bab ii teori dan kerangka pemikiran a. reviu penelitian

26
9 BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian Terdahulu Untuk memenuhi kepentingan pengguna laporan keuangan yang mengharapkan sebuah pengelolaan dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Pemerintah mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan dalam PSAK No.45. Pernyataan ini dibuat unutuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan, diharapkan entitas nirlaba dapat membuat pelaporan yang memiliki relevansi dan daya banding yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kantor Sinode GMIM belum menyusun laporan keuangan sesuai PSAK No.45. Laporan keuangan hanya berupa laporan realisasi anggaran belanja dan pendapatan yang disusun berdasarkan tata gereja GMIM. Kantor sinode GMIM mempunyai masalah keterbatasan sumber daya manusia dalam menyusun laporan keuangan. Pimpinan Kantor Sinode sebaiknya menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK No.45,menyusun neraca, dan menerapkan internal kontrol untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan (Gultom & Poputra, 2015). Julianto et al., (2018) menyimpulkan bahwa laporan keuangan Yayasan Al-Ma’ruf Kota Samarinda yang selama ini disusun masih sederhana, yaitu berupa laporan penerimaan dan penggunaan dana masing-masing badan pelaksana yang dilaporkan setiap bulannya. Selain itu, Yayasan Al-Ma’ruf selama ini belum membuat laporan konsolidasi keseluruhan dari 3 badan

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

9

BAB II

TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Reviu Penelitian Terdahulu

Untuk memenuhi kepentingan pengguna laporan keuangan yang

mengharapkan sebuah pengelolaan dan pelaporan keuangan yang transparan

dan akuntabel. Pemerintah mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan

dalam PSAK No.45. Pernyataan ini dibuat unutuk mengatur pelaporan

keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan, diharapkan

entitas nirlaba dapat membuat pelaporan yang memiliki relevansi dan daya

banding yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kantor Sinode

GMIM belum menyusun laporan keuangan sesuai PSAK No.45. Laporan

keuangan hanya berupa laporan realisasi anggaran belanja dan pendapatan

yang disusun berdasarkan tata gereja GMIM. Kantor sinode GMIM

mempunyai masalah keterbatasan sumber daya manusia dalam menyusun

laporan keuangan. Pimpinan Kantor Sinode sebaiknya menyusun laporan

keuangan sesuai dengan PSAK No.45,menyusun neraca, dan menerapkan

internal kontrol untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan

keuangan (Gultom & Poputra, 2015).

Julianto et al., (2018) menyimpulkan bahwa laporan keuangan Yayasan

Al-Ma’ruf Kota Samarinda yang selama ini disusun masih sederhana, yaitu

berupa laporan penerimaan dan penggunaan dana masing-masing badan

pelaksana yang dilaporkan setiap bulannya. Selain itu, Yayasan Al-Ma’ruf

selama ini belum membuat laporan konsolidasi keseluruhan dari 3 badan

Page 2: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

10

pelaksana tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laporan keuangan

yang masih dilakukan oleh masing-masing Badan Pelaksana terdiri dari

kegiatan masjid, Pendidikan dan Bisnis yang diarsir oleh Yayasan Al-Ma'ruf

Samarinda hanya berupa laporan pendapatan dan pengeluaran kas dan tidak

dilakukan Konsolidasi Laporan keuangan. Yayasan juga tidak melakukan

penilaian aset dan perhitungan penyusutan aktiva tetap, sehingga nilai aktiva

tetap tidak menunjukkan nilai sebenarnya. Laporan keuangan diadopsi oleh

Yayasan Al-Ma'ruf tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 45 yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan,

Pernyataan Kegiatan, Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Hasil penelitian Sari et al., (2018) menunjukkan bahwa dalam

akuntabilitas pengelolaan keuangan masjid terdapat nilai-nilai spiritualitas,

seperti: kejujuran, adil, dan tanggung jawab yang mempengaruhi adanya

praktik akuntabilitas dalam masjid Baburrahmah, baik dalam pengelolaan

keuangan ataupun dalam hal memakmurkan masjid. Perkembangan ilmu

akuntansi di Indonesia saat ini terus meningkat seiring dengan peningkatan

kebutuhan manusia yang kompleks dan tuntutan perkembangan zaman. Ilmu

akuntansi saat ini tidak hanya digunakan sebatas kegiatan pencatatan,

pengungkapan, dan pelaporan laporan keuangan pada perusahaan, melainkan

berkembang ke ranah yang lebih luas. Ilmu akuntansi yang berkembang pada

lingkup yang lebih luas tidak hanya mencakup pemerintahan, namun hingga ke

organisasi-organisasi masyarakat yang ada pada saat ini, seperti organisasi

keagamaan. Indonesia yang merupakan negara yang beragama tentu memiliki

organisasi-organisasi keagamaan yang berkembang dengan baik. Namun

Page 3: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

11

dalam penelitian ini menemukan pula bahwa praktik akuntansi yang masih

kurang dan tidak sesuai dengan standar pencatatan dan pelaporan bagi entitas

nirlaba, seperti organisasi keagamaan. Hal ini karena pengurus yang memiliki

profesi yang berbeda dengan tanggungjawab yang diterima sehingga

pemahaman pengurus mengenai akuntansi masih kurang (Sari et al., 2018).

Pada penelitian yang dilakukan Nazila & Fahlevi, (2019) menyimpulkan

bahwa masjid di Kota Banda Aceh secara umum belum menerapkan PSAK No.

45 tentang Pelaporan Keuangan Nonprofit karena masjid tidak memiliki

laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, arus kas, catatan atas laporan

keuangan. PSAK 45 yang membahas laporan keuangan entitas nirlaba terdiri

dari organisasi agamaan, rumah sakit, sekolah negeri dan organisasi

sukarelawan. Masjid yang termasuk dalam organisasi keagamaan memiliki

kewajiban untuk mempertanggungjawabkan dana yang diterima dari publik

atau donatur dengan cara menyajikan laporan keuangan masjid yang tersusun

seperti PSAK Nomor 45. Masjid hanya membuat laporan keuangan sederhana

yang meliputi sumber pendapatan, pengeluaran, dan saldo kas di akhir periode

serta kendala yang menyebabkan masjid tidak menerapkan PSAK No. 45 yaitu

kendala pemahaman dalam penyusunan laporan keuangan masjid menurut

PSAK No. 45 dan kurangnya sumber daya manusia dengan latar belakang

akuntansi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Jayantoro, (2018) menunjukkan

bahwa Panti Asuhan Muhammadiah Sumbawa belum menyusun laporan

keuangan panti yang sesuai dengan PSAK 45 seperti standar yang berlaku,

sehingga peneliti mencoba menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan

Page 4: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

12

PSAK 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Panti asuhan

merupakan lembaga atau yayasan penyaluran bakat dan minat sekaligus

sebagai sarana peningkatan pendidikan bagi anak-anak dan tempat untuk

merawat, memelihara, membina, dan mengasuh anak yatim, yatim piatu dan

juga anak-anak terlantar karena keadaan tertentu.

B. Teori dan Kajian Pustaka

Laporan Keuangan

Laporan keuangan berdasarkan GAAP dalam Buku Pendekatan Siklus

Akuntansi karya Syam, (2017) merupakan produk atau hasil akhir dari suatu

proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan infromasi bagi

para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

keputusan atau sebagai laporan pertanggung-jawaban manajemen atas

pengelolaan perusahaan.

Laporan keuangan berdasarkan PSAK 1 yang disusun oleh Ikatan Akuntan

Indonesia, (2021) diartikan sebagai suatu penyajian terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja suatu entitas. Laporan keuangan merupakan laporan

keuangan yang ditujukan untuk memenihi kebutuhan bersama sebagian besar

pengguna laporan. Tujuan dari posisi keuangan adalah memberikan informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Untuk

mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai

entitas yang meliputi:

Page 5: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

13

a. Aset;

b. Liabilitas;

c. Ekuitas;

d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

e. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik; dan

f. Arus kas.

Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan

bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai

tujuan pelaporan keuanagn yang pada gilirannya akan membantu pencapaian

tujuan ekonomik dan sosial negara. Tujuan pelaporan menentukan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi,

jenis, dan susunan statemen keuangan. Tujuan/perilaku eknomi individual

yang membentuk masyarakat harus selaras dengan tujuan ekonomik negara.

Bila akuntansi harus berperan dalam hal ini, maka tujuan pelaporan keuangan

harus dipertimbangkan dalam konteks tujuan kegiatan sosial atau masyarakat

dalam suatu negara. Bloon dan Elgers (1995) dalam buku teori akuntansi karya

Suwardjono mendeskripsikan tiga macam tujuan kegiatan sosial/masyarakat

(social adtivity) dan implikasinya terhadap penentuan tujuan pelaporan

keuangan yaitu: tujuan fungsional (functional objectives), tujuan bersama

(common objectives), dan tujuan kelompok dominan (dominant group

objectives). Menurut Kieso et al., (2017) tujuan pelaporan keuangan untuk

tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan tentang entitas

pelaporan yang berguna bagi pengguna laporan keuangan tersebut.

Page 6: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

14

Akuntansi

Menurut Syam, (2017) dalam bukunya Akuntansi Pengantar: Pendekatan

Siklus Akuntansi, akuntansi diartikan sebagai suatu kegiatan jasa yang

fungsinya memberikan informasi kwantitatip terutama yang bersifat keuangan

dari suatu kesatuan usaha ekonomi yang berguna dalam pengambilan

keputusan-keputusan yang bersifat ekonomi dan bisnis. Akuntansi sebagai

bagian dari informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu

gugusan tugas manajemen dalam mencapai tujuannya.

Akuntansi merupakan alat yang terdiri atas aktivitas utama yaitu

identifikasi, pencatatan dan mengomunikasikan kegiatan ekonomi organisasi

selama satu periode tertentu (Mulyadi, 2017). Akuntansi merupakan suatu

proses yang terdiri atas pencatatan, pengklasifikasian, penyajian data transaksi

keuanagn dan dihitung berdasarkan satuan uang oleh suatu lembaga atau

organisasi dalam hal pengambilan keputusan untuk pihak-pihak yang

berkepentingan seperti manajemen dan investor (Effendi, 2015).

Karakteristik informasi yang dihasilkan akuntansi akan sangat bergantung

pada lingkungan tempat akuntansi akan diterapkan, akuntansi sebagai

seperangkat pengetahuan tentunya akan membahas berbagai konsep dan

alternatif serta implikasinya dalam berbagai kondisi lingkungan. Konsep yang

dipilih dan diaplikasikan dalam lingkungan tertentu akan menjadi suatu model

akuntansi untuk mencapai tujuan sosial tertentu (Suwardjono, 2016).

Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative

information, primarily financial in nature, about economic entities that is

intended to be useful in making economic decisions (Grady, 2016).

Page 7: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

15

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam PSAK 1 didefinisikan sebagai

pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari:

a. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK);

b. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

PSAK 1

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 berdasarkan Standar

Akuntansi Indonesia (SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

menyatakan bahwa pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan

keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan

keuangan. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian

laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak

berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.

Laporan keuangan lengkap menurut PSAK 1 terdiri dari komponen-komponen

berikut ini:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode;

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode;

d. Laporan arus kas selama periode;

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi

penting dan informasi penjelasan lainnya; dan

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan

ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektof

Page 8: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

16

atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Karakteristik Umum Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK 1:

1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja

keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan

penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain

sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan

dan beban yang diatus dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian

Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika

diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara

wajar.

2. Kelangsungan Usaha

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian

tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha.

Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan

usaha, jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi

kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut bersama

dengan dasar yang diguanakan dalam penyususnan laporan keuangan dan

alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat

menggunakan asumsi kelangsungan usaha.

3. Dasar Akrual

Entitas menyususn laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali

laporan arus kas. Entitas mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas, ekuitas,

Page 9: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

17

pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos

tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur

tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan.

4. Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang

material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat

atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material.

5. Saling Hapus

Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau

pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu

PSAK.

6. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk infromasi

komparatif) setidaknya secara tahunan.

7. Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode

sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan

keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi

komparatif yang bersifat naratif fan deskriptif dari laporan keuangan pada

periode sebelumnya diungkapkan kembali jika masih relevan untuk

pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Page 10: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

18

8. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar

periode harus konsisten.

Struktur dan Isi Laporan Keuangan Yang Diatur Dalam PSAK 1 adalah sebagai

berikut:

1. Identifikasi Laporan Keuangan

Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan

catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan informasi berikut ini

secara jelas, dan mengulangnya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami:

a. Nama entitas pembuat laporan keuangn atau identitas lain, dan setiap

perubahan informasi dari akhir periode laporan sebelumnya;

b. Apakah merupakan laporan keuangan suatu entitas atau suatu

kelompok entitas;

c. Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh

laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan;

d. Mata uang pelaporan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 52; dan

e. Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan

keuangan.

2. Laporan Posisi Keuangan

a. Aset tetap;

b. Properti investasi;

c. Aset tidak berwujud;

d. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan

(i));

Page 11: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

19

e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas;

f. Aset biolojik;

g. Persediaan;

h. Piutang dagang dan piutang lainnya;

i. Kas dan setara kas;

j. Total aset yang diklasifkasikan sebagai aset yang dimiliki untuk

dijualn dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan;

k. Utang dagang dan terutang lainnya;

l. Kewajiban diestimasi;

m. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k)

dan (l));

n. Liabilitas dan aset untuk pajak kini;

o. Liabilitas dan aset pajak tangguhan;

p. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang

diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan

PSAK 58;

q. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas;

dan

r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik

entitas induk.

Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan subtotal dalam

laporan posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman

posisi keuangan entitas.

Page 12: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

20

Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas

jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam

laporan posisi keuangan, maka aset (liabilitas) pajak tangguhan tidak boleh

diklasifikasikan sebagai aset lancar (liabilitas jangka pendek).

Entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka

pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan

posisi keuangan, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan

informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Jika pengecualian

tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dann liabilitas

berdasarkan urutasn likuiditas.

Entitas mengklasifikasikan aset sebagia aset lancar, apabila:

(a) entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk

menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

(b) entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

(c) entitas mengharapkan akan merealisasai aset dalam jangka waktu 12

bulan setelah periode pelaporan; atau

(d) kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2; Laporan

Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau

penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya

12 bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut

sebagai aset tidak lancar (aset tetap).

Page 13: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

21

3. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif

Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif, sekurang-

kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut selama satu

periode:

a. Pendapatan;

b. Biaya keuangan;

c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat

dengan menggunakan metode ekuitas;

d. Beban pajak;

e. Suatu jumlah tunggal mencakup total dari:

i. Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan

ii. Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan

pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari

pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi

yang dihentikan;

f. Laba rugi;

g. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang

diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h));

h. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint

ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan

i. Total laba rugi komprehensif.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

a. Total laba rugi komprehensif selama satu periode;

Page 14: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

22

b. Tiap komponen ekuitas disajikan kembali secara retrospektif yang

diakui sesuai dengan PSAK 25;

c. Rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

5. Laporan Arus Kas

6. Catatan atas Laporan Keuangan

a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan

dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan;

b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak

disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan; dan

c. Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam

laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami

laporan keuangan.

IAI melakukan Amandemen PSAK 1 pada tahun 2019. Amandemen

PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan tentang judul laporan keuangan.

Amandemen PSAK 1 merupakan penyesuaian beberapa paragraf dalam PSAK

1: Penyajian Laporan Keuangan yang sebelumnya tidak diadopsi dari IAS 1

Presentation of Financial Statements menjadi diadopsi. Amandemen ini

membuka opsi yang memperkenankan entitas menggunakan judul laporan

selain yang digunakan dalam PSAK 1.

PSAK 1 (Penyesuaian Tahunan 2019): Penyajian Laporan Keuangan

paragraf 05 menyatakan bahwa: “..., maka entitas tersebut mungkin perlu

menyesuaikan deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos yang terdapat

dalam laporan keuangan dan laporan keuangan itu sendiri.”. Kalimat tersebut

dapat menimbulkan interpretasi bahwa entitas dapat menyesuaikan: (a)

Page 15: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

23

deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos yang terdapat dalam laporan

keuangan dan (b) laporan keuangan itu sendiri. DE PSAK 1 (Penyesuaian

Tahunan 2019) paragraf 05 menambahkan kalimat “menyesuaikan deskripsi

yang digunakan untuk” sebelum kalimat “.... laporan keuangan itu sendiri” agar

sesuai dengan intensi IAS 1 Presentation of Financial Statements paragraf 05.

ISAK 35

Pada tanggal 11 April 2019, Dewan Standar Akuntansi Keuanga Ikatan

Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan ISAK 35: Penyajian

Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. ISAK 35 mengatur tentang

penyajian laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba. ISAK 35 yang

diterbitkan oleh DSAK IAI merupakan interpretasi dari PSAK 1: Penyajian

Laporan Keuangan paragraf 05 yang memberikan contoh bagaimana entitas

berorientasi nonlaba membuat oenyesuaian baik: (i) penyesuaian deskripsi

yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam laporan keuangan; dan (ii)

oenyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri.

ISAK 35 dilengkapi dengan contoh ilustratif dan dasar kesimpulan yang bukan

merupakan bagian dari ISAK 35.

Dikutip dari Draft Eksposure ISAK 35 yang disusun oleh Ikatan Akuntan

Indonesia, (2018), ruang lingkup ISAK 35 meliputi seluruh entitas berorientasi

nonlaba terlepas bentuk badan hukumnya yang diterapkan khusus untuk

penyajian laporan keuangan. Interpretasi ini membahas bagaimana entitas

berorientasi non laba menyesuaikan: (a) deskripsi yang digunakan untuk

beberapa pos dalam laporan keuangan dan; (b) deskripsi yang digunakan dalam

laporan keuangan itu sendiri.

Page 16: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

24

Dikutip dari Draft Eksposure ISAK 35 yang disusun oleh IAI (2020),

penyajian leporan keuangan entitas berorientasi non laba disusun dengan

memerhatikan persyaratan, struktur laporan dan persyaratan minimal yang

diatur dalam PSAK 1. Entitas berorientasi non laba dapat membuat

penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan

keuangan. Misal: pembatasan sumber daya. Entitas berorientasi non laba dapat

membuat penyesuaian deskripsi yang digunakan atas laporan keuangan. Misal

judul laporan perubahan aset neto untuk mencerminkan fungsi yang lebih

sesuai dengan isi laporan keuangan. Entitas berorientasi nonlaba tetap

mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan dalam menyajikan laporan

keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, sehingga tidak

mempengaruhi kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Laporan Keuangan menurut Draft Eksposure ISAK 35 harus berisi

elemen-elemen sebagai berikut:

(a) Laporan Posisi Keuangan, menyajikan pos penghasilan komprehensif

pada bagian aset neto tanpa pembatasan. Menyajikan pos penghasilan

komprehensif lain secara tersendiri;

Page 17: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

25

Gambar 1-0-1 Laporan Posisi Keuangan (Format A)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 18: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

26

Gambar 1-0-2 Laporan Posisi Keuangan (Format B)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 19: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

27

(b) Laporan Penghasilan Komprehensif, Menyajikan informasi sesuai dengan

klasifikasi aset neto;

Gambar 1-0-3 Laporan Penghasilan Komprehensif (Format A)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 20: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

28

Gambar 1-0-4 Laporan Penghasilan Komprehensif (Format B)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 21: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

29

(c) Laporan Perubahan Aset Neto;

Gambar 1-0-5 Laporan Perubaha Aset Neto

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 22: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

30

(d) Laporan Arus Kas; dan

Gambar 1-0-6 Laporan Arus Kas (Metode Langsung)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 23: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

31

Gambar 1-0-7 Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 24: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

32

(e) Catatan Atas Laporan Keuangan.

Gambar 1-0-8 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

(Sumber: Draft Eksposure ISAK 35)

Page 25: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

33

Berdasarkan Draft Eksposure ISAK 35 yang dikeluarkan oleh IAI pada

tahun 2019, ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi

Nonlaba disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 26

September 2018. ISAK 35 mulai digunakan sebagai pedoman pelaporan

keuangan pada tahun buku Januari 2020. ISAK 35: Penyajian Laporan

Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba memberikan pedoman penyajian

laporan keuangan untuk entitas berorientasi nonlaba. Contoh-contoh dalam

Interpretasi ini tidak ditujukan untuk mengilustrasikan seluruh aspek dari SAK

atau mencakup bentuk yang sesuai untuk seluruh entitas berorientasi nonlaba.

Contoh ini dapat berbeda dari kondisi yang terdapat dalam entitas berorientasi

nonlaba tertentu. Entitas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan

apakah entitas merupakan suatu entitas berorientasi nonlaba terlepas dari

bentuk badan hukum entitas tersebut sehingga dapat menerapkan Interpretasi

ini.

C. Kerangka Pemikiran

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam pelaporan

keuangan pada organisasi Islam melalui masjid masih jarang diperhatikan,

padahal dalam rangka pelaksanaan prinsip akuntansi pada masyarakat praktik

pengelolaan keuangan masjid sangatlah penting. Mengingat bahwa bendahara

masjid wajib bertanggung jawab atas sumbangan dari anggota, sehingga untuk

mengurangi dan menghindari terjadinya perilaku kecurangan dan kasus

korupsi pada sebuah organisasi masjid, maka penerapan SAK perlu dilakukan

dalam pencatatan sumber penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan

Page 26: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian

34

aktivitas sehingga pengelolaan keuangan yayasan lebih terkendali dan

transparan.

Adanya penelitian mengenai penerapan pelaporan keuangan entitas

berorientasi nirlaba ini diharapkan pengurus yayasan masjid bisa menghasilkan

sebuah laporan keuangan masjid yang baik dengan membuat laporan keuangan

sesuai SAK dan mengumumkannya di hadapan jamaah dan donatur secara

transparan. Sehingga jamaah dan donatur memiliki kepercayaan yang tinggi

terhadap masjid untuk menginfakkan uangnya kepada masjid tersebut.

Berdasarkan penjelasan pada halaman sebelumnya, maka kerangka pikir

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Sumber: Data Primer 2021)

Laporan Keuangan

Yayasan Baitul

Makmur

PSAK 1 dan ISAK

35

Analisis

Laporan Hasil

Analisis

Bagan 1 Kerangka Pemikiran