bab ii tinjauan dan landasan teori ii. 1. tinjauan umum...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II. 1. Tinjauan Umum
II. 1. 1. Pengertian Apartemen
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang di strukturkan
secara fungsional dalam arah horizontal dan arah vertikal yang merupakan
satu-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan dihuni secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama,
benda bersama dan tanah bersama. ( Undang-Undang No.16 Tahun 1985 )
Apartemen didefinisikan sebagai tempat tinggal ( terdiri atas kamar duduk,
kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb ) yang berada pada suatu lantai
bangunan bertingkat, rumah flat, rumah pangsa, bangunan bertingkat
terbagi dalam beberapa tempat tinggal.( kamus besar bahasa indonesia,
1984 : 252 )
Apartemen adalah suatu bangunan yang terdiri dari tiga unit atau lebih
hunian, yang merupakan suatu kehidupan bersama dalam lingkungan
tanah terbatas, dan masing-masing unit hunian dapat dimiliki atau
digunakan secara terpisah.
( Grolier, 1962 : 168 )
7
Apartemen adalah kamar atau beberapa kamar( ruangan ) yang
diperuntukan sebagai tempat tinggal, terdapat didalam suatu bangunan
yang biasanya punya kamar atau ruangan semacam itu.( W.J.S
Poerwadarminta, 1976 : 166 )
Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan
vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan
bertingkat rendah atau bangunan bertingkat tinggi, dilengkapi berbagai
fasilitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. ( Ernst Neufert, 1980
: 86 )
Apartemen adalah merupakan suatu hunian, yang harus bebas dari
kebisingan, kekhawatiran, ketegangan, juga memiliki keindahan,
kemudahan, kesenangan, keamanan, privasi bagi keluarga yang tinggal di
dalamnya, serta mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan
sekitarnya. ( Paul Samuel, 1967 : 157 )
II. 1. 2 Karakteristik Apartemen
Suatu hunian vertikal dapat di katakan sebagai apartemen jika bangunan
tersebut memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
- Memiliki jumlah lantai lebih dari satu.
- Terdiri dari beberapa unit hunian dalam satu lantai.
- Dalam setiap unit, minimal memiliki tiga jenis ruang, yaitu ruang tidur, dapur,
dan kamar mandi.
- Sirkulasi vertikal memakai tangga atau lift, dan untuk sirkulasi horizontal
memakai Koridor.
8
II. 1. 3 Persyaratan Apartemen
Membangun apartemen yang terdiri dari sejumlah besar unit rimah tangga
tidaklah mudah, perlu adanya persyaratan untuk membuatnya, agar apartemen
tersebut dapat memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis penghuninya,
berikut adalah persyaratan yang harus di penuhi dalam merancang apartemen
( Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 ) :
Di dalam perencanaan harus dapat dengan jelas ditentukan dan dipisahkan
masing-masing satuan rumah susun serta nilai perbandingan proporsionalnya.
Rencana yang menunjukkan satuan rumah susun, harus berisi rencana tapak
beserta denah dan potongan yang menunjukkan dengan jelas batasan secara
vertikal dan haimntal dari satuan rumah susun yang dimaksud.
Batas pemilikan bersama harus digambarkan secara jelas dan mudah
dimengerti oleh semua pihak dan ditunjukkan dengan gambar dan uraian
tertulis yang terperinci.
Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan
pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami dalam jumlah
yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Dalam hal hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan
pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami harus diusahakan
adanya pertukaran udara dan pencahayaan buatan yang dapat bekerja terus
9
menerus selama ruangantersebut digunakan, sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen,
dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi
sesuai dengan standar yang berlaku.
Rumah susun harus dilengkapi dengan:
a. jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan
perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air
dalam bangunan;
b. jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan
perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta
pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan.
c. jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya
termasuk meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap bulnya hal-
hal yang membahayakan.
d. saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas, dan pemasangan.
e. saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas dan pemasangan.
f. saluran dan / atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi
persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan.
g. tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat
10
komunikasi lainnya.
h. alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan
tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku.
i. pintu dan tangga darurat kebakaran.
j. tempat jemuran.
k. alat pemadam kebakaran.
l. penangkal petir.
m. alat/ sistem alarm.
n. pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu.
o. generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift.
Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan
utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam rumah susun
yang bersangkutan, meliputi :
a. jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala
kelengkapannya termasuk kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air,
pompa air, tangki gas, dan gardu-gardu listrik;
b. saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air
hujan dari rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota;
c. saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang
menghubungkan pembuangan air limbah dari rumah susun ke sistem
jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut ke dalam
tangki septik dalam lingkungan.
d. tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat
11
pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke
tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor
kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan;
e. kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan
dengan kapasitas air yang cukup untuk pemadam kebakaran.
f. tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang
diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya.
g. jaringan telepon dan alat komunikasi lain sesuai dengan tingkat
keperluannya.
II. 1. 4 Pengelompokan Apartemen
Apartemen dapat dikelompokan dalam beberapa jenis, berdasarkan
golongan ekonomi penghuninya, berdasarkan sistem kepemilikannya, berdasarkan
arsitektural bangunannya, berdasarkan jenis pembiayaannya. Berikut adalah
pengelompokannya :
a. Apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya
Ada 3 ( tiga ) macam apartemen berdasarkan golongan ekonomi
penghuninya, ( Apartments : Their Design and Development, 1967 : 42-43
)yaitu :
Apartemen golongan bawah
Apartemen golongan menengah
Apartemen mewah
12
Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang
pada tiap hunian, serta fasilitas yang disediakan olehapartemen tersebut,
semakin besar ukuran unit dan semakin banyak fasilitas yang tersedia,
semakin mahal harga per unit apartemen tersebut.
b. Apartemen berdasarkan sistem kepemilikan
Ada 2 ( dua ) jenis apartemen berdasarkan kepemilikan antara lain (
Apartments : Their Design and Development, 1967 : 39-42 ) :
1. Apartemen berdasarkan system sewa
Pada apartemen ini penghuni hanya membayar biaya sewa unit
yang ditempatinya kepada pemilik apartemen dan biasanya biaya itu
dibayarkan per bulan ataupun per tahun, biaya seperti listrik, air, gas,
telepon ditanggung oleh penyewa, sementara biaya pemeliharaan dan gaji
mpegawai pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik, penyewa yang
tidak ingin lagi tinggal di apartemen tersebut, harus mengembalikan
apartemen tersebut kepada pemiliknya, kemudian pemilik akan mencari
lagi morang baruuntuk mengisi unit-unit yang kosong.
2. Apartemen dengan sistem beli
Apartemen dengan sistem beli terbagi 2 ( dua ) jenis yaitu :
- Apartemen dengan system kepemilikan bersama ( cooperative ownership
)Pada apartemen ini setiap penghuni memiliki saham dalam perusahaan
pemilik napartemen serta menempati satu unit tertentu sesuai denga
ketentuan perusahaan, penghuni hanya bisa menjual unitnya kepada
orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen lainnya, bila
13
terdapat unit apartemen yang kosong, maka sahamnya akan dibagi rata
antara penghuni dan mereka harus menanggung semua biaya perawatan
unit yang kosong tersebut, sampai unit tersebut ditempati oleh penghuni
baru.
- Kondominium
Pada apartemen ini setiap penghuni menjadi pemilik dari unitnya
sendiri dan memiliki kepemilikan yang sama dengan penghuni lainnya
terhadap fasilitas dan ruang publik, penghuni bebas menjual, menyewakan
ataupun memberikan kepemilikannya kepada orang lain, jika terdapat unit
apartemen yang kosong, maka biaya perawatan unit ditanggung oleh
badan pengelola apartemen.
c. Apartemen berdasarkan arsitektural
Secara arsitektural bangunan apartemen dapat dikelompokan berdasarkan
ketinggian bangunan, sirkulasi vertikal, sirkulasi horizontal, sistem
penyusunan lantai, bentuk massa bangunan, standar besaran ruang, dan jumlah
kamar tidur.
1. Apartemen berdasarkan ketinggian bangunan ( Apartments : Their desaign
and Development, 1967 : 44-47 )
a. Apartment low rise
Apartemen jenis ini biasanya memiliki ketinggian antara 2- 4 lantai,
apartemen ini dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Garden apartment, memiliki ciri sebagai berikut :
Ketinggian bangunan antara 2-3 lantai.
14
Tiap unit hunian memiliki teras dan balkon sendiri.
Umumnya terdapat pada daerah pinggiran kota dengan
kepadatan rendah ( maksimal 30 keluarga perhektar )
Miliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parkir yang
dekat dengan bangunan
Antara massa bangunan satu dengan yang lain terdapat
ruang terbuka pemisah yang cukup luas.
2. Row house, townhouse, atau maisonette, memiliki ciri sebagai
berikut
Ketinggian bangunan antara 1- 2 lantai.
Antara massa bangunan satu dengan yang lain saling
berdempetan, atau bahkan saling berbagi tembok
pembatas yang sama.
Ruang terbuka yang ada hanya berupa halaman depan
dan halaman belakang yang sempit pada setiap massa
bangunan.
Umumnya dibangun pada daerah dengan kepadatan
sedang ( antara 35 -50 unit per hektar )
b. Apartment Mid – rise
Apartemen ini memili ketinggian antara 4 – 8 lantai.
c. Apartment high – rise
Apartemen tipe ini memiliki ketinggian diatas 8 lantai, tipe apartemen
ini umumnya merupakan apartemen untuk golongan menengah keatas
15
karena biasanya dibangun di daerahyang memiliki keterbatasan lahan
dan harga lahannya mahal serta biaya konstruksi bangunannya cukup
mahal, apartemen ini sering kali berlokasi di tengah kota dan cukup
dekat dengan pusat kota bisnis, pada dasarnya para pembeli/penyewa
apartemen ini bertujuan untuk mendapatkan pemandangan lingkungan
sekitar tanpa terhalang bangunan lain.
2. Apartemen berdasarkan sirkulasi horizontal
Sirkulasi horizontal pada apartemen berupa koridor, pemakaian koridor
terbagi atas 2 ( dua ) jenis yaitu :
a. Single loaded corridor apartment
Apartemen dengan tipe koridor ini terbagi menjadi 2 ( dua ) jenis, yaitu :
Open corridor Apartment
Koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas terhadap ruang
luar berupa tembok atau railing dengan ketinggian tidak lebih dari 1 – 1,5
meter.
Closed corridor apartment
Koridor bersifat tertutup oleh dinding, kadang memliki bukaan berupa
jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali.
b. Double loaded corridor apartment
Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga
sering kali terletak ditengah-tengah bamgumam ( central corridor ).
16
3. Apartemen berdasarkan sirkulasi vertikal
Berdasarkan sirkulasi vertikal, apartemen dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu (
Site Planning, 1984 : 280-281 ) :
- Walk – up Apartment
Pada apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah menggunakan
tangga, ketinggian bangunan apartemen ini maksimal hanya 4 lantai,
apartemen ini dirancang dengan koridor seminimal mungkin dan kebanyakan
unit hunian dekat dengan tangga sirkulas, apartemen ini dibagi 2 ( dua )
berdasarkan letak tangga sirkulasinya, yaitu :
a. Core – type walk up apartment
Pada apartemen tipe ini tangga sirkulasi ( stair core ) dikelilingi oleh unit-
unit hunian, berdasarkan jumlah unit hunian yang mengelilinginya,
apartemen ini dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) tipe yaitu :
1. duplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi dua unit hunian
2. triplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit hunian
3. Quadruplex : tangga sirkulasi apartemen dikelilingi empat unit
hunian
b. Corridor- type walk up apartment
Pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung koridor, dengan
menggunakan tipe sirkulasi ini dapat memperbanyak jumlah unit pada satu
lantai.
17
- Elevator Apartment
Pada Apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah lift dan memiliki
sirkulasi vertikal sekunder berupa tangga yang sering kali juga merupakan
tangga darurat, umumnya apartemen ini dilengkapi dengan lobby atau
ruang tunggu lift, ketinggian bangunan umumnya diatas 6 lantai, ada dua
macam sistem lift yang dapat digunakan pada btipe apartemen ini yaitu :
a. lift yang digunakan berhenti di setiap lantai bangunan
b. Lift yang digunakan diprogram untuk berhenti hanya pada lantai-lantai
tertentu
pada bangunan ( skip-floor elevator system ), umumnya sistem ini
digunakan pada apartemen dengan sistem penyusunan lantai duplex,
kelebihan sistem ini antara lain dapat mengurangi koridor publik dan
memperluas ukuran inut hunian pada lantai dimana lift tidak berhenti,
kelemahannya terletak pada perlunya penambahan tangga pada setiap unit
hunian.
4. Apartemen berdasarkan system penyusunan lantai
Ada dua macam apartemen berdasarkan system penyusunan lantai, yaitu :
a. Simple apartment
GAMBAR 2. 1. 4. 1
18
Pada apartemen ini semua ruang pada unit hunian berada
pada satu unit lantai, tipe apartemen ini paling sering dijumpai di
daerah kota yang memiliki kepadatan tinggi dan permintaan akan
hunian yang banyak, bila apartemen menggunakan lift, maka lift
tersebut akan berhenti disetiap lantai, kelemahan apartemen ini
terletak pada banyaknya ruang yang terbuang untuk sirkulasi
koridor, kelebihannya, pada satu bangunan apartemen jumlah unit
yang dapat dimaksimalkan sehingga dapat lebih banyak unit yang
dapat dijual.
b. Duplex apartment
Pada apartemen ini, setiap unit hunian terdiri atas dua
lantai, sehingga ruang-ruang pada unit hunian akan terbagi antara 2
( dua ) lantai, pada lantai 1 ( satu ) umumnya terdiri atas ruang
untuk aktifitas bersama seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang
makan, dapur, sementara di lantai kedua terdiri atas ruang untuk
aktifitas pribadi seperti tidur, ruang kerja, kamar mandi, tipe
apartemen ini umumnya diperuntukan bagi kalangan menengah
GAMBAR 2. 1. 4. 2
19
keatas, kelebihan tipe ini adalah dapat menghemat ruang untuk
sirkulasi ( koridor ) bila lift di program tidak berhenti pada setiap
lantai, dan dapat memberikan kesan luas pada penghuninya serta
ruang-ruang privat akan lebih terjaga privasinya, kelemahannya
pada tiap unit harus disediakan tangga yang akan merepotkan bagi
orang lanjut usia dan balita.
c. Triplex apartment
Hampir sama denganm system duplex, hanya saja pada tipe ini,
setiap unit hunian terdiri atas 3 ( tiga ) lantai, pembagian ruang
pada tiap lantai hampir sama dengan sistem duplex, pada lantai
pertama terdapat ruang servis seperti gudang, foyer, kamar
pembantu, ruang cuci dsb, sementara ruang bersama dan ruang
privat masing-masing berada pada lantai dua dan tiga, umumnya
diperuntukan bagi apartemen golongan atas dan
berkarakteristiksangat mewah.
5. Apartemen berdasarkan jenis pembiayaan
Ada 2 jenis apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya, yaitu :
Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah
Apartemen yang dibiayai oleh swasta
6. Apartemen berdasarkan bentuk massa bangunan.
Ada 3( tiga ) tipe apartemen berdasarkan bentuk massa bangunannya yaitu (
Apartment : Their Design and Development, 1967 : 46 ) :
20
a. Apartemen dengan bentuk Slab
Pada apartemen bentuk slab , antara tinggi bangunan dan
lebar/panjang bangunan hampir sebanding, sehingga bangunan
berbentuk seperti kotak yang pipih, biasanya memiliki koridor
yang memanjang dengan unit-unit hunian berada disalah satu
atau kedua sisi koridor.
b. Apartemen berbentuk tower
Apartemen berbentuk tower, lebar/panjang bangunan lebih kecil
dibandingkan dengan tinggi bangunan, sehingga bentuk bangunan
seperti tiang, biasanya ketinggian bangunannya diatas 20 ( dua
puluh )lantai, system sirkulasinya menggunakan core, karena
menggunakan lift, ada berbagai variasi bentuk tower antara lain :
- Single tower
Apartemen dengan satu massa bangunan, core umumnya terletak
ditengah, luas koridor dapat di minimalkan, unit-unit hunian
akan terletak dekat dengan tangga dan lift, berdasarkan bentuk
massa, apartemen dengan satu tower dapat dibedakan menjadi
tower plan, expanded tower, circular tower plan, cross plan, dan
five wing plan.
- Multi tower
Apartemen yang memiliki lebih dari satu massa bangunan,
antara massa bangunan dapat dihubungkan oleh satu massa
penghubung ataupun hanya berupa pedestrian penghubung saja,
21
bila massa bangunan dihubungkan oleh satu massa penghubung,
umumnya massa penghubung terletak di tengah dengan massa
lain mengelilinginya, lift dan tangga diletakkan pada massa
penghubung tersebut, sementara untuk massa yang hanya
dihubungkan oleh pedestrian, tiap massa akan memiliki lift dan
tangga masing-masing.
Ada 5 ( lima ) tipe hunian yang sering dijumpai pada apartemen
berdasarkan jumlah kamar tidur, antara lain :
Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni
Studio - 1 kamar mandi- Dapur kecil dan
ruang makan menjadi satu
- Ruang duduk dan kamar tidur menjadi satu
- lajang- Pasangan muda yang
baru menikah
1 Kamar tidur - Satu kamar mandi- dapu dan ruang makan
menjadi satu- Ruang duduk- Kamar tudur
- Lajang- Pasangan muda yang
baru menikah- Pasangan lanjut usia
2 Kamar tidur - 1 atau dua kamar mandi- Dapur- Ruang duduk dan ruang
makan menjadi satu- Kamar tidur
- Keluarga kecil dengan 1atau 2 anak yang masih kecil/belum menikah
- Pasangan lanjut usia yang tinggal dengan sanak saudara
3 Kamar tidur - 2 kamar tidur dengan satu kamar mandi dalam
- kamar tidur - Dapur- Ruang duduk- Ruang makan( bisa juga ruang duduk dan ruang makan menjadi satu )
- Keluarga kecil dengan 3-4 anak
Penthouse - Terdiri dari 2 lantai
TABEL 2. 1. 4. 1
22
- 3 sampai 5 kamar tidur
- 3 kamar mandi- Dapur- Ruang makan- Ruang keluarga- Ruang kerja- Ruang tamu- Foyer- Ada pula yang
memakai kamar pembantu
- Keluarga besar dengan 4-5 anak
- Orang-orang kalangan atas
Ada beberapa fasilitas-fasilitas standar apartemen, berdasarkan kelas apartemen tersebut antara lain :
Lokasi Kelas Bawah Kelas menengah MewahDalam unit hunian
- Penjaga keamanan - Intercom- Alarm pintu- balkon- Pendingin ruangan tersendiri
- Penjaga pintu dan telepon- Balkon yang luas- Pendingin ruangan terpusat- Entrance service- Ruang pembantu
Dalam bangunan
- Binatu- Lobby kecil
- Binatu- Area
komersial- Ruang
bersama- Tempat
penyimpanan barang bersama
- Parkir yang terjaga kerat
- Tempat berbelanja
- Lift servis- Penjaga pintu- CCTV- Parkit sistem
valet- Ruang
pertemuan- Pusat
kebugaran- Kolam renang
tertutupPada tapak - Parkir di luar
ruangan- Tempat
menjemur pakaian
- Parkir dengan pengawasan parkir dalam bangunan
-Tempat bermain di luar ruangan
- Tempat duduk-duduk di luar ruangan
- Kolam renang
- Taman- Area rekreasi- Country club- Kolam renang
TABEL 2. 1. 4. 2
23
II. 2. Tinjauan khusus
II. 2. 1. Tinjauan Terhadap Topik dan Tema
Untuk menerapkan suatu konsep pada bangunan, kita harus
mengetahui latar belakang konsep tersebut, dan bangaimana
konsep tersebut dapat di kaitkan dalam perancangan bangunan,
berikut adalah ulasan tentang latar belakang arsitektur tropis :
Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan
adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak
selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas
manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu
yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas diperlukan
ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya
yang cukup, kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara
pada rentang-nyaman tertentu, dan kondisi audial dengan intensitas
gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna
bangunan.
Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat
diselenggarakan akibat ketidak sesuaian kondisi iklim luar,
manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim
luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat
dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih
sesuai.
24
Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang
tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai
seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia
di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang
nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan,
pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang
panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar
bangunan.
Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi
persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara
benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk
memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan
penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi
iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang kebetulan
hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara
sadar atau tidak atau karena aturan membangun setempat kerap
melakukan tindakan yang benar. Karya arsitektur yang mereka
rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan
permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan
dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan
bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas
di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.
25
Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna
mengatasi iklim sub-tropis setempat, karya mereka tidak pernah
disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan sebagai
arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor, sementara sebagian
karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (
modern architecture ), arsitektur pasca-modern ( post-modern
architecture ), arsitektur modern baru ( new modern architecture ),
arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur
dekonstruksi (deconstruction architecture).
Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna
mengatasi masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan
arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim
merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh
suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu
pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu
karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang
kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur tersebut.
Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-embel dekorasi,
yang bentuknya tercipta akibat fungsi ( form follows functio n)
disebut arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika
tertentu yang antara lain menyangkut bentuk, ritme dan
aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke dalam
berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern
26
baru dan dekonstruksi. Semua karya arsitektur tersebut tidak
pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun karya
tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi
masalah iklim tersebut.
Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis?
Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan julukan bagi
arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang
disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika
seperti bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis,
sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang
mencoba memecahkan problematik iklim setempat.
Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan
secara desain atau rancangan arsitektur? Jawabannya dapat seribu
satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur sub-tropis,
arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi
ataupun High-Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis
yang selalu beratap lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak
lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi
problematik iklim tropis seperti hujan deras, terik radiasi matahari,
suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk
tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendah sehingga
manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka,
menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu.
27
Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air
hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu
menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai
pemecahan rancangan lain yang tepat.
Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk
arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat
terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang
bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak
nyaman, menjadi kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada
di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman semacam ini pula,
kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar
'bentuk' atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun
lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya: suhu ruang
rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam
cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan,
dan terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau
buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara
kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam
unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen);
intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara
(dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan;
serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam
bangunan. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria
28
seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi yang
lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.
Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman
tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung
keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan,
diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki
keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur
tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis'
tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan
berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus
didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim
dalam arsitektur, persoalan yang cenderung dipelajari oleh disiplin
ilmu sains bangunan ( fisika bangunan ) akan dapat memberikan
jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka
yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropis Koenigsberger,
Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Baker memiliki
spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan,
bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur.
Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di
Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur
tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian 'arsitektur
tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu
dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim
29
sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan,
sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur
tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan
bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar
istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan ini yang sebetulnya tidak
seluruhnya benar pembicaraan mengenai arsitektur tropis akan
selalu diawali dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis
lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan
tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah
dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai
budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur
tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di
seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang
berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek
budaya menjadi tidak relevan.
Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa
pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya
sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja tidak
harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang
banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan
bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang
ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi,
hujan dan kelembapan tinggi.
30
Pada sumber lain menyebutkan bahwa arsitektur tropis
lahir akibat budaya, yaitu kebiasaan manusia terdahulu dalam
upaya merespon akibat yang ditimbulkan oleh iklim tropis dengan
cara membuat bangunan yang beradaptasi dengan iklim yang ada,
seperti atap miring agar air hujan tidak masuk kedalam bangunan,
bangunan dengan dinding berongga agar udara luar dapat masuk
dll, dan bentuk-bentuk tersebut dikatakan sebagai ciri dari
bangunan tropis. Pemahaman inilah yang sampai sekarang banyak
dipakai dalam merancang bangunan di iklim tropis. Pemahaman
seperti ini tidaklah buruk tetapi arsitektur tropis tidak hanya untuk
beradaptasi dengan alam. arsitektur tropis harus di artikan sebagai
rancangan yang lebih spesifik, yang bukan hanya dapat beradaptasi
dengan iklim, tanpa memberikan dampak ke dalam bangunan,
tetapi dapat memecahkan problematika iklim yang ada ke dalam
bangunan. (Tri Harso Karyono 2000)
Definisi arsitektur tropis
Arsitektur tropis adalah rancangan arsitektur yang dibuat untuk mengatasi
problematika yang di timbulkan oleh iklim tropis, suatu rancangan yang
dibuat untuk memodifikasi iklim luar yang berkarakter tropis basah ( yang
tidak di kehendaki ) menjadi iklim dalam bangunan yang dikehendaki.
( Tri Harso Karyono, 1999 )
31
Ciri-ciri Daerah tropis ( Lippsmeier 1994 ):
Daerah hutan hujan di pantai dan di dataran rendah katulistiwa
Landsekap hijau, tanah biasanya merah atau coklat
Vegetasi lebat, dengan pohon-pohon tinggi, tanah sangat lembab, muka air
tanah tinggi.
Perbedaan musim kecil, bulan terpanas ( panas dan lembab sampai sampai
basah ), bulan terdingin, panas sedang dan lembab sampai basah.
Berawan dan berkabut sepanjang tahun, terang, bila awan sedikit, dan abu-
abu suram bila awan tebal, lapisan awan 60 – 90 %
Ciri-ciri iklim tropis basah :
Radiasi matahari relatif tinggi 1500-2500 kwh/m�/tahun.
( Jakarta � 1800 kwh/m�/tahun )
Curah hujan ( dan tidak merata sepanjang tahun )
Sekitar 2000-3000 mm/tahun, jakarta � 2000 mm/tahun atau �160 mm/bulan
Suhu udara relatif tinggi 23� c-33� c dengan variasi ( perbedaan ) suhu
harian, bulanan dan tahunan relatif kecil ≤ 10� c.
Kelembaban udara tinggi 25 – 30 mm ( jakarta 60-95% ).
Kecepatan angin relatif rendah ( jakarta‹ 5m/s ).
Kesimpulan ciri-ciri iklim tropis Kelembaban tinggi dengan temperatur yang
hampir selalu tinggi, angin sedikit, karena tingginya kelembaban.
32
Masalah umum dan masalah bangunan
pada iklim tropis basah adalah panas yang sangat tidak
menyenangkan, penguapan sedikit, karena pergerakan udara lambat, perlu
perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan pada iklim tropis
Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing-
masing bangunan, untuk mencegah pemanasan fasade yang lebih lebar,
lebar banguna untuk mendapatkan ventilasi silang, ruang sekitar bangunan
diberi peneduh, tanpa mengganggu ventilasi udara, persiapan penyaluran
air hujan dari atap dan halaman, bangunan ringan dengan daya serap panas
yang rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan perancangan di iklim
tropis :
a. Matahari
Berpengaruh pada orientasi massa bangunan
Berpengaruh pada bentuk fasade bangunan
Berpengaruh terhadap pemakaian material bangunan
Perletakan ruang dalam bangunan
b. Temperatur dan kelembaban udara
Berpengaruh pada perancangan iklim mikro
c. Curah hujan
Berpengaruh pada bentuk fasade bangunan
Berpengaruh pada sistem utilitas bangunan
33
d. Gerakan angin
Berpengaruh pada ventilasi silang
Teknik perancangan bangunan pada iklim tropis basah :
1. Mencegah terjadinya efek rumah kaca dalam bangunan
agar pendinginan ruang ( penurunan suhu dalam dalam
ruang ) tidak memerlukan energi yang cukup besar,
dinding-dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya
sinar matahari langsung.
2. Orientasi bangunan, dinding transparan terhadap matahari
untuk wilayah equator bukaan atau dinding transparan arah
ke utara-selatan.
3. Meletakan ruang-ruang perolehan panas pada sisi timur-
barat yang langsung berhadapan dengan jatuhnya sinar
matahari sebagai ruang antara guna mencegah aliran udara
panas menuju rauang utam, ruang antara ini dapat berupa
tangga, gudang, toilet pantry, dan sebagainya sebagai
buffer dari radiasi matahari.
4. seandainya pada sisi timur dan barat tidak dapat di hindari
harus diletakan ruang-ruang utama, maka untuk
menghindari pemanasan pada ruang-ruang utama perlu di
beri penghalang terhadap sinar matahari langsung, atau
dinding dibuat rangkap di mana diantara kedua dinding
34
tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang-lubang
ventilasi.
5. Menghindari pemanasan udara di sekitar bangunan dari
radiasi matahari, seperti mencegah jatuhnya radiasi pada
permukaan yang keras, contoh aspal, beton, keramik, dsb,
yang merupakan material yang menyerap panas kemudian
melepaskannya kembali ke udara, maka suhu udara di atas
permukaan keras cendrung lebih tinggi di banding dengan
di atas rumput atau peredu. Oleh karenanya di perlukan :
Mengurang perkerasan pada ruang terbuka dengan
material keras.
Memaksimalkan penghijauan di sekitar bangunan,
agar pemanasan matahari terhadap lingkungan
sekitar bangunan dapat di kurangi.
Menyediakan ruang-ruang terbuka di sekitar
bangunan agar terjadi aliran udar / angin, sehingga
di mungkinkan ventilasi silang di dalam bangunan.
6. Memaksimalkan sirkulasi udara silang dalam bangunan (
ventilasi silang ) pada bangunan yang tyidak
berpengkondisian udara ( non AC ) dengan bukaan yang
lebar untuk memberikan efek dingi, perlu di rancang
bangunan tipis. Hal ini dimaksudkan untuk kemudahan
35
mendapatkan aliran udara yang baik pada setiap titik dalam
bangunan.
7. Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara
atap dan langit-langit. Untuk bangunan dengan atap miring
perlu dipikirkan untuk menghindari terjadinya akumulasi
panas pada ruang antara penutup atap dengan langit-langit.
Untuk itu ruang ini perlu di beri bukaan, sehingga
memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas
yang terakumulasi ini.
8. manfaat aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.
Suhu minimum rata-rata di jakarta h�dala 23�C dan ini
terjadi pada malam menjelang pagi hari. Untuk
penghematan energi dalam bangunan, potensi ini di
manfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu
rendah tersebut melalui dinding ( Yang dibuat rangkap
berongga ) serta lantai ( berongga dengan raised floor ).
Bertujuan menurunkan suhu massa bangunan serendah
mungkin mendekati atau sama dengan suhu udara
minimum tersebut. Suatu ruang yang memiliki lantai langit-
langit dan dinding dengan suhu rendah akan lebih mudah
mencapai kenyamanan meskipun udara di luar relatif
tinggi, karena sensasi suhu si tentukan juga oleh suhu
36
radiasi permukaan ruang ( lantai, dinding, dan langit-
langit).
9. Menghindari manusia serta sarana pendukung aktifitasnya
dari air hujan serta sengatan matahari agar manusia tetap
dapat melakukan aktifitasnya meskipun turun hujan atau
matahari beersinar terik, untuk itu perlu disediakan ruang-
ruang yang bebas dari kucuran hujan dan sengatan
matahari, seperti koridor-koridor penghubung antar
bangunan/ruang yang beratap.
10. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup
antara masing-masung bangunan, untuk menjamin sirkulasi
yang baik.
( Georg. Lippsmeier, 1997 )
37
II. 2. 2. Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis
a. Asrama Paska sarjana Universitas Islam Negri
Lokasi asrama paska sarjana UIN ini IR. H. Juanda ( ciputat raya ),
jakarta selatan, peruntukan asrama ini h�dala untuk pengajar ( guru,
dosen ) yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk
melanjutkan studi s2 di UIN, letak asrama itu sendiri terletak � 500 m
dari universitas islam negri
Fasilitas yang tersedia di asrama paska sarjana UIN :
Ruang bersama
Sarana olah raga
Asrama UIN
PETA 2. 2. 2. 1
FOTO 2. 2. 2. 1
FOTO 2. 2. 2. 2
38
Loker penyimpanan
sepatu
Tempat jemur
Ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan asrama :
Ruang kamar tidur
Ruang dapur
Toilet
Gudang
Ruang bersama
Besaran kamar tidur 5m x 4 m = 20 m
Dalam 1 kamar tidur berkapasitas 4 orang
Kesimpulan :
- kamar tidur terlalu kecil untuk kapasitas 4 orang.
- terdapat ruang komunal yang sangat bermanfaat untuk bersosialisasi
antar penghuni
FOTO 2. 2. 2. 3
FOTO 2. 2. 2. 4
39
b. Apartemen Mediterania
Apartemen mediterania garden secidences terletak di jalan tanjung
duren raya, jakarta barat, karena letaknya dekat dengan tempat
pendidikan ( universitas UKRIDA, tri sakti, UNTAR ) maka target dari
calon penghuni apartemen ini adalah para mahasiswa, dan pekerja yang
melakukan aktifitas di lingkungan dekat apartemen.
Data Proyek : Mediterania Garden Residences
Lokasi : Tanjung duren , Jakarta barat, Indonesia
Status : Selesai 2005
Site Area : 29.315 m2
GrossFloor Area : 214.085m2
Tinggi bangunan : 108 m
Jumlah lantai : 32 lantai
Jumlah unit : 2696
Jl.S. Parman
Jl.Tanjung duren raya
GAMBAR 2. 2. 2. 1
40
Fasilitas yang ada di apartemen mediterania residences :
Kolam renang
Lapangan tenis
Lapangan basket
Fitness senter & aerobik
Hero super market
Toko-toko retail
Tempat parkir : out space dan juga di basement ( 1,2,3 )
Tersedia tempat untuk kotak surat
Ruang tunggu
Mushola untuk karyawan.
Carwash.
food court
Balai warga
Laundry.
Jumlah unit :
- Tipe 1 kamar tidur 132 unit ( 4,3 5% )
- Tipe 2 kamar tidur2106 ( 80,7% )
- Tipe 3 kamar tidur 458 unit (15% )
Kesimpulan :
- Unit tipe 2 kamar di buat lebih banyak, karena calon pembeli di daerah
Jakarta cendrung memilih tipe 2 kamar.
- tersedia balai warga untuk sosialisasi antar penghuni
41
c. Survey jumlah kamar dan fasilitas pada apartemen
Nama Apartemen Kintamani Simprug Indah Apartment AllSon Residence, Oasis Mitra SaranaLuas Lahan 15,100 5,200 16,078KDB 24.13% 25% 28%KLB 2.68 3.438543489 4.2Developer PT Dharmala Intiland IntiMegah Santoso PT sumber Mitra Sarana RealindoJumlah Tower 4.00 1 3Jumlah Lantai 19.00 31 26Jumlah Unit 285.00 221 474Total Gross area 59,243.00 36,072 96,161Luas Lantai efektif 37,611.00 23,528 54,204Gross area 729 1000Jumlah Kamar 1 bedroom 56 54 72Jumlah Kamar 2 bedroom 112 108 180Jumlah Kamar 3 bedroom 112 54 180Jumlah Kamar 4 bedroom 4 36penthouse 4 4 6Occupancy Rate 70% 60% 60%
Fasilitas Parkir 343 244 343Medical clinic 1 1fitness centre 1 1 1swimming pool 1 1 1parabola 1 1playground 1000 1 1000squash 1 1 1jogging track 1 1lapangan tenis 1 1 1cafÄ 1community centre 1 100mushollatoko 1 1 1lainnya
jumlah lift 9 4 9kapasitas lift 15 15 15Nam a Apartem en Westling Kedoya Apartment Apartment Slipi brawijaya apartmentLuas Lahan 22,000 8,100 7,950KDB 20% 20% 32%KLB 3.5 4 3Developer Dharamala Intiland Multi Panen Kotrindo Laksayudha AbadiJum la h Tower 2 2 2Jum la h Lantai 21 26 10Jum la h Unit 312 270 154Total Gross area 40,000 33,000 28,218Luas Lantai efektif 36,000Gross area 900 787 2125Jum la h Kam ar 1 bedroom 30Jum la h Kam ar 2 bedroom 190 132 64Jum la h Kam ar 3 bedroom 114 132 46Jum la h Kam ar 4 bedroom 10penthouse 8 6 4Occupancy Rate 65% 75% 805%
Fasilitas Parkir 350 310 160Medical clinic 1fitness centre 1 1 1swim m ing pool 1 1 1parabola 1 1 1playground 1 1squash 1 1jogging track 1lapangan tenis 1 1 1cafÄcom m unity centre 1 1m usholla 1 1 1toko 1 1lainnya
jum lah lift 4 6 4kapasitas lift 17 13 13
TABEL 2. 2. 2. 1
42
Kesimpulan :
- Unit tipe 2 kamar di buat lebih banyak, karena calon pembeli di daerah
Jakarta cendrung memilih unit apartemen tipe 2 kamar.
d. survey luasan unit
Nama Apartemen Hollywood Residence Sudirman Apartment The Peak ApartmentLuas Lahan 15,395KDB 26%KLB 5.5Developer Tradisi Sejahtera Surya Gading mas Sakti Agung PodomoroJumlah Tower 2 2 4Jumlah Lantai 28 32 55Jumlah Unit 580 1576 386Total Gross area 78,877Luas Lantai efektifGross areaJumlah Kamar 1 bedroom 192 116Jumlah Kamar 2 bedroom 240 1220 50Jumlah Kamar 3 bedroom 144 232 186Jumlah Kamar 4 bedroom 134penthouse 4 8 16Occupancy Rate
Fasilitas Parkir 658Medical clinic 1 1 1fitness centre 1 1 1swimming pool 1 1 1parabola 1 1 1playground 1 1 1squash 1 1jogging track 1 1lapangan tenis 1 1 1cafÄ 1 1community centre 1 1 1musholla 1 1 1toko 1 1 1lainnya jaccuzi preschool, sauna, perpustakaan, bbq,atm
jumlah lift 8 16 14kapasitas lift 17 20 15
TABEL 2. 2. 2. 2
Nama Apartemen unit tie 2 kamar unit tie studiomediterania garden 53 32mteluk intan 46m 35mbatavia 2.68 #VALUE!Developer PT Dharmala Intiland IntiMegah SantosoJumlah Tower 4.00 1Jumlah Lantai 19.00 31Jumlah Unit 285.00 221
43
II. 2. 3. Tinjauan Terhadap Lokasi Proyek
Lokasi : Jl. Raya Kebon Jeruk, Jakarta-Barat
Peruntukan : Hunian
Luas Tapak : 14.000 m�
KDB : 60 %
KLB : 3
GSB : 9 m
Ketinggian Maksimal : 8 Lantai
Batas-batas tapak :
Barat : Kawasan hunian, dan Kawasan Komersial
Timur : Kawasan hunian
Utara : Kawasan Komersial
Selatan : Kawasan komersial
PETA 2. 2. 3. 1
44
Potensi lingkungan tapak :
Jalan utama pada tapak di lalui kendaraan umum
Pada sekitar tapak terdapat klinik
Pada sekitar tapak terdapat ATM
Kondisi iklim lingkungan:
Temperatur � 27�C - 32�C
Kelembaban udara � 76% - 80%
Kecepatan angin � 2 – 4 m/detik
Curah hujan � 1000 mm – 5000 mm pertahun
FOTO 2. 2. 3. 1
FOTO 2. 2. 3. 2
FOTO 2. 2. 3. 3