tinjauan pustak

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Pasal 1, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentukan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Ketika rokok dihisap, darah yang kaya akan nikotin lolos dari paru-paru ke otak dalam waktu tujuh detik dan segera merangsang pelepasan zat kimia, termasuk asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, vasopresin, arginin, dopamin, agen autokrin, dan beta-endorphin. Pelepasan neurotransmiter dan hormon tersebut yang bertanggung jawab atas sebagian efek nikotin. Nikotin

Upload: erwin-christianto

Post on 15-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ftgt

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 RokokMenurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Pasal 1, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentukan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Ketika rokok dihisap, darah yang kaya akan nikotin lolos dari paru-paru ke otak dalam waktu tujuh detik dan segera merangsang pelepasan zat kimia, termasuk asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, vasopresin, arginin, dopamin, agen autokrin, dan beta-endorphin. Pelepasan neurotransmiter dan hormon tersebut yang bertanggung jawab atas sebagian efek nikotin. Nikotin muncul untuk meningkatkan konsentrasi dan memori karena peningkatan asetilkolin. Ini juga muncul untuk meningkatkan kewaspadaan karena kenaikan asetilkolin dan norepinefrin. Gairah meningkat oleh peningkatan norepinefrin. Nyeri berkurang dengan kenaikan nilai asetilkolin dan beta-endorphin. Kecemasan berkurang dengan peningkatan beta-endorphin. Nikotin juga memperpanjang durasi efek positif dari dopamin dan meningkatkan sensitivitas kerja otak. Rokok sebagian besar (dalam asap dihirup) berisi 1 sampai 3 miligram nikotin.

Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, ammonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan disbanding dengan kadar asap utama.

2.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Seseorang MerokokPenelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosio-kultural, dan pengaruh lingkungan. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari jati diri. Dalam iklan-iklan, kebiasaan merokok digambarkan sebagai lambang kematangan, kedewasaan, popularitas, dan bahkan lambing kecantikan, kehidupan yang seksi serta feminisme. Kebiasaan merokok juga dianggap sebagai penghilang stress, menghilangkan kecemasan, dan menenangkan jiwa remajanya yang bergejolak. Faktor sosio-kultural yang juga penting dalam memulai kebiasaan merokok adalah pengaruh orang tua dan peer group atau teman dalam kelompoknya. Di Amerika Serikat, remaja putri yang orang tuanya perokok lima kali lebih sering menjadi perokok bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak merokok. Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja biasanya dilakukan bersama teman-temannya. Kalau seorang remaja tidak ikut-ikutan merokok maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan.Faktor lainnya adalah kemudahan mendapatkan rokok, baik dari sudut harganya yang relatif murah maupun ketersediaannya dimana-mana.. Lingkungan bebas rokok juga berperan dalam kebiasaan merokok. Anak-anak yang biasa tinggal di lingkungan yang tidak merokok biasanya memang menjadi tidak tahan terhadap bau asap rokok yang akan mencemari pakaian dan rambutnya. 2.3 Kandungan RokokRokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok dibakar maka ia akan mengaluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perylene, dll. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel. Bahan utama rokok terdiri dari tiga zat, yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Bila kita berada dalam ruangan berasap rokok cukup lama, maka ketiga zat beracun tersebut akan masuk ke paru-paru kita. Tembakau berisi zat nikotin yang sangat adiktif (membuat orang ketagihan). Nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh darah, dan penggumpalan darah. Akibat yang paling buruk dari nikotin adalah membuat pemakainya kecanduan.Tar mengandung bahan kimia beracun yang mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Partikel tar dalam asap rokok akan mengendap dalam lendir yang berada dalam waktu lama di saluran napas. Rangsangan terus menerus (kronis) dari tar terhadap dinding saluran pernapasan akan mengubah bentuk sel paru-paru dimulai dengan pra kanker yang lambat laun menjadi kanker paru-paru .Karbon monoksida merupakan gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Gas CO yang dihisap menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengangkut oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Di tubuh perokok, tempat untuk oksigen diduduki oleh CO, karena kemampuan darah 200 kali lebih besar untuk mengikat CO ketimbang oksigen. Akibatnya otak, jantung dan organ-organ vital tubuh lainnya akan kekurangan oksigen. 2.4 Bahaya Rokok Terhadap KesehatanRokok merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif. Nikotin dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan. Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai risiko pernyakit dan merupakan suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia. Seseorang yang telah kecanduan rokok akan sukar melepaskan diri dari kebasaan merokok, sehingga para ahli kesehatan berminat memahami mengapa kebiasaan yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan seseorang tersebut sulit ditanggulangi. Adapun berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok antara lain adalah : 1) kanker paru; 2) penyakit yang berkaitan dengan pernapasan seperti ashma, infeksi pernapasan, dan penyakit-penyakit serius lainnya yang berkaitan dengan saluran pernapasan; 3) penyakit kanker lainnya di mulut, tenggorokan, esophagus, sistem pencernaan, kandung kemih, ginjal, pankreas, usus besar, dan pada wanita adalah kanker leher rahim; 4) penyakit jantung; 5) stroke; 6) kardiovaskuler; 7) gangguan kehamilan apabila si ibu adalah perokok berat seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan gangguan kesehatan fisik dan intelektual anak yang akan tumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga terjadi penuaan dini pada kulit. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok dengan tekanan psikologis, dapat meningkatkan status prooksidan dalam tubuh.Perokok aktif berisiko untuk terkena kanker hati dan paru, bronkitis kronis, emphysema, gangguan pernafasan, kerusakan dan luka bakar, berat badan rendah dan perkembangan yang terhambat pada bayi . Dampak rokok bahkan sudah terlihat pada perokok di umur 20-an yaitu terdapat kerusakan permanen pada saluran kecil di paru-paru dan pembuluh darah mereka serta cairan dari paru-paru perokok menunjukkan peningkatan sel radang dan meningkatnya level kerusakan pada paru-paru. Perokok yang tidak berhenti sebelum berusia 35 tahun memiliki peluang sebesar 50% meninggal disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan rokok.Hasil penelitian CDC, yang diterbitkan di Morbidity and Mortality Weekly Report, melihat bahwa kematian yang terkait dengan merokok, berkurangnya harapan hidup dan biaya ekonomi dan menemukan bahwa merokok merupakan penyebab utama dari kematian yang seharusnya dapat dicegah di Amerika Serikat tersebut.Tidak hanya rokoknya yang merugikan kesehatan, tapi juga asapnya. Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok, tapi juga bagi orang lain di sekitar perokok yang ikut menghisap asap rokok tersebut. Perokok pasif dewasa mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena paenyakit kardiovaskuler, kanker paru dan penyakit paru lainnya. Suatu penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa orang dewasa yang terpapar asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan orang yang tidak terpapar. Perokok pasif bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi untuk terena infeksi telinga dan sindroma kematian bayi mendadak (SID/ Sudden Infant Death Syndrome). 2.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Rokok2.5.1 Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)Indonesia merupakan salah satu penggagas dan pembahas draft FCTC yang kini telah menjadi hukum internasional, kerangka Konvensi Pengendalian Dampak Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control/FCTC) ini dan berkomitmen untuk menjalankan segala cara untuk mengurangi konsumsi rokok di negara mereka. 2.5.2 Peraturan Pemerintah (PP) No. 19/2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi KesehatanPP ini bertujuan untuk melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok, membudayakan hidup sehat, menekan perokok pemula, dan melindungi kesehatan perokok pasif. Pembinaan dan pengawasan oleh menteri kesehatan atas pelaksanaann pengamanan rokok bagi kesehatan dilaksanakan dalam berbagai bidang melalui pemberian informasi, penyuluhan, dan pengembangan kemampuan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat.2.5.3 Peraturan Daerah (Perda) No.7/2013 Tentang Kawasan Tanpa RokokDalam peraturan daerah yang telah disahkan tahun 2013 ini terdapat larangan merokok di tempat umum untuk melindungi para perokok pasif dari paparan asaprokok yang disebabkan oleh para perokok, sehingga yang tidak merokok menerima dampaknya. Undang-Undang tentang rokok yang ada saat ini bukan bermaksud untuk melarang seseorang merokok, tetapi membatasi agar masyarakat tidak mudah mengkonsumsi rokok dan merokok di sembarang tempat. 2.6 Teori PerilakuSkiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Respons seseorang terhadap stimulus dalam perilaku tertutup masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan respons seseorang terhadap stimulus dalam perilaku terbuka sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Jika kesehatan akan diperbaiki dengan membantu individu mengubah gaya hidupnya, maka kegiatan yang dilakukan bukan hanya ditujukan terhadap individu tersebut namun juga terhadap kondisi sosial dan kondisi kehidupan yang membuat individu mempertahankan pola perilakunya tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut, Lawrence Green mengusulkan perencanaan pendidikan kesehatan melalui Precede framework (kerangka kerja Precede). Precede merupakan akronim Predisposing, Reinforcing and Enabling Constructs in Ecosystem Diagnosis and Evaluation. Dalam Precede framework, berisi dua kegiatan yaitu diagnosis dan evaluasi ekosistem. Evaluasi ekosistem merupakan assessment yang hasilnya dipergunakan untuk mendiagnosis ekosistem. Diagnosis ekosistem berisi kegiatan penilaian kualitas hidup melalui penilaian umum terhadap masalah-masalah sosial. Kemudian dilakukan identifikasi masalah-masalah kesehatan yang tampaknya berpengaruh terhadap masalah sosial ini. Selanjutnya diidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang tampaknya berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut dilanjutkan dengan melokalisir perilaku (diagnosis perilaku). Langkah selanjutnya adalah menegakkan diagnosis edukasional yaitu menentukan faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), pemungkin (enabling factors) dan penguat (reinforcingfactors) yang berpotensi mempengaruh perilaku kesehatan yang telah diidentifikasi tersebut.Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Dalam arti umum, dapat dikatakan bahwa faktor predisposisi merupakan preferensi pribadi yang dibawa seseorang yang dibawa ke dalam suatu kelompok belajar.Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang memudahkan.2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya seperti biaya, jarak, ketersediaan transportasi, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, keluarga dan teman-teman. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.2.7 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:1. Awareness (kesadaran), subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.2. Interest, subjek mulai tertarik kepada stimulus.3. Evaluation, subjek mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.4. Trial, subjek mulai mencoba perilaku baru.5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. 2.8 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan etapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.54 Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukandengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.2.9 Perilaku Merokok Menurut Levy perilaku merokok adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut Laventhal dan Clearly ada empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: Tahapan Prepatory, Tahapan Intination (Tahapan Perintisan Merokok),Tahap Becoming a smoker, Tahap Maintaining of Smoking.Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok. Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbukan akibat rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut dan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang merokok bahkan perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki-laki. Ada 3 fase klinik penting dalam kecanduan tembakau yaitu: mencoba, kadang-kadang menggunakan, menggunakan setiap hari . Seperti penggunaan zat-zat (substances) lainnya, terdapat beberapa faktor bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok, misalnya faktor psikologi, faktor biologi, faktor lingkungan.Tahapan dalam Perilaku Merokok

Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu. Levental dan Clearly mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu:a. Tahap Perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.b. Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokokc. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokokd. Tahap Maintenance of Smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.5. Tipe-tipe Perilaku MerokokTerdapat berbagai pembagian tipe perilaku merokok yang dibedakan berdasarkan berbagai aspek, diantaranya sebagai berikut.a. Berdasarkan tempat aktivitas merokok dilakukan, berdasarkan tempat di mana seseorang menghisap rokok, menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:1). Merokok di tempat umum/ruang publika). Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara berkelompok mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokokb). Kelompok heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompok, orang sakit, dll)2). Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadia). Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempattempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekamb). Toilet, perokok jenis ini dapat digolongkam sebagai orang yang suka berfantasi

b. Berdasarkan manajemen terhadap afeksi yang ditimbulkan rokokMenurut Silvan dan Tomkins ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management theory of affect, keempat tipe tersebut adalah:1). Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positifa). Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makanb). Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedar menyenangkan perasaanc). Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok2). Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif, banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya. Misalnya, merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelemat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi dengan tujuan menghindari perasan yang tidak enak.3). Tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang4). Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.c. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari Menurut Smet (1994) tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyak rokok yang dihisap menjadi tiga tipe, yaitu:1). Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari2). Perokok sedang yang menghisap 5- 14 batang rokok dalam sehari3). Perokok ringan yang menghisap 1- 4 batang rokok dalam sehari