bab ii teori dan kerangka pemikiran a. reviu penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/bab ii.pdf ·...

18
5 BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian Terdahulu Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK N0. 45 Tahun 2011 tentang Organisasi Nirlaba. Laporan keuangan masjid meliputi laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Namun laporan keuangan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya belum pernah dilakukan pemeriksaan oleh auditor independen yang tentunya mengurangi nilai akuntabilitas laporan keuangan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (Rahayu, 2014). Siskawati dan Surya (2015) menemukan bahwa akuntabilitas “keatas” (upward accountability), akuntabilitas kepada pihak donatur, dan penyantun, tidak berpengaruh terhadap budaya organisasi. Hasil pengujian akuntabilitas “kebawah” (downward accountability) terhadap budaya organisasi masjid menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap budaya organisasi. Hanya pada hasil penelitian akuntabilitas kedalam(internal accountability) secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap budaya organisasi masjid. “Akuntabilitas kedalam” (internal accountability) fokus kepada misi dan tujuan organisasi, dengan cara memelihara nilai-nilai spiritual untuk mencapai tujuan organisasi masjid, yaitu untuk memberikan pelayanan dan jasa agar jamaah dapat beribadah dengan sebaikbaiknya dan memberikan dampak sosial yang positif terhadap lingkungan.

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

5

BAB II

TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Reviu Penelitian Terdahulu

Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang

diatur dalam PSAK N0. 45 Tahun 2011 tentang Organisasi Nirlaba. Laporan

keuangan masjid meliputi laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Namun laporan keuangan Masjid

Nasional Al-Akbar Surabaya belum pernah dilakukan pemeriksaan oleh auditor

independen yang tentunya mengurangi nilai akuntabilitas laporan keuangan

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (Rahayu, 2014).

Siskawati dan Surya (2015) menemukan bahwa akuntabilitas “keatas”

(upward accountability), akuntabilitas kepada pihak donatur, dan penyantun,

tidak berpengaruh terhadap budaya organisasi. Hasil pengujian akuntabilitas

“kebawah” (downward accountability) terhadap budaya organisasi masjid

menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap budaya organisasi.

Hanya pada hasil penelitian “akuntabilitas kedalam” (internal accountability)

secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap budaya organisasi masjid.

“Akuntabilitas kedalam” (internal accountability) fokus kepada misi dan tujuan

organisasi, dengan cara memelihara nilai-nilai spiritual untuk mencapai tujuan

organisasi masjid, yaitu untuk memberikan pelayanan dan jasa agar jamaah

dapat beribadah dengan sebaikbaiknya dan memberikan dampak sosial yang

positif terhadap lingkungan.

Page 2: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

6

Kepercayaan masyarakat merupakan faktor utama yang dipegang teguh

oleh pengurus dalam menjalankan kegiatan dan program-program masjid. Untuk

menjaga kepercayaan masyarakat, pengurus masjid selalu menjunjung tinggi

nilai-nilai kejujuran yang ada pada dirinya. Jika masyarakat dapat diberdayakan

oleh masjid dalam upaya memakmurkan masjid, maka dengan sendirinya masjid

telah memakmurkan masyarakat. Hal ini disebabkan karena kegiatan masjid

Sungai Jambu tidak hanya sebatas pada kegiatan peribadatan saja, namun

meliputi kegiatan sosial dan perekonomian yang berorientasi pada kepentingan

masyarakat. Begitu juga sebaliknya, kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi

dalam kegiatan dan program-program masjid tersebut secara langsung telah

memakmurkan masjid (Siskawati et al., 2016).

Terdapat tiga jenis masjid tipologi di Balikpapan, Kalimantan Timur, yaitu

masjid yayasan, masjid pemerintah, dan masjid komunitas. Pertama, masjid

yayasan memiliki partisipasi yang diindikasikan sebagai formal dan informal da-

lam memberikan pertanggungjawaban. Evaluasi di masjid Yayasan adalah kon-

duksi komunikasi dialektis melalui pelaporan. Semua masjid menyampaikan

evaluasi mereka secara resmi. Ada media komunikasi yang terdeteksi di semua

masjid. Ini menunjukkan bentuk informal akuntabilitas. Namun, hanya masjid

yayasan memiliki radio sebagai media komunikasi selain pelaporan keuangan di

papan pengumuman mereka.

Kedua, ada masalah sistem birokrasi dalam memberikan tindakan akunta-

bilitas dalam masjid pemerintah. Sistem birokrasi juga ditemukan dalam

penelitian ini yang memberi pengaruh untuk struktur organisasi dan mekanisme

Page 3: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

7

akuntabilitas. Ketiga, masjid komunitas memiliki pengaruh politik dalam men-

dukung mekanisme akuntabilitas. Hal ini menyebabkan memperoleh dana untuk

kegiatan keagamaan. Semua masjid mengungkapkan laporan mereka secara

resmi. Namun, hanya masjid komunitas memiliki kurangnya pengetahuan dalam

kategorisasi rekening mereka (Fitria, 2017).

Yuliarti (2019) menemukan bahwa model pengelolaan yang dipakai oleh

pengurus masjid yaitu model pencatatan sederhana, yaitu mencatan aliran kas

masuk dam aliran kas keluar lalu dijumlahkan untuk menghasilkan jumlah saldo.

Walaupun pencatatannya masih sederhana namun dalam prakteknya dapat ber-

jalan dengan baik dan tidak pernah ditemukan masalah. Walaupun jama’ah su-

dah sangat percaya dengan para pengurus, namun dalam prakteknya para pen-

gurus tetap bertanggung jawab (akuntabilitas) dengan apa yang dikerjakan dan

terbuka (transparansi) dalam hal pencatatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan keuangan dan akuntabilitas publik sudah dijalankan oleh Takmir

Masjid Al Qolam.

Page 4: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

8

B. Teori dan Kajian Pustaka

B.1 Akuntabilitas

Menurut (Yuliarti, 2019) akuntabilitas merupakan istilah dari

perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan

maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban

yang dilaksanakan secara periodik. Haryanti dan Kaukab (2019)

akuntabilitas sebagai suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar

proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan

stakeholder.

Akuntabilitas adalah suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak

yang diberi kepercayaan oleh masyarakat atau individu dimana nantinya

terdapat keberhasilan atau kegagalan didalam pelaksanaan tugasnya

tersebut dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan ( Ulum dan Sofyani

2016).

Menurut ( Ulum dan Juanda 2016 ) ada dua tipe akuntabilitas yaitu:

1. Akuntabilitas internal, berlaku untuk setiap tingkatan dalam organisasi

internal penyelenggaraan negara termasuk pemerintah dimana setiap

jabatan atau petugas publik baik individu atau kelompok berkewajiban

untuk mempertanggungjawabkan kepada atasannya langsung mengenai

perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara

periodik atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu.

Page 5: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

9

2. Akuntabilitas eksternal,terdapat pada setiap lembaga negara sebgai

suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang

telah diterima dan telah pula dilaksanakan untuk kemudian

dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan lingkungannya.

Dari sudut fungsional, J.D Stewart dalam“ The Role of Information in

Public Accountability” sebagaimana dikutip Trijuwono ( 1999 ) dalam

(Ulum dan Sofyani, 2016) menyatakan bahwa akuntabilitas terdiri dari

lima tingkat yang berbeda yaitu :

1. Policy Accountability, akuntabilitas atas pilihan-pilihan kebijakan yang

dibuat

2. Program Accountability, akuntabilitas atas pencapaian tujuan/hasil dan

efektifitas yang dicapai

3. Performance Accountability, akuntabilitas terhadap pencapaian

kegiatan yang efisien

4. Process Accountability, akuntabilitas atas penggunaan proses, prosedur

atau ukuran yang layak dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang

ditetapkan.

5. Probity and Legality Accountability, akuntabilitas atas legalitas dan

kejujuran penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang disetujui atau

ketaatan terhadap undang-undang yang berlaku.

Page 6: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

10

Berdasarkan pemaparan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa

akuntabilitas adalah suatu bentuk tanggungjawab atas suatu proses atau

tindakan yang dilakukan baik berhasil atau tidak dalam mencapai target

yang telah ditetapkan oleh sebuah organisasi maupun instansi pemerintah.

B.2 Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik merupakan kewajiban penerima tanggung

jawab untuk mengelola, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas

dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik.

Tuntutan akuntabilitas harus diikuti dengan pemberian kapasitas untuk

melakukan keleluasaan dan kewenangan. Akuntabilitas publik terdiri dari

akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.Akuntabilitas vertikal

merupakan akuntabilitas kepada otoritas yang lebih tinggi, sedangkan

akuntabilitas horizontal adalah akuntabilitas kepada publik secara luas

atau terhadap sesama lembaga lainnya yang tidak memiliki hubungan

atasan bawahan (Sochimin, 2015).

Putra (2018) menyatakan bahwa akuntabilitas publik berarti

pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial

pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan

tersebut. Akuntabilitas publik juga merupakan pertanggungjawaban

tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi

sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) dan

masyarakat yang memberikan amanah kepadanya berdasarkan sistem

Page 7: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

11

pemerintahan yang berlaku (Bastian, 2014). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa akuntabilitas publik adalah bentuk tanggung jawab pengelola atau

pemimpin organisasi atau pemerintahan untuk memberikan informasi

berdasarkan aktivitasnya kepada masyarakat.

Menurut Ellwood (1993) dalam (Al Muddatstsir et al., 2018) terdapat

empat dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi organisasi sektor

publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum. Akuntabilitas kejujuran

(accountability for probity) terkait dengan penghindaran penyalahgunaan

jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal

accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana

publik.

2. Akuntabilitas proses. Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur

yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal

kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan

prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui

pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya.

Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses

dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya markup dan

pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber

inefisiensi dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan

Page 8: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

12

publik dan kelambanan dalam pelayanan.

3. Akuntabilitas program. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan

apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang

optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan

pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah.

B.3 Transaparansi

Haryanti dan Kaukab (2019) memaparkan bahwa transparansi ada-

lah kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan

dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Transparansi artinya

dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungapkan hal-hal

yang sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki

kepentingan, dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah

(Hanifah dan Praptoyo, 2015).

Julkarnain (2018) menjelaskan bahwa transparansi merupakan

kebijakan terbuka bagi pengawasan. Terbuka artinya, dapat dijangkau oleh

publik atau masyarakat secara umum. Suatu kebijakan pemerintah suatu

Negara misalnya, terkait dengan keterbukaan informasi, maka diharapkan

akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran sehingga

kebijakan yang dibuat berdasarkan pada referensi publik.

Page 9: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

13

Ada beberapa prinsip transparansi seperti yang dikemukakan oleh

Humanitarian Forum Indonesia (HFI) (Tundunaung et al., 2018), yaitu:

1. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara

pelaksanaan, bentuk bantuan atau program).

2. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail

keuangan.

3. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam

perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum.

4. Laporan tahunan

5. Website atau media publikasi organisasi

6. Pedoman dalam penyebaran informasi

Hanifah dan Praptoyo (2015) mengatakan prinsip-prinsip

transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut :

1. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari

semua proses-proses pelayanan publik

2. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang

berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses

didalam sektor publik

Page 10: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

14

3. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran

informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam

kegiatan melayani.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan dapat ditarik

kesimpulan bahwa transparansi adalah suatu kejujuran atau keterbukaan

dalam menjalankan suatu organisasi atau pemerintahan untuk mengambil

keputusan mengenai target yang telah ditetapkan dan hasil dari keputusan

tersebut dapat diakses oleh masyarakat baik melalui website maupun

melalui laporan keuangan yang ada.

B.4 Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba merupakan suatu organisasi yang bertujuan

pokok untuk mendukung kepentingan publik yang tidak komersial,

organisasi nirlaba meliputi organisasi keagamaan, sekolah, rumah sakit,

dan klinik publik, organisasi masyarakat, organisasi sukarelawan,

serikat buruh. Tujuan dari organisasi nirlaba menjadi jelas perbedaannya

ketika dibandingkan dengan organisasi bisnis. Organisasi nirlaba berdiri

untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan

organisasi bisnis bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi nirlaba

menjadikan sumber daya manusia sebagai aset yang paling berharga,

karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh, dan

untuk manusia (Marlinah dan Ibrahim, 2018).

B.5 Sifat Organisasi Nirlaba

Page 11: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

15

Organisasi Nonlaba memiliki sektor entiti yang sangat berbeda,

dimana pemiliknya adalah publik dan privat, para dermawan dan self

promoting, memperoleh pembebasan pajak dan/atau dapat dikenakan

pajak. Organisasi Nonlaba adalah salah satu diantara empat kategori :

VHWO, rumah sakit, sekolah tinggi dan universitas, dan organisasi

Nonlaba lain-lainnya (seperti gereja, masjid, museum, organisasi massa

dan lain-lain). Metode-metode akuntansi dan laporan keuangan untuk

setiap organisasi Nonlaba berbeda. Organisasi Nonlaba pertama didesain

sebagai pemerintahan atau sebagai non-pemerintahan untuk menentukan

apakah harus mengikuti standar-standar GASB atau FASB (di Indonesia

SAP atau SAK). Semua organisasi nonlaba non-pemerintah esensinya

menggunakan basis panduan yang sama, meskipun sifat dari transaksinya

berbeda (Andarsari, 2016).

B.6 Karakteristik Entitas Nirlaba

Karakteristik Entitas Nirlaba, sebagai berikut, (1) Sumber daya

entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan

jumlah sumber daya yang diberikan. (2) Menghasilkan barang ada/atau

jasa tanpa bertujuan memupuk laba dan jika entitas nirlaba menghasilkan

laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas

tersebut. (3) Tidak ada kepemilikan seperti umunya pada entitas bisnis

dalam arti bahwa kepemlilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual,

dialihkan atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak

Page 12: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

16

mencerminkan proporsi pembagi sumber daya entitas pada saat liquidasi

atau pembubaran entitas nirlaba (Firdaus dan Yulianto, 2018).

B.7 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Menurut (Dinanti dan Nugraha, 2018) laporan keuangan merupakan

informasi keuangan suatu organisasi dalam suatu periode yang

menjabarkan kinerja dari organisasi tersebut. Laporan keuangan tersebut

dianggap sangat penting untuk dibuat karena dapat menggambarkan

kinerja organisasi dalam suatu periode. Laporan keuangan yang tersusun

diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas terhadap para

penggunanya. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu

perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter.

B.8 Komponen Laporan Keuangan PSAK No.109

Page 13: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

17

IAI (2008) komponen laporan keuangan dalam PSAK No.109 terdiri

dari :

1. Neraca ( Laporan Posisi Keuangan )

Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi

keuangan) dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang

mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

a. Aset : kas dan setara kas, instrumen keuangan, piutang, aset tetap

dan akumulasi penyusutan

b. Kewajiban : biaya yang masih harus dibayar, dan kewajiban

imbalan kerja

c. Saldo dana : dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana

nonhalal

2. Laporan Perubahan Dana

Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infak/sedekah,

dana amil, dan dana nonhalal. Penyajian laporan perubahan dana

mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:

a. Dana zakat yang terdiri dari penerimaan dana zakat, penyaluran dana

zakat, saldo awal dana zakat, saldo akhir dana zakat.

b. Dana infaq atau sedekah yang terdiri dari penerimaan dana infaq

atau sedekah, penyaluran dana infaq atau sedekah, saldo awal dana

infaq atau sedekah, dan saldo akhir.

Page 14: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

18

c. Dana amil yang terdiri dari penerimaan dana amil, penyaluran dana

amil, saldo awal dana amil, dan saldo akhir dana amil.

d. Dana nonhalal yang terdiri dari penerimaan dana nonhalal,

penyaluran dana nonhalal, saldo awal dana nonhalal, dan saldo akhir

dana nonhalal.

3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang

mencakup tetapi tidak terbatas pada :

a. Aset kelolaan yang termasuk aset lancar

b. Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan

c. Penambahan dan pengurangan

d. Saldo awal

e. Saldo akhir

4. Laporan Arus Kas

Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2 yaitu

laporan arus kas dan PSAK yang relevan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK

101 yaitu penyajian laporan keuangan syariah dan PSAK yang relevan.

B.9 Masjid

Page 15: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

19

Siskawati et al. (2016) masjid merupakan organisasi non profit

dimana pengurus masjid berfungsi sebagai agent yang berkewajiban

mengatur dan melaporkan penggunaan dana yang diberikan oleh principal.

Namun kritik terhadap akuntabilitas masjid mengatakan bahwa

pengendalian internal dan pengawasan pengelolaan keuangan pada

organisasi masjid masih lemah.

Ikatan Akuntansi Indonesia pada tahun 2008 membuat pernyataan

standar akuntansi keuangan (PSAK No. 109) untuk akuntansi zakat dan

infaq/sedekah sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan

dengan tujuan agar laporan keuangan yang disajikan mudah dipahami oleh

pengguna. Oleh karena itu, Masjid yang merupakan organisasi nirlaba

diharapkan menyajikan laporan keuangannya dengan berpedoman pada

PSAK No 45. Setiap laporan keuangan yang dibuat diharuskan

mempunyai karakter kualitatif, yaitu ciri khas yang harus dimiliki oleh

setiap pelaporan keuangan supaya pelaporan keuangan tersebut bisa

berguna bagi setiap pemakainya. Karakteristik kualitas utama yang harus

dipenuhi dalam laporan keuangan antara lain: dapat dipahami, relevansi,

dapat diandalkan, serta dapat dibandingkan (IAI 2010 ).

B.10 Pengelolaan Keuangan Masjid

Halim dan Kusufi yang dikutip dari (Ibrahim, 2018) menyatakan

“Dalam konteks organisasi peribadatan, manajemen keuangan organisasi

peribadatan adalah usaha yang dilakukan pengelola tempat peribadatan

Page 16: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

20

dalam menggunakan dana umat sesuai dengan ketentuan dalam ajaran

agama dan kepentingan umat beragama, serta bagaimana memperoleh

dana dari umat dengan cara-cara yang dibenarkan oleh agama)”.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam manajemen keuangan

terdapat dua fungsi yaitu 1) fungsi mendapatkan dana, dan 2) fungsi

menggunakan dana.

C. Kerangka Pemikiran

Pada era saat ini semakin banyak terjadinya kasus korupsi baik yang

dilakukan pejabat maupun para pengurus suatu organisasi baik itu organisasi

besar atau kecil serta organisasi yang bertujuan mendapatkan profit maupun

non profit. Untuk menghindari terjadinya korupsi tersebut maka cara yang paling

efektif adalah dengan membentuk sebuah laporan keuangan, karena dengan

adanya laporan keuangan adalah sebagai bentuk dari adanya transparansi dan

akuntabilitas suatu entitas.

Pelaksanaan praktik akuntansi terutama dalam hal akuntabilitas dan

transparansi pada organisasi Islam melalui masjid masih jarang diperhatikan,

padahal dalam rangka pelaksanaan prinsip akuntabilitas dan transparansi pada

masyarakat praktik pengelolaan keuangan masjid sangatlah penting. Mengingat

bahwa masyarakat dan donatur sekarang ini sudah sangatlah cerdas dalam

melihat kondisi suatu masjid, sehingga untuk mengurangi atau menghindari

terjadinya perilaku kecurangan dan kasus korupsi pada sebuah organisasi

masjid, maka pengelola masjid perlu melakukan pencatatan sumber

Page 17: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

21

penerimaaan dan pengeluaran kas berdasarkan aktivitas sehingga keuangan

masjid lebih terkendali dan transparan.

Masjid Jami’ Agung Malang adalah masjid utama di kota Malang yang

terletak di tengah-tengah kota Malang. Daya tampung jamaah pada masjid ini

cukup besar sehingga jamaah yang datang juga tidak sedikit ketika memasuki

waktu shalat tiba. Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan

bahwa arus kas masuk dan keluar masjid ini lancar. Melakukan penyusunan

laporan keuangan sebuah organisasi nirlaba dalam hal ini masjid, IAI

mengeluarkan standar pelaporan keuangan yakni PSAK No. 109. Menurut

PSAK No. 109 setidaknya pengelola zakat, infak dan sedekah membuat 5 jenis

komponen laporan keuangan yaitu, laporan posisi keuangan pada akhir periode

laporan, laporan perubahan dana untuk suatu periode pelaporan, laporan peru-

bahan aset kelolaan untuk suatu periode pelaporan, laporan arus kas untuk suatu

periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

Adanya penelitian mengenai akuntabilitas dan transaparansi ini

diharapkan pengurus masjid bisa menghasilkan sebuah manajemen keuangan

masjid yang baik dengan membuat laporan keuangan dan mengumumkannya di

hadapan jamaah dan donatur secara transparan. Sehingga jamaah dan donatur

memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap masjid untuk menginfakkan uangnya

kepada masjid tersebut.

Page 18: BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Reviu Penelitian ...eprints.umm.ac.id/59102/3/BAB II.pdf · Lembaga masjid telah menggunakan standar baku sebagaimana yang diatur dalam PSAK

22

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pikir penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Akuntabilitas

Laporan Keuangan Yang

Transparan dan Akuntabel

Transparansi

Tata Kelola Keuangan

Sesuai dengan PSAK 109

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan

Masjid Agung Jami’ Malang