skripsi implementasi kebijakan corporation social
TRANSCRIPT
SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN CORPORATION SOCIAL
RESPONSIBILITY PT VALE INDONESIA Tbk. DALAM
MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA TOLE
KECAMATAN TOWUTI KABUPATEN LUWU TIMUR
FILDAYANI
10564 181149 16
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN CORPORATION SOCIAL
RESPONSIBILITY DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN
MASYARAKAT DESA TOLE KECAMATAN TOWUTI KABUPATEN
LUWU TIMUR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
FILDAYANI
105641114916
Kepada:
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ABSTRAK
Fildayani. 2020. Implementasi Kebijakan Corporation Social Responsibility
PT Vale Indonesia Tbk. Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Desa
Tole Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur. (Dibimbing oleh Hafiz
Elfiansyah Parawu dan Hamrun).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan
Corporation Social Responsibility PT. Vale Indonesia Tbk. Dalam Meningkatkan
Kesehatan Masyarakat Desa Tole Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data
yaitu data primer dan data sekunder dan jumlah informan yait sebanyak enam
orang. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi.
Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan CSR PT
Vale Dalam meningkatkan Kesehatan Masyarakat Kecamatan Towuti Kabupaten
Luwu Timur yang pertama dukungan organisasi PT Vale dalam pelaksanaan
program CSR demi mewujudkan kesehatan masyarakat yang lebih baik sangat
berperan penting dengan pemberian asupan dana dalam pelaksanaannya.
Pelaksana program CSR merupakan orang yang kompeten dan mampu bekerja di
lapangan. Program yang dilaksanakan membutuhkan konsistensi dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat. Kedua Manfaat program kebijakan CSR
diperuntukkan kepada masyarakat menengah kebawah sebagai sasaran utama
program. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya kebijakan CSR
ini yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Seperti
pembangunan posyandu, perbaikan pustu desa, pengadaan obat-obatan,
pengadaan instalasi air bersih dan lain-lain. Ketiga Partisipasi Masyarakat dalam
proses program CSR masyarakat turut serta berpartisipasi mulai dari tahap
perencanaan program hingga pada tahap pengawasan.
Kata Kunci : Implementasi, CSR, Kesehatan, Masyarakat.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata paling indah yang patut di ucapkan seorang hamba kepada Sang
Pencipta atas segala Cinta dan kasih-Nya yang tak terhingga serta nikmat-Nya
yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna
dan memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi Kebijakan Corporation Social Responsibility Dalam
Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Desa Tole Kecamatan Towuti Kabupaten
Luwu Timur”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dari program studi Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makssar. Saya menyadari bahwa untuk
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun begitu
banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
terutama kepada:
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENERIMAAN...............................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
A. Penelitian Terdahulu....................................................................................8
B. Konsep Kebijakan......................................................................................12
C. Konsep CSR...............................................................................................16
D. Kesehatan Masyarakat...............................................................................24
E. Kerangka Pikir...........................................................................................25
F. Fokus Penelitian.........................................................................................28
G. Deskripsi Fokus Penelitian.........................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................31
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................31
B. Jenis dan Tipe Penelitian............................................................................31
C. Sumber Data...............................................................................................32
D. Informan Penelitian....................................................................................32
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................33
F. Teknik Analisis Data..................................................................................34
G. Teknik Pengabsahan Data..........................................................................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................37
A. Deskripsi Objek Penelitian.........................................................................37
B. Dukungan Organisasi Pelaksana................................................................43
C. Manfaat Kebijakan.....................................................................................52
D. Partisipasi Masyaraka................................................................................58
BAB V PENUTUP.................................................................................................62
A. Kesimpulan................................................................................................62
B. Saran...........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................64
LAMPIRAN...........................................................................................................66
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 INFORMAN PENELITIAN ……………………………………. 33
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR ………………………………… 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi adalah upaya sadar dan terencana dalam rangka
mengelolah dan memanfaatkan sumber daya guna mencapai tujuan
pembangunan yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan
bangsa. Industrialisasi juga merupakan suatu proses perubahan sosial
ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat indsutri.
Perkembangan industri memang membawa pengaruh positif bagi
kehidupan manusia, hakikat perkembangan industri akan selalu berarti bagi
perkembangan peradaban manusia, dan lebih konkrit lagi perkembangan
industri akan selalu berarti pula bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Disisi lain dari segi positif perkembangan itu, juga terdapat akibat-akibat
yang negatif berbagai dampak muncul sebagai akibat dari perkembangan itu
diantaranya dampak kehidupan sosial dan ekonomi seperti pola hubungan atau
sistem interaksi, gaya hidup, cara berfikir, lapangan kerja, dan pendapatan,
yang semuanya dapat berubah dalam masyarakat setempat.
Keberadaan perusahaan tambang di tengah-tengah masyarakat
merupakan wujud dan partisipasi dalam peningkatan dan pengembangan
pembangunan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim di
sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi. Perusahaan
memerlukan masyarakat sekitar dalam pengembangan perusahaan itu sendiri,
begitupun sebaliknya masyarakat memerlukan perusahaan tersebut dalam
peningkatan perekonomian masyarakat serta pengembangan daerah akibat
keberadaan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas perusahaan tidak
dapat dipungkiri memiliki dampak perekonomian terhadap masyarakat
sekitarnya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pasal 15 dan 34
disebutkan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan CSR akan dikenakan
sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan kegiatan usaha,
pembekuan kegiatan usaha dan yang terakhir adalah pencabutan izin kegiatan.
(Soewarno, 2009). CSR adalah suatu bagian hubungan perniagaan yang
melibatkan perusahaan disatu pihak dan masyarakat sebagai lingkungan sosial
perusahaan dipihak yang lain. CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah
perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat domisili di
tahun 1970-an.
PT.Vale Indonesia Tbk. Yang dulunya adalah PT. Internasional
Nickel Indonesia Tbk. (PT. Inco Tbk.) merupakan salah satu prdusen nikel
utama dunia yang mengembangkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui
program pemberdayaan masyarakat atau communtiy development. Konteks ini
menggambarkan bahwa PT.Vale Indonesia Tbk. Tidak semata-mata hanya
memikirkan kepentingan ekonomi dan pasar tetapi juga ikut serta
berkontribusi untuk membantu masyarakat sekitar dari berbagai aspek.
Implementasi kebijakan CSR pada PT. Vale terdapat indikator yang menjadi
kebijakan dalam pelaksnaannya yaitu sektor: (1) Pendidikan upaya
meningkatkan mutu kualitas pelajar dengan menyalurakan fasilitas sarana dan
prasarana sekolah serta penyaluran dana beasiswa bagi pelajar yang berada
wiliayah Luwu Timur maupun diuar daerah. (2) kesehatan menyediakan balai
kesehatan yang ada wilayah di kabupaten Luwu Timur membantu masyarakat
untuk terbebas dari wabah penyakit serta penyediaan air bersih. (3) Sosial
budaya berkontribusi untuk membangun hubungan baik antara masyarakat
dengan perusahaan dengan rutin mengadakan bakti sosial dan penyuluhan
agara terwujud kesejahteraan masyarakat. PT Vale Indonesia Tbk. Juga
mengeluarkan kebijakan pembangunan infrasrtuktur pemukiman bagi
masyarakat sekitar. Diantaranya adalah proyek revitalisasi kawasan melalui
penataan pemukiman masyarakat tepian Danau Matano dan pemukiman
kembali masyarakat adat lokal. (Rasyid, 2019).
Kesadaran akan pentingnya pelaksanaan CSR bagi perusahaan, dapat
memberikan manfaat bukan hanya sasaran CSR tetapi pelaksanaan CSR
sendiri atau perusahaan. Jika dalam pelaksanaan CSR disesuaikan dengan
masalah-masalah ekonomi, sosial dan budaya dilingkungan sekitar
perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh feedback dari kepercayaan
dan loayalitas yang diberikan masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat oleh PT Vale Indonesia Tbk.
fokus pada enam sektor yaitu: (1) Pendidikan, (2) Kesehatan, (3) UMKM
(Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), (4) Pertanian, (5) Prasarana, (6) Sosial
Budaya. Selain itu, sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, PT. Vale
mengeluarkan kebijakan pembangunan infrastruktur pemukiman bagi
masyarakat sekitar. Di antaranya adalah proyek revitalisasi kawasan melalui
penataan pemukiman masyarakat tepian Danau Matano dan pemukiman
kembali masyarakata adat lokal.
PT Vale Indonesia Tbk. sebelum berganti nama dulunya perusahaan
ini bernama PT. Inco Tbk. (International Nickel Indonesia Tbk). PT. Inco
Tbk. bekerja sama pemerintah daerah untuk meningkatkan akses pelayanan
kesehatan berkualitas melalui RS. PT Inco Tbk, dan Puskesmas dan
penyediaan peralatan, bantuan obat-obatan, layanan kesehatan gratis dan
terjangkau bagi masyarakat. Di Kecamatan Towuti, PT. Inco memberikan
AS$8.600 untuk mendukung kampanye kesehatan di enam TK dan sepuluh
SD di Bantilang, Tokalimbo, Loeha, Timampu, Mahalona dan Pekaloa.
Program-program di atas ditujukan bagi penciptaan kesejahteraan masyarakat,
terutama yang tinggal di sekitar wilayah operasi perusahaan PT Vale
Indonesia Tbk. CSR (CSR) PT. Vale dalam bidang kesehatan diukur dengan
tiga indikator; (1) Bantuan fasilitas dan alat kesehatan, (2) Pemberdayaan
klinik kesehatan perusahaan, (3) Bantuan pembangunan dan rehabilitasi
puskesmas, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos
bersalin desa.
Lingkungan perusahaan masyarakat sekitar perusahaan merupakan
pihak yang terpenting untuk memperoleh apreasiasi. Apresiasi itu sendiri
dapat berbentuk peningkatan kesejahteraan hidup melalui pemberdayaan
masyarakat melalui CSR. Dalam penerapannya umumnya perusahaan akan
melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek
program CSR. Hal ini dikarekan masyarakat adalah salah satu pihak yang
berpengaruh dalam menjaga suatu eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat
adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu
perusahaan. Dampak ini terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun
lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan PT Vale Indonesia Tbk. terhadap
masyarakat Desa Tole yang bermukim di tepian Danau Mahalona yang sejak
dulu menganggap Danau Mahalona sebagai sumber kehidupan yang penting
untuk dijaga kelestariannya. Saat ini, kondisi ekosistem Danau Mahalona terus
mengalami degradasi akibat adanya aktivitas penambangan yang dilakukan
oleh PT Vale Indonesia Tbk. Dari hasil investigasi WALHI (wahana
lingkungan hidup) Sulawesi Selatan, limbah buangan dari PT Vale Indonesia
Tbk. telah membuat laju sedimentasi semakin meningkat hingga membentuk
daratan baru yang penuh lumpur halus di pinggiran Danau Mahalona. Populasi
Ikan Butini yang merupakan ikan endemik Danau Mahalona juga mengalami
penurunan yang menjadi mata pencaharian sebagian dari masyarakat Desa
Tole. bukan hanya itu, lahan bercocok tanam masyarakat yang berada di
sekitar danau sering mengalami perusakan apalagi saat bendungan petea
dibuka sehingga banyak masyarakat yang meninggalkan sawahnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka peneliti berinisatif
melakukan sebuah penelitian dengan judul “ Implementasi Kebijakan CSR PT
Vale Indonesia Tbk. dalam Meningkatan Kesehatan Masyarakat Desa Tole
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur”. Penelitian ini dimaksudkan
untuk menganilisis Implementasi Kebijakan CSRPT Vale Indonesia
Tbk.dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Desa Tole Kecamatan
Towuti, Kabupaten Luwu Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan rumusan
masalah penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah dukungan PT Vale Indonesia Tbk dalam implementasi
kebijakan CSR untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Desa Tole
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur?
2. Bagaimanakah manfaat dari implementasi kebijakan CSR PT Vale
Indonesia Tbk dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Desa Tole
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur?
3. Bagaimanakah peran masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
kebijakan CSR PT Vale Indonesia Tbk?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan tujuanpenelitian
ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah dukungan PT Vale Indonesia Tbk dalam
implementasi kebijakan CSR untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
Desa Tole Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah manfaat dari implementasi kebijakan
CSR PT Vale Indonesia Tbk dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
Desa Tole Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan implementasi kebijakan CSR PT Vale Indonesia Tbk.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang di kemukakan, maka manfaat
penelitian ini terbagi atas 2 yaitu:
1. Manfaat teoritis
Memberikan edukasi kepada para pembaca khususnya peneliti, menjadi
bahan refensi serta sebagai acuan penelitian bagi peneliti yang ingin
melakukan pengembangan dan penelitian lanjutan.
2. Manfaat praktis
Berguna bagi instansi swasta terutama perusahaan yang bergerak disektor
pertambangan. Menjadi pedoman pengembangan sistem atas kelebihan
dari strategi yang diterapkan dan juga sebagai bahan evaluasi perbaikan
terhadap kelemahan dari strategi yang diterapkan dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti
mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:
No. Nama/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Hafiz
Elfiansyah
Parawu/2018
Faktor-Faktor
Determinan
Implementasi
Kebijakan
Corporate Social
Responsibility
Dalam
Meningkatkan
Keberdayaan
Masyarakat Secara
Berkelanjutan
Dari hasil penelitian ini, faktor-
faktor determinan dalam
implementasi kebijakan CSR
PT. Semen Bosowa Maros
dalam meningkatkan
keberdayaan masyarakat Desa
Baruga, adalah faktor dukungan
penentu kebijakan, ketersediaan
sumber daya, dukungan
implementor kebijakan, dan
partisipasi masyarakat.
2. Yunita
Evarista
Implementasi
Program
Corporate Social
Responsibility
Dalam
Meningkatkan
Citra Pt. Khotai
Makmur Insan
Abadi Tenggarong
Seberang.
Dari hasil penelitian ini dapat
dikatakan bahwa PT. KMIA
telah menerapkan transparansi
dan akuntabilitas bagi pihak
internal perusahaan dan pihak
ESDM, sebagaimana sudah
menjadi kewajiban dari
perusahaan. Namun ditemukan
bahwa untuk pihak desa dan
masyarakat, perusahaan tidak
menerapkan transparansi
khususnya pada rincian
anggaran pada masing-masing
progam serta hanya dapat
mengetahui total jumlah dari
keseluruhan rincian anggaran.
Masyarakat dan pihak desa
sendiri merasa perlu
mengetahui anggaran secara
rinci, agar tidak menimbulkan
kecurigaan-kecurigaan negatif
baik pada perusahaan maupun
pada pihak desa.
3. Iwan Henri
Kusnadi/2017
Implementasi
Kebijakan
CSRDalam
Kegiatan Perilaku
Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Di
Kecamatan
Cisalak Kabupaten
Subang
Hasil dari penelitian ini adalah
dalam implementasinya belum
berjalan dengan baik. Kegiatan
PHBS masih belum
memberikan perubahan yang
baik dikarenakan masih
kurangnya peran serta
masyarakat dalam
mensukseskan kebijakan
CSRmelalui kegiatan PHBS ini.
Adanya penempatan
penampungan air yang kurang
strategis karena dalam
penempatannya masih
melibatkan peran atau
kekuasaan dari aktor yang
terlibat untuk menentukan
lokasi penampungan air bersih
tersebut sehingga menempatkan
pembangunan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hasil peneliti terdahulu, persamaan penelitian yang akan
penelii lakukan dengan ketiga penelitian terdahulu diatas yaitu sama-sama
meneliti CSR. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan
dengan penelitian saudara Hafiz Elfiansyah yaitu meneliti mengenaifaktor
determinan apa saja dalam CSR yang dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu
implementasi kebijakan CSR dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kemudian perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan saudari
Yunita Evarista yaitu penelitian yang dilakukan saudari lakukan yaitu
mengenai citra suatu perusahaan yang menerapkan CSR, namun peneliti akan
meneliti bagaimana perusahaan PT Vale melaksanakan CSR. Persamaan lain
penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian yang telah saudara
Iswan Henri lakukan yaitu sama-sama meneliti CSR di bidang kesehatan.
B. Konsep Kebijakan
1. Teori Kebijakan
Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya
dipertukarkan dengan istilah-istilah lain, seperti tujuan (goals), program,
keputusan, undang-undang ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan
rancangan besar. Para pembuat kebijakan (policy makers) berpendapat,
istilah-istilah tersebut tidaklah akan menimbulkan masalah apapun karena
mereka menggunakan referensi yang sama. Orang-orang yang berada di
luar struktur pengambilan kebijakan tentunya tidak demikian. Mereka
menganggap istilah-istilah tersebut mungkin akan membingungkan (Tahir,
2011: 38).
Syafie (2006: 104), mengemukakan bahwa kebijakan (policy)
hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom), karena
kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan yang sudah ditetapkan
sesuai situasi dan kondisi setempat oleh individu pejabat yang berwenang.
Kebijakan publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah, karena
akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu
keburukan, serta sebaliknya menjadi penganjur, inovasi, dan pembuka
terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah.
Nurcholis (2007:263), memberikan definisi tentang kebijakan
sebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai
tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan
pedoman perilaku dalam hal:
a. Pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik oleh
kelompok atau sasaran organisasi pelaksana kebijakan.
b. Penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan
baik dalam hubungan dengan organisasi pelaksana maupun kelompok
sasaran yang dimaksudkan.
Pengertian yang telah dikemukakan oleh para pakar, dapat penulis
rumuskan bahwa kebijakan publik identik dengan regulasi atau aturan atau
dapat diartikan sebagai suatu produk hukum yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang harus dipahami secara utuh dan benar. Kebijakan publik
diawali dengan adanya isu yang menyangkut kepentingan bersama di
mana dipandang perlu untuk diatur melalui formulasi kebijakan dan
disepakati oleh legislatif dan eksekutif untuk ditetapkan menjadi suatu
kebijakan publik, apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi
Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah,
maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus
ditaati.
2. Teori Implementasi Kebijakan
Dunn (2003: 56), memberikan argumennya tentang implementasi
kebijakan sebagai policy implemetation is essentially a practical activity,
as distinguish hed from policy formulation, which is essentilly
theoretical. Terkait dengan sifat praktis yang ada dalam proses
implementasi kebijakan, maka hal yang wajar bahwa implementasi ini
berkaitan dengan proses politik dan administrasi, karena terkait dengan
tujuan diadakannya kebijakan (policy goals). Dipandang dari konteks
implementasi kebijakan, maka hal ini akan berkaitan dengan kekuasaan
(power), kepentingan, dan strategi para pelaku kebijakan, di samping
karakteristik lembaga dan rezim serta izin pelaksanaan dan respon
terhadap kebijakan. Konteks implementasi kebijakan baru akan terlihat
pengaruhnya setelah kebijakan tersebut dilaksanakan. Proses implementasi
pelaksanaan kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dan
momentum dalam proses perumusan kebijakan selanjutnya, sebab berhasil
tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam
pelaksanaannya. Rumusan kebijakan yang telah dibuat tidak akan
mempunyai arti apa-apa kalau tidak diimplementasikan. Tolak ukur
keberhasilan suatu kebijakan terletak pada proses implementasinya.
Meter dan Horn (1975), mengartikan implementasi sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik ndividu-individu atau pejabat-
pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan.
Nugroho (2003: 119), mengartikan implementasi sebagai upaya
melaksanakan keputusan kebijakan. Pendapat Nugroho sejalan dengan
pandangan Salusu (2003: 409), yang mengartikan implementasi sebagai
operasionalisasi dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran
tertentu dan menyentuh seluruh jajaran manajemen mulai dari manajemen
puncak sampai pada karyawan terbawah.
Berkaitan dengan faktor sumber daya manusia yang memengaruhi
proses implementasi suatu kebijakan, Mazmanian dan Sabatier (1983)
membuat kategorisasi bahwa implementasi kebijakan dipahami melalui 3
(tiga) perspektif yang berbeda, yaitu: (1) Pembuat kebijakan: (2) Pejabat
pelaksana di lapangan, dan (3) Aktor individu selaku kelompok target.
Berdasarkan implementasi kebijakan terdapat 2 (dua) variabel besar
yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan menurut Grindle
(1980), yaitu konten kebijakan (content of policy) dan konteks
implementasi (context of implementation). Variabel konten kebijakan,
meliputi: (1) Interest affected (kepentingan yang dipengaruhi); (2) Type of
benefits (jenis manfaat); (3) Extent of change envision (jangkauan
perubahan yang diinginkan); (4) Site of decision making (kedudukan
pengambil keputusan); (5) Program implementor (pelaksana program); dan
(6) Resources committed (ketersediaan sumber daya). Variabel konteks
implementasi, meliputi: (1) Power, interest and strategi of actor involed
(kemampuan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat); (2) Intitution
and regime characteristic (karakteristik pemerintah dan lembaga); dan (3)
Compliance and responsiveness (kepatuhan dan daya tanggap).
Sedangkan menurut model implementasi kebijakan Meter dan Horn
(1975) terdapat 5 (lima) variabel yang memengaruhi implementasi
kebijakan menurut, yaitu: (1) Standar dan sasaran kebijakan; (2)
Sumberdaya; (3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas;
(4) Karakteristik agen pelaksana; dan (5) Kondisi sosial, ekonomi dan
politik.
Tujuan implementasi kebijakan secara sederhana adalah untuk
menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan
sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Keseluruhan proses penetapan
kebijakan baru bisa dimulai apabila tujuan dan sasaran yang semula
bersifat umum telah diperinci, program telah dirancang dan juga
sejumlah dana telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
tersebut (Wibawa, dkk., 1994).
Berdasarkan pandangan para pakar kebijakan, penulis berpendapat
bahwa implementasi kebijakan diartikan sebagai upaya melakukan,
mencapai, memenuhi, dan menghasilkan suatu produk kebijakan.
Terkadang dalam implementasi kebijakan tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan tertib dan rapi, bahkan terkadang dalam implementasinya produk
kebijakan tersebut gagal atau tidak sesuai dengan harapan sehingga perlu
dilakukan kaji ulang (evaluasi kebijakan). Perumusan kebijakan yang
terlalu umum, sarana tidak dapat diperoleh atau tidak dapat dipakai tepat
pada waktunya, atau karena faktor waktu yang dipilih terlalu optimistik
dan sebagainya, merupakan gambaran yang kurang tepat pada
implementasi kebijakan.
3. Konsep Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
menagatasi masalah, dan keikutsertaan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Cohen dan Uphoff dalam Siti Irine Astuti (2009:39-40)
membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan, yaitu partisipasi
masyarakat dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama.
b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan, yaitu peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan bersama
c. Partispasi masyarakat dalam evaluasi, yaitu peran masyarakat dalam
pelaksanaan suatu kegiatan secara menyeluruh yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kegiatan itu berjalan.
d. Pengambilan manfaat, yaitu pelaksanaan suatu kegiatan yang bisa
masyarakat rasakan manfaatnya.
Berdasarkan pendapat pakar diatas maka dapat peneliti simpulkan
bahwa partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam
suatu kegiatan dimulai dari perencanaan hingga pada tahap evaluasi
sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat.
C. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali muncul dalam
diskursus resmi akademik sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya
yang berjudul “Social Responsibilitity of the Businessman” pada tahun
1953. Ide dasar CSR yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban
pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan
tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaannya
beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu untuk
meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang
melampaui kinerja finansial perusahaan. Ia mengemukakan prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan. Prinsip-prinsip yang dikemukakannya
mendapat pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R. Bowen
dinobatkan sebagai “Bapak CSR” (Susiloadi, 2008: 124).
Definisi tersebut sejalan dengan pendapat Pratiwi (2011: 119),
bahwa CSR merupakan komitmen perseroan untuk ikut berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Lembaga lain yang memberikan rumusan CSR sejalan dengan
konsep sustainability development adalah The World Business Council for
Sustainability Development. CSR, menurut organisasi ini adalah komitmen
berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berperilaku secara etis dan
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat
yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya
demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Rahmatullah,
2010: 4).
Beragam definisi yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab
perusahaan yang bukan hanya terhadap kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitarnya dengan berperilaku etis dan bermoral sehingga
dapat menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik lagi.
2. Sejarah dan perkembangan CSR di Indonesia
Istilah CSR di Indonesia semakin populer digunakan sejak tahun
1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA
(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Aksinya
secara faktual mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk
“peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan, walaupun tidak menamainya sebagai CSR. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003, Departemen
Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai
perusahaan nasional (Suharto, 2010: 16).
Bentuk CSR yang paling umum di awal perkembangannya adalah
pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat
miskin di seputar perusahaan. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi
karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad-hoc,
partial, dan tidak melembaga. CSRpada tataran ini hanya sekadar do good
dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang
melakukannya termasuk dalam kategori “perusahaan impresif”, yang lebih
mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya”
(pemberdayaan). Perusahaan-perusahaan seperti PT Unilever, Freeport,
Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal, Pertamina serta
perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan
CSR (Suharto, 2010: 16).
Semakin banyak perusahaan saat ini yang kurang menyukai
pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan
keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community
development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati
konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip good
corporate governance, seperti fairness, transparency, accaountability, dan
responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan
program CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai
beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan
need assesment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan
kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry,
penangkaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/ AIDS,
penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial
berbasis masyarakat, dan seterusnya. CSRpada tataran ini tidak sekadar do
good dan to look good, melainkan pula to make good, menciptakan
kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Suharto, 2010: 16-
17). Kegiatan atau program CSR dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat agar membuat masyarakat semakin berdaya tentunya
merupakan tujuan kegiatan CSR yang utama.
3. Bentuk-bentuk program CSR
Muara dari CSR adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan
program pengembangan masyarakat. Perusahaan yang tidak melakukan
hal ini, cepat atau lambat niscaya akan ditinggalkan oleh masyarakatnya
(Widiyanarti, 2005: 79). Pelaksanaan program CSR dalam hal ini tidak
dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. Program
CSR dapat mencegah krisis dalam perusahaan apabila dilakukan secara
sustainable dan menciptakan long-term relationship dengan komunitas
(Kusniadji, 2011: 55).
Model pelaksanaan CSR di Indonesia juga bemacam-macam.
Terdapat 4 (empat) model pelaksanaan CSR yang umum digunakan di
Indonesia (Suharto, 2010: 113-115). Keempat model tersebut, antara lain:
a. Terlibat langsung dalam melaksanakan program CSR
Model pelaksanaan CSRdi mana perusahaan melakukannya sendiri
tanpa melalui perantara atau pihak lain. Perusahaan memiliki satu
bagian tersediri atau bisa juga digabung dengan yang lain yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan
termasuk CSR.
b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Model pelaksanaan CSRdi mana perusahaan mendirikan yayasan
sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Perusahaan biasanya sudah
menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur dalam
kegiatan yayasan, contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan
sebagai perantara dalam melakukan CSR antara lain; Danamon peduli,
Sampoerna Foundation, kemudian PT. Astra International yang
mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan Unilever Peduli
Foundation (UPF).
c. Bermitra dengan pihak lain
Model pelaksanaan CSR di mana perusahaan menjalin kerjasama
dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah, lembaga
pemerintah, media massa dan organisasi lainnya, seperti Bank Rakyat
Indonesia yang memiliki program CSR yang terintegrasi dengan
strategi perusahaan dan bekerjasama dengan pemerintah mengeluarkan
produk pemberian kredit untuk rakyat atau yang dikenal dengan
Kredit Usaha Rakyat (KUR), atau kerjasama perusahan dengan
lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Palang Merah
Indonesia, dan lain sebagainya;
d. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium
Model pelaksanaan CSR di mana perusahaan turut mendirikan,
menjadi anggota, atau mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk
tujuan sosial tertentu.
4. Manfaat CSR
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan CSR yang dijalankan oleh
perusahaan bukan hanya dirasakan oleh stakeholders, justru sebenarnya
perusahaan adalah pihak yang paling diuntungkan dalam kegiatan CSR
tersebut. CSR, idealnya harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam
kebijakan perusahaan yang merupakan investasi masa depan perusahaan,
bukan sekadar dianggap biaya sosial (Oktaviani, 2011: 144).
Manfaat CSR bagi perusahaan (Imran, 2008: 129), adalah: (1)
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara total; (2) Melebarkan akses
sumber daya bagi operasional usaha; (3) Membuka peluang pasar yang
lebih luas; (4) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; (5)
Memperbaiki hubungan dengan regulator; dan (6) Peluang mendapatkan
penghargaan
Praktik tanggung jawab sosial tidak saja berdampak positif bagi
perusahaan, tetapi juga terbukti memberi manfaat bagi masyarakat
(Triastity, 2010: 39-40), seperti meningkatnya fasilitas umum,
berkembangnya usaha masyarakat, meningkatnya kualitas pendidikan
masyarakat, meningkatnya kelestarian lingkungan, terciptanya lapangan
kerja baru, serta meningkatnya mutu kesehatan masyarakat.
5. Penerapan CSR
Rahadhini (2010: 17), mengemukakan bahwa konsep dan praktik
CSR sebagai keharusan yang realistis diterapkan. Perusahaan perlu
mengambil keputusan yang tepat dalam rangka pelaksanaan program CSR.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan melakukan
program CSR (Rahmatullah, 2010: 7), yaitu:
a. Tahap perencanaan
Tahapan ini terdiri dari 3 (tiga) langkah utama, yaitu: Awareness
building, CSR Assessment, dan CSR manual building. Awareness
building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran
mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat
dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok,
dan lain-lain. CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan
kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR
secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual.
Hasil assessment merupakan dasar menyusun manual atau pedoman
implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui
benchmarking, menggali dari referensi atau menggunakan tenaga ahli.
Manual merupakan inti dari perencanaan, karena menjadi panduan
atau petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan.
Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, panduan, dan pedoman
dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
oleh perusahaan.
b. Tahap implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan
berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik, dan
akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, dan
masyarakat tidak akan merasakan manfaat yang optimal. Anggaran
yang telah dikucurkan tidak bisa dibilang kecil, sehingga perlu disusun
strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang.
c. Tahap evaluasi
Langkah yang ditempuh setelah program diimplementasikan adalah
evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan
secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana
efektifitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan sebagai sarana untuk
pengambilan keputusan, misalnya keputusan untuk menghentikan,
melanjutkan, memperbaiki, atau mengembangkan aspek-aspek tertentu
dari program yang telah diimplementasikan.
d. Tahap pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan proses pengembalian keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Tahap pelaporan, berfungsi untuk keperluan shareholder dan juga
untuk stakeholder.
D. Kesehatan Masyarakat
Undang-undang 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa “ setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Hak untuk hidup sehat ialah hak dasar yang harus dijamin sebab
kesehatan merupakan bagian bagian dari kebutuhan primer setiap orang.
Kesehatan juga bagian dari kebutuhan untuk menuju hidup sejahtera. Hal
semacam ini merupakan salah satu hak dasar dalam pelayanan kesehatan.
Setiap orang berhak atas kesehatan seperti bunyi pasal pasal 4
undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Penjelasan dalam
pasal ini disebutkan bahwa “hak atas kesehatan adalah hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya. Adapun ketentuan
pada pasal 6 disebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapatkan
lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan”. Dalam undang-
undang kesehatan selanjutnya diatur bahwa pemerintah bertanggung jawab
untuk memenuhi dan menjamin terwujudnya hak tersebut.
Program CSR (CSR) dalam bidang kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara memberikan bantuan,
penuyuluhan kesehatan, hingga pencegahan penyakit ditengah masyarakat.
Upaya tersebut dengan melibatkan mitra kerja dan instansi pemerintah.
Kesehatan masyarakat adalah kesatuan unit praktek kesehatan masyarakat
yang bertujuan untuk pengembangan dan peningkatan kemampuan hidup
sehat bagi pendidikan (invidu, keluarga, kelompok dan masyarakat)
menggunakan konsep dan keterampilan dan praktek kesehatan masyarakat
(Freeman) (Syafrudi, 2009).
E. Kerangka Pikir
Menurut Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa kerangka pikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori dan hubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting. Sehingga berdasarkan implemetasi kebijakan pada tinjauan
pustaka menurut pakar implementasi kebijakan, maka peneliti
merumuskann model implementasi kebijakan yang sesuai diterapkan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Dukungan Organisasi Pelaksana:
1. Ketersediaan anggaran
2. Ketersediaan implementor yang kompeten
3. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang
4. Komitmen pimpinan perusahaan
b. Manfaat Kebijakan
1. Tepat sasaran kepada target
2. Besar kecilnya manfaat yang dihasilkan
3. Keberlangsungan manfaat (jangka panjang/pendek)
c. Partisipasi Masyarakat:
1. Berpartisipasi dalam proses perencanaan
2. Berpartisipasi dalam proses pelaksanaan
3. Berpartisipasi dalam proses pengawasan
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa indikator diatas
disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
sehngga bagan kerangaka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
F.
Indikator Implementasi kebijakan CSR
Manfaat Kebijakan:
1. Tepat sasaran kepada
grup
2. Besar kecilnya
manfaat yang
dihasilkan
3. Keberlangsngan
manfaat (jangka
panjang/pendek)
1.
Partisipasi Masyarakat:
1. Berpartisipasi dalam
proses perencanaan
2. Berpartisipasi dalam
proses pelaksanaan
3. Berpartisipasi dalam
proses pengawasan
Dukungan Organisasi Pelaksana:
1. Ketersediaan anggaran
2. Ketersediaan
implementor yang
kompeten
3. Ketersediaan sarana
dan prasarana pennjang
4. Komitmen pimpinan
perusahaan
Implementasi kebijakan CSR PT
Vale dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat Desa Tole
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan
penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian dalam penelitian ini
adalah Implementasi Kebijakan CSR PT Vale dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat terkait dukungan organisasi pelaksana, manfaat
kebijakan dan partisipasi masyarakat Desa Tole.
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan, penulis kemudian akan
mendeskripsikan fokus penelitian sebagai berikut:
1. Ketersediaan anggaran adalah dana yang di siapkan oleh PT Vale
Indonesia Tbk. dengan jumlah yang telah ditentukan yang akan di
alokasikan untuk program PTPM sebagai tanggung jawab sosial PT
Vale terhadap masyarakat Desa Tole terdampak akibat aktivitas
perusahaan.
2. Ketersediaan implementor yang kompeten adalah pelaksana program
CSR PT Vale yang diharapkan mampu menguasai dan mendampingi
bagaimana program CSR berjalan di Desa Tole.
3. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang merupakan Kesiapan PT
Vale dalam menunjang atau menyediakan sarana dan prasarana untuk
dapat digunakan atau di operasikan selama masa implemetasi CSR
berjalan di Desa Tole.
4. Komitmen pimpinan perusahaan adalah hal dasar yang harus dimiliki
PT Vale saat sedang menjalankan program CSR yang dilaksanakan di
Desa Tole.
5. Tepat sasaran kepada target adalah langkah yang diambil PT Vale
sehingga CSR yang di jalankan di Desa Tole dapat efektif dan efisien.
6. Besar kecilnya manfaat yang dihasilkan dari program CSR PT Vale
yang dilaksanakan di Desa Tole dapat dilihat melalui program yang
telah dijalankan dan telah dievaluasi dari hasil kinerja dan dirangkum
dalam bentuk persentase.
7. Keberlangsungan manfaat (jangka pendek atau panjang) merupakan
proses pelaksanaan CSR oleh PT Vale yang telah berlangsung dan telah
dirasakan manfaatnya oleh yang manfaatnya Desa Tole sebagai
penerima manfaat.
8. Berpartisipasi dalam proses perencanaan yaitu masyarakat Desa Tole
yang ikut terlibat dalam rancangan kegiatan CSR PT Vale yang telah
dibagi tugas dan memiliki standar operasional yang telah ditetapkan.
9. Berpartisipasi dalam proses pelaksanaan merupakan bentuk keikut
sertaan masyarakat Desa Tole dalam mendukung dan membantu
Program CSR PT Vale secara tenaga terhadap suatu kegiatan yang
telah dilaksanakan.
10. Berpartisipasi dalam proses pengawasan merupakan bentuk peninjauan
terhadap program CSR PT Vale yang telah berlangsung jika terjadi
pelanggaran atau masalah maka masyarakat Desa Tole yang bertindak
sebagai pengawas dapat melakukan kritikan atau evaluasi terhadap
program tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tole Kecamatan Towuti
Kabupaten Luwu Timur. Penulis memilih lokasi penelitian dengan
pertimbangan bahwa lokasi penelitian relevan dengan persoalan yang akan
diteliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan setelah seminar
proposal dimulai pada tanggal 30 Juli sampai 30 September 2020 hingga
data yang di peroleh peneliti dapat sesuai dengan yang dibutuhkan.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif . Penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya Nawawi dan Martini (1996:73). Sedangkan menurut
Mukhtar (2013:28) penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan
seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala apa adanya pada
saat penelitian dilakukan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk file-file. Dta ini harus dicari
melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responde, yaitu orang
yang kita jadikan objek peenlitian atau orang yang kita jadikan sebagai
sarana mendapatkan informasi ataupun data.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder ini adalah data yang sifatnya
mendukung keperluan data primer seperti buku-buku dan bacaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan yang diteliti secara mendetail. Adapun teknik penentuan
informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu atau
dengan kata lain orang yang dapat memberikan informasi akurat tentang
implementasi kebijakan CSR PT Vale Indonesia Tbk di Desa Tole.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
No Nama Jabatan Inisial
1 Aswaddin Penanggung Jawab CSR PTVI AS
2 Ramli Rauf Pengelola CSR Tingkat Desa RR
3 Nur Alim Ketua Komite NA
4. Riska Wati Masyarakat penerima manfaat RW
5. Fikri Masyarakat penerima manfaat FK
6. Elizabeth Bidan Desa EL
Tabel 3.1: Informan Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yang
memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relative lama.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.
Berikut ini teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini:
1. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap masalah-masalah yang terkait
dengan implementasi kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR)
PT Vale Indonesia Tbk dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di
Desa Tole. Pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh keterangan
data yang akurat dan relevan antara jawaban responden dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) PT Vale di Desa Tole.
2. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui pertemuan langsung untuk bertukar
informasi ataupun ide melalui tanya jawab secara lisan dan mendalam
terhadap informan penelitian yang diambil sebagai sampel yang
dianggap dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang dan sebagai bentuk lampiran proses pengambilan data
maupun untuk menginput data.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif, dengan melakukan analisis data secara intensif terhadap data yang
diperoleh di lapangan berupa kata-kata. Adapun langkah-langkah yang
digunakan dalam menganalisis data sesuai dengan prosedur dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan merupakan pemilihan data dan pemusatan
perhatian kepada data-data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data
utama dan juga data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang
diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan dituangkan dalam
uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok , dan difokuskan
pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan
seluruh permasalahan penelitian dipilah antara mana yang dibutuhkan
dengan mana yang tidak, lalu dikelompokkan, kemudian diberikan
batasan masalah.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan penyajian data maka kesimpulan awal dapat
dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian
berlangsung. Sejak awal kelapangan serta dalam proses pengumpulan
data peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang
telah disimpulkan.
G. Teknik Pengabsahan Data
Pada tahap ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi, dimana triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Macam-macam
teknik triangulasi menurut Sugiyono (sinatriyo:2019):
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji
data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Dalam hal ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan,
wawancara, dengan dokumen-dokumen yang ada, ataupun
membandingkan hasil wawancara dari informan (data primer) dengan
buku bacaan yang berkaitan dengan penelitian (data sekunder).
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji
data dengan cara mengecek data yang sama namun namun dengan
teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan teknik
wawancara lalu dilakukan pengecekan dengan teknik observasi ataupun
dokumen.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah triangulasi yang sering mempengaruhi data.
Untuk mendapatkan data yang lebih valid, peneliti bisa melakukan
pengecekan atau pengamatan tidak hanya satu kali dan dengan berbagai
cara. Dalam hal ini peneliti bisa melakukan pengamatan pada saat di
pagi hari saat informan masih dalam keadaan segar dan melakukan
pengamatan kembali pada saat observasi untuk mendapatkan data yang
lebih valid dan memastikan data yang di peroleh tidak berbeda dari
waktu ke waktu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Luwu Timur
Kabupaten Luwu Timur merupakan Kabupaten paling timur di
Provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah di sebelah Utara. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone. Sementara itu,
batas sebelah Barat merupakan Kabupaten Luwu Utara.Di Kabupaten
Luwu Timur terdapat 14 sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai
Kalaena dengan panjang 85 km. Sungai tersebut melintas di Kecamatan
Mangkutana. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bambalu
dengan panjang 15 km.
Selain itu, di Kabupaten Luwu Timur juga terdapat lima
danau. Kelima danau tersebut antara lain danau Matano (dengan luas
245.70 km2), Danau Mahalona (25 km2), dan Danau Towuti (585
km2), Danau Tarapang Masapi (2.43 km2) dan Danau Lontoa (1.71
km2). Danau Matano terletak di Kecamatan Nuha sedangkan keempat
danau lainnya terletak di Kecamatan Towuti.Kabupaten Luwu Timur
merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Selama tahun 2011, tercatat rata-rata curah hujan mencapai 258 mm,
dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan mencapai 17 hari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yakni 393 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 23 hari. Secara geografis Kabupaten Luwu
Timur berbatasan dengan beberapa wilayah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sulawesi Tengah
b) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sulawesi Tenggara
c) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Teluk Bone
d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Luwu Utara
Kabupaten Luwu Timur yang beribu kota di Malili, secara
administrasi dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Kecamatan Burau,
Kecamatan Wotu, Kecamatan Tomoni, Kecamatan Tomoni Timur,
Kecamatan Angkona, Kecamatan Malili, Kecamatan Towuti,
Kecamatan Nuha, Kecamatan Wasuponda, Kecamatan Mangkutana dan
Kecamatan Kalaena. Desa Tole sendiri berada di Kecamatan Towuti.
Kecamatan Towuti merupakan salah satu kecamatan terluas di
Kabupaten Luwu Timur. Luas wilayahnya 1.820,48 km², terdiri dari
luas daratan 1.219.000 km2 dan luas danau sebesar 601,48 km2.
Kecamatan Towuti terletak di sebelah timur ibu kota Kabupaten Luwu
Timur.
Kecamatan Towuti di sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Nuha dan Propinsi Sulawesi Tengah, sebelah timur dan
sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tenggara, dan di
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Nuha dan
Wasuponda.Kecamatan Towuti terdiri dari 18 desa. Ada tiga desa yang
baru mengalami perubahan dari status UPT menjadi desa yaitu
desa Libukan Mandiri berubah status dari UPT Mahalona SP 1, desa
Kalosi berubah status dari UPT Mahalona SP 2, dan desa Buangin
berubah status dari UPT Buangin. Namun dalam publikasi ini masih
disertakan daftar nama ketiga UPT yang ada karena pemerintahannya
masih ada. Terdapat juga 2 desa yang baru mengalami pemekaran yaitu
Desa Tole pemekaran dari desa Mahalona dan desa matompi
pemekaran dari desa Pekaloa. Wilayah Kecamatan Towuti adalah
daerah yang seluruh desanya merupakan wilayah bukan pantai dengan
topografi wilayah sebagian besar merupakan daerah datar. Terdapat 4
danau di Kecamatan Towuti, danau terluas adalah danau Towuti dengan
luas 585 km2.
Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Towuti sudah relatif lengkap.
Dari 18 desa yang ada terdapat 4 buah puskesmas yang terletak di Desa
Langkea Raya, Bantilang, Mahalona dan Pekaloa. Kecamatan Towuti
juga memiliki 30 unit posyandu, 5 unit Pustu, 12 unit Poskesdes, 4
tempat praktik dokter/bidan, dan 2 apotek. Tenaga medis yg tersedia
diantaranya 4 orang dokter umum, 4 orang dokter gigi, 28 bidan, 48
perawat, dan 8 orang tenaga farmasi. Jumlah pasangan usia subur yang
ada di kecamatan Towuti sebanyak 4.491. Berdasarkan data PLKB,
banyaknya wanita berumur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang
menggunakan/memakai alat KB tahun 2012 sebanyak 3.474 orang.
Hasil pendataan Badan KB-KS kecamatan Towuti mencatat bahwa
banyaknya keluarga pra-sejahtera yang ada sebanyak 884 keluarga,
sejahtera I 1.413 keluarga, sejahtera II 2.057 keluarga, Sejahtera III
1.583, dan sejahtera III+ sebanyak 400 keluarga.
2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
a) Profil Desa Tole
Desa Tole terletak di Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur.
Secara geografis wilayah Desa Tole berbatasan dengan beberapa
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Petea
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Tani Dusun
Ponsoa
3. Sebelah Selatan : berbatasan dengan sungai Lampesue
4. Sebelah Barat : Bebatasan dengan sungai Pontali
DesaTole yang memiliki luas 25.000.000 M2 terbagi atas
tiga dusun yaitu Dusun Tandumata, Dusun Tambuka, dan Dusun
Ponsoa yang masing-masing dusun memiliki 2 (dua)RT. Jarak dari
ibu kota kecamatan ± 25 km., dan ± 75 km dari ibu kota
Kabupaten, dengan ketinggian antara 0-30 m diatas permukaan
laut.
Jumlah penduduk menurut data yang tersedia di kantor
Desa Tole adalah sebanyak 936 jiwa, dimana 496 jiwa penduduk
berjenis kelamin laki-laki dan 440 jiwa adalah perempuan. Dari
keseluruhan penduduk jumlah Kepala Keluarga yang tercatat
adalah 253 KK. Potensi sumber daya manusia Desa Tole.
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur sangat luar
biasa jika dibanding dengan beberapa desa yang ada di kecamatan
Towuti dan bahkan di seluruh kabupaten Luwu Timur, dengan
tingkat pendidikan berdasarkan hasil rekapan data penduduk
berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Tole Kecamatan Towuti
Yaitu : Total jumlah penduduk yang tersebar di 3 (tiga) Dusun
Desa Tole ini yakni yang tidak sekolah/ tidak tamat SD (TTSD)
sebesar 102 jiwa, yang belum sekolah (BS) berjumlah 102 jiwa
yang akan masuk taman kanak-kanak (TK), yang berpendidikan
Sekolah Dsar (SD) 174 jiwa, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) 179 jiwa, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 105 jiwa,
Diploma Tiga (D3) berjumlah 4 jiwa dan Strata Satu (S1) sebanyak
3 orang.
Kondisi Desa Tole saat sekarang mempunyai tenaga
kesehatan 1 orang (bidang desa) dengan status Upah jasa. Tugas
sehari-harinya melayani kesehatan masyarakat. Melihat dari
jumlah penduduk yang berjumlah kurang lebih 936 jiwa sangat
tidak seimbang dari jumlah penduduk dan tenaga kesehatan yang
ada. Kegiatan imunisasi BCG, Campak dan Polio sudah mulai
berjalan di desa oleh tenaga medis dan Kader desa, namum belum
berjalan optimum karena terbatasnya tenaga yang tersedia dan
terbatasnya fasilitas kesehatan yang tersedia.
b) Profil PT Vale Indonesia Tbk
PT Vale mempunyai sejarah sejak Indonesia belum merdeka. PT
Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia)
didirikan pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT
Vale dan Pemerintah Indonesia menandatangani Kontrak Karya
(KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah Indonesia untuk
melakukan eksplorasi, penambangan, dan pengolahan bijih nikel.
Sejak saat itu PT Vale Indonesia Tbk. memulai pembangunan
smelter di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Melalui Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan yang
ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK tersebut telah diubah
dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025.
Misi :
“Mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran dan
pembangunan yang berkelanjutan.”
Visi :
“Menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di Indonesia
yang menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka
panjang, melalui keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap
manusia dan alam.”
Nilai-nilai:
1. Kehidupan adalah yang terpenting
2. Menghargai karyawan
3. Menjaga kelestarian bumi
4. Melakukan hal yang benar
5. Bersama-sama menjadi lebih baik
6. Mewujudkan tujuan Untuk pengembangan dan kesejahteraan
masyarakat
B. Dukungan Organisasi Pelaksana
Dukungan organisai adalah tingkat kemampuan individu atau
kelompok meyakini organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli
dengan kesejahteraan mereka. Dukungan PT Vale Indonesia Tbk. sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar yang
terdampak pada aktivitas perusahaan tambang dengan melaksanakan
program CSR dalam bentuk Program Terpadu Pengembangan Masyarakat
(PTPM) yang di luncurkan mulai pada tahun 2014. Pada dasarnya program
PTPM merupakan program tanggung jawab sosial yang diarahkan untuk
kesejahteraan masyarakat di wilayah terdampak perusahaan PT Vale
Indonesia Tbk khusunya di empat wilayah yaitu Kecematan Nuha, Towuti,
Wasuponda dan Malili Kabupaten Luwu Timur. PTPM di selaraskan
dengan rencana pembangunan daerah Luwu Timur. Pemerintah daerah,
perusahaan dan masyarakat penerima manfaat program akan bekerja sama
dan berjalan bersama agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
program. Adapun dukungan organisasi pelaksanan merupakan susunan
yang terdiri dari ketersediaan anggaran, ketersediaan implementor yang
kompeten, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang, dan komitmen
pimpinan perusahaan.
a. Ketersediaan Anggaran
Ketersediaan anggaran adalah dana yang di siapkan dengan jumlah yang
telah ditentukan yang akan di alokasikan pada suatu program atau
kegiatan baik jangka pendek atau jangka panjang. Dalam pelaksanaan
CSR PTVI merupakan hal yang paling penting yaitu tersedianya dana
yang akan di alokasikan pada program CSR yang akan dilaksanakan.
Dalam hal ini PT Vale Indonesia Tbk. (PTVI) di perkirakan
mengeluarkan anggaran dana untuk CSR sekitar Rp. 17 Miliar per-tahun.
Ini terdiri dari Rp.350 juta per-desa dan Rp.400 juta perkecamatan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan penanggung jawab CSR
PTVI terkait ketersediaan anggaran sebagai berikut:
“kalo soal anggaran itu banyak sekali programnya dan masing-
masing program memiliki besaran anggaran yang berbeda, nanti
saya kirimkan anggaran-anggaran yang digunakan dalam program
CSR silahkan dicari di PTPM yang saaya kirimkan sebentar,
khusus untuk Desa Tole juga disitu terdapat anggarannya.”(Hasil
wawancara AS pada Agustus 2020)
Dari hasil wawancara tersebut penaggung jawab CSR PTVI mengatakan
bahwa terkait anggaran itu memiliki banyak program-program yang
memilki jumlah dana dengan nominal besarnya masing-masing. Hasil
sumber data penanggung jawab CSR PT Vale yang memberikan infomasi
data melalui PTPM tentang anggaran yang dikeluarkan tahun program
2014-2017 pada sektor kesehatan serapan dana implementasi mencapai
Rp.8.677.259.500,- meliputi 1.317 unit jamban dan rehabilitasi jamban
dengan penerima manfaat sejumlah 5.077 orang, 13 unit pembangunan
posyandu, 12 unit pengadaan motor sampah, 15 unit pembangunan bedah
rumah sehat, 856 meter sanitasi lingkungan saluran air, 66 unit fasilitas
air bersih, 5 unit pengadaan perahu/motor ambulance, 9.450 meter
pipanisasi saluran air bersih.
Hal serupa juga dikatakan oleh RR dengan wawancara sebagai berikut:
“anggaran CSR yang diterima Desa Tole itu tahun 2014-2015
Rp.300 juta, tahun 2015-2016 Rp. 350 jt, dan tahun 2016-2017
Rp.350 jt. Anggarannya sudah di alokasikan sebaigamana
mestinya, berdasarkan program yang telah disepakati bersama
masyarakat dalam musyawarah desa dan sudah di gunakan
secara maksimal.”
Dari hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan anggaran
CSR yang diterima tiap desa itu besarannya sama. Alokasi anggaran dana
CSR juga telah di gunakan secara maksimal.
b. Ketersediaan implementor yang kompeten
Implementor adalah seorang pelaksana yang harus mampu menguasai
dan mendampingi bagaiman sistem yang dibuat atau telah dijalankan.
Dalam hal ini untuk menyediakan implementor yang kompeten dalam
pelasanaan CSR, maka PTVI berupaya membangun kemitraan
masyarakat, Pemerintah Luwu Timur, dan PTVI sesuai peraturan yang
berlaku. Karena itu, PTVI mendorong pembentukan forum Konsultasi
Kerjasama Kemitraan (K3) yang berperan memberikan arahan,
masukan, dan kerangka kebijakan operasional PTPM sebagai
implementor dari program yang akan dijalankan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan Penanggung jawab CSR PTVI sebagai
berikut:
“kalo orang yang melaksanakan CSR itu desa yang bentuk ada
namanya komite desa. Komite desa kemudian berkoordinasi
dengan kecamatan dan Tim PPM kabupaten. PPM itu (program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat).”(Hasil
wawancara Penanggung Jawab CSR PT Vale pada Agustus
2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR
mengatakan bahwa implementor atau pelaksana yang disediakan itu di
bentuk oleh desa yang dinamakam komite desa. Komite desa ini yang
nantinya akan berkoordinasi dengan kecamatan dan tim PPM kabupaten,
tim PPM ini yang berkoordinasi dengan perusahaan.
Lebih lanjut RR menjelaskan berdasarkan wawancara sebagai berikut:
“Komite desa atau pelaksana tingkat desa di bentuk pada saat
musyawarah di desa. Orang-orang yang dipilih merupakan
masyarakat yang mampu atau bisa bekerja di lapangan, ada juga
orang-orang dari pemerintah desa seperti pak dusun atau pak RT
berdasarkan hasil musyawarah desa.”(Hasil wawancara dengan
RR November 2020)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan
bahwa komite desa merupakan orang-orang atau masyarakat yang dipilih
dilihat dari kriteria mampu bekerja di lapangan juga pemerintah desa
setempat seperti Kepala dusun atau kepala RT.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan kesiapan sesuatu (barang,
modal, tenaga, dan anggaran) untuk dapat digunakan atau di operasikan
selama masa operasi yang telah ditentukan. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan AS sebagai berikut:
“program tahunan itu kita laporkan terus dengan pemerintah
daerah kabupaten dan pemerintah daerah provinsi dan pusat
bahwa seluruh kegiatan yang akan kita lakukan satu tahun itu ada
didalam dokumen RKAB (rencana kerja anggaran belanja)
perusahaan, nanti dalam rencana kerja itu bisa dilihat ooya ini
yang kita bantu atau pengembagan kapasitaskah, sarana dan
prasaranakah. Intinya kalo sarana dan prasarana itu tergatung
dengan program karena ini program kesehatan makanya yang kita
salurkan alat kesehatan dan seterusnya”(Hasil wawancara AS
Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR
yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana itu tergantung dengan
kebijakan pemerintah dan hasil kegiatan dalam jangka satu tahun
memberikan laporan kepada pemerintah daerah, provinsi dan pusat.
prasarana yang disalurkan itu tergantung dengan kebutuhan wilayah
masing-masing, khususnya program kesehatan yang berdasarkan laporan
pertanggung jawaban komite desa yang dilakukan yaitu perbaikan pustu
Desa Tole, pembangunan posyandu, pembangunan instalasi air bersih,
perbaikan WC umum, dan pengadaan obat-obatan disamping itu divisi
kepala CSR menambahkan bahwa langkah ini sudah sesuai dengan arah
kebijakan pembangunan desa.
Hal ini juga di ungkapkan RR melalui wawancara sebagai berikut:
“....sarana dan prasarananya yaitu meja, kursi, alat pengukur suhu,
bantuan PMT untuk ibu hamil yang kekurangan gizi, alat
timbang, PMT untuk lansia, rehab posyandu, pembangunan
posyandu, termasuk pembagian jamban sehat.”(Hasil wawancara
RR November 2020).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR bahwa sarana dan
prasarana dalam bidang kesehatan yang ada di Desa Tole diantaranya
ialah meja dan kursi, alat pengukur suhu badan, alat timbang badan yang
disimpan di pustu desa dan posyandu, pembangunan posyandu Desa Tole
dan Rehabilitasi posyandu Desa Tole juga perbaikan pustu desa, bantuan
PMT (pemberian makanan tambahan) untuk ibu hamil yang menderita
KEK (kurang energi kronik), kemudian bantuan PMT untuk lansia, juga
pemberian jamban sehat untuk keluarga kurang mampu.
d. Komitmen perusahaan
Komitmen perusahaan adalah hal dasar yang harus dimiliki bagi sebuah
bagan organisasi dalam sebuah perusahaan pada saat sedang menjalin
hubungan atau kerjasama. PTVI sebagai perusahaan yang menjalankan
program CSR menjalin hubungan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
Luwu Timur secara terus-menerus selama perusahaan tersebut
beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan AS
Penanggung Jawab CSR PTVI sebagai berikut:
“oke dibidang kesehatan itu macam-macam programnya ada
peningkatan akses layanan dan kualitas pelayanan kesehatan, ada
peningkatan kapasistas tenaga kesehatan, ada pengembangan
sumber daya kesehatan masyarakat dengan memperkenalkan
dasar obat-obatan herbal selain itu kita juga melakukan
peningkatan status kesehatan dengan melakukan promosi dan
salah satunya upaya kami yaitu melakukan pencegahan dengan
penyakit-penyakit menular dikalangan masyarakat.”(Hasil
wawancara AS Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan divisi kepala CSR
mengatakan bahwa komitmen perusahaan mengupayakan peningkatan
akses layanan dan kualitas pelayanan kesehatan, penigkatan kapasitas
tenaga kesehatan, pengembangan bersumber daya kesehatan masyarakat
dengan orientasi obata-obatan herbal serta peningkatan status kesehatan
dengan melakukan promosi dan salah satunya upaya pencegahan
penyakit-penyakit menular yang dapat terjadi dikalangan masyarakat.
“kalo ditanya megenai tentang target perusahaan itu kembali
kepada input dan output dari langkah yang akan dijalankan,
adapun beberapa program-program strategis yang dilakukan
perusahaan untuk tercapainya kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat melalui layanan dasar pasca tambang yang
terjadi”(Hasil wawancara AS Agustus 2020)
Target dari perusahaan yang ingin dicapai dari program kesehatan CSR
menurut AS mengatakan setiap program yang dijalankan sudah
mengetahui gambaran input dan output terhadap program yang akan
dijalankan, adapun langkah-langkah strategis diupayakan untuk
tercapainya kemandirian dan kesehjahteraan masyarakat melalui layanan
dasar kesehatan pasca tambang yang terjadi.
Hal lainnya di ungkapkan RR melalui wawancara sebagai berikut:
“adapun peningkatan layanan kesehatan itu dengan di adakannya
pelatihan kader posyandu untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Kalau untuk pengembangan
sumber daya kesehatan masyarakat dengan pengenalan obat-obat
herbal itu masyarakat atau tiap rumah di suruh buat toga depan
rumahnya masing-masing. Sedangkan promosi kesehatan yaitu
dengan sosialisasi dalam bentuk papan dasawisma di tiap
rumah.”(Hasil wawancara RR November 2020)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan
bahwa peningkatan akses layanan kesehatan melalui pelatihan kader
posyandu demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Sedangkan untuk pengembangan sumber daya kesehatan
masyarakat di Desa Tole yaitu dengan memperkenalkan masyarakat
obat-obatan herbal melalui pembuatan tanaman obat keluarga (toga) di
tiap rumah masing-masing masyarakat. Untuk promosi kesehatan
(promkes) dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu melalui
papan sosialisasi dasawisma, serta pembagian pamflet PHBS (perilaku
hidup bersih dan sehat) tiap rumah.
Model pelaksanaan CSR yang digunakan oleh PT Vale menurut
Suharto (2010) dalam melaksanakan kebijakan CSR yaitu bermitra dengan
pihak lain yaitu PT Vale menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten
Luwu Timur untuk mengimplementasikan kebijakan CSR. Kebijakan CSR
yang dilakukan oleh PT Vale dalam bentuk program terpadu pengembangan
masyarakat biasa disingkat PTPM yang salah satunya memfokuskan pada
bidang kesehatan dan ekonomi. Program CSR ini dilaksanakan dengan
berdasarkan pada prinsip-prinsip utama yaitu keberpihakan kepada
masyarakat miskin dan renta, keberpihakan pada perempuan, bertumpu pada
pembangunan sumberdaya manusia, partisipasi pemangku kepentingan,
akuntabilitas, transparansi, kemandirian, kemitraan, dan keberlanjutan.
Tahapan pelaksanaan program PTPM, pelaksanaan ini juga melalui
beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu adalah persiapan dan sosialisasi,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan audit
kegiatan, serta evaluasi kegiatan.
a. Persipan dan Sosialisasi
Persiapan dan sosialisasi Program Terpadu Pengembangan Masyarakat
dimulai dari pengenalan kondisi sosial mencakup perkembangan
kesehatan dan ekonomi masyarakat setempat, hingga musyawarah dusun
dan sosialisasi. Dalam analisis kondisi Desa Tole akan diketahui
gambaran keadaan masyarakat setempat, kemudian menemukan dan
mengenali permasalahan dan isu-isu strategis kesehatan desa yang akan
didorong kedepan melalui beberapa gagasan kegiatan dalam Program
Terpadu Pengembangan Masyarakat.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan dalam merupakan tahapan selanjutnya dalam
mengidentifikasi permasalahan, merumuskan tujuan, strategi dan
prioritas kegiatan bidang kesehatan dan ekonomi yang akan didanai oleh
PTVI. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap penggalian
informasi dasar, pemetaan sosial sampai merumuskan kegiatan kesehatan
dan ekonomi dalam musyawarah desa perencanaan atau dikenal dengan
istilah Menggagas Masa Depan Desa.
c. Pemantauan dan Audit Kegiatan
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati
perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara
periodik untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut sudah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Proses pemantauan ini dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat,
pemerintah daerah, fasilitator, dan juga dilakukan oleh pihak lain.
d. Evaluasi
Pengevaluasian ini bertujuan agar pelaksanan dan pengalokasian dana
dapat dipertanggungjawabkan oleh pelaksana desa serta untuk
menghindari penyelewengan dana. Selain itu pengevaluasian ini
dimaksudkan agar program berjalan dengan efektif dan setiap hambatan
yang diperoleh dapat menjadi bahan pembelajaran dan cerminan
pelaksana kedepannya.
C. Manfaat Kebijakan
Manfaat kebijakan adalah sebuah keputusan yang tetap yang ditandai
dengan kelakuan yang berkesinambungan dalam hal rutinitas tersebut
membawa dampak yang positif bagi suatu kelompok yang merasakan. Salah
satu manfaat kebijakan dari implementasi CSR PTVI di bidang kesehatan
yang di laksanakan Di Desa Tole yaitu dengan dibangunnya Posyandu, Pustu
dan pemberian obat-obatan serta bantuan alat kesehatan. Manfaat kebijakan
merupakan susunan yang terdiri dari tepat sasaran kepada target, besar
kecilnya manfaat yang dihasilkan, dan keberlangsungan manfaat (jangka
panjang atau jangka pendek).
a. Tepat sasaran kepada target
Tepat sasaran artinya suatu langkah yang diambil yang menuju kepada
suatu tujuan dengan efektif dan efisien. Sasaran target dari pelaksanaan
CSR PTVI adalah masyarakat yang terkena dampak langsung dari
aktivitas tambang perusahaan. Seperti kelompok masyarakat miskin serta
kelompok lanjut usia rentan. Berdasarkan wawancara penulis dengan
Ketua KPMD RR sebagai berikut:
“penerima manfaat bantuan program CSR itu diutamakan ki bagi
kelompok masyarakat miskin, kelompok usia rentan, yang selama
ini sudah mendapatkan pelayanan kesehatan dan akses
ekonomi”(Hasil wawancara RR pada Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Ketua KPMD RR yang menyatakan
penerima bantuan program CSR sudah tepat sasaran kepada target
program CSR itu sendiri. Dimana penerima manfaat bantuan program CSR
diutamakan bagi kelompok masyarakat miskin, kelompok usia rentan,
yang selama ini telah mendapatkan pelayanan kesehatan dan akses
ekonomi sesuai dengan aturan PTPM.
“kan yang di prioritaskan kemarin itu untuk CSR itumi salah
satunya lansia kemudian RTM. Yang jelas pada umumnya
program PTPM selalu mengacu pada aturan yang dibahasakan
PTO yang di dalamnya mengacu pada lansia, rumah tangga
miskin yang didahulukan terus. Setelah itu kalau ada lebihnya nah
itu baru kita melangkah ke parasejahtera yang layak juga
menerima bantuan”(Hasil wawancara dengan NA pada Agustus
2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan NA menyatakan bahwa sasaran
program CSR itu di prioritaskan bagi kelompok usia rentan seperti lansia
dan rumah tangga miskin (RTM). Karena program CSR yang telah
dilaksanakan itu selalu mengacu pada aturan PTO dimana didala PTO itu
sendiri mengatakan bahwa prioritas utama program CSR itu adalah rumah
tangga miskin dan kelompok usia rentan (lansia). Selanjutnya adapun
kelompok yang layak menerima bantuan setelahnya yaitu kelompok para
sejahtera yang juga layak menerima yang telah di sepakati besama.
b. Besar kecilnya manfaat yang dihasilkan
Besar kecil suatu manfaat dihasilkan melalui dari program yang telah
dijalankan dan telah dievaluasi dari hasil kinerja dan dirangkum.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR sebagai berikut:
“manfaat dari program CSR itu tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin di wilayah terdampak operasi
perusahaan PT Vale. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan
dasar masyarakat khususnya di bidang kesehatan dan ekonomi.
Selanjutnya kemandirian berarti masyarakat mampu mengorganisir
diri dan mengelolah sumber daya yang tersedia secara
berkelanjutan serta mampu mengatasi masalah yang
dihadapi.”(Hasil wawancara RR Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan RR mengatakan
bahwa manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan program kebijakan CSR
yaitu tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin di
wilayah terdampak operasi perusahaan PT Vale. Kesejahteraan berarti
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat khususnya di bidang kesehatan
dan ekonomi. Selanjutnya kemandirian berarti masyarakat mampu
mengorganisir diri dan mengelola sumber daya yang tersedia secara
berkelanjutan serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi.
Penerima manfaat RK juga mengatakan salah satu manfaat di bidang
kesehatan yang di rasakannya yaitu sebagai berikut:
“dengan adanya bantuan CSR ini masyarakat sudah banyak
merasakan manfaatnya. Salah satunya masyarakat dulu yang tidak
memiliki jamban dan sering buang air sembarang itu tidak
dilakukan lagi.”(Hasil wawancara dengan RW Agustus 2020)
Hal ini berdasarkan wawancara penulis dengan RW Sebagai salah satu
penerima bantuan jamban sehat keluarga berdasarkan hasil wawancara
bahwa dengan adanya kebijakan CSR yang diterapkan ini masyarakat
telah merasakan manfaatnya. Salah satunya yaitu masyarakat yang dulu
tidak memiliki jamban dan buang air sembarangan saat ini tidak
dilakukan lagi karena adanya bantuan yang di berikan oleh perusahaan
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab untuk masyarakat sekitar
tambang.
Manfaat lain di katakan oleh EL sebagaimana wawancara berikut:
“masyarakat yang merasakan manfaat itu dari berbagai kalangan
karena karena siapapun yang datang berobat ke pustu itu sudah
merasakan manfaatnya. Misalnya seperti pada pembagian PMT
untuk lansia dan pembagian PMT untuk ibu hamil KEK guna
untuk menjunjang kebutuhan gizi.
Hal ini berdasarkan wawancara penulis dengan EL yang menyatakan
bahwa semua masyarakat Desa Tole yang datang berobat di pustu
ataupun di posyandu telah merasakan manfaat dari kebijakan CSR ini.
c. Keberlangsungan manfaat ( jangka panjang dan jangka pendek)
Keberlangsungan manfaat merupakan proses pelaksanaan yang telah
berlangsung dan telah dirasakan manfaatnya oleh yang bersangkutan.
Berdasarkanm hasil wawancara dengan EL sebagai berikut:
“Manfaat jangka panjang yang sudah dicapai seperti peningkatan
derajat kesehatan dan kesejahtraan ekonomi masyarakat miskin
dan kelompok rentan di wilayah terdampak perusahaan. Juga
manfaat dalam bidang kesehatan yaitu turut serta membantu
masyarakat membangun generasi sehat dan kuat secara fisik
maupun nonfisik sedangkan manfaat jangka pendek dari program
CSR ini salah satunya yaitu meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan mendukung
pelayanan kesehatan gratis yang dicanangkan pemerintah
kabupaten maupun pemerintah pusat mendekatkan layanan
kesehatan pada masyarakat yang selama ini sulit di akses
masyarakat pedesaan. Membantu keluarga miskin konsisten
menjaga keberlanjutan perawatan kesehatan.”(Hasil wawancara
dengan EL Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan EL Manfaat
jangka panjang yang telah tercapai seperti peningkatan derajat
kesehatan dan kesejahtraan ekonomi masyarakat miskin dan kelompok
rentan di wilayah terdampak perusahaan. Juga manfaat dalam bidang
kesehatan yaitu turut serta membantu masyarakat membangun generasi
sehat dan kuat secara fisik maupun nonfisik sedangkan manfaat jangka
pendek dari program CSR ini salah satunya yaitu meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan dan
mendukung pelayanan kesehatan gratis yang dicanangkan pemerintah
kabupaten maupun pemerintah pusat mendekatkan layanan kesehatan
pada masyarakat yang selama ini sulit di akses masyarakat pedesaan.
Membantu keluarga miskin konsisten menjaga keberlanjutan perawatan
kesehatan.
Hal lain juga RR ditambahkan berdasarkan hasil wawancara sebagai
berikut”
“bahwa akses untuk mendapatkan layanan kesehatan itu sudah
dekat, kemarin-kemarin sebelum mendapatkan bantuan susah
untuk mendapatkan pelayanan karena keterbatasan sarana
prasarana juga obat-obatan. Karena kemarin waktu belum ada
CSR sarana prasarananya juga obat-obatannya kurang. Jadi
masyarakat yang mau berobat harus pergi ke puskesmas
pembantu yang agak jauh dari desa.”(Hasil wawancara RR
November 2020)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR bahwa saat ini akses
kesehatan masyarakat untuk berobat sudah dekat sehingga masyarakat
tidak perlu lagi untuk pergi jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Manfaat lainnya juga
Dari hasil wawancara berikut FK mengungkapkan bahwa:
“Bahwa dengan adanya bantuan jamban, perilaku dari
masyarakat ada yang berubah yang dulunya suka buang air
sembarangan sekarang tidak ada lagi.”(Hasil wawancara FK
Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan FK bahwa manfaat jangka
panjang dari adanya bantuan CSR di bidang kesehatan khususnya pada
bantuan jambat untuk masyarakat yaitu dengan terjadinya perubahan
perilaku masyarakat Desa Tole.
Praktik CSR menurut Triastity (2010) tidak saja hanya berdampak
positif bagi PT Vale, tetapi juga terbukti memberikan manfaat bagi
masyarakat Desa Tole seperti meningkatnya fasilitas umum khususnya di
bidang kesehatan seperti perbaikan pustu, perbaikan posyandu dan
pembangunan posyandu, pembuatan wc umum, juga meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, adanya perubahan perilaku
masyarakat untuk hidup lebih sehat serta meningkatnya mutu kesehatan
masyarakat.
D. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat secara
langsung dalam pelaksanaan program CSR mulai dari perencanaan hingga
pengawasan. Dimana Masyarakat Desa Tole ikut terlibat dalam proses
perencanaan CSR PT Vale hingga pada tahap pengawasan. Partisipasi
masyarakat merupakan susunan yang terdiri dari berpartisipasi dalam proses
perencanaan, berpartisipasi dalam proses pelaksanaan, dan berpartisipasi
dalam proses pengawasan.
1. Berpartisipasi dalam perencanaan
Berpartisipasi dalam pelaksanaan yaitu seseorang yang ikut terlibat dalam
suatu rancangan kegiatan yang telah dibagi tugas dan memiliki standar
operasional yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan FK sebagai berikut:
“pas pembentukan program masyarakat itu ikut serta dalam
musyawarah desa di mulai dari tingkat dusun dulu terus nanti
sampai ke desa jadi apa-apa saja yang nabutuhkan masyarakat itu
tersampaikan ke desa”(Hasil wawancara dengan FK Agustus 2020)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bapak Fikri menyatakan
bahwa masyarakat turut berpartisipasi pada saat perencanaan program
CSR yang akan dilaksanakan. Masyarakat turut serta memberikan
pendapatnya berdasarkan kebutuhan sekitarnya. Sistematika ini di mulai
dari tingkat musyawah dusun hingga tingkat desa. Sehingga segala aspirasi
masyarakat dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Hal serupa juga dikatakan oleh EL berdasarkan wawancara sebagai
berikut:
“iya masyarakat ikut serta terlibat dalam perencanaan dan
mengusulkan apa saja yang dibutuhkan khususnya dalam bidang
kesehatan terus nanti di putuskan pas musyawarah desa. Saya juga
mengusulkan apa saja yang di butuhkan di pustu pada saat itu pas
musyawarah karena kan saya yang paling tau apa saja kekurangan
di pustu” (hasil wawancara EL Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan EL yang mengatakan bahwa
Ia sebagai bidan desa beserta masyarakat ikut serta dalam perencanaan
program yang akan dilaksanakan nantinya pada musyawarah desa. Ia
sebagai bidan mengusulkan apa-apa saja yang dibutuhkan di pustu desa,
yang nantinya akan di pertimbangkan pada saat musyawarah berlangsung.
2. Berpartisipasi dalam pelaksanaan
Berpartisipasi dalam pelaksanaan merupakan bentuk keikut sertaan dalam
mendukung dan membantu secara tenaga terhadap suatu kegaiatan yang
telah dilaksanakan. berdasarkan hasil wawancara penulis dengan FK
sebagai berikut:
“Masyarakat turut serta menuangkan pikiran dalam sesi
musyawarah kemudian turut serta berswadaya untuk membantu
program ini berjalan lancar. Bentuk swadayanya bisa tenaga bisa
lahan dan lain sebagainya. Contohnya toh seperti kemarin pas
perbaikan pustu desa sama pembangunan posyandu desa.
Masyarakat sama-sama bergotong royong”(Hasil wawancara
dengan FK Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan FK Bahwa dalam
pelaksanaan program CSR masyarakat ikut serta dalam membantu
program ini berjalan serta menghibahkan tenaga ataupun lahannya untuk
membantu terlaksananya program CSR. Salah satunya seperti pada saat
perbaikan Pustu Desa Tole serta pembangunan posyandu, masyarakat
bersama-sama saling membantu dan bergotong royong.
Hal ini juga dikatakan RR ilihat dari wawancara sebagai berikut:
“peran sertanya juga masyarakat dalam program ini yaitu ikut
berswadaya, swadayanya seperti tidak perlu mi lagi di gaji ketika
membantu melaksanakan program, seperti pada saat pembuatan
jamban ada yang sukarela membantu membuat jamban sehat
keluarga ada juga yang buat sendiri ji.”
Dari hasil wawancara penulis dengan RR yang menjelaskan bahwa perat
serta masyarakat dalam pelaksanaan CSR yaitu dengan turut serta
membantu melaksanakan program CSR yang berlangsung, seperti pada
saat pembuatan jamban sehat masyarakat secara sukarela membuat jamban
sehat.
3. Berpartisipasi dalam pengawasan
Berparitisipasi dalam pengawasan merupakan bentuk peninjauan terhadap
program yang telah berlangsung jika terjadi pelanggaran atau masalah
maka yang bertindak sebagai pengawas dapat melakukan kritikan atau
evaluasi terhadap program tersebut. Berdasarkan wawancara penulis
dengan RK sebagai berikut:
“seperti sebelumnya sudah saya bilang toh masyarakat itu ikut
berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pengawasan. Juga
ikut serta dalam pemeliharaan seperti kita jaga kebersihan sekitar
rumata’, sekitarnya posyandu juga yang sering na tempati ibu-ibu
posyandu tiap bulan, juga sekitar pustu. Terus tiap hari jum’at itu
selalu ki gotong royong sama-sama di sekitar lapangan karena
pustu dan posyandu berdekatan sama lapangan.”(Hasil wawancara
dengan RK Agustus 2020)
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan RW yang
mengatakan bahwa semua masyarakat beserta pelaksana kegiatan serta
pemerintah desa itu turut serta berpartisipasi dalam mengawasi segala
program CSR yang dijalankan dan ikut serta dalam pemeliharaan program
seperti menjaga kebersihan sekitar, menjaga kebersihan sekitar posyandu
dan pustu dengan melakukan gotong royong tiap hari jum’at.
Hal ini juga di ungkapkan RR sebagaimana wawancara sebagai berikut:
“...pada pelestariannya masyarakat itu sendiri ikut serta menjaga
program ini tetap hidup dan tetap bermanfaat dan
berkesinambungan. Contoh misalnya ee menjaga posyandu dan
pustu tetap terpelihara.”(hasil wawancara RR Agustus 2020).
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan RR yang mengatakan bahwa
masyarakat turut serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana bantuan
CSR yang di berikan oleh PT Vale agar manfaatnya dapat dirasakan dalam
waktu yang lama seperti pemeliharaan pustu desa dan posyandu.
Partisipasi masyarakat Desa Tole dalam pelaksanaan CSR di bidang
kesehatan menurut Cohen dan Uphoff (2009) yaitu dengan ikut terlibat dalam
perencanaan program CSR dengan memberikan sumbangan berupa
pemikiran-pemikiran, ikut serta dalam pelaksanaan dengan menyumbangkan
tenaga ataupun lahan dalam pelaksanaan CSR di bidang kesehatan. Serta ikut
terlibat dalam pengawasan dalam kegiatan program dengan memelihara dan
menjaga kegiatan sarana prasarana yang diberikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Implementasi Kebijakan CSR PT Vale Indonesia
Tbk dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dapat dilihat melalui tiga
indikator implementasi kebijakan:
1. Dukungan organisasi pelaksana
Dukungan PT Vale dalam pelaksanaan program CSR demi mewujudkan
kesehatan masyarakat yang lebih baik sangat berperan penting dengan
pemberian asupan dana dalam pelaksanaannya. Pelaksana program CSR
merupakan orang yang kompeten dan mampu bekerja di lapangan.
Program yang dilaksanakan membutuhkan konsistensi dalam
mewujudkan masyarakat yang sehat.
2. Manfaat kebijakan
Program kebijakan CSR diperuntukkan kepada masyarakat menengah
kebawah sebagai sasaran utama program. Manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dengan adanya kebijakan CSR ini yaitu dengan terpenuhinya
kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Seperti pembangunan
posyandu, perbaikan pustu desa, pengadaan obat-obatan, pengadaan
instalasi air bersih dan lain-lain.
3. Partisipasi Masyarakat
Dalam proses program CSR masyarakat turut serta berpartisipasi mulai
dari tahap perencanaan program hingga pada tahap pengawasan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya,
maka peneliti memberikan sebagai berikut:
1. Program kebijakan pengelolaan CSR agar lebih terfokus kepada
masyarakat pemerintah Kabupaten Luwu Timur agar membentuk struktur
organisasi sebagai pengontrol dan pengawas pelaksanaan program CSR
agar lebih terukur dan tepat sasaran.
2. Pemerintah Kabupaten Luwu Timur wajib melakukan pembaharuan data
terkait masalah kesehatan yang terjadi dalam suatu daerah agar program
CSR dapat dijalankan sesuai dengan kebutuhan program wilayah atau
daerah tersebut.
3. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat menemukan penemuan-penemuan
terbaru terkait kesehatan masyarakat dan peran program kebijakan CSR
dalam menanggulalangi permasalahan tersebut. Penelitian ini juga dapat
menjadi landasan teori ataupun sebagai bahan kajian pemerintah
setempat, peneliti, pihak kesehatan atau yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
__. 2009. Kesehatan masyarakat. (online) (repository.usu.ac.id, diakses pada
tanggal 21 januari 2020.)
Anatan. Lina. 2009. CSR: tinjauan teoritis dan praktik di Indonesia. (online).
1Jurnal manajemen marantha vol.8.2.
Annual Report PT Vale Indonesia
Aprilia, WR. 2014. Pengertian kualitas hidup. (online) (repository.uin-
suska.ac.id, di akses pada tanggal 1 maret 2020)
Jamaluddin, dkk. 2017. Pengaruh CSR PT Vale Indonesia Tbk. Terhadap
kesejahteraan masyarakat. Sekitar kecamatan Nuha. (online) (jurnal
ekonomi pembangunan vol. 3 no. 2).
Khusna, Ala. 2013. Perbaikan lingkungan. (online) (repository.ump.ac.id, di akses
pada tanggal 1 maret 2020)
Kurniawan, Ahmad dkk. 2015. Analisis Penerapan CSR Dalam Upaya
Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Program Kemitraan Bank Jateng
Pada ST Bubakan. (online). (ejournal3.undip.ac.id, di akses pada tanggal 3
maret 2020)
Lenggono, P. 2017. BAB II Tahap pelaksanaan CSR. (online) (dspace.uii.ac.id, di
akses pada tanggal 4 maret 2020)
Mappisangka. Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap kesejahteraan
masyarakat. (online). jurnal ekonomi studi pembangunan vol. 1.1.
Nugraha. Bagus. 2017. Tinjauan tentang kesejahteraan sosial. (online)
(repository.unpas.ac.id, diakses pada tanggal 20 januari 2020.)
Nurbaety, Annisa dkk. (2015). Analisis implementasi Corporation Social
Responsibilty (CSR) PT. Bio Farma di Desa Sukamulya Kabupaten
Sukabumi. Jurnal Sosioteknologi, 14(2).
Pratono, Hadi. 2018. Peran SKM dalam upaya perubahan perilaku sanitasi
hygiene. (online) (fkm.um.ac.id, di akses pada tanggal 15 februari 2020)
Rasyid R. 2019 Impelementasi CORPORATE SOCIAL RESPONSBILITY(CSR)
Terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar pada PT Vale Indonesia Tbk.
(Online) (garuda.ristekdikti.go.id, diakses pada tanggal 23 juni 2020).
Siregar. 2017. Implementasi CSR terhadap pemberdayaan masyarakat,
kesejahteraan masyarakat, dan citra perusahaan PT Vale Indonesia Tbk. di
Soroako, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur. (online) (digilib.unhas.ac.id, di
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitaitif dan R&D.
Bandung:ALFABETA cv.
Sustainability Report PT Vale Indonesia Tbk 2017 h.71
Utama, A., dan Murthi, A. (2019). Analisis Hubungan Kemitraan Pemerintah
Daerah, Swasta dan Masyarakat dalam Pelaksanaan Corporation Social
Responsibilty (CSR) PT. Vale Indonesia Bidang Pendidikan Dan
Kesehatan Kabupaten Luwu Timur. GOVERNMENT:Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 10(2): 115-127.
Yunika. A. 2014. Konsep kesejahteraan.(online) (repository.uin-suska.ac.id,
diakses pada tanggal 20 januari 2020).
Sumber Lain:
www.vale.com
lutimkab.go.id
L
A
M
P
I
R
A
N
Wawancara dengan masyarakat penerima
bantuan
Wawancara dengan pengelola program CSR (Komite Desa)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
FILDAYANI, di lahirkan di Kabupaten Luwu Timur
tepatnya di Desa Pekaloa Kecamatan Towuti pada
hari Rabu 03 Juni 1998. Anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Talha Malaka dan Erni.T.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 267
Lampesue pada tahun 2010. Pada tahun itu juga
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya di SMP Negeri 3 Towuti tamat pada
tahun 2013, kemudian melanjutkan sekolah mengengah atas di SMA Negeri 1
Malili pada tahun 2016. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya yaitu ke Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan. Pada
tahun 2020 ini akan mengantarkan penulis meraih gelar Strata Satu (S1) dalam
karya ilmiah dengan judul “Implementasi Corporation Social Responsibilty PT
Vale Indonesia Tbk dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Desa Tole
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur”.