pengaruh penerapan metode artikulasi terhadap … · pengaruh penerapan metode artikulasi terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN METODE ARTIKULASI TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SD DI KECAMATAN
SELAPARANG
JURNAL SKRIPSI
Oleh
HIDAYATULLAELA
E1E215055
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ABSTRAK
PENGARUH METODE ARTIKULASI TERHADAP KETERAMPILAN
BERBICARA SISWA SD DI KECAMATAN SELAPARANG
Oleh
Hidayatullaela
NIM: E1E215055
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode
artikulasi terhadap keterampilan berbicara siswa SD di Kecamatan
Selaparang. Jenis penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto tipe
Causal Comparative Research, Populasi dalam penelitian adalah
seluruh siswa kelas III yang sudah menerapkan kurikulun 2013 di
Kecamatan Selaparang. Sampel yang digunakan sebanyak 77 siswa
dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan angket dan tes menceritakan kembali infrormasi yang
diperoleh dari guru. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah
statistik deskripsi dan statistik inferensial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jawaban siswa terkait dengan penerapan metode
artikulasi yang di gunakan guru sebesar 65% siswa menjawab dengan
baik, 18% siswa menjawab dengan sangat baik, dan 17% siswa
menjawab dengan cukup baik. Dari data yang diperoleh diketahui
bahwa 22% siswa kelas III SD mempunyai keterampilan berbicara
yang sangat baik, 77% diantaranya memiliki keterampilan berbicara
yang baik, dan 1% siswa mempunyai keterampilan berbicara yang
cukup baik. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa thitung 1,988
> ttabel 1,665 dengan taraf kesalahan sebesar 0,05 dan N = 77.
Sedangkan besar pengaruh metode artikulasi terhadap keterampilan
berbicara sebesar 10,2%. Hasil yang dicapai mengindikasikan adanya
pengaruh signifikan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
penerapan metode artikulasi maka semakin tinggi pula keterampilan
berbicara siswa SD di Kecamatan selaparang.
Kata kunci: Metode Artikulasi, Keterampilan Berbicara
ABSTRACT
THE EFFECT OF ARTICULATION METHOD TO ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS’ SPEAKING SKILLS IN SELAPARANG
DISTRICT
By
Hidayatullaela
NIM: E1E215055
This study aims to determine the effect of articulation method to
Elementary School students’ speaking skills in Selaparang District. This
type of research is Ex Post Facto type Causal Comparative Research,
Population in the study were all students of class III who have applied a
curriculum of 2013 in Selaparang District. The samples are 77 students
with purposive sampling technique. Methods of data collection are
questionnaires and tests of retelling infrormation obtained from
teachers. Data analysis technique used is the descriptive statistics and
inferential statistic. The results showed that the students' answers in
applying articulation methods that is done by teachers is 65% students
answers well, 18% of students answered very well, and 17% of students
answered well enough. From the data obtained is known that 22% of
elementary school of third grade students have very well speaking
skills, 77% of them have well speaking skills, and 1% of students have
a well enough skill. Based on data analysis showed that tcount 1.988 >
ttable with a standard error 0.05 and N = 77. While the big effect of
articulation method to the speaking skills is 10.2%. The results obtained
indicate a significant influence shows that the higher the application of
methods of articulation, the higher the speaking skills of elementary
school students in Selaparang District.
Keywords Articulation Methods, Speaking Skills
A. Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Adapun tujuan pembelajran bahasa Indonesia untuk
melatih keterampilan berbahasa peseta didik. Dalam pengajaran bahasa
Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta
didik, keterampilan ini antara lain, menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat aspek berbahasa ini saling terkait antara satu dengan yang
lainnya. Bagaimana seorang anak bisa menulis setalah ia membaca maupun
menyimak. Begitupun dengan berbicara, berbicara tidak lepas dari
kemampuan menyimak, menulis, dan membaca anak sehingga keempat aspek
ini senantiasa diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
Berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia mengarahkan setiap
peserta didik untuk melatih kemampuan berkomunikasi secara lisan dan benar
dihadapan publik. Keterampilan berbicara yang baik dan efektif dilihat dari
peserta didik tersebut menguasai faktor kebahasaan dan non kebahasaan.
Untuk menguasai faktor-faktor tersebut, perlu adanya proses pembelajaran
yang efektif agar peserta didik memiliki keterampilan berbicara yang baik.
Kenyataan yang sering tampak di lapangan menunjukkan bahwa
keterampilan berbicara peserta didik masih rendah. Rendahnya keterampilan
berbicara peserta didik dikarenakan adanya beberapa masalah yang
dihadapi saat melatih keterampilan berbicaranya antara lain sebagian besar
peserta didik kurang terbiasa untuk berbicara di depan kelas. Hal ini
mengakibatkan saat peserta didik melatih keterampilan berbicaranya di
depan kelas merasa malu-malu dan terlihat kurang percaya diri. Kurang
percaya diri dan malu-malu ini membuat berbicaranya kurang fokus
sehingga terkadang membuat peserta didik lupa dengan hal yang akan
diungkapkannya. Masalah selanjutnya yaitu peserta didik yang masih takut
dan tidak berani maju ke depan kelas untuk berbicara. Peserta didik takut
dan tidak berani maju berbicara di depan kelas karena peserta didik
tersebut takut salah dalam berbicara dan ditertawakan. Ada juga peserta
didik yang takut dan tidak berani maju untuk berbicara karena kurang
menguasai materi yang akan diceritakannya.
Masalah berikutnya adalah faktor kebahasaan saat peserta didik
berbicara di depan kelas. Faktor kebahasaan yang masih harus
dioptimalkan antara lain kejelasan ucapan. Saat peserta didik berbicara di
depan kelas kejelasan kata ataupun kalimat yang diucapkannya masih
kurang jelas, seperti kurang keras, mimiknya kurang tepat karena
tidak membuka mulutnya, dan sebagainya. Kejelasan ucapan yang masih
kurang jelas membuat pendengar kurang memahami pesan ataupun cerita
yang diungkapkan oleh pembicara. Selain itu, intonasi suaranya pun tidak
beraturan. Peserta didik berbicara di depan kelas menggunakan intonasi
yang datar. Peserta didik tidak memilah kata atau kalimat mana yang
diucapkan menggunakan intonasi tinggi dan kalimat mana yang
menggunakan intonasi rendah. Intonasi suara yang kurang beraturan ini
membuat pendengar bosan dengan pesan atau cerita yang diungkapkan
oleh pembicara.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terlihat adanya
kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dengan kenyataan di lapangan.
Kondisi yang seharusnya bahwa dalam keterampilan berbicara yang baik
dan efektik dapat menguasai faktor kebahasaan dan non kebahasaan saat
berbicara. Namun kenyataannya di lapangan, sebagian besar peserta didik
kurang menguasai faktor kebahasaan dan non kebahasaan tersebut
dikarenakan adanya beberapa masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
Oleh karena itu, guru telah merancang suatu metode pembelajaran yang
membuat peserta didik aktif melatih keteampilan bericaranya. Hal ini
memungkinkan peserta didik untuk memahami informasi yang disampaikan
guru untuk lebih bermakna. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang
dapat digunakan yaitu dengan menggunakan metode artikulasi dalam proses
pembelajaran.
Penerapan metode artikulasi dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia merupakan salah satu faktor yang dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih efektif dan menarik, karena penerapan metode artikulasi ini
bertujuan untuk melatih keberanian peseta didik dalam berbicara. Metode
artikulasi juga dapat membuat peserta didik lebih percaya diri untuk
berbicara di depan kelas. Selain itu, metode ini juga sesuai dengan
karakteristik anak usia sekolah dasar yang senang bermain dengan teman
sebayanya.
Pembelajaran berbicara dengan metode artikulasi ini dilakukan dengan
berpasangan, dimana dalam setiap kelompok memiliki peran masing-masing
sebagai pemberi dan penerima materi yang diawali dengan guru
meyampaikan kompetensi yang akan dicapai, guru menjelaskan materi
pelajaran, membentuk kelompok secara berpasangan, menugaskan salah satu
pesera didik menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil kemudian bergantian
peran, menugaskan peserta didik secara bergiliran atau diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, menjelaskan kembali materi
yang belum jelas kemudian meyimpulkan hasil pembelajaran.
Masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh metode
artikulasi terhadap keterampilan berbicara siswa SD di Kecamatan
Selaparang”
Tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh metode
artikulasi terhadap keterampilan berbicara siswa SD di Kecamatan
Selaparang”
B. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Teori yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan Berbicara
a. Keterampilan
Menurut Yudha ( 2005:7) Keterampilan adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik,
berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan efektif Keterampilan yang
dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan.
Menurut Nadler (dalam Satria 2008:75) keterampilan (skiil)
merupakan kegiatan yang memerlukan praktik atau dapat diartikan
sebagai implikasi dari aktivitas. Sedangkan, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001:1180) keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Jadi, keterampilan adalah kecakapan seseorang
dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau tugas yang
berhubungan dengan aktivitas praktik.
b. Berbicara
Menurut Nurgiantoro (2010:20) berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Senada dengan itu, Mulgrave (dalam Tarigan, 2008:14)
mengemukakan bahwa berbicara merupakan pengomunikasian gagasan-
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Zamzami (2000:13) mengatakan berbicara merupakan suatu proses
komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ketempat
lain. Jadi, berbicara merpakan suatu proses untuk mengomunikasikan,
meyatakan serta meyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat di pahami orang
lain.
c. Keterampilan Berbicara
Menurut Iskandarwassid (2011: 241), Keterampilan berbicara
merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
orang lain.
Menurut Powers (dalam Tarigan, 2008:9) keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan
kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan
maupun jarak jauh.
Berbicara dalam ruang lingkup penelitian ini pada mata pelajaran
bahasa Indonesia Sekolah Dasar adalah mengungkapkan perasaan,
gagasan, menyampaikan pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai
topik, menceritakan pengalaman, peristiwa, dan tokoh. Adapun
karakteristik yang harus dimiliki seseorang dalam berbicara antara lain,
Intonasi, Pelafalan, Keberanian, Kelancaran, dan Pemanfaatan gerak
tubuh.
2. Metode Artikulasi
a. Metode
Menurur Ramayulis (2012:191) Metode berarti cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang diharapkan. Senada dengan itu Djamarah (dalam, Ramayulis
2012:191) mengemukakan bahwa metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi, metode
adalah cara kerja bersistem untuk mencapai tujuan dan mengadakan
hubungan dengan peserta didik.
b. Artikulasi
Menurut Hasan (2005: 707-708) artikulasi adalah suatu proses
ketika udara yang berasal dari dalam paru-paru kemudian menggetarkan
pita suara dan organ-organ bicara seperti bibir, lidah, gigi, palatum dan
sebagainya dibentuk sebagai vokal tunggal yaitu a, i, u, e, o dan vokal
rangkap yaitu ai, au, oi. Senada dengan itu, Rusyani (2008:18)
mengemukakan bahwa artikulasi adalah gerakan otot-otot yang
digunakan untuk bicara. Otot-otot bicara dalam hal ini seperti bibir, lidah
dan velum. Menurut Sadjaah (2005: 212) artikulasi adalah perubahan
yang terjadi pada ruang dan rongga saluran suara (mulut), dimana hal itu
akan mengakibatkan bunyi yang dihasilkan menjadi lebih jelas pada
pendengaran. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
artikulasi adalah kecakapan seseorang ketika menggunakan organ-organ
bicara untuk membentuk bunyi vokal dan konsonan.
c. Metode Artikulasi
Menurut Suprijono (2009: 126) metode artikulasi merupakan
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran,
dimana siswa dibentuk dalam kelompok kecil dan masing-masing siswa
dalam kelompok tersebut mempunyai tugas untuk mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru di bahas. Menurut Ngalimun
(2012: 174) metode artikulasi merupakan pembelajaran yang
menggunkan sistem pesan berantai artinya, apa yang telah diberikan
guru, seorang peserta didik wajib meneruskannya pada peserta didik lain
(pasangan kelompoknya) dimana peserta didik dituntut untuk bisa
berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagi penyampai
pesan. Jadi metode artikulasi adalah proses pembelajaran yang menuntut
peserta didik lebih aktif dengan sistem pesan berantai dalam suatu
kelompok kecil.
3. Penelitian Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Peti Mulia. 2016 “Peningkatan
Keterampilan Menyimak Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Melalui Penggunaan metode artikulasi Pada Siswa Kelas 3B SDN
Cakranegara Tahun Ajaran 2015/2016”
b. Penelitian yang dilakukan oleh Pepy Anggita. 2013 “Peningkatan
Keterampilan Berbicara Melalui metode artikulasi Pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN Sribit 2, Sidoharjo, Sragen
Tahun Ajaran 2012/2013”
c. Penelitian yang dilakukan oleh Nirmala Ratna Sari. 2016. Peningkatan
Keterampilan Berbicara Melalui metode artikulasi Siswa Kelas IV SD
Negeri 3 Kaliori Banyumas.
4. Kerangka Berfikir
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang porsi
pemakaiannya lebih banyak dibandingkan jenis keterampilan berbahasa
yang lain selain menyimak, karena sebagain besar aktivitas kehidupan
manusia dilalui dengan berbicara. Keterampilan berbicara dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia mengarahkan setiap peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara lisan dan benar
dihadapan publik. Keterampilan berbicara yang baik dan efektif dilihat dari
peserta didik menguasai faktor kebahasaan dan nonkebahasaan
Sehubungan dengan itu guru harus menciptakan pembelajaran yang
dapat menarik perhatian, minat, membangkitkan rasa percaya diri dan
keberanian perserta didik dalam berbicara didepan kelas. Selain itu
diperlukan metode pembelajaran yang menarik untuk membangkitkan
ketampilan berbicara peserta didik. Salah satunya adalah dengan
menggunakan metode artikulasi.
Dengan diterapkannya metode artikulasi ini diharapkan dapat
mempengaruhi keterampilan berbicara peserta didik pada mata pelajaran
bahasa Indonesia. Maka dari itu, perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui metode artikulasi pada gugus IV selaparang. Dan untuk melihat
seberapa besar pengaruhnya terhadap keterampilan berbicara peserta didik.
5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir yang telah
dipaparkan, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah
“Metode artikulasi berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa di
SDN Kecamatan Selaparang.
C. Metodelogi Penelitian
Desain penelitian disebut juga rancangan penelitian. Rancangan
penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksaan penelitian. Dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan jenis
pendekatan kuantitatif. sedangkan jenis penelitian yang digunakan yaitu Ex
Post Facto. Menurut Syoadih (2010:55), menjelaskan bahwa penelitian ex
post facto yakni meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau
diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Jadi, penelitian
ex post facto dilakukan terhadap program, kejadian atau kegiatan yang telah
atau sedang berlangsung.
Sedangkan tipe ex post facto yang digunakan ialah Causal Comparative
Research. Menurut Sugiyono (2015:7) Causal Comparative Research adalah
pendekatan dasar kausal komporatif melibatkan kegiatan peneliti yang
diawali dengan mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel
lainnya, kemudian berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian expost facto tipe
causal comparative research adalah penelitian yang melihat fenomena dan
menguji variabel sebab akibat yang melatarbelakangi kejadian tersebut.
Adapun variabel dalam penelitian ini yang kejadiannya sudah terjadi adalah
penerapan metode cerita berantai. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui informasi mengenai pengaruh penerapan metode artikulasi
terhadap keterampilan berbicara siswa SDN Gugus IV Selaparang. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD di Kecamatan
Selaparang yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran dengan jumlah sampel 77 siswa yang tersebar di SDN 10
Mataram, SDN 16 Mataram dan SDN 33 Mataram.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Data Hasil Keterampilan Berbicara
Data keterampilan berbicara diambil dengan cara menceritakan
kembali informasi yang didengarkan atau yang diberikan guru. Skor yang
diperoleh dari masing-masing butir pertanyaan tiap variabel ditabulasikan
dan dihitung rumus tertentu. Hasil analisis deskripsi data digunakan untuk
menggambarkan setiap variabel penelitian yang meliputi distribusi
frekuensi, mean (rata-rata), median, modus, variansi, standar devisiasi
(simpangan baku), nilai minimum, dan nilai maksimum.
Berdasarkan hasil perhitungan data keterampilan berbicara dengan
menggunakan SPSS 16,0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Statistika Keterampilan Berbicara
Mean 77.01
Median 75.00
Mode 75
Simpangan Baku 7.221
Varian 52.145
Range 30
Minimum 60
Maksimum 90
Untuk kecendrungan memusat diperoleh harga mean (M) sebesar
77.01, median (Me) sebesar 75,00, modus (Mo) sebasar 75, nilai
minimum sebesar 60, nilai maksimum sebesar 90, varian sebesar 52.145,
range sebesar 30, dan nilai standar deviasi sebesar 7,221.
2. Metode Artikulasi
Pengumpulan data untuk metode artikulasi dalam penelitian ini
menggunakan instrumen berupa angket yang disebarkan kepada peserta
didik kelas III SD di Kecamatan Selaparang yang dipilih sebagai subyek
penelitian. Hasil analisis deskripsi data digunakan untuk menggambarkan
setiap variabel penelitian yang meliputi distribusi frekuensi, mean (rata-
rata), median, modus, variansi, standar devisiasi (simpangan baku), nilai
minimum, dan nilai maksimum.
Berdasarkan hasil perhitungan data keterampilan berbicara dengan
menggunakan SPSS 16,0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Statistika Keterampilan Berbicara
Mean 73.95
Median 73.00
Mode 73
Simpangan Baku 1.1439
Varian 130.839
Range 47
Minimum 46
Maksimum 93
Untuk kecendrungan memusat diperoleh harga mean (M) sebesar
73,94, median (Me) sebesar 73.00, modus (Mo) sebesar 73, nilai
minimum sebesar 46, nilai maksimum 93, varian sebesar 130,839, range
sebesar 47, dan nilai standar deviasi sebesar 11,438.
3. Pembahasan Pengaruh Penerapan Metode Artikulasi Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa di SD Kecamatan Selaparang.
Dari hasil penghitungan uji t, di peroleh nilai signifikansi (Sig)
sebesar 0,002 maka nilai signifikansi yang diperoleh dikonsultasikan
dengan 5% dengan N = 77, nilai taraf sigifikansi 0,002 < 0,05. Selain itu,
dari hasil tes tersebut diketahui nilai t hitung variabel keterampilan
berbicara adalah sebesar 1,988.maka thitung yang diperoleh dikonsultasikan
pada taraf 5% dengan N = 77 (ttabel). Karena nilai t hitung 1,988 > t tabel
1,665, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Artinya Metode
Artikulasi berpengaruh Terhadap keterampilan berbicara siswa SD kelas
III di Kecamatan Selaparang .
Sedangkan dari hasil konsultasi diketahui bahwa rhitung (0,320) >rtabel
(0,224), yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara metode
Artikulasi terhadap keterampilan berbicara dengan nilai korelasi sebesar
0,320. Sedangkan koefisiensi determinasi (nilai pengaruh metode
Artikulasi keterampilan berbicara) adalah sebesar 0,102. Nilai R square
0,102 ini berasal dari pengkuadratan nilai koefesien korelasi atau “R”,
yaitu 0,320 x 0,320 = 0,102. Besarnya angka koefesien determinasi (R
Square) adalah 0,102 atau sama dengan 10,2%.Angka tersebut
mengandung arti bahwa metode Artikulasi (X) berpengaruh terhadap
keterampilan berbicara (Y) sebesar 10,2%. Sedangkan sisanya (100% -
10,2% = 89,8%) dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar seperti
kecerdasan siswa, IQ siswa, kesehatan siswa, faktor lingkungan, faktor
sekolah dan lain sebainya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat dinyatakan bahwa
hipotesis yang berbunyi “Metode Artikulasi berpengaruh Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa SD Kelas III di kecamatan Selaparang ”
diterima atau terbukti.
E. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan,
maka dapat dilihat ada pengaruh yang signifikan antara metode artikulasi
dengan keterampilan berbicara dengan nilai thitung (1,988) >ttabel (1,665), dengan
taraf kesalahan sebesar 0,05 dan jumlah N=77. Sedangkan interpretasi tingkat
koefisiensi determinasi atau nilai pengaruh kedua variabel tersebut
menunjukkan tingkat pengaruh sebesar 10,2% sedangkan sisanya (89,8%) di
pengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diajukan diatas, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi sekolah diharapkan
dukungan dari pihak sekolah kepada guru dan siswa untuk meningkatkan mutu
pembelajaran serta memperbanyak fasilitas pembelajaran yang dapat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. (2) Bagi guru dapat
dijadikan sebagai bahan refleksi untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan diharapkan guru dapat melanjutkan penerapan metode
artikulasi dalam proses pembelajaran khusunya bahasa Indonesia untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. (3) Bagi siswa dengan penerapan
metode Artikulasi diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran,
sehingga materi yang dipelajari dapat dipahami dengan baik dan pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. (4) Bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin
meneliti lebih lanjut tentang metode Artikulasi, disarankan untuk mencoba
penelitian ini sebagai bahan perbaikan agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal.
.