bab ii tinjauan pustaka 2.1 analytical hierarchy process

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process Proses Hirarki Analitik (PHA) atau dalam Bahasa Inggris disebut Analytical Hierarchy Process (AHP), pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty,seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP pada dasarnya didisain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi. AHP ini juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik. (Kadarsah, 1998). 2.1.1. Prinsip Dasar AHP AHP dibangun berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran fundamental yang dilandasi oleh prinsip dasar manusia dalam berpikir analitis, sebagai berikut : a. Pikiran manusia mampu membandingkan dua obyek berbeda terkait dengan sifat umumnya. b. Perbandingan berpasangan adalah cara paling akurat untuk mendapatkan prioritas relatif dari sekumpulan obyek. c. Pikiran manusia tidak konsisten, namun individu yang memiliki informasi baik akan memiliki pemikiran yang koheren (bertalian secara logis). Menjadi tidak konsisten penting untuk belajar, namun menjadi konsisten adalah lebih penting untuk membuat keputusan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Upload: vulien

Post on 31-Dec-2016

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analytical Hierarchy Process

Proses Hirarki Analitik (PHA) atau dalam Bahasa Inggris disebut Analytical

Hierarchy Process (AHP), pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty,seorang

ahli matematika dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP

pada dasarnya didisain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang

berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang

didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif.

Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak

mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur

(kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi

yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data, informasi statistik

sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari

oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi. AHP ini juga banyak digunakan pada

keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan

prioritas dari strategi strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik. (Kadarsah,

1998).

2.1.1. Prinsip Dasar AHP

AHP dibangun berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran fundamental yang dilandasi

oleh prinsip dasar manusia dalam berpikir analitis, sebagai berikut :

a. Pikiran manusia mampu membandingkan dua obyek berbeda terkait dengan

sifat umumnya.

b. Perbandingan berpasangan adalah cara paling akurat untuk mendapatkan

prioritas relatif dari sekumpulan obyek.

c. Pikiran manusia tidak konsisten, namun individu yang memiliki informasi baik

akan memiliki pemikiran yang koheren (bertalian secara logis). Menjadi tidak

konsisten penting untuk belajar, namun menjadi konsisten adalah lebih penting

untuk membuat keputusan.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

d. Data kuantitatif tentang masalah harus dirubah menjadi data yang dapat

diintegrasikan dengan informasi kualitatif lain yang diperlukan untuk

memikirkan rencana secara konsisten. Data kuantitatif dalam bentuk mentah

tidak dapat digunakan untuk tujuan ini, namun ditentukan dari pengukuran

yang alami. Untuk alasan ini, Dr. Saaty membuat skala fundamental AHP dan

menjaga bahwa obyektifitas disetujui dibandingkan subyektifitas.

Secara teknis, aplikasi AHP terdiri dari menyusun hirarki, mendapatkan

penilaian melalui perbandingan berpasangan yang akan disintesis menjadi prioritas

lokal dan global, memastikan konsistensi pada tingkat yang dapat diterima,

mengevaluasi keluaran, dan membuat perubahan jika diperlukan. (Saaty, 2008)

2.1.2. Penggunaan Metode AHP dalam pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif.

Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki

fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah

kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya.

Kemudian kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. (Kadarsah, 1998)

MetodeAHPdapatdigunakanuntukmendukungpengambilankeputusan

pembelian bahan baku pakan ternak. Ketika pemilik

dihadapkanpadaberbagaipilihanakan harga, kualitas, jarak, sistem pembayaran, dan

kontrak kerja yangterkaitdenganpilihandanpenentuanprioritas terhadap pembelian

bahan baku pakan ternak. M etodeAHPdapat memberikan solusi terbaik dan dengan

skala prioritas yang jelas. Sebagaimana contoh aplikasiyangdijelaskandiatas, pemilik

dapatmenggunakanmetodeinisebagai dasarpengambilan keputusan untuk pembelian

bahan baku pakan ternak sehinggamemudahkan penentuanprioritas harga yang

menjadi pilihan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam melakukan proses penjabaran

hirarki tujuan, yaitu :

a. Pada saat penjabaran tujuan ke dalam subtujuan, harus diperhatikan apakah

setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam subtujuan tersebut.

b. Meskipun hal tersebut terpenuhi, perlu menghindari terjadinya pembagian

yang terlampau banyak, baik dalam arah horisontal maupun vertikal.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

c. Untuk itu sebelum menetapkan suatu tujuan untuk menjabarkan hirarki tujuan

yang lebih rendah, maka dilakukan tes kepentingan, “Apakah suatu

tindakan/hasil yang terbaik akan diperoleh bila tujuan tersebut tidak

dibatalkan dalam proses evaluasi”.

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis,

yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan

kolektif dari proses pengAmbilan keputusannya. Kelebihan AHP dibandingkan

dengan yang lainnya adalah :

a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada subsubkriteria yang paling dalam.

b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengAmbil keputusan

c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang

multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan prefensi dari setiap

elemen dalam hirarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengAmbilan keputusan

yang komprehensif.

Secara naluri, manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui

inderanya. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan

keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu,

menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat

kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain.

Tabel 2.1. Nilai Perbandingan Tingkat Kepentingan Elemen

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama

Pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu

sedikit lebih penting

daripada elemen yang

lain

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen

dibandingkan dengan elemen

lainnya

5 Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian sangat

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

penting daripada elemen

yang lain

kuat menyokong satu elemen

dibandingkan elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih

mutlak penting daripada

lemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong

dan dominan terihat dalam prak-tek.

9 Satu elemen mutlak

penting daripada elemen

lainnya

Bukti yang mendukung elemen

yang satu terhadap elemen lain

memiliki tingkat penegasan ter-

tinggi yang mungkin menguat-kan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua

nilai pertimbangan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua

kompromi diantara dua pilihan

Pada dasarnya langkah dalam metode AHP meliputi :

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif

pada tingkatan kriteria yang paling bawah

c. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau

kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan

“judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan

suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

d. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini pada tingkat hirarki

terendah sampai pencapaian tujuan.

e. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian data judgment harus diperbaiki.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

2.1.3. Prinsip Decomposition Dalam AHP

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah

persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang

akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin

dilakukan pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tindakan dari

persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis dinamakan hirarki. (Saaty,

2008)

2.1.4. Prinsip Comparative Judgment Dalam AHP

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada

suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini

merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-

elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk

matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. (Saaty, 2008 : p85)

2.1.5. Prinsip Synthesis of Priority Dalam AHP

Saaty (2008) menyatakan dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari

eigen vector untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison

terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan

sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk

hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur

sintesa dinamakan priority setting.

2.1.6. Local Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa

dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Arti kedua adalah

menyangkut tingkat hubungan antar objek-objek yang didasarkan pada kriteria

tertentu. Proses ini harus dilakukan berulang hingga didapatkan penilaian yang tepat.

(Saaty, 2008)

2.2 Eigen Value dan Eigen Vector

Apabila decision maker sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap

perbandingan antara kriteria–kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling

disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level

(tingkatan). Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector

maka akan diberikan definisi–definisi mengenai matriks dan vektor.

a) Matriks

Matriks adalah sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks,

variabel–variabel) yang disusun secara persegi panjang (yang terdiri dari baris

dan kolom) yang biasanya dibatasi dengan kurung siku atau biasa. Jika sebuah

matriks memiliki m baris dan n kolom maka matriks tersebut berukuran (ordo) m

x n. Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan skalar–

skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.

=

mmmm

n

n

aaa

aaaaaa

A

...::::

...

...

21

22221

11211

b) Vektor dari n dimensi

Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen–elemen yang

teratur berupa angka–angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris,

dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n )

maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Column

Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan

entri riil dinotasikan. Untuk vektor dirumuskan sebagai berikut:

n

n

n

n

a

aa

u

u

ℜ∈

=

ℜ∈

ℜ∈

:2

1

c) Eigen value dan Eigen vector

Defenisi: jika A adalah matriks n x n maka vektor tak nol x di dalam dinamakan

eigen vector dari A jika Ax kelipatan skalar x, yakni:

xxA λ=

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vector yang

bersesuaian dengan λ. Untuk mencapai eigen value dari matriks A yang

berukuran n x n, maka dapat ditulis pada persamaan berikut:

xxA λ=

Atau secara ekivalen

0)( =− xAIλ

Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan

ini. Akan tetapi, persamaan di atas akan mempunyai pemecahan nol jika dan

hanya jika:

det 0)( =− xAIλ

Ini dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini

adalah eigen value dari A. Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai

terhadap elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif

berkebalikan, yakni aij = 1/aij. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vector

)....,,,,( 321 nωωωωω = Nilai nω menyatakan bobot kriteria An terhadap

keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.

Jika aij mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan ajk menyatakan

kepentingan dari faktor j terhadap k, maka agar keputusan menjadi konsisten,

kepentingan i terhadap faktor k harus sama dengan jkij aa . atau jika ikjkij aaa =.

untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten.

Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor , maka elemen aij dapat ditulis

menjadi:

na jij

iij ...,,3,2,1; , =∀=

ωω

(2.1)

Jadi matriks konsisten adalah:

ikk

i

k

j

j

ijkij aaa ===

ωω

ωω

ωω

.. (2.2)

Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pair-wise comparison matrix

diuraikan seperti berikut ini:

ijj

ii

jij a

a 11===

ωωω

ω (2.3)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

2.3 Penelitian Terkait

2.3.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Saaty (2008) dengan judul Decision Making with The

Analytic Hierarchy Process. Penelitian ini memberikan ilustrasi tentang penggunaan

metode AHP dan tahapan dalam penentuan alternatif pemilihan keputusan

berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah didefinisikan. Dalam penelitian ini Saaty

menyatakan AHP merupakan suatu teori pengukuran melalui perbandingan matriks

berpasangan dan mengandalkan pembobotan nilai berdasarkan skala untuk

mendapatkan skala prioritas. Pertimbangan dalam pembobotan (judgment) ini dapat

menjadi tidak konsisten, dan bagaimana untuk mengukur inkonsistensi merupakan

perhatian dari konsep AHP. Skala prioritas yang telah diperoleh ini kemudian

disintesis untuk mendapatkan rekomendasi keputusan.

Dalam penelitian ini Saaty memberikan kesimpulan bahwa pada dasarnya

tidak dapat dihindarkan manusia membutuhkan cara yang terorganisir untuk membuat

keputusan dan mengumpulkan informasi yang relevan dalam melakukan pengambilan

keputusan untuk memenuhi berbagai faktor kriteria yang penting, keyakinan dan nilai

yang penting. Proses AHP telah digunakan di berbagai kasus pengambilan keputusan,

diantaranya :

1. Negara bagian North Carolina, menggunakan AHP untuk mengembangkan

kriteria evaluasi dan menetapkan rating untuk vendor, pemilihan vendor

terbaik yang dapat diterima oleh pengambil keputusan.

2. Nuclear Regulatory Commission (NRC) di Amerika Serikat, dengan

kompleksitas kebutuhannya untuk proyek teknologi informasi yang digunakan

untuk mengalokasikan $100 juta + portofolio. Tantangan NRC adalah

kesulitan dalam memprioritaskan kebutuhan TI serta mendapatkan anggota

(kelompok) decision making untuk mencapai konsensus. Menggunakan AHP

tidak hanya membantu mengalokasikan sumber daya TI NRC, tetapi juga

mengurangi waktu pengAmbilan keputusan dari sekitar 15-20 pertemuan

menjadi tinggal beberapa pertemuan.

3. Departemen Pertahanan di Amerika Serikat menggunakan AHP secara sering

dan ekstensif untuk mengalokasikan sumber daya untuk kegiatan yang

beragam.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

4. Pada tahun 2001, AHP digunakan untuk menentukan tempat relokasi terbaik

untuk gempa bumi Adapazari, Turki.

5. British Airways menggunakan AHP untuk memilih vendor sistem

entertainment (hiburan) untuk seluruh armada pesawat terbangnya.

6. Xerox Corporation menggunakan AHP untuk mengalokasikan hampir satu

miliar US Dollar untuk proyek penelitiannya.

7. IBM menggunakan AHP pada tahun 1991 dalam merancang komputer AS400.

IBM memperoleh penghargaan Malcolm Baldrige Award untuk produk

tersebut.

Di bidang olahraga, AHP digunakan untuk memprediksi pertandingan Superbowl.

(hasilnya tepat dimana Dallas mengalahkan tuan rumah Pittsburgh). AHP diterapkan

dalam olahraga baseball untuk menganalisis pemain yang seharusnya masih

dipertahankan; Hidayat, P., et al (2011) Sistem penilaian kinerja usulan lebih baik dari

penilaian kinerja sekarang, karena didukung hasil perhitungan perbandingan yang

datanya dikumpulkan dari tim manajemen. Karena tim manajemen yang memberikan

masukan data maka otomatis mereka mengakui bahwa penilaian kinerja usulan lebih

baik dari penilaian kinerja sekarang Sistem penilaian kinerja usulan dapat diterapkan

untuk menilai kinerja karyawan PT X, bahkan dapat diterapkan untuk menilai kinerja

karyawan pada perusahaan manapun. Tim manajemen PT. X dapat memanfaatkan

sistem penilaian kinerja usulan dan mengaplikasikannya didalam evaluasi kinerja

karyawan setiap periode kerja.Supaya tim manajemen PT. X untuk selalu melakukan

pengembangan dan penyempurnaan sistem penilaian kinerja usulan, terutama

mengenai indikator-indikator penilaian, sehingga sistem penilaian kinerja semakin

objektif dan adil; Riyana dan Okirindho, L., (2012) Sistem pendukung keputusan

dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi atas kinerja karyawanyaitu dengan

menggunakan salah satu metode dalam sistem pendukung keputusan. Metode yang

digunakan yaitu Analythic Hierarchy Process (AHP); Penelitian ini dilakukan oleh

Viswanadhan (Research Scholar, Department of Management Studies, 2005)

membahas tentang kekhawatiran termasuk perencanaan, menetapkan prioritas,

memilih yang terbaik di antara sejumlah alternatif, dan mengalokasikan sumber daya.

Masalah yang kompleks atau masalah yang melibatkan nilai atau penilaian subjektif

adalah aplikasi yang cocok dari pendekatan AHP; Tominanto., (2012) Dari hasil

pengujian terhadap sistem yang dikembangkan menggunakan metode AHP dapat

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

disimpulkan bahwa sistem telah berjalan dengan benar, sehingga sistem ini dapat

digunakan pimpinan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menentukan prestasi

kinerja dokter pada instansinya. Sistem yang telah di kembangkan dengan metode

AHP ini, dapat digunakan dengan jumlah faktor kriteria yang ditentukan oleh user

sendiri, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan; Arifin, Z., (2010) Sistem

Penunjang Keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam

penangan kasus pembagian sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Pegawai Negeri dapat

diimplementasikan kedalam pembuatan sebuah perangkat lunak. Dengan perangkat

lunak yang dikembangan tersebut, untuk perhitungan-perhitungan sisa hasil usaha

(SHU) dapat diproses dengan singkat dan akurat tanpa harus menghitung secara

manual dan juga dapat menghindari kemungkin kesalahan perhitungan untuk hasil

pembagian tiap-tiap jenis SHU; Astuti, Y., (2011) Dari hasil perhitungan contoh kasus

di atas maka disimpulkan bahwa sekolah tinggi komputer A yang layak untuk dipilih

berdasarkan metode AHP dengan penilaian fasilitas yang memadai, biaya mahal dan

kualitas baik. Aplikasi AHP untuk pemodela SPK pemilihan sekolah tinggi komputer

dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang rasional dan optimal; Sestri, E.,

(2013) Penentuan kriteria atau parameter dalam metode AHP ini adalah hal yang

penting, dimana dalam penilaian kinerja karyawan ini kriteria yang digunakan terdiri

adai pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, aktivitas internal dan penilaian

mahasiswa. Menentukan alternatif-alternatif meliputi karyawan yang mengajar dan

masih aktif mengajar dengan mengAmbil lima orang sampel karyawan kemudian

melakukan proses perhitungan AHP untuk mencari bobot kriteria dan konsistensi

kriteria berdasarkan tingkat kepentingannya; Makkasau, K (2012) Metode Analytic

Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan untuk penentuan prioritas program

kesehatan. Stake Holder akan dengan mudah memahami penetapan prioritas program

dengan penggunaan metode AHP, dibandingkan metode Hanlon, Delbeq maupun

PEARL. Berdasarkan metode AHP maka program yang memperoleh prioritas

pertama, khususnya pada bagian Promosi Kesehatan adalah pendampingan kelurahan

siaga, disusul pembentukan kelurahan siaga dan paling akhir; Penelitian ini dilakukan

oleh Lee, Yang dan Lin (Department of Technology Management, Chung Hua

University, Taiwan, 2011) membahas tentang berbagai jenis program setelah sekolah

untuk anak-anak telah dibentuk dramatis di Taiwan karena perubahan struktur sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah evaluasi model untuk program

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

setelah sekolah, berdasarkan sudut pandang teori dan praktek dan dimasukkan baik

kualitas layanan dan strategi pemasaran. Setelah kajian literatur secara menyeluruh

dan wawancara dengan para ahli, hirarki evaluasi, yang terdiri dari faktor-faktor yang

harus dipertimbangkan dalam program setelah sekolah mengevaluasi, dibangun. Para

ahli diundang untuk mengisi kuesioner berdasarkan pada hirarki. Proses hirarki

analisis (AHP) digunakan untuk menghitung kepentingan relatif dari faktor. Model

evaluasi maju akan menyediakan mekanisme yang efektif dan obyektif untuk

mengevaluasi program setelah sekolah; Penelitian ini dilakukan Oleh Liu, Wang dan

Yang (College of Sciences, Hebei United University, 2010) membahas tentang hasil

kuesioner diperoleh enam faktor utama yang mempengaruhi pilihan pekerjaan,

Menurut pilihan karir Sarjana model AHP, dengan membangun penilaian matriks,

melakukan pemilahan hirarkis dan uji konsistensi, Tugas untuk masing-masing faktor

dampak, menurut penugasan hak untuk kembali menyortir, menganalisis dan

mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi karir lulusan. Menyediakan

referensi bagi mahasiswa dalam memilih konsep pendidikan dan bimbingan kerja.

Melalui analisis dan solusi dari subjek, kami melihat bahwa metode AHP memiliki

keuntungan sistematis, praktis, dan kesederhanaan.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

Tabel 2.2 Perbandingan dengan Penelitian Lain

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

1 Saaty (2008) Decision Making With The Analytic

Hierarchy Process

Penelitian ini memberikan ilustrasi tentang penggunaan metode

AHP dan tahapan dalam penentuan alternatif pemilihan

keputusan berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah

didefinisikan. Dalam penelitian ini Saaty menyatakan AHP

merupakan suatu teori pengukuran melalui perbandingan

matriks berpasangan dan mengandalkan pembobotan nilai

berdasarkan skala untuk mendapatkan skala prioritas.

Pertimbangan dalam pembobotan (judgment) ini dapat menjadi

tidak konsisten, dan bagaimana untuk mengukur inkonsistensi

merupakan perhatian dari konsep AHP. Skala prioritas yang

telah diperoleh ini kemudian disintesis untuk mendapatkan

rekomendasi keputusan.

2 Hidayat, P., et al (2011) Perancangan sistem penilaian

kinerja karyawan (studi kasus : pt.

X)

Sistem penilaian kinerja usulan lebih baik dari penilaian kinerja

sekarang, karena didukung hasil perhitungan perbandingan yang

datanya dikumpulkan dari tim manajemen. Karena tim

manajemen yang memberikan masukan data maka otomatis

mereka mengakui bahwa penilaian kinerja usulan lebih baik dari

penilaian kinerja sekarang Sistem penilaian kinerja usulan dapat

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

diterapkan untuk menilai kinerja karyawan PT X, bahkan dapat

diterapkan untuk menilai kinerja karyawan pada perusahaan

manapun. Tim manajemen PT. X dapat memanfaatkan sistem

penilaian kinerja usulan dan mengaplikasikannya didalam

evaluasi kinerja karyawan setiap periode kerja.Supaya tim

manajemen PT. X untuk selalu melakukan pengembangan dan

penyempurnaan sistem penilaian kinerja usulan, terutama

mengenai indikator-indikator penilaian, sehingga sistem

penilaian kinerja semakin objektif dan adil

3 Rijayana dan Okirindho,

L., (2012)

Sistem pendukung keputusan

Pemilihan karyawan berprestasi

berdasarkan kinerja Menggunakan

metode analityc hierarcy process

Sistem pendukung keputusan dapat digunakan sebagai alat untuk

mengevaluasi atas kinerja karyawanyaitu dengan menggunakan

salah satu metode dalam sistem pendukung keputusan. Metode

yang digunakan yaitu Analythic Hierarchy Process (AHP)

4 Viswanadhan., (2005) How to get responses for multi-

criteria decisions in engineering

education–an AHP based approach

for selection of measuring

instrument

Membahas tentang kekhawatiran termasuk perencanaan,

menetapkan prioritas, memilih yang terbaik di antara sejumlah

alternatif, dan mengalokasikan sumber daya. Masalah yang

kompleks atau masalah yang melibatkan nilai atau penilaian

subjektif adalah aplikasi yang cocok dari pendekatan AHP

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

5 Tominanto., (2012) Sistem pendukung keputusan

dengan metode analytical

Hierarchy process (ahp) Untuk

penentuan prestasi kinerja dokter

Pada rsud. Sukoharjo

Dari hasil pengujian terhadap sistem yang dikembangkan

menggunakan metode AHP dapat disimpulkan bahwa sistem

telah berjalan dengan benar, sehingga sistem ini dapat digunakan

pimpinan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam

menentukan prestasi kinerja dokter pada instansinya. Sistem

yang telah di kembangkan dengan metode AHP ini, dapat

digunakan dengan jumlah faktor kriteria yang ditentukan oleh

user sendiri, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan

6 Arifin, Z., (2010) Penerapan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) Untuk

Menentukan Sisa Hasil Usaha

Pada Koperasi Pegawai Negeri

Sistem Penunjang Keputusan dengan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) dalam penangan kasus pembagian sisa

hasil usaha (SHU) Koperasi Pegawai Negeri dapat

diimplementasikan kedalam pembuatan sebuah perangkat lunak.

Dengan perangkat lunak yang dikembangan tersebut, untuk

perhitungan-perhitungan sisa hasil usaha (SHU) dapat diproses

dengan singkat dan akurat tanpa harus menghitung secara

manual dan juga dapat menghindari kemungkin kesalahan

perhitungan untuk hasil pembagian tiap-tiap jenis SHU

7 Astusi, Y., (2011) AHP untuk PemodelanSPK

Pemilihan Sekolah Tinggi

Dari hasil perhitungan contoh kasus di atas maka disimpulkan

bahwa sekolah tinggi komputer A yang layak untuk dipilih

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

Komputer berdasarkan metode AHP dengan penilaian fasilitas yang

memadai, biaya mahal dan kualitas baik. Aplikasi AHP untuk

pemodela SPK pemilihan sekolah tinggi komputer dapat

menghasilkan pengAmbilan keputusan yang rasional dan

optimal

8 Sestri, E., (2013) Penilaian Kinerja Karyawan

Dengan Menggunakan Metode

AHP Studi Kasus di STIE Ahmad

Dahlan Jakarta

Penentuan kriteria atau parameter dalam metode AHP ini adalah

hal yang penting, dimana dalam penilaian kinerja karyawan ini

kriteria yang digunakan terdiri adai pengajaran, penelitian,

pengabdian masyarakat, aktivitas internal dan penilaian

mahasiswa. Menentukan alternatif-alternatif meliputi karyawan

yang mengajar dan masih aktif mengajar dengan mengAmbil

lima orang sampel karyawan kemudian melakukan proses

perhitungan AHP untuk mencari bobot kriteria dan konsistensi

kriteria berdasarkan tingkat kepentingannya

9 Makkasau, K (2012) Penggunaan Metode Analytic

Hierarchy Process (AHP) Dalam

Penentuan Prioritas Program

Kesehatan (Studi Kasus Program

Promosi Kesehatan)

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan

untuk penentuan prioritas program kesehatan. Stake Holder akan

dengan mudah memahami penetapan prioritas program dengan

penggunaan metode AHP, dibandingkan metode Hanlon, Delbeq

maupun PEARL. Berdasarkan metode AHP maka program yang

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

memperoleh prioritas pertama, khususnya pada bagian Promosi

Kesehatan adalah pendampingan kelurahan siaga, disusul

pembentukan kelurahan siaga dan paling akhir

10 Lee, Yang dan Lin., 2011 The Construction of an Evaluation

Model for After-school Programs

Membahas tentang berbagai jenis program setelah sekolah untuk

anak-anak telah dibentuk dramatis di Taiwan karena perubahan

struktur sosial. Penelitian ini bertujuan untuk membangun

sebuah evaluasi model untuk program setelah sekolah,

berdasarkan sudut pandang teori dan praktek dan dimasukkan

baik kualitas layanan dan strategi pemasaran. Setelah kajian

literatur secara menyeluruh dan wawancara dengan para ahli,

hirarki evaluasi, yang terdiri dari faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan dalam program setelah sekolah mengevaluasi,

dibangun. Para ahli diundang untuk mengisi kuesioner

berdasarkan pada hirarki. Proses hirarki analisis (AHP)

digunakan untuk menghitung kepentingan relatif dari faktor.

Model evaluasi maju akan menyediakan mekanisme yang efektif

dan obyektif untuk mengevaluasi program setelah sekolah

11 Liu, Wang dan Yang.,

2010

Research on Parallel LU

Decomposition Method and It's

Membahas tentang hasil kuesioner diperoleh enam faktor utama

yang mempengaruhi pilihan pekerjaan, Menurut pilihan karir

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Keterangan

Application in Circle

Transportation

Sarjana model AHP, dengan membangun penilaian matriks,

melakukan pemilahan hirarkis dan uji konsistensi, Tugas untuk

masing-masing faktor dampak, menurut penugasan hak untuk

kembali menyortir, menganalisis dan mengidentifikasi faktor-

faktor utama yang mempengaruhi karir lulusan. Menyediakan

referensi bagi mahasiswa dalam memilih konsep pendidikan dan

bimbingan kerja. Melalui analisis dan solusi dari subjek, kami

melihat bahwa metode AHP memiliki keuntungan sistematis,

praktis, dan kesederhanaan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process

2.3.2. Perbedaan Dengan Penelitian Lain

Pada penelitian ini penulis akan mengkaji apakah metode AHP dapat memberikan

kesimpulan yang objektif terhadap penilaian karyawan. Untuk melihat perbandingan

dengan penelitian yang lain dapat dilihat pada tabel 2.2.

Berdasarkan hasil pemetaan yang ada dapat disimpulkan bahwa penilaian

terhadap suatu domain masalah menggunakan metode AHP bersifat sistematis tetapi

tidak dibahas secara detail mengenai tingkat akurasi jika suatu bagian pembentukan

dari matriks pembentuk sistem tidak dianalisis secara detail.Berdasarkan penelitian

yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangsih saran terhadap

pengembangan salah satu bagian pembentukan dari metode AHP ini seperti pada

bagian pembentukan hasil eigen value, sehingga didapat suatu penilaian yang

memiliki akurasi yang lebih tinggi.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara