelumnya. Selain PP No. 41/2007, penataan

kelembagaan perangkat daerah juga memperhatikan peraturan perundang-

undangan yang memiliki relevansi dengan program penataan organisasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-22

Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui

Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai berikut.

a. Perangkat Daerah Provinsi : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD,

Inspektorat, Dinas dan Badan.

b. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota : Sekretariat Daerah, Sekretariat

DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan.

Pembentukan organisais perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan

diklasifikasikan berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja

yang sedang) dan Tipe C (beban kerja yang kecil). Penentuan beban kerja bagi

Dinas didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan

keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan Wajib dan berdasarkan potensi,

proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan untuk Urusan

Pemerintahan Pilihan. Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan

pada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan

cakupan tugas.

Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuikan dengan

perumpunan dan klasifikasi yang telah ditentukan. Perumpunan urusan yang

diwadahi dalam bentuk Dinas terdiri dari:

1. bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;

2. bidang kesehatan;

3. bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;

4. bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

5. bidang kependudukan dan catatan sipil;

6. bidang kebudayaan dan pariwisata;

7. bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan

tata ruang;

8. bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan

menengah, industri dan perdagangan;

9. bidang pelayanan pertanahan;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-23

10. bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,

kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;

11. bidang pertambangan dan energi; dan

12. bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan

rumah sakit, terdiri dari:

1. bidang perencanaan pembangunan dan statistik;

2. bidang penelitian dan pengembangan;

3. bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

4. bidang lingkungan hidup;

5. bidang ketahanan pangan;

6. bidang penanaman modal;

7. bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;

8. bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;

9. bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

10. bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;

11. bidang pengawasan; dan

12. bidang pelayanan kesehatan.

Dengan adanya Presiden dan Wakil Presiden yang baru dan

dengan Penetapan Numenklatur Kementerian baru maka Kementerian Dalam

Negeri akan melakukan pembahasan untuk melakukan perubahan pada PP Nomor

41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah sehingga dimungkinkan

akan berubahnya pedoman dan perumpunan urusan.

Selain perangkat daerah diatas Gubernur/ Bupati/Walikota dapat

membentuk unit pelayanan terpadu untuk meningkatkan dan keterpaduan

pelayanan masyarakat di bidang perizinan yang bersifat lintas sektor. Unit

pelayanan terpadu tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur perangkat

daerah yang menyelenggarakan fungsi perizinan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Artikulasi Laporan Keuangan

II-24

2.6 Penelitiann Terdahulu

Tabel II.5

Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun Judul Hasil Penelitian

1 Mohamad Ahlal

Firdaus, 2016

Analisis Artikulasi Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Se-Jawa dan Bali

Yang Beropini WTP

Sebanyak 54 LKPD berbasis kas menuju akrual dan

5 LKPD berbasis akrual mencapai tingkat artikulasi

LKPD kurang dari 100%,

2 Oman Rusmana,

2016

Model Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual:Suatu tujuan Teoritis

Terhadap Format Pelaporan Keuangan

Pemerintah di Indonesia

Laporan akuntansi pemerintah berbasis akrual akan

selalu menunjukan artikulasi laporan keuangan

dalam setiap komponen laporan keuangannya

3

Neni

Rahmawati,

Anwar Made

Doni,

Wirshandono Y,

2016

Implementasi Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual di

Sekretariat DPRD Kabupaten Malang

Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010

Adanya perbandingan dalam jumlah laporan

keuangan yang disajikan dan adanya penambahan

pos-pos dalam laporan keuangan berbasis akrual.

Penyajian laporan keuangan berbasis akrual di

Sekretariat DPRD Kabupaten Malang akan

dilaksanakan penuh pada tahun anggaran 2016

(Data Diolah)