bab ii tinjauan pustaka 1. pengertian perbankaneprints.umm.ac.id/47202/3/bab ii.pdf2) sistem...
TRANSCRIPT
-
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Perbankan
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, menjelaskan bahwa :
a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
b. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Bank juga merupakan lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana kepada masyarakat, serta memberikan fasilitas pelayanan
jasa perbankan lainnya.23 Guna memahami lebih spesifik mengenai
bank, terdapat beberapa definisi bank yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya :24
23 Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 2.
24 Malayu S.P. Hasibuan. 2004. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 1-2.
-
20
a. Pierson
Bank adalah badan usaha yang hanya menerima kredit dan tidak
memberikan kredit, sehingga bank disini dalam melaksanakan
kegiatan usahanya bersifat “pasif” yaitu hanya sebagai tempat
untuk menitipkan uang.
b. Prof. G.M Verryn Stuart
Bank adalah badan usaha yang memberikan kredit, mengeluarkan
uang kertas dan logam, sehingga bank disini melakukan kegiatan
usahanya bersifat “aktif dan pasif” yaitu mengumpulkan dana dari
masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit)
dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan
dana (defisit spending unit).
c. Dr. B.N Ajuha
Bank adalah badan usaha yang digunakan sebagai tempat untuk
menginvestasikan tabungan secara aman dengan tingkat bunga
yang menarik yang diberikan kepada masyarakat.
d. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Bank adalah lembaga keuangan yang menciptakan uang,
mengumpulkan dana, menyalurkan kredit, melaksanakan lalu lintas
pembayaran di sektor perbankan, sebagai stabilisator, dan
dinamisator dalam pertumbuhan ekonomi.
-
21
2. Fungsi Perbankan
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, menjelaskan bahwa :
“Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat.”
Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
penyimpan dana, penyalur dana, dan memberikan pelayanan jasa
perbankan lainnya.25 Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya
mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu :26
a. Menghimpun Dana dari Masyarakat
Masyarakat dalam melakukan kegiatan di bidang keuangan
mempercayai bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan
dananya dalam bentuk simpanan dan sebagai tempat untuk
melakukan investasi di sektor perbankan.
b. Menyalurkan Dana kepada Masyarakat
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bank adalah menyalurkan
dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana, disamping
menghasilkan keuntungan bagi bank yang akan memperoleh
pendapatan dari penyaluran dana dari masyarakat, juga untuk
25 Ismail. 2011. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Hal. 4.
26 Ibid. Hal. 4-6.
-
22
memanfaatkan dana yang idle (idle fund), artinya dana tersebut
tidak boleh dibiarkan mengendap dan harus segera disalurkan
kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
c. Memberikan Pelayanan Jasa Perbankan
Bank memberikan pelayanan jasa-jasa perbankan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam menjalankan kegiatan di sektor
perbankan, seperti pengiriman uang, pemindahbukuan, penagihan
surat-surat berharga, kliring, letter of credit, dan penagihan sebagai
kegiatan pendukung yang disediakan oleh bank kepada
masyarakat.
3. Jenis-Jenis Layanan Perbankan
Layanan jasa perbankan yang disediakan oleh bank kepada
nasabah untuk melakukan kegiatan transaksi di sektor perbankan,
diataranya sebagi berikut :
a. Tabungan
Jenis simpanan yang diperlukan oleh nasabah untuk menyimpan
dananya dan penarikan dananya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang telah disepakati dan dana tersebut tidak dapat
diambil dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat
pembayarannya sejenisnya.27
27 Ismail. Op.cit. Hal 67.
-
23
b. Deposito
Dana nasabah yang penarikannya dilakukan sesuai dengan
perjanjian antara bank dan nasabah berdasarkan jangka waktu yang
telah disepakati, sehingga jangka waktu penarikan dana deposito
berjangka jelas dan diangap sebagai dana semi stabil, serta semakin
lama jangka waktu deposito berjangka akan semain besar tingkat
suku bunga yang didapatkan oleh nasabah.28
c. Kredit
Penyaluran dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana selaku
pemberi pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana selaku
peminjam, sehingga di dalam kesepatakan kredit yang dilakukan
oleh kedua belah pihak, peminjam mempunyai kewajiban untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu pada saat jatuh
tempo dengan pemberian bunga.29
d. Kiriman Uang (Transfer)
Bentuk pelayanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah
berupa pengiriman uang antar bank yang dikehendaki oleh nasabah
selaku penyimpan dana kepada pihak lain melalui jasa pengiriman
yang disediakan oleh bank, serta lama pengiriman tergantung pada
sarana yang digunakan untuk mengirim dana dari nasabah.
28 Ibid. Hal. 79. 29 Ibid. Hal. 93.
-
24
e. Kliring (Clearing)
Jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan menyerahkan
warkat kliring seperti cek, bilyet giro, wesel bank, dan alat
pembayaran sejenisnya yang nantinya akan dikliringkan melalui
lembaga kliring, sehingga perhitungan utang piutang dapat
dilakukan dengan mudah, efisien, dan aman.
f. Inkaso (Collection)
Jasa penyelesaian untuk menagihkan warkat yang berasal dari luar
kota maupun warkat yang berasal dari luar negeri, serta jangka
waktu penagihan warkat dan besarnya biaya tagih nantinya akan
dibebankan kepada nasabah, tergantung pada kebijakan bank yang
bersangkutan.30
g. Elektronik Banking
Eletronik banking merupakan layanan jasa perbankan yang
memungkinkan nasabah untuk mendapatkan informasi, melakukan
komunikasi, dan melakukan transaksi melalui media elektronik.
Adapun beberapa produk layanan elektronik banking, yakni :
1) Automatic Teller Machine (ATM)
Transaksi perbankan melalui mesin elektronik yang melayani
nasabah untuk menarikuang dan melakukan transaksi lainnya
tanpa dilayani oleh teller bank.31
30 Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal. 148-153. 31 Ensiklopedia Bebas. 2018. Automatic Teller Machine. http://www.wikipedia.org.
Diakses tanggal 22 April 2018.
http://www.wikipedia.org/
-
25
2) Electronic Data Capture (EDC)
Transaksi perbankan melalui mesin elektronik untuk
memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi pembayaran
yang penggunaanya dengan cara menggesek ATM, kartu debit,
dan kartu kredit pada mesin EDC.32
3) Internet Banking
Transaksi perbankan melalui komputer dan sarana elektronik
lainnya yang terhubung pada jaringan internet bank dengan
mengakses website resmi milik bank.
4) Mobile Banking (M-Banking)
Layanan jasa perbankan yang diakses secara langsung melalu
telepon seluler/ handphone android/ GSM (Global for Mobile
Communication).
5) Phone Banking
Layanan jasa perbankan yang digunakan untuk mempermudah
nasabah dalam mendapatkan informasi perbankan dan
melalukan transaksi non cash melalui telepon seluler/
handphone.
32 Aziz Mulyana. 2018. Electronic Data Capture. http://www.infoperbankan.com.
Diakses tanggal 8 Oktober 2018.
http://www.infoperbankan.com/
-
26
6) SMS Banking
Layanan informasi perbankan yang diakses secara langsung
melalui telepon seluler/ handphone dengan menggunakan
media SMS (Short Message Service).33
B. Tinjauan Umum Tentang Internet Banking
1. Pengertian Internet Banking
Penjelasan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/18/DPNP/2004 Tentang Penerapan Manajemen Risiko pada
Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking)
pada bagian umum nomor 1, menjelaskan bahwa :
“Internet Banking adalah salah pelayanan jasa bank yang
memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan
melalui jaringan internet, sehingga pendirian dan kegiatan
Internet Only Bank tidak diperkenankan.”
Internet banking adalah layanan jasa perbankan yang
menggunakan cara baru untuk melakukan transaksi di sektor
perbankan dengan menggunakan jaringan internet guna memudahkan
nasabah dalam berinteraksi dengan bank, dimana pun dan kapan pun
dengan mudah, serta aman digunakan oleh nasabah.34 Internet banking
merupakan salah satu jenis layanan baru yang disediakan oleh bank
sebagai saluran perpanjangan jarak jauh yang digunakan bank untuk
33 Bank Indonesia. 2013. Produk Jasa Perbankan. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal
22 April 2018. 34 Bank Rakyat Indonesia. 2015. Bantuan: Internet Banking. http://www.ib.bri.co.id.
Diakses tanggal 26 juli 2018.
http://www.bi.go.id/http://www.ib.bri.co.id/
-
27
mengantarkan jasa-jasa perbankan kepada nasabah dalam hal
pembayaran elektronik yang memungkinkan nasabah untuk menerima
dan melakukan pembayaran melalui internet banking, sehingga
memudahkan nasabah dalam bertransaksi di sektor perbankan.35
2. Kelebihan dan Kekurangan Internet Banking
a. Kelebihan Internet Banking
Terdapat beberapa kelebihan dalam penggunaan layanan
internet banking, yaitu sebagai berikut :36
1) Aman
Internet banking milik PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. mempunyai sistem pengamanan yang canggih dan sesuai
dengan standar internasional, sehingga akan memberikan
keamanan bagi nasabah pada saat melakukan kegiatan di sektor
perbankan dengan menggunakan layanan internet banking.
2) Mudah
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. merancang fasilitas
layanan internet banking dengan mudah, terlebih memberikan
petunjuk langkah demi langkah dalam menggunakan layanan
internet banking agar dapat dimengerti oleh nasabah.
35 Muhammad Fadhli dan Rudy Fachruddin. 2016. Pengaruh Persepsi Nasabah Atas
Risiko, Kepercayaan, Manfaat, dan Kemudahan Penggunaan Layanan Internet Banking. Jurnal
Ekonomi Akutansi Jimeka. Vol. 1. No. 2. 36 Bank Rakyat Indonesia. 2015. Bantuan: Keuntungan Internet Banking.
http://www.ib.bri.co.id. Diakses tanggal 14 Agustus 2018.
http://www.ib.bri.co.id/
-
28
3) Akses tidak terbatas
Nasabah dalam berinteraksi dengan bank untuk mengetahui
saldo rekening dan melakukan kegiatan transaksi di sektor
perbankan selama 24 jam perhari, 7 hari seminggu tanpa
terbatas tempat dan waktu.
4) Hemat waktu dan biaya
Nasabah tidak perlu mendatangani kantor bank untuk
melakukan kegiatan atau transaksi perbankan lainnya.
b. Kekurangan Internet Banking
Selain memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan
bagi nasabah, layanan internet banking juga memiliki bebrapa
kekurangan dalam penggunaan layanannya, yakni :37
1) Kejahatan cyber yang dilakukan oleh hacker
Kejahatan melalui internet dengan berbagai teknik peretasan
pada sistem layanan internet banking untuk mendapatkan
informasi nasabah guna mendapatkan keuntungan bagi pelaku
peretasan yang mengakibatkan kerugian secara financial yang
dialami oleh nasabah.
2) Sistem keamanan yang kurang baik terhadap serangan virus
Perangkat komputer dan sarana elektronik lainnya harus
ditamanmkan antivirus dan antimalware agar penggunaan
layanan internet banking terjamin keamanannya dan terhindar
37 Cermati. 2018. Internet Banking: Fitur, Kelebihan, dan Kekurangannya.
http://www.cermati.com. Diakses tanggal 14 Agustus.
http://www.cermati.com/
-
29
dari kejahatan melalui internet yang nantinya berdampak pada
kerugian yang dialami oleh nasabah saat menggunakan layanan
internet banking.
3. Jenis-Jenis Layanan Internet Banking
Adapun beberapa jenis layanan yang ditawarkan dari internet
banking, yaitu sebagai berikut :38
a. Komputer Banking
Layanan bank yang diakses oleh nasabah melalui koneksi internet
ke pusat data bank untuk melakukan beberapa transaksi di sektor
perbankan, seperti menerima dan membayar tagihan.
b. Direct Payment (also electronic bill payment)
Bentuk pembayaran tagihan yang mengizinkan nasabah untuk
membayar tagihan melalui transfer dana secara elektronik, yang
mana nasabah harus menginisiasi setiap transaksi pembayaran
langsung (direct payment).
c. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)
Bentuk pembayaran tagihan yang diinformasikan oleh bank kepada
nasabah secara online melalui e-mail atau catatan rekening bank,
setelah penyampaian tagihan nasabah diperbolehkan membayar
tagihan secara online, tetapi pembayaran secara elektronik tersebut
akan mengurangi saldo simpanan dari nasabah.
38 Wahyu Hidayat. 2010. Dikutip dari: Yulianto. “Pelaksanaan Transfer antar Rekening
Bank yang Sama Melalui Layanan Internet Banking”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Muhammadiyah. Malang.
-
30
d. Electronic Fund Transfer (EFT)
Transaksi perbankan melalui media elektronik berupa perpindahan
uang atau pinjaman dari satu rekening bank ke rekening bank
lainnya (transfer antar bank).
e. Preauthorized Debit or Automatic Bill Payment
Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk
mengotorisasi pembayaran rutin secara otomatis yang diambil
melalui rekening nasabah untuk melakukan pembayaran dengan
jumlah tertentu yang di transfer dari rekening nasabah ke rekening
kreditur (pembayaran listrik ke PLN, pembayaran tagihan telepon
ke PT. Telkom).
4. Kendala-Kendala Dalam Penggunaan Internet Banking
Permasalahan yang terjadi dalam penggunaan layanan internet
banking mengakibatkan layanan internet banking tidak dapat
digunakan dengan maksimal oleh nasabah. Permasalahan dalam
penggunaan layanan internet banking, diantaranya :
a. Gangguan Sistem (Error System)
Terdapat beberapa penyebab terganggunya penggunaan
layanan internet banking yang mengakibatkan layanan tersebut
mengalami gangguan sistem (error system), yaitu :
1) Koneksi Jaringan Internet
Penggunaan layanan internet banking memanfaatkan jaringan
internet untuk mengakses dan menggunakan layanannya.
-
31
Apabila jaringan internet terganggu, maka layanan internet
banking akan mengalami gangguan yang berakibat pada
penggunaan layanan internet banking yang tidak maksimal.
2) Pemelihaan Sistem (Maintenance System)
Bank sering melakukan pemeliharaan sistem pada layanan jasa
perbankan seperti layanan internet banking untuk sementara
waktu tidak bisa digunakan oleh nasabah dalam melakukan
transaksi online antar bank dan transaksi lainnya, serta
pemeliharaan sistem yang dilakukan oleh bank digunakan
untuk meningkatkan kualitas layanan pada bank.39
b. Serangan Virus
Terdapat beberapa serangan virus terhadap penggunaan
layanan internet banking, yakni :40
1) Phising
Tindakan memancing nasabah melalui media komputer dengan
mengirimkan pesan palsu melalui e-mail, website, SMS ataupun
media elektronik lainnya yang digunakan untuk
memberitahukan mengenai informasi rahasia dari nasabah.
2) Man/ Malware in the Browser (MIB)
Teknik pembobolan rekening milik nasabah dengan
memasukkan software jahat (malware) ke dalam browser
39 Bank Rakyat Indonesia. 2015. Pemeliharaan Sistem Layanan BRI.
http://www.bri.co.id. Diakses tanggal 19 Juli 2018. 40 Otoritas Jasa Keungan. 2015. Bijak Ber-EBanking. http://www.ojk.go.id. Diakses
tanggal 19 Juli 2018.
http://www.bri.co.id/http://www.ojk.go.id/
-
32
nasabah untuk mencari user ID dan password nasabah, serta
mengambil alih koneksi nasabah ke bank, kemudian
memindahkan rekening milik nasabah ke rekening milik
pelaku.
3) Typoside
Membuat halaman website yang mirip dengan halaman website
resmi milik bank untuk menjebak nasabah agar memasukkan
user ID dan password guna mendapatkan data rahasia dari
nasabah.
4) Keylogging (Keylogger)
Perangkat yang dipasang keyboard komputer dan CPU yang
digunakan pelaku untuk merekam segala sesuatu yang ditulis
oleh nasabah guna mendapatkan user ID dan password
nasabah.
5. Risiko Dalam Penggunaan Internet Banking.
Disamping layanan internet banking memberikan kemudahan
dalam melakukan kegiatan transaksi di sektor perbankan, layanan
internet banking juga memiliki beberapa risiko yang melekat dalam
penggunaan layanan internet banking, diantaranya :41
41 Krisna Satria. 2007. “Kajian Yuridis Sosiologis Penerapan Fasilitas Internet Banking
Dalam Transaksi Pembayaran Perbankan”. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah.
Malang.
-
33
a. Risko Kredit (Credit Risk)
Risiko yang berdampak terhadap pendapatan dan modal bank yang
timbul dari adanya kegagalan obligator untuk menyepakati setiap
kontrak yang dilakukan dengan bank.
b. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko yang berdampak terhadap pendapatan dan modal bank yang
timbul dari adanya pergerakan suku bunga.
c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi
kebutuhan likuiditasnya.
d. Risiko Transaksi (Transaction Risk)
Risiko yang berdampak terhadap pendapatan dan modal bank yang
mengakibatkan adanya praktek penipuan, kesalahan, serta
ketidakmampuan bank untuk menyerahkan produk dan jasa kepada
nasabah.
e. Risiko Komplain (ComplainRisk)
Risiko yang berdampak terhadap pendapatan dan modal bank
akibat adanya pelanggaran hukum, regulasi, dan standar etik yang
dapat mempengaruhi reputasi, pengurangan penjualan, dan
pembatasan terhadap kesempatan bisnis.
f. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Risiko yang berdampak terhadap pendapatan dan modal bank
akibat adanya pendapat negatif dari masyarakat, sehingga
-
34
membuka kemungkinan terjadinya persengketaan di lembaga
pengadilan, serta kemunduran nasabah dari bank.
6. Tinjauan Yuridis Tentang Penggunaan Layanan Internet Banking
a. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
Perlindungan terhadap nasabah, berkaitan erat dengan hak
dan kewajiban dari pihak-pihak yang bersangkutan yaitu bank
dengan nasabah, dalam penggunaan layanan internet banking. Hak
dan kewajiban nasabah selaku konsumen jasa keuangan yang
menggunakan layanan internet banking, termuat dalam Pasal 4 dan
5, menjelaskan bahwa :
Pasal 4 berbunyi :
“Hak konsumen adalah :
1) Hak atas kenyamanan, kemananan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/ atau jasa.
2) Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa.
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang dipergunakan.
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
-
35
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila barang dan/ atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.”
Pasal 5 berbunyi :
“Kewajiban konsumen adalah :
1) Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan petunjuk pemakaian atau pemanfaatan barang dan/ atau
jasa, demi kemanan dan keselamatan.
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. 4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.”
Dijelaskan pula mengenai hak dan kewajiban bank selaku
pelaku usaha jasa keuangan yang menyediakan layanan internet
banking kepada nasabah yang termuat pada Pasal 6 dan 7,
menjelaskan bahwa :
Pasal 6 berbunyi :
“Hak pelaku usaha adalah :
1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepatakan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
dan/ atau jasa yang diperdagangkan.
2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beritikad baik.
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan
oleh barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan.
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.”
-
36
Pasal 7 berbunyi :
“Kewajiban pelaku usaha adalah :
1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan.
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak dikriminatif.
4) Menjamin mutu barang dan/ atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu barang dan/ atau jasa yang berlaku.
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/ atau mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta
memberikan jaminan dan/ atau garansi atas barang yang
dibuat dan/ atau diperdagangkan.
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang
diperdagangkan.
7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.”
Berkaitan dengan tanggung jawab bank sebagai penyedia
layanan internet banking akibat kerugian yang dialami oleh
nasabah dalam penggunaan layanan internet banking, termuat
dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2), yang menjelaskan bahwa :
1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/ atau kerugian
konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/ atau jasa
yang dihasilkan atau diperdagangkan.
2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggatian barang dan/
atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/ atau pemberian santunan
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
-
37
b. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
Bank sebagai penyedia layanan internet banking kepada
nasabah wajib memberikan informasi-informasi terkait dengan
penggunaan layanan internet banking yang digunakan oleh nasabah
termasuk risiko yang timbul dari penggunaan layanan internet
banking. Hal terserbut terdapat dalam Pasal 29 ayat (4),
menjelaskan bahwa :
“Demi kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang
dilakukan melalui bank.”
Bank sebagai badan usaha yang tugas utamnya
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarat memiliki kewajiban untuk menjamin dana dari nasabah
yang dipercayakan kepada bank dari risiko yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi nasabah dalam penggunaan layanan
jasa perbankan seperti layanan internet banking. Terdapat dalam
Pasal 37 B ayat (1), menjelaskan bahwa :
“Setiap bank wajib menjamin dana dari masyarakat yang
disimpan pada bank yang bersangkutan.”
-
38
c. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Terhadap pelaksanaan dan pemanfaat teknologi informasi
elektronik seperti layanan internet banking, maka pihak
penyelenggara transaksi elektronik yaitu bank memupunyai
kewajiban untuk menyediakan kelengkapan informasi terkait
dengan penggunaan layanan yang disediakan. Hal tersebut termuat
dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, menjelaskan bahwa :
“Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem
Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan
benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan
produk yang ditawarkan.”
Dalam hal tanggung jawab penyelenggara transaksi
elektronik yaitu bank terhadap penggunaan layanan elektronik
seperti layanan internet banking yang berpotensi menimbulkan
kerugian bagi pengguna layanan elektronik yaitu nasabah, terdapat
pada Pasal 21 ayat (2) huruf c, Pasal 21 ayat (3) dan (4) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, menjelaskan bahwa :
1) Jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik
menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen
Elektronik.
2) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agrn Elektronik akibat tindakan pihak
ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik,
segala akibat hukum menjadi tanggung jawab
penyelenggara Agen Elektronik.
-
39
3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen Elektronik akibat kelalaian pihak
pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi
tanggung jawab pengguna jasa layanan.
d. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005
Tentang Transparansi Produk Bank dan Penggunaan Data Nasabah
Pada Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah, menjelaskan bahwa :
1) Bank wajib menyediakan informasi tertulis dalam bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai
karakteristik setiap produk bank.
2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada nasabah secara tertulis dan/ atau
lisan.
3) Dalam memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), bank dilarang memberikan
informasi yang menyesatkan (mislead) dan/ atau tidak
etis (misconduct).
Dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/6/PBI/2005 Tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah, menjelaskan bahwa :
“Informasi mengenai karakteristik produk bank
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 sekurang-kurangnya
meliputi :
1) Nama produk bank 2) Jenis produk bank 3) Manfaat dan risiko yang melekat pada produk bank 4) Persyaratan dan tata cara penggunaan produk bank 5) Biaya-biaya yang melekat pada produk bank 6) Perhitungan bunga atau bagi hasil dan margin
keuntungan
7) Jangka waktu berlakunya produk bank 8) Penertbit (issuer/ originator) produk bank”
-
40
e. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah
Dalam hal pengaduan yang dilakukan oleh nasabah
terhadap penggunaan layanan jasa perbankan seperti layanan
internet banking, terdapat pada Pasal 6, menjelaskan bahwa :
1) Bank wajib menerima setiap Pengaduan yang diajukan oleh Nasabah dan atau Perwakilan Nasabah yang terkait
dengan Transaksi Keuangan yang dilakukan oleh
Nasabah.
2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara tertulis dan atau lisan.
3) Dalam hal Pengaduan dilakukan secara tertulis, maka Pengaduan tersebut wajib dilengkapi fotokopi identitas
dan dokumen pendukung lainnya (4) Pengaduan yang
dilakukan secara lisan wajib diselesaikan dalam waktu
2 (dua) hari kerja.
Dalam penyelesaian pengaduan nasabah, Bank
berkewajiban menyelesaikan masalah pengaduan yang diajukan
oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang berlaku yang sesuai
dalam Pasal 10, menjelaskan bahwa :
“Bank wajib menyelesaikan Pengaduan paling lambat 20
(dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan
Pengaduan tertulis.”
-
41
f. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan
Dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan, menjelaskan bahwa :
1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk
dan/atau layanan yang akurat, jujur, jelas, dan tidak
menyesatkan.
2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen atau sarana lain yang dapat
digunakan sebagai alat bukti.
3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib : a) Disampaikan pada saat memberikan penjelasan
kepada Konsumen mengenai hak dan kewajibannya.
b) Disampaikan pada saat membuat perjanjian dengan Konsumen.
c) Dimuat pada saat disampaikan melalui berbagai media antara lain melalui iklan di media cetak atau
elektronik.
Dalam penggunaan layanan jasa perbankan seperti
layanan internet banking yang digunakan oleh nasabah, maka
bank memiliki kewajiban untuk menjaga kepentingan nasabah
di sektor perbankan. hal tersebut termuat dalam Pasal 25
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013
Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan,
menjelaskan bahwa :
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menjaga keamanan
simpanan, dana, atau aset Konsumen yang berada
dalam tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan.”
-
42
Dalam hal kerugian yang timbul pada saat
menggunakan layanan jasa perbankan seperti layanan internet
banking, maka bank berkewajiban untuk melakukan
penggantian kerugian kepada nasabah. Pada Pasal 29 Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, menjelaskan
bahwa :
“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab
atas kerugian Konsumen yang timbul akibat kesalahan
dan/atau kelalaian, pengurus, pegawai Pelaku Usaha
Jasa Keuangan dan/atau pihak ketiga yang bekerja
untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.”
g. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/18/DPNP/2004 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Pada
Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking)
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/18/DPNP/2004 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Pasa
Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet Banking)
pada bagian Pedoman Manajemen Risiko, menjelaskan bahwa :
1) Bank yang menyelenggarakan internet banking wajib menerapkan manajemen risiko pada aktivitas internet
banking secara efektif, yang meliputi :
a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi. b) Sistem pengamanan (security control). c) Manajemen risiko, khususnya risiko hukum dan
risiko reputasi.
2) Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam angka 1 wajib dituangkan dalam suatu kebijakan,
prosedur dan pedoman tertulis, dengan mengacu pada
-
43
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas
Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet (Internet
Banking), yang merupakan lampiran dan bagian yang
tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. Pedoman
penerapan manajemen risiko internet banking tersebut
merupakan bagian dari Pedoman Penerapan Manajemen
Risiko Bank secara keseluruhan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum.
C. Tinjauan Umum Tentang Jaringan Internet
1. Pengertian Jaringan Internet
Jaringan internet adalah sebuah jaringan yang berkaitan dengan
suatu lingkup umum atau global untuk memfasilitasi sebuah
komunikasi layanan file atau data yang bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan tekhnologi dunia tanpa batasan, serta jaringan internet
merupakan jaringan komputer terbesar yang sering diistilahkan bahwa
jaringan internet yaitu network on network artinya jaringan internet
berkedudukan diatas jaringan komputer.42 Jaringan internet
memberikan manfaat dalam hal mempermudah dalam penyampaian
informasi dan memudahkan penyimpanan data atau file pada komputer
lain yang berada jauh dari lokasi komputer seseorang.
42 Adzikra Ibrahim. 2015. Pengertian Jaringan Internet.
http://www.pengertiandefinisi.com. Diakses tanggal 6 Oktober 2018.
http://www.pengertiandefinisi.com/
-
44
2. Jenis-Jenis Jaringan Internet
Kemajuan teknologi membuat semakin banyak penggunaan
layanan internet yang ada di Indonesia, mulai dari layanan internet
berbasis kabel ataupun layanan internet berbasis nirkabel. Terdapat dua
jenis jaringan internet, diantaranya sebagai berikut :
a. Jaringan Internet Berkabel (Wired Network)
Jaringan yang menghubungkan antara satu jaringan dengan
jaringan lainnya dengan menggunakan kabel jaringan yang
berfungsi untuk mengirimkan informasi. Ada tiga jenis jaringan
internet berkabel, yaitu :
1) Dial Up
Koneksi yang menggunakan kabel telepon yang terhubung
dengan komputer melalui modem yang digunakan untuk
melakukan pemanggilan telepon (dial up) kepada pihak
penyelenggara jasa internet untuk mengakses internet.
2) Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Koneksi yang menggunakan saluran telepon yang telah
terpasang perangkat ADSL dan saluran telepon masih tetap
bisa digunakan walaupun koneksi internet sedang berjalan,
serta dalam ADSL jarak sangat mempengaruhi kecepatan
internet.
-
45
3) Cable
Koneksi yang menggunakan kabel TV untuk mendapatkan
koneksi internet dan tidak mengganggu saluran telepon
dikarenakan memiliki kabel tersendiri, sehingga setiap saat
koneksi internet selalu tersambung.43
b. Jaringan Internet Nonkabel/ Nirkabel (Wireless Network)
Jaringan yang menggunakan medium gelombang elektromagnetik
yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal informasi dari saru
jaringan ke jaringan lainnya tanpa menggunakan kabel jaringan.
Ada tiga jenis jaringan internet nonkabel/ nirkabel, yakni :
1) Hotspot
Jaringan Wireless LAN yang tersedia di tempat-tempat umum
dengan biaya yang murah, tetapi koneksi jaringan internet
tergantung pada cuaca dan tidak dapat stabil jika digunakan di
tempat tertutup.
2) Global System for Communication (GSM)
Teknologi yang memiliki kecepatan sinyal maksimum dan
dapat mengakses internet dengan cepat, tetapi kecepatannya
tergantung pada kualitas sinyal dan berpengaruh pada tempat
penggunaan teknologi GSM.
43 Yohan Jati Waloeya. 2012. Computer Networking. Yogyakarta: Andi Ofset. Hal. 45-47.
-
46
3) Code Division Multiple Access (CDMA)
Teknologi yang menggunakan spectrum pita lebar untuk
transmisi data dan memanfaatkan kode sebagai pembeda untuk
masing-masing link komunikasi.44
D. Tinjauan Umum Tentang Kerugian
1. Pengertian Kerugian
Kerugian adalah suatu keadaan yang mengakibatkan
berkurangnya harta kekayaan dari seseorang (pihak yang dirugikan)
yang disebabkan oleh perbuatan, baik melakukan atau membiarkan
yang melanggar norma oleh seseorang (pihak yang menimbulkan
kerugian) yang ditimbulkan dari adanya suatu perikatan, baik mellaui
perjanjian atau melalui undang-undang, dimaan dalam terjadinya
kerugian terdapat unsur-unsur kerugian, sebagai berikut :45
a. Kerugian yang nyata diderita (damnum emergens), meliputi biaya
dan rugi.
b. Keutungan yang tidak peroleh (lucrum cessans), meliputi bunga.
2. Jenis-Jenis Kerugian
Dalam hukum kerugian dibedakan menjadi dua klasifikasi,
yaitu sebagai berikut :46
44 Ibid. Hal. 47-49. 45 Tjoanda. 2010. Wujud Ganti Rugi Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Jurnal Hukum Sasi. Vol. 16. No. 4. 46 Bimo Prasetyo. 2011. Dimana Pengaturan Kerugian Konsekuensial dalam Hukum
Indonesia. http://www.hukumonline.com. Diakses tanggal 24 Juli 2018.
http://www.hukumonline.com/
-
47
a. Kerugian Materiil
Kerugian yang terjadi (nyata ada) yang telah diderita oleh
seseorang/ pihak yang dirugikan.
b. Kerugian Immateriil
Kerugian atas manfaat yang akan diterima oleh seseorang/ pihak
yang dirugikan atau kerugian atas hilangnya keuntungan yang
diterima oleh seseorang/ pihak yang dirugikan di kemudian hari.
E. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Nasabah Bank
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Secara umum perlindungan hukum merupakan perlindungan
mengenai harkat dan martabat, serta pengakuan hak-hak yang dimiliki
oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum untuk melindungi
dari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan hukum.47
Terdapat beberapa definisi menurut para ahli terkait dengan
perlindungan hukum, diantaranya :48
a. Sajipto Raharjo
Perlindungan hukum adalah pemberian pengayoman terhadap hak
asas manusia yang dirugikan oleh orang lain agar seseorang dapat
menikmati hak-hak yang diberikan oleh hukum.
47 Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.
Hal. 1-2. 48 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1998. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Sinar Bakti. Hal. 98.
-
48
b. Philipus M. Hadjon
Perlindungan hukum adalah pemberian perlindungan terhadap
harkat dan martabat, serta pengakuan atas hak asasi manusia
seseorang berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku.
c. CST Kansil
Perlindungan hukum adalah suatu upaya yang diberikan oleh
aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman kepada
seseorang terhadap gangguan dan ancaman dari pihak manapun.
Dalam kegiatan di sektor perbankan, bank dapat dikatakan
sebagai pelaku usaha di bidang jasa keuangan dan nasabah dapat
dikatakan sebagai konsumen di bidang jasa keuangan, sehingga
perlindungan yang diberikan kepada nasabah berkaitan dengan
perlindungan yang diberikan kepada konsumen yang menggunakan
barang dan jasa yang dihadirkan oleh pelaku usaha.
Dalam Pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan, menjelaskan bahwa :
a. Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasehat Investasi,
Bank Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
Gadai, dan Perusahaan Penjaminan, baik yang
melaksanakan usahanya secara konvensional maupun
secara syariah.
b. Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/ atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di
Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada
-
49
Perbankan, pemodal di Pasal Modal, pemegang polis di
Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
c. Perlindungan Konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan perilaku Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, menjelaskan bahwa :
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepatian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen.”
Berkaitan dengan nasabah selaku konsumen yang
menggunakan layanan jasa perbankan, disini hukum memberikan
perlindungan terhadap hak-hak dan kepentingan nasabah sebagai
pengguna layanan jasa perbankan yang disediakan oleh pihak bank.
Perlindungan terhadap konsumen digunakan sebagai suatu istilah
untuk menggambarkan mengenai perlindungan hukum yang yang
diberikan kepada konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan
menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen.49
Berkaitan dengan undang-undnag perlindungan konsumen, maka
perlindungan terhadap konsumen dilakukan untuk :50
a. Menciptakan keterbukaan informasi dan menjamin adanya
kepastian hukum bagi konsumen.
b. Melindungi kepentingan konsumen dan pelaku usaha.
49 Zulham. 2013. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Hal. 21. 50 Ibid. Hal. 22.
-
50
c. Meningkatkan kualitas dari barang dan jasa yang diberikan
kepada konsumen.
d. Menghindarkan konsumen dari praktik usaha yang menipu
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian bagi
konsumen.
e. Menggabungkan mengenai penyelenggaraan,
pengembangan, dan pengaturan terhadap perlindungan
kepada konsumen dengan pengaturan pada bidang-bidang
lainnya.
2. Jenis-Jenis Perlindungan Hukum
Dalam bidang ilmu hukum, perlindungan hukum dibagi
menjadi dua, diantaranya sebagai berikut :51
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan hukum preventif merupakan upaya yang dilakukan
dalam pencegahan terhadap ancaman dan melindungi keselamatan
seseorang melalui perundang-undangan dan peraturan-peraturan
terkait dengan perlindungan terhadap seseorang yang dilaksanakan
sebagai landasan hukum untuk memberikan perlindungan bagi
seseorang, sekelompok orang, masyarakat, dan sekelompok
masyarakat dari suatu keadaan yang tidak diinginkan.
51 Tami Rusli. 2010. Perlindungan Hukum Konsumen (Nasabah) Elektronic Banking
Melalui Anjungan Tunai Mandiri. Jurnal Ilmu Hukum Pranata Hukum. Vol. 5. No. 2.
-
51
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan upaya penanggulangan
(penyelesaian sengketa) terhadap keselamatan seseorang yang
mana pelaksanaan keamanan dan keselamatan tersebut sebagai
landasan hukum pelaksana yang menanggulangi dan memberikan
perlindungan terhadap seseorang, sekelompok orang, masyarakat,
dan sekelompok masyarakat dari suatu keadaan yang tidak
diinginkan.
3. Hubungan Bank Dengan Nasabah
Hubungan hukum merupakan hubungan anatar dua atau lebih
subyek hukum, dimana hubungan ini menimbulkan hak dan kewajiban
anatar lain pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban dari
pihak lain yang dalamm hubungan tersebut memiliki tiga unsur
pendukung, diantaranya :52
a. Adanya hak dan kewajiban
b. Adanya objek yang berlaku
c. Adanya hubungan terhadap objek yang bersangkutan
Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur
yang paling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya
dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan kualitas bank apabila
nasabah percaya untuk menempatkan dananya pada layanan jasa
perbankan yang disediakan oleh bank.
52 Sovia Hasanah. 2018. Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum.
http://www.hukumonline.com. Diakses tanggal 2 Agustus 2018.
http://www.hukumonline.com/
-
52
Hubungan kontraktual antara bank dangn nasabah memiliki
tingkatan dari pemberlakuan hubungannya, sebagai berikut :53
a. Sebagai hubungan anatar bank (debitur) dan nasabah (kreditur)
selaku pihak penyimpan dana.
b. Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang tidak hanya sebatas
antara keditur dan debitur.
c. Sebagai hubungan implied contract, berarti hubungan kontrak yang
tersirat, yaitu suatu hubungan yang berkekuatan hukum yang
timbul secara langsung antara pihak-pihak yang melakukan
perjanjian.
4. Upaya Perlindungan Terhadap Nasabah Bank
Dalam rangka melindungi hak dan kepentingan nasabah, maka
dirasa perlu adanya perlindungan terhadap nasabah, yakni sebagai
berikut :54
a. Pembuatan Peraturan Baru
Pembuatan peraturan baru di bidang perbankan atau melakukan
revisi terhadap peraturan yang ada merupakan salah satu cara untuk
memberikan perlindungan kepada nasabah di suatu bank dan
peraturan tersebut akan dapat secara langsung maupun tidak
langsung bertujuan melindungi nasabah.
53 Ibid. Hal. 103. 54 Munir Fuady. Op.cit. Hal. 106-108.
-
53
b. Pelaksanaan Peraturan yang Ada
Melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan khususnya
peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah harus
ditegakkan secara obyektif, sehingga dapat dijamin oleh law
enforcement yang baik.
c. Memperketat Perizinan Bank
Memperketat dalam hal pemberian izin terhadap pendirian bank
baru merupakan salah satu cara agar bank tumbuh kuat dan
kualified, sehingga nantinya bank dapat memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi nasabah.
d. Memperketat Pengaturan di Bidang Kegiatan Bank
Ketentuan-ketentuan tentang kegiatan bank secara langsung
bertujuan untuk melindungi nasabah dengan mengatur ketentuan
mengenai permodalan, ketentuan mengenai manajemen, ketentuan
mengenai kualitas aktiva produktif, ketentuan mengenai likuiditas,
ketentuan mengenai rentabilitas, ketentuan mengenai solvabilitas,
dan ketentuan mengenai kesehatan bank.
e. Memperketat Pengawasan Bank
Dalam hal meminimalisir risiko yang ada di suatu bank, maka
khususnya Bank Indonesia harus melakukan tindakan dan
pembinaan terhadap bank, baik bank milik pemerintah maupun
bank milik swasta.