bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/2038/6/6. bab ii.pdf · 2021. 2. 10. · 7...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Penyakit
Menurut Rab (2017), asma bronkhial adalah penyempitan bronkus
yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus yang hiperaktif
mengalami kontaminasi dengan antigen. Dari hasil penelitian Rab yang
dilakukan melalui autopsi pasien meninggal karena asma, bukan hanya
bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan penuhnya
mukus di interluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas
menjadi tersumbat.
2. Etiologi
Menurut Somantri (2009), suatu hal yang menonjol pada semua
penderita asama adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non-
imunologi. Oleh karena sifat inilah maka serangan asma mudah terjadi
ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi dan
sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin
menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: alergen utama, seperti debu
rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan, bahan-bahan iritan seperti
asap, bau-bauan dan polutan, Infeksi saluran napas terutama yang
8
disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani
yang berlebihan, lingkungan kerja, obat-obatan, emosi dan lain-lain seperti
gastroesofagus.
3. Patofisiologi
Menurut Somantri ( 2012), asma akibat alergi bergantung pada respon
IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi
antara antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast.
Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne dan agar
dapat menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia
dalam jumlah yang banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi,
sekali sensitivitasi telah terjadi klien akan memperlihatkan respon yang
sangat baik, sehingga sejumlah kecil alergen yang mengganggu sudah
dapat menghasilkan ekserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-
adrenergik dan bahan sulfat. Sindrom pernafaasan sinsitif asprin
khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaaan ini juga dapat
dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis
vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan
polip nasal lalu diikuti asma progresif.
Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat setiap hari. Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme
karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin
9
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus
oleh aspirin.
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas
pada klien asma. Sama halnya dengan klien lain, dapat meyebabkan
peningakatan reaktivitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindarkan.
Obat sulfat seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit,
natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dapat digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat
menimbulkan obstruksi jalan napas akibat pada klien yang sensitif.
Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang
mengandung senyawa ini seperti salad, buah segar, kentang, kerang dan
anggur.
Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya
dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan
antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi pereda
alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi
serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin dan
anafilotoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala yaitu
terjadinya kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan
peningkatan sekret mukus.
Patofisiologi asma bronkhial dan status asmatikus yang mengarah pada
terjadinya masalah keperawatan dapat dilihat pada gambar bagan dibawah
ini.
10
Bagan 2.1 Patofisiologi Asma Bronchial
Sumber : Muttaqin, 2012
Edema mukosa dan dinding bronkhus
Hipersekresi mukus
Hipereaktivitas bronkhus
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan, dan keletihan fisik
Keluhan psikososial, kecemasan, ketidak tahuan akan prognosis
Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia secara reversibel
Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan ADL
Kecemasan
Ketidaktahua
n/ pemenuhan
informasi
Gangguan
pola tidur
Risiko tinggi ketidakefektifan pola napas
Gangguan pertukaran gas
Status asmatikus
Gagal napas
Kematian
Faktor pencetus serangan asma : alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara,
lingkungan kerja
11
4. Tanda dan Gejala
Menurut Rosdahl & Kowalski (2017), awitan serangan asama terjadi
secara tiba-tiba. Klien mengalami batuk, mengi, sesak nafas disertai dada
yang terasa seperti tertimpa beban berat. Individu mungkin tampak sangat
pucat dan mengalami dipnea, khususnya saat ekspirasi. Ketika serangan
reda, klien dapat membatukkan mukus berwarna putih, kental.
Serangan asma dapat terjadi sesekali atau sering, tetapi individu
seringkali bebas dari gejala asma di antara episode serangan. Asma yang
ditangani dengan buruk disertai serangan yang sering dapat menyebabkan
emfisema. Kondisi pernapasan yang buruk dan kronik dapat menyebabkan
jari gada (clubbing).
Menurut Wahid & Suprapto (2013), pada penderita asma biasanya
ditemukan gejala klinis, yaitu : penderita bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tampak otot-otot bantu
bekerja keras, sesak nafas, adanya wheezing, batuk, ada sebagian
mengeluh nyeri dada, silent chest (tidak terlihat pergerakan dada),
sianosis, gangguan kesadaran, takikardi dan hiperinflasi dada.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rab (2017), pemeriksaan diagnostik pada penderita asma
adalah:
1) Pada pemeriksaan sputum ditemukan : kristal-kristal Charcot Leyden
yang merupakan degranaulasi dari kristal eosinophil, terdapat spiral
Curschmann yakni spiral yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus, terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari
12
epitel mucus, dan ditemukan netrofil dan Eosinifil yang terdapat pada
sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi.
2) Pemeriksaan darah
Leokosit pada penderita asma dapat meningkat atau normal walaupun
terjadi komplikasi. Analisa gas darah pada umumnya normal, akan
tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH,
hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya infeksi. Pada pemeriksaan faktor-
faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
3) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal, serta
diagfragma yang menurun.
4) Pemeriksaan Faal Paru
Bila FEVI lebih kecil dari 40% maka 2/3 dari pasien akan
menunjukkan penurunan tekanan sistolik dan bila lebih rendah dari
50% maka seluruh pasien akan mengalami penurunan sistolik. Setiap
pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernapasan dan
penurunan ekspiratory rate (kecepatan aliran ekspirasi). FEVI menurun
dan penurunannya sejajar dengan penurunan FVC, peningkatan dari
volume paru (RV) hampir terjadi pada seluruh pasien asma, FRC
13
selalu menurun sedangkan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat. Perubahan VD/VT disebabkan oleh karena perubahan
ventilasi perfusi, FRC lebih kecil dari 1 liter dan terjadi peningkatan
fluktuasi dari tekanan intrapleura.
5) Elektrokardiografi
Gambar elektrokardiografi yang terjadi selama serangan asma dapat
dibagi menjadi tiga bagian dan disesuaikaan dengan gambaran yang
terjadi pada emfisema paru yakni: perubahan aksis jantung yakni
umumnya terjadi right axis dan deviation clock wise rotation, terdapat
tanda-tanda hipertrofi otot jantung yakni terdapatnya RBBB( right
bundle block) dan tanda-tanda hipoksemia yakni terdapatnya sinus
takikardia, SVES/VES atau terjadinya depresi segmen ST relatif.
6) Skening Paru
Dapat dipelajari bahwa redistribusi selama serangan asma ternyata
tidak menyeluruh pada paru-paru. Sedangkan pemeriksaan xenon 133
melalui pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak
menyeluruh pada kedua paru.
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Mubarok & Cahyati (2008), kebutuhan dasar manusia
merupakan suatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang
dikenal dengan “Hierarki Maslow” lima kebutuhan dasar manusa disusun
bedasarkan yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak terlalu penting.
14
Berikut urutan menurut Hierarki Maslow: kebutuhan fisiologis (Physiologic
Needs), kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and security),
kebutuhan rasa cinta (Love and Belonging Needs), kebutuhan harga diri (Self-
Esteem Needs), kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization).
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan paling dasar yang terdiri dari
oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhut tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual.
Menurut Muttaqin (2011), oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk
metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer
melalui proses bernafas. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem
hematologi dan sistem saraf pusat.
Pada pasien asma, proses inspirasi terjadi ketika adanya kontraksi yang
minimal dari otot pernapasan yang mengakibatkan diafragma terdorong ke
atas sehingga membutuhkan energi yang tinggi untuk mengangkat rongga
dada dan pengembangan paru menjadi minimal. Hal tersebut menyebabkan
oksigen (O₂) yang masuk ke paru-paru minimal. Pada proses ekspirasi, terjadi
kontraksi otot pernapasan yang minimal, sehingga diafragma terdorong ke
bawah dan karbondioksida (CO₂) yang keluar dari paru-paru sedikit,
akibatnya Arus Puncak Ekspirasi (APE) menurun. Selain itu, penyempitan
bronkus menyebabkan fungsi paru pada penderita asma terjadi penurunan.
15
Penyempitan saluran napas menyebabkan spasme otot-otot polos bronkhus
oedema membran mukosa dan hypersekresi mukus. Penyempitan di dalam
saluran napas tersebut akan menyebabkan sulitnya udara yang masuk menuju
paru sehingga kapasitas paru menjadi rendah. Nilai kapasitas vital paru pada
penderita asma cenderung lebih rendah. Hal ini terjadi karena penderita asma
terjadi penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan kesulitan bernapas.
Menurut Somantri (2012) Masalah kebutuhan oksigenasi yang dapat
timbul dari kurangnya asupan oksigen adalah:
1) Hipoksia dan Hipoksemia
2) Perubahan pola napas yang terdiri dari takipnea, bradipnea, apnea,
hiperventilasi, hipoventilasi, pernapasan kausmaul, ortopnea dan
dispnea
Pada kasus asma bronchial kebutuhan dasar manusia yang terganggu
adalah kebutuhan fisiologis yang lebih tepatnya adalah kebutuhan oksigen.
Kebutuhan fisiologis oksigen merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi oleh manusia untuk bertahan hidup.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap
selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan menentukan
penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya
16
akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dari
pengkajian adalah didapatkannya data yang komprehensif yang
mencangkup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Dari pemeriksaan atau data klien menurut Wijaya & Putri (2013),
Pengkajian identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, ras, dll.
Informasi dan diagnosa medik, data riwayat kesehatan, riwayat kesehatan
dahulu: pernah atau tidaknya menderita asma sebelumnya, kelelahan yang
amat sangat dengan sianosis pada ujung jari. Riwayat kesehatan sekarang:
biasanya sesak napas, batuk, lesu, tidak bergairah, pucat, tidak nafsu
makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas, sesak setelah melakukan
aktivitas berat, sesak karena perubahan debu dan udara, batuk dan susah
tidur karena nyeri dada. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat keluarga
asma, riwayat keluarga menderita penyakit alergi.
Pengkajian aktivitas / istirahat, gejala : keletihan, kelelahan, malaise,
ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas dan ketidak mampuan untuk tidur, dispnea pada saat istirahat dan
aktivitas. Hal ini terjadi karena kemungkinan klien mengalami hipoksia
yang ditandai dengan kelemahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan konsentrasi, peningkatan tanda-tanda vital,
distrimia, pucat, sianosis, clubbing dan dispnea. Dispnea saat istirahat
terjadi karena terjadi karena penyempitan saluran napas sehingga
menimbulkan kesulitan bernapas hal ini yang menyebabkan klien sesak
saat ataupun tanpa beraktivitas.
17
Pengkajian sirkulasi, gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Karena kurangnya suplay oksigen ke seluruh tubuh termasuk bagian
ekstermitas atau ujung-ujung tubuh dapat menyebabkan peredaran darah
tidak lancar.
Pengkajian integritas ego, gejala : peningkaatn faktor resiko dan
perubahan pola hidup.
Pengkajian makanan dan cairan, gejala : mual atau muntah, nafsu
makan menurun dan ketidak mampuan untuk makan. Klien mengalami
penurunan berat badan atau turgor kulit buruk/kulit kering.
Pengkajian pernafasan, gejala : napas pendek, dada rasa tertekan dan
ketidakmampuan untuk bernafas, batuk dengan produksi sputum berwarna
keputihan, pernapasan cepat, fase ekspirasi panjang, penggunaan otot
bantu pernapasan, suara napas wheezing sepanjang area paru pada
ekspirasi dan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya
bunyi napas.
Pengkajian keamanan, riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat. Pada
asma alergik dengan pemicu serangan berupa bahan bahan iritan seperti
debu, tepung serbuk bunga/rumput dan udara.
Pengkajian seksualitas mengalami penurunan libido. Klien yang
mengalami asma akan mudah kelelahan dan cenderung mengurangi
kegiatan yang dapat memicu kekambuhan asma.
l. Pemeriksaan diagnostik
Pada pemeriksaan sinar X (Ro. Thorax) terlihat adanya hiperinflasi
paru-paru diafragma mendatar. Tes Fungsi Paru digunakan untuk
18
menentukan penyebab dispnea, volume residu meningkat, FEV1/FVC
rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital. Pada pemeriksaan
AGD ditemukan PaO2 menurun, PaCO2 menurun, dan pH
normal/meningkat. Pemeriksaan sputum (Lab) digunakan untuk
menentukan adanya infeksi, biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (2009), dalam buku Dokumentasi Keperawatan
(Carpenito 2009), sebagaimana yang dikemukakan Tarwoto dan Watonah
(2015), diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai
status kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang
ada pada tanggung jawab.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien yang menderita asma
menurut Muttaqin (2012) :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
bronkokontriksi, bronkospasme, edema mukosa dan dinding bronkus
serta sekresi mukus yang kental. Dalam PPNI (2019), batasan
karakteristik untuk diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif, yaitu :
batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, wheezing dan
/atau ronkhi kering, dispnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis,
bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot bantu
pernafasan. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa
19
pola napas tidak efektif, yaitu : dispnea, ortopnea, penggunaan otot
bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal
(takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
pernapasan cuping hidung, diameter thoraks antero–posterior
meningkat, ventilasi semenit turun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan serangan asma
menetap. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa
gangguan pertukaran gas, yaitu: PCO2 meningkat/turun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas
tambahan, sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung, pola
napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun, dispnea,
pengelihatan kabur, pusing.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan. Dalam
PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa defisit nutrisi, yaitu:
otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
turun, rambut rontok berlebih, diare.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan. Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa
intoleransi aktivitas, yaitu: mengeluh lelah, dispnea saat/setelah
aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah,
frekuensi jantung meningkat, tekanan darah berubah, gambaran EKG
menunjukan aritmia, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.
20
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.
Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa gangguan
pola tidur, yaitu: mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga,
mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh
istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.
g. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan.
Dalam PPNI (2019), batasan karakteristik untuk diagnosa cemas,
yaitu: merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia,
palpitasi, merasa tidak berdaya, tampak gelisah, tampak tegang, sulit
tidur, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa
lalu.
h. Kurang pengetahuan berhubunga dengan informasi yang tidak adekuat
mengenai proses penyakit dan pengobatan. Dalam PPNI (2019),
batasan karakteristik untuk diagnosa kurang pengetahuan, yaitu:
menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan prilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan prilaku yang berlebih
(misalnya, apatis, bermusuhan, agitasi, histeria).
3. Rencana Keperawatan
Tahapan perencanaan keperawatan adalah perawat merumuskan
rencana keperawatan menggunakan pengetahuan dan alasan untuk
21
mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang diberikan (Suarni & Apriyani, 2017 ).
Tabel daftar perencanaan keperawatan asma bronkhial berdasarkan
masalah keperawatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC NIC
1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
bronkokontriksi,
bronkospasme,
edema mukosa dan
dinding bronkus serta
sekresi mukus yang
kental.
Batasan karakteristik:
a. Batuk tidak
efektif
b. Tidak mampu
batuk
c. Sputum berlebih
d. Whezing dan atau
roncki kering
e. Dispnea
f. Sulit bicara
g. Ortopnea
h. Gelisah
i. Siannosis
Status
Pernafasan :
Kepatenan Jalan
Nafas (0410)
a. Frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal : 16-
24x/menit
b. Irama
pernafasan
teratur
c. Mampu
mengeluarkan
sekret
d. Tidak ada suara
nafas
tambahan:
wheezing,
ronchi,
crackles,
Manajemen Jalan
Nafas (3140)
a. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
b. Lakukan fisioterapi
dada
c. Motivasi pasien
untuk bernafas
pelan, dalam,
berputar dan batuk
d. Instruksikan
bagaimana cara
agar bisa
melakukan batuk
efektif
e. Auskultasi suara
nafas
f. Kelola pemberian
bronkodilator
22
j. Bunyi napas
menurun
k. Pola napas
berubah.
l. Frekuensi napas
berubah
stridor
e. Dispnea
berkurang
g. Kelola nebulizer
sebagaimana
mestinya
Monitor Pernafasan
(3350)
a. Monitor kecepatan,
irama dan kesulitan
bernafas
b. Monitor suara
nafas tambahan
seperti wheezing,
ronchi, crackles,
stridor
c. Monitor pola nafas
seperti takipnea,
bradipnea, dan
hiperventilasi
d. Monitor keluhan
sesak pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak
e. Berikan bantuan
terapi nafas
(misalnya, oksigen,
nebulizer)
2. Pola napas tidak
efektif b.d kelelahan
otot bantu pernafasan
Status
Pernafasan
(0415)
Manajemen Asma
(3210)
a. Dapatkan
23
a. Batasan
karakteristik:
Dispnea
b. Ortopnea
c. Penggunaan otot
bantu pernapasan
d. Fase ekspirasi
memanjang
e. Pola napas
abnormal
(takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul,
cheyne-stokes)
f. Pernapasan
cuping hidung
g. Diameter thoraks
antero –posterior
meningkat
h. Ventilasi semenit
turun
i. Kapasitas vital
menurun
j. Tekanan
ekspirasi
menurun
k. Tekanan inspirasi
menurun
a. Frekuensi
pernafasan
dalam rentang
normal : 16-
24x/menit
b. Irama
pernafasan
teratur
c. Tidak ada
dispnea
d. Tidak ada
batuk
e. Tidak ada suara
nafas
tambahan:
wheezing,
ronchi,
crackles,
stridor
f. Kedalaman
inspirasi dalam
rentang normal
g. Tidak ada
penggunaan
otot bantu
pernafasan
pengukuran
spirometri (rasio
FEV1, FVC,
FEV1/FVC)
sebelum dan
setelah penggunaan
bronkodilator
b. Ajarkan klien
untuk
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu
c. Ajarkan teknik
relaksasi napas
dalam
d. Berikan
pengobatan dengan
tepat sesuai
kebijakan dan
prosedur
e. Kelola nebulizer
sebagaimana
mestinya
f. Catat kapan
terjadinya,
karakteristik dan
durasi batuk
Monitor Pernafasan
(3350)
a. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman
dan kesulitan
24
bernafas
b. Monitor suara
nafas tambahan
seperti wheezing,
ronchi, crackles,
stridor
c. Monitor pola nafas
seperti takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi
d. Monitor keluhan
sesak pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak
e. Berikan bantuan
terapi nafas
(misalnya, oksigen,
nebulizer)
f. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Gangguan
pertukaran gas b.d
serangan asma
menetap
Batasan karakteristik:
a. PCO2 meningkat/
turun
Status
Pernafasan :
Pertukaran Gas
(0402)
a. Tekanan PaO2
dalam rentang
normal(75-100
Manajemen Jalan
Nafas (3140)
a. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
b. Lakukan fisioterapi
25
b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. pH arteri
meningkat/
menurun
e. Bunyi napas
tambahan
f. Sianosis
g. Diaforesis
h. Gelisah
i. Napas cuping
hidung
j. Pola napas
abnormal
k. Warna kulit
abnormal
l. Kesadaran
menurun
m. Dispnea
n. Pusing
o. Pengelihatan
kabur
mmHg)
b. Tekanan
PaCO2 dalam
rentang
normal(38-
42mmHg)
c. pH arteri dalam
rentang normal
(7,38-7,42)
d. Saturasi
oksigen dalam
rentang
normal(95-
100%)
e. Tidak ada
dispnea
f. Tidak ada
sianosis
dada
c. Motivasi pasien
untuk bernafas
pelan, dalam,
berputar dan batuk
d. instruksikan
bagaimana cara
agar bisa
melakukan batuk
efektif
e. Auskultasi suara
nafas
f. Kelola pemberian
bronkodilator
g. Kelola nebulizer
sebagaimana
mestinya
Terapi Oksigen
(3320
a. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
b. Berikan oksigen
tambahan
c. Monitor aliran
oksigen
d. Rubah pemberian
oksigen dari
masker ke nasal
kanul saat makan
e. Sediakan oksigen
26
ketika pasien
dibawa/
dipindahkan
Monitor Pernafasan
(3350)
a. Monitor kecepatan,
irama dan kesulitan
bernafas
b. Monitor suara
nafas tambahan
seperti wheezing,
ronchi, crackles,
stridor
c. Monitor saturasi
oksigen
d. Monitor pola nafas
seperti: takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi
e. Monitor keluhan
sesak pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak
f. Berikan bantuan
terapi nafas
(misalnya, oksigen,
nebulizer)
27
4. Defisit Nutrisi b.d
penurunan nafsu
makan
a. Batasan
karakteristik:
Cepat kenyang
b. Kram/nyeri
abdomen
c. Nafsu makan
menurun
d. Berat badan
menurun
e. Bising usus
hiperaktif
f. Otot pengunyah
lemah
g. Otot menelan
lemah
h. Membran mukosa
pucat
i. Sariawan
j. Serum albumin
turun
k. Rambut rontok
berlebih
l. Diare.
Status Nutrisi
(1004)
a. Asupan gizi
terpenuhi
b. Asupan
makanan
terpenuhi
c. Asupan cairan
terpenuhi
Status Nutrisi :
Asupan Nutrisi
(1009)
a. Asupan kalori
terpenuhi
b. Asupan protein
terpenuhi
c. Asupan
karbohidrat
terpenuhi
d. Asupan serat
terpenuhi
e. Asupan vitamin
terpenuhi
f. Asupan
kalsium
terpenuhi
Manajemen
Gangguan Makan
(1030)
a. Tentukan
pencapaian berat
badan harian
sesuai keinginan
b. Monitor prilaku
pasien yang
berhubungan
dengan pola
makan
c. Monitor berat
badan secara rutin
Manajemen Nutrisi
(1100)
a. Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
b. Identifikasi
adanya alergi atau
intoleransi
makanan
c. Tentukan apa
yang menjadi
preferensi
makanan bagi
pasien
d. Tentukan jumlah
28
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
e. Pastikan makanan
disajikan secara
menarik dan pada
suhu yang paling
cocok
Bantu Peningkatan
Berat Badan (1240)
a. Diskusikan
kemungkinan
penyebab berat
badan berkurang
b. Monitor mual
muntah
c. Kaji penyebab
mual muntah dan
tangani dengan
tepat
d. Dukung
peningkatan
asupan kalori
e. Kaji makanan
kesukaan pasien
f. Sediakan
suplemen
makanan jika
diperlukan
29
5. Intoleransi Aktivitas
b.d kelemahan fisik
umum, keletihan
a. Batasan
karakteristik
Mengeluh lelah
b. Dispnea
saat/setelah
aktivitas
c. Merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
d. Merasa lemah
e. Frekuensi jantung
meningkat
f. Tekanan darah
berubah
g. Gambaran EKG
menunjukan
aritmia
h. Gambaran EKG
menunjukan
iskemia
i. Sianosis.
Toleransi
Terhadap
Aktivitas (0005)
a. Kemudahan
bernafas ketika
beraktifitas
tidak
teraganggu
b. Kemudahan
dalam
melakukan
Aktivias Hidup
Harian
(Activities of
daily Living/
ADL) tidak
terganggu
c. Klien mampu
untuk berbicara
ketika
melakukan
aktivitas fisik
d. Jarak berjalan
tidak terganggu
Terapi Aktivitas
(4310)
a. Bantu klien
mengeksplorasi
tujuan dan
aktivitas yang
biasa dilakukan
b. Bantu pasien
identifikasi
aktivitas yang
diinginkan
c. Bantu klien dan
keluarga
mengidentifikasi
kelemahan
beraktifitas
d. Dorong aktivitas
kreatif yang tepat
Manajemen Energi
(0180)
a. Anjurkan
aktivitas fisik
sesuai
kemampuan
pasien
b. Bantu pasien
dalam aktivitas
sehari-hari sesuai
kebutuhan
c. Evaluasi secara
bertahap
30
peningkatan
aktivitas pasien
6. Gangguan Pola
Tidur b.d hambatan
lingkungan
Batasan karakteristik:
a. Mengeluh sulit
tidur
b. Mengeluh sering
terjaga
c. Mengeluh tidak
puas tidur
d. Mengeluh pola
tidur berubah
e. Mengeluh
istirahat tidak
cukup
f. Mengeluh
kemampuan
beraktivitas
menurun.
Tidur (0004)
a. Jam tidur
dalam rentang
normal: 7-8
jam
b. Pola tidur tidak
terganggu
c. Kualitas tidur
tidak terganggu
d. Tidak ada
kesulitan
memulai tidur
Peningkatan Tidur
(1850)
a. Jelaskan
pentingnya tidur
b. Monitor pola tidur
dan jumlah jam
tidur
c. Bantu untuk
menghilangkan
situasi stres
sebelum tidur
dengan nafas
dalam
d. Anjurkan pasien
untuk menghindari
makan dan minum
yang dapat
mengganggu tidur
e. Anjurkan untuk
tidur siang
f. Terapkan langkah-
langkah
kenyamanan (pijat,
posisi dan
sentuhan)
g. Sesuaikan
lingkungan
(cahaya,
kebisingan, suhu)
7. Cemas b.d ancaman Tingkat Pengurangan
31
kematian yang
dibayangkan
a. Batasan
karakteristik:
Merasa bingung
b. Merasa khawatir
dengan kondisi
yang dihadapi
c. Sulit
berkonsentrasi
d. Mengeluh pusing
e. Anoreksia
f. Palpitasi
g. Merasa tidak
berdaya
h. Tampak gelisah
i. Tampak tegang
j. Sulit tidur
k. Frekuensi napas
meningkat
l. Frekuensi nadi
meningkat
m. Tekanan darah
meningkat
n. Diaforesis
o. Tremor
p. Muka pucat
q. Suara bergetar
r. Kontak mata
buruk
s. Sering berkemih
t. Berorientasi pada
Kecemasan
(1211)
a. Tidak ada
perasaan
gelisah
b. Tidak ada
wajah tegang
c. Masalah
prilaku tidak
terganggu
d. Mampu
berkonsentras
e. Tidak ada
peningkatan
tekanan darah
f. Tidak ada
peningkatan
frekuensi nadi
g. Tidak ada
berkeringat
dingin
Kecemasan
(5820)
a. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
menyakinkan
b. Berikan informasi
aktual terkait
diagnosis,
perawatan dan
prognosis
c. Berada disisi
klien untuk
meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi
ketakutan
d. Dorong keluarga
untuk
mendampingi
klien dengan cara
yang tepat
e. Dengarkan klien
f. Identifikasi saat
terjadi perubahan
tingkat
kecemasan
g. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
32
masa lalu.
h. Instruksikan klien
untuk
menggunakan
teknik relaksasi
nafas dalam
i. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal
kecemasan.
8. Kurang
pengetahuan b.d
informasi yang tidak
adekuat mengenai
proses penyakit dan
pengobatan, yaitu :
Batasan karakteristik:
a. Menanyakan
masalah yang
dihadapi
b. Menunjukan
prilaku tidak
sesuai anjuran
c. Menunjukan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah
d. Menjalani
pemeriksaan
yang tidak tepat
e. Menunjukan
prilaku yang
Pengetahuan :
Manajemen
Asma (1832)
a. Mampu
mengetahui
tanda dan
gejala asma
b. Mampu
mengetahui
manajemen
penyakit
c. Mampu
mengetahui
penyebab dan
faktor-faktor
yang
berkontribusi
d. Mampu
mengetahui
komplikasi
potensial asma
e. Mengetahui
Manajemen Asma
(3210)
a. Ajarkan
penggunaan
pengobatan dan
alat
b. Ajarkan klien
untuk
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu
c. Ajarkan teknik
relaksasi napas
dalam
d. Bantu untuk
mengenal tanda
dan gejala
sebelum terjadi
reaksi asma
Pengajaran : Proses
Penyakit(5602)
33
berlebih
terapi obat
yang digunakan
a. Kaji tingkat
pengetahuan
pasien terkait
proses penyakit
b. Jelaskan
patofisiologi
penyakit
c. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
d. Jelaskan
komplikasi yang
mungkin ada.
4. Implementasi Keperawatan
Menururt Tarwoto & Wartonah (2015), Implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan
keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi.
Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung pada aktivitas
berikut ini: kesinambungan pengumpulan data, penentuan prioritas, bentuk
intervensi keperawatan, dokumentasi asuhan keperawatan, pemberian
catatan perawatan secara verbal dan mempertahankan rencana pengobatan.
Menurut Wahid & Suprapto (2013), Penatalaksanaan asma, yakni :
Pengobatan farmakologi berupa pemberian bronkodilator yaitu obat
yang melebarkan saluran nafas, ketolifen yaitu obat pencegah
terhadap asma dan pengobatan kortikosteroid hidrokortison.
34
Pengobatan non farmakologik berupa penyuluhan, menghindari
faktor pencetus, pemberian cairan, fisioterapi nafas (senam asma) dan
pemberian oksigen bila perlu.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada
dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan
tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan (Tarwoto & Wartonah,
2015).
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi
dengan cara membandingkan SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan (Suarni & Apriyani 2017).
S : Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
O : Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakuakn oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
A : Analisis adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P : Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.