bab ii tinjauan pustaka · 2020. 12. 16. · multinational corporation adalah perusahaan yang...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Konsep dan Teori
2.1.1. Konsep Multinational Corporation
Multinational Corporation dapat diartikan sebagai sebuah perusahaan
yang memiliki induk atau pusat di satu negara dan membuka perusahaan
cabang di negara lain. Sedangkan menurut Alfred Chandler dan Bruce
Mazlish, Multinational Corporation adalah :
“One of the simplest definitions is that MNCs are firms that control
income-generating assets in more than one country at a time. A more
complicated definition would add that an MNC has productive facilities in
several countries on at least two continents with employees stationed
worldwide and financial investments scattered across the globe” (Chandler
& Mazlish, 2005: 3).
“Salah satu definisi paling sederhana adalah bahwa perusahaan
multinasional adalah perusahaan yang mengendalikan aset dan
menghasilkan pendapatan di lebih dari satu negara pada suatu waktu.
Definisi yang lebih rumit yaitu bahwa perusahaan multinasional memiliki
fasilitas produktif di beberapa negara setidaknya dua benua dengan
karyawan yang ditempatkan di seluruh dunia dan investasi keuangan yang
tersebar di seluruh dunia” (Chandler & Mazlish, 2005: 3).
Jadi dari definisi tersebut diketahui bahwa Multinational Corporation adalah
perusahaan yang beroperasi atau mempunyai aset di dua negara atau lebih.
Dalam bahasa Indonesia, Multinational Corporation dikenal sebagai
Perusahaan Multinasional atau PMN. Di dalam Ilmu Hubungan Internasional,
Multinational Corporation sering disebut dengan aktor di luar negara atau
non-state actor yang muncul karena adanya proses globalisasi dan
berkontribusi secara signifikan terhadap penciptaan kekayaan ekonomi
nasional (Mayrhofer, 2012). Sebagai aktor non-state, Multinational
Corporation mempunyai peran penting dalam pembangunan, antara lain
terkait penyerapan tenaga kerja. Pada umunya, Multinational Corporation
merupakan kekuatan utama di negara maju yang mempengaruhi
pengambilalihan serta melobi pembuat kebijakan dan juga melakukan transfer
strategi maupun teknologi di negara berkembang (Lall, 1980).
7
2.1.2. Konsep Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai
tindakan atau tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh suatu perusahaan
dalam upaya membangun hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar
lingkungan perusahaan. Definisi CSR yang diambil dari web World Business
Council for Sustainable Development (WBCSD) :
“Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by
business to behave ethically and contribute to economic development while
improving the quality of life of the workforce and their families as well as of
the local community and society at large” (GAEA, 2012). “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen berkelanjutan
oleh bisnis untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi sambil mengingkatkan kualitas kehidupan tenaga kerja dan
keluarga mereka serta masyarakat lokal dan masyarakat pada umumnya:.
Sedangkan menurut Adefolake O. Adeyeye (Adeyeye, 2012: 7) :
“CSR was understood to be about companies’ measures to regulate
business activities because they believed it was the moral thing to do and
would improve public perceptions of their style of business and ultimately
improve their bottom lines. CSR has also been related to the philanthropic
and charitable activities companies carry out in order to give the impression
that they are good corporate citizens”.
“CSR dipahami sebagai tindakan perusahaan untuk mengatur kegiatan
bisnis karena mereka percaya itu adalah hal moral yang harus dilakukan
dan akan meningkatkan persepsi publik tentang gaya bisnis mereka dan pada
akhirnya meningkatnkan laba mereka. Selain itu CSR juga dikaitkan dengan
kegiatan amal untuk memberi kesan bahwa mereka adalah warga korporat
yang baik”.
Kemudian menurut Jennifer A. Zerk, dalam bukunya disampaikan definisi
CSR yang dikaitkan dengan SDGs (Zerk, 2006: 30) :
“the business contribution to our sustainable development goals.
Essentially it is about how business takes account of its economic, social and
environmental impacts in the way it operates -- maximising the benefits and
minimising the downsides. Specifically we see CSR as the voluntary actions
that business can take, over and above compliance with minimum legal
requirements, to address both its own competitive interests and the interests
of wider society”.
“kontribusi bisnis kami untuk tujuan pembangunan berkelanjutan pada
dasarnya adalah tentang bagaimana bisnis memperhitungkan dampak
ekonomi, social dan lingkungannya dalam cara operasinya –
memaksimalkan manfaat dan meminimalkan kerugian. Secara khusus kami
melihat CSR sebagai tindakan sukarela yang dapat diambil oleh bisnis,
melebihi dan di atas kepatuhan terhadap persyaratan hukum minimum, untuk
menangani kepentingan kompetitifnya sendiri maupun kepentingan
masyarakat luas”.
8
Melihat banyaknya tokoh yang mendefinisikan CSR, perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa tanggung jawab sosial perusahaan atau yang kemudian
dikenal dengan istilah CSR sudah ada sejak tahun 1930an di Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri pelaksanaan CSR sudah ada sejak tahun 1990an melalui
program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi serta eksis setelah adanya UU
No. 40 Tahun 2007 mengenai perseroan terbatas (Mardikanto, 2017).
Membahas mengenai CSR terdapat poin penting yaitu prinsip moral dan etis.
Perusahaan dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya memikirkan
kepentingannya sendiri melainkan juga kepentingan atau keuntungan
masyarakat sekitar perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan diharapkan dapat
konsisten dalam komitmennya melaksanakan tanggung jawab sosial. Konsep
ini peneliti gunakan untuk melihat seberapa besar peran PT. Charoen
Pokphand Indonesia Tbk, Salatiga sebagai Multinational Corporation dalam
mendukung tercapainya target 8.5 SDGs terkait penyerapan tenaga kerja.
2.1.3. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Menurut laporan dari The World Commission on Environment and
Development (WCED) dalam Our Common Future atau yang dikenal dengan
laporan Brundtland :
“Sustainable development is development that meets the needs of the
present without compromising the ability of future generations to meet their
own needs” (UN Documents).
“Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri”.
Sedangkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa,
pembangunan berkelanjutan adalah :
“upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,
sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan” (Menlh, 2009)
Dari definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
saat ini dengan tidak mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk
9
memenuhi kebutuhan mereka sendiri yang kemudian dijelaskan lebih detail
mengenai aspek-aspek yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009.
Berangkat dari adanya konsep pembangunan berkelanjutan, kemudian
muncul istilah Sustainable Development Goals (SDGs) yang mana
merupakan sebuah program pembangunan berkelanjutan dari PBB.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bappenas dalam Pedoman
Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/
Sustainable Develompent Goals (SDGs) adalah :
“pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup
dari satu generasi ke genarasi berikutnya” (Bappenas, 2017: 1).
Tujuannya adalah untuk kesejahteraan manusia yang ada di bumi. PBB
beserta para pemimpin negara dan high representatives merumuskan target
SDGs 2030 sebagai kerangka kerja pengganti Millenium Development Goals
(MDGs). Jadi dapat dikatakan bahwa SDGs merupakan lanjutan dari MDGs.
Berdasarkan data yang diambil dari web resmi United Nations, perumusan
target SDGs dilakukan pada tanggal 25-27 September tahun 2015 di Markas
Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York (UN, 2015). SDGs mencakup
17 (tujuh belas) tujuan dengan 169 (seratus enam puluh sembilan) target
pencapaian dan 241 indikator (BPS, 2016: 273). Menurut Joachim
Monkelbaan, ke 17 (tujuh belas) tujuan yang tercantum di dalam SDGs berisi
tuntutan agar semua negara, miskin, kaya dan berpenghasilan menengah
untuk mempromosikan kemakmuran sekaligus melindungi planet bumi dan
sistem pendukung kehidupannya :
“The goals call for action by all countries, poor, rich and middle-
income, to promote prosperity while protecting the planet earth and its life
support system” (Monkelbaan, 2019).
“Tujuannya menuntut tindakan oleh semua negara, miskin, kaya dan
berpenghasilan menengah untuk mempromosikan kemakmuran sekaligus
melindungi planet bumi dan sistem pendukung kehidupannya” (Monkelbaan,
2019).
10
Dalam penelitian ini, fokus peneliti yaitu pada SDGs target 8.5 terkait
penyerapan tenaga kerja. Hal yang terkait dengan SDGs target 8.5 tertuang
dalam tabel berikut (Bappenas, 2017: 41).
Tabel 2.1.
SDGs Target 8.5
TARGET INDIKATOR
NO. NAMA
8.5. Pada tahun 2030, mencapai
pekerjaan tetap dan produktif
dan pekerjaan yang layak bagi
semua perempuan dan laki –
laki, termasuk bagi pemuda dan
penyandang difabilitias, dan
upah yang sama untuk pekerjaan
yang sama nilainya.
8.5.1* Upah rata – rata per jam pekerja.
8.5.2* Tingkat pengangguran terbuka
berdasarkan jenis kelamin dan
kelompok umur.
8.5.2.
(a)
Persentase setengah pengangguran.
Sumber : Bappenas, diolah
2.1.4. Teori Neoliberalisme
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Neoliberalisme
karena di dalamnya menjelaskan mengenai peran institusi internasional dan
juga interdependensi atau sifat saling ketergantungan yang mana hal tersebut
dapat membantu dalam menjelaskan penelitian yang peneliti ambil, yaitu
mengenai peran Multinational Corporation dalam mendukung pencapaian
target SDGs di bidang penyerapan tenaga kerja.
Neoliberalisme adalah salah satu teori dalam ilmu Hubungan
Internasional yang mana merupakan turunan atau juga dapat dikatakan
sebagai penyempurna dari teori yang sebelumnya sudah pernah ada yaitu
teori Liberalisme. Teori Liberalisme pada abad ke tujuh belas, berdasarkan
perkembangan jaman kemudian disebut dengan Teori Liberalisme Klasik.
11
Tidak hanya sebagai teori saja, lebih dari itu Neoliberalisme juga disebut
sebagai sebuah paradigma atau kerangka kerja konseptual yang
mendefinisikan bidang studi dan mendefinisikan agenda untuk penelitian dan
pembuatan kebijakan.
“They are more than theories; they are paradigms or conceptual
frameworks that define a field of study, and define an agenda for research
and policy-making” (Lamy, 2005: 116).
“Mereka lebih dari sekedar teori; mereka adalah paradigm atau
kerangka kerja konseptual yang mendefinisikan bidang studi dan
mendefinisikan agenda untuk penelitian dan pembuatan kebijakan”.
Sebelum masuk ke penjelasan Neoliberalisme, peneliti akan sedikit
menjelaskan terlebih dahulu mengenai gagasan yang ada pada teori
Liberalisme Klasik yang mendasari munculnya teori Neoliberalisme.
Liberalisme Klasik hadir di abad ke tujuh belas atau sekitar tahun 1600
sampai dengan 17000an, dengan filosof terkanal pada saat itu yaitu John
Locke. Fokus utama dari Liberalisme klasik adalah kebebasan, kerjasama,
perdamaian serta kemajuan (Jackson & Sorensen, terj., Dadan Suryadipura,
2005: 142). Dalam teori Liberalisme Klasik, dikenal dengan adanya
pandangan positif tentang sifat dasar manusia. Kaum Liberalisme Klasik
berkeyakinan besar terhadap akal pikiran manusia dan prinsip rasional dapat
dipakai untuk menghadapi masalah-masalah internasional. Terlepas dari
pandangan positif tentang sifat dasar manusia, kaum Liberalisme Klasik
percaya bahwa individu selalu mementingkan diri sendiri dan melakukan
persaingan dalam beberapa hal. Berdasarkan sifat individu yang
mementingkan diri sendiri tersebut membuat kaum Liberalisme Klasik
percaya bahwa individu-individu memiliki banyak kepentingan yang mana
kemudian individu dapat terlibat dalam aksi sosial yang kolaboratif dan
kooperatif, baik domestik maupun internasional yang bermanfaat bagi setiap
orang baik di dalam maupun luar negeri (Jackson & Sorensen, terj., Dadan
Suryadipura,2005: 141). Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan
bahwa ketika manusia memakai akal pikirannya, maka kemudian dapat
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya di lingkup
domestik, namun juga lintas batas internasional. Kaum Liberal Klasik juga
12
mendasarkan pemikirannya terhadap kemajuan. Artinya, meskipun dalam
proses perkembangan manusia nantinya terdapat banyak hambatan, namun
kaum liberal percaya bahwa kerjasama yang didasari atas kepentingan timbal
balik akan dapat berlaku. Dalam Liberalisme Klasik juga dipercaya bahwa
negara hanya berperan sebagai pengaman dan juga penjamin kepentingan
setiap individu (Setiawan, 2014).
Teori Liberalisme kemudian menjadi dominan setelah pecahnya
Perang Dunia (PD) I pada tahun (1914-1918). Berangkat dari adanya PD I
yang mengakibatkan jatuhnya jutaan korban jiwa, kemudian muncul
keinginan untuk menciptakan keadilan dan perdamaian dunia agar
penderitaan manusia semacam itu tidak terjadi lagi (Jackson & Sorensen,
terj., Dadan Suryadipura, 2005: 46). Teori Liberalisme pada masa ini
kemudian disebut dengan Liberalisme Utopian. Tokoh terkenalnya yaitu
Woodrow Wilson yang mana merupakan seorang presiden Amerika Serikat.
Woodrow Wilson juga merupakan seorang professor universitas dalam
bidang ilmu politik. Atas dasar keinginan untuk membuat dunia menjadi lebih
aman, singkatnya melalui Konferensi Perdamaian Paris pada tahun 1919,
Woodrow Wilson mendirikan Liga Bangsa-Bangsa (Jackson & Sorensen, terj.
Dadan Suryadipura, 2005: 49). Namun dalam perjalanannya, Liga Bangsa-
Bangsa belum dapat menjadi sebuah organisasi internasional yang kuat serta
dapat mengendalikan negara-negara yang ingin berkuasa di dunia. Hal
tersebut ditunjukkan dengan terjadinya PD II dan pada saat itu juga
Liberalisme dianggap gagal dalam menciptakan perdamaian. Setelah itu,
Realisme kembali menjadi perspektif yang dominan dan terjadilah Perang
Dingin pada tahun 1947. Meskipun demikian, Liberalisme masih ada dan
tetap berada pada tempatnya. Bahkan lebih dari itu, Liberalisme mengalami
perkembangan pada saat Perang Dingin ditandai dengan munculnya turunan
dari Liberalisme yang kemudian dibagi menjadi 4 (empat) aliran yang lebih
spesifik, yaitu aliran Liberalisme Sosiologis, Liberalisme Interdependensi,
Liberalisme Institusional dan Liberalisme Republikan. Ke 4 (empat) aliran
tersebut kemudian disebut dengan aliran pemikiran Neoliberalisme.
13
Pada dasarnya kaum Neoliberal menerima ide kaum Liberal lama
tentang kemajuan dan perubahan, namun kaum Neoliberal menolak idealisme
yang dibawa oleh gagasan Liberal lama. Neoliberalisme lebih menekankan
pada peran insitutsi internasional dan interdependensi. Menurut Manfred,
Neoliberalisme merupakan sebuah idelogi atau gagasan yang merujuk pada
model ekonomi (Manfred, 2010: 11). Selain itu Neoliberalisme juga dikenal
dengan pemikirannya terkait pembatasan keterlibatan pemerintah dalam
pengendalian pelaksanaan pasar dan perdagangan. Neoliberalisme ditandai
dengan beberapa faktor yaitu hadirnya Multinational Corporation sebagai
aktor baru dalam hubungan internasional. Dalam hal ini Multinational
Corporation memiliki aset kekayaan yang lebih besar daripada negara-negara
kecil di dunia. Selain itu, didasarkan pada keinginan untuk memberikan
jaminan negara-negara yang ada di seluruh dunia agar patuh menjalankan
prinsip pasar dan perdagangan bebas, kemudian diwujudkan dengan
dibentuknya institusi internasional. Pada sektor ekonomi, kaum Neoliberal
menghendaki tidak adanya ikut campur dari pemerintah dalam kegiatan
perdagangan dan menyerahkannya terhadap mekanisme serta hukum pasar
untuk bekerja.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang berfokus pada
Neoliberalisme Interdependensi yang dikembangkan oleh Robert Keohane
dan Joseph Nye. Definisi dari Interdependensi dalam hal ini yaitu
ketergantungan timbal balik (Jackson & Saronsen, terj., Dadan Suryadipura,
2005: 147). Pada tahun 1970an, Keohane dan Joseph Nye mengembangkan
aliran Neoliberalisme Interdependensi. Keohane dan Joseph Nye melihat
bahwa hubungan yang terjalin setelah perang antara negara-negara barat
termasuk Jepang yang mana kemudian disebut sebagai negara dagang paling
berhasil secara ekonomi pada saat itu, dicorakkan oleh apa yang disebut
interdependensi kompleks. Terdapat banyak bentuk hubungan antar
masyarakat pada hubungan politik pemerintah termasuk juga perusahaan
transnasional. Selain itu, menurut Keohane dan Nye (2012: 31) kekuatan
militer sudah tidak digunakan sebagai instrumen kebijakan luar negeri.
14
Penganut teori Neoliberalisme percaya bahwa kebebasan individu khususnya
dalam sektor ekonomi dapat membawa kesejahteraan manusia. Kebebasan
individu yang dimaksud adalah hak kepemilikan pribadi, pasar bebas dan
perdagangan bebas. Ketika kebebasan diberikan kepada individu, kemudian
peran Negara hanya sebagai penjamin dan penanggung jawab.
“The role of the state is to create and preserve an institutional framework
appropriate to such practices. The state has to guarantee, for example, the
quality and integrity of money. It must also set up those military, defence,
police, and legal structures and functions required to secure private property
rights and to guarantee, by force if need be, the proper functioning of
markets” (Harvey, 2005: 2).
“Peran negara adalah menciptakan dan melestarikan kerangka kerja
institusional yang sesuai dengan praktik-praktik tersebut. Negara harus
menjamin, misalnya, kualitas dan integritas uang. Negara juga harus
mengatur struktur dan fungsi militer, pertahanan, polisi dan hukum yang
diperlukan untuk mengamankan hak milik pribadi dan untuk menjamin
dengan paksa jika perlu, berfungsinya pasar dengan baik” (Harvey, 2005:
2).
Dari penjelasan David Harvey mengenai Neoliberalisme yang sudah
dipaparkan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat pembagian peran antara
negara dengan pelaku ekonomi atau aktor non negara. Dalam hal ini, negara
hanya perlu berperan sebagai penjamin dan penanggung jawab hak milik
pribadi serta tidak perlu melakukan intervensi lebih jauh daripada itu. Hal
tersebut dikarenakan negara tidak dapat memiliki informasi yang cukup untuk
menebak sinyal pasar atau dapat juga dikatakan sebagai keterbatasan negara.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi penting sebagai salah satu dasar peneliti dalam
melaksanakan penelitian sehingga tidak terjadi adanya kesamaan judul serta isi
penelitian. Berikut merupakan peneltian terdahulu yang membahas mengenai
peran Multinational Corporation.
15
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
Tesis yang ditulis oleh Faturachman Alputra. Judul dari tesis tersebut adalah
Analisis Peran Perusahaan Multinasional (MNCs) Dalam Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium (MDGs) 2015 Indonesia (Studi Pada Danone Aqua
Group). Tesis tersebut diterbitkan di Yogyakarta pada tahun 2014 dan penerbitnya
adalah Universitas Gadjah Mada. Fokus penelitian Faturachman Alputra yaitu
pada tujuan MDGs ke 2 terkait pendidikan dan tujuan MDGs ke 7 terkait
lingkungan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah terdapat dua faktor penyebab
perusahaan Danone Aqua Group melakukan praktik Tanggung Jawab Sosial atau
No Judul Penelitian Peneliti Publikasi Tahun
1. Analisis Peran Perusahaan
Multinasional (MNCs)
Dalam Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium
(MDGs) 2015 Indonesia
(Studi Pada Danone Aqua
Group).
Faturachman
Alputra
Universitas
Gadjah Mada
2014
2. Peran Multinational
Corporation Dalam
Pembangunan Komunitas
dan Lingkungan : Studi
Kasus Corporate Social
Responsibility (CSR) PT.
Kaltim Prima Coal di Kab.
Kutai Timur
Andry Hafizh
Al Hady
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
2014
3. The Role of Multinational
Business Corporations to
Sustainable Development
Grace
Sambala
Department of
International
Environment and
Deveopment
Studies
(NORAGRIC)
2016
16
Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
intenal meliputi kewajiban perusahaan memenuhi barang publik atau tanggung
jawab sosial dengan prinsip sukarela disebabkan kekosongan regulasi global dan
kapasitas pemerintah. Sedangkan faktor eksternal adalah terkait dinamika kondisi
lokal di daerah perusahaan beroperasi yang mana resistensi masyarakat terhadap
perusahaan pada akhirnya menunjukkan gap rasional dari dua faktor tersebut.
Untuk membantu menjelaskan permasalahan tersebut, Faturachman sebagai
peneliti sekaligus penulis dalam hal ini menggunakan teori rational choice dari
Kegley dan Witkopf serta konsep political CSR dari Scherer dan Palazzo untuk
menganalisis faktor penyebab keikutsertaan perusahaan Danone Aqua Group serta
menggambarkan peran dalam pencapaian MDGs 2015 melalui praktik Tanggung
Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) (Alputra, 2014).
Skripsi dari Andry Hafizh Al Hady mahasiswa program studi Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skirpsi dengan judul Peran
Multinational Corporation Dalam Pembangunan Komunitas dan Lingkungan :
Studi Kasus Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Kaltim Prima Coal di
Kab. Kutai Timur ditulis pada tahun 2014 (Al Hady, 2014). Untuk membantu
menjelaskan permasalahannya, Andry Hafizh Al Hady menggunakan teori peran
dan juga konsep strategi. Pembahasan awal dijelaskan mengenai banyaknya
Multinational Corporation yang beroperasi di dunia. Multinational Corporation
tersebut bergerak di berbagai sektor, namun dalam hal ini fokus penelitian Andry
Hafizh Al Hady lebih ke sektor pertambangan batu bara.
Dalam skripsinya dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya
akan sumber daya mineral batubara serta menjadikannya sebagai produsen batu
bara terbesar ke enam yang ada di dunia. Salah satu perusahaan tersebut adalah
PT. Kaltim Prima Coal di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Sejak pertama kali beroperasi pada tahun 1991, PT. Kaltim Prima Coal telah
memberikan dampak negatif dan positif. Dampak negatifnya adalah akibat yang
ditimbulkan dari kegiatan eksploitasi yang masuk ke ranah sosial serta
lingkungan. Oleh karenanya PT. Kaltim Prima Coal berusaha membuat program
CSR yang bersifat pemberdayaan. Dari penelitian ini kemudian mendapatkan
17
hasil bahwa program CSR PT. Kaltim Prima Coal dilakukan berdasarkan pada
kondisi masyarakat dan lingkungan yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Program
CSR yang bersifat pemberdayaan tersebut mempunyai dampak yaitu pada
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan kualitas
lingkungan Kabupaten Kutai Timur.
Penelitian terdahulu yang ketiga adalah tesis dari Grace Sambala yang
berjudul The Role of Multinational Business Corporations to Sustainable
Development (Sambala, 2015). Grace Sambala mengambil Tanzania Tobacco
Processing Company (TTPL) sebagai objek penelitian dalam tesisnya. Tesis ini
ditulis pada tahun 2015 dan kemudian dikeluarkan oleh Department of
International Environment and Development Studies (NORAGRIC) sebagai buku
pada tahun 2016. Tujuan utama dari penelitian Grace Sambala adalah untuk
menguji peran perusahaan multinasional dalam pembangunan berkelanjutan
melalui CSR. Grace Sambala dalam penelitiannya menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.
Teori yang digunakan adalah the utilitarian theories, the theory of social costs, the
functionalists, managerial theory, dan relational theory serta menggunakan
konsep sustainable development.
Penelitian ini dilakukan di Kota Morogoro dan kabupaten Sikonge di wilayah
Tabora. Untuk mencari tahu peran Multinational Corporation dalam
pembangunan berkelanjutan melalui CSR, Grace Sambala memulai penelitian
dengan mengeksplorasi terlebih dahulu bagaimana perusahaan Tanzania Tobacco
Processing Company membantu mempertahankan kesejahteraan karyawannya.
Hasil dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa perusahaan Tanzania Tobacco
Processing Company telah berinvestasi pada karyawannya dengan cara
meningkatkan sumber daya manusia melalui rotasi pekerjaan bimbingan,
pembinaan dan lain sebagainya. Selain itu, Tanzania Tobacco Processing
Company juga menerapkan program CSR di bidang kesehatan, pendidikan dan
lingkungan masyarakat.
Dari penelitian yang sebelumnya sudah pernah ada, dapat diambil kesimpulan
bahwa penerapan program CSR oleh perusahaan sifatnya penting dan
18
berpengaruh terhadap pembangunan suatu negara. Perbedaan penelitian yang
sebelumnya sudah pernah ada dengan penelitian peneliti adalah yang pertama,
meskipun sama-sama melihat peran Multinational Corporation, tapi objek yang
diteliti berbeda. Faturachman meneliti PT. Danone Aqua Group, Andry Hafizh Al
Hady meneliti PT. Kaltim Prima Coal yang berada di Kabupaten Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur, Grace Sambala meneliti Tanzania Tobacco
Processing Company, sedangkan peneliti akan meneliti PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk yang berada di Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.
Perbedaan yang lain dapat dilihat dari tujuan pembangunan yang diteliti.
Faturachman menggunakan tujuan pembangunan tahun 2015 yaitu MDGs, Andry
Hafizh Al Hady menggunakan tujuan pembangunan komunitas dan lingkungan,
Grace Sambala tidak secara spesifik menjelaskan tujuan pembangunan yang
menjadi fokus penelitiannya, sedangkan peneliti menggunakan tujuan
pembangunan terbaru setelah MDGs yaitu SDGs target 8.5. Adanya penelitian –
penelitian terdahulu memberikan panduan bagi peneliti untuk melihat peran atau
kontribusi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Salatiga melalui program CSR
dalam upaya pencapaian target SDGs.
19
2.3. Kerangka Pikir
Bagan 1.
Kerangka Pikir Penelitian
Dari konsep dan teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti kemudian akan
memaparkan bagaimana peran Multinational Corporation di dalam mendukung
tercapainya target 8.5 SDGs di bidang penyerapan tenaga kerja. Pertama
penjelasan peneliti dimulai dengan globalisasi, dengan adanya arus globalisasi
membawa dampak yaitu masuknya Multinational Corporation yang mana dalam
CSR
PELUANG KERJA
UNTUK
MASYARAKAT
KOTA SALATIGA
MNC
PT. CHAROEN
POKPHAND
INDONESIA TBK,
SALATIGA
TEORI
NEOLIBERALISME
PERAN
PT. CHAROEN
POKPHAND
INDONESIA TBK,
SALATIGA DALAM
PENYERAPAN
TENAGA KERJA
SUSTAINABLE
DEVELOPMENT
GOALS (SDGs)
TARGET 8.5
20
penelitian ini peneliti mengambil studi kasus PT. Charoen Pokphand Indonesia
Tbk yang masuk ke Indonesia, tepatnya di Provinsi Jawa Tengah Kota Salatiga.
Jauh sebelum itu, awal terbentuknya Multinational Corporation dipengaruhi oleh
pemikiran dari Teori Neoliberalisme. Dalam melakukan kegiatan industrinya, PT.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Salatiga menyadari akan pentingnya CSR.
Oleh karenanya PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Salatiga melakukan
program CSR berupa peluang kerja untuk masyarakat Kota Salatiga, yang mana
hal tersebut juga merupakan upaya untuk mendukung tercapainya target 8.5
SDGs. Kemudian hasil dari penelitian ini yaitu diketahui mengenai peran PT.
Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Salatiga dalam melakukan penyerapan tenaga
kerja.