7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia (LANSIA)
1. Pengertian Lansia
Menurut UU no.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1
seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 1995).
Menurut organisasi kesehatan dunia dan undang-undang no.13
tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas bisa
disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang
akan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami
oleh semua orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup
manusia yaitu lanjutan dari usia dewasa.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan :
1. Hereditas/keturunan
2. Nutrisi/makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
8
3. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Berdasarkan WHO
Lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) = usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) = usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) = usia > 90 tahun
4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia :
Berbagai masalah fisik/biologis dan sosial akan muncul
pada lanjut usia sebagai proses menua atau penyakit degeneratif
yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Menua
merupakan proses yang alamiah yang akan dialami oleh setiap
individu. Hal ini ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
dalam penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan terkait usia.
Perubahan-perubahan terkait usia melalui perubahan fisik,
perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual (Nugroho,
2000).
Pada lanjut usia umumnya akan mengalami perubahan
fisik dan psikososial :
a. Perubahan Fisik Pada Lansia
1) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi :
a) Terjadinya penurunan jumlah sel.
b) Terjadi perubahan ukuran sel.
c) Berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan
berkurangnya cairan intra seluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
darah, dan hati.
e) Penurunan jumlah sel pada otak.
9
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak
menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem Persyarafan
Perubahan persyarapan meliputi :
a) Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang
berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepat menurunnya hubungan persyarapan.
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
khususnya dengan stres.
d) Mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan.
e) Serta kurang sensitiv terhadap sentuan.
3) Sistem Pendengaran
Perubahan pada system pendengaran meliputi :
a) Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)
yaitu gangguan dalam pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta, 50%
terjadi pada umur diatas 65 tahun.
b) Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani.
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
karena meningkatnya keratinin.
d) Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada
lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.
4) Sistem Penglihatan
Perubahan pada system penglihatan meliputi :
a) Timbulnya sklerosis dan hilangnya terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
10
c) Terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan
katarak.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat pada cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan
warna biru atau hijau.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada system kardiovaskuler meliputi :
a) Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Menurunnya kemampuan jantung untuk memompa
darah yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan
darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk ke
berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah
perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh
meliputi :
a) Menurunnya temperatur tubuh (hipotermi) secara
fisiologis akibat metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun.
7) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi :
a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi,
11
b) Aktivitas silia menurun.
c) Paru kehilangan elastisitas.
d) Berkurangnya elastisitas bronkus.
e) Oksigen pada arteri menurun.
f) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
g) Reflek dan kemampuan batuk berkurang.
h) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
menurun.
i) Sering terjadi emfisema senilis.
j) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease
yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun.
b) Indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam dan pahit.
c) Esophagus melebar.
d) Rasa lapar nenurun, asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f) Fungsi absorpsi melemah.
g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan
menurun, aliran darah berkurang.
9) Sistem Reproduksi
a) Wanita :
1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
2. Ovary menciut, uterus mengalami atrofi
3. Atrofi payudara
4. Atrofi vulva
12
5. Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi kerkurang, sifatnya menjadi alkali dan
terjadi perubahan warna
b) Pria :
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur
2. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70
tahun, asal kondisi kesehataannya baik
10) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain
ginjal yang merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal
disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut
nefron (tempatnya di glomerulus). Kemudian mengecil
dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine menurun,
berat jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria
menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat.
Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang
menyebabkan retensi urine pada pria.
11) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:
a) Produksi semua hormon turun.
b) Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya
pertukaran zat menurun.
c) Produksi aldosteron menurun.
d) Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone,
estrogen, dan testoteron menurun.
13
12) Sistem Integumen
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik
c) Timbul bercak pigmentasi.
d) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
e) Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
f) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
g) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
13) Sistem musculoskeletal
Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :
a) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun.
c) Terjadi kifosis.
d) Gangguan gaya berjalan.
e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
f) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga
gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi
tremor.
g) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses
menua.
b. Perubahan-Perubahan Terkait Psikososial :
1) Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitas dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila
mengalami pensiunan, seseorang akan mengalami
kehilangan, antara lain: kehilangan finansial, kehilangan
status, kehilangan teman, dan kehilangan
pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara
hidup.
14
3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Mental Lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
pada lansia diantaranya, yaitu :
a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu.
b. Perubahan fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan
c. Kenangan atau mamori yaitu kenangan jangka panjang
(beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mencakup
beberapa perubahan), kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk (bisa ke arah demensia)
d. IQ (intelegentia quotion) tidak akan berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan faktor waktu.
B. Mobilisasi
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi dalam konteks keperawatan mengacu pada
kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali
ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya, disamping
menggunakan ekstremitas (Darmojo, 1999)
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti
mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal, pertahanan
diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari, dan
15
kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara
optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan
berfungsi baik (Perry&Potter, 2005).
Mobilisasi merupakan salah satu aspek yang paling penting
dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis karena mobilisasi
adalah hal yang sangat mendasari untuk mempertahankan atau
memelihara kebebasan karena konsekuensi yang serius akan terjadi
ketika kebebasan itu hilang (Miller, 1995).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Faktor fisik
Adanya penyakit-penyakit seperti rematik (arthritis)
pada lutut atau tulang belakang, patah tulang akibat
osteoporosis, stroke, gangguan pada telapak kaki atau jari-jari
kaki juga menyebabkan lansia tidak ingin atau tidak mampu
berjalan dan lain-lain.
b. Faktor psikis
Adanya Parkinson, demensia, depresi, kekhawatiran
jatuh pada diri lansia atau keluarga pengaruhnya juga
mempengaruhi mobilisasi pada lanjut usia (Soejono, 2002).
Berbagai penyebab psikis yang mempengaruhi perubahan
dalam kemampuan aktivitas mobilisasi berasal dari kesadaran
tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau
dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti
kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional,
yang berasal dari sebab-sebab psikis dapat mempercepat
mobilisasi untuk mencoba melakukan sesuatu
16
c. Faktor lingkungan
1) Rumah harus memiliki ventilasi, jendela, atap dan pintu
yang memadai untuk sirkulasi udara dan cahaya.
2) Lantai tidak licin dan menggunakan warna yang mencolok
untuk lantai yang bertingkat.
3) Kamar mandi atau toilet dibangun di area yang mudah
dijangkau olah lansia. Tersedianya halaman depan atau
halaman belakang yang cukup luas dan asri.
4) Tempatkan perabotan jauh dari area mobilisasi lansia.
5) Pasang pegangan sepanjang area mobilisasi lansia.
3. Komponen-komponen Mobilisasi
Terdapat beberapa komponen dalam mobilisasi lansia,
diantaranya yaitu (Darmojo, 1999):
a. Kemandirian (Self Efficacy)
Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan
keberanian lansia dalam mobilisasi.
b. Latihan pertahanan (Resistance training)
Latihan pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas
lingkup gerak sendi (Range ofmotion) dan jenis aktivitas fisik
bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru,
otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membantu
tubuh mereka bertenaga. Contoh berjalan kaki, lari ringan,
berkebun ataupun di sawah, kekuatan yang dihasilkan karena
pemendekan atau pemanjangan otot.
c. Daya tahan (Endurance)
Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang
didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang
17
bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh
dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat,
dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu
meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti
osteoporosis (keropos pada tulang). Contoh membawa
berjalan, naik turun tangga, dan angka berat atau beban.
d. Kelenturan
Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting
ketika lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak
terjadi pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan
otot dan tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan
dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan
otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan
baik. Contoh mencuci piring, mencuci pakaian mobil dan
mengepel lantai.
e. Keseimbangan
Keseimbangan pada lansia harus dipertahankan karena
gangguan keseimbangan pada lansia saat kegiatan dapat
menyebabkan lansia mudah terjatuh.
Komponen yang terkait dengan mobilisasi lansia
diantaranya, yaitu (Potter&Perry, 2005 dan Miller, 1995) :
1) Sistem skeletal
Skelet adalah rngka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang. Skelet merupakan tempat melekatnya
otot dan ligamen. Iakatan ini yang menyebabkan mobilisasi
dari gerakat skelet, seperti : membuka dan menutup mulut
atau meluruskan lengan atau kaki
2) Karakteristik tulang
Karakteristik tulang meliputi kekokohan, kekuatan dan
elastisitas. Kekokohan tulang itu merupakan hasil dari
adanya garam anorganik seperti kalsium dan fosfat yang
18
tersebar dalam matrik tulang. Kekokohan berhubungan
dengan kekakuan tulang, yang penting untuk
mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat
tulang tetap lurus serta membuat tulang dapat menyangga
berat badab saat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai
tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah
sesuai usia.
3) Sendi
Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi
diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan tingkat
mobilisasinya.
4) Ligamen
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna
putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan
menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat
elastis sehingga membantu fleksibilitas sendi dan
mendukung sendi.
5) Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang.
Tendon bersifat kuat, fleksibel dan tidak elastis.
6) Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak
mempunyai vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan di
toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Kartilago
permanen tidak mengalami osifikasi kecuiali pada lansia dan
penyakit osteoartritis.
7) Otot skelet
Otot skelet mempunyai kemampuan untuk berkontransi
dan berelaksasi, merupakan elemen kerja dari pergeraka
19
4. Manfaat Mobilisasi
Manfaat mobilisasi yang tepat dan benar bagi lansia
(Darmojo, 1999) :
a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia
b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan
c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah
patah
d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau
mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.
5. Macam-macam Mobilisasi
Macam-macam mobilisasi menurut Koezeir, 2004 dan
Miller, 1995 yaitu :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan
sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilissi penuh
mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologi
maupun psikologis bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan
dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan
peran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mobilisasi sebagian
Seseorang yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya
mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area
tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi :
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel
pada sistem muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan
tulang
20
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya
sistem syaraf yang reversibel.
6. Alat Ukur Mobilisasi
Alat ukur mobilisasi menggunakan Indeks Barthel yang sudah
dimodifikasi yang diambil dari buku yang berjudul Medical Care
dan telah dimodifikasi oleh peneliti juga, yang terdiri dari 15
pertanyaan diantaranya yaitu : melakukan makan, mengenakan
pakaian atas, mangenakan pakaian bawah, mengenakan pelindung,
mencuci pakaian, cuci muka/mandi, mengendalikan kandung
kemih, mengendalikan usus besar, melakukan perawatan perineum,
berpindah ke/dari kursi, berpindah ke/dari toilet, berpindah ke/dari
kamar mandi, berjalan sepanjang 50 meter, naik/turun tangga satu
lantai, menggunakan kursi roda sepanjang 50 meter. Dari
pertanyaan diatas diperoleh hasil tertinggi 115 dan terendah 1,
dengan pembagian kriteria mandiri utuh 115 skor, mandiri terbatas
99 skor dan bantuan (pembantu) 40 skor (Gallo, 1998).
C. Demensia
1. Pengertian Demensia
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi
fungsi intelektual dan ingatan atau memori sedemikian berat
sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brocklehurst
and Allen, 1987 dalam buku Darmojo, 1995). Faisal (2003),
menyebutkan bahwa demensia merupakan suatu penurunan kualitas
intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga
menurunnya daya ingat yang mengganggu kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam
21
pengendalian emosi. Demensia lebih merupakan kumpulan gejala
dan bukannya suatu kondisi yang jelas. Biasanya bersifat
irreversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses
penuaan.
Demensia dapat diartikan sebagai deteriosasi kapasitas
intelektual diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai
oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor (Lumbantobing,
2001). Gyayson (2004), menyebutkan bahwa demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
2. Faktor-Faktor Penyebab Demensia
Faktor Penyebab timbulnya demensia ada 2 yaitu (Faisal,
2003) :
a. Keracunan Metabolisme
Keracunan metabolism meliputi : kekurangan oksigen,
kekurangan vit B12, keracunan kronis obat-obatan atau
keracunan alkohol, kekurangan vit B6 (asam folat), kalsium
darah tinggi akibat hormon kelenjar gondok tinggi atau
sebaliknya, kalsium darah rendah akibat hormon kelenjar
gondok rendah dan kelemahan fungsi organ-organ seperti hati
dan ginjal.
b. Kelaianan Struktur Jaringan Otak
Kelainan struktur jaringan otak meliputi : penyakit
Alzheimer, penyakit amyothropic lateral trauma pada otak
yang berat dan akut, tumor jaringan otak, kemunduran fungsi
jaringan otak kecil, peningkatan selaput otak, dan penyakit
Huntington(chorea).
22
Menurut Suparto (2003), terdapat 2 kelainan yang bisa
menyebabkan demensia, yaitu :
a. Kelainan pembuluh darah otak
Kelainan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan
darah secara kronis karena penyempitan pembuluh darah otak
yang mengakibatkan terjadinya pendarahan-pendarahan kecil
ditempat-tempat tertentu. Sel otak rusak karena kekurangan
pasokan oksigen tersebut. Ada 2 jenis penyakit demensia yang
disebabkannya yaitu infark kulit otak (stroke) dan kerusakan
bagian bawah kulit otak berbentuk lubang-lubang.
Penyebabnya darah tinggi dan strok.
b. Kelainan (kerusakan) sel otak
Kelainan ini disebabkan sel otak mengalami proses
penuaan dan mati. Sel otak yang mati tersebut tidak diganti
lagi sehingga berat otak makin lama makin berkurang.
3. Gejala dan Tanda Demensia
Gejala dan tanda demensia meliputi :
a. Lupa kejadian yang baru dialami
Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis dan
pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat
mengingatkan lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan
kepikunan/demensia mengalami kelupaan yang sangat sering
sehingga mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari, dan
mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru
dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.
b. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
Seseorang yang penuh kesibukan bisa saja
meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat
untuk menghidangkan dan merapikannya setelah hampir
selesai makan. Orang yang termasuk golongan lansia banyak
23
yang lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, sering
lupa wajah teman, dan tidak tahu suatu tempat atau daerah
sehingga sering tersesat (Suparto, 2003).
Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat
menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian bukan hanya
tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia
juga lupa bahwa ia telah memasak makanan di dapur.
c. Kesulitan dalam berbahasa
Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan untuk
mencari kata yang tepat untuk berbicara.
d. Disorientasi waktu dan tempat
Lupa hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih
termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana
ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu
bagaimana ia sampai di tempat tersebut dan tidak bisa mencari
jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan
gejala demensia.
e. Tidak mampu membuat keputusan
Seorang demensia akan lupa sama sekali bahwa ia
tengah menjaga anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian
tidak sebagaimana mestinya.
f. Kesulitan berfikir abstrak
Pasien demensia akan mengalami kesulitan dalam
hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun
pemahaman konsep.
g. Salah menaruh barang
Setiap orang bisa saja lupa menaruh kunci atau dompet.
Seseorang dengan demensia Alzheimer mungkin dapat
meletakkan benda-benda di tempat yang tidak seharusnya
misalnya setrika ditaruh didalam kulkas, atau arloji diletakkan
di dalam panci.
24
h. Perubahan suasana perasaan dan perilaku
Setiap orang bisa merasa sedih dan murung dari waktu
ke waktu. Seseorang pasien Alzheimer dapat memperlihatkan
perubahan suasana perasaan dalam waktu singkat, dari tenang-
tenang tiba-tiba menjadi menangis atau marah tanpa suatu
alasan yang jelas.
i. Perubahan kepribadian
Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan
kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer
menunjukkan perubahan kepribadian yang drastis, misalnya
menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang.
j. Kehilangan inisiatif
Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga,
aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila
setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang
dengan demensia dapat menjadi sangat pasif dan apatis
sehingga diperlukan usaha untuk menarik minatnya agar mau
ikut beraktivitas.
4. Penggolongan Demensia
Kebanyakan masyarakat pada umumnya kurang memahami
mengapa ada orang yang cepat menjadi demensia. Berikut ini
penggolongan demensia itu sendiri.
a. Demensia yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf dan
klinik: penyakit Alzheimer dan penyakit pick
b. Demensia yang hanya dengan gejala-gejala kelainan syaraf,
tanpa disertai kelainan syaraf.
c. Demensia yang disertai kelainan dalam pemeriksaan
laboratorium dan kelainan klinis yaitu: kekurangan hormon
gondok, penyakit cushing, dan kekurangan vitamin seperti pada
penyakit pellagra.
25
5. Kelompok yang Berisiko Terkena Demensia :
Berikut adalah kelompok paling berisiko demensia, yaitu :
1) Orang tua usia >/= 65 tahun dan hidup sendiri.
2) Orang tua yang baru kehilangan keluarga.
3) Lanjut usia yang baru pulang dari perawatan rumah sakit.
4) Lanjut usia yang sehariannya memerlukan bantuan orang
sekitarnya.
5) Lanjut usia yang karena sesuatu kondisi, tergantung pada
orang lain.
6. Alat Ukur Demensia
Alat ukur demensia menggunakan Mini Mental State
Examination yang diambil dari buku Journal of Psychiatric Research
yang terdiri dari 30 pertanyaan dan dikelompokkan menjadi 5
macam, yaitu : orientasi (tahun, musim, tanggal, hari, bulan, negara,
desa, kota, kecamatan dan tempat tinggal), registrasi (menamai tiga
objek), perhatian dan kalkulasi (mengeja kata “dunia” dari belakang
ke depan), mengingat (menanyakan tiga objek yang telah di sebutkan
tadi diatas), dan bahasa. Dari pertanyaan diatas bisa dikatakan
demensia jika seseorang tidak mampu menjawab 24 pertanyaan
dengan benar dan dikatakan tidak demensia jika seseorang mampu
menjawab 24 pertanyaan atau lebih dengan benar (Gallo, 1998).
D. Demensia dengan Mobilisasi pada Lansia
Lansia adalah akhir dari penuaan, tahap yang mengalami
banyak perubahan fisik maupun mental. Dengan perubahan fisik lansia
mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan, lansia yang sehat
secara mental yaitu lansia yang menyenangi aktivitas sehari-hari.
Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan
indikasi kelainan obsesif-kompulsif. Berulang memungut sesuatu atau
kotoran dari pakaian terkadang dikaitkan dengan demensia atau kondisi
toksik (Stuart, 1998). Lansia yang mengalami demensia akan
26
mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
(Brocklehurst and Allen, 1987 dalam buku Darmojo, 1999).
Gangguan daya ingat sering merupakan gejala pertama yang
timbul pada sindrom demensia dini. Biasanya mulai terganggu daya
ingatnya yang baru saja terjadi. Ia cepat lupa apa yang baru saja
dilakukan atau dipelajarinya. Lambat laun daya ingat lama akan
terganggu. Pada taraf akhir, orang demensia akan lupa namanya sendiri,
nama istri atau suami, dan riwayat masa kecilnya.
Selain daya ingat, gangguan pengetahuan juga yang
menyebabkan seseorang terkena penyakit demensia. Lansia yang selalu
berpikir konkrit sehingga sukar memberi makna peribahasa dan
cenderung memberi arti secara konkrit. Misalnya “ada gula, ada semut”
diartikan sebagai “karena banyak gula, semut mengerumuninya”.
Persepsinya tentang persamaan antara sesuatu juga mengalami
kemunduran, misalnya, ia tidak dapat memberikan penjelasan
persamaan antara mobil dan pesawat terbang. Mestinya ia menjawab
“kendaraan”, tetapai mungkin saja ia menjawab “dibuat dari besi”.
Dalam hal menghitung ia banyak melakukan kesalahan,
bahkan tidak dapat menyelesaikan perhitungan sederhana.Demensia
sebagai faktor eksogen terhadap perubahan variabel aktivitas mobilisasi
lansia. Proses penuaan secara normal (penuaan primer) berhubungan
dengan kemunduran kapasitas fisiologis, misalnya kekuatan otot,
kapasitas aerobik, koordinasi neuromotorik dan fleksibilitas, beberapa
penelitian menegaskan bahwa proses penuaan sekunder (faktor
eksogen, demensia) lebih memperparah proses aktivitas mobilisasi
lansia dibandingkan dengan penuaan primer (faktor endogen).
27
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia (Sumber: Miller, 1995 dan
Darmojo,1999 dan Muslim Rusdi, 2001)
Faktor Lingkungan :
• Keadaan lingkungan
sekitar
Faktor Psikis :
• Demensia
Faktor Fisik :
• Penyakit yang
mengganggu mobilisasi
• Kemandirian
• Latihan pertahanan
• Daya tahan
• Kelenturan
• Keseimbangan
• Sistem skeletal
• Karakteristik tulang
• Sendi
• Ligamen
• Tendon
• Kartilago
• Otot skelet
Mobilisasi Lansia
28
F. Kerangka Konsep
Bagan 2.2: Kerangka konsep hubungan antara demensia dengan
mobolisasi lansia.
Variabel Penelitian :
1. Variabel independen : Demensia
2. Variabel dependen : Mobilisasi Lansia
G. Hipotesis
Ada hubungan antara demensia dengan mobilisasi lansia di
Panti Wreda Margo Mukti Rembang.
Variabel Independen
Demensia
Variabel Dependen
Mobilisasi Lansia