penerapan metode analytical hierarchy process ahp…

97
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP )DALAM PEMILIHAN RESTORAN DI JL. DR. MANSYUR MEDAN SKRIPSI DEDI SEPTIAN 120803064 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)DALAM PEMILIHAN RESTORAN

DI JL. DR. MANSYUR MEDAN

SKRIPSI

DEDI SEPTIAN 120803064

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN RESTORAN

DI JL. DR. MANSYUR MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DEDI SEPTIAN 120803064

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PERSETUJUAN

Judul : Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process

(AHP)Dalam Pemilihan Restoran di Jl. Dr. Mansyur Medan

Kategori : Skripsi Nama : Dedi Septian Nomor Induk Mahasiswa : 120803064 Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, 2018

Komisi Pembimbing: Pembimbing 2, Pembimbing 1, Drs. Pengarapen Bangun, M. Si Dra.Normalina Napitupulu, M.sc NIP. 19560815 198503 1 005 NIP. 19631106 198902 2 001 Disetujui oleh: Departemen Matematika FMIPA USU Ketua, Dr. Suyanto, M.Kom NIP. 19590813 198601 1 002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PERNYATAAN

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN RESTORAN

DI JL. DR. MANSYUR MEDAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2018

DEDI SEPTIAN

120803064

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PENGHARGAAN Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang baik dengan kasih dan

berkatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan

Restoran di Jl Dr. Mansyur Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan

dukungan moral dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis tidak menyerah

dalam penelitian yang dilakukan dan penyusunan skripsi. Penulis menyampaikan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Normalina Napitupulu, M.Sc selaku pembimbing 1 dan bapak

alm. Drs. Pangarapen Bangun, M.Si selaku pembimbing 2 yang telah

membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. BapakDrs. Gim Tarigan, M. Si dan Bapak Drs. Pasukat Sembiring, M.

Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang

membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. BapakDr. Suyanto, M.Kom dan BapakDrs. Rosman Siregar, M. Si

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA-USU

Medan.

4. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M. Si selaku Dekan FMIPA USU serta

seluruh civitas akademika di lingkungan FMIPA USU.

5. Orang tua yang tersayang serta saudara dan saudari penulis yang selama

ini memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

6. Teman-teman mahasiswa matematika stambuk 2012 dan teman-teman

lainnya yang membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

PENERAPAN METODEANALYTICAL HIERARCH PROCESS(AHP) DALAM PEMILIHAN RESTORAN

DI JL. DR. MANSYUR MEDAN

ABSTRAK

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis. Hirarki fungsional dan matriks perbandingan berpasangan merupakan komponen utama dalam struktur AHP. Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik dari pendapat responden. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh dari matriks ini. Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor evaluasi, uji konsistensi harus dilakukan (CR < 0,100). Metode AHP dalam penelitian ini digunakan untuk pemilihan prioritas restoran di Jl. Dr. Mansyur Medan. Hasil analisi menggunakan metode AHP menunjukan bahwa restoran Ayam Penyet Surabaya menjadi pilihan prioritas restoran dengan bobot 26,67%.

Kata kunci : Analytical Hierarchy Process (AHP), Nilai eigen, Vektor eigen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

APPLICATION OF ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)ON RESTAURANT PREFERENCE

AT DR. MANSYUR STREET MEDAN

ABSTRACT

Analytical Hierarchy Process (AHP) method is a decision making method which use factor of logic, experience, knowledge, emotion and feeling for optimized in a systematic process. Functional hierarchy and pair-wise comparison matrix is the main component in structure of AHP. In this pair-wise comparison matrix, the weight of each criterion will be sought by normalizing the geometric mean of respondents’ opinion. Maximum eigen values and eigen vector which normalized will be obtained in this matrix. In the process of determining hierarchy weighting factor as well as evaluation factor, there must be a consistency testing (CR < 0,100). AHP method used in this study to election priority of restaurant at Dr. Mansyur Street Medan. AHP analysis results showed that Ayam Penyet Surabaya restaurant is a priority with quality 26,67%.

Keywords : Analytical Hierarchy Process (AHP), Eigen values, Eigen vector

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK iv ABSTRACT v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5 Tinjauan Pustaka 3 1.6 Kontribusi Penelitian 6 1.7 Metodologi Penelitian 6

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 2.1 Analitycal Hierarchy Process (AHP) 7

2.1.1 Pengertian Analitycal Hierarchy Process (AHP) 7 2.1.2 Manfaat Analitycal Hierarchy Process (AHP) 8 2.1.3 Landasan Analitycal Hierarchy Process (AHP) 8 2.1.4 Prinsip-Prinsip Dasar AHP 9 2.1.5 Tahapan Analitycal Hierarchy Process (AHP) 11 2.1.6 Penentuan Prioritas 12 2.1.7 Eigen Value dan Eigen Vektor 15 2.1.8 Uji Konsistensi dan Ratio 19

2.2 Restoran 20 2.2.1 Pengertian Restoran 21

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pemilihan restoran 21

2.3 Penerapan AHP dalam Menentukan Pemilihan Restoran di Jl. DR.Mansyur Medan 27

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 29

3.1Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria 29

3.2 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga 31 3.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

3.4 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan 36 3.5 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran 39 3.6 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi 41 3.7 Perhitungan Total Rangking/Prioritas Global 44

3.7.1 Faktor Evaluasi Total 44 3.7.2 Total Rangking 45

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 46 4. 1 Kesimpulan 46 4. 2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47 LAMPIRAN 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Matriks Perbandingan Berpasangan 5 Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 12 Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan 13 Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Intensitas 14 Tabel 2.4 Nilai Random Indeks 20 Tabel 3.1 Matriks Faktor Pembobotan untuk Semua Kriteria 29 Tabel 3.2 Matriks Faktor Pembobotan untuk Semua Kriteria yang Disederhanakan 30 Tabel 3.3 Matriks Faktor Pembobotan untuk Semua Kriteria yang

Dinormalkan 31 Tabel 3.4 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga 32 Tabel 3.5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang Disederhanakan 32 Tabel 3.6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang

Dinormalkan 34 Tabel 3.7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan 34 Tabel 3.8 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layananyang

Disederhanakan 35 Tabel 3.9 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan

yang Dinormalkan 36

Tabel 3.10 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan 37 Tabel 3.11 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan yang Disederhanakan 37 Tabel 3.12 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan

yang Dinormalkan 39 Tabel 3.13 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran 39 Tabel 3.14 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran

yang Disederhanakan 40 Tabel 3.15 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran yang

Dinormalkan 41 Tabel 3.16 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi 42 Tabel 3. 17 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi yang Disederhanakan 42 Tabel 3.18 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi yang

Dinormalkan 44 Tabel 3.19 Matriks Hubungan antara Kriteria dan Alternatif

sebelumDiurutkan 44 Tabel 3.20 Matriks Hubungan Antara kriteria dan Alternatif setelah Diurutkan 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 1.1 Struktur Hirarki dalam Analitycal Hierarchy Process (AHP) 4Gambar 2.1 Strukur hirarki 9 Gambar 2.2 Struktur Hirarki Penentuan Prioritas Pemilihan Restoran 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Lampiran 1 Data Semua Kriteria 48 Lampiran 2 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk

Semua Kriteria 50 Lampiran 3 Data Alternatif untuk Kriteria Harga 52 Lampiran 4 Perhitungan Faktor Pembobotan Evaluasi untuk

Kriteria Harga 56 Lampiran 5 Data Alternatif untuk Kriteria Kualitas Layanan 57 Lampiran 6 Perhitungan Faktor Pembobotan Evaluasi untuk

Kualitas Layanan 61 Lampiran 7 Data Alternatif untuk Kriteria Kualitas Makanan 62 Lampiran 8 Perhitungan Faktor Pembobotan Evaluasi untuk

Kriteria Kualitas Makanan 66 Lampiran 9 Data Alternatif untuk Kriteria Atmosfer Restoran 67 Lampiran 10 Perhitungan Faktor Pembobotan Evaluasi untuk

Kriteria Atmosfer Restoran 70 Lampiran 11 Data Alternatif untuk Kriteria Lokasi 72 Lampiran 12 Perhitungan Faktor Pembobotan Evaluasi untuk

Kriteria Lokasi 76 Lampiran 13 Faktor Evaluasi Total 77 Lampiran 14 Kuesioner 78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restoran adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan

hidangankepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan

serta menetapkantarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Restoran

merupakan suatu operasilayanan makanan yang mendatangkan keuntungan

dengan basis utamanya adalah penjualanmakanan dan minuman kepada individu-

individu dan tamu dalam kelompok kecil (Ninemeier, 2006).

Dimasa sekarang, bisnis restoran merupakan suatu bisnis yang menjanjikan,

terutama di daerah perkotaan. Dimana gaya hidup masyarakat yang mengalami

perubahan. Bagi mereka yang sehari-hari sibuk bekerja hampir tidak mempunyai

waktu untuk menyiapkan hidangan keluarga, apalagi harus menyediakan sendiri

jamuan makan untuk acara tertentu. Dengan demikian mereka akan menyerahkan

tanggung jawab penyediaan makanan kepada restoran pilihan mereka. Oleh

karena itu tidak mengherankan jika bidang usaha restoran mengalami

perkembangan yang pesat. Restoran juga tidak hanya sebagai tempat makan,

banyak masyarakat yang menjadikan restoransebagai tempat untuk berkumpul.

Hal itu ditinjau dari gaya hidup masyarakat masa kini yangcenderung senang

bertatap muka, bersantai dan berbincang. Sudah menjadi suatu kebutuhan

masyarakat untuk bersosialisasi, dan mereka membutuhkan sarana untuk

mewujudkan keinginan mereka. Oleh karena itu, dengan adanya

restoraninidimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat yaitu sarana

berkumpul.

Secara umum, faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran adalah

kualitas rasa, harga, menu, lokasi yang strategis, kebersihan restoran serta

pelayanan terhadap pelanggan. Apabila faktor tersebut terpenuhi maka pelanggan

akan merasa puas terhadap restoran pilihan pelanggan. Kepuasan pelanggan

adalah sebagai perasaan suka atau tidak seseorang terhadap suatu produk setelah

membandingan prestasi produk tersebut dengan harapannya (Kotler, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

(Irawan, 2002) menyatakan bahwa pelanggan yang puas adalah pelanggan yang

berbagi kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan, pelanggan yang

puas akan berbagi rasa dan pengalaman dengan pelanggan lain. Oleh karena itu,

baik pelanggan maupun produsen akan sama-sama diuntungkan apabila kepuasan

terjadi.

Kota Medan adalah salah satu kota metropolitan dan tentunya banyak

terdapat restoran seperti di Jl. Dr Mansyur Medan. Kita dapat melihat bahwa

restoran-restoran tersebut banyak dikunjungi oleh mahasiswa Universitas

Sumatera Utara karena lokasinya berdekatan dengan kampus USU. Bagi

mahasiswa restoran tidak hanya sebagai tempat makan saja tetapi sering

dimanfaatkan sebagai tempat berdiskusi, reuni dan mengerjakan tugas kuliah.

Oleh karena itu pemilihan restoran yang tepat merupakan hal yang utama bagi

mahasiswa ataupun masyarakat supaya merasa puas.

Berdasakan uraian diatas, peneliti ingin melihat restoran yang menjadi pilihan

mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Mansyur Medan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Prof.

Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang

digunakan untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif

dalam pemecahan suatu masalah. Metode AHP merupakan salah satu metode

pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, pengalaman,

pengetahuan, emosi dan rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis.

Komponen utama dari metode AHP ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah merupakan persepsi manusia. Artinya masalah tersebut

dipecah dalam kelompok-kelompok yang akan menjadi suatu bentuk hirarki.

Berdasarkan uraian tersebut, pengambilan keputusan dengan metode AHP sangat

tepat untuk memilih restoran terbaik yang berada di Jl. Dr. Mansyur Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka permasalahan dari penelitian ini

adalah

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengunjung atau konsumen dalam

memilih restoran di Jl. Dr Mansyur Medan.

2. Bagaimana menentukan restoran yang paling diminati di Jl. Dr. Mansyur

Medan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan

persepsi konsumen.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan

dibatasi sebagai berikut:

1. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuisoner.

2. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan masyarakat yang

yang mengetahui danpernah makan di restoran – restoran yang menjadi

objek penelitian ini.

3. Restoran yang menjadi alternatif dalam penelitian ini adalah restoran

Zam-Zam Hidayah, Ayam Penyet Jakarta, Tri Boy, Joko Solo, dan Ayam

Penyet Surabaya.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pemilihanrestoran yang paling

prioritas di Jl. Dr. Mansyur Medan dengan metode Analytical Hierarchy Process

(AHP).

1.5 Tinjauan pustaka

Menurut Thomas L. Saaty, Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu

model pendukung keputusan yang menguraikan masalah multi faktor atau multi

kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu

representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi

level di mana multi level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria,

sub kriteria dan alternative. Berikut struktur hirarki yang lengkap (Saaty, 1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Gambar 1.1 Struktur Hirarki dalam AHP

Kardi Teknomo, Hendro Siswanto dan Sebastianus Ari Yudhanto (2005)

menguraikan tentang penggunaan AHP yang dimulai dengan membuat struktur

hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki

terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-

alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk

membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini

akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor

utama atau fungsi-eigen.

Suyatno dkk (2011) dalam tesis mereka yang berjudul Rancang Bangun

Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Gagasan dengan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP) mengatakan bahwa model hirarki dalam

AHP dilakukan pembobotan pada matriks perbandingan berpasangan pada setiap

tingkatannya, yaitu kriteria, dan alternatif. Perbandingan dilakukan berdasarkan

kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen

terhadap elemen lainnya proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level

hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian

diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5. Maka

susunan elemen- elemen yang dibandingkan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Tabel 1.1Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 A3 A4 A5

A1 1

A2 1

A3 1

A4 1

A5 1

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala

bilangan dari 1 sampai 9. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan

yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai

kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya

sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j

mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i

merupakan kebalikannya.Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan

metode AHP adalah yaitu:

1. Struktur yang berbentuk hierarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang

dipillih sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas

pembuat keputusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Menurut Prof. Dr. Iryanto, M. Si dalam tulisannya mengatakan bahwa

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode yang banyak digunakan

dalam me-rating (memeringkat) berbagai masalah dan telah menunjukkan hasil

yang mengagumkan. Metode ini menyelesaikan permasalahan dengan memecah

masalah sampai ke bagian yang paling kecil. Metode ini juga memiliki banyak

keistimewaan seperti dapat digunakan tanpa data statistik dan dalam analisisnya

menggunakan preferensi dari ahli. Namun demikian, metode AHP membutuhkan

responden yang benar-benar ahli dalam bidang yang dianalisis.

1.6 Kontribusi Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemilik restoran, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan

imformasi dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan bisnis.

2. Dapat dijadikan referensi bagi Mahasiswa FMIPA USU atau konsumen

lainnya dalam hal mengambil keputusan pemilihan restoran.

3. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan untuk

mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang

lebih luas.

1.7 Metodologi Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah:

1. Menentukan kriteria dan alternatif restoran yang berada di Jl. Dr. Mansyur

Medan.

2. Menyusun kuesioner penelitian dan mendistribusikan kepada responden.

3. Mendefenisikan masalah dan membuat struktur hirarki yang diawali

dengan tujuan, dilanjutkan dengan kriteria dan alternatif pilihan restoran.

4. Membentuk matriks perbandingan berpasangan.

5. Menormalkan data.

6. Menghitung nilai eigen vektor dari setiap matriks perbandingan

berpasangan.

7. Menguji konsistensi hirarki.

8. Menentukan alternatif yang paling diminati dari hasil analisa.

9. Membuat kesimpulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analytical Hierarchy process (AHP)

2.1.1. Pengertian Analytical Hierarchy process (AHP)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah

multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut

Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah

permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level

pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan

seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu

masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang

kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan

tampak lebih terstruktur dan sistematis.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering dihadapkan pada suatu

pemilihan dari berbagai alternatif.Disini diperlukan penentuan prioritas terhadap

pilihan-pilihan yang ada. Dalam menentukan prioritas tersebut, seseorang akan

menggunakan faktor-faktor logika dengan membandingkan pilihan-pilihan

tersebut dibantu dengan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan pilihan.

Analogi tersebut telah menggambarkan bagaimana prinsip dari metode AHP.

Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang

menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman, pengetahuan, emosi dan

rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis. Metode AHP ini

dikembangkan oleh seorang ahli matematika yaitu Thomas L. Saaty di University

Of Pittsburgh, Amerika Serikat pada tahun 1970-an.Pada dasarnya, metode AHP

adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas suatu

persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan

keputusan dengan memecah persoalan tersebut ke dalam suatu bagian-bagian serta

menata bagian-bagian tersebut dalam suatu bentuk susunan hirarki, memberi nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya variabel dan mensintesis

berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki

prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi

tersebut.

2.1.2.Manfaat Analytical Hierarchy Process (AHP)

Adapun manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process ,antara lain yaitu:

a. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam

menganalisis pengambilan keputusan

b. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam

membandingkan faktor-faktor yang ada,

c. Memudahkan pengukuran dalam elemen,

d. Memungkinkan perencanaan ke depan.

2.1.3. Landasan Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri :

1. Reciprocal Comparison,yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan

berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Si pengambil

keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya.

Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih

disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala 1/x

2. Homogenity,yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat

dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya

dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi

maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus

dibentuk suatu’cluster’ (kelompok elemen-elemen) yang baru.

3. Independenceberarti setiap level mempunyai kaitan walaupun mungkin saja

terjadi hubungan yang tidak sempurna. Ini menunjukkan bahwa pola

ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas,

Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau

tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya.

4. Expectations,artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki

diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau

diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap

2.1.4. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP ada beberapa prinsip

dasar yang harus dipahami, yaitu :

a. Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh

menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan,

dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan

hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur – unsur sampai

tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan

beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur

hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan

incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen

pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada

pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan

dari hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni:

- Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal)

- Tingkat kedua : Kriteria – kriteria

- Tingkat ketiga : Alternatif – alternatif

Gambar 2.1 Struktur Hirarki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

b. Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan

relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan

tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan

berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen – elemennya. Hasil dari

penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise

comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat

preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang

digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah

(equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan

paling tinggi (extreme importance). Agar diperoleh skala yang tepat

dalam membandingkan dua elemen, maka hal yang perlu dilakukan adalah

memberikan pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang

dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria. Dalam melakukan

penilaian kepentingan relatif terhadap dua elemen berlaku aksioma

recripocal.

c. Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.

Pada setiap matriks “pairwise comparison” terdapat local priority. Oleh

karena “pairwise comparison” terdapat pada setiap tingkat, maka untuk

mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority

tersebut. pengurutan elemen-elemen tersebut menurut kepentingan relatif

melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting.

d. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah

bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan

keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara

obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu, misalnya sama

penting, sedikit lebih penting, jelas lebih penting, mutlak lebih penting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

2.1.5.Tahapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam penerapan metode Analytical Hierarchy Process dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut (Suyatno dkk, 2011)

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama sebagai level

teratas dilanjutkan dengan kriteria-kriteria yang cocok dan menentukan

alternatif. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki

dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).

3. Menyusun dan mendistribusikan kuesioner.

4. Pemindahan tingkat kepentingan verbal ke dalam tingkat kepentingan numerik

untuk dimasukkan kedalam matriks perbandingan berpasangan dengan

menggunakan skala 1 sampai dengan 9.

5. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat

di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil

keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan

elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih

sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari

level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya

E1,E2,E3,E4,E5.

6. Merata-ratakan hasil perbandingan berpasangan dengan rata-rata geometric

karena penilaian melibatkan banyak orang (group decision). Untuk

menghitung rata-rata geometrik, nilai harus dikalikan, dan dari hasil ini ditarik

akar pangkat bilangan yang sama dengan jumlah orang yang memberi

penilaian itu. Formula rata-rata geometric adalah

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Dimana G = rata-rata geometric; x1, x2, x3,……,xn= penilaian ke 1,2,3,…,n;

n = banyaknya pilihan

7. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

8. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka

pengambilan data diulangi.

9. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang

merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen

pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan

dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi

setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap

baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.

10. Memeriksa konsistensi hirarki. Rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau

sama dengan 10 % (CR < 0,100) agar menghasilkan keputusan yang

mendekati valid.

2.1.6. Penentuan proiritas

Menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan

berpasangan yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen

untuk setiap sub hirarki. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk

matriks.

Tabel 2.1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Equal importance (sama penting) Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama

3 Weak importance of one over another (sedikit lebih penting)

Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen dibanding lainnya

5 Essential or strong importance (lebih penting)

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas elemen yang lainnya

7 Demonstrated importance (sangat penting)

Satu elemen dengan kuat didukung dan didominasinya yang terlihat dalam praktek.

9 Extreme importance (mutlak lebih penting)

Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

2, 4, 6, 8 Intermediate values (nilai yang berdekatan)

Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan

Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibanding elemen i

Setelah keseluruhan proses perbandingan berpasangan dilakukan, maka bentuk

matriks perbandingan berpasangannya adalah seperti pada Tabel 2.2. Misalkan,

terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai

berdasarkan pada nilai tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj

dipresentasikan dalam matriks Pair-wise Comparison. Maka hasil perbandingan

dari elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matriks A berukuran n × n

sebagai berikut:

Tabel 2.2. Matriks Perbandingan Berpasangan

𝐴𝐴1 𝐴𝐴2 … 𝐴𝐴𝑛𝑛

A1 a11 a12 … a1n

A2 a21 a22 … a2n

⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮

An an1 an2 … ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang

menyatakan hubungan :

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1(baris) terhadap kriteria C dibandingkan

dengan A1 (kolom) atau

b. Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan

A1 (kolom).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Matriks A𝑛𝑛𝑥𝑥𝑛𝑛 merupakan matriks reciprocal yang diasumsikan terdapat n elemen

yaitu 𝑤𝑤1,𝑤𝑤2 ,…w𝑛𝑛yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara

berpasangan antara 𝑤𝑤𝑖𝑖 , dan 𝑤𝑤𝑗𝑗 ,yang dipresentasikan dalam sebuah matriks 𝑤𝑤𝑖𝑖𝑤𝑤𝑗𝑗

= 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 ,

dengan i, j = 1, 2,…, n, sedangkan 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 merupakan nilai matriks hasil perbandingan

yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj bersangkutan sehingga

diperoleh matriks yang dinormalisasi. Untuk i = j, maka 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 1 (diagonal matriks),

atau apabila antara elemen operasi Ai dengan Aj memiliki tingkat kepentingan

yang sama maka 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1. Data dari matriks perbandingan berpasangan ini

merupakan dasar untuk menyusun vektor prioritas dalam AHP. Bila vektor

pembobotan elemen-elemen operasi dinyatakan dengan W, dengan W =

(𝑤𝑤1,𝑤𝑤2 ,…w𝑛𝑛 ), maka intensitas kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2 adalah 𝑤𝑤1 𝑤𝑤2

= 𝑎𝑎12 , sehingga matriks perbandingan berpasangan dapat dinyatakan pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Matriks Perbandingan Intensitas

𝐴𝐴1 𝐴𝐴2 … 𝐴𝐴𝑛𝑛

A1 𝑤𝑤1

𝑤𝑤2

𝑤𝑤1

𝑤𝑤2 … 𝑤𝑤2

𝑤𝑤1

A2 𝑤𝑤2

𝑤𝑤1

𝑤𝑤2

𝑤𝑤2 … 𝑤𝑤2

𝑤𝑤1

⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮

An 𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤1

𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤2

… 𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤𝑛𝑛

Model AHP didasarkan pada matriks perbandingan berpasangan, di mana

elemen- elemen pada matriks tersebut merupakan penilaian (judgement) dari

responden (decisionmaker). Seorang decisionmaker akan memberikan penilaian,

mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa

yang dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap tingkat hirarki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

(levelofhierarchy )dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu

persoalan.

2.1.7. Eigen Value dan Eigen Vector

Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan

diberikan definisi – definisi mengenai matriks dan vektor.

1. Matriks

Matriks adalah sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks,

variabel–variabel) yang disusun secara persegi panjang (yang terdiri dari baris dan

kolom) yang biasanya dibatasi dengan kurung siku atau biasa. Jika sebuah matriks

memiliki m baris dan n kolom maka matriks tersebut berukuran (ordo) m x n.

Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan skalar–skalarnya

berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.

A =

⎣⎢⎢⎢⎢⎡𝑎𝑎11𝑎𝑎12 … 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 … 𝑎𝑎1𝑛𝑛𝑎𝑎21𝑎𝑎22 …𝑎𝑎2𝑗𝑗 …𝑎𝑎2𝑛𝑛

⋮⋮⋱⋮⋱⋮𝑎𝑎𝑖𝑖1𝑎𝑎𝑖𝑖2 …𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 … 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑛𝑛

⋮⋮⋱⋮⋱⋮𝑎𝑎𝑚𝑚1𝑎𝑎𝑚𝑚2 … 𝑎𝑎𝑚𝑚𝑗𝑗 …𝑎𝑎𝑚𝑚𝑛𝑛 ⎦

⎥⎥⎥⎥⎤

= �𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 �

2. Vektor dari n dimensi

Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen – elemen yang

teratur berupa angka–angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris,

dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n )

maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn

Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan

entri riil dinotasikan dengan 𝑅𝑅𝑛𝑛 .Untuk vector 𝑢𝑢→ dirumuskan sebagai berikut:

U R

𝑢𝑢→∈ 𝑅𝑅𝑛𝑛

𝑢𝑢→ = �

𝑎𝑎1𝑎𝑎2⋮𝑎𝑎𝑛𝑛

� 𝑅𝑅𝑛𝑛

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

3. Eigen Value dan Eigen Vector

Defenisi:Apabila A adalah matriks bujur sangkar n x n, maka vektor tak nol x di

dalam dinamakan eigen vector dari A jika Ax kelipatan skalar x, yakni:

Apabila A adalah matriks bujur sangkar n x n, maka vektor tak nol x di dalam 𝑅𝑅𝑛𝑛

dinamakan eigen vector dari A jika Ax kelipatan skalar x, yakni

Ax = λx (1)

Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vector yang

bersesuaian dengan λ. Untuk mencapai eigen value dari matriks A yang berukuran

n x

n, maka dapat ditulis pada persamaan berikut:

Ax = λx (2)

Atau secara ekivalen

(λI − A)x = 0 (3)

Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan

ini. Akan tetapi, persamaan (3) akan mempunyai pemecahan nol jika dan hanya

jika:

det (𝜆𝜆 I – A)x = 0 (4)

Ini dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini

adalah eigen value dari A. Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai

terhadap elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif

berkebalikan, yakni 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 1𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖

.

Bobot yang dicari dinyatakan dalam vector w = ( 𝑤𝑤1,𝑤𝑤2,𝑤𝑤3, … ,𝑤𝑤𝑛𝑛 ). Nilai

𝑤𝑤𝑛𝑛 menyatakan bobot kriteria A𝑛𝑛 terhadap keseluruhan set kriteria pada subsistem

tersebut.

Jika 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan

𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗 menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap k, maka agar keputusan

menjadi konsisten, kepentingan i terhadap faktor k harus sama dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 .𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗 atau jika 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 . 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗 = 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 untuk semua i, j, k maka matriks tersebut

konsisten.

Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor w, maka elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 dapat

ditulis:

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 𝑤𝑤𝑖𝑖𝑤𝑤𝑗𝑗

; ∀𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,3, … ,𝑛𝑛

Jadi matriks konsistennya adalah:

aij .𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗 = 𝜔𝜔𝑖𝑖𝜔𝜔𝑗𝑗

. 𝜔𝜔𝑗𝑗

𝜔𝜔𝑗𝑗= 𝜔𝜔𝑖𝑖

𝜔𝜔𝑗𝑗= 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 (5)

Maka untuk matriks perbandingan berpasangan diuraikanmenjadi:

aij = 𝜔𝜔𝑖𝑖𝜔𝜔𝑗𝑗

= 1𝜔𝜔𝑗𝑗

𝜔𝜔𝑖𝑖�= 1

aji (6)

Dari persamaaan dapat dilihat bahwa

aij .𝜔𝜔𝑖𝑖

𝜔𝜔𝑗𝑗= 1; ∀𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,3, … ,𝑛𝑛

Dengan demikian untuk pair-ise comparison matriks yang konsisten menjadi:

∑ aij .𝑛𝑛𝑗𝑗=1 𝜔𝜔𝑖𝑖𝑗𝑗 . 1

𝜔𝜔𝑖𝑖𝑗𝑗= 𝑛𝑛; ∀𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,3, … ,𝑛𝑛 (7)

Persamaan di atas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah ini:

𝐴𝐴.𝜔𝜔 = 𝑛𝑛.𝜔𝜔 (8)

Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa w adalah eigen vector dari

matriks A dengan nilai eigen n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi

matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

⎜⎜⎜⎛

𝑤𝑤1

𝑤𝑤1

𝑤𝑤1

𝑤𝑤2…

𝑤𝑤1

𝑤𝑤2𝑤𝑤2

𝑤𝑤1

𝑤𝑤2

𝑤𝑤2…

𝑤𝑤2

𝑤𝑤𝑛𝑛… … … …𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤1

𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤2

…𝑤𝑤𝑛𝑛𝑤𝑤𝑛𝑛⎠

⎟⎟⎟⎞

.�

𝑤𝑤1𝑤𝑤2…𝑤𝑤𝑛𝑛

� = 𝑛𝑛 . �

𝑤𝑤1𝑤𝑤2…𝑤𝑤𝑛𝑛

Tetapi pada kenyataannya tidak dapat dijamin bahwa:

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗𝑎𝑎𝑗𝑗𝑗𝑗

Salah satu penyebabnya yaitu karena unsur manusia (decision maker) tidak selalu

dapat konsisten mutlak dalam mengekspresikan preferensi terhadap elemen-

elemen yang dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa penilaian yang diberikan

untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hirarki dapat saja tidak konsisten

(inconsistent).

Jika 𝜆𝜆1, 𝜆𝜆2,…..𝜆𝜆𝑛𝑛adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan:

A.X = 𝜆𝜆.𝑋𝑋

Dengan eigen value dari matriks A dan 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = 1 ; ∀𝑖𝑖, 𝑗𝑗 = 1,2,.......n ; maka dapat

ditulis

Σ𝜆𝜆𝑖𝑖 = n

Misalkan jika suatu matriks perbandingan berpasangan bersifat ataupun

memenuhi kaidah konsistensi seperti pada persamaan (6), maka perkalian elemen

matriks sama dengan 1.

A = �𝐴𝐴11 𝐴𝐴12𝐴𝐴21 𝐴𝐴22

� 𝐴𝐴21= 1𝐴𝐴12

Eigen value dari matriks A,

AX – 𝜆𝜆𝑋𝑋 = 0

(A – 𝜆𝜆I) X = 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

[𝐴𝐴 − 𝜆𝜆𝜆𝜆] = 0

Jadi diuraikan persamaan:

�𝐴𝐴11 𝐴𝐴12𝐴𝐴21 𝐴𝐴22

� – 𝜆𝜆 �1 00 1� = �𝐴𝐴11 𝐴𝐴12

𝐴𝐴21 𝐴𝐴22� - �𝜆𝜆 0

0 𝜆𝜆� = �𝐴𝐴11−𝜆𝜆 𝐴𝐴12𝐴𝐴21 𝐴𝐴22− 𝜆𝜆

� = 0

Hasilnya adalah :

�𝐴𝐴11−𝜆𝜆 𝐴𝐴12𝐴𝐴21 𝐴𝐴22− 𝜆𝜆

� = 0

Dari persamaan diatas jika diuraikan untuk mencari harga eigen value maximum

(λ-max). Untuk elemen matriks 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 =1 bila i = j, maka 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22=...=𝑎𝑎𝑚𝑚𝑛𝑛 = 1

Sehingga diketahui bahwa 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 1. Selanjutnya diperoleh:

𝜆𝜆12 = 1 ; 𝜆𝜆1 = 1, 𝜆𝜆2= 1

Dengan demikian matriks pada persamaan diatas merupakan matriks yang

konsisten, dimana nilai λ-max sama dengan harga dimensi matriksnya. Jadi untuk

n > 2, maka semua harga eigen value-nya sama dengan nol dan hanya ada satu

eigen value yang sama dengan n (konstanta dalam kondisi matriks konsisten).

2.1.8.Uji konsistensi Indeks dan Rasio

Dalam penilaian perbandingan berpasangan sering terjadi ketidakkonsistenan dari

pendapat/ preferensi yang diberikan oleh pengambil keputusan.Konsistensi dari

penilaian berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung Consistency Ratio

(CR). Thomas Lorie Saaty menetapkan apabila CR ≤ 0,1, maka hasil penilaian

tersebut dikatakan konsisten. Saaty telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi

dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

CI = rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi

𝜆𝜆𝑚𝑚𝑎𝑎𝑥𝑥 = nilai eigen terbesar dari matriks ordo n

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

n = ordo matriks

Apabila CI bernilai nol, maka pairwise comparison matrix (matriks perbandingan

berpasangan) tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang

telah ditetapkan oleh Thomas Lorie Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio

Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random

indeks (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National

Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan

seperti Table 2.4 . Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian,

Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :

CR = CI𝑅𝑅𝜆𝜆

CR = rasio konsistensi

RI = indeks random

Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat acuan untuk menyatakan apakah CI

menunjukkan suatu matriks yang konsisten atau tidak konsisten. Saaty

mendapatkan nilai rata-rata Random Index (RI) seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.4.Tabel Nilai Random Indeks (RI)

Ordo Matriks

(n) 1 2 3 4 5 6 7 8

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 Ordo

Matriks (n)

9 10 11 12 13 14 15

RI 1,45 1,49 1,51 1,54 1,56 1,57 1,59

Bila matriks perbandingan berpasangan dengan nilai CR lebih kecil dari 0,100

maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima jika

tidak maka penilaian perlu diulang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

2.2 Restoran

2.2.1. Pengertian Restoran

Restoranadalah suatu tempat atau bangunanyang diorganisir secara komersil, yang

menyelenggarakan pelayanandengan baik kepada semua konsumennya baik

berupa makanan maupunminuman (Marsun W, 2005). Tujuan

operasionalrestoranadalah untuk mencari keuntungansebagaimana tercantum

dalam definisi Prof. Vanco Christian dariSchool Hotel Administration di Cornell

University. Selain bertujuan bisnis ataumencari keuntungan, membuat puas

parakonsumennya pun merupakantujuan operasionalrestoranyang utama.

Pengertian restoran atau rumah makan menurut KeputusanMenteri

Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85tentang

Peraturan usaha Rumah Makan, dalam peraturan ini yangdimaksud dengan

pengusaha Jasa Pangan adalah : “Suatu usaha yangmenyediakan jasa pelayanan

makanan dan minuman yang dikelola secarakomersial”. Sedangkan menurut

peraturan Menteri Kesehatan RI No.304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan

rumah makan maka yangdimaksud rumah makan adalah satu jenis usaha jasa

pangan yangbertempat di sebagian atauseluruh bangunan yang permanen

dilengkapidengan peralatan dan perlengkapan untuk proses

pembuatan,penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum

ditempat usahanya.Secara umum, restoran merupakan tempat yang dikunjungi

oranguntuk mencari berbagai macam makanan dan minuman.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pemilihan

Restoran

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih restoran

yaitu harga, layanan, variasi makanan, kualitas makanan, kebersihan, suasana

restoran, kenyamanan, jam operasional, dan lain lain . Dari sekian banyak faktor

tersebut ada lima faktor penting yang membuat konsumen memutuskan kembali

ke restoran yang sama yaitu harga, kualitas makanan, variasi makanan, lokasi dan

atmosfer restoran (Wei, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

a. Harga

Dalam Lupiyoadi (2011) strategi penentuan harga (pricing) sangat

signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dan mempengaruhi image

produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Harga juga berhubungan

dengan pendapatan dan turut mempengaruhi supply atau marketing channels.

Akan tetapi, yang paling penting adalah keputusan dalam harga harus konsisten

dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.

Menurut Tjiptono (2012) “harga adalah satuan moneter atau ukuran

lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak

kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan

konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran”.

Anwar (2015) Menyimpulkan harga sebuah produk atau jasa merupakan

faktor penentu dalam permintaan pasar. Harga merupakan hal yang sangat penting

yang diperhatikan oleh konsumen dalam membeli produk atau jasa. Jika

konsumen merasa cocok dengan harga yang ditawarkan, maka mereka akan

cenderung melakukan pembelian ulang untuk produk yang sama. Dalam teori

ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif,

maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar.

Menurut Kotler & Amstorng (2008), indikator yang digunakan untuk

mengukur harga antara lain:

- Keterjangkauan harga

- Kesesuaian harga dengan kualitas produk

- Daya saing harga

- Kesesuaian harga dengan manfaat produksi

- Harga mempengaruhi daya beli konsumen

b. Kualitas Layanan

Nasution (2004) menyatakan bahwa saat ini semua industri yang bergerak di

bidang jasa harus memperhatikan segi layanan mereka. Layanan yang merupakan

salah satu syarat kesuksesan perusahaan jasa. Kualitas layanan dipandang sebagai

salah satu komponen yang perlu diwujudkan oleh perusahaan karena memiliki

pengaruh untuk mendatangkan konsumen baru dan dapat mengurangi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

kemungkinan pelanggan lama untuk berpindah ke perusahaan lain. Dengan

semakin banyaknya pesaing maka akan semakin banyak pilihan bagi konsumen

untuk menjatuhkan pilihan. Hal ini akan semakin membuat sulit untuk

mempertahankan konsumen lama, karenanya kualitas layanan harus ditingkatkan

semaksimel mungkin. Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan.

Menurut Lovelock & Wright (2005) kualitas layanan adalah evaluasi kognitif

jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan. Kualitas

adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat

(Kotler & Keller, 2009). Definisi kualitas layanan dapat diartikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya

dalam mengimbangi harapan konsumen.

Menurut Lovelock dalam Nasution (2004) bahwa kualitas layanan merupakan

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain, ada dua faktor

utama yang mempengaruhi kualitas layanan, yaitu expected service dan percevide

service (Parasuraman, 2004). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan “perseved

service” sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan

baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan,

maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa

yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa

dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas layanan tergantung

pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara

konsisten.

c. Kualitas Makanan

Kotler (2001) mengemukakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke dalam pasar dan dapat menarik perhatian, dapat dipilih, dapat

digunakan ataupun dikonsumsi oleh konsumen untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan konsumen. Kebutuhan utama (primer) konsumen salah satunya adalah

makanan dan minuman. Menurut Mischitelli (2000) mengatakan bahwa jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

makanan yang dihidangkan harus memiliki kualitas dan kuantitas yang baik,

mempunyai beragam jenis makanan dan memiliki kebersihan dari produk

tersebut. Mischitelli (2000) menyatakan jenis makanan yang dihidangkan di

restoran tersebut harus memiliki kualitas yang baik karena, jika suatu restoran

menghidangkan makanan yang kurang baik maka akan berpengaruh terhadap

reputasinya sehingga restoran tersebut tidak akan bisa bertahan dalam lingkungan

bisnis kuliner.

Kualitas makanan adalah karakteristik kualitas dari makanan yang dapat

diterima oleh konsumen. Ini termasuk dalam faktor eksternal seperti ukuran,

bentuk, warna, konsistensi, tekstur, dan rasa. Standar kualitas makanan meskipun

sulit untuk didefinisikan dan tidak dapat diukur secara mekanik, masih dapat

dievaluasi lewat nilai nutrisinya, tingkat bahan yang digunakan, rasa dan

penampilan dari produk. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai

pengaplikasian kriteria-kriteria tersebut pada setiap makanan. Beberapa faktor

yang mempengaruhi pendapat masing-masing orang tentang kriteria tersebut

antara lain usia, latar belakang budaya dan sosial, ekonomi, pengalaman masa lalu

yang berkaitan dengan makanan, pendidikan dan pengetahuan ilmiah serta emosi

(Widjaja, 2006).

Klasifikasi suatu product yang dikemukakan oleh ahli pemasaran, salah

satunya dikemukakan oleh Kotler (2001) membagi produk menjadi beberapa

kriteria, yaitu:

1. Kualitas, dalam hal rasa makanan dan minuman

2. Kuantitas atau porsi

3. Variasi yang di tawarkan

4. Kebersihan makanan dan minuman

5. Cita rasa yang Khas.

d. Atmosfer Restoran

Atmosfer adalah suasana yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasar

sasaran dan sekaligus menciptakan daya tarik menarik konsumen untuk membeli.

Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau

mempengaruhi pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan (Evans dan Lisan,

2010).

Walker (2008) untuk merencanakan sebuah restoran harus memiliki konsep

yang berbeda sebagai pembentukan image dari sebuah restoran, konsep dari

restoran juga harus memiliki perencanaan bisnis, lokasi dari restoran, atmosfer

dan juga desain. Walker juga menyampaikan para wirausaha yang ingin

menciptakan sebuah restoran harus menggambarkan sebuah konsep yang

memproyeksikan kesan maupun image dari sebuah restoran, yaitu menciptakan

sesuatu tampilan yang berbeda, unik, serta cita rasa yang berbeda. Bukan hanya

itu saja atmosfer ruangan restoran yang berbeda juga akan menjadi daya tarik para

konsumen.

Menurut Sugiyono (2012) indikator yang di gunakan untuk menilai

lingkungan suatu restoran adalah:

1. Tata letak parkir

- Area parkir yang luas

- Area parkir yang aman

2. Dekorasi restoran yang menarik

- Adanya dekorasi yang menarik perhatian

- Dekorasi yang tidak monoton

3. Suasana restoran

- Temperature udara yang nyaman

- Panas matahari yang masuk ke dalam restoran

4. Kenyamanan restoran

- Musik di dalam restoran

- Kenyamanan dalam waktu yang lama.

e. Lokasi

Suwarman (2004) “Lokasi merupakan tempat usaha yang sangat

mempengaruhi keinginan seseorang konsumen untuk datang dan membeli”.

Tjiptono (2002) menjelaskan Bahwa di dalam pemilihan lokasi diperlukan

pertimbangan-pertimbangan yang cermat meliputi kemudahan (Akses) atau

kemudahan untuk dijangkau dengan sarana trasnportasi umum, (Visibilitas) yang

baik yaitu keberadaan lokasi yang dapat dilihat dengan jelas, lokasi berada pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

lalu lintas (Traffic) atau berada pada daerah yang banyak orang berlalu lalang

yang dapat memberikan peluang terjadinya impulse buying, lingkungan sekitar

mendukung barang dan jasa yang di tawar kandang jauh dari lokasi pesaing.

Pertimbangan–pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi menurut

Tjiptono (2002) antara lain:

1. Kemudahan (Akses) atau kemudahan untuk dijangkau dengan sarana

transportasi umum.

2. Visibilitas yang baik yaitu keberadaan lokasi yang dapat dilihat dengan

jelas dari tepi jalan.

3. Lokasi berada pada lalu lintas (Traffic). Di mana ada dua hal yang perlu di

pertimbangkan yaitu :

- Banyaknya orang lalu lalang bisa memberika peluang terjadinya

impulse Buying.

- Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,

misalnya layanan polisi, pemadm kebakaran atau ambulan.

4. Tempat parkir yang luas dan aman.

5. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di

kemudian hari.

6. Lingkugan, yaitu daerah sekitar yang mendukung barang dan jasa yang

ditawarkan. Misalnya warung makan berdekatan dengan daerah kost,

asrama mahasiswa, atau perkantoran.

7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi

wartel perlu dipertimbangkan apakah dijalan atu daerah yang sama banyak

pula terdapat wartel lain atu tidak.

8. Peraturan pemerintah, yaitu miasalnya ketentuan yang melarang tempat

reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman

penduduk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

2.3 Penerapan AHP dalam Menentukan pemilihan Restoran di Jl. Dr.

Mansyur Medan

Penerapan AHP dalam menentukan pemilihan restoran dilakukan melalui

langkah-langkah berikut:

a. Menetapkan sasaran studi

b. Membuat kriteria yang sesuai yaitu: harga, kualitas layanan, kualitas

makanan, atmosfer restoran, Lokasi

c. Menetukan objek penelitian atau alternative yaitu: Zam-Zam Hidayah,

Ayam Penyet Jakarta, Tri Boy, Joko Solo, dan Ayam Penyet Surabaya.

d. Menetapkan responden penelitaian dan menyusun kuesioner penelitian

- Sumber data: Data primer berupa pengisian kuesioner perbandingan

antar kriteria dan perbandingan antar alternatif

- Populasi dalam penelitian ini bersifat homogen yaitu populasi

yangunsurnyamemiliki sifat atau keadaan yang sama, sehingga dalam

pengambilan sampel tidakperlu mempersoalkan jumlahnya dengan

jenis populasi tak terbatas yaitu populasiyang tidak diketahui dengan

pasti jumlahnya, misalnya jumlah penduduk di suatunegara dikatakan

tidak pasti jumlahnya karena setiap waktu terus berubahjumlahnya.

Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalahseluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan masyarakat

yang pernah makan di keenam tempat makan yang menjadi objek

dalam penelitian ini.

- Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobanility sampling

yaitu purposive sampling. Nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota popilasi untuk dipilih menjadi sampel.

Sedangkan Pusposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008).Sampel yang dipilih

dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan masyarakat yang

pernahberkunjung ke semua tempat makan yang menjadi objek dalam

penelitian ini.Roscoe dalam buku Research Method for Bussiness

(1982) menyatakan bahwa dalam analisis multivariat, jumlah sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

minimal adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini

menggunakan variabel yang dijadikan sebagai indikator kemiripan

tempat makan sehingga jumlah sampel minimal adalah 10 x 6 = 60.

Oleh karena itu, sampel yang diambil dalampenelitian ini adalah

sebanyak 80 orang yang pernah makan di keenam tempat makan

tersebut.

- Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekitar USU Medan dan sekitar Jl. Dr.

Mansyur Medan

e. Perhitungan nilai hirarki prioritas pilihan restoran berdasarkan perkalian

bobot kriteria dan masing-masing dari harga, kualitas layanan, kualitas

makanan, atmosfer restoran, Lokasi.

Gambar 2.2 Struktur Hierarki Penentuan Prioritas Pemilihan Restoran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria

Hasil analisis preferensi gabungan dari 80 responden dengan cara menghitung

rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut

adalah cara menghitung rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = �4 𝑥𝑥 5 𝑥𝑥 14

𝑥𝑥 13

𝑥𝑥 14

𝑥𝑥 15

𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80 �16� =

80 57

, untuk 𝑎𝑎21 = 14

. Begitu

seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk semua

kriteria terdapat pada tabel 3.1 dibawah ini

Tabel 3.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria

Harga Kualitas Layanan

Kualitas Makanan

Atmosfer Restoran Lokasi

Harga 1 5/7 4/9 5/7 1 Kualitas Layanan 1 1/2 1 5/9 1 1 kualitas

Makanan 2 2/7 2 1 2 2 1/9 Atmosfer Restoran 1 4/9 1 4/7 1 1 1/6

Lokasi 1 1 1/2 5/6 1

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.2 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.1) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

kolom matriks.

Tabel 3.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang

Disederhanakan

Harga Kualitas Layanan

Kualitas Makanan

Atmosfer Restoran lokasi

Harga 1,00 0,71 0,44 0,71 1,00 Kualitas Layanan 1,50 1,00 0,56 1,00 1,00 kualitas Makanan 2,29 2,00 1,00 2,00 2,11 Atmosfer Restoran 1,44 1,00 0,57 1,00 1,17

Lokasi 1,00 1,00 0,50 0,83 1,00 ∑ 7,23 5,71 3,07 5,55 6,28

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.3

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 17,3

= 0,14 , dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,14+0,13+0,14+0,13+0,165

= 0,1392 , dan begitu

seterusnya. Hasilnya dapat dilihat di lampiran 2.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 5,0905

= (7,23 x 0,1392) + (5,71 x 0,1806) + (3,07 x 0,3377) +(5,55 x 0,1854) + (6,28 x 1571)

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5kriteria), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 5,0905−5

5−1 =

0,09054

= 0,0226

Untuk n = 5, RI =1,12 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= 0,0226

1,12 = 0,0202< 0,100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa : kriteria

kualitas makanan merupakan kriteria yang paling penting bagi konsumen atau

pengunjung restoran yang berada di Jl. Dr Mansyur Medan dalam memilih

restoran dengan bobot 0,3377 atau 33,77%, berikutnya adalah kriteria atmosfer

restoran dengan bobot 0,1854 atau 18,54%, berikutnya adalah kriteria kualitas

layanan dengan bobot 0,1806 atau 18,06%, berikutnya adalah kriteria lokasi

dengan bobot 0,1571 atau 15,71 %, dan yang terakhir adalah kriteria harga dengan

bobot 0,1392 atau 13,92 %.

Tabel 3.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria

yangDinormalkan

Harga Kualitas

Layanan

Kualitas

Makanan

Atmosfer

Restotan

Lokasi Vektor

Eigen

Rangking

Harga 0.24 0.13 0.14 0.13 0.13 0.1392 5

Kualitas

Layanan

0.21 0.18 0.18 0.18 0.18 0.1806 3

Kualitas

Makanan

0.32 0.35 0.33 0.33 0.36 0.3377 1

Atmosfer

Restoran

0.20 0.18 0.19 0.19 0.18 0.1854 2

Lokasi 0.14 0.18 0.16 0.16 0.15 0.1571 4

3.2 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga

Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.4 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 80 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut adalah cara menghitung

rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = �6 𝑥𝑥 7 𝑥𝑥 4 𝑥𝑥 7 𝑥𝑥 5 𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80 (3) = 80 89 , untuk 𝑎𝑎21 = 8

9. Begitu seterusnya

untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria

Infrastruktur terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Zam-Zam Hidayah 1 8/9 5/6 7/9 3/5 APJ 1 1/8 1 1 7/8 1 1/4 1 Tri Boy 1 1/5 1/2 1 3/4 3/5 Joko Solo 1 2/7 4/5 1 1/3 1 5/7 APS 1 2/3 1 1 2/3 1 2/5 1

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.5 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.4) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

kolom matriks.

Tabel 3.5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang Disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,89 0,83 0,78 0,60 APJ 1,13 1,00 1,88 1,25 1,00

Tri Boy 1,20 0,50 1,00 0,75 0,60 Joko Solo 1,29 0,80 1,33 1,00 0,71

APS 1,67 1,00 1,67 1,40 1,00 ∑ 6,28 4,19 6,71 5,18 3,91

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.6

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 16,28

= 0,16 , dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,16+0,21+0,12+0,15+0,15 5

= 0,1598 , dan begitu

seterusnya. Hasilnya dapat dilihat di lampiran 4.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 5,0262

= (6,28 x 0,1598) + (4,19 x 0,2389) + (6,72 x 0,1515) +(5,18 x

0,1940) + (3,91 x 0,2557)

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 5,0262−5

5−1 =

0,02624

= 0,0065

Untuk n = 5, RI = 1,12 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= 0,00651,1200

= 0,0058< 0,100

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 3.6 dibawah diperoleh urutan prioritas

untuk kriteria harga yaitu APS (Ayam Penyet Surabaya) yang menjadi prioritas

utama dengan nilai bobot 0,2557 atau 25,57%, kemudian Ayam Penyet Jakarta

dengan bobot 0,2389 atau 23,89%, Joko Solo dengan bobot 0,1940 atau 19,40%,

lalu Zam-Zam Hidayah dengan bobot 0,1598 atau 15,98%, kemudian yang

terakhir Tri Boy dengan bobot 0,1515 atau 15,15%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Tabel 3.6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang Dinormalkan

3.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan

Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.7 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 80 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut adalah cara menghitung

rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = �4 𝑥𝑥 6 𝑥𝑥 5 𝑥𝑥 1 𝑥𝑥 14

𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80 �16� =

80 23, untuk 𝑎𝑎21 = 1

4. Begitu seterusnya

untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria

Aksebilitas terdapat pada tabel 3.7

Tabel 3.7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 2/3 1 2/3 1/2

APJ 1 1/2 1 2 1/3 1 1/3 1 Tri Boy 1 4/9 1 3/5 1/2

Joko Solo 1 1/2 3/4 1 3/4 1 3/4 APS 2 1 2 1/6 1 2/7 1

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy

Joko Solo APS

Vektor Eigen Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,16 0,21 0,12 0,15 0,15 0,1598 4 APJ 0,18 0,24 0,28 0,24 0,26 0,2389 2 Tri Boy 0,19 0,12 0,15 0,14 0,15 0,1515 5 Joko Solo 0,20 0,19 0,20 0,19 0,18 0,1940 3 APS 0,27 0,24 0,25 0,27 0,26 0,2557 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.8 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.7) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

kolom matriks.

Tabel 3.8 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan yang

Disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,67 1,00 0,67 0,50 APJ 1,50 1,00 2,33 1,33 1,00

Tri Boy 1,00 0,44 1,00 0,60 0,50 Joko Solo 1,50 0,75 1,75 1,00 0,75

APS 2,00 1,00 2,17 1,29 1,00 ∑ 7,00 3,86 8,25 4,89 3,75

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.9

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 17

= 0,14, dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,14+0,17+0,12+0,14+0,13 5

= 0,1413 , dan begitu

seterusnya.Hasilnya dapat dilihat di lampiran 6.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 5,0427

= (7,00 x 0,1413) + (3,86 x 0,2591) + (8,25 x 0,1271) +(4,89 x

0,2051) + (3,75 x 0,2674)

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 5,0427−5

5−1 =

0,04274

= 0,0107

Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= 0,01071,1200

= 0,0095< 0,100

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

` Dari hasil perhitungan pada tabel 3.9 diatas diperoleh urutan prioritas

untuk kriteria kualitas layanan yaitu restoran Ayam Penyet Surabaya menjadi

prioritas pertama konsumen atau pengunjung restoran dengan bobot 0,2674 atau

26,74 %, lalu restoran Ayam Penyet Jakarta dengan bobot 0,2591 atau 25,91%

selanjutnya restoran Joko Solo dengan bobot 0,2051 atau 20,21%, kemudian

restoran Zam-Zam Hidayah dengan bobot 0,1413, dan yang terakhir restoran Tri

Boy dengan bobot 0,1271 atau 12,71%.

Tabel 3.9 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Layanan yang

Dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Vektor Eigen Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,14 0,17 0,12 0,14 0,13 0,1413 4 APJ 0,21 0,26 0,28 0,27 0,27 0,2591 2

Tri Boy 0,14 0,12 0,12 0,12 0,13 0,1271 5 Joko Solo 0,21 0,19 0,21 0,20 0,20 0,2051 3

APS 0,29 0,26 0,26 0,26 0,27 0,2674 1

3.4 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan

Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.10 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 80 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut adalah cara menghitung

rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = �17

𝑥𝑥 5 𝑥𝑥 19

𝑥𝑥 5 𝑥𝑥 15

𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80( 5) =80 12

, untuk 𝑎𝑎21 = 7 . Begitu

seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria

fasilitas terdapat pada tabel 3.10

Tabel 3.10 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 1/2 1 5/8 3/7 APJ 1 8/9 1 2 2/3 1 1/3 1

Tri Boy 1 1/7 2/5 1 1/2 3/8 Joko Solo 1 5/9 2/3 1 7/8 1 ¾

APS 2 2/7 1 2 2/3 1 1/4 1

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.11 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.10) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

kolom matriks.

Tabel 3.11 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas yang Disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,50 1,00 0,63 0,43 APJ 1,89 1,00 2,67 1,33 1,00

Tri Boy 1,14 0,40 1,00 0,50 0,38 Joko Solo 1,56 0,67 1,88 1,00 0,75

APS 2,29 1,00 2,67 1,25 1,00 ∑ 7,87 3,57 9,21 4,71 3,55

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.12

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 17,87

= 0,13 , dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,13+0,14+0,11+0,13+0,12 5

= 0,1258 , dan begitu

seterusnya. Hasilnya dapat dilihat di lampiran 8.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 4,9876

= (7,87 x 0,1258) + (3,57 x 0,2749) + (9,21 x 0,1155) +(4,71 x 0,2023)

+ (3,55 x 0,2814)

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 4,9876−5

5−1 =

−0,01244

= -0,0031

Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= −0,00311,1200

= −0,0028< 0,100

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 3.12 diatas diperoleh urutan prioritas

untuk kriteria kualitas makanan yaitu restoran Ayam Penyet Surabaya menjadi

prioritas utama dengan nilai bobot 0,2814 atau 28,14%, kemudian restoran Ayam

Penyet Jakarta dengan bobot 0,2749 atau 27,49 %, lalu restoran Joko Solo dengan

bobot 0,2023 atau 20,23%, kemudian restoran Zam-Zam Hidayah dengan bobot

0,1258 atau 12,58%,dan yang terakhir restoran Tri Boy dengan bobot 0,1155 atau

11,55%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Tabel 3.12 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan yang

Dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Vektor Eigen Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,13 0,14 0,11 0,13 0,12 0,1258 4 APJ 0,24 0,28 0,29 0,28 0,28 0,2749 2

Tri Boy 0,15 0,11 0,11 0,11 0,11 0,1155 5 Joko Solo 0,20 0,19 0,20 0,21 0,21 0,2023 3

APS 0,29 0,28 0,29 0,27 0,28 0,2814 1

3.5 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran

Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.13 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 80 responden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut adalah cara menghitung

rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = � 3 𝑥𝑥 6 𝑥𝑥 18

𝑥𝑥 2 𝑥𝑥 5 𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80 �17� =

80 12

, untuk 𝑎𝑎21 = 13

. Begitu

seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria

keamanan terdapat pada tabel 3.13

Tabel 3.13 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 1/2 4/5 3/7 2/5 APJ 2 1 3 ¼ 1 7/9 1

Tri Boy 1 1/4 1/3 1 1/2 3/8 Joko Solo 2 2/7 4/7 1 7/8 1 4/5

APS 2 1/2 1 2 5/6 1 1/3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.14 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.13) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

kolom matriks.

Tabel 3.14 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran yang

disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,50 0,80 0,43 0,40 APJ 2,00 1,00 3,25 1,78 1,00

Tri Boy 1,25 0,33 1,00 0,50 0,38 Joko Solo 2,29 0,57 1,88 1,00 0,80

APS 2,50 1,00 2,83 1,33 1,00 ∑ 9,04 3,40 9,76 5,04 3,58

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.14

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 19,04

= 0,11 , dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,11+0,15+0,08+0,09+0,11 5

= 0,1073 , dan begitu

seterusnya.Hasilnya dapat dilihat di lampiran 10.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 5,0850

= (9,04 x 0,1073) + (3,40 x 0,2961) + (9,76 x 0,1086) +(5,04 x 0,2070)

+ (3,58 x 0,2810)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 5,0850−5

5−1 =

0,08504

= 0,0212

Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= 0,02121,1200

= 0,0190< 0,100

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 3.15 diatas diperoleh urutan prioritas

untuk kriteria atmosfer restoran yaitu restoran Ayam Penyet Jakarta menjadi

prioritas utama dengan nilai bobot 0,2961 atau 29,61%, kemudian restoran Ayam

Penyet Surabaya dengan bobot 0,2810 atau 28,10%, restoran Joko Solo dengan

bobot 0,2070 atau 20,70%, restoran Tri Boy dengan bobot 0,1086 atau 10,86%,

dan yang terakhir restoran Zam-Zam Hidayah dengan bobot 0,1073 atau 10,73%.

Tabel 3.15 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran

yangDinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Vektor Eigen Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,11 0,15 0,08 0,09 0,11 0,1073 5 APJ 0,22 0,29 0,33 0,35 0,28 0,2961 1

Tri Boy 0,14 0,10 0,10 0,10 0,10 0,1086 4 Joko Solo 0,25 0,17 0,19 0,20 0,22 0,2070 3

APS 0,28 0,29 0,29 0,26 0,28 0,2810 2

3.6 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi

Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.16 adalah hasil analisis preferensi

gabungan dari 80 responden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk

setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.Berikut adalah cara menghitung

rata-rata geometrik :

G = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥𝑛𝑛𝑛𝑛

Elemen 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗 = �𝑥𝑥1. 𝑥𝑥2. 𝑥𝑥3 … 𝑥𝑥8080 sedangkan 𝑎𝑎𝑗𝑗𝑖𝑖 = 1

𝑎𝑎𝑖𝑖𝑗𝑗

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Untuk 𝑎𝑎11 = 𝑎𝑎22 = 𝑎𝑎33 = 𝑎𝑎44 = 𝑎𝑎55 = 1

𝑎𝑎12 = � 4 𝑥𝑥 17

𝑥𝑥 4 𝑥𝑥 15

𝑥𝑥 5 𝑥𝑥… 𝑥𝑥 𝑥𝑥80 �17� =

80 23

, untuk 𝑎𝑎21 = 14

. Begitu

seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama.

Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria

keamanan terdapat pada tabel 3.16

Tabel 3.16 Matrix Faktor Evaluasi kriteria Lokasi

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 2/3 1 8/9 2/3 APJ 1 4/9 1 2 1 1

Tri Boy 1 4/7 1 4/7 1/2 Joko Solo 1 1/9 1 1 4/5 1 3/4

APS 1 1/2 1 2 1 3/7 1

Menyederhanakan matriks pada tabel 3.17 diawali dengan mengubah bobot yang

sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.16) menjadi

bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan

di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing

kolom matriks.

Tabel 3.17 Matrix Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi yang Disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,67 1,00 0,89 0,67

APJ 1,44 1,00 2,00 1,00 1,00 Tri Boy 1,00 0,57 1,00 0,57 0,50

Joko Solo 1,11 1,00 1,80 1,00 0,75 APS 1,50 1,00 2,00 1,43 1,00

∑ 6,06 4,24 7,80 4,89 3,92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.17

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang

dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap

baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai elemen = 𝑁𝑁𝑖𝑖𝑁𝑁𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑒𝑒𝑁𝑁𝑒𝑒𝑚𝑚𝑒𝑒𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑁𝑁𝑘𝑘𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑒𝑒𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑘𝑘𝑖𝑖𝑡𝑡𝑒𝑒𝑘𝑘𝑖𝑖𝑎𝑎

Untuk elemen 𝑎𝑎11 = 16,06

= 0,17 , dan begitu seterusnya.

Vektor eigen = 𝐽𝐽𝑢𝑢𝑚𝑚𝑁𝑁𝑎𝑎 ℎ 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑎𝑎𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑘𝑘𝑖𝑖𝑠𝑠5

Vektor eigen baris pertama = 0,17+0,16+0,13+0,18+0,17 5

= 0,1605 , dan begitu

seterusnya.Hasilnya dapat dilihat di lampiran 12.

Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan

menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

λmaksimum

= 5,0625

= (6,06 x 0,1605) + (4,24 x 0,2382) + (7,80 x 0,1345) +(4,89 x 0,2092)

+ (3,92 x 0,2575)

Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi

yang diperoleh:

CI = 𝜆𝜆max − 𝑛𝑛𝑛𝑛−1

= 5,0625−5

5−1 =

0,06254

= 0,0156

Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka :

CR = 𝐶𝐶𝜆𝜆𝑅𝑅𝜆𝜆

= 0,01561,1200

= 0,0140< 0,100

Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada tabel 3.18 diatas diperoleh urutan prioritas

untuk kriteria lokasi yaitu restoran Ayam Penyet Surabaya menjadi prioritas

utama dengan nilai 0,2575 atau 25,75%, kemudian restoran Ayam Penyet Jakarta

dengan bobot 0,2382 atau 23,82%, lalu restoran Joko Solo dengan bobot 0,2092

atau 20,92%, restoran Zam-Zam Hidayah dengan bobot 0,1605 atau 16,05%, dan

restoran Tri Boy dengan bobot 0,1345 atau 13,45%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Tabel 3.18 Matrix Faktor Evaluasi untuk Kriteria Lokasi yang Dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ

Tri Boy

Joko Solo APS

Vektor Eigen Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,17 0,16 0,13 0,18 0,17 0,1605 4 APJ 0,24 0,24 0,26 0,20 0,26 0,2382 2

Tri Boy 0,17 0,13 0,13 0,12 0,13 0,1345 5 Joko Solo 0,18 0,24 0,23 0,20 0,19 0,2092 3

APS 0,25 0,24 0,26 0,29 0,26 0,2575 1

3.7 Perhitungan Total Ranking/Prioritas Global

3. 7. 1 Faktor Evaluasi Total

Dari seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap semua kriteria dan alternatif pada

pemilihan restoran yaitu harga, kualitas layanan, kualitas makanan, atmosfer

restoran dan lokasi maka diperoleh nilai eigen dari hubungan antara kriteria

dengan alternatif.

Tabel 3.19 Matriks Hubungan antara Kriteria dan Alternatif Sebelum diurutkan

Harga Kualitas Layanan

Kualitas Makanan

Atmosfer Restoran Lokasi

Zam-Zam Hidayah 0,1598 0,1413 0,1258 0,1073 0,1605 APJ 0,2389 0,2591 0,2749 0,2961 0,2382

Tri Boy 0,1515 0,1271 0,1155 0,1086 0,1345 Joko Solo 0,194 0,2051 0,2023 0,207 0,2092

APS 0,2557 0,2674 0,2674 0,281 0,2575

Tabel 3.20 Matriks Hubungan antara Kriteria dan Alternatif Setelah diurutkan

Harga Kualitas Layanan

Kualitas Makanan

Atmosfer Restoran Lokasi

APS 0,2557 0,2674 0,2674 0,281 0,2575 APJ 0,2389 0,2591 0,2749 0,2961 0,2382

Joko Solo 0,194 0,2051 0,2023 0,207 0,2092 Zam-Zam Hidayah 0,1598 0,1413 0,1258 0,1073 0,1605

Tri Boy 0,1515 0,1271 0,1155 0,1086 0,1345

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

3. 7. 2 Total Rangking

Untuk mendapatkan hasil rating pada pemiliha restoran, maka akan dikalikan

faktor evaluasi (vektor eigen) masing-masing alternatif dengan faktor evaluasi

kriteria sebagai berikut:

0,1598 0,1413 0,1258 0,10730,13920,1354

0,2389 0,2591 0,2749 0,2961 0,1806 0,2652

0,1515 0,1271 0,1155 0,1086x 0,3377 = 0,2036

0,1940 0,2051 0,2023 0,20700,18540,2036

0,2557 0,2674 0,2814 0,28100,15710,2667

Dari hasil perkalian matriks di atas maka diperoleh prioritas pemilihan restoran di

Jl. Dr. Mansyur Medan adalah sebagai berikut:

1. Ayam Penyet Surabaya (APS) (0,2667 atau 26,67%)

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) (0,2652 atau 26,52%)

3. Joko Solo (0,2036 atau 20,36%)

4. Zam-Zam Hidayah (0,1354 atau 13,54%)

5. Tri Boy (0,1243 atau 12,43%).

Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 13.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan penulis

selama penelitian, penulis mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Restoran yang menjadi prioritas konsumen atau pengunjung dalam

pemilihan restoran di Jl. Dr. Mansyur Medan adalah restoran Ayam

Penyet Surabaya (APS) dengan bobot 0,2667 atau 26,67%, berikutnya

adalah restoran Ayam Penyet Jakarta (APJ) dengan bobot 0,2652 atau

26,52%, berikutnya restoran Joko Solo dengan bobot 0,2036 atau 20,36%,

kemudian restoran Zam-Zam Hidayah dengan bobot 0,1354 atau 13,54%,

dan yang terakhir restoran Tri Boy dengan bobot 0,1243 atau 12,43%.

2. Faktor yang mempengaruhi pengunjung atau konsumen restoran dalam

pemilihan restoran adalah faktor kualitas makanan dengan bobot 0,3377

atau 33,77%, berikutnya faktor atmosfer restoran dengan bobot 0,1854

atau 18,54%, berikutnya faktor kualitas layanan dengan bobot 0,1806

atau 18,06%, berikutnya faktor lokasi dengan bobot 0,1571 atau 15,71 %,

dan yang terakhir faktor harga dengan bobot 0,1392% atau 13,92%.

4.2 Saran

1. Penelitian dengan metode AHP dapat dilakukan dengan menggunakan

software Expert Choice dan 123ahp.com untuk mendapatkan hasil yang

lebih akurat.

2. Bagi pengusaha restoran sebaikinya lebih memperhatikan kualitas

makanan dan atmosfer restoran yang faktor yang paling mempengaruhi

konsumen dalam pemilihan restoran untuk menjaga eksistensi usaha

tersebut.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut baik dari segi responden, jangkauan

yang lebih luas, faktor-faktor lain yang belum diteliti dan metode

penelitian lain yang dapat digunakan untuk meneliti penelitian serupa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, D. (2016). Mengenal Lebih Dekat Restoran All You Can Eat. Tanggal

akses: 1 April 2018, dari http://www.restofocus.com/2016/03/mengenal-

lebih-dekat-restoran-all-you.html.

Irawan, Handi. (2003). Prinsip – Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: EfekMedia

Komputindo.

Iryanto. 2004. “Studi Penentuan Prioritas dengan Adanya Penambahan Alternatif

pada Analitycal Hierarchy Process”, Medan: Fakultas Matematika danIlmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran:Analisis,

Perencanaan,Implementasi, dan Kontrol. Ed XI. Alih bahasa: Hendra Teguh.

Jakarta:PT. Prenhallindo.

Mulyono, S.1996 “ Teori Pengambilan Keputusan”, Jakarta: Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Ninemeier, J. D. And Hayes, D. K. (2006). Restaurant Operations Principles and

Practices. New jersey: Pretince Hall.

Saaty, Thomas L., 2008, “Decision Making With The Analytical Hierarchy

Process”. Int. J. Services Sciences. Volume 1, No. 1, pp. 83-98.

Setiono, Agustinus , “Aplikasi Penetuan Siswa Unggulan Menggunakan Metode

AHP ( SMK ST. Louis 1 Surabaya)”, 2009.

Suyatno, Mustafid dan Sugiarto, Aris. 2011. “Rancang Bangun Sistem Pendukung

Keputusan untuk Pemilihan Gagasan dengan Metode Analytical Hierarchy

Process (AHP)”. [Thesis]. Semarang: Univeristas Diponegoro, Program

Pascasarjana.

Teknomo, K., Siswanto, H. dan Yudhanto, S. 1999. “Penggunaan Metode

Analytical Hierarchy Process dalam Menganalisa Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus”. Jurnal Dimensi Teknik Sipil,

Universitas Petra 1(1): hal. 31-39.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 1. Data Semua Kriteria

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a42 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55 kuosioner 1 1 4 1/3 1/3 1/4 1/4 1 1/3 1/3 1/4 3 3 1 5 3 3 3 1/5 1 1/3 4 4 1/3 3 1 kuosioner 2 1 5 1/5 1/5 5 1/5 1 1/7 1/5 1/4 5 7 1 7 7 5 5 7 1 6 1/5 4 1/7 1/6 1 kuosioner 3 1 1/4 1/5 1 1 4 1 1/5 1/3 1 5 5 1 5 5 1 3 1/5 1 1 1 1 1/5 1 1 kuosioner 4 1 1/3 1/3 3 4 3 1 1/3 1/4 1/3 3 3 1 5 5 1/3 4 1/5 1 4 1/4 3 1/5 1/4 1 kuosioner 5 1 1/4 6 1/8 1/6 4 1 1/9 4 1/5 1/6 9 1 1/8 8 8 1/4 8 1 1/5 6 5 1/8 5 1 kuosioner 6 1 1/5 5 3 5 5 1 1/5 6 1/6 1/5 5 1 1/5 1/6 1/3 1/6 5 1 1/5 1/5 6 6 5 1 kuosioner 7 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 1/7 3 1/9 5 7 1 1/5 1/8 5 1/3 5 1 1/8 5 9 8 8 1 kuosioner 8 1 1/3 1/3 1 1 3 1 1/5 3 3 3 5 1 7 7 1 1/3 1/7 1 7 1 1/3 1/7 1/7 1 kuosioner 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1/3 1/3 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 kuosioner 10 1 1/4 4 4 1/4 4 1 1/5 6 6 1/4 5 1 6 6 1/4 1/6 1/6 1 6 4 1/6 1/6 1/6 1 kuosioner 11 1 1 1/5 1 1/6 1 1 1 4 4 5 1 1 4 4 1 1/4 1/4 1 1/4 6 1/4 1/4 4 1 kuosioner 12 1 1 1/3 1/3 1/5 1 1 1/5 1/4 1/6 3 5 1 4 5 3 4 1/4 1 1/6 5 6 1/5 6 1 kuosioner 13 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 7 1/3 9 9 1/7 1 9 9 9 3 1/9 1 1/8 9 1/9 1/9 8 1 kuosioner 14 1 1/6 1/7 1/8 1/6 6 1 1 1/3 4 7 1 1 6 6 8 3 1/6 1 7 6 1/4 1/6 1/7 1 kuosioner 15 1 1 1/2 1 1 1 1 1/2 9 9 2 2 1 1 1 1 1/9 1 1 9 1 1/9 1 1/9 1 kuosioner 16 1 1/2 1/3 1 1 2 1 1 1 1/3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 3 1/3 1/3 1 kuosioner 17 1 1 1/4 3 1 1 1 1 3 1/3 4 1 1 5 3 1/3 1/3 1/5 1 1/3 1 3 1/3 3 1 kuosioner 18 1 1/3 1/4 1/3 1/5 3 1 3 1/4 1/4 4 1/3 1 1/5 1/6 3 4 5 1 4 5 4 6 1/4 1 kuosioner 19 1 1/7 1/8 7 8 7 1 1/8 8 8 8 8 1 9 9 1/7 1/8 1/9 1 1/8 1/8 1/8 1/9 8 1 kuosioner 20 1 1/3 5 1/5 4 3 1 1/5 4 7 1/5 5 1 1/4 6 5 1/4 4 1 6 1/4 1/7 1/6 1/6 1 kuosioner 21 1 1/9 1/9 1/9 4 9 1 4 1/5 4 9 1/4 1 5 1/4 9 5 1/5 1 5 1/4 1/4 4 1/5 1 kuosioner 22 1 1/8 1/9 1/8 1/9 8 1 1/8 1/9 1/8 9 8 1 8 1/9 8 9 1/8 1 1/9 9 8 9 9 1 kuosioner 23 1 1/2 1/3 1/4 1/5 2 1 1/2 1/3 1/5 3 2 1 1/4 1/5 4 3 4 1 1/5 5 5 5 5 1 kuosioner 24 1 1 4 1/3 1 1 1 1 7 1/6 1/4 1 1 1 6 3 1/7 1 1 1 1 6 1/6 1 1 kuosioner 25 1 1/7 3 1 1/4 7 1 4 1/4 1 1/3 1/4 1 5 1 1 4 1/5 1 1/5 4 1 1 5 1 kuosioner 26 1 1/4 1 5 1/6 4 1 1/5 5 1/6 1 5 1 5 1/5 1/5 1/5 1/5 1 1/5 6 6 5 5 1 kuosioner 27 1 9 1/9 1 1 1/9 1 1/5 1 1 9 5 1 5 7 1 1 5 1 1 1 1 1/7 1 1 kuosioner 28 1 9 1/9 1 5 1/9 1 1/8 3 1 9 8 1 9 9 1 1/3 1/9 1 1 1/5 1 1/9 1 1 kuosioner 29 1 1/4 5 6 5 4 1 4 5 4 1/5 1/4 1 5 5 1/6 1/5 1/5 1 4 1/5 1/4 1/5 1/4 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

kuosioner 30 1 6 5 4 3 1/6 1 1/6 1/7 1/8 1/5 6 1 6 5 1/4 7 1/6 1 1/8 1/3 8 1/5 8 1 kuosioner 31 1 5 1/6 1/5 5 1/5 1 1/7 1/7 5 6 7 1 8 8 5 7 1/8 1 7 1/5 1/5 1/8 1/7 1 kuosioner 32 1 1/5 1/5 1/4 1/4 5 1 1/9 8 8 5 9 1 8 8 4 1/8 1/8 1 7 4 1/8 1/8 1/7 1 kuosioner 33 1 8 1/5 1/8 1 1/8 1 1/5 1/8 1 5 5 1 1/5 7 8 8 5 1 6 1 1 1/7 1/6 1 kuosioner 34 1 1 1/4 1 1/3 1 1 1/4 1/4 1/3 4 4 1 1/2 1/2 1 4 2 1 2 3 3 2 1/2 1 kuosioner 35 1 3 1/3 1/2 1 1/3 1 1/3 1/2 1/2 3 3 1 1/3 3 2 2 3 1 1/3 1 2 1/3 3 1 kuosioner 36 1 5 1/7 1/8 1/5 1/5 1 1 6 1/6 7 1 1 1 7 8 1/6 1 1 6 5 6 1/7 1/6 1 kuosioner 37 1 1/6 3 1/5 7 6 1 1/4 7 1/5 1/3 4 1 1/5 6 5 1/7 5 1 1/8 1/7 5 1/6 8 1 kuosioner 38 1 1/7 1/7 1/7 1 7 1 1 3 1 7 1 1 3 3 7 1/3 1/3 1 1/2 1 1 1/3 2 1 kuosioner 39 1 1/3 1/5 5 1/3 3 1 1/3 3 1/3 5 3 1 3 3 1/5 1/3 1/3 1 1/3 3 3 1/3 1/3 1 kuosioner 40 1 1/3 1/4 1 1 3 1 1/3 1 1 4 3 1 4 2 1 1 1/4 1 1 1 1 1/2 1 1 kuosioner 41 1 3 1/4 1/6 6 1/3 1 4 1/3 1 4 1/4 1 6 1/4 6 3 1/6 1 1/6 1/6 1 4 6 1 kuosioner 42 1 1/2 1/5 1/3 1/3 2 1 1 3 1/3 5 1 1 2 3 3 1/3 1/2 1 1/3 3 3 1/3 3 1 kuosioner 43 1 1/5 1/6 1/5 1/5 5 1 1/3 1/4 1/5 6 3 1 1/4 1/3 5 4 4 1 4 5 5 3 1/4 1 kuosioner 44 1 8 7 6 5 1/8 1 7 6 5 1/7 1/7 1 6 5 1/6 1/6 1/6 1 4 1/5 1/5 1/5 1/4 1 kuosioner 45 1 1/4 1/7 1/9 1 4 1 1/5 1/3 3 7 5 1 5 5 9 3 1/5 1 5 1 1/3 1/5 1/5 1 kuosioner 46 1 1/4 1/3 1/5 1/6 4 1 1/5 1/4 1/4 3 5 1 1/3 1/4 5 4 3 1 6 6 4 4 1/6 1 kuosioner 47 1 1 1/6 1/6 7 1 1 1/5 1/7 1 6 5 1 1/7 6 6 7 7 1 7 1/7 1 1/6 1/7 1 kuosioner 48 1 1/7 1/6 1/8 1/9 7 1 1/2 1/3 1/4 6 2 1 2 4 8 3 1/2 1 1/3 9 4 1/4 3 1 kuosioner 49 1 1/6 1/8 2 4 6 1 1 3 5 8 1 1 3 5 1/2 1/3 1/3 1 2 1/4 1/5 1/5 1/2 1 kuosioner 50 1 1/9 1/7 5 1/5 9 1 3 6 1/5 7 1/3 1 9 1/3 1/5 1/6 1/9 1 1/5 5 5 3 5 1 kuosioner 51 1 3 3 3 3 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 3 1/3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 1/3 3 1 kuosioner 52 1 1 1/2 1/2 1/3 1 1 1/3 1/2 1/3 2 3 1 1/2 2 2 2 2 1 5 3 3 1/2 1/5 1 kuosioner 53 1 1/7 1/7 7 1/7 7 1 1 1 1/7 7 1 1 7 1/7 1/7 1 1/7 1 1/7 7 7 7 7 1 kuosioner 54 1 1/5 1/6 1/2 5 5 1 1 5 5 6 1 1 7 7 2 1/5 1/7 1 1 1/5 1/5 1/7 1 1 kuosioner 55 1 5 1/8 1/6 1 5 1 1/8 1/6 1/4 8 8 1 1/5 5 6 6 5 1 1/7 1 4 1/5 7 1 kuosioner 56 1 4 7 6 6 1/4 1 4 1/5 1/5 1/7 14 1 1/7 1/6 1/6 5 7 1 1/7 1/6 5 6 7 1 kuosioner 57 1 1/5 1/9 1/7 1/7 5 1 1/5 5 5 9 5 1 9 9 7 1/5 1/9 1 5 7 1/5 1/9 1/5 1 kuosioner 58 1 8 9 5 7 1/8 1 9 5 7 1/9 1/9 1 5 7 1/5 1/5 1/5 1 7 1/7 1/7 1/7 1/7 1 kuosioner 59 1 9 1/9 9 9 1/9 1 1/9 1/3 6 9 9 1 7 9 1/9 3 1/7 1 1 1/9 1/6 1/9 1 1 kuosioner 60 1 5 1/8 1/6 1 1/5 1 1/8 1/6 1 8 8 1 1/6 1 6 6 6 1 1 1 1 1 1 1 kuosioner 61 1 1/8 1/9 1/9 8 8 1 1/9 8 8 9 9 1 8 8 9 1/8 1/8 1 1/9 1/8 1/8 1/8 1/9 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

kuosioner 62 1 1/6 1/7 1/8 1/8 6 1 1/7 1/7 1/6 7 7 1 6 7 8 7 1/6 1 6 8 6 1/7 1/6 1 kuosioner 63 1 1/8 1/8 1/8 1/8 8 1 8 8 8 8 1/8 1 7 7 8 1/8 1/7 1 9 8 1/8 1/7 1/9 1 kuosioner 64 1 1/9 1/9 1/9 1/7 9 1 1/9 1/9 1/8 9 9 1 1/8 1/7 9 9 8 1 1/6 7 8 7 6 1 kuosioner 65 1 1/7 1/9 1/5 6 7 1 1/9 1/5 7 9 9 1 9 9 5 5 1/9 1 7 1/6 1/7 1/9 1/7 1 kuosioner 66 1 1 1 1/5 5 1 1 1/4 1 2 1 4 1 5 5 5 1 1/5 1 1 1/5 1/2 1/5 1 1 kuosioner 67 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1/7 1 1/7 1 5 1 1 1 1/5 1 kuosioner 68 1 5 5 4 3 1/5 1 5 1/6 1/6 1/5 1/5 1 1/6 1/6 1/4 6 6 1 6 1/3 6 6 1/6 1 kuosioner 69 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 3 3 1/3 1 3 3 3 3 1/3 1 3 3 1/3 1/3 1/3 1 kuosioner 70 1 6 1/6 1/6 1/6 1/6 1 1/7 1/7 1/7 6 7 1 1/7 5 6 7 7 1 1/7 6 7 1/5 7 1 kuosioner 71 1 1/3 1 1/5 1 3 1 4 1/2 2 1 1/4 1 4 3 5 2 1/4 1 1 1 1/2 1/3 1 1 kuosioner 72 1 1/6 1/7 5 1/5 6 1 1/7 5 6 7 7 1 1/4 4 1/5 1/5 4 1 6 5 1/6 1/4 1/6 1 kuosioner 73 1 6 6 5 5 1/6 1 7 1/8 7 1/6 1/7 1 7 1/6 1/5 8 1/7 1 7 1/5 1/7 6 7 1 kuosioner 74 1 3 1 3 1 1/3 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1/3 1/3 1/3 1 1 1 1 1 1 1 kuosioner 75 1 5 4 7 5 1/5 1 5 1/5 1/7 1/4 1/5 1 6 1/5 1/7 5 1/6 1 5 1/5 7 5 1/5 1 kuosioner 76 1 1 1/5 1/5 1/5 1 1 1 1 1 5 1 1 5 5 5 1 1/5 1 6 5 1 1/5 1/6 1 kuosioner 77 1 5 1 7 3 1/5 1 1 1 4 1 1 1 5 5 1 1 1/5 1 7 1/3 1/4 1/5 1/7 1 kuosioner 78 1 8 5 9 2 1/8 1 1 4 9 1/5 1 1 1/9 1 1/9 1/4 9 1 5 1/2 1/9 1 1/5 1 kuosioner 79 1 4 1 1 1 1/4 1 3 1/2 1 1 1/3 1 3 3 1 2 1/3 1 1/4 1 1 1/3 4 1 kuosioner 80 1 1/6 1/6 6 5 6 1 1/5 5 5 6 5 1 6 6 1/6 1/5 1/6 1 1/6 1/5 1/5 1/6 6 1

1,00 0,72 0,44 0,70 0,92 1,44 1,00 0,54 0,93 0,94 2,29 1,93 1,00 1,94 2,12 1,46 1,08 0,56 1,00 1,15 1,09 1,06 0,47 0,84 1,00

Lampiran 2. Perhitungan FaktorPembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria

Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria Harga Kualitas Layanan Kualitas Makanan Atmosfer Restoran lokasi

Harga 1 5/7 4/9 5/7 1 Kualitas Layanan 1 ½ 1 5/9 1 1 kualitas Makanan 2 2/7 2 1 2 2 1/9 Atmosfer Restoran 1 4/9 1 4/7 1 1 1/6

Lokasi 1 1 1/2 5/6 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang Disederhanakan

Harga Kualitas Layanan Kualitas Makanan Atmosfer Restoran lokasi

Harga 1,00 0,71 0,44 0,71 1,00

Kualitas Layanan 1,50 1,00 0,56 1,00 1,00

kualitas Makanan 2,29 2,00 1,00 2,00 2,11

Atmosfer Restoran 1,44 1,00 0,57 1,00 1,17

Lokasi 1,00 1,00 0,50 0,83 1,00

∑ 7,23 5,71 3,07 5,55 6,28

Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang Dinormalkan

Harga Kualitas Layanan Kualitas Makanan Atmosfer Restoran lokasi Vektor Eigen Rangking %

Harga 0,14 0,13 0,14 0,13 0,16 0,1392 5 13,92%

Kualitas Layanan 0,21 0,18 0,18 0,18 0,16 0,1806 3 18,06%

kualitas Makanan 0,32 0,35 0,33 0,36 0,34 0,3377 1 33,77%

Atmosfer Restoran 0,20 0,18 0,19 0,18 0,19 0,1854 2 18,54%

Lokasi 0,14 0,18 0,16 0,15 0,16 0,1571 4 15,71%

100,00%

Nilai Eigen 1,0065

1,0319

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

1,0372

1,0284

0,9864

Nilai Eigen Max 5,0905

Karena matriks berordo 5 (terdiri dari 5 kriteria), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = 0,0226 Untuk n=5,RI=1,12 (tabel Saaty), maka diperoleh: CR = 0,0202 Karena CR < 0,1 Prefensi Responden adalah konsisten

Lampiran 3. Data Alternatif untuk Kriteria Harga

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a41 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55

Kuosioner 1 1 6 5 ¼ 1/7 1/6 1 7 5 5 1/5 1/7 1 1/4 1/6 4 1/5 4 1 1/6 7 1/5 6 6 1

Kuosioner 2 1 7 4 5 3 1/7 1 7 1 5 1/4 1/7 1 4 1 1/5 1 1/4 1 2 1/3 1/5 1 1/2 1

Kuosioner 3 1 4 7 3 9 1/4 1 9 1/9 1 1/7 1/9 1 1/3 9 1/3 9 3 1 1/9 1/9 1 1/9 9 1

Kuosioner 4 1 7 4 5 3 1/7 1 7 1 5 1/4 1/7 1 2 5 1/5 1 1/2 1 1/5 1/3 1/5 1/5 5 1

Kuosioner 5 1 5 5 1/5 1/5 1/5 1 5 1/5 1/5 1/5 1/5 1 1/5 1/5 5 5 5 1 1/5 5 5 5 5 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 6 1 1/8 1/8 1/8 1/8 8 1 1/7 1/7 1/7 8 7 1 7 7 8 7 1/7 1 7 8 7 1/7 1/7 1

Kuosioner 7 1 3 3 3 3 1/3 1 3 3 1 1/3 1/3 1 1 1/3 1/3 1/3 1 1 1/3 1/3 1 3 3 1

Kuosioner 8 1 1/8 1/7 1/8 1/8 8 1 8 1/8 1/7 7 1/8 1 1/8 1/8 8 8 8 1 8 8 7 8 1/8 1

Kuosioner 9 1 1/5 1/5 1/8 1/7 5 1 5 1/7 1/6 5 1/5 1 1/8 1/8 8 7 8 1 7 7 6 8 1/7 1

Kuosioner 10 1 1/3 1 1 1/3 3 1 4 4 1 1 1/4 1 1/3 1/5 1 1/4 3 1 1/3 3 1 5 3 1

Kuosioner 11 1 7 7 8 8 1/7 1 7 7 7 1/7 1/7 1 1/7 1/7 1/8 1/7 7 1 1/7 1/8 1/7 7 7 1

Kuosioner 12 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 3 3 1 3 3 3 3 1/3 1

Kuosioner 13 1 1/3 1/4 1/3 1/3 3 1 1 1 3 4 1 1 3 3 3 1 1/3 1 6 3 1/3 1/3 1/6 1

Kuosioner 14 1 3 3 5 3 1/3 1 3 1 1 1/3 1/3 1 1 1 1/5 1 1 1 1 1/3 1 1 1 1

Kuosioner 15 1 1/7 1/7 1/7 1/7 7 1 1 1 1 7 1 1 1/3 1/3 7 1 3 1 1/4 7 1 3 4 1

Kuosioner 16 1 1/2 2 2 1/3 2 1 3 2 1 1/2 1/3 1 1 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 3 1 2 2 1

Kuosioner 17 1 5 2 5 5 1/5 1 1/6 1/5 1/5 1/2 6 1 6 1/5 1/5 5 1/6 1 1 1/5 5 5 1 1

Kuosioner 18 1 1/7 1/7 1/7 1/7 7 1 1/8 1/8 1/8 7 8 1 1/8 1/8 7 8 8 1 8 7 8 8 1/8 1

Kuosioner 19 1 1/8 1/5 1/8 1/7 8 1 6 1/8 8 5 1/6 1 1/6 6 8 8 6 1 7 7 1/8 1/6 1/7 1

Kuosioner 20 1 1/5 1/6 1/7 1/8 5 1 6 5 4 6 1/6 1 1/8 1/9 7 1/5 8 1 1/6 8 1/4 9 6 1

Kuosioner 21 1 4 4 1 3 1/4 1 6 4 5 1/4 1/6 1 6 6 1 1/4 1/6 1 6 1/3 1/5 1/6 1/6 1

Kuosioner 22 1 9 9 9 9 1/9 1 1/9 9 1 1/9 9 1 9 9 1/9 1/9 1/9 1 1/9 1/9 1 1/9 9 1

Kuosioner 23 1 9 1 9 9 1/9 1 1/9 1/9 9 1 9 1 9 9 1/9 9 1/9 1 1/9 1/9 1/9 1/9 1/9 1

Kuosioner 24 1 1 1 1 1 1 1 1/3 3 1/5 1 3 1 4 1/6 1 1/3 1/4 1 1/6 1 5 6 6 1

Kuosioner 25 1 5 1/5 6 1/5 1/5 1 5 1/5 6 5 1/5 1 1/3 5 1/6 5 3 1 5 5 1/6 1/5 1/5 1

Kuosioner 26 1 1/7 1/7 1/8 1/6 7 1 2 2 2 7 1/2 1 3 1/4 8 1/2 1/3 1 1/5 6 1/2 4 5 1

Kuosioner 27 1 1/8 1/8 1/8 1/9 8 1 1/8 1/8 9 8 8 1 1/8 1/8 8 8 8 1 1/8 9 9 8 8 1

Kuosioner 28 1 2 1 1/9 4 1/2 1 1/3 1/9 1 1 3 1 1/9 1 9 9 9 1 9 1/4 1 1 1/9 1

Kuosioner 29 1 7 1/5 6 1/5 1/7 1 6 1/5 5 5 1/6 1 6 1/6 1/6 5 1/6 1 6 5 1/5 6 1/6 1

Kuosioner 30 1 1/6 1/6 1/8 1/8 6 1 7 1/7 1/8 6 1/7 1 1/7 1/7 8 7 7 1 1/7 8 8 7 7 1

Kuosioner 31 1 1/7 1/7 1/9 1/8 7 1 8 1/9 1/8 7 1/8 1 1/7 1/7 9 9 7 1 1/7 8 8 7 7 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 32 1 1/6 1/5 1/7 1/8 6 1 6 7 1/7 5 1/6 1 1/7 1/8 7 1/7 7 1 1/7 8 7 8 7 1

Kuosioner 33 1 1/4 1/3 3 1/4 4 1 3 3 1 3 1/3 1 3 2 1/3 1/3 1/3 1 1/2 4 1 1/2 2 1

Kuosioner 34 1 1/3 1/4 1/9 1/9 3 1 9 1/9 1/9 4 1/9 1 1/9 1/9 9 9 9 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 35 1 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 9 1 1 2 1/9 1 1/2 1/2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1

Kuosioner 36 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 5 1/8 1/9 9 1/5 1 1/9 1/9 9 8 9 1 6 9 9 9 6 1

Kuosioner 37 1 1/9 1 1/3 1/9 9 1 7 9 9 1 1/7 1 1/3 1/9 3 1/9 3 1 9 9 1/9 9 1/9 1

Kuosioner 38 1 1/6 5 5 1/8 6 1 1 2 1 1/5 1 1 1/3 5 1/5 1/2 3 1 1 8 1 1/5 1 1

Kuosioner 39 1 1/8 1/2 1/6 1/8 8 1 8 2 1 2 1/8 1 1/6 1/8 6 1/2 6 1 1 8 1 8 1 1

Kuosioner 40 1 6 6 6 6 1/6 1 4 4 4 1/6 1/4 1 1/3 1/3 1/6 1/4 3 1 1/3 1/6 1/4 3 3 1

Kuosioner 41 1 5 3 5 5 1/5 1 1/5 2 2 1/3 5 1 3 3 1/5 1/2 1/3 1 1 1/5 1/2 1/3 1 1

Kuosioner 42 1 7 7 7 7 1/7 1 1/5 1 1/3 1/7 5 1 5 5 1/7 1 1/5 1 5 1/7 3 1/5 1/5 1

Kuosioner 43 1 6 6 6 6 1/6 1 5 5 5 1/6 1/5 1 4 1/8 1/6 1/5 1/4 1 1/8 1/6 1/5 8 8 1

Kuosioner 44 1 9 9 9 9 1/9 1 5 5 5 1/9 1/5 1 1/7 1/5 1/9 1/5 7 1 1/5 1/9 1/5 5 5 1

Kuosioner 45 1 9 1/6 7 1/2 1/9 1 1/5 6 1/4 6 5 1 8 1/7 1/7 1/6 1/8 1 1/7 2 4 7 7 1

Kuosioner 46 1 3 1/3 3 3 1/3 1 4 4 4 3 1/4 1 3 3 1/3 1/4 1/3 1 4 1/3 1/4 1/3 1/4 1

Kuosioner 47 1 1/3 1/5 1 1 3 1 3 1 1 5 1/3 1 1 1 1 1 1 1 1/3 1 1 1 3 1

Kuosioner 48 1 1/5 5 1/5 5 5 1 5 5 5 1/5 1/5 1 1/5 1/2 5 1/5 5 1 9 1/5 1/5 2 1/9 1

Kuosioner 49 1 1/4 1/3 2 1/4 4 1 3 3 1 3 1/3 1 3 2 1/2 1/3 1/3 1 1/2 4 1 1/2 2 1

Kuosioner 50 1 5 1/3 4 5 1/5 1 1/5 1 1/5 3 5 1 4 4 1/4 1 1/4 1 1/5 1/5 5 1/4 5 1

Kuosioner 51 1 5 4 2 1/4 1/5 1 1/3 2 1/6 1/4 3 1 1 3 1/2 1/2 1 1 1/5 4 6 1/3 5 1

Kuosioner 52 1 6 6 6 6 1/6 1 1/4 1 1 1/6 4 1 4 4 1/6 1 1/4 1 1 1/6 1 1/4 1 1

Kuosioner 53 1 4 3 2 1 1/4 1 7 6 5 1/3 1/7 1 6 5 1/2 1/6 1/6 1 4 1 1/5 1/5 1/4 1

Kuosioner 54 1 1/3 3 2 1 3 1 4 6 7 1/3 1/4 1 1/3 1/4 1/2 1/6 3 1 1 1 1/7 4 1 1

Kuosioner 55 1 5 1/2 5 3 1/5 1 3 1 1 2 1/3 1 1/3 1/4 1/5 1 3 1 1 1/3 1 4 1 1

Kuosioner 56 1 1 1 1 1 1 1 4 1/6 1/8 1 1/4 1 6 1/8 1 6 1/6 1 1 1 8 8 1 1

Kuosioner 57 1 1 2 1/3 1/3 1 1 3 1/2 1/2 1/2 1/3 1 1/2 1/3 3 2 2 1 1/3 3 2 3 3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 58 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 3 1/3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 1/3 3 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 59 1 1/7 1/7 1/7 1/7 7 1 3 3 2 7 1/3 1 1/3 1/3 7 1/3 3 1 1/3 7 1/2 3 3 1

Kuosioner 60 1 1/5 1/3 1/4 1/7 5 1 6 7 5 3 1/6 1 1/6 5 4 1/7 6 1 5 7 1/5 1/5 1/5 1

Kuosioner 61 1 1/6 1/7 1/6 1/5 6 1 1/6 7 8 7 6 1 7 7 6 1/7 1/7 1 1/5 5 1/8 1/7 5 1

Kuosioner 62 1 3 1 1/2 2 1/3 1 1 1 1 1 1 1 1/2 3 2 1 2 1 1 1/2 1 1/3 1 1

Kuosioner 63 1 1/5 1/3 1/7 1/6 5 1 1/3 1/6 1/4 3 3 1 1/5 1/2 7 6 5 1 7 6 4 2 1/7 1

Kuosioner 64 1 1/9 1/9 1/8 1/9 9 1 1/9 1/7 1/9 9 9 1 1/8 1/8 8 7 8 1 1/9 9 9 8 9 1

Kuosioner 65 1 1/8 1/8 1/8 1/9 8 1 8 8 8 8 1/8 1 1/8 1/8 8 1/8 8 1 1/8 9 1/8 8 8 1

Kuosioner 66 1 1/6 6 1/6 1/7 6 1 6 6 1/7 1/6 1/6 1 1/5 1/6 6 1/6 5 1 1/7 7 7 6 7 1

Kuosioner 67 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 7 7 7 9 1/7 1 9 1/9 9 1/7 1/9 1 1/9 9 1/7 9 9 1

Kuosioner 68 1 9 8 8 7 1/9 1 1/7 1/5 1/7 1/8 7 1 6 1/4 1/8 5 1/6 1 1 1/7 7 4 1 1

Kuosioner 69 1 9 1 9 9 1/9 1 1/9 9 1/9 1 9 1 9 9 1/9 1/9 1/9 1 9 1/9 9 1/9 1/9 1

Kuosioner 70 1 8 1/8 1/9 1/9 1/8 1 9 8 9 8 1/9 1 1/8 1/7 9 1/8 8 1 1/9 9 1/9 7 9 1

Kuosioner 71 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 9 9 1/9 9 1/9 1 9 1/9 9 1/9 1/9 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 72 1 1/4 1/4 1/6 1/6 4 1 5 4 3 4 1/5 1 1/6 1/5 6 1/4 6 1 1/6 6 1/3 5 6 1

Kuosioner 73 1 1/7 5 1/4 1/6 7 1 5 1/3 1 1/5 1/5 1 1/2 3 4 3 2 1 1/4 6 1 1/3 4 1

Kuosioner 74 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1 5 5 5 1 1/5 1 1/5 1/5 9 1/5 5 1 1 9 1/5 5 1 1

Kuosioner 75 1 1/7 7 7 1/7 7 1 9 9 9 1/7 1/9 1 1/6 1/6 1/7 1/9 6 1 1/6 7 1/9 6 6 1

Kuosioner 76 1 5 4 1/4 1/3 1/5 1 2 2 4 1/4 1/2 1 1/2 1 4 1/2 2 1 3 3 1/4 1 1/3 1

Kuosioner 77 1 3 3 3 3 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 3 1/3 3 1/3 1 4 1/3 3 1/3 1/4 1

Kuosioner 78 1 5 1/5 5 5 1/5 1 1/5 5 5 5 5 1 5 5 1/5 1/5 1/5 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1

Kuosioner 79 1 5 6 7 9 1/5 1 1/6 1/3 1/4 1/6 6 1 1/3 1/3 1/7 3 2 1 5 1/9 4 3 1/5 1

Kuosioner 80 1 3 4 1/5 1/3 1/3 1 3 4 2 1/4 1/3 1 1/3 1/2 5 1/4 3 1 5 3 1/2 2 1/5 1

1,00 0,86 0,82 0,80 0,61 1,16 1,00 1,84 1,22 1,06 1,22 0,54 1,00 0,75 0,61 1,26 0,82 1,32 1,00 0,73 1,63 0,99 1,64 1,36 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 4. Perhitungan FaktorPembobotan Evaluasi untuk Kriteria Harga

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Harga

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 8/9 5/6 7/9 3/5

APJ 1 1/8 1 1 7/8 1 1/4 1

Tri Boy 1 1/5 1/2 1 3/4 3/5

Joko Solo 1 2/7 4/5 1 1/3 1 5/7

APS 1 2/3 1 1 2/3 1 2/5 1

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria harga yang disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,89 0,83 0,78 0,60

APJ 1,13 1,00 1,88 1,25 1,00

Tri Boy 1,20 0,50 1,00 0,75 0,60

Joko Solo 1,29 0,80 1,33 1,00 0,71

APS 1,67 1,00 1,67 1,40 1,00

∑ 6,28 4,19 6,71 5,18 3,91 Matriks faktor evaluasi untuk kriteria harga yang dinormalkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Vektor Eigen Rangking %

Zam-Zam Hidayah 0,16 0,21 0,12 0,15 0,15 0,1598 4 15,98%

APJ 0,18 0,24 0,28 0,24 0,26 0,2389 2 23,89%

Tri Boy 0,19 0,12 0,15 0,14 0,15 0,1515 5 15,15%

Joko Solo 0,20 0,19 0,20 0,19 0,18 0,1940 3 19,40%

APS 0,27 0,24 0,25 0,27 0,26 0,2557 1 25,57%

100,00%

Nilai Eigen Max 5,0262

CI 0,0065

CR 0,0058 n=5, RI=1,12 Karena CR < 0,1 Prefensi Responden adalah konsisten

Lampiran 5. Data Alternatif untuk Kriteria Kualitas Layanan

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a42 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55

Kuosioner 1 1 4 3 1/4 1/3 1/4 1 4 5 2 1/3 1/4 1 1/4 1/3 4 1/5 4 1 1/3 3 1/2 3 3 1

Kuosioner 2 1 6 3 4 2 1/6 1 4 1 1/2 1/3 1/4 1 5 7 1/4 1 1/5 1 4 1/2 2 1/7 1/4 1

Kuosioner 3 1 5 5 5 5 1/5 1 1/5 5 5 1/5 5 1 5 5 1/5 1/5 1/5 1 5 1/5 1/5 1/5 1/5 1

Kuosioner 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 5 1 1/4 1 3 2 4 1 3 4 6 1 1/3 1 3 4 1/3 1/4 1/3 1 3 1/2 1/6 1/4 1/3 1

Kuosioner 6 1 1/9 5 5 1/6 9 1 6 6 4 1/5 1/6 1 1/6 1/6 1/5 1/6 6 1 1/6 6 1/4 6 6 1

Kuosioner 7 1 1/5 1 1/3 1/7 5 1 5 1 5 1 1 1 1/5 1 1/5 1/5 3 1 1 7 1 5 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 8 1 1/4 5 1/7 3 4 1 1/6 2 1/8 1/5 6 1 1/5 1/4 7 1/2 5 1 1/4 1/3 8 4 4 1

Kuosioner 9 1 1/5 1/6 1/7 1/7 5 1 6 6 5 6 1/6 1 4 1/6 7 1/6 1/4 1 1/7 7 1/5 6 7 1

Kuosioner 10 1 1/9 1/8 1/8 1/9 9 1 1/8 1/7 1/9 8 8 1 8 1/9 8 7 1/8 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 11 1 9 8 1/8 1/9 1/9 1 9 1/7 9 1/8 1/9 1 1/9 1/9 8 7 9 1 1/9 9 1/9 9 9 1

Kuosioner 12 1 1/2 1 1/3 1/2 2 1 3 1 1 1 1/3 1 1/2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 1/2 1

Kuosioner 13 1 1/6 7 1/7 1/6 6 1 7 6 5 1/7 1/7 1 1/8 1/7 7 1/6 8 1 1/3 6 1/5 7 3 1

Kuosioner 14 1 1/9 9 9 1/9 9 1 9 9 9 1/9 1/9 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 1/9 9 1/9 9 9 1

Kuosioner 15 1 1/7 8 8 1/7 7 1 5 5 1/7 1/6 1/5 1 1/6 1/6 1/8 1/5 6 1 1/9 7 7 6 1/9 1

Kuosioner 16 1 1/8 1/8 1/8 1/8 8 1 8 8 1/9 8 1/8 1 1/8 1/8 8 1/8 8 1 1/8 8 9 8 8 1

Kuosioner 17 1 1/9 1/8 1/8 1/8 9 1 1/9 1/8 1/9 8 9 1 1/6 1/9 8 8 6 1 1/9 8 9 9 9 1

Kuosioner 18 1 1/4 1/2 1/7 1/5 4 1 1/2 1/3 1/5 2 2 1 1/6 1/4 7 5 6 1 7 5 3 4 1/7 1

Kuosioner 19 1 1/2 3 1 1/3 2 1 1 1 1 1/3 1 1 1 1 1 1 1 1 1/2 3 1 1 2 1

Kuosioner 20 1 1/7 6 5 1/6 7 1 7 7 7 1/6 1/7 1 6 6 1/5 1/7 1/6 1 1/5 6 1/7 1/6 5 1

Kuosioner 21 1 1/6 1/3 1/6 1/4 6 1 1/4 1/5 1/3 3 4 1 1/3 1/3 6 5 3 1 1 4 3 3 1 1

Kuosioner 22 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 3 3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 1/3 3 1 1/3 3 1/3 3 3 1

Kuosioner 23 1 1/3 3 3 1/3 3 1 3 3 1/3 1/3 1/3 1 3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 24 1 1/3 1 1/2 1/3 3 1 2 1 1/3 1 1/2 1 1/2 1/3 2 1 2 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 25 1 3 3 3 1/5 1/3 1 1/4 2 1 1/3 4 1 3 5 1/3 1/2 1/3 1 1 5 1 1/5 1 1

Kuosioner 26 1 1/3 1/2 1/3 1/5 3 1 2 3 1 2 1/2 1 1 1/2 3 1/3 1 1 3 5 1 2 1/3 1

Kuosioner 27 1 1/5 1/4 1/3 1/5 5 1 1/2 5 6 4 2 1 4 4 3 1/5 1/4 1 4 5 1/6 1/4 1/4 1

Kuosioner 28 1 6 5 4 3 1/6 1 6 5 4 1/5 1/6 1 5 4 1/4 1/5 1/5 1 3 1/3 1/4 1/4 1/4 1

Kuosioner 29 1 1/3 3 1/3 1/3 3 1 3 1 1 3 1 1 1/3 1/3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1

Kuosioner 30 1 6 5 4 5 1/6 1 1/3 2 1/4 1/5 3 1 1/2 3 1/4 1/2 2 1 1 1/5 4 1/3 1 1

Kuosioner 31 1 5 1 1/4 5 1/5 1 5 1 3 1 1/5 1 1/5 1/5 4 1 5 1 1 1/5 1/3 5 1 1

Kuosioner 32 1 1/3 1/2 1/2 1/5 3 1 3 3 2 2 1/3 1 3 1/4 2 1/3 1/3 1 1/4 5 1/2 4 4 1

Kuosioner 33 1 1/9 1/7 7 9 9 1 9 9 9 7 1/9 1 1/8 1/3 1/7 1/9 8 1 5 1/9 1/9 3 1/5 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 34 1 1/2 1 1 1 2 1 1/4 1 1 1 4 1 1/4 1 1 1 4 1 1/2 1 1 1 2 1

Kuosioner 35 1 1/5 4 1/4 1/3 5 1 4 3 1/3 1/4 1/4 1 1/3 1 4 1/3 3 1 1/3 3 3 1 3 1

Kuosioner 36 1 4 6 1/6 1/3 1/6 1 3 1/5 1 1/4 1/3 1 7 1/5 6 5 1/7 1 1/5 3 1 5 5 1

Kuosioner 37 1 9 9 9 9 1/9 1 5 4 6 1/9 1/5 1 1/6 1/4 1/9 1/4 6 1 1/5 1/9 1/6 4 5 1

Kuosioner 38 1 8 8 8 8 1/8 1 6 6 6 1/8 1/6 1 1/4 1/7 1/8 1/6 4 1 1/7 1/8 1/6 7 7 1

Kuosioner 39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 41 1 5 5 5 5 1/5 1 6 6 6 1/5 1/6 1 1/3 1/3 1/5 1/6 3 1 1/4 1/5 1/6 3 4 1

Kuosioner 42 1 1/8 1/3 1/6 1/8 8 1 8 2 1 2 1/8 1 1/6 1/8 6 1/2 6 1 1 8 1 8 1 1

Kuosioner 43 1 1/5 1/5 1/5 1/8 5 1 1 1 1 5 1 1 1/4 1/4 5 1 4 1 1/2 8 1 4 2 1

Kuosioner 44 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 7 7 7 9 1/7 1 1/9 1/9 9 1/7 9 1 7 9 1/7 9 1/7 1

Kuosioner 45 1 1/6 1/6 1/7 1/8 6 1 4 1/7 1/7 6 1/4 1 1/7 1/7 7 7 7 1 4 8 7 7 1/4 1

Kuosioner 46 1 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 9 1/2 1/2 2 1/9 1 1/2 1/2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1

Kuosioner 47 1 1/5 1/4 1/9 1/9 5 1 9 1/9 1/4 4 1/9 1 1/9 1/9 9 9 9 1 1/9 9 4 9 9 1

Kuosioner 48 1 1/3 1/2 1/2 1/5 3 1 3 3 2 2 1/3 1 3 1/4 2 1/3 1/3 1 1/4 5 1/2 4 4 1

Kuosioner 49 1 1/7 1/6 1/7 1/7 7 1 6 6 1/7 6 1/6 1 1/8 1/8 7 1/6 8 1 1/8 8 7 8 8 1

Kuosioner 50 1 1/7 6 1/7 1/7 7 1 8 1/8 9 1/6 1/8 1 1/7 1/7 7 8 7 1 8 7 1/9 7 1/8 1

Kuosioner 51 1 1/6 1/6 1/6 1/6 6 1 7 7 1/8 6 1/7 1 1/7 1/7 6 1/7 7 1 1/7 6 8 7 7 1

Kuosioner 52 1 6 1/5 5 1/2 1/6 1 5 1/4 4 5 1/5 1 5 1/4 1/5 4 1/5 1 5 2 1/4 4 1/5 1

Kuosioner 53 1 1 1/3 1/9 1 1 1 1 1/9 1/2 3 1 1 1/9 1 9 9 9 1 9 1 2 1 1/9 1

Kuosioner 54 1 1/9 1/7 1/7 1/7 9 1 1/6 1/6 1/6 7 6 1 1/6 1/6 7 6 6 1 1/6 7 6 6 6 1

Kuosioner 55 1 1/2 1/2 1 1/3 2 1 9 9 1 2 1/9 1 3 1/3 1 1/9 1/3 1 1/5 3 1 3 5 1

Kuosioner 56 1 5 1/5 1/7 4 1/5 1 5 1/5 1/6 5 1/5 1 5 1/6 7 5 1/5 1 1/5 1/4 6 6 5 1

Kuosioner 57 1 1 1 1/7 1/8 1 1 4 4 5 1 1/4 1 1/4 1/7 7 1/4 4 1 1/7 8 1/5 7 7 1

Kuosioner 58 1 1/3 1 1/5 1/4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 1 1 1 1

Kuosioner 59 1 5 1 4 5 1/5 1 1/3 1/2 1 1 3 1 1/2 3 1/4 2 2 1 3 1/5 1 1/3 1/3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 60 1 5 1 3 1/3 1/5 1 5 1/3 1/3 1 1/5 1 5 5 1/3 3 1/5 1 5 3 3 1/5 1/5 1

Kuosioner 61 1 7 6 5 4 1/7 1 1/6 1/7 1/8 1/6 6 1 4 3 1/5 7 1/4 1 1/7 1/4 8 1/4 7 1

Kuosioner 62 1 1/7 1 1/5 1/8 7 1 6 1 1 1 1/6 1 1/3 1/6 5 1 3 1 5 8 1 6 1/5 1

Kuosioner 63 1 6 1/7 1/7 1/7 1/6 1 1/8 1/8 1/8 7 8 1 1/8 1/8 7 8 8 1 9 7 8 8 1/9 1

Kuosioner 64 1 1/7 1/5 6 5 7 1 7 8 4 5 1/7 1 1/5 1/7 1/6 1/8 5 1 4 1/5 1/4 7 1/4 1

Kuosioner 65 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1/2 1/2 1 1 1/2 1/2 1/2 1 1 1/2 1 1 2 2 1

Kuosioner 66 1 1/5 1/4 1/7 1/6 5 1 4 5 3 4 1/4 1 1/3 1/4 7 1/5 3 1 1/2 6 1/3 4 2 1

Kuosioner 67 1 3 1 1 1 1/3 1 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1/3 1 1 1 1 1 1/5 1 1

Kuosioner 68 1 5 3 1 1/2 1/5 1 3 3 3 1/3 1/3 1 1/3 1/3 1 1/3 3 1 3 2 1/3 3 1/3 1

Kuosioner 69 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 1/3 1 1/3 1 1/3 1/3 3 3 3 1 3 3 3 3 1/3 1

Kuosioner 70 1 7 7 7 7 1/7 1 8 8 8 1/7 1/8 1 1/7 1/7 1/7 1/8 7 1 1/7 1/7 1/8 7 7 1

Kuosioner 71 1 5 1 3 1/3 1/5 1 4 1/3 1 1 1/4 1 4 1/2 1/3 3 1/4 1 1/4 3 1 2 4 1

Kuosioner 72 1 1/5 1/5 1/9 1/8 5 1 5 1/9 1/9 5 1/5 1 1/8 1/8 9 9 8 1 8 8 9 8 1/8 1

Kuosioner 73 1 1/7 1/7 1/8 1/8 7 1 7 1/8 1/7 7 1/7 1 1/8 1/7 8 8 8 1 8 8 7 7 1/8 1

Kuosioner 74 1 1 1 1 1/3 1 1 3 1 1 1 1/3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1

Kuosioner 75 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 1/6 1/6 1/6 5 6 1 5 5 5 6 1/5 1 3 5 6 1/5 1/3 1

Kuosioner 76 1 1/5 7 1/5 1/5 5 1 6 1/5 1/5 1/7 1/6 1 1/5 1/5 5 5 5 1 1/5 5 5 5 5 1

Kuosioner 77 1 6 3 2 5 1/6 1 6 7 1 1/3 1/6 1 4 5 1/2 1/7 1/4 1 1 1/5 1 1/5 1 1

Kuosioner 78 1 5 7 1/9 9 1/5 1 7 4 9 1/7 1/7 1 8 4 9 1/4 1/8 1 1/2 1/9 1/9 1/4 2 1

Kuosioner 79 1 5 4 6 2 1/5 1 4 6 1/2 1/4 1/4 1 2 3 1/6 1/6 12 1 3 1/2 2 1/3 1/3 1

Kuosioner 80 1 1/6 1/4 6 6 6 1 6 7 6 4 1/6 1 1/5 1/6 1/6 1/7 5 1 1/7 1/6 1/6 6 7 1

1,00 0,64 0,98 0,66 0,51 1,55 1,00 2,33 1,31 1,02 1,04 0,44 1,00 0,59 0,47 1,47 0,76 1,74 1,00 0,75 1,96 1,00 2,17 1,26 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 6. Perhitungan FaktorPembobotan Evaluasi untuk Kualitas Layanan

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Layanan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 2/3 1 2/3 1/2

APJ 1 ½ 1 2 1/3 1 1/3 1

Tri Boy 1 4/9 1 3/5 1/2

Joko Solo 1 ½ 3/4 1 3/4 1 3/4

APS 2 1 2 1/6 1 2/7 1

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Layanan yang disederhanakan Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,67 1,00 0,67 0,50

APJ 1,50 1,00 2,33 1,33 1,00

Tri Boy 1,00 0,44 1,00 0,60 0,50

Joko Solo 1,50 0,75 1,75 1,00 0,75

APS 2,00 1,00 2,17 1,29 1,00

∑ 7,00 3,86 8,25 4,89 3,75

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Layanan yang dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Vektor Eigen Rangking %

Zam-Zam Hidayah 0,14 0,17 0,12 0,14 0,13 0,1413 4 14,13%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

APJ 0,21 0,26 0,28 0,27 0,27 0,2591 2 25,91%

Tri Boy 0,14 0,12 0,12 0,12 0,13 0,1271 5 12,71%

Joko Solo 0,21 0,19 0,21 0,20 0,20 0,2051 3 20,51%

APS 0,29 0,26 0,26 0,26 0,27 0,2674 1 26,74%

100,00%

Nilai Eigen Max 5,0427 CI 0,0107 CR 0,0095 n=5, RI=1,12

Karena CR < 0,1 Prefensi Responden adalah konsisten

Lampiran 7. Data Alternatif untuk Kriteria Kualitas Makanan

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a42 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55

Kuosioner 1 1 1/7 6 5 1/5 7 1 7 5 5 1/6 1/7 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 1/5 5 1/5 5 5 1

Kuosioner 2 1 5 4 6 2 1/5 1 4 6 1/2 ¼ 1/4 1 2 3 1/6 1/6 1/2 1 3 1/2 2 1/3 1/3 1

Kuosioner 3 1 1/9 1/6 1/5 9 9 1 1/2 1/4 9 6 2 1 1/4 1/9 5 4 4 1 1/9 1/9 1/9 9 9 1

Kuosioner 4 1 5 4 7 1 1/5 1 7 3 1/4 ¼ 1/7 1 4 1/5 1/4 1/3 1/4 1 5 1 4 5 1/5 1

Kuosioner 5 1 1/5 6 1/5 1/5 5 1 5 1/5 1/5 1/6 1/5 1 1/5 1/5 5 5 5 1 1/5 5 5 5 5 1

Kuosioner 6 1 8 8 8 1/9 1/8 1 3 3 3 1/8 1/3 1 1/3 1/8 1/8 1/3 3 1 1/6 9 1/3 8 6 1

Kuosioner 7 1 1 1 1 1/3 1 1 3 1 1 1 1/3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 8 1 1/7 1/7 1/8 1/7 7 1 7 1/8 1/7 7 1/7 1 1/7 1/7 8 8 7 1 1/8 7 7 7 8 1

Kuosioner 9 1 1/8 1/5 1/9 1/9 8 1 1/5 1/9 1/8 5 5 1 1/9 1/9 9 9 9 1 8 9 8 9 1/8 1

Kuosioner 10 1 1/5 1/3 1/4 1/4 5 1 5 1 4 3 1/5 1 4 1/3 4 1 1/4 1 1/4 4 1/4 3 4 1

Kuosioner 11 1 7 8 8 8 1/7 1 8 8 8 1/8 1/8 1 8 8 1/8 1/8 1/8 1 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1

Kuosioner 12 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 3 3 1 3 3 3 3 1/3 1

Kuosioner 13 1 1/3 1/3 1/4 1/4 3 1 5 4 4 3 1/5 1 1/3 1/3 4 1/4 3 1 1/2 4 1/4 3 2 1

Kuosioner 14 1 1 3 3 1 1 1 3 1 1 1/3 1/3 1 3 3 1/3 1 1/3 1 1 1 1 1/3 1 1

Kuosioner 15 1 1/5 1/4 1/5 1/5 5 1 2 3 4 4 1/2 1 1/2 1/3 5 1/3 2 1 1/3 5 1/4 3 3 1

Kuosioner 16 1 1/2 1 1 1/2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1/2 1 1/2 1 1 1/2 2 1 2 2 1

Kuosioner 17 1 1/8 1 1/7 1/5 8 1 8 7 7 1 1/8 1 1/7 1/5 7 1/7 7 1 1 5 1/7 5 1 1

Kuosioner 18 1 7 1/7 1/7 1/7 1/7 1 1/8 1/8 1/8 7 8 1 1/8 1/8 7 8 8 1 1/8 7 8 8 8 1

Kuosioner 19 1 1/6 1 1/6 1/6 6 1 6 1 8 8 8 1 1 1/8 1 1/6 1/6 1 1 6 1/8 6 1 1

Kuosioner 20 1 7 6 5 4 1/7 1 1/6 1/7 1/8 1/6 6 1 1/5 1/6 1/5 7 5 1 1/6 1/4 8 6 6 1

Kuosioner 21 1 4 3 5 1/4 1/4 1 6 1/4 1/2 1/3 1/6 1 6 1/4 1/5 4 1/6 1 6 4 2 4 1/6 1

Kuosioner 22 1 1/5 1 1/9 1/5 5 1 3 1/9 1 1 1/3 1 1/9 1/4 1 1/3 1 1 9 5 1 4 1/9 1

Kuosioner 23 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1 9 9 9 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1/9 9 1 3 9 1/9 9 1/3 1

Kuosioner 24 1 7 7 5 1/8 1/7 1 7 6 1/6 1/7 1/5 1 1/6 1/6 1/5 1/6 6 1 1/7 8 6 6 7 1

Kuosioner 25 1 1/6 6 1/7 6 6 1 1/7 7 1/7 1/6 7 1 1/7 6 7 1/7 7 1 1/7 1/6 7 1/6 7 1

Kuosioner 26 1 4 3 5 1/2 1/4 1 3 2 1 1/3 1/3 1 3 1/2 1/5 1/2 1/2 1 1/3 2 1 2 3 1

Kuosioner 27 1 1/9 1/8 1/8 1/7 9 1 1/6 1/6 1/6 8 6 1 1/6 1/5 8 6 6 1 1/6 7 6 5 6 1

Kuosioner 28 1 1 1/2 1/9 1 1 1 1 1/9 1 2 1 1 1/9 1 9 9 9 1 9 1 1 1 1/9 1

Kuosioner 29 1 4 1/4 3 3 1/4 1 4 1/3 3 4 1/4 1 1/3 3 1/3 3 3 1 3 1/3 1/3 1/3 1/3 1

Kuosioner 30 1 1/7 1/7 1/7 1/7 7 1 1/8 8 1/5 7 8 1 6 1/6 7 1/8 1/6 1 7 7 5 6 1/7 1

Kuosioner 31 1 1/8 1/6 1/7 1/8 8 1 7 1/8 7 6 1/7 1 1/7 1/7 7 8 7 1 1/8 8 1/7 7 8 1

Kuosioner 32 1 1/7 1/7 1/8 1/8 7 1 6 6 1/8 7 1/6 1 1/7 1/7 8 1/6 7 1 1/7 8 8 7 7 1

Kuosioner 33 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 5 5 5 5 1/5 1 3 1/3 5 1/5 1/3 1 1/5 5 1/5 3 5 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 34 1 1/9 1/4 1/9 1/9 9 1 9 9 1/9 4 1/9 1 1/9 1/9 9 1/9 9 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 35 1 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 9 1 1 2 1/9 1 1/2 1/2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1

Kuosioner 36 1 1/2 2 1/7 1/8 2 1 4 1/7 1/7 1/2 1/4 1 1/7 1/7 7 7 7 1 4 8 7 7 1/4 1

Kuosioner 37 1 1/9 9 1/9 1/5 9 1 5 7 9 1/9 1/5 1 1/9 1/9 9 1/7 9 1 9 5 1/9 9 1/9 1

Kuosioner 38 1 1/6 1/6 1/6 1/6 6 1 3 1 1 6 1/3 1 1/3 1 6 1 3 1 1 6 1 1 1 1

Kuosioner 39 1 1/8 1/2 1/6 1/8 8 1 7 2 1 2 1/7 1 1/7 1/7 6 1/2 7 1 1/3 8 1 7 3 1

Kuosioner 40 1 5 9 8 8 1/5 1 6 5 5 1/9 1/6 1 1/3 1/4 1/8 1/5 3 1 1/4 1/8 1/5 4 4 1

Kuosioner 41 1 1/5 1 1/5 1/5 5 1 3 1 1 1 1/3 1 1/3 1/3 5 1 3 1 1/3 5 1 3 3 1

Kuosioner 42 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 1 1 1 3 1 1 1/3 1/3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1

Kuosioner 43 1 8 8 8 8 1/8 1 4 4 4 1/8 1/4 1 1/5 1/5 1/8 1/4 5 1 1/7 1/8 1/4 5 7 1

Kuosioner 44 1 8 8 8 8 1/8 1 7 6 5 1/8 1/7 1 1/5 1/5 1/8 1/6 5 1 7 1/8 1/5 5 1/7 1

Kuosioner 45 1 4 1/6 8 1/4 1/4 1 6 1/6 4 6 1/6 1 7 1/5 1/8 6 1/7 1 4 4 1/4 5 1/4 1

Kuosioner 46 1 4 4 5 1/4 1/4 1 4 5 2 1/4 1/4 1 1/2 1/3 1/5 1/5 2 1 1/3 4 1/2 3 3 1

Kuosioner 47 1 1/2 1/4 1 1 2 1 1/2 1 1/3 4 2 1 1/2 1/3 1 1 2 1 1 1 3 3 1 1

Kuosioner 48 1 1/9 14 1/7 1/2 9 1 8 5 9 4 1/8 1 1/5 5 7 1/5 5 1 8 2 1/9 1/5 1/8 1

Kuosioner 49 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 5 5 5 5 1/5 1 3 1/3 5 1/5 1/3 1 1/5 5 1/5 3 5 1

Kuosioner 50 1 1/8 1/5 1/5 1/7 8 1 8 5 5 5 1/8 1 1/5 1/5 5 1/5 5 1 7 7 1/5 5 1/7 1

Kuosioner 51 1 4 6 1/5 1/4 1/4 1 1 3 1/6 1/6 1 1 2 9 5 1/3 1/2 1 2 4 6 1/9 1/2 1

Kuosioner 52 1 1/3 3 1/3 1/3 3 1 3 3 3 1/3 1/3 1 1/3 1/3 3 1/3 3 1 1 3 1/3 3 1 1

Kuosioner 53 1 5 4 3 2 1/5 1 2 1 1/2 1/4 1/2 1 1/2 1/3 1/3 1 2 1 1/4 1/2 2 3 4 1

Kuosioner 54 1 1/6 1/5 1/3 1/7 6 1 1/2 1/3 1/4 5 2 1 2 5 3 3 1/2 1 3 7 4 1/5 1/3 1

Kuosioner 55 1 3 1 2 1 1/3 1 1/2 1 1/2 1 2 1 2 2 1/2 1 1/2 1 1 1 2 1/2 1 1

Kuosioner 56 1 1 1 1 1 1 1 3 1/3 1 1 1/3 1 4 1 1 3 1/4 1 3 1 1 1 1/3 1

Kuosioner 57 1 1/2 1 1 1/4 2 1 1/2 1 1/4 1 2 1 1 1/3 1 1 1 1 1/3 4 4 3 3 1

Kuosioner 58 1 1/3 3 3 1/3 3 1 3 3 1/3 1/3 1/3 1 3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 59 1 1/7 1/2 1/5 1/5 7 1 7 6 2 2 1/7 1 1/3 1/5 5 1/6 3 1 1/3 5 1/2 5 3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 60 1 1/4 2 1/3 3 4 1 5 1/5 2 1/2 1/5 1 5 1 3 2 1/5 1 8 1/3 1/2 1 1/8 1

Kuosioner 61 1 1/8 1/7 5 1/5 8 1 7 7 7 7 1/7 1 6 5 1/5 1/7 1/6 1 1/5 5 1/7 1/5 5 1

Kuosioner 62 1 1/2 1 1 1/2 2 1 1 1 1 1 1 1 1/2 1/4 1 1 2 1 1 2 1 4 1 1

Kuosioner 63 1 1/2 1 1/8 1/5 2 1 1/5 1/8 1/4 1 5 1 1/7 1/6 8 8 7 1 8 5 4 6 1/8 1

Kuosioner 64 1 1/9 1/9 1/8 1/8 9 1 1/9 1/8 1/8 9 9 1 1/9 1/8 8 8 9 1 1/9 8 8 8 9 1

Kuosioner 65 1 1/8 1/7 1/7 1/9 8 1 8 8 1/9 7 1/8 1 1/8 1/8 8 1/8 8 1 1/8 9 9 8 8 1

Kuosioner 66 1 1/6 1/6 1/6 1/6 6 1 9 8 7 6 1/9 1 1/6 1/6 6 1/8 6 1 1/6 6 1/7 6 6 1

Kuosioner 67 1 1/9 1/9 9 6 9 1 9 8 8 9 1/9 1 1/9 1/9 1/9 1/8 9 1 1/9 1/6 1/8 9 9 1

Kuosioner 68 1 1/7 1/5 1/6 1/7 7 1 8 7 6 5 1/8 1 1/5 1/6 6 1/7 5 1 8 7 1/6 6 1/8 1

Kuosioner 69 1 1/5 1 1/9 1/5 5 1 5 1/9 1 1 1/5 1 1/9 1/9 9 9 9 1 9 5 1 9 1/9 1

Kuosioner 70 1 1/9 8 1/8 1/9 9 1 8 1/8 9 1/8 1/8 1 1/8 1/8 8 8 8 1 1/9 9 1/9 8 9 1

Kuosioner 71 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 9 1 1/9 9 1 1 8 1/9 9 1 1/8 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 72 1 1 1/2 1 1/6 1 1 1 1/2 1/6 2 1 1 1/3 1/4 1 2 3 1 3 6 6 4 1/3 1

Kuosioner 73 1 5 1/4 1/6 1/7 1/5 1 6 3 1/6 4 1/6 1 1/6 3 6 1/3 6 1 1/6 7 6 1/3 6 1

Kuosioner 74 1 1/9 1 1/5 1/9 9 1 7 1 1 1 1/7 1 1/5 1/5 5 1 5 1 1 9 1 5 1 1

Kuosioner 75 1 3 8 8 3 1/3 1 3 8 8 1/8 1/3 1 1/6 1/6 1/8 1/8 6 1 1/7 1/3 1/8 6 7 1

Kuosioner 76 1 1/5 4 5 3 5 1 4 4 5 1/4 1/4 1 3 4 1/5 1/4 1/3 1 3 1/3 1/5 1/4 1/3 1

Kuosioner 77 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 78 1 1/5 5 5 5 5 1 5 5 5 1/5 1/5 1 5 5 1/5 1/5 1/5 1 6 1/5 1/5 1/5 1/6 1

Kuosioner 79 1 6 7 5 8 1/6 1 3 4 1/3 1/7 1/2 1 5 1/4 1/5 1/4 1/5 1 6 1/8 3 4 1/6 1

Kuosioner 80 1 5 6 4 3 1/5 1 1 2 1/3 1/6 1 1 1/2 1/3 1/4 1/2 2 1 1/3 1/3 3 3 3 1

1,00 0,54 0,93 0,60 0,44 1,87 1,00 2,61 1,34 1,05 1,16 0,42 1,00 0,52 0,38 1,59 0,69 1,84 1,00 0,78 2,27 0,95 2,62 1,22 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 8. Perhitungan FaktorPembobotan Evaluasi untuk Kriteria Kualitas Makanan

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Makanan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 1/2 1 5/8 3/7 APJ 1 8/9 1 2 2/3 1 1/3 1 Tri Boy 1 1/7 2/5 1 1/2 3/8 Joko Solo 1 5/9 2/3 1 7/8 1 3/4 APS 2 2/7 1 2 2/3 1 1/4 1

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Makanan yang disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Zam-Zam Hidayah 1,00 0,50 1,00 0,63 0,43 APJ 1,89 1,00 2,67 1,33 1,00 Tri Boy 1,14 0,40 1,00 0,50 0,38 Joko Solo 1,56 0,67 1,88 1,00 0,75 APS 2,29 1,00 2,67 1,25 1,00 ∑ 7,87 3,57 9,21 4,71 3,55

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Kualitas Makanan yang dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Vektor Eigen Rangking %

Zam-Zam Hidayah 0,13 0,14 0,11 0,13 0,12 0,1258 4 12,58%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

APJ 0,24 0,28 0,29 0,28 0,28 0,2749 2 27,49% Tri Boy 0,15 0,11 0,11 0,11 0,11 0,1155 5 11,55%

Joko Solo 0,20 0,19 0,20 0,21 0,21 0,2023 3 20,23%

APS 0,29 0,28 0,29 0,27 0,28 0,2814 1 28,14%

100,00%

Nilai Eigen Max 4,9876 CI -0,00311 CR -0,00277 n=5, RI=1,12

Karena nilai CR < 0,10 maka preferensi responden adalah konsisten.

Lampiran 9. Data Alternatif untuk Kriteria Atmosfer Restoran

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a42 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55

Kuosioner 1 1 3 4 1/4 1/5 1/3 1 4 5 3 1/4 1/4 1 1/3 1/3 4 1/5 3 1 1/5 5 1/3 3 5 1

Kuosioner 2 1 6 5 1/4 1/3 1/6 1 6 5 1/3 1/5 1/6 1 1/2 3 4 1/5 2 1 1/3 3 3 1/3 3 1

Kuosioner 3 1 1/8 1 1/8 1/8 8 1 6 2 2 1 1/6 1 1/5 1/4 8 1/2 5 1 4 8 1/2 4 1/4 1

Kuosioner 4 1 2 2 2 2 1/2 1 1 1 1 1/2 1 1 3 3 1/2 1 1/3 1 1 1/2 1 1/3 1 1

Kuosioner 5 1 5 4 5 ¼ 1/5 1 2 3 2 1/4 1/2 1 5 5 1/5 1/3 1/5 1 2 4 1/2 1/5 1/2 1

Kuosioner 6 1 1/8 2 1/7 1/7 8 1 9 5 9 1/2 1/9 1 1/7 1/7 7 1/5 7 1 1/7 7 1/9 7 7 1

Kuosioner 7 1 1/9 1 1/5 1/7 9 1 7 1 1 1 1/7 1 1/5 1/5 5 1 5 1 1 7 1 5 1 1

Kuosioner 8 1 1/4 1/4 1/4 ¼ 4 1 6 6 6 4 1/6 1 1/4 1/4 4 1/6 4 1 3 4 1/6 4 3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 9 1 1/7 1/5 1/5 1/7 7 1 3 4 4 5 1/3 1 1/2 1/7 5 1/4 2 1 1/6 7 1/4 7 6 1

Kuosioner 10 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 1/9 1/9 1/9 9 9 1 1/9 1/9 9 9 9 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 11 1 1/9 8 1/9 1/8 9 1 9 9 1/8 1/8 1/9 1 1/9 1/9 9 1/9 9 1 1/6 8 8 9 6 1

Kuosioner 12 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1 9 9 9 1 1/9 1 1/9 1/4 9 1/9 9 1 9 9 1/9 4 1/9 1

Kuosioner 13 1 1/7 1/8 1/7 1/6 7 1 8 7 7 8 1/8 1 1/6 1/7 7 1/7 6 1 6 6 1/7 7 1/6 1

Kuosioner 14 1 1/8 4 1/4 1/9 8 1 9 9 1/9 1/4 1/9 1 1/5 1/8 4 1/9 5 1 1/6 9 9 8 6 1

Kuosioner 15 1 1/5 1/5 1/4 1/9 5 1 9 7 1 5 1/9 1 1/7 1/7 4 1/7 7 1 1/7 9 1 7 7 1

Kuosioner 16 1 1/8 1/8 1/8 1/8 8 1 8 8 1/8 8 1/8 1 1/9 1/9 8 1/8 9 1 1/8 8 8 9 8 1

Kuosioner 17 1 1/9 1/9 1/8 1/8 9 1 1/9 1/8 1/8 9 9 1 1/9 1/8 8 8 9 1 1/9 8 8 8 9 1

Kuosioner 18 1 1/2 1/4 1/7 1/9 2 1 1/3 1/7 1/9 4 3 1 1/7 1/8 7 7 7 1 1 9 9 8 1 1

Kuosioner 19 1 1/2 1 1 3 2 1 1 3 1 1 1 1 1/3 1/3 1 1/3 3 1 1/2 1/3 1 3 2 1

Kuosioner 20 1 1/5 1/5 1/6 1/6 5 1 7 7 6 5 1/7 1 6 5 6 1/7 1/6 1 1/7 6 1/6 1/5 7 1

Kuosioner 21 1 1/4 1/4 1/3 1/5 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 3 1 1 1 1/2 5 1 1 2 1

Kuosioner 22 1 1/7 1/2 1/5 1/3 7 1 3 3 6 2 1/3 1 1/3 1/5 5 1/3 3 1 1/3 3 1/6 5 3 1

Kuosioner 23 1 1/3 3 3 1/3 3 1 3 5 1/3 1/3 1/3 1 3 1/3 1/3 1/5 1/3 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 24 1 1/2 1 1/2 1/3 2 1 2 2 1/3 1 1/2 1 1 1/3 2 1/2 1 1 1/3 3 3 3 3 1

Kuosioner 25 1 1/3 2 1/2 1 3 1 5 2 1/2 1/2 1/5 1 2 1/5 2 1/2 1/2 1 1/4 1 2 5 4 1

Kuosioner 26 1 1/4 1/3 1/7 1/3 4 1 2 1/3 2 3 1/2 1 1/2 1 7 3 2 1 3 3 1/2 1 1/3 1

Kuosioner 27 1 6 5 5 3 1/6 1 7 1 1/2 1/5 1/7 1 1/3 1/3 1/5 1 3 1 1/4 1/3 2 3 4 1

Kuosioner 28 1 6 3 1/3 1 1/6 1 6 3 1 1/3 1/6 1 3 1/4 3 1/3 1/3 1 2 1 1 4 1/2 1

Kuosioner 29 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 3 3 3 1/3 1 1/2 1/2 3 1/3 2 1 1 3 1/3 2 1 1

Kuosioner 30 1 6 7 6 5 1/6 1 6 1/4 1/4 1/7 1/6 1 1 2 1/6 4 1 1 1/4 1/5 4 1/2 4 1

Kuosioner 31 1 1/8 1/3 1/6 1/6 8 1 7 4 6 3 1/7 1 1/6 1/5 6 1/4 6 1 5 6 1/6 5 1/5 1

Kuosioner 32 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 5 5 5 5 1/5 1 4 1/5 5 1/5 1/4 1 1/4 5 1/5 5 4 1

Kuosioner 33 1 1/9 1/5 1/5 1/3 9 1 9 5 9 5 1/9 1 1/7 1/2 5 1/5 7 1 6 3 1/9 2 1/6 1

Kuosioner 34 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1/5 1 1 4 1 1/2 1 1 1 1 1 14 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 35 1 1/4 4 1/4 ¼ 4 1 5 5 2 1/4 1/5 1 1/2 1/3 4 1/5 2 1 1/4 4 1/2 3 4 1

Kuosioner 36 1 6 1/5 8 1/8 1/6 1 7 1/4 3 5 1/7 1 1/8 1/7 1/8 4 1/8 1 6 8 1/3 7 1/6 1

Kuosioner 37 1 8 8 8 8 1/8 1 9 9 9 1/8 1/9 1 1/5 1/5 1/8 1/9 5 1 1/5 1/8 1/9 5 5 1

Kuosioner 38 1 8 8 8 8 1/8 1 8 8 8 1/8 1/8 1 5 5 1/8 1/8 1/5 1 5 1/8 1/8 1/5 1/5 1

Kuosioner 39 1 1 1 1/4 1/5 1 1 3 3 3 1 1/3 1 1/3 1/5 4 1/3 3 1 1/3 5 1/3 5 3 1

Kuosioner 40 1 1 1 1 1 1 1 8 3 3 1 1/3 1 1/3 1/3 1 1/3 3 1 1/3 1 1/3 3 3 1

Kuosioner 41 1 5 5 5 5 1/5 1 6 5 7 1/5 1/6 1 1/3 1/4 1/5 1/5 3 1 1/3 1/5 1/7 4 3 1

Kuosioner 42 1 1/7 1/2 1/6 1/7 7 1 7 2 1/6 2 1/7 1 1/4 1/6 6 1/2 4 1 1/3 7 6 6 3 1

Kuosioner 43 1 3 3 5 7 1/3 1 4 4 4 1/3 1/4 1 1/5 1/6 1/5 1/4 1/5 1 5 1/7 1/4 6 1/5 1

Kuosioner 44 1 1/9 9 1/9 1/5 9 1 5 7 9 1/9 1/5 1 1/9 1/9 9 1/7 9 1 9 5 1/9 9 1/9 1

Kuosioner 45 1 1/5 1 1/9 1/8 5 1 3 1/7 1/6 1 1/3 1 1/8 1/7 9 7 8 1 5 8 6 7 1/5 1

Kuosioner 46 1 1/2 1/2 1/2 ½ 2 1 9 1 1 2 1/9 1 1/2 1/2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1

Kuosioner 47 1 1/9 1/4 1/9 1/9 9 1 9 1/9 9 4 1/9 1 1/9 1/9 9 9 9 1 1/9 9 1/9 9 9 1

Kuosioner 48 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 5 5 5 5 1/5 1 4 1/5 5 1/5 1/4 1 1/4 5 1/5 5 4 1

Kuosioner 49 1 1/7 1/6 1/7 1/8 7 1 7 6 1/8 6 1/7 1 6 1/7 7 1/6 1/6 1 1/7 8 8 7 7 1

Kuosioner 50 1 1/8 1/8 1/8 1/8 8 1 6 1/7 7 8 1/6 1 1/7 1/7 8 7 7 1 7 8 1/7 7 1/7 1

Kuosioner 51 1 1/7 1/7 1/7 8 7 1 1/7 9 1/7 7 7 1 6 1/7 7 1/9 1/6 1 7 1/8 7 7 1/7 1

Kuosioner 52 1 3 1/6 3 1/6 1/3 1 4 1/5 4 6 1/4 1 4 1/4 1/3 5 1/4 1 4 6 1/4 4 1/4 1

Kuosioner 53 1 1/2 1 1/9 1 2 1 1 1/9 1 1 1 1 1/9 1 9 9 9 1 9 1 1 1 1/9 1

Kuosioner 54 1 1/9 1/8 1/7 1/6 9 1 1/6 1/6 1/6 8 6 1 1/6 1/7 7 6 6 1 1/7 6 6 7 7 1

Kuosioner 55 1 1 3 3 3 1 1 7 5 1/2 1/3 1/7 1 1 1 1/3 1/5 1 1 4 1/3 2 1 1/4 1

Kuosioner 56 1 1/7 6 8 1/7 7 1 1/6 5 1/7 1/6 6 1 5 1/6 1/8 1/5 1/5 1 1/6 7 7 6 6 1

Kuosioner 57 1 6 5 1 1 1/6 1 1 1 1/6 1/5 1 1 4 1/6 1 1 1/4 1 1 1 6 6 1 1

Kuosioner 58 1 1/9 1 1/9 5 9 1 9 9 9 1 1/9 1 1/9 2 9 1/9 9 1 9 1/5 1/9 1/2 1/9 1

Kuosioner 59 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1 9 9 9 1 1/9 1 1/9 1/4 9 1/9 9 1 7 9 1/9 4 1/7 1

Kuosioner 60 1 6 1/4 1/4 ¼ 1/6 1 7 1/4 1/4 4 1/7 1 6 6 4 4 1/6 1 1/9 4 4 1/6 9 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 61 1 1/6 1/7 1/8 1/9 6 1 7 6 5 7 1/7 1 3 2 8 1/6 1/3 1 1/7 9 1/8 1/2 7 1

Kuosioner 62 1 1/8 1/6 1/6 1/5 8 1 6 1 1 6 1/6 1 1/6 1/6 6 1 6 1 1 5 1 6 1 1

Kuosioner 63 1 1 1/7 1/7 1/7 1 1 1/6 1/8 1/8 7 6 1 1/8 1/8 7 8 8 1 1/8 7 8 8 8 1

Kuosioner 64 1 1/9 1/5 1/5 1/6 9 1 8 7 7 5 1/8 1 1/5 1/6 5 1/7 5 1 1 6 1/7 6 1 1

Kuosioner 65 1 1/2 2 1 ½ 2 1 2 1 1 1/2 1/2 1 1 1/2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1

Kuosioner 66 1 1/2 1 1/3 ½ 2 1 1 2 1 1 1 1 1/2 1 3 1/2 2 1 2 2 1 1 1/2 1

Kuosioner 67 1 1 3 4 4 1 1 1 4 1 1/3 1 1 3 3 1/4 1/4 1/3 1 1 1/4 1 1/3 1 1

Kuosioner 68 1 1/2 1/4 4 ¼ 2 1 1 1 1/2 4 1 1 1/3 4 1/4 1 3 1 4 4 2 1/4 1/4 1

Kuosioner 69 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 1/3 1 1/3 1/3 3 3 3 1 3 3 3 3 1/3 1

Kuosioner 70 1 8 8 8 8 1/8 1 7 7 7 1/8 1/7 1 1/5 1/7 1/8 1/7 7 1 1/7 1/8 1/7 7 7 1

Kuosioner 71 1 5 1/3 3 1 1/5 1 4 1/4 1 3 1/4 1 5 1/3 1/3 4 1/5 1 3 1 1 3 1/3 1

Kuosioner 72 1 1/7 1/5 1/9 1/7 7 1 5 1/9 1/8 5 1/5 1 1/9 1/9 9 9 9 1 7 7 8 9 1/7 1

Kuosioner 73 1 1/7 1/3 1/8 1/7 7 1 7 1/8 1/7 3 1/7 1 1/8 1/7 8 8 8 1 8 7 7 7 8 1

Kuosioner 74 1 1 3 1 1/3 1 1 3 3 1 1/3 1/3 1 1 1/3 1 3 1 1 1/3 3 1 3 3 1

Kuosioner 75 1 7 1/5 1/5 1/5 1/7 1 6 5 1/6 5 1/6 1 1/5 1/5 5 1/5 5 1 1/4 5 6 5 4 1

Kuosioner 76 1 1/5 5 1/5 1/5 5 1 5 1/6 1/6 1/5 1/5 1 1/5 1/5 5 6 5 1 1/5 5 6 5 5 1

Kuosioner 77 1 7 3 5 6 1/7 1 5 3 1/4 1/3 1/5 1 4 1/2 1/5 1/3 1/4 1 4 1/6 4 2 1/4 1

Kuosioner 78 1 1/2 1 1/9 5 2 1 1 4 1/9 1 1 1 1/5 5 9 1/4 5 1 1/4 1/5 9 1/5 4 1

Kuosioner 79 1 4 3 1 ¼ 1/4 1 1 3 2 1/3 1 1 2 1/3 1 1/3 1/2 1 3 4 1/2 3 1/3 1

Kuosioner 80 1 1/7 1/5 1/6 1/6 7 1 7 5 5 5 1/7 1 1/5 5 6 1/5 5 1 1/6 6 1/5 1/5 6 1

1,00 0,49 0,77 0,44 0,40 2,04 1,00 3,26 1,75 1,08 1,30 0,31 1,00 0,49 0,37 2,27 0,59 1,86 1,00 0,82 2,48 0,92 2,82 1,33 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 10. Perhitungan FaktorPembobotan Evaluasi untuk Kriteria Atmosfer Restoran

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Atmosfer Restoran

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 1/2 4/5 3/7 2/5 APJ 2 1 3 1/4 1 7/9 1 Tri Boy 1 ¼ 1/3 1 1/2 3/8 Joko Solo 2 2/7 4/7 1 7/8 1 4/5 APS 2 ½ 1 2 5/6 1 1/3 1

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Atmosfer Restoran yang disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,50 0,80 0,43 0,40 APJ 2,00 1,00 3,25 1,78 1,00 Tri Boy 1,25 0,33 1,00 0,50 0,38 Joko Solo 2,29 0,57 1,88 1,00 0,80 APS 2,50 1,00 2,83 1,33 1,00 ∑ 9,04 3,40 9,76 5,04 3,58

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Atmosfer Restoran yang dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Vektor Eigen Rangking %

Zam-Zam Hidayah 0,11 0,15 0,08 0,09 0,11 0,1073 5 10,73%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

APJ 0,22 0,29 0,33 0,35 0,28 0,2961 1 29,61% Tri Boy 0,14 0,10 0,10 0,10 0,10 0,1086 4 10,86%

Joko Solo 0,25 0,17 0,19 0,20 0,22 0,2070 3 20,70%

APS 0,28 0,29 0,29 0,26 0,28 0,2810 2 28,10%

100,00%

Nilai Eigen Max 5,0850 CI 0,0212 CR 0,0190 n=5, RI=1,12

Karena CR < 0,1 Prefensi Responden adalah konsisten

Lampiran 11. Data Alternatif untuk Kriteria Lokasi

a11 a12 a13 a14 a15 a21 a22 a23 a24 a25 a31 a32 a33 a34 a35 a41 a42 a43 a44 a45 a51 a52 a53 a54 a55

Kuosioner 1 1 4 3 2 1/4 1/4 1 1 4 1/3 1/3 1 1 4 1 1/2 1/4 1/4 1 2 4 3 1 1/2 1

Kuosioner 2 1 1/7 5 5 1/5 7 1 5 5 1/5 1/5 1/5 1 1/5 1/5 1/5 1/5 5 1 1/5 5 5 5 5 1

Kuosioner 3 1 4 5 3 1/2 1/4 1 1/3 1/2 4 1/5 3 1 4 4 1/3 2 1/4 1 2 2 1/4 1/4 1/2 1

Kuosioner 4 1 1/5 4 3 6 5 1 ¼ 3 5 1/4 4 1 1/3 1/4 1/3 1/3 3 1 2 1/6 1/5 4 1/2 1

Kuosioner 5 1 5 4 3 2 1/5 1 1/5 1/4 1/2 1/4 5 1 4 3 1/3 4 1/4 1 3 1/2 2 1/3 1/3 1

Kuosioner 6 1 2 2 2 2 1/2 1 ½ 1/2 1/2 1/2 2 1 3 3 1/2 2 1/3 1 3 1/2 2 1/3 1/3 1

Kuosioner 7 1 7 7 4 5 1/7 1 2 3 4 1/7 1/2 1 1/5 5 1/4 1/3 5 1 3 1/5 1/4 1/5 1/3 1

Kuosioner 8 1 8 8 8 8 1/8 1 8 8 8 1/8 1/8 1 1/7 1/8 1/8 1/8 7 1 1/8 1/8 1/8 8 8 1

Kuosioner 9 1 1/9 1 1/5 1/5 9 1 7 1 1 1 1/7 1 1/5 1/7 5 1 5 1 1 5 1 7 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 10 1 8 8 8 8 1/8 1 7 7 7 1/8 1/7 1 6 6 1/8 1/7 1/6 1 5 1/8 1/7 1/6 1/5 1

Kuosioner 11 1 1 2 4 1/2 1 1 1/6 1/7 1/7 1/2 6 1 1/4 1/6 1/4 7 4 1 1/7 2 7 6 7 1

Kuosioner 12 1 1/8 1/8 1/9 1/9 8 1 1/5 1/9 1/9 8 5 1 1/6 1/9 9 9 6 1 1/9 9 9 9 9 1

Kuosioner 13 1 1/8 1/7 8 1/7 8 1 8 1/9 1/5 7 1/8 1 1/6 8 1/8 9 6 1 1/8 7 5 1/8 8 1

Kuosioner 14 1 8 8 8 8 1/8 1 7 7 7 1/8 1/7 1 1/3 1/7 1/8 1/7 7 1 1/6 1/8 1/7 7 6 1

Kuosioner 15 1 3 3 3 3 1/3 1 3 3 3 1/3 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 3 1/3 1/3 3 1/3 1

Kuosioner 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 17 1 1/4 1/6 1/7 1/7 4 1 5 4 4 6 1/5 1 1/3 1/4 7 1/4 3 1 1/4 6 1/4 4 4 1

Kuosioner 18 1 1/6 1/7 1/6 1/7 6 1 ½ 1 1 7 2 1 1/2 1/3 6 1 2 1 1 7 1 3 1 1

Kuosioner 19 1 1/7 1/6 1/7 1/9 7 1 6 6 6 6 1/6 1 1/7 1/7 7 1/6 7 1 1/5 9 1/6 7 5 1

Kuosioner 20 1 1/9 1 1/5 1/9 9 1 9 1 1 1 1/9 1 1/9 1/9 5 1 9 1 1 9 1 9 1 1

Kuosioner 21 1 1 1 1 1 1 1 3 1/9 1/8 1 1/3 1 1/9 1/9 1 9 9 1 9 1 8 9 1/9 1

Kuosioner 22 1 1/2 1/2 1/2 1/2 2 1 9 1 1 2 1/9 1 1/2 1/2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1

Kuosioner 23 1 1/9 1/9 1/9 1/9 9 1 9 1/9 1/9 9 9 1 1/9 1/9 9 9 9 1 9 9 9 9 1/9 1

Kuosioner 24 1 1/5 1/3 1/3 1/5 5 1 5 5 5 3 1/5 1 4 4 3 1/5 1/4 1 1/3 5 1/5 1/4 3 1

Kuosioner 25 1 1/7 1/6 1/7 1/8 7 1 7 6 1/7 6 1/7 1 1/6 1/8 7 1/6 6 1 1/8 8 7 8 8 1

Kuosioner 26 1 1/8 1/7 1/7 1/7 8 1 6 1/7 1/7 7 1/6 1 1/7 1/7 7 7 7 1 1/7 7 7 7 7 1

Kuosioner 27 1 1/6 1/6 1/6 1/6 6 1 1/6 1/6 6 6 6 1 1/6 6 6 6 6 1 1/6 6 1/6 1/6 6 1

Kuosioner 28 1 1/9 1/3 1/9 9 9 1 9 1/9 9 3 1/9 1 1/9 1 9 9 9 1 9 1/9 1/9 1 1/9 1

Kuosioner 29 1 1/7 1/5 1/5 1/7 7 1 7 6 1/7 5 1/7 1 1/6 1/7 5 1/6 6 1 1/6 7 1/4 7 6 1

Kuosioner 30 1 1/9 1/7 6 1/9 9 1 9 9 9 7 1/9 1 7 1/7 1/6 1/9 1/7 1 1/8 9 1/9 7 8 1

Kuosioner 31 1 1/6 7 7 1/6 6 1 6 6 6 1/7 1/6 1 5 1/7 1/7 1/6 1/5 1 1/7 6 1/6 7 7 1

Kuosioner 32 1 1/8 1/7 1/8 1/8 8 1 8 1/8 1/9 7 1/8 1 1/9 1/8 8 8 9 1 1/9 8 9 8 9 1

Kuosioner 33 1 1/9 1/9 1/8 1/8 9 1 1/9 1/9 1/8 9 9 1 1/7 1/9 8 9 7 1 1/9 8 8 9 9 1

Kuosioner 34 1 1/3 1 1/6 1/8 3 1 ½ 1/5 1/7 1 2 1 1/4 1/7 6 5 4 1 1 8 7 7 1 1

Kuosioner 35 1 4 3 2 3 1/4 1 1 1 1 1/3 1 1 5 4 1/2 1 1/5 1 4 1/3 1 1/4 1/4 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 36 1 1/7 1/7 6 1/6 7 1 7 6 7 7 1/7 1 5 6 1/6 1/6 1/5 1 1/5 6 1/7 1/6 5 1

Kuosioner 37 1 1/4 6 1/7 1/6 4 1 2 3 3 1/6 1/2 1 1 1/5 7 1/3 1 1 1/4 6 1/3 5 4 1

Kuosioner 38 1 1/7 1/2 1/3 1/5 7 1 8 5 5 2 1/8 1 1/2 1/5 3 1/5 2 1 1/3 5 1/5 5 3 1

Kuosioner 39 1 1/3 3 3 1/3 3 1 5 5 1/3 1/3 1/5 1 3 1/5 1/3 1/5 1/3 1 1/5 3 3 5 5 1

Kuosioner 40 1 2 1 1 1/3 1/2 1 2 1 1/2 1 1/2 1 1 1/2 1 1 1 1 1/2 3 2 2 2 1

Kuosioner 41 1 2 1 2 1/4 1/2 1 1 2 1/4 1 1 1 1 1 1/2 1/2 1 1 1/5 4 4 1 5 1

Kuosioner 42 1 3 1 1/3 1 1/3 1 3 1 1 1 1/3 1 1 1/3 3 1 1 1 2 1 1 3 1/2 1

Kuosioner 43 1 1/6 1/5 1/2 1/3 6 1 3 2 1 5 1/3 1 1 1 2 1/2 1 1 1 3 1 1 1 1

Kuosioner 44 1 6 1/4 2 1/2 1/6 1 3 1/3 1 4 1/3 1 2 1/7 1/2 3 1/2 1 2 2 1 7 1/2 1

Kuosioner 45 1 3 3 3 3 1/3 1 2 2 2 1/3 1/2 1 1 1 1/3 1/2 1 1 1/2 1/3 1/2 1 2 1

Kuosioner 46 1 1/4 1/3 1/2 1/4 4 1 ½ 6 5 3 2 1 1/4 1/2 1 1/6 4 1 1 3 1/5 2 1/3 1

Kuosioner 47 1 1/7 6 5 1 7 1 5 7 1 1/6 1/5 1 1/5 1/5 1/5 1/7 5 1 1 1 1 5 1 1

Kuosioner 48 1 1/5 1/3 1/3 1/5 5 1 5 5 5 3 1/5 1 4 4 3 1/5 1/4 1 1/3 5 1/5 1/4 3 1

Kuosioner 49 1 1/9 1/5 1/5 1/2 9 1 9 5 9 5 1/9 1 1/5 5 5 1/5 5 1 5 2 1/9 1/5 1/5 1

Kuosioner 50 1 1/2 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1/3 1 1/5 1/4 1 1 5 1

Kuosioner 51 1 4 4 4 3 1/4 1 3 4 4 1/4 1/3 1 1/3 1/5 1/4 1/4 3 1 1/5 1/3 1/4 5 5 1

Kuosioner 52 1 5 1/7 7 1/7 1/5 1 1/5 1/6 1/3 7 5 1 6 1/7 1/7 6 1/6 1 4 7 3 7 1/4 1

Kuosioner 53 1 9 9 9 9 1/9 1 5 5 5 1/9 1/5 1 1/5 1/5 1/9 1/5 5 1 1/5 1/9 1/5 5 5 1

Kuosioner 54 1 4 4 1/4 3 1/4 1 5 1/4 3 1/4 1/5 1 1/4 4 4 4 4 1 3 1/3 1/3 1/4 1/3 1

Kuosioner 55 1 1 1 1/9 1/2 1 1 1 1/9 1 1 1 1 1/9 1 9 9 9 1 9 2 1 1 1/9 1

Kuosioner 56 1 1/9 1/8 1/8 1/8 9 1 1/7 1/7 1/7 8 7 1 1/7 1/7 8 7 7 1 1/7 8 7 7 7 1

Kuosioner 57 1 3 1/3 1 6 1/3 1 2 5 1/4 3 1/2 1 1 1/3 1 1/5 1 1 1/3 1/6 4 3 3 1

Kuosioner 58 1 1 1/7 5 1 1 1 1/3 4 1/5 7 3 1 7 1/7 1/5 1/4 1/7 1 1/7 1 5 7 7 1

Kuosioner 59 1 1 5 6 1 1 1 1/5 1 1 1/5 5 1 6 5 1/6 1 1/6 1 5 1 1 1/5 1/5 1

Kuosioner 60 1 9 9 9 1/9 1/9 1 1/9 1 1/9 1/9 9 1 9 9 1/9 1 1/9 1 9 9 9 1/9 1/9 1

Kuosioner 61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Kuosioner 62 1 1/5 4 4 4 5 1 6 6 6 1/4 1/6 1 6 6 1/4 1/6 1/6 1 6 1/4 1/6 1/6 1/6 1

Kuosioner 63 1 5 4 3 2 1/5 1 1/6 1/7 1/8 1/4 6 1 1/6 1/7 1/3 7 6 1 1/7 1/2 8 7 7 1

Kuosioner 64 1 1/6 1/6 1/5 1/5 6 1 7 8 6 6 1/7 1 1/5 1/5 5 1/8 5 1 1 5 1/6 5 1 1

Kuosioner 65 1 6 1/8 1/8 1/8 1/6 1 1/6 1/8 1/8 8 6 1 1/7 1/7 8 8 7 1 8 8 8 7 1/8 1

Kuosioner 66 1 1/7 6 1/5 1/5 7 1 6 1/3 4 1/6 1/6 1 1/4 1/4 5 3 4 1 1/5 5 1/4 4 5 1

Kuosioner 67 1 2 1/2 2 2 1/2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1/2 1 1 1 1 1/2 1 1 1 1

Kuosioner 68 1 1/2 1 1/3 1/2 2 1 1 2 1 1 1 1 1/2 1 3 1/2 2 1 2 2 1 1 1/2 1

Kuosioner 69 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1/3 1 3 1 1 1 1/3 1 1 1 1 1 1 1

Kuosioner 70 1 4 4 4 4 1/4 1 1/3 1/3 1/4 1/4 3 1 1/3 1/4 1/4 3 3 1 1/3 1/4 4 4 3 1

Kuosioner 71 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 1 1/3 1/3 1/3 3 3 1 1/3 3 3 3 3 1 3 3 3 1/3 1/3 1

Kuosioner 72 1 8 8 8 8 1/8 1 7 7 7 1/8 1/7 1 1/7 1/7 1/8 1/7 7 1 1/7 1/8 1/7 7 7 1

Kuosioner 73 1 9 9 9 9 1/9 1 5 3 1 1/9 1/5 1 1/3 1/5 1/9 1/3 3 1 1/4 1/9 1 5 4 1

Kuosioner 74 1 1/5 5 1/9 1/9 5 1 5 1/8 1/9 9 8 1 1/8 1/8 9 8 8 1 8 9 9 8 1/8 1

Kuosioner 75 1 1/7 6 1/8 1/7 7 1 7 1/8 1/7 1/6 1/7 1 1/8 1/7 8 8 8 1 8 7 7 7 8 1

Kuosioner 76 1 3 1 3 3 1/3 1 3 3 1/3 1 1/3 1 1 1/3 1/3 1/3 1 1 1/3 1/3 3 3 3 1

Kuosioner 77 1 8 7 7 7 1/8 1 1/5 1/5 1/5 1/7 5 1 1/2 1/2 1/7 5 2 1 1 1/7 5 2 1 1

Kuosioner 78 1 1/5 5 1/5 1/5 5 1 5 1/5 1/5 1/5 1/5 1 1/5 1/5 5 5 5 1 1/5 5 5 5 5 1

Kuosioner 79 1 6 4 1/4 4 1/6 1 7 7 3 1/4 1/7 1 7 1/6 4 1/7 1/7 1 6 1/4 1/3 6 1/6 1

Kuosioner 80 1 1/7 1/2 1/8 6 7 1 8 1/3 1 2 1/8 1 1/7 9 8 3 7 1 1/4 1/6 1 1/9 4 1

1,00 0,71 1,04 0,90 0,64 1,42 1,00 1,91 1,09 0,93 1,01 0,58 1,00 0,58 0,50 1,10 0,92 1,74 1,00 0,74 1,56 1,03 1,99 1,41 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Lampiran 12. Perhitungan FaktorPembobotan Evaluasi untuk Kriteria Lokasi

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Lokasi

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1 2/3 1 8/9 2/3 APJ 1 4/9 1 2 1 1 Tri Boy 1 4/7 1 4/7 1/2 Joko Solo 1 1/9 1 1 4/5 1 3/4 APS 1 1/2 1 2 1 3/7 1

Matriks faktor evaluasi untuk kriteria Lokasi yang disederhanakan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS

Zam-Zam Hidayah 1,00 0,67 1,00 0,89 0,67 APJ 1,44 1,00 2,00 1,00 1,00 Tri Boy 1,00 0,57 1,00 0,57 0,50 Joko Solo 1,11 1,00 1,80 1,00 0,75 APS 1,50 1,00 2,00 1,43 1,00 ∑ 6,06 4,24 7,80 4,89 3,92

Matriks faktor evaluasi untuk Lokasi yang dinormalkan

Zam-Zam Hidayah APJ Tri Boy Joko Solo APS Vektor Eigen Rangking %

Zam-Zam Hidayah 0,17 0,16 0,13 0,18 0,17 0,1605 4 16,05%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

APJ 0,24 0,24 0,26 0,20 0,26 0,2382 2 23,82% Tri Boy 0,17 0,13 0,13 0,12 0,13 0,1345 5 13,45%

Joko Solo 0,18 0,24 0,23 0,20 0,19 0,2092 3 20,92%

APS 0,25 0,24 0,26 0,29 0,26 0,2575 1 25,75%

100,00%

Nilai Eigen Max 5,0625

CI 0,0156 CR 0,0140 n=5, RI=1,12

Karena CR < 0,1 Prefensi Responden adalah konsisten.

Lampiran 13.Faktor Evaluasi Total

Pertama cari dulu dengan vektor eigen asli lalu rangking dengan urutan yang sebenarnya lalu ganti elemennya

Harga Kualitas Layanan Kualitas Makanan Atmosfer Restoran Lokasi

Zam-Zam Hidayah 0,1598 0,1413 0,1258 0,1073 0,1605

APJ 0,2389 0,2591 0,2749 0,2961 0,2382

Tri Boy 0,1515 0,1271 0,1155 0,1086 0,1345

Joko Solo 0,194 0,2051 0,2023 0,207 0,2092

APS 0,2557 0,2674 0,2674 0,281 0,2575

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Total rangking

0,1598 0,1413 0,1258 0,1073 0,1605

0,1392 0,2389 0,2591 0,2749 0,2961 0,2382 0,1806 0,1515 0,1271 0,1155 0,1086 0,1345 x 0,3377 0,194 0,2051 0,2023 0,207 0,2092

0,1854

0,2557 0,2674 0,2674 0,281 0,2575

0,1571

Dari perhitungan pada masing-masing alternatif tersebut diperoleh :

% Rangking

Zam-Zam Hidayah 0,1354 13,54% 4

APJ 0,2652 26,52% 2

Tri Boy 0,1243 12,43% 5

Joko Solo 0,2036 20,36% 3

APS 0,2667 26,67% 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Survei Pemilihan Restoran di Jl. Dr. Mansyur Medan

Oleh : Dedi Septian MAHASISWA FMIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN

IDENTITAS RESPONDEN Nama : Jenis Kelamin : Pekerjaan :

Petunjuk pengisian : Berikan tanda ceklist (√ ) pada kolom skala sebelah kiri atau pada kolom skala sebelah kanan yang dibandingkan sesuai pendapat anda. Keterangan nilai : 1 : kedua pilihan sama penting 3 : pilihan kiri sedikit lebih penting dari pilihan kanan 5 : pilihan kiri lebih penting dari pilihan kanan 7 : pilihan kiri sangat lebih penting dari pilhan kanan 9 : pilihan kiri mutlak lebih penting dari pilihan kanan Dan jika ragu-ragu pada dua nilai, maka ambil nilai tengah. Misalkan anda ragu-ragu antara nilai 3 atau 5 maka pilih skala 4 dan seterusnya. Contoh :

Skala kepentingan dalam memilih restoran sebagai tempat makan.

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Harga √ Kualitas Layanan

Jika anda memberi tanda (√ ) pada skala sebelah kiri, maka artinya adalah dalam memilih retoran,harga(5) lebih penting dari pada kualitas layanan.

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Harga √ Kualitas Layanan

Jika anda memberi tanda (√ ) pada skala sebelah kanan, maka artinya adalah dalam memilih restoran,kualitas Layanan(4) lebih penting dari pada harga..

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Perbandingan antar kriteria Kriteria yang dibandingkan : 1. Harga 2. Kualitas Layanan 3. Kualitas Makanan 4. Atmosfer Restoran 5. Lokasi

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Harga Kualitas Layanan

2. Harga Kualitas Makanan

3. Harga Atmosfer Restoran

4. Harga Lokasi

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Kualitas Layanan Kualitas

Makanan

2. Kualitas Layanan Atmosfer

Restoran

3. Kualitas Layanan Lokasi

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Kualitas Makanan Atmosfer

Restoran

2. Kualitas Makanan Lokasi

No. Kriteria Skala Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Atmosfer Restoran Lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Perbandingan antar alternatif restoran Alternatif restoran yang dibandingkan : 1. Zam-Zam Hidayah 2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) 3. Tri Boy 4. Joko Solo 5. Ayam Penyet Surabaya Dalam hal kriteria Harga:

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Jakarta (APJ)

2. Zam-Zam Hidayah Tri Boy

3. Zam-Zam Hidayah Joko Solo

4. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Tri Boy

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Joko Solo

3. Ayam Penyet Jakarta (APJ)

Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tri Boy Joko Solo

2. Tri Boy Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Joko Solo Ayam Penyet

Surabaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Dalam hal kriteria Kualitas Layanan :

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Jakarta (APJ)

2. Zam-Zam Hidayah Tri Boy

3. Zam-Zam Hidayah Joko Solo

4. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Tri Boy

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Joko Solo

3. Ayam Penyet Jakarta (APJ)

Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tri Boy Joko Solo

2. Tri Boy Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Joko Solo Ayam Penyet

Surabaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Dalam hal kriteria Kualitas Makanan :

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Jakarta (APJ)

2. Zam-Zam Hidayah Tri Boy

3. Zam-Zam Hidayah Joko Solo

4. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Tri Boy

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Joko Solo

3. Ayam Penyet Jakarta (APJ)

Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tri Boy Joko Solo

2. Tri Boy Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Joko Solo Ayam Penyet

Surabaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Dalam hal kriteria Atmosfer Restoran :

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Jakarta (APJ)

2. Zam-Zam Hidayah Tri Boy

3. Zam-Zam Hidayah Joko Solo

4. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Tri Boy

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Joko Solo

3. Ayam Penyet Jakarta (APJ)

Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tri Boy Joko Solo

2. Tri Boy Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Joko Solo Ayam Penyet

Surabaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AHP…

Dalam hal kriteria Lokasi :

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Jakarta (APJ)

2. Zam-Zam Hidayah Tri Boy

3. Zam-Zam Hidayah Joko Solo

4. Zam-Zam Hidayah Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Tri Boy

2. Ayam Penyet Jakarta (APJ) Joko Solo

3. Ayam Penyet Jakarta (APJ)

Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Tri Boy Joko Solo

2. Tri Boy Ayam Penyet

Surabaya

No. Alternatif Skala Alternatif 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Joko Solo Ayam Penyet

Surabaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA