bab ii tinjauan pustak a lanjut usia...

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian Lansia Menurut UU no.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1 seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 1995). Menurut organisasi kesehatan dunia dan undang-undang no.13 tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas bisa disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami oleh semua orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan : 1. Hereditas/keturunan 2. Nutrisi/makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stress

Upload: dinhdiep

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (LANSIA)

1. Pengertian Lansia

Menurut UU no.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1

seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 1995).

Menurut organisasi kesehatan dunia dan undang-undang no.13

tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas bisa

disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang

akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami

oleh semua orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup

manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan :

1. Hereditas/keturunan

2. Nutrisi/makanan

3. Status kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stress

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

8

3. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Berdasarkan WHO

Lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) = usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) = usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) = usia > 90 tahun

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia :

Berbagai masalah fisik/biologis dan sosial akan muncul

pada lanjut usia sebagai proses menua atau penyakit degeneratif

yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Menua

merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh setiap

individu. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

dalam penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia.

Perubahan-perubahan terkait usia melalui perubahan fisik,

perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual (Nugroho,

2000).

Pada lanjut usia umumnya akan mengalami perubahan

fisik dan psikososial :

a. Perubahan Fisik Pada Lansia

1) Sel

Perubahan sel pada lanjut usia meliputi :

a) Terjadinya penurunan jumlah sel.

b) Terjadi perubahan ukuran sel.

c) Berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan

berkurangnya cairan intra seluler.

d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,

darah, dan hati.

e) Penurunan jumlah sel pada otak.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

9

f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak

menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2) Sistem Persyarafan

Perubahan persyarapan meliputi :

a) Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang

berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya).

b) Cepat menurunnya hubungan persyarapan.

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi

khususnya dengan stres.

d) Mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya

penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan.

e) Serta kurang sensitiv terhadap sentuan.

3) Sistem Pendengaran

Perubahan pada system pendengaran meliputi :

a) Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)

yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam

terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi,

suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta, 50%

terjadi pada umur diatas 65 tahun.

b) Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani.

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras

karena meningkatnya keratinin.

d) Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada

lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.

4) Sistem Penglihatan

Perubahan pada system penglihatan meliputi :

a) Timbulnya sklerosis dan hilangnya terhadap sinar.

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

10

c) Terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan

katarak.

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya

adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah

melihat pada cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang

pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan

warna biru atau hijau.

5) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada system kardiovaskuler meliputi :

a) Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta.

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c) Menurunnya kemampuan jantung untuk memompa

darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan

darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke

berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah

perifer.

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh

meliputi :

a) Menurunnya temperatur tubuh (hipotermi) secara

fisiologis akibat metabolisme yang menurun.

b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.

7) Sistem Respirasi

Perubahan sistem respirasi meliputi :

a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

11

b) Aktivitas silia menurun.

c) Paru kehilangan elastisitas.

d) Berkurangnya elastisitas bronkus.

e) Oksigen pada arteri menurun.

f) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.

g) Reflek dan kemampuan batuk berkurang.

h) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia

menurun.

i) Sering terjadi emfisema senilis.

j) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot

pernapasan menurun seiring pertambahan usia.

8) Sistem Pencernaan

a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease

yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun.

b) Indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf

pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit.

c) Esophagus melebar.

d) Rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas

dan waktu pengosongan lambung menurun.

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

f) Fungsi absorpsi melemah.

g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan

menurun, aliran darah berkurang.

9) Sistem Reproduksi

a) Wanita :

1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

2. Ovary menciut, uterus mengalami atrofi

3. Atrofi payudara

4. Atrofi vulva

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

12

5. Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi

halus, sekresi kerkurang, sifatnya menjadi alkali dan

terjadi perubahan warna

b) Pria :

1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur

2. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70

tahun, asal kondisi kesehataannya baik

10) Sistem Perkemihan

Perubahan pada sistem perkemihan antara lain

ginjal yang merupakan alat untuk mengeluarkan sisa

metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal

disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut

nefron (tempatnya di glomerulus). Kemudian mengecil

dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.

Akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine menurun,

berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria

menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai

200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat.

Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang

menyebabkan retensi urine pada pria.

11) Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:

a) Produksi semua hormon turun.

b) Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya

pertukaran zat menurun.

c) Produksi aldosteron menurun.

d) Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone,

estrogen, dan testoteron menurun.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

13

12) Sistem Integumen

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan

lemak.

b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik

c) Timbul bercak pigmentasi.

d) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.

e) Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan

vaskularisasi.

f) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

g) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

13) Sistem musculoskeletal

Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :

a) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.

b) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun.

c) Terjadi kifosis.

d) Gangguan gaya berjalan.

e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

f) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga

gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi

tremor.

g) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses

menua.

b. Perubahan-Perubahan Terkait Psikososial :

1) Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitas dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila

mengalami pensiunan, seseorang akan mengalami

kehilangan, antara lain: kehilangan finansial, kehilangan

status, kehilangan teman, dan kehilangan

pekerjaan/kegiatan.

2) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara

hidup.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

14

3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.

4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

5) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Mental Lansia

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

pada lansia diantaranya, yaitu :

a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat

berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,

bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.

b. Perubahan fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum,

tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan

c. Kenangan atau mamori yaitu kenangan jangka panjang

(beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mencakup

beberapa perubahan), kenangan jangka pendek atau seketika

(0-10 menit), kenangan buruk (bisa ke arah demensia)

d. IQ (intelegentia quotion) tidak akan berubah dengan informasi

matematika dan perkataan verbal. Terjadi perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan faktor waktu.

B. Mobilisasi

1. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi dalam konteks keperawatan mengacu pada

kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali

ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping

menggunakan ekstremitas (Darmojo, 1999)

Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti

mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal, pertahanan

diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari, dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

15

kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara

optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan

berfungsi baik (Perry&Potter, 2005).

Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting

dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis karena mobilisasi

adalah hal yang sangat mendasari untuk mempertahankan atau

memelihara kebebasan karena konsekuensi yang serius akan terjadi

ketika kebebasan itu hilang (Miller, 1995).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

a. Faktor fisik

Adanya penyakit-penyakit seperti rematik (arthritis)

pada lutut atau tulang belakang, patah tulang akibat

osteoporosis, stroke, gangguan pada telapak kaki atau jari-jari

kaki juga menyebabkan lansia tidak ingin atau tidak mampu

berjalan dan lain-lain.

b. Faktor psikis

Adanya Parkinson, demensia, depresi, kekhawatiran

jatuh pada diri lansia atau keluarga pengaruhnya juga

mempengaruhi mobilisasi pada lanjut usia (Soejono, 2002).

Berbagai penyebab psikis yang mempengaruhi perubahan

dalam kemampuan aktivitas mobilisasi berasal dari kesadaran

tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau

dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti

kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional,

yang berasal dari sebab-sebab psikis dapat mempercepat

mobilisasi untuk mencoba melakukan sesuatu

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

16

c. Faktor lingkungan

1) Rumah harus memiliki ventilasi, jendela, atap dan pintu

yang memadai untuk sirkulasi udara dan cahaya.

2) Lantai tidak licin dan menggunakan warna yang mencolok

untuk lantai yang bertingkat.

3) Kamar mandi atau toilet dibangun di area yang mudah

dijangkau olah lansia. Tersedianya halaman depan atau

halaman belakang yang cukup luas dan asri.

4) Tempatkan perabotan jauh dari area mobilisasi lansia.

5) Pasang pegangan sepanjang area mobilisasi lansia.

3. Komponen-komponen Mobilisasi

Terdapat beberapa komponen dalam mobilisasi lansia,

diantaranya yaitu (Darmojo, 1999):

a. Kemandirian (Self Efficacy)

Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan

keberanian lansia dalam mobilisasi.

b. Latihan pertahanan (Resistance training)

Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas

lingkup gerak sendi (Range ofmotion) dan jenis aktivitas fisik

bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru,

otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membantu

tubuh mereka bertenaga. Contoh berjalan kaki, lari ringan,

berkebun ataupun di sawah, kekuatan yang dihasilkan karena

pemendekan atau pemanjangan otot.

c. Daya tahan (Endurance)

Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang

didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

17

bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh

dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat,

dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti

osteoporosis (keropos pada tulang). Contoh membawa

berjalan, naik turun tangga, dan angka berat atau beban.

d. Kelenturan

Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting

ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak

terjadi pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan

otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan

dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan

otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan

baik. Contoh mencuci piring, mencuci pakaian mobil dan

mengepel lantai.

e. Keseimbangan

Keseimbangan pada lansia harus dipertahankan karena

gangguan keseimbangan pada lansia saat kegiatan dapat

menyebabkan lansia mudah terjatuh.

Komponen yang terkait dengan mobilisasi lansia

diantaranya, yaitu (Potter&Perry, 2005 dan Miller, 1995) :

1) Sistem skeletal

Skelet adalah rngka pendukung tubuh dan terdiri dari

empat tipe tulang. Skelet merupakan tempat melekatnya

otot dan ligamen. Iakatan ini yang menyebabkan mobilisasi

dari gerakat skelet, seperti : membuka dan menutup mulut

atau meluruskan lengan atau kaki

2) Karakteristik tulang

Karakteristik tulang meliputi kekokohan, kekuatan dan

elastisitas. Kekokohan tulang itu merupakan hasil dari

adanya garam anorganik seperti kalsium dan fosfat yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

18

tersebar dalam matrik tulang. Kekokohan berhubungan

dengan kekakuan tulang, yang penting untuk

mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat

tulang tetap lurus serta membuat tulang dapat menyangga

berat badab saat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai

tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah

sesuai usia.

3) Sendi

Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi

diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan tingkat

mobilisasinya.

4) Ligamen

Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna

putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan

menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat

elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan

mendukung sendi.

5) Tendon

Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,

mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang.

Tendon bersifat kuat, fleksibel dan tidak elastis.

6) Kartilago

Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak

mempunyai vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan di

toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Kartilago

permanen tidak mengalami osifikasi kecuiali pada lansia dan

penyakit osteoartritis.

7) Otot skelet

Otot skelet mempunyai kemampuan untuk berkontransi

dan berelaksasi, merupakan elemen kerja dari pergeraka

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

19

4. Manfaat Mobilisasi

Manfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia

(Darmojo, 1999) :

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia

b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan

c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah

patah

d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau

mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.

5. Macam-macam Mobilisasi

Macam-macam mobilisasi menurut Koezeir, 2004 dan

Miller, 1995 yaitu :

a. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan

sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilissi penuh

mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologi

maupun psikologis bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan

dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan

peran dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mobilisasi sebagian

Seseorang yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya

mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area

tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi :

1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel

pada sistem muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan

tulang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

20

2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya

sistem syaraf yang reversibel.

6. Alat Ukur Mobilisasi

Alat ukur mobilisasi menggunakan Indeks Barthel yang sudah

dimodifikasi yang diambil dari buku yang berjudul Medical Care

dan telah dimodifikasi oleh peneliti juga, yang terdiri dari 15

pertanyaan diantaranya yaitu : melakukan makan, mengenakan

pakaian atas, mangenakan pakaian bawah, mengenakan pelindung,

mencuci pakaian, cuci muka/mandi, mengendalikan kandung

kemih, mengendalikan usus besar, melakukan perawatan perineum,

berpindah ke/dari kursi, berpindah ke/dari toilet, berpindah ke/dari

kamar mandi, berjalan sepanjang 50 meter, naik/turun tangga satu

lantai, menggunakan kursi roda sepanjang 50 meter. Dari

pertanyaan diatas diperoleh hasil tertinggi 115 dan terendah 1,

dengan pembagian kriteria mandiri utuh 115 skor, mandiri terbatas

99 skor dan bantuan (pembantu) 40 skor (Gallo, 1998).

C. Demensia

1. Pengertian Demensia

Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi

fungsi intelektual dan ingatan atau memori sedemikian berat

sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst

and Allen, 1987 dalam buku Darmojo, 1995). Faisal (2003),

menyebutkan bahwa demensia merupakan suatu penurunan kualitas

intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga

menurunnya daya ingat yang mengganggu kemampuan dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

21

pengendalian emosi. Demensia lebih merupakan kumpulan gejala

dan bukannya suatu kondisi yang jelas. Biasanya bersifat

irreversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses

penuaan.

Demensia dapat diartikan sebagai deteriosasi kapasitas

intelektual diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai

oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor (Lumbantobing,

2001). Gyayson (2004), menyebutkan bahwa demensia bukanlah

sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang

disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga

terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

2. Faktor-Faktor Penyebab Demensia

Faktor Penyebab timbulnya demensia ada 2 yaitu (Faisal,

2003) :

a. Keracunan Metabolisme

Keracunan metabolism meliputi : kekurangan oksigen,

kekurangan vit B12, keracunan kronis obat-obatan atau

keracunan alkohol, kekurangan vit B6 (asam folat), kalsium

darah tinggi akibat hormon kelenjar gondok tinggi atau

sebaliknya, kalsium darah rendah akibat hormon kelenjar

gondok rendah dan kelemahan fungsi organ-organ seperti hati

dan ginjal.

b. Kelaianan Struktur Jaringan Otak

Kelainan struktur jaringan otak meliputi : penyakit

Alzheimer, penyakit amyothropic lateral trauma pada otak

yang berat dan akut, tumor jaringan otak, kemunduran fungsi

jaringan otak kecil, peningkatan selaput otak, dan penyakit

Huntington(chorea).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

22

Menurut Suparto (2003), terdapat 2 kelainan yang bisa

menyebabkan demensia, yaitu :

a. Kelainan pembuluh darah otak

Kelainan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan

darah secara kronis karena penyempitan pembuluh darah otak

yang mengakibatkan terjadinya pendarahan-pendarahan kecil

ditempat-tempat tertentu. Sel otak rusak karena kekurangan

pasokan oksigen tersebut. Ada 2 jenis penyakit demensia yang

disebabkannya yaitu infark kulit otak (stroke) dan kerusakan

bagian bawah kulit otak berbentuk lubang-lubang.

Penyebabnya darah tinggi dan strok.

b. Kelainan (kerusakan) sel otak

Kelainan ini disebabkan sel otak mengalami proses

penuaan dan mati. Sel otak yang mati tersebut tidak diganti

lagi sehingga berat otak makin lama makin berkurang.

3. Gejala dan Tanda Demensia

Gejala dan tanda demensia meliputi :

a. Lupa kejadian yang baru dialami

Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan

pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat

mengingatkan lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan

kepikunan/demensia mengalami kelupaan yang sangat sering

sehingga mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, dan

mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru

dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.

b. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari

Seseorang yang penuh kesibukan bisa saja

meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat

untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir

selesai makan. Orang yang termasuk golongan lansia banyak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

23

yang lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, sering

lupa wajah teman, dan tidak tahu suatu tempat atau daerah

sehingga sering tersesat (Suparto, 2003).

Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat

menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya

tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia

juga lupa bahwa ia telah memasak makanan di dapur.

c. Kesulitan dalam berbahasa

Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan untuk

mencari kata yang tepat untuk berbicara.

d. Disorientasi waktu dan tempat

Lupa hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih

termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana

ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu

bagaimana ia sampai di tempat tersebut dan tidak bisa mencari

jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan

gejala demensia.

e. Tidak mampu membuat keputusan

Seorang demensia akan lupa sama sekali bahwa ia

tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian

tidak sebagaimana mestinya.

f. Kesulitan berfikir abstrak

Pasien demensia akan mengalami kesulitan dalam

hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun

pemahaman konsep.

g. Salah menaruh barang

Setiap orang bisa saja lupa menaruh kunci atau dompet.

Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat

meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya

misalnya setrika ditaruh didalam kulkas, atau arloji diletakkan

di dalam panci.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

24

h. Perubahan suasana perasaan dan perilaku

Setiap orang bisa merasa sedih dan murung dari waktu

ke waktu. Seseorang pasien Alzheimer dapat memperlihatkan

perubahan suasana perasaan dalam waktu singkat, dari tenang-

tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu

alasan yang jelas.

i. Perubahan kepribadian

Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan

kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer

menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya

menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang.

j. Kehilangan inisiatif

Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga,

aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila

setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang

dengan demensia dapat menjadi sangat pasif dan apatis

sehingga diperlukan usaha untuk menarik minatnya agar mau

ikut beraktivitas.

4. Penggolongan Demensia

Kebanyakan masyarakat pada umumnya kurang memahami

mengapa ada orang yang cepat menjadi demensia. Berikut ini

penggolongan demensia itu sendiri.

a. Demensia yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf dan

klinik: penyakit Alzheimer dan penyakit pick

b. Demensia yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf,

tanpa disertai kelainan syaraf.

c. Demensia yang disertai kelainan dalam pemeriksaan

laboratorium dan kelainan klinis yaitu: kekurangan hormon

gondok, penyakit cushing, dan kekurangan vitamin seperti pada

penyakit pellagra.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

25

5. Kelompok yang Berisiko Terkena Demensia :

Berikut adalah kelompok paling berisiko demensia, yaitu :

1) Orang tua usia >/= 65 tahun dan hidup sendiri.

2) Orang tua yang baru kehilangan keluarga.

3) Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan rumah sakit.

4) Lanjut usia yang sehariannya memerlukan bantuan orang

sekitarnya.

5) Lanjut usia yang karena sesuatu kondisi, tergantung pada

orang lain.

6. Alat Ukur Demensia

Alat ukur demensia menggunakan Mini Mental State

Examination yang diambil dari buku Journal of Psychiatric Research

yang terdiri dari 30 pertanyaan dan dikelompokkan menjadi 5

macam, yaitu : orientasi (tahun, musim, tanggal, hari, bulan, negara,

desa, kota, kecamatan dan tempat tinggal), registrasi (menamai tiga

objek), perhatian dan kalkulasi (mengeja kata “dunia” dari belakang

ke depan), mengingat (menanyakan tiga objek yang telah di sebutkan

tadi diatas), dan bahasa. Dari pertanyaan diatas bisa dikatakan

demensia jika seseorang tidak mampu menjawab 24 pertanyaan

dengan benar dan dikatakan tidak demensia jika seseorang mampu

menjawab 24 pertanyaan atau lebih dengan benar (Gallo, 1998).

D. Demensia dengan Mobilisasi pada Lansia

Lansia adalah akhir dari penuaan, tahap yang mengalami

banyak perubahan fisik maupun mental. Dengan perubahan fisik lansia

mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan, lansia yang sehat

secara mental yaitu lansia yang menyenangi aktivitas sehari-hari.

Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan

indikasi kelainan obsesif-kompulsif. Berulang memungut sesuatu atau

kotoran dari pakaian terkadang dikaitkan dengan demensia atau kondisi

toksik (Stuart, 1998). Lansia yang mengalami demensia akan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

26

mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam buku Darmojo, 1999).

Gangguan daya ingat sering merupakan gejala pertama yang

timbul pada sindrom demensia dini. Biasanya mulai terganggu daya

ingatnya yang baru saja terjadi. Ia cepat lupa apa yang baru saja

dilakukan atau dipelajarinya. Lambat laun daya ingat lama akan

terganggu. Pada taraf akhir, orang demensia akan lupa namanya sendiri,

nama istri atau suami, dan riwayat masa kecilnya.

Selain daya ingat, gangguan pengetahuan juga yang

menyebabkan seseorang terkena penyakit demensia. Lansia yang selalu

berpikir konkrit sehingga sukar memberi makna peribahasa dan

cenderung memberi arti secara konkrit. Misalnya “ada gula, ada semut”

diartikan sebagai “karena banyak gula, semut mengerumuninya”.

Persepsinya tentang persamaan antara sesuatu juga mengalami

kemunduran, misalnya, ia tidak dapat memberikan penjelasan

persamaan antara mobil dan pesawat terbang. Mestinya ia menjawab

“kendaraan”, tetapai mungkin saja ia menjawab “dibuat dari besi”.

Dalam hal menghitung ia banyak melakukan kesalahan,

bahkan tidak dapat menyelesaikan perhitungan sederhana.Demensia

sebagai faktor eksogen terhadap perubahan variabel aktivitas mobilisasi

lansia. Proses penuaan secara normal (penuaan primer) berhubungan

dengan kemunduran kapasitas fisiologis, misalnya kekuatan otot,

kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik dan fleksibilitas, beberapa

penelitian menegaskan bahwa proses penuaan sekunder (faktor

eksogen, demensia) lebih memperparah proses aktivitas mobilisasi

lansia dibandingkan dengan penuaan primer (faktor endogen).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

27

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia (Sumber: Miller, 1995 dan

Darmojo,1999 dan Muslim Rusdi, 2001)

Faktor Lingkungan :

• Keadaan lingkungan

sekitar

Faktor Psikis :

• Demensia

Faktor Fisik :

• Penyakit yang

mengganggu mobilisasi

• Kemandirian

• Latihan pertahanan

• Daya tahan

• Kelenturan

• Keseimbangan

• Sistem skeletal

• Karakteristik tulang

• Sendi

• Ligamen

• Tendon

• Kartilago

• Otot skelet

Mobilisasi Lansia

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAK A Lanjut Usia (LANSIA)digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-ropiahg2a0... · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAK A A. Lanjut Usia (LANSIA) 1. Pengertian

28

F. Kerangka Konsep

Bagan 2.2: Kerangka konsep hubungan antara demensia dengan

mobolisasi lansia.

Variabel Penelitian :

1. Variabel independen : Demensia

2. Variabel dependen : Mobilisasi Lansia

G. Hipotesis

Ada hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia di

Panti Wreda Margo Mukti Rembang.

Variabel Independen

Demensia

Variabel Dependen

Mobilisasi Lansia