bab ii tinjauan pustakadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-hermayanti... ·...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa,
suatu masa perubahan biologis, intelektual, psikososial dan ekonomi.
Periode ini, individu mencapai kedewasaan fisik dan seksual,
menggembangkan kemampuan penalaran yang lebih baik, dan
membuat berbagai keputusan yang akan membentuk karir mereka
kelak. Perubahan pada remaja memiliki implikasi untuk memahami
berbagai resiko kesehatan yang biasa dialami para remaja, tingkah laku
berresiko yang mereka jalani, dan berbagai kesempatan peningkatan
kesehatan yang ada dalam masyarakat ini (Wong, 1999).
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa
ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang
dtandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosianal dan
sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Narendra,
et. al.2002).
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere
(kata Belanda, adolescence yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa, merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan
berakhir saat mencapai usia matang secara hukum (Hurlock, 1999).
6
2. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999) ciri-ciri remaja
anatara lain:
a. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan bukan berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan
dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya,
dengan demekian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku
dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
b. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan
penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai serta minat baru.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi
dengan pesat diikuti perubahan perilaku dan sikap yang juga
berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap
dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa
Remaja menjadi gelisah untuk meniggalkan stereotype belasan tahun
dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa yaitu: merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.
Remaja menggangap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang
mereka inginkan.
7
e. Masa remaja sebagai masa pencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak,
penyesuian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada
bersikap individualistis. Penyeseuaian diri dengan kelompok pada
remaja awal masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan,
namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri
dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang lebih dalam berbeda
dengan orang lain (Nasution, 2007).
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita. Semakin tidak realitas cita-citanya remaja akan semakin
marah. Remaja akan merasa sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau remaja tidak berhasil mencapai tujuan
yang ditetapkan.
g. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cederung berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
h. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik anak
laki-laki maupun anak perempuan (Nasution, 2007).
8
3. Karakteristik Remaja
Sesuai dengan pembagian usia menurut Monks (1999) dalam Nasution
(2007) terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja
dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya
yaitu:
a. Remaja Awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan tersebut. Remaja mulai
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis dan mudah terrangsang secara teoritis. Kepekaaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengedalian terhadap
ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh
orang dewasa.
b. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman,
disamping itu ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya
sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
c. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai
dengan pencapaian yaitu: minat yang semakin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu
dengan orang lain dan mendapatkan pengalaman baru,
terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,
egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain, serta tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri
dengan masyarakat umum.
9
4. Tugas Perkembangan Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang terjadi pada seorang individu yang berusia 12-21 tahun.
Pada setiap sirklus hidup yang dialami manusia pasti terdapat tugas
perkembangan yang harus dilalui untuk mencapai tingkat kehidupan
yang lebih tinggi. Tugas perkembangan yang harus dilalui oleh remaja
tersebut antara lain (Soetjiningsih, 2007):
a. Memperluas hubungan antar pribadi dan komunikasi secara lebih
dewasa.
b. Memperoleh peranan sosial.
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara afektif.
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua.
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
f. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.
g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.
5. Perubahan pada remaja (Hurclok, 1999)
a. Perubahan fisik
Berdasarkan perubahan fisik terdapat perbedaan pada setiap
individu. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki
memulai pertumbuhan lebih lambat dari pada anak perempuan,
pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada
saat matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dari anak
perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia
kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung memiliki
bahu yang yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal.
Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat,
lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak perempuan
yang matangnya terlambat.
10
b. Perubahan kepribadian
Remaja memahami apa yang membentuk “kepribadian yang
menyenangkan”. Remaja mengetahui sifat-sifat apa yang dikagumi
oleh teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Meskipun
sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok sosial ke kelompok
sosial yang lain, namun remaja mengerti apa yang dikagumi oleh
kelompoknya. Banyak remaja menggunakan standar kelompok
sebagai konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” terhadap mana
mereka menilai kepribadian mereka sendiri. Tidak banyak yang
merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang
tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.
c. Perubahan emosi
Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketengangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa
badai dan tekanan, sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari
waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuian diri pada
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
d. Perubahan sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah
penyesuian sosial. Bagian yang terpenting dan tersulit adalah
penyesuian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru,
nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam
dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi
pemimpin. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama
dengan teman-teman sebayanya, maka dapatlah dimengrti bahwa
pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan
dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluaraga. Misalnya,
sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai
model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang
11
populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok
menjadi besar.
e. Perubahan moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai oleh
remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok
kepadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai
dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan
diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Menurut
Mitchell terdapat lima perubahan dasar dalam moral yang harus
dilakukan oleh remaja, yaitu:
1) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak
dan konkret.
2) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang
pada apa yang salah.
3) Penilaian moral menjadi semakin kognitif.
4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam
arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis.
6. Perubahan Sosial Pada Remaja
Pada remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Remaja
cenderung menggabungkan diri dalam kelompok teman sebaya yang
merupakan tempat yang aman bagi remaja, remaja juga harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang
sebelumnya belum pernah ada serta menyesuiakan dengan orang
dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai
tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuian baru. Bentuk penyesuian remaja terhadap perubahan sosial.
12
Menurut Hurlock (1999) adalah sebagai berikut:
a. Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-
teman sebaya sebagai kelompok, oleh karena itu pengaruh teman-
teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Namun, hal itu
berkurang dengan berjalannya waktu.
b. Perubahan dalam perilaku sosial
Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial
yang paling menonjol terjadi adalah di bidang hubungan
interpersonal. Berbagai kegiatan sosial baik kegiatan dengan sesama
jenis atau dengan lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama
bertahun-tahun hingga sekolah menengah atas. Semakin banyak
partisipasi sosial, semakin besar kompetensi sosial remaja, seperti
terlihat dalam mengadakan pembicaraan dalam melakukan olahraga
dan permainan yang populer, dan berperilaku baik dalam berbagai
situasi sosial. Dengan demakian remaja memiliki kepercayaan diri
yang diungkapkan melalui sikap tenang seimbang dalam situasi
sosial.
c. Pengelompokan sosial baru
“Geng” pada masa kanak-kanak berangsur-angsur berakhir pada
masa puber digantikan oleh kelompok sosial baru. Pengelompokkan
sosial anak laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab
dibandingkan dengan pengelompokkan anak perempuan yang kecil
dan akrab satu sama lain. Remaja sebagai kelompok cederung lebih
“pemilih” dalam memilih rekan dan teman-teman baik dibanding
ketika masih kanak-kanak.
d. Nilai baru dalam memilih teman
Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai
yang sama, yang dapat dimengerti dan membuatnya merasa aman
dan dapat dipercaya tentang masalah-masalah dan membahas hal-hal
13
yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua atau guru. Para remaja
juga tidak lagi hanya menaruh minat pada teman-teman sejenis,
minat pada lawan jenis bertambah besar selama masa remaja.
Remaja berkeras untuk memilih sendiri teman-temannya tanpa
campur tangan orangtua karena remaja mengerti apa yang
diharapkan dari teman-temannya.
e. Nilai baru dalam penerimaan sosial
Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan perilaku yang
disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari kelompok remaja.
f. Nilai baru dalam memilih pemimpin
Remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya harus mewakili
mereka dalam masyarakat, mereka meninginkan pemimpin yang
berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang
lain karena dengan demikian akan mengantungkan mereka. Remaja
mengharapkan pemimpinya mempunyai sifat-sifat tertentu.
B. Citra Tubuh
1. Pengertian
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap
yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta persepsi dari
pandangan orang lain (Perry dan Potter, 2005). Citra Tubuh adalah
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
meliputi persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 1991).
Citra atau gambar diri adalah gambaran kita terhadap diri sendiri
atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Nilai
diri kita berkaitan dengan cara kita memandang diri sendiri dan
bagaimana kita berfikir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita.
Kadang kita terlalu terpaku pada pendapat umum. Misalnya adalah
14
pendapat bahwa orang lain akan menghargai jika kita cantik atau
tampan, pintar, kaya, menarik, atau langsing. Sehingga orang yang
mempunyai bentuk badan yang tidak ideal, bentuk muka yang kurang
indah, atau kurang berhasil dalam pelajaran, dalam studinya tidak
terlalu dihargai (Hadiwibowo, 2002).
Menurut Roberta dan David body image adalah gambaran
mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Bagaimana
seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang
dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas
bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya,
apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar
mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil
penilaian diri yang subjektif.
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,
menerima reaksi dari tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan. Perkembangan mammae, mentruasi,
perubahan suara, pertumbuhan bulu, semua akan menjadi bagian dari
gambaran tubuh.
Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara
individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikiologisnya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh yang akan memberi rasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang
stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisa yang akan
memacu sukses dalam kehidupan. Persepsi dan pengalaman individu
dapat merubah gambaran diri secara dinamis.
15
2. Aspek-aspek Citra Tubuh
Aspek-aspek citra tubuh dalam penelitian ini mengacu pada objek sikap
dan citra tubuh yaitu tubuh. Rincian objek sikap dari citra tubuh dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagian tubuh seperti wajah, rambut, gigi, hidung, lengan, perut,
ukuran dan bentuk dada, pantat, pinggul, kaki, paha (Rosen dkk,
1995), leher (Wirakusumah, 2001), bentuk bibir dan mata
(Winiaswati, 2003), pipi (Hurlock, 1999).
b. Keseluruhan tubuh, mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi
tubuh, penampilan fisik, dan bentuk tubuh (Rosen dkk, 1995).
3. Karakteristik citra tubuh negatif dan positif
a. Negatif
1) Citra tubuh negatif
Citra tubuh negatif adalah gambaran serta anggapan seseorang
tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif. Citra tubuh negatif
tertanam didalam diri seseorang akibat pengaruh lingkungan,
orang lain atau pengalaman masa lalu yang membekas dalam
dirinya. Di daerah lingkungan hidupnya miskin para orangtua
menanamkan fikiran negatif terhadap putra putrinya. Ketika
anak menyampaikan cita-citanya maka orangtua selalu
merendahkanya. Jika ucapan berulang-ulang itu terrekam dalam
fikiran bawah sadar si anak secara mendalam, maka ucapan itu
telah membentuk citra tubuh si anak. Apapun usaha bisnis yang
digelutinya akan mengalami kehancuran selama citra tubuh
negatif itu masih tertanam dalam fikiran bawah sadarnya . untuk
mencapai sukses harus merubah citra dirinya. Mengubah citra
tubuh yang telah tertanam dalam diri seseorang membutuhkan
usaha yang sungguh-sungguh (Tadabbur, 2008).
16
2) Tanda-tanda orang yang mempunyai citra tubuh yang negatif
secara umum:
a) Merasa rendah diri, menggap diri tidak berguna dan tidak
berarti ditengah masyarakat. Merasa keberadaannya tidak
dibutuhkan oleh masyarakat dan lingkungan.
b) Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau
mendapatkan sesuatu.
c) Merasa terlalu muda atau tua melakukan sesuatu.
d) Merasa dibenci atau tidak disukai oleh lingkungan dan
sekitarnya.
e) Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapat
kegagalan dan cemoohan dari orang sekitarnya.
f) Merasa kurang pendidikan dibanding orang lain.
g) Jarang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani
memulai sesuatu hal yang baru, selalu khawatir berbuat
salah dan ditertawakan orang
b. Positif
1) Citra tubuh positif
Citra tubuh positif adalah anggapan atau gambaran seseorang
tentang dirinya sendiri yang bersifat positif. Umumnya sejak
anak-anak orangtua mereka telah menanamkan nilai-nilai positif
ke dalam fikiran si anak. Orang yang mempunyai citra tubuh
positif mempunyai semangat hidup dan semangat juang yang
tinggi. Ia mempunyai cita-cita dan gambaran yang jelas tentang
masa depanya. Mereka merasakan dirinya penuh semangat,
optimis, dan yakin pada setiap yang dikerjakan. Citra tubuh
positif menjadi blueprint kehidupanya, dunia seolah-olah tunduk
padanya, sukses demi diraih seiring dengan perjalanan waktu
(Tadubbar, 2008).
17
2) Tanda-tanda orang yang mempunyai citra tubuh positif antara
lain:
a) Mempunyai gambaran yang jelas tentang masa depanya.
b) Optimis mengurangi kehidupan.
c) Yakin dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d) Penuh harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang
lebih baik.
e) Tidak ada hal yang tidak mungkin.
f) Penuh rasa percaya diri.
g) Segera bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka
berkepanjangan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh remaja ( Rumini dan
Sundari, 2004)
a. Gender
Remaja awal sering memiliki citra tubuh yang lebih tinggi atau
rendah dari yang semestinya. Remaja putri sering menilai dirinya
lebih tinggi atau over estimate dan remaja pria sering menilai dirinya
lebih rendah atau under estimate.
b. Lingkungan
Dalam hidup bermasyarakat remaja dituntut untuk bersosialisasi.
Sejak anak-anak memasuki peer group bahkan sebenarnya sejak usia
4 tahun, anak telah merasakan kebutuhan atau kehausan sosial. Pada
masa menjelang remaja, peer group cenderung terdiri dari atas satu
jenis kelamin yang sama karena fisik mempunyai ciri yang berbeda.
Pada masa remaja awal anak pria maupun perempuan timbul
kesadaran terhadap dirinya. Persepsi terhadap dirinya disebut body
image. Istilah sex appropriate phisique lebih tepat untuk anak pria
sedangkan anak perempuan sex appropriateface dan figure. Dalam
peer group diusahakan agar physical appropriate tidak terlalu
berbeda sebab bagi yang sangat berbeda sering ditolak atau diberi
nama panggilan nickname yang bersifat menghina sehingga yang
18
bersangkutan yakin bagaimana orang yang menganggap orang lain
dirinya.
c. Perubahan fisiologis, seksual dan sosial.
Perubahan fisik dan seksual atau bio seksual mempunyai arti penting
dalam psikososialnya bila dibanding dengan perkembangan tingkah
laku seksualnya. Keadaan citra tubuh mempengaruhi kehidupan
sosial seperti kurang percaya diri, malu, menarik diri, stres, frustasi
sampai dengan harga diri rendah.
d. Standar sosial budaya.
Berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-beda pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran individu, seperti
adanya perasaan minder.
e. Pengalaman sukses dan gagal.
Ada kecendurungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan citra
tubuh dan demekian sebaliknya.
f. Penampilan fisik.
Penampilan fisik menggambarkan citra tubuh seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
C. Status Gizi
1. Pengertian Gizi
Zat gizi (nutriant) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Almatsier, 2004).
Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbonhidrat,
lemak dan protein. Oksidasi zat-zat ini dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat ini termasuk ikatan
organik yang mengandung karbon dan dapat di bakar, terdapat dalam
jumlah yang paling banyak dalam bahan makanan. Dalam fungsi
19
sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat
pembakar. Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh.
Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara
dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi
tersebut dinamakan zat pembangun.
Menurut Soekirman (2000), status gizi berarti sebagai keadaan
fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah
satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Menurut
Supariasa (2001), status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudtan dari
nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur
proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel,
bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan
membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif
yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan
sebagai pengatur dalam proses oksidasi, fungsi normal saraf dan proses
menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh,
seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan , mengatur suhu
tubuh, membuang sisa-sisa atau sekresi. Dalam fungsi ini, protein,
mineral, air dan vitamin disebut zat pengatur (Almatsier, 2004).
2. Kebutuhan gizi pada remaja
Menurut Paath (2004) untuk mencapai kesehatan yang optimal
diperlukan makanan bukan sekedar makanan tetapi makanan yang
mengadung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan
menjadi lima macam, yakni protein, lemak, karbonhidrat, vitamin dan
mineral. Zat makanan itu antara lain sebagai berikut:
20
a. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi
protein bagi tubuh antara lain :
1) Membangun sel-sel yang rusak.
2) Menbentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.
3) Membentuk zat inti energi (1 gram protein kira-kira
menghasilkan 4,1 kalori).
b. Lemak
Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan
sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah :
1) Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram
lemak menghasilkan 9,3 kalori).
2) Sebagai pelarut vitamin A,D,E,K.
3) Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan
pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c. Karbohidrat
Karbohidrat berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan
menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi
karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling
murah, karena pada umumnya sumber karbohirdrat ini berasal dari
tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya) yang
merupakan makanan pokok.
d. Vitamin-vitamin
Vitamin dibedakan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air
(vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin
A,D,E,K).
Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:
1) Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan
sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.
21
2) Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,
keseimbangan air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat
lemak oleh usus.
3) Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke
saraf mata dan enim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-
sel.
4) Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam
proses pertumbuhan dan dalam proses pertumbuhan serta
pekerjaan urat saraf.
5) Vitamin C berfungsi sebagai aktivator macam-macam fermen
perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi
dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.
6) Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam
bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan
kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar
endokrin.
7) Vitamin E berfungsi sebagai mencegah pendarahan bagi wanita
hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel
sedang membelah.
8) Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protrombin, yang
berarti penting dalam proses pembekuan darah.
e. Mineral
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F),
natrium (Na), dan chlor (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara
umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif
dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan
jaringan (Notoatmodjo, 2008).
f. Energi
Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan
aktivitas otot, fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh,
menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan
22
jaringan dan tulang yang disebabkan oleh karena sakit dan cedera.
Sumber energi makanan berasal dari karbonhidrat, protein, lemak
menghasilkan kalori masing-masing, sebagai berikut: karbonhidrat 4
kkal/g, protein 4kkal/g dan lemak 9 kkal/g.
g. Serat
Serat pada diet jumlahnya berlimpah, fungsinya pada tubuh adalah
untuk melancarkan proses pengeluaran dari tubuh. Sumber yang baik
dari diet, misalnya: seluruh produk padian-padian, beberapa jenis
buah dan sayur, kacang-kacangan kering, dan biji-bijian. Bila
kekurangan asupan menyebabkan konstipasi: sebaliknya bila
kelebihan asupan mungkin menimbulkan absorsi mineral berkurang.
h. Kalsium
Remaja membutuhkan kalsium lebih tinggi dibandingkan ketika
masih anak-anak atau saat dewasa, yang diperlukan untuk
pertumbuhan skeletal dan MTB (Massa Tubuh Bersih). Pertumbuhan
tinggi pada masa remaja mencapai 20% pertumbuhan tinggi dewasa
dan 45% masa skeletal dewasa. Kebutuhan kalsium pararel dengan
pertumbuhan skeletal, dan meningkat dari 800 mg/hari menjadi 1200
mg/hari pada kedua jenis kelamin pada umur 11-19 tahun.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang
a. Faktor sosial ekonomi atau ketahanan pangan keluarga
Penghasilan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan
menyediakan kebutuhan pangan keluarga yang layak. Meskipun
faktor ini kurang berpengaruh sacara langsung (Akmadi, 2007).
b. Faktor intake makanan
Masukan makanan yang kurang atau berlebihan dalam jumlah dan
keragaman jelas memberikan pengaruh yang berbeda pada status gizi
seseorang.
23
c. Faktor pola makan
Kebiasaan sarapan, berapa kali makan dalam sehari, menghindari
makanan tertentu.
d. Faktor Infeksi
Adanya penyakit infeksi dalam tubuh akan mengganggu
keseimbangan tubuh dalam kebutuhan energi metabolisme.
e. Faktor Umur, Tinggi Badan, dan Berat Badan
Umur, tinggi badan, dan berat badan akan menentukan standar
normal status gizi seseorang.
f. Faktor aktivitas fisik
Kelelahan menguras banyak kalori, sedangkan banyak istirahat
menyimpan energi.
4. Pengukuran status gizi
Menurut Supariasa (2001), IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau gizi orang dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Mempertahankan berat badan yang normal
memungkinkan seseorang untuk mencapai usia harapan hidup lebih
panjang. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT =BB(kg)TBଶ(m)
Gambar 2.1 Rumus IMT
Sumber: Supariasa, (2001)
Keterangan :
IMT :Indeks Massa Tubuh
BB :Berat Badan dalam kg
TB :Tinggi Badan dalam m
24
Kategori Ambang Batas IMT untuk orang Indonesia:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan
tingkat berat
kekurangan berat badan
tingkat sedang
<17,0
<17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Gemuk kelebihan berat badan
tingkat ringan
kelebihan berat badan
tingkat berat
>25,0-27,0
>27,0
Tabel 2.1 KategoriAmbang Batas IMT untuk orang Indonesia
Sumber: Supariasa(2001)
25
D. Kerangka Teori
Gambar 2.2 KerangkaTeori
Sumber: Tarwoto dan Wartonah (2006), Rumini dan Sundari (2004), Tadubbar,
(2008), dan Hurclok (1999)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
citra tubuh remaja :
1. Gender
2. Perubahan fisiologis, seksual dan
sosial.
3. Penampilan fisik.
4. Pengalaman sukses dan gagal
5. Standar sosial budaya
6. Lingkungan
Perubahan pada remaja:
1. Fisik Berat badan dan tinggi badan.
2. Kepribadian 3. Emosi 4. Sosial 5. Perubahan moral
Tanda-tanda Citra Tubuh pada
remaja:
a. Negatif
1. Merasa rendah diri
2. Merasa tidak pantas
3. Merasa dibenci atau tidak
disukai
4. Merasa tidak mampu
b. Positif
1. Percaya diri
2. Penuh harapan
3. Optimis
4. Tidak ada hal yang tak
mungkin
5. Yakin dapat mengatasi
berbagai masalah
6. Mempunyai gambaran
yang jelas
26
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent
Status Gizi
Gambar 2.3 KerangkaKonsep
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah citra tubuh.
G. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan citra tubuh.
Citra tubuh