bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/55370/3/bab ii.pdf · lester dan stewart mengartikan...
TRANSCRIPT
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan permasalahan yang diangkat, terdapat beberapa informasi
mengenai analisis dari penelitian terdahulu, selanjutnya akan digunakan sebagai
landasan dalam penelitian. Dari hasil penjabaran kerangka teori, peneliti akan
membahas dan menentukan teori yang akan digunakan sebagai operasional teori.
Selanjutnya peneliti akan menjabarkan alur pikir yang digunakan dalam
melakukan penelitian sebagai wujud konsistensi dalam berpikir.
A. Studi Penelitian Terdahulu
Dalam pendalaman materi mengenai Evaluasi Kebijakan Program Satu
Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di
Kabupaten Pasuruan, peneliti terlebih dahulu mencoba untuk melakukan analisis
dengan menggunakan cara studi penelitian terdahulu. Studi ini dilakukan dengan
mencari referensi melalui beberapa tulisan, baik berupa buku penunjang, skripsi
maupun tesis dari berbagai jurusan dan universitas yang memiliki tema terkait,
hingga jurnal-jurnal keilmuan. Melalui studi penelitian terdahulu diharapkan
mampu membantu peneliti dalam proses penentuan teori yang akan digunakan
dalam mengkaji permasalahan yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa sumber yang dijadikan sebagai
landasan peneliti untuk penentuan teori. Berikut penjelasannya:
23
Tabel 2.1.
Studi Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian dan
Nama Peneliti
Teori/ Pendekatan
Konsep & Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Perencanaan Bank
Sampah Dalam Rangka
Pemberdayaan
Masyarakat Di
Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang /
Wuri Sulistiyorini
Purwanti dan
Sumartono, dkk (2015)
Metode penelitian
kualitatif deskriptif/
konsep
pemberdayaan
masyarakat.
Perencanaan bank sampah
di Kecamatan Kepanjen
dilaksanakan melalui
perencanaan yang mana di
tetapkan oleh Pemerintah
kabupaten Malang.
Perencanaan yang
dilakukaan untuk
menciptakan pemberdayaan
masyarakat yaitu dengan
adanya fasilitating,
pendampingan, dan
pembentukan bank sampah.
Dengan adanya bank
sampah masyarakat mudah
mengelola sampah untuk
mengatasi masalah sampah
di daerah. Hal ini juga
mendapatakan nilai tambah
dalam penilaian Adipura.
2. Evaluasi Kinerja Bank
Sampah Kartini
Mandiri Desa
Pasanggrahan Kota
Batu/Puspita Dwi
Apriliyanti, Soemarno,
dkk (2015)
Metode penelitian
kuantitatif/ teori
Garnett dan T.
Cooper (2014)
tentang perhitungan
skala kerja
Penelitian ini menganalisa
mengenai kondisi eksiting
dan kinerja bank sampah
atas pelayanan terhadap
nasabah serta tingkat
kepuasan dan kepentingan.
Untuk meningkatkan
kepuasan nabasah
diperlukannya peningkatan
pada pelayanan
administrasi, penyediaan
sarana dan prasarana,
peningkatan harga beli
sampah, peningkatan
keuangan seperti bagi hasil
24
dan simpan pinjam. Hasil
yang diperoleh dari evaluasi
kinerja bank sampah Kartini
Mandiri Kota Batu sudah
memuaskan masyarakat
dengan hasil important
performance analysisyang
dianggap maksimal dengan
penghitungan skala kerja.
Kekurangan hanya terletak
pada tersedianya sarna dan
prasarana.
3. Evaluasi Dampak
Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam
Pengelolaan Sampah
Melalui Bank Sampah
(Studi di Bank Sampah
Sumber Rejeki
Kelurahan Bandar Lor
Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri)/ Merly
Mutiara Saputri, Imam
Hanafi, dkk
Metode penelitian
deskriptif kualitatif/
konsep mengenai
analisis kebijakan
publik dari dampak
yang diperoleh.
Penelitian ini menganalisis
begaimana suatu upaya
pemerintah dalam
menumbuhkan kesadaran
masyakat terhadap sampah.
Yang mana sampah masih
bisa diolah kembali dan
dijadikan hal yang
menguntungkan. Pemerintah
menggalakakan
pembentukan bank sampah
Sumber Rejeki di Kelurahan
Bandar Lor Kota Kediri.
Hasil dari evaluasi dari
kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan bank sampah
yaitu menunjukkan
keberhasilahan, mulai dari
sumber daya manusia,
stekholder, hingga
lingkungan. Hal ini akan
diteruskan sehingga dapat
terus mengurangi volume
sampah di Kota Kediri.
4. Evaluasi Program
Bank Sampah Di
Kelurahan Kedungsari
Kecamatan Singorojo
Kabuten Kendal Tahun
2016/Muhammad Nur
Shobroni (2016)
Metode penelitian
deskriptif kualitatif/
konsep analisis
ruang lingkup
evaluasi program
menurut
Notoatmodjo (2011 :
17)
Penelitian ini menganalisis
tingkat efektivitas bank
sampah tetapi tidak
menjelaskan hasil
pengelolaan sampah yang
didapat di bank sampah.
Hasil evaluasi program bank
sampah di Kelurahan
Kedungsari kurang
maksimal, yang mana
kurang adanya respon dari
pemerintah desa itu sendiri,
25
selain itu penyuluhan
kepada masyarakat/ nasabah
sangatlah kurang karena
kurangnya pelatihan yang
diberikan. Dalam
pengelolaan bank sampah
juga kurangnya sarana dan
prasarana.
5. Dampak Program Bank
Sampah Terhadap
Sosial Ekonomi
Masyarakat di
Kelurahan Binjai,
Kecamatan Medan
Denai, Kota
Medan/Mita Novianty
(2014)
Metode penelitian
deskriptif kualitatif
Penelitian ini hanya
menganalisis dampak
terhadap pengelolaan bank
sampah tehadap perilaku
masyarakat karna antusias
dari masyarakat. Dari
analisisi yang dapat
disimpulkan bahwa dampak
yang diperoleh terhadap
sosial ekonomi masyarakat
setelah adanya
pembangunan bank sampah
memberikan manfaat postif
yaitu peningkatan
pendapatan, kesehatan
lingkungan, interaksi sosial
yang lebih baik.
6. Analisis Implementasi
Kebijakan bank
Sampah di Kota
Makassar/ Muhammad
Marwan Tasdir (2016)
Metode penelitian
deskriptif analisis/
teori Carl J. Federick
tentang kebijakan
merupakan acuan
pencapaian tujuan.
Penelitian ini membatasi
fokus kajiannya pada hal,
yakni tidak menganalisis
mengenai dampak dari
adanya bank sampah. Hasil
penelitian yaitu bank
sampah merupakan solusi
baru dari penanganan
masalah persampahan di
Kota Makassar. Dan semua
indikator implementasi
dapat terlaksana dengan
baik. Ada sebanyak 9 bank
sampah di Kota Makassar
dapat dikelola sesuai
indikator, pada tahun 2016
omset yang diperoleh dari
kesuluruhan kurang lebih 70
juta dari 307 ton sampah.
Sumber: Diolah peneliti dari berbagai sumber, 2019
26
Berdasarkan tabel 2.1 diatas menganalisis penelitian terdahulu telah
dijelaskan dengan hasil yang diperoleh yang mana memiliki perbedaan dengan
penelitian mengenai “Evaluasi Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank Sampah
(SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Pasuruan”.
Perbedaan penelitian-penelitian terdahulu seperti yang sudah dijelaskan pada tabel
dengan penelitian yang sedang penulis teliti yang utama adalah lokasi penelitian.
Karena penelitian yang dilakukan dari beberapa penelitian terdahulu lokasinya
tersebar di beberapa daerah, seperti contoh penelitian berjudul “Evaluasi Program
Bank Sampah Di Kelurahan Kedungsari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal
Tahun 2016” lokasi penelitian terletak di Kapubaten Kendal sedangkan penelitian
yang peneliti tulis lokasi terletak di Kabupaten Pasuruan.
Perbedaan selanjutnya dari penelitian terdahulu mengenai pengeruh variabel
yang terdapat pada masing-masing penelitian yang mana dari variabel dependen
maupun variabel independen. Contoh pada penelitian terdahulu “Evaluasi
Dampak Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sampah Melalui
Bank Sampah (Studi di Bank Sampah Sumber Rejeki Kelurahan Bandar Lor
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri)” dalam penelitian terdahulu tersebut
menjelaskan variabel dependen yaitu pengelolaan sampah melalui bank sampah
dan terfokus pada satu bank sampah dan variabel indipendennya yaitu pemerintah
dan masyarakat. Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan variabel
dependen yaitu pengelolaan bank sampah untuk pemberdayaan dan memberikan
sampel dibeberapa bank sampah di Kabupaten Pasuruan, sednagkan variabel
independennya yaitu pemerintah dan masyarakat. Jadi dapat ditarik kesimpulan
pada penelitian sebelumnya terfokus hanya pada satu bank sampah saja dalam
27
pengelolaan bank sampah sedangkan pada penelitian penulis terfokus pada
beberapa sampel bank sampah di Kabupaten Pasuruan dalam memberdayaan
masyarakat.
Titik pembeda selanjutnya pada konsep teori yang digunakan. Dalam
penelitian yang dilakukan penulis menggunakan salah satu konsep pemberdayaan
masyarakat yaitu upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah
memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan.
Sedangakan penelitian dahulu “Pemberdayaan Bank Sampah Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat Di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang”
menggunakan konsep pemberdayaan yang menjelasakan pada dasarnya
masyarakat sebagai pusat perhatian sebagai pelaku utama pembangunan.
Perbedaan dari konsep pemberdayaan masayarakat terlihat pada indikator
didalamnya serta model pemberdayaan sesuai pengertiannya. Sumaryadi
menjelaskan indikator dalam memberdayakan masyarakat dari masyarakat yang
lemah, miskin perkotaan, kelompok wanita yang dikesampingkan agar dapat
mengembangkan ide atau kreatifitas. Sedangakan menurut Wrihatnolo model
pemberdayaan masyarakat didasarkan sumber daya pribadi, partisipasi masyarakat,
demokratis, serta peran sosial dari pengalaman langsung. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa perberdayaan masyarakat adalah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat membangun paradigma baru
28
dalam pembangunan yang bersifat centered, participatory, empowerment dan s
sustainable.25
Pada metode penelitian, peniliti menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yang mana penelitian kualitatif bertujuan
memahami suatu kejadian atau fenomena dalam kontek sosial secara alamiah
dengan proses interaksi antara peneliti dengan objek yang diteliti. Teknik
pengambilan data menggunakan purposive sampling yaitu teknik dalam
penentuan sampel dengan objek yang dikaji. Perbandingan dengan penelitian
terdahulu contoh “Evaluasi Kinerja Bank Sampah Kartini Mandiri Desa
Pasanggrahan Kota Batu” titik pembeda penelitian ini, metode penelitian yang
digunakan menggunakan metode kuantitatif yang mana metode tersebut adanya
data konkrit yang diperoleh dengan cara perhitungan angka dalam objek yang
diteliti. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan konsep perhitungan
skala kerja.
25 Chambers, R, 2001, Lembaga Penelitian, Pendididkan, Penerangangan Ekonomi dan Sosial,
Pembangunan Desa Mulai dari Belakang, Jakarta.
29
B. Kajian Teori dan Konsep
1. Evaluasi Kebijakan Program
Sehubungan dengan membahas mengenai evaluasi kebijakan terlebih dahulu
perlunya menguraikan pengertian mengenai evaluasi dan kebijakan, agar lebih
mudah dimengerti dalam pemahamannya. Istilah evaluasi secara umum dapat
diartikan penaksiran (apprasial), penilaian (assassment), atau pemberian nilai
(ratting), hal ini merujuk pada aplikasi beberapa penilaian hasil kebijakan atau
program. Secara spesifik, evaluasi berkaitan dengan produksi informasi mengenai
nilai atau manfaat hasil kebijakan, ketika dinyatakan dapat mempunyai nilai
karena hasil tersebut dapat memberi tujuan atau sasaran, maka dari itu dapat
dikatakan bahwa kebijakan atau program telah mencapai nilai atau tingkat kerja
yang memiliki makna, bawa kebijakan atau program dapat dilaksanakan dengan
jelas dan sesuai tujuan yang direncanakan.26
Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia evaluasi adalah suatu
penilaian, maksudnya proses untuk menemukan nilai layanan informasi atau
produk sesuai dengan kebutuhan pengguna, serta sebagai pengumpulan dan
pengamatan dari berbagai macam bukti terhadap dampak dan efektivitas dari
suatu objek, program, atau proses yang berkaitan dengan spesifikasi dan
persyaratan pengguna yang telah ditetepkan sebelumnya. 27 Sedangkan evaluasi
menurut Charles O. Jones adalah kegiatan yang dapat mempunyai pengertian
besar nilainya dan dapat membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan
26 Dunn, William N, 1999, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 27 https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/evaluasi
30
beserta perkembangannya. 28 Definisi lain menurut Stufflebeam mendifiniskan
evaluasi sebagai proses gambaran, pencarian dan pemberian informasi yang
bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan keputusan.29
Kebijakan diartikan serangkaian dari rencana program, keputusan, aksi,
sikap untuk bertindak maupun tidak dilakukan oleh aktor-aktor sebagai tahapan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Adanya kebijakan adalah hal
penting bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan. 30 Teori Wilson
merumuskan kebijakan sebagai tindakan dan tunjukan dari pernyataan pemerintah
mengenai masalah tertentu. Langkah yang diambil untuk diimplementasikan yang
memberikan penjelasan dari apa yang terjadi atau tidak terjadi.31 Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah arah tujuan pemerintah dalam mengatasi
suatu masalah serta langkah-langkah yang diambil untuk dilaksanakan yang
berhubungan anatara pemerintah dan lingkungannya.
Evaluasi kebijakan yaitu sebagai adanya program yang diusulkan. Evaluasi
tidak lepas dari adanya kebijakan publik. Evaluasi kebijak dilakukan sejauh mana
pertanggung jawaban terhadap publik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Jika kebijakan publik adalah sebuah kegiatan yang berurutan, maka evaluasi
kebijakan merupakan tahap akhir dalam proses kebijakan. Secara garis besar
evaluasi kebijakan dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut substansi,
28 Jones, Charles. O, 1996, Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), Terjemahan Ricky
Ismianto, Jakarta, Raja Grafindo Persada. 29 Fernandes, H.J.X, 1984, Planning Evaluation Testing and Measurement, Jakarta : National
Education. 30 Mifta, Thoha, 2013, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Implikasinya, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada 31 Abdul Wahab, Solichin, 2008, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara Edisi Kedua, Jakarta : Bumi Aksara
31
implementasi dan dampak adanya sebuah kebijakan publik.32 Dengan demikian
evaluasi kebijakan meliputi tahap perumusan masalah kebijakan, program yang
diusulkan, menyelesaikan masalah, implementasi, maupun dampak kebijakan.
Dari berbagai program yang diusulkan maka dari itu juga perlu adanya sebuah
evaluasi dengan target yang sudah direncanakan dan ditetapkan. Lester dan
stewart mengartikan evaluasi kebijakan adalah kebijakan yang dirumuskan untuk
mengetahui hasil dan dampak yang diinginkan. 33 Sedangkan menurut teori
evaluasi kebijakan Helmut Wollman evaluasi kebijakan didefinisikan sebagai alat
dan prosedur untuk melakukan dua hal yaitu pertama penelitian evaluasi sebagai
analisis melibatkan program kebijakan untuk mendapatkan semua informasi
berkaitan dengan penilaian kinerja baik dari proses dan hasilnya. Yang kedua
evaluasi sebagai fase kebijakan yang lebih umum mengacu pada pelaporan
informasi kembali ke proses kebijakan. 34 Menurutnya menjadikan evaluasi
kebijakan menjadi tiga model yang halnya bisa dijadikan acuan sebagai evaluasi
kebijakan yaitu Ex-Ante, On-Going, dan Ex-Post.
Jadi evaluasi kebijakan bisa dikatakan bahwa pelaku suatu aktivitas maupun
hasil dari aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian, hal tersebut dapat
dihasilkan dari data tentang kinerja aktivitas yang memuat proses pelaksanaan
hingga perubahan yang terjadi setelah suatu aktivitas sudah dilaksanakan. Jadi
dapat disimpulkan evaluasi kebijakan menurut peneliti yaitu sebuah tahapan
penilaian terhadap suatu objek, untuk mergetahui hasil pencapaian, kemajuan,
32 Winarno, Budi, 2008, Kebijakan Publik : Teori dan Proses, Jakarta : PT Buku Kita. 33 Lester, James P, dan Joseph Stewart Jr, 2000, Public Policy : An Evolution ary Approch,
Belmont : Wadsworth 34 Lintjewas, O., Tulusan, F., & Egetan, M, 2016, Evaluasi Kebijakan Pemberian
BantuanPengembangan Usaha Mina Pedesaan di Kabupaten Minahasa Selatan, Society : Jurnal
Ilmu Sosial dan Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, hlm 82-85.
32
serta kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program untuk dipelajari dan
dijadikan perbaikan pelaksaan program dimasa yang akan datang.
Dari berbagai definisi yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang dilakukan dari adanya
sebuah kebijakan publik yang mana menilai tentang bekerjanya suatu program
pemerintah, selanjutnya informasinya digunakan untuk menentukan alternatif atau
pilihan dalam mengambil keputusan akan sebuah program yang dijalankan.
Dengan dilakukannya evaluasi kebijakan maka akan ditemukan fakta pelaksanaan
kebijakan publik dilapangan yang hasilnya bisa positif maupun negatif. Evaluasi
dilakukan secara profesional yang akan menghasilkan temuan yang objektif yang
pada akhirnya akan memberikan manfaat kepada perumus kebijakan, pelaksana,
maupun masyarakat. Dalam penelitian ini mengenai Evaluasi Kebijakan Program
Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
di Kabupaten Pasuruan merupakan cara pemerintah daerah adanya sebuah
formulasi dalam menggerakkan masyarakat untuk hidup lebih inovatif dan
melestarikan lingkungan guna mengambil sebuah manfaat yang akan didapatkan
nantinya.
a. Model Evaluasi Kebijakan
Model evaluasi kebijakan yang akan peneliti gunakan sebagai acuan teori
Wollman yaitu suatu cara membuktikan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
dari suatu program, dari hal ini dapat diartikan evaluasi sering digunakan untuk
menunjukkan tahap siklus pengelolaan program yang mencakup Ex-Ante, ON-
Going, dan Ex-Post, sebagai berikut berdasarkan kerangka berpikir :
33
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Evaluasi Kebijakan Helmut Wollman (2007)
1) Evaluasi tahap perencanaan (Ex-Ante)
Dalam tahap ini sering digunakan untuk memilih dan menentukan
prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan
yang telah dirumuskan. Adanya hal tersebut ditunjukkan untuk
mengantisipasi tentang perkiraan awal konsekuensi dampak serta efek dari
kebijakan yang direncanakan. Pada tahan ini terdiri dari beberapa item yang
harus ada diantaranya yaitu :
a) Kebutuhan, pada intinya ini sangatlah penting karena adalah hal mendasar
yang diharapkan agar sesuai dengan kondisi lingkungan dan kesusaian apa
saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan adanya kebutuhan yang
dapat mendukung berjalannya bank sampah disetiap desa, Pemerintah
Kabupaten Pasuruan harus mampu memberi masukan dan bantuan apa saja
nantinya yang dibutuhkan oleh masyarakat demi kenyaman dan
kesejahteraan masyarakat. Meskipun hal yang dibutuhkan masyarakat tidak
sepenuhnya dari pemerintah, dalam tahap item evaluasi ini bagaimana peran
DLH dapat mengidentifikasi peluang dan memfasilitasi, menilai kebutuhan
dalam program SDSB yang sudah direncakan sesuai tujuan.
34
b) Sasaran, dalam hal ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana
perkembangan dan kesesuaian suatu proses yang sudah direncanakan dari
adanya kebutuhan yang secara berkesinambungan. Evaluasi konteks yang
sangat berpengaruh dalam sasaran adalah subjek dan objek yang akan
dilaksanakan. Dalam program SDSB subjek utama adalah masyarakat, dan
objek yang dituju adalah sampah. Disini pemerintah harus mampu
menepatkan dan mengevaluasi bagaimana penilaian awal atas perkiraan
pengaruh dan dampak terhadap subjek dan objek sesuai kebijakan yang
sudah ditetapkan.
c) Masukan, adalah hasil dari adanya kebutuhan dan sasaran. Masukan
meliputi persoalan yang berhubungan dengan penggunaan sumber dan
alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu
program. Disini pemerintah harus mampu merencanakan strategi yang tepat
dalam mempernalkan program SDSB kepada masyarakat, agar dalam proses
pengimplementasiannya sesuai prosedural dalam perencanaan. Strategi yang
perlu dilakukan pemerintah agar tercapainya program SDSB sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat yang pertama mengetahui latar belakang
masyarakat disetiap desa, agar supaya respon kesadaran masyarakat serta
antusias masayrakat terhadap minat program SDSB sesuai yang diharapkan.
Mendesain prosedur perencanaan sesuai kemampuan masyarakat selain itu
persiapan untuk pembinaan, sarana dan prsarana, serta adanya kerjasama
dalam pengelolaan SDSB harus mampu menciptakan perubahan terhadap
perilaku masyarakat.
35
2) Evaluasi tahap pelaksanaan (On-Going)
Pada tahap pelaksanaan evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat
kemajuan pelaksanaan program bagaimana yang sudah terlaksana dan
dijalankan apa menjadikan sebuah tujauan yang ingin dicapai. Evaluasi pada
tahap pelaksanaan untuk membantu menjawab sejauhmana implementasi
kegiatan telah diterapkan, dan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki setelah
ditemukan dampak, prosedur dapat dikontrol dan diperbaiki. Pihak DLH
harus mampu dan lebih teliti ketika implementasi program SDSB sudah
dijalankan perlunya adanya kontrol dan mengetahui bagaimana respon
masyarkat, apakah bank sampah akan berjalan sesaui tujuan yang
diinginkan apa sebaliknya. DLH harus mempu mempersiapkan cara
perbaikan jika adanya kendala dari program bank sampah yang
diimplementasikan. Esensi dari evaluasi pelaksanaan yaitu memberikan
informasi dan melakukan langkah perbaikan sedini mungkin dari proses
pelaksanaan kebijakan ke arah yang ingin dicapai.
3) Eavaluai tahap pasca pelaksanaan (Ex-Post)
Pada tahap ini evaluasi diarahakan untuk melihat apakah pencapaian
dari sebuah keluaran, hasil, dan dampak kebijakan mampu mengatasi
masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dilakukan
setalah program berakhir untuk menilai relevansi dampak dibandingkan
masukan, efektivitas hasil dibandingkan keluaran, manfaat dampak
dibandingkan hasil, serta keberlanjutan dampak dibandingkan dengan hasil
dan keluaran dari adanya sebuah program.
36
a) Dampak, evaluasi tahap ini adalah sebuah penilaian hasil perubahan
terhadap sasaran program atau kebijakan. Hal ini untuk mengetahui sasaran
dan tujuan berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat apa yang
dirasakan dengan adanya program SDSB di Kabupaten Pasuruan. Apakah
berdampak sesuai yang diharapkan apa malah sebaliknya, manfaatnya
adalah untuk mengetahui efesiensi dan efektifitas yang dihasilkan serta
menyempurnakan perencanaan atas pelaksaan program SDSB.
b) Hasil, adalah suatu proses untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
kebijakan yang dilaksanakan. Evaluasi hasil yaitu untuk mengetahui proses
pengumpulan data tentang pecaiapan apa saja dari kegiatan yang sudah
dilakukan oleh bank sampah di Kabupaten Pasuruan dari aspek
keterampilan, kemajuan masyarakat, serta lingkungan sekitar. Seberapa
besar pengaruh yang dihasilkan dari adanya pelaksaan program SDSB di
Kabupaten Pasuruan.
c) Keluaran, ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan mengetahui
tercapainya tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan dan
ketepatan tindakan yang diberikan, dampak dan hasil dari program. Dari
keseluruhan aspek yang sudah dijalankan mulai dari perencanaan hingga
implementasi, DLH harus mampu menjawab semua kendala-kendala dan
hasil yang diperoleh dari adanya program bank sampah. Hal ini apakah
menunjukkan hasil pencapaian yang maksimal dan mendapatkan respon
serta kerjasama yang berhasil dengan masyarakat. Dampak yang dihasilkan
apakah bisa terus ditindaklanjuti dan adanya keberlanjutan program SDSB
di setiap desa di Kabupaten Pasuruan.
37
Hubungan ketiga tahapan seperti yang sudah dijabarkan diatas sangat saling
erat ketertarikannya. Hal ini merupakan kreteria indikator dalam program yang
sudah ditetapkan dan harus dilaksanakan dengan mengumpulkan data atau
informasi secara mendalam dan sesuai fakta sehingga dapat mencapai tujuan yang
ditargetkan dari program yang selesai dilaksanakan. Hal yang paling penting
informasi yang dihasilkan mendapatkan dampak yang berkelanjutan, sehingga
harus bersifat independen, objektif, relevan dan dapat diandalkan.
Teori model evaluasi kebijakan ini berorientasi untuk merumuskan evaluasi
sebagai suatu yang menggambarkan dan menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan suatu program. Ketepatan penentuan model
evaluasi kebijakan disesuaikan pada jenis kegiatannya. Keguanaan utama model
ini untuk sejauh mana lembaga penyelenggara dan pengelola pelayanan program
kepada masyarakat telah berhasil dalam melaksanakan misinya. Dalam konteks
ini evaluasi sangat berpengaruh yang didasari dengan adanya misi yang terdapat
pada program dan diidentifikasi hasil-hasil utama program yang ingin dicapai dan
hasil yang tidak tercapai, model ini dikembangkan untuk mengevaluasi
pengembangan sumber daya manusia yaitu :35 a) Pemantauan untuk mengetahui
efesiensi sebuah program; b) Evaluasi tentang keberhasilan atau kegagalan
sementara suatu program; c) Evaluasi yang mengkaji tujauan program dalam
jangka panjang.
Disini juga akan dijelaskan mengenai tujuan evaluasi kebijakan agar dapat
diketahui dengan pasti pecapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai
35 Shobrono, Muhammad Nur, 2016, Evaluasi Program Bank Sampah Di Keluarahan Kedungsari
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal Tahun 2016, Universitas Negeri Semarang.
38
dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan program di kemudian hari. Selanjutnya tujuan evaluasi kebijakan
adalah untuk melayani pembuatan kebijakan dengan menyajikan data yang
diperlukan untuk mengambil keputusan secara bijaksana. Tujuan evaluasi
kebijakan yaitu untuk, memberikan masukan bagi perencanaan kebijakan,
menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tidak
lanjut, perluasan atau penghentian program, memberikan masukan bagi pengambil
keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program, memberikan masukan yang
bekenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program, memberi masukan
untuk motivasi dan pembinaan terhadap pengawasan, supervisi, dan monitoring
bagi penyelenggara, pengelolala dan pelaksana program, dan menyajikan data
tantang landasan keilmuan bagi evaluasi kebijakan
Sesuai urian menjelaskan mengenai evaluasi program dan semua
instrumennya istialah evaluasi mempunyai cakupan yang sangat luas dan banyak
pendapat yang berbeda-beda, dapat mengarahkan setiap kegiatan dalam
pengambilan kebijakan. Dapat dijabarkan bahwa evaluasi program adalah hal
yang meliputi penilaian kebenaran dan keberhasilan mengenai suatu kegiatan.
Dapat ditegaskan bahwa semua penelitian itu berisikan penentuan keberhasilan
dari setiap pelaksanaan suatu program atau kebijakan.
39
2. Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
Bank sampah lahir dari program Jakarta Green and Clean yaitu salah satu
cara pengelolaan sampah skala rumah tangga, yang menitik beratkan pada
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Bank sampah
adalah tempat menabung sampah yang telah terpilih menurut jenis sampah,
sampah yang ditabung pada bank sampah yaitu sampah yang mempunyai nilai
ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank
lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya,
apabila dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang
akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai
nilai ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang kreatif dan
inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah
tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan
menyetorkan sejumlah sampah.36
Bank sampah adalah upaya yang dapat dilakukan untuk berkontribusi
dalam pengelolaan limbah di suatu daerah. Bank sampah ini berada dalam kendali
bank, tetapi bank yang ditabung adalah uang, sedangkan dalam bank sampah
dalam tabung adalah sampah. Sampah yang dikumpulkan, biasanya merupakan
jenis domestik limbah atau limbah rumah tangga kering. Menurut Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan
Reduce, Reuse, dan Recycle. Melalui Bank Sampah adalah tempat untuk memilah
36 Unilever, GC, Unilever Green and Clean , Bumi Kita, 2010.
40
dan mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dan digunakan yang
memiliki nilai ekonomis nilai.37 Bank Sampah dapat bermanfaat sebagai tempat
sampah dapat didaur ulang dan digunakan kembali memiliki nilai komersial yang
bermanfaat bagi masyarakat. Bank sampah dapat menjadi lembaga ekonomi
tempat sampah dapat menjadi alat transaksi yang digunakan kegiatan mereka,
bank sampah menekankan fokusnya pada pengelolaan limbah, yang merupakan
masalah lingkungan saat ini. Perubahan yang dilakukan oleh sistem bank sampah
tidak sepenuhnya karena faktor ekonomi, tetapi untuk meningkatkan kesadaran
lingkungan masyarakat dan aspek pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian
bank sampah tidak hanya berdampak pada pembangunan ekonomi semata - mata
untuk kota tetapi juga berkontribusi pada konstruksi sosial karena dapat
meningkatkan kesadaran publik akan cinta melestarikan lingkungan. Selanjutnya,
pemberdayaan masyarakat melalui bank sampah dapat peningkatan kapasitas atau
upaya peningkatan kapasitas yang sangat sesuai untuk masyarakat.
Mekanisme menejemen dalam bank sampah sangatlah perlu. Utamanya cara
menabung pada bank sampah yaitu setiap nasabah harus mendaftarkan terlebih
dahulu, lalu akan dilakukannya pencatatan dan setiap anggota mendapatkan buku
tabungan. Nasabah yang ingin menabung harus terlebih dahulu memilah sampah
dari rumah dan masukkan secara terpisah. Mekanisme bank sampah sama seperti
halnya seperti menabung di bank pada umumnya. Dilakukannya penyetoran,
penimbangan, pencatatan hingga hasil sampah dilaporkan lalu dimasukkan dalam
pembukuan dan tabungan. Dalam pengelolaan data atau transaksi harus lebih
37Irkham, Sulung Satriyo, dkk, 2019, Apllication Of Co-Production In Waste Management Trough
Waste Banks Program In Batu City, Journal of Local Government Issues LOGOS-UMM.
41
teliti karena belum adanya sistem komputerisasi kerap kali akan terjadinya
kesalahan. Apabila terjadi ketidakakuratan data maka akan mempengaruhi
terhadap proses laporan terutama pada saat perhitungan dan pembukuan disetiap
tahunnya. Pelaksaaan bank sampah diharapkan dapat memberikan nilai tambah
serta nilai ekonomis terhadap smapah dan lingkungan. Keberadaan bank smapah
akan menjadikan realisasi konsep ekonomi rakyar yang dapat diimplementasikan
dengan mudah melalui pemberdayaan masyarakat desa. Operasional bank sampah
tentunya tidak dapat dilakukan dengan mudah dan berjalan dengan baik apabila
sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah saja, sehubungan dengan
keterbatasan personel, sarana prasarana, dukungan anggaran dan lain sebagainya.
Maka dari itu perlunya kerjasama dengan masyarakat untuk mengelola
pembentukan Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) melalui
pemberdayaan masyarakat desa.
Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) salah satu program yang
dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Upaya Pemkab Pasuruan
untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah di tiap desa-
desa, terus dilakukan. Salah satunya melalui pendirian Bank Sampah. Tujuan
program SDSB untuk menjadikan lingkungan yang bersih, serta memberdayakan
masyarakat untuk lebih peduli lingkungan dengan danya sampah yang dapat
dikelola menjadi hal yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis
sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan tumpukan sampah. Peran
SDSB di Kabupaten Pasuruan juga mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan Adipura yang sudah didapatkan selama 3 tahun berturut-turut.
42
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus menggalakkan program tersebut agar
bisa berkembang di tiap-tiap desa yang belum tersentuh sosialisasi secara inten.
Program SDSB yang dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan sudah rintis sejak tahun
2015 silam, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No 3 Tahun
2010, 38 lalu ditegaskan dalam Surat Himbauan Dinas Lingkungan Hidup No
660/816/424/178/2015 tanggal 21 Mei. Permasalahan sampah memang tidak bisa
hanya dibebankan kepada pemerintah saja. Namun, harus melibatkan semua
masyarakat, pegiat lingkungan, serta forum komunitas peduli sampah. Yang
berperan dalam Program SDSB ini adalah Pemerintah Kabupaten Pasuruan
melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bekerja sama dengan masyarakat desa
Kabupaten pasuruan serta pihak swasta (pengepul sampah) dalam pengelolaan
dan pelaksanaanya.
Kabupaten Pasuruan terdiri dari 24 Kecamatan, 24 Kelurahan dan 341 Desa.
Pada tahun 2018 bank sampah di Kabupaten Pasuruan sudah berjalan dengan baik
dalam penanganan sampah rumah tangga. Bank Sampah sudah tersebar di 20
kecamatan di 78 desa/kelurahan. Dari total jumlah desa, untuk jumlah bank
sampah yang sudah terbentuk 134 bank sampahmulai tahun 2015 hingga 2017.
Pada tahun 2019, DLH menargetkan perkembangan bank sampah sebanyak 84
desa. Sasarannya adalah desa-desa yang belum ada sarana bank sampah. Program
SDSB dilakukan mulai adanya sosialisasi, pembentukan pengurus, pembuatan SK
dan pelatihan bagi pengurus. Untuk mendukung tercapainya program, DLH akan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan dibantu oleh TFL (Tim
38 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah di
Kabupaten Pasuruan
43
Fasilitator Lapangan). Tim ini akan memberikan pengarahan nilai manfaat dan
produk yang akan dirasakan dengan adanya bank sampah. Harapan yang
dimungkinkan adalah lebih adanya pelestarian lingkungan dan kebersihan
lingkungan dengan adanya swadaya masyarakat untuk hidup sehat dan peduli
lingkungan.
Bank sampah Kampoeng Limo di Desa Pleret Kecamatan Pohejentrk adalah
salah satu bank samapah yang ada di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai
keberhasilan melaksanakan Program SDSB. Masyarakat Kampoeng Limo sangat
antusian dan dapat mandiri dalam mengelola bank sampah. Hingga sekarang
masih sangat efektif dan terstruktur dalam pelaksanaannya. Adanya sosialisasi dan
pendampingan serta pengawasan dari pihak DLH, keberadaan bank sampah di
Kampoeng Limo sudah mendapatkan apresiasi dari Bupati Kabupaten Pasuruan
sebagai Desa Favorit karena masyarakat memiliki kemampuan yang terampil dan
mamu berdaya saing terhadap lingkungan sekitar. Selain itu bank sampah
dibeberapa desa lainnya ada yang kurang maksimal dalam tingkat keberhasilannya
kurang terlaksana dengan baik dan produktif dalam menerapkan bank sampah
yang sudah dilaksanakan. Dalam hal ini peran Pemerintah Kabupaten Pasuruan
diharapkan dan harus mampu memberikan dorongan dalam membentuk,
mendampingi hingga mengawasi sampai akhirnya terlaksananya bank sampah di
setiap desa di Kabupaten Pasuruan agar berjalan dan dikelola dengan baik oleh
masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
44
3. Pemberdayaan Masyarakat
Empowerment yang artinya dalam Bahasa Indonesia adalah pemberdayaan
yaitu merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan
alam pikir masyarakat dan kebudayaan barat yang lahir di Eropa. Secara
etomologis pemberdayaan adalah kekuatan atau kemampuan. Menurut Prijono
dan Pranarka pemberdayaan memiliki dua pengertian, yang pertama adalah to give
power or authority dan give ability to or enable, maksudnya adalah memberikan
kekuasaan, mendelegasikan otoritas kepada pihak kurang berdaya, selain itu
memberikan kemampuan memberdayakan serta memberikan peluang kepada
pihak lain untuk melakukan sesuatu.39
Pendapat lain pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
mengembangkan potensi dan daya masyarakat untuk membangkitkan dan
mendorong kesadaran potensi yang sudah memiliki yang berupaya untuk
mengembangkannya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi individu anggota
masyarakat, namun juga pranatanya misalnya mengenai nilai-nilai budaya dalam
halnya kerja keras, hamat, keterbukaan, dan tanggung jawab. 40 Hakikatnya
pemberdayaan untuk menumbuhkan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat untuk berkembang, bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali
tidak mempunyai daya. Setiap masyarakat pasti memiliki kemampuan, tetapi
terkadang masyarakat tidak menyadari kemampuan tersebut yang belum diketahui
secara eksplisit. Oleh karena itu hal ini perlu digali dan dikembangkan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep untuk membangun daya, dengan
39 Prijono, Omy S, & A.M W, Pranaka, 1996, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, Jakarta : Center for Strategic and International Studies. 40 Isbandi, Rukminto Adi, 2001, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, cet ke-1.
45
cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kedasadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat untuk dikembangkan yang mengantarkan pada proses
kemandirian.
Dalam hal ini pemberdayaan mempersiapkan masyarakat seiring dengan
langkah memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan
kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang
berkelanjutan. Menurut Sumaryadi aspek pemberdayaan masyarakat yaitu :41
1) Membantu pengembangan secara manusiawi yang autentik dan intergal dari
masyarakat lemah, rentan, miskin perkotaan, masyarakat adat yang
terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita
yang memiliki keahlian atau kemampuan dikesampingkan.
2) Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial
ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat. Dari hal ini pemberdayaan bertujuan untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap keterbelakangan.
Adanya pemberdayaan masyarakat mampu memberikan tekanan otonom
pengambil keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan demokrasi dan
partisipasi mampu menjadi landasan bagi penguatan potensi lokal. Pemberdayaan
masyarakat juga tidak hanya menjadikan masyarakat sebagi objek melainkan
sebagai subjek. Konteks pemberdayaan sebenarnya memiliki unsur partisipasi
41 Sumaryadi, 2005, Perencanaan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta : Cv
Citra Utama.
46
dengan bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak
untuk memiliki pembangunan. Pemberdayaan mementingkan bagaimana
menjadikan masyarakat subjek akan kemampuan yang dimiliki objek. Dalam hal
ini proses dalam pemberdayaan menjadi pentingnya masyarakat yang tadinya
belum menunujukkan kemampuan menjadi hal yang dapat diberdayakan.
a. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan adanya pemberdayaan masyarakat adalah membentuk masyarakat
yang mandiri. Melalui kemandirian masyarakat dapat berpikir, berpindak dan
mengendalikan apa yang akan dilakukan. Dengan adanya Pemberdayaan
masyarakat harus mampu memutuskan serta melakukan sesuatu untuk mencapai
pemecahan masalah yang dihadaoi dengan menggunakan kemampuan yang terdiri
dari kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif. 42 Penjabaran dari hal tersebut
adalah :
1) Kondisi kognitif yaitu kemampuan berpikir yang dilandasi oleh
pengetahuan dan wawasan masyarakat untuk mencari solusi permasalahan.
2) Kondisi konatif merupakan sikap perilaku masyarakat yang dibentuk untuk
diarahakan pada perilaku yang memiliki nilai-nilai pembangunan dan
pemberdayaan.
3) Kemampuan psikomotorik yaitu sebagai upaya kecakapan dan ketrampilan
yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam
melakukan aktivitas pembangunan.
42 Ambar Teguh Sulistyani, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
47
4) Kondisi afektif adalah perasaan yang dimiliki masyarakat diharapkan dapat
mengintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku.
Diharapkan dari adanya tujuan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan bank sampah di Kabupaten Pasuruan ini dapat memberikan
kontribusi terciptanya kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, yang mana
dapat memiliki kecukupan wawasan yang dilengkapi dengan ketrampilan dalam
pengembangan bank sampah sehingga masyarakat dapat merasakan hasil yang
didapatkan dari adanya pembangunan dan pengembangan dari kebutuhan yang
diperlukan. Melalui sebuah proses program pengelolaan bank sampah di setiap
desa di Kabupaten Pasuruan masyarakat diharapkan memiliki kemampuan dan
tetap mempertahankan dari waktu ke waktu. Adanya kemandirian diharapkan juga
dapat memvisualisasikan pembangunan sosial yang dapat mewujudkan komunitas
atau kelompok masyarakat yang baik dan ideal.
b. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan hanya ditargetkan kemampuan masyarakat untuk mandiri.
Menurut pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses
belajar hingga mempunyai status, meskipun dalam upaya mencapai kemandirian
tetap dilakukan pemeliharaan dan kemampuan sacara terus menerus agar supaya
tidak mengalami kemunduran. 43 Tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu : 1)
Tahap pembentukan perilaku yang mana masyarakat dapat dibentuk perilaku
sadar dan peduli sehingga dapat merasakan kebutuhan terhadap diri sendiri; 2)
Tahap transformasi kemampuan yang berupaya menumbuhkan wawasan
43 Sumodiningrat, G, 2000, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring pengaman Sosial, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
48
pengetahuan, kecapakan dan keterampialan agar dapat mengetahui peran apa yang
dicita-citakan; 3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
sehingga dapat menumbuhkan inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
pemberdayaan dan kemandirian.
Dalam hal ini masyarakat dituntut untuk dapat berpikir kreatif dan inovatif
untuk dapat membangkitkan semangat mencapai tujuan dan kepedulian terhadap
lingkungannya. Dengan tahapan-tahapan yang dicapai melalui sebuah proses
maka masyarakat akan merasakan dampak yang akan diperoleh serta kepuasan
tersendiri dari apa yang sudah dikerjakan. Seperti halnya kemampuan masyarakat
di Kabupaten Pasuruan terhadap masalah lingkungan yang sedang dihadapi saat
ini, kepedulian masyarakat untuk mengelola sampah menjadi hal yang bermanfaat
dan mengurangi adanya pencemaran lingkungan yang mengganggu keadaan
lingkungan warga. Dengan dilakukannya pemberdayaan dari kesadaran
masyarakat sendiri merupakan hal yang diharapkan pemerintah sendiri.
Pemerintah sangat mengapresiasi adanya upaya masyarakat yang mau bergerak
dan membantu pemerintah dalam upaya pengelolaan dan pembentukan bank
sampah di Kabupaten Pasuruan. Dengan kemandirian dan kepedulian masyarakat
yang sangat memperhatikan lingkungannya diharapkan dapat merubah kebiasaan
masyarakat sendiri yang mendapatkan dampak impact profit yang sangat
baikdengan adanya pembentukan bank sampah di setiap desa di Kabupaten
Pasuruan.