persepsi perbankan terhadap psak 50 dan psak 55

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka konvergensi dengan International Accounting Standards (IAS) dan International Financial Reporting Standards (IFRS), sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin. Bank Indonesia mewajibkan bank menggunakan laporan keuangan dengan mengacu pada revisi PSAK 50/2006 dan PSAK 55/2006 rencana semula mulai 2009 sementara standar akuntansi internasional akan diadopsi penuh pada 2010. Namun Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menunda penghapusan PSAK 31/2000 hingga akhir 2009, menyusul penangguhan setahun penerapan laporan keuangan sesuai dengan PSAK 50/2006 dan PSAK 55/2006. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Tiga dari revisi PSAK tersebut berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008 yaitu PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi, PSAK No. 16 1

Upload: sophia-ririn-kali

Post on 26-Jun-2015

2.371 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka konvergensi dengan International Accounting Standards (IAS)

dan International Financial Reporting Standards (IFRS), sejak Desember 2006

sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin. Bank Indonesia mewajibkan

bank menggunakan laporan keuangan dengan mengacu pada revisi PSAK

50/2006 dan PSAK 55/2006 rencana semula mulai 2009 sementara standar

akuntansi internasional akan diadopsi penuh pada 2010.

Namun Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

(DSAK-IAI) menunda penghapusan PSAK 31/2000 hingga akhir 2009,

menyusul penangguhan setahun penerapan laporan keuangan sesuai dengan

PSAK 50/2006 dan PSAK 55/2006. Dewan Standar Akuntansi Keuangan

(DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan

lima Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Tiga dari revisi PSAK tersebut berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008

yaitu PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi, PSAK No. 16

(revisi 2007) tentang Aset Tetap serta PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang

Sewa.

Sedangkan dua PSAK lainnya, yaitu masing-masing PSAK No. 50 (revisi

2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang

menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu serta PSAK No. 55 (revisi

2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang

menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai

mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009.

Adapun PSAK No. 50 (revisi 2006) sebagian besar sudah sesuai dengan

International Accounting Standards (IAS) No. 32 : Financial Instrument :

1

Page 2: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

Presentation (Revised 2005) sedangkan PSAK No. 55 (revisi 2006) sebagian

besar sudah sesuai dengan IAS No. 39 :Financial Instrument : Recognition

and Measurement (Revised 2005).

Bank Indonesia mewajibkan bank menyajikan laporan keuangan dengan

mengacu pada PSAK No. 50 (revisi 2006) serta PSAK No. 55 (revisi 2006)

tersebut mulai tahun 2009 seperti yang ditulis dalam harian Bisnis Indonesia

terbitan 18 Januari 2008 kemarin.

Deputi Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI I Gde Made Sadguna

menjelaskan pada harian Bisnis Indonesia bahwa sebagian besar standar

akuntansi untuk laporan keuangan bank disesuaikan dengan standar

internasional.

“PSAK 50 dan 55 sudah sesuai dengan International Financial Reporting

Standards (IFRS) dan berlaku 1 Januari 2009. Pada 2010 akan dilakukan

adopsi penuh tanpa diskresi,” katanya, seperti yang ditulis dalam harian Bisnis

Indonesia terbitan 18 Januari 2008 tersebut.

Adapun beberapa pengaturan dalam PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 revisi

2006 tersebut secara mendasar merubah metode pengakuan dan pencatatan

yang diterapkan selama ini dan dampaknya akan merubah sistim pencatatan

bank khususnya, sehingga secara tidak langsung akan memerlukan

penyesuaian pada sistim internal bank.

Diharapkan dengan penerapan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 revisi 2006

tersebut secara tepat dan konsisten, laporan keuangan bank dapat disajikan

secara wajar dan memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pembaca

laporan keuangan.

Namun, berkaitan dengan krisis finansial global yang melanda dunia dan turut

berdampak pada perekonomian di Indonesia, menyebabkan ketatnya likuiditas

2

Page 3: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

perbankan sehingga beberapa waktu yang lalu pihak perbankan telah

mengajukan penundaan penerapan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 tersebut

kepada pemerintah (Bank Indonesia), dengan tujuan agar perbankan bisa lebih

bergerak dan likuiditas sedikit longgar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka dapat dikemukakan

permasalahan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah “bagaimana persepsi

perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAK 55”.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sejauh mana kesiapan perbankan dalam

menerapkan PSAK 50 dan PSAK 55.

1.4 Kegunaan Penulisan

1. Diharapkan dapat berguna sebagai penambah wawasan oleh pihak

perbankan dalam kesiapan penerapan PSAK 50 dan PSAK 55.

2. Bagi kalangan akademisi diharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat

sebagai bahan referensi mengenai PSAK 50 dan PSAK 55.

3

Page 4: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan

menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima

individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh

melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dari dalam diri individu.

Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan

manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya

melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan

individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi

terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan

diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi

pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.

Mar’at (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan

seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan

dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) juga

mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan,

pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.

Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh

faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek

psikologis. Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi

juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor

fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,

pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang

bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain:

lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam

4

Page 5: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor

personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses

belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-

faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku,

nilai-nilai dalam masyarakat.

Pelaku orang lain dan menarik kesimpulan tentang penyebab perilaku tersebut

atribusi dapat terjadi bila: 1). Suatu kejadian yang tidak biasa menarik

perhatian seseorang, 2). Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang bersifat

personal, 3). Seseorang ingin mengetahui motif yang melatarbelakangi orang

lain (Shaver, 1981; Lestari, 1999).

Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial

memiliki beberapa elemen, yaitu:

a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.

b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang

untuk meniiai sesuatu.

c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua

pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:

1) Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak

pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan

cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.

2) Persepsi sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang

mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis

secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour. 

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi

suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek

yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan

objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek

tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan

5

Page 6: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna

merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol, 1994).

2.2 Definisi Perbankan

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang

perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,

yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank

lainnya.Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupaka kegiatan

pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan

pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya

sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai

rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menghimpun dana, berupa pemberian

pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya

diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.

Menurut undang-undang pokok perbankan no.14 tahun 1967, bank adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

dalam bentuk lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Bank adalah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menyediakan jasa

intermediasi dan jasa keuangan lainnya kepada perusahaan dan rumah tangga,

dengan tujuan untuk memaksimumkan kekayaan pemilik.

Pengertian bank menurut fungsinya sebagai berikut :

Fungsi utama bank :

- agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal

penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

- agent of development

- agent of services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

6

Page 7: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

Dalam perkembangannya, secara umum bank melayani kegiatan seperti

berikut ini :

a. sebagai tempat untuk penitipan dan penyimpanan uang, bank

memberikan surat atau selembar kertas dalam bentuk :

rekening koran atau giro yaitu simpanan yang setiap saat dapat

diminta kembali atau dipergunakan untuk melakukan pembayaran

dengan menggunakan check.

deposito berjangka, yaitu simpanan yang dititipkan ke bank untuk

jangka waktu tertentu.

Tabungan

b. sebagai lembaga pembeli atau penyalur kredit

c. sebagai perantara dalam lalu lintas pembayaran

Fungsi untuk bank-bank komersial, dikelompokkan menjadi 3 macam :

a. Pembayaran

Penyelesaian transaksi keuangan. Sistem pembayaran juga melibatkan

penyelesaian transaksi kartu kredit, perbankan elektronik, transfer

kawat dan aspek lain dalam pergerakan dana.

b. Intermediasi Keuangan

Mendapatkan dana dari deposan dan lainnya, dan kemudian

meminjamkan kepada para peminjam.

c. Jasa-jasa keuangan lain

meliputi :

- menjalankan aktifitas OBS

- aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan asuransi dan sekuritas

- jasa perbendeharaan

2.3 PSAK 50 & 55

PSAK No.50

PSAK No.50 tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu telah disetujui

oleh Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan

7

Page 8: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal

15 Juli 1998. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak

material (immaterial items).

PSAK 50 (Revisi) Hanya mengatur perlakuan akuntansi terkait dengan

penyajian dan pengungkapan seluruh instrumen keuangan termasuk

derivatif.

PSAK 50 (Revisi) mengatur penggungkapan untuk seluruh instrumen

derivatif dengan rinci.

Yang Harus Diungkapkan :

1. Format, Tempat dan Klasifikasi Instrumen Keuangan

2. Kebijakan Manajemen Risiko dan Aktivitas Lindung Nilai

3. Persyaratan, Kondisi dan Kebijakan Akuntansi

4. Risiko Tingkat Bunga

5. Risiko Kredit

6. Nilai wajar

7. Pengungkapan Lainnya:

a. Penghentian pengakuan

b. Jaminan

c. Instrumen Keuangan Majemuk dengan Beberapa Derivatif Melekat

d. Instrumen Keuangan pada Nilai Wajar

e. Reklasifikasi/Penggolongan Kembali

f. Laporan Laba Rugi dan Ekuitas

g. Penurunan Nilai

h. Wanprestasi dan Pelanggaran

PSAK No.55

PSAK No.55 (Revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen Derivatif Dan

Aktivitas Lindung Nilai telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan pada tanggal 10 September 1999.

8

Page 9: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

PSAK 55 tentang Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung

Nilai dikeluarkan pada tanggal 21 September 1998. Standar ini mengatur

akuntansi instrumen derivatif, termasuk instrumen derivatif tertentu yang

melekat pada perjanjian lainnya, dan aktivitas hedging (lindung nilai).

Pernyataan ini sebelumnya akan diterapkan secara prospektif mulai

berlaku efektif untuk tahun buku yang dimulai setelah tanggal 1 Januari

2000.

Dari hasil pengamatan Dewan dalam melaksanakan sosialisasi atas PSAK

55, Dewan menerima banyak permohonan untuk mempertimbangkan

penundaan tanggal efektif pemberlakuan PSAK 55 ini. Badan usaha dan

auditor memohon penundaan tersebut untuk mempelajari, memahami dan

menerapkan ketentuanketentuan yang ada dalam pernyataan tersebut pada

transaksi perusahaan. Oleh karena itu, Dewan memutuskan untuk

menunda tanggal efektif pemberlakuan PSAK 55 sesuai dengan paragraf

63.

2.3.1 Tujuan PSAK 55 dan 50

1. Menetapkan prinsip penyajian instrument keuangan sebagai

kewajiban atau ekuitas dan untuk saling hapus aset keuangan

dengan kewajiban keuangan.

2. Prinsip-prinsip ini melengkapi prinsip pengakuran dan pengukuran

dalam PSAK 55 (2006).

3. Digunakan untuk mengundang investor baik di pasar modal

maupun pasar keuangan, serta sebagai prudential regulation yaitu

mendorong proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan

keuangan guna mendorong terciptanya disiplin pasar (market

discipline).

2.3.2 Manfaat PSAK 55 dan 50

Mengetahui dan memahami perubahan apa saja yang terdapat pada

Revisi PSAK Memahami bagaimana relevansi Revisi PSAK dalam

9

Page 10: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

setiap transaksi bisnis serta pelaporan keuangan. Memperoleh

gambaran dalam melakukan antisipasi dengan timbulnya Revisi PSAK

Mendapatkan contoh – contoh real dari penerapan revisi PSAK

melalui studi kasus yang disajikan.

2.3.3 Fungsi PSAK 55 dan 50

Untuk meningkatkan penerapan PSAK No. 55 dan PSAK No.50

tentang keuangan sesuai PSAK dimaksud.hal ini dilaksanakan dalam

rangka mengantisipasi perubahan ketentuan perbankan tersebut,

sehingga diharapkan hal-hal tersebut dapat dipahami sebelum

diberlakukannya ketentuan penerapan PSAK 50 & 55.

10

Page 11: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis melakukan pengumpulan data

dengan menggunakan metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan

pengamatan terhadap media elektronik terhadap PSAK 50 dan 55 atas

persepsi perbankan.

b. Metode Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data yang didasarkan pada

literatur-literatur yang berhubungan langsung dengan PSAK.

3.2 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah data

kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan literatur

berupa keterangan-keterangan atau tulisan-tulisan yang berhubungan

dengan persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan 55.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah :

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melaui

pengamatan terhadap persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan 55.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui beberapa sumber

yang telah ada, berupa literatur, karya ilmiah sebelumnya,

dokumentasian dan data-data yang berhubungan dengan tujuan

penulisan dan topik permasalahan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah

metode deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan dengan cara

11

Page 12: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

mengumpulkan data-data yang kemudian dijadikan dasar dalam melakukan

analisis.

3.4 Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban atas tujuan penulisan karya

ilmiah ini yang bersumber dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

3.5 Perumusan Saran atau Rekomendasi

Saran atau rekomendasi di rumuskan berdasarkan dari ide-ide penulis yang

bersumber dari hasil penilitian yang dilakukan oleh penulis.

12

Page 13: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pekembangan Dunia Perbankan Saat Ini

Asal mula kegiatan perbankan

Dalam perkembangan perbankan sejarah mencatat asal mula dikenalnya

kegiatan perbankan terjadi pada zaman kerajan di daratan eropa. Usaha

ini kemudian berkembang ke asia barat yang dibawa oleh para pedagang.

Selanjutnya perkembangan perbankan begitu cepat merambah ke benua

asia, afrika dan amerika dibawa oleh bangsa eropa pada saat melakukan

penjajahan ke negara jajahannya.

Kegiatan perbankan yang pertama adalah jasa penukaran uang. Oleh

karena itu, dalam sejarah perbankan, bank dikenal sebagai meja tempat

menukarkan uang. Penukaran uang dilakukan pedagang antar kerajaan

yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang sampai

sekarang masih dilakukan. Kegiatan penukaran uang saat ini dikenal

dengan nama pedagang valuta asing (money changer).

Kegiatan operasional perbankan kemudian berkembang lebih lengkap

menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan

simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah lagi dengan

kegiatan peminjaman uang (memberikan kredit). Uang yang dititipkan

masyarakat ke bank dalam bentuk simpanan oleh perbankan

dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk

pinjaman atau kredit.

Dalam perkembangan selanjutnya jasa-jasa bank berkembang sesuai

perkembangan zaman dan kebutuan masyarakat yang semakin beragam.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan, maka

peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan

13

Page 14: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

masyarakat, baik yang berada di negara maju maupun negara

berkembang.

Sejarah Perbankan

Kegiatan perbankan dikenal mulai zaman babilonia, kemudian

berkembang ke zaman yunani kuno serta zaman romawi. Seiring dengan

perkembangan perdagangan dunia, maka perbankan pun semakin pesat.

Hal ini disebabkan karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas

dari perkembangan perdagangan.

Perkembangan perbankan di indonesia juga tidak terlepas dari zaman

penjajahan hindia-belanda tempo dulu. Pada saat itu terdapat beberapa

bank yang memegang peranan penting dalam pemerintahan penjajahan

belanda. Kemerdekaan bangsa indonesia pada tanggal 17 agusutus 1945

telah mengubah peta perbankan di indonesia. Jumlah perbankan di

indonesia bertambah dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan.

Bank-bank yang ada pada awal kemerdekaan :

a. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan pada tanggal 22 februari

1946. bank ini berasal dari DEALGEMENE VOLKCREDIET bank

atau syomin ginko.

b. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 juli 1946 kemudian

menjadi BNI 1946.

c. Bank Surakarta MAI (maskapai adil makmur) tahun 1945 di solo.

d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

f. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta,

kemudian menjadi Bank Amerta.

g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946

h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.

i. Kalimantan Corporation Tradding di Samarinda tahun 1950

kemudian merger dengan Bank Pasifik.

14

Page 15: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

j. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi bank gemari,

kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

Sejarah perbankan di Indonesia dimulai dari didirikannya Bank Sentral

pada zaman penjajahan Belanda dengan nama De Javasche Bank pada

tanggal 10 Oktober 1827, hal ini merupakan bukti bahwa perbankan di

bumi nusantara ini sampai sekarang telah berkiprah lebih dari 160 tahun.

Peranan perbankan sangat mempengaruhi perekonomian suatu negara,

dengan kata lain bank dapat dikatakan sebagi darahnya perekonomian

suatu negara. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada

anggapan bahwa bank merupakan ”nyawa” untuk menggerakkan roda

perekonomian suatu negara.

Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari

selisih bunga yang diberikan kepada penyimpanan (bunga simpanan)

dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan

ini dikenal dengan istilah spread based.

Dalam perkembangan dunia perbankan saat ini, dapat terlihat diberbagai

sektor, seperti teknologi informasi berupa:

Internet banking

Internet banking merupakan layanan perbankan yang memiliki banyak

sekali manfaatnya bagi pihak bank sebagai penyedia dan nasabah

sebagai penggunanya. Transaksi melalui media layanan internet banking

dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Melalui internet banking,

layanan konvensional bank yang komplek dapat ditawarkan relatif lebih

sederhana, efektif, efisien dan murah. Internet banking menjadi salah

satu kunci keberhasilan perkembangan dunia perbankan modern dan

bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa dengan internet banking,

keuntungan (profits) dan pembagian pasar (marketshare) akan semakin

besar dan luas.

15

Page 16: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

Namun, meskipun dunia perbankan memperoleh manfaat dari

penggunaan internet banking, terdapat pula resiko-resiko yang melekat

pada layanan internet banking, seperti resiko strategik, resiko reputasi,

resiko operasional termasuk resiko keamanan dan resiko hukum, resiko

kredit, resiko pasar dan resiko likuiditas. Oleh sebab itu, Bank Indonesia

sebagai lembaga pengawas kegiatan perbankan di Indonesia

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 Tentang

Penerapan Manajemen Resiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi

Pada Bank Umum agar setiap bank yang menggunakan Teknologi

Informasi khususnya internet banking dapat meminimalisir resiko-resiko

yang timbul sehubungan dengan kegiatan tersebut sehingga

mendapatkan manfaat yang maksimal dari internet banking.

Refleksi Perkembangan Teknologi Informasi Dalam Dunia Perbankan

Di era globalisasi dan tingkat turbulensi persaingan bisnis yang tinggi

dalam saat ini, kehadiran komputer bagi suatu perusahaan sudah

dirasakan sebagai kebutuhan yang krusial untuk kemajuan dan

keberhasilan bisnis sehingga bukan lagi sebagai kebutuhan pendukung

dari manajemen. Kehadiran komputer sebagai alat untuk mengolah data

berdampak besar bagi perusahaan baik dalam manajemen strategik

maupun manajemen operasional, biasanya tercermin dalam tahapan

planning, implementing, monitoring, dan controlling. Kebutuhan

penggunaan alat bantu dalam pengolahan data sesungguhnya sudah

dikenal dari zaman dahulu.

Konon alat yang digunakan untuk pengolahan data pada zaman

purbakala adalah dengan penggunaan tulang yang difungsikan sebagai

pengingat, alat komunikasi, penghitung umur dan pengukur jarak. Di

samping itu bisa juga penggunaan batu karang, lempengan tanah liat,

batu terstruktur, lempengan kayu, simpulan tali, dan kulit binatang

sebagai alat untuk mencatat, berkomunikasi, bertransaksi dan berhitung.

Bangsa Yunani dan Romawi (400 SM) tercatat sebagai bangsa yang

16

Page 17: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

mempopulerkan penggunakan lempengan kayu, tulang, lilin dan

tembaga metal untuk pembuatan catatan dalam perhitungan hutang

piutang, pengeluaran, dan pencatatan harta yang dimiliki pertama kali.

Setelah abad 19 terjadi peralihan dari alat manual ke alat mekanik dan

mekanik-elektronik.

4.2 Kesiapan Perbankan Dalam Penerapan PSAK 50 dan 55

4.2.1 Penerapan Perbankan Saat Ini

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 revisi 2006 mengenai

Instrumen Keuangan “ Penyajian dan Pengungkapan” dan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55 revisi 2006 mengenai

Instrumen Keuangan “Pengakuan dan Pengukuran” dimana PSAK 50

dan PSAK 55 tersebut akan berlakuk efektif mulai 1 Januari 2010. 

Beberapa pengaturan dalam PSAK dimaksud bahkan memerlukan

perubahan pola pikir dan penyesuaian sistem internal bank. Penerapan

peraturan ini tidak mungkin ditunda, karena justru akan mempersulit

posisi bank dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat

serta memperbesar masalah yang akan dihadapi.

PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada

International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition

and Measurement of Financial Instruments dan IAS 32 mengenai

Presentation and Disclosures of Financial Instruments. PSAK 50 dan

55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi penyusunan dan

analisis laporan keuangan. Itu juga akan mendorong terciptanya

market discipline.

Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/ 4 /DPNP

tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia

mengharuskan Bank menerapkan PAPI 2008 sebagai acuan dalam

17

Page 18: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

menyusun dan menyajikan laporan keuangan, selain PSAK dan

ketentuan lain yang berlaku.

PAPI merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih

lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

yang relevan bagi industri perbankan. PAPI juga mencakup penjabaran

lebih lanjut dari PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen

Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No. 55 (Revisi

2006) tentang Instrumen Keuangan: Selain itu Bank Indonesia juga

melalui surat edaran No. 10/537/DPNP tanggal 2 September 2008

diharapkan perbankan melakukan persiapan dari segi tenaga pelaksana

(sumber daya manusia).

Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 50 dan 55 (revisi

2006) baru akan efektif keseluruhan pada 2012 termasuk

memperhitungkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dengan

mengacu pada data historis selama 3-5tahun.

Deputi Direktur Pengawasan II BI Duddy Iskandar menuturkan PSAK

revisi 2006 sebenarnya mulai berlaku sejak Januari 2010, namun

masalahnya tidak semua bank memiliki data yang tersusun rapih (data

series) dalam Kewajiban Pencatatan data historis. 

Misalnya, pencatatan kerugian historis di bidang perkreditan itu harus

lengkap termasuk memasukan kredit bermasalah secara detil. Hal itu,

akan digunakan untuk kepentingan perhitungan cadangan kerugian

penurunan nilai (CKPN) atas kredit tersebut.

PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) merupakan standar pembukuan yang

mencakup pancatatan produk dan hasil transaksi keuangan bagi

lembaga keuangan termasuk bank. Akuntansi baru itu, mengacu pada

standar akuntansi internasional International Accounting Standard

18

Page 19: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

nomor 39) sebagai pengukuran instrumen keuangan yang diakui secara

global.

Tujuannya untuk menyajikan hasil transaksi dan kinerja keuangan

suatu perusahaan ke publik, agar mendapatkan kepercayaan pasar dan

investor. Penerapan PSAK itu memiliki tujuan strategis diantaranya

digunakan untuk mengundang investor baik di pasar modal maupun

pasar keuangan, serta sebagai prudential regulation yaitu mendorong

proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan keuangan guna

mendorong terciptanya disiplin pasar (market discipline).

Bagi perbankan, tambahnya, ditekankan harus mencapai tiga sasaran

yakni laporan keuangan harus menjadi berstandar internasional,

memberi kemudahan bagi investor dan kreditur asing dalam

memahami kinerja perbankan, serta mempertahankan peluang listing

di luar negeri bagi perbankan Indonesia.

Yang menjadi hambatan utama dalam penerapan adalah masalah

pengembangan infrastruktur khususnya teknologi informasi dimana

dalam model lama masih mengacu kepada nilai buku bukan nilai wajar

sebagaimana PSAK 55.

Namun demikian, sebelum terbitnya PSAK 55, beberapa bank besar

telah melakukan persiapan dengan berpedoman kepada standar

internasional dan juga telah menyiapkan infratstruktur teknologinya

serta menyajikan laporannya secara 'dual system' (berdasarkan nilai

buku untuk regulasi dan nilai wajar untuk kebutuhan internal).

Tersedianya infrastruktur teknologi informasi di bank yang

mampu mendukung pelaksanaan PSAK 50 & 55 merupakan salah

satu faktor pendukung. Faktor lain yang lebih penting adalah

19

Page 20: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

kesiapan SDM yang terlibat di dalamnya. Waktunya sudah sangat

mendesak untuk mempersiapkannya.

Dalam PBI No.8/2006 tentang Transparansi Kondisi Keuangan

BPR, disebutkan laporan Keuangan BPR disusun berdasarkan

PSAK yang berlaku. PSAK 50 dan 55 adalah PSAK yang wajib

diterapkan pada perbankan. BPR, sama dengan bank umum,

adalah usaha perbankan sebagaimana yang diatur pada UU

No.10/1998. Dengan demikian, belum ada landasan hukum untuk

mengecualikan BPR dari pelaksanaan PSAK 50 dan 55. Memang

ada yang sempat menyarankan BPR masuk dalam Standar

Akuntansi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagaimana yang

dimaksud dalam UU No.20/2008. Tetapi tidak masuk, karena

volume usaha Mikro itu Rp 300 juta/tahun; usaha Kecil memiliki

volume usaha Rp 2,5 Milyar/Tahun; Volume usaha Menengah Rp

50 Milyar/Tahun. Bagi BPR tidak masuk, karena volume usaha

BPR itu antara Rp 500 Juta sampai Rp 1,5 Triliun.

Kalau diterapkan PSAK 50 dan 55 di BPR mungkin tidak serumit

di Bank Umum, karena di BPR kan tidak ada transaksi lindung

nilai (hedging), forward , dll. Jadi, sistemnya lebih sederhana.

4.2.2 Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55

Oleh Fajar Sidik Bisms Indonesia Jakarta Penerapan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 dan 55 serta perhitungan

risiko operasional (standar Basel II) terhadap perbankan masih dalam

masa transisi dan akan berlaku sepenuhnya pada tahun depan. Deputi

Gubernur Bank Indonesia Muliaman Darmansyah Hadad menjelaskan

penerapan PSAK 50 dan 55 tentang instrumen keuangan tidak bisa

dihindari, karena kesepakatan umum sebagai sistem akuntansi yang

harus dipatuhi. Namun, pelaksanaannya bagi perbankan nasional

dilakukan bertahap.

20

Page 21: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

Saat ini, lanjutnya, penerapan PSAK masih dalam masa transisi selama

setahun, sambil mempelajari penerapan di beberapa negara yang juga

ada persoalan seperti Singapura dan Australia. Selain itu, kata

Muliaman, pembebanan modal untuk memenuhi perhitungan risiko

operasional ditempuh bertahap. Langkah ini dimulai dengan

pembebanan modal inti terhadap risiko operasional ditetapkan di skala

5% pada semester I 2010. Sedangkan semester berikutnya menjadi

10% sampai 2011 harus sepenuhnya menjadi 15%.

Menurut dia, kecukupan modal suatu bank tidak bisa hanya diukur dari

risiko pasar dan kredit, tapi harus memasukkan risiko operasional

supaya mencerminkan keadaan. Pemenuhan modal inti sangat penting

bagi regulator, investor maupun nasabah untuk memastikan kesiapan

bank terhadap profil risiko yang dihadapi.

"Kami sudah hitung dan membuat simulasi, berapa kira-kira rasio

kecukupan modal akan berkurang jika 15% risiko operasional

diberlakukan. Kalau tingkat kesiapan dari setiap bank itu ditentukan

oleh SDM dan dukungan teknologinya yang harus dipenuhi sesuai

standar," jelasnya pekan lalu.

Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank

Indonesia Halim Alamsyah menjelaskan PSAK 50 dan 55 mengubah

pencatatan pada beberapa pos sehingga lebih terlihat kinerja dari bisnis

inti dan bisnis pelengkap bank. Data ini, tuturnya, bisa membantu

regulator untuk menganalisis perbankan.

Lebih transparan beberapa ketentuan, lanjutnya, pencatatannya

menjadi lebih transparan seperti pembedaan kredit yang komitmennya

telah ada dan yang belum terkait dengan kewajiban penyediaan

pencadangan. Selama ini. pencatatan kredit tidak membedakan hal itu.

21

Page 22: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

"Memang PSAK yang baru, membuat bank menjadi lebih baik, dan

buat otoritas menjadi lebih mudah memberikan solusi dalam

kebijakan." Halim memaparkan untuk pemenuhan risiko operasional

terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan yaitu pendekatan

indikator dasar yaitu memenuhi risiko opera-sioal bertahap 15% dan

pendekatan standar.

Beberapa bank yang besar di usaha mikro kecil dan menengah

IUMKMI. cenderung memilih metode standar karena bisa mengurangi

pembebanan atas modal menjadi lebih kecil. Namun, sejumlah bank

justru bisa kebalikannya, lebih diuntungkan dengan menggunakan

pendekatan indikator dasar.

"Beberapa bank justru meminta diberlakukan segera tapi dengan

pendekatan standar karena beban terhadap modalnya menjadi lebih

ringan." Wadirut BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan saat ini

perseroan telah menerapkan PSAK 50 dan 55 sehingga membuat

sistem pencatatan berubah, terutama berkaitan dengan perhitungan

pendapatan bunga bersih tidak lagi memasukan komponen imbal hasil

dari surat berharga.

4.3 Dampak Penundaan Pelaksanaan PSAK 50 dan PSAK 55 Terhadap

Perkembangan Perbankan.

Bank Indonesia (BI) akan menunda pelaksanaan Pernyataan Standar

Akuntansi dan Keuangan (PSAK) 50 dan 55 sesuai permintaan perbankan.

Bank sentral menilai dalam kondisi kekeringan likuiditas belum

memungkinkan pelaksanaan standar tersebut.

Beberapa hal teknis yang perlu mendapat pembenahan seperti fare value yang

menetapkan aset dengan harga yang tepat dalam neraca dan memerlukan

metode maupun sistem pendukung lainnya. Hal ini tidak sejalan dengan

penundaan mark to market karena kalau diterapkan sekarang nilai aset akan

22

Page 23: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

turun semua. Dan akan disampaikan pada awal tahun, termasuk hal lain

seperti Basel, percepatan konsolidasi. Semua sedang dipikirkan dan saat ini

masih mentah.

Terkait penerapan dan penentuan bank jangkar, tetap berlaku namun belum

menentukan bahkan mengumumkan bank yang menjadi bank jangkar. Namun,

BI bersama dengan perbankan tetap berkomunikasi bagi bank yang memenuhi

variabel seperti kemampuan dan keuntungan bagi bank yang menjadi bank

jangkar. hal terpenting bank dengan potensi maupun kinerja yang dimiliki

mampu menunjukkan kejangkaranya sehingga mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional."Semua bank memiliki potensi menjadi jangkar, namun

harus discreening agar benar-benar menjadi jangkar. Publik sendiri pasti tahu

bank mana saja yang layak untuk itu. Yang penting memiliki kemampuan dan

mendapatkan benefit dari itu.

Sebelumnya, kalangan perbankan mengajukan penundaan sejumlah aturan

hingga satu atau dua tahun k di tengah krisis akibat ketatnya likuiditas. Salah

satunya adalah penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

50 dan 55.

Sebagai informasi PSAK 50 mengatur tentang penyajian dan pengungkapan

instrumen keuangan sementara PSAK 55 mengatur tentang penyajian dan

pengungkapan instrumen keuangan. Rencananya, BI akan mewajibkan bank

menyampaikan laporan keuangan dengan mengacu pada revisi kedua PSAK

tersebut mulai 1 Januari 2009.

Penerapan PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi

penyusunan dan analisis laporan keuangan dan disiplin pasar. Selain itu,

penerapan PSAK 50 dan 55 secara tepat dan konsisten diharapkan bisa

membuat laporan keuangan bank dapat disajikan secara lebih wajar dan

memberi informasi yang lebih bermanfaat bagi pembaca laporan keuangan.

Hal ini terkait dengan krisis yang menyebabkan perusahaan-perusahaan

23

Page 24: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

sebenarnya bisa membayar namun karena outlook ekonomi tidak baik

akhirnya menyebabkan mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas dari

perbankan. Jadi kualitas kredit sedang kita diskusikan dengan BI, kiranya kita

bisa tetap hati-hati tetapi tidak menjadi terlalu konservatif yang nantinya tidak

mempengaruhi kualitas kredit.

Saat ini perbankan menilai kualitas kredit dari status pembayaran dan kondisi

keuangan debitor dan juga prospek bisnisnya. Dari sisi prospek bisnis itu

kemungkinan saat ini tidak terlalu bagus, namun untuk ke depannya

kemungkinan bisa lebih stabil. Mungkin sekarang banyak searang sektor

ekonomi sedang terjadi koreksi dari prospek bisnisnya tetapi setelah koreksi

itu terjadi mungkin akan masuk dalam kondisi yang lebih stabil.

24

Page 25: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 merupakan regulasi yang bertujuan

untuk mengatur kinerja perbankan agar lebih mengarah ke discipline market

dengan adanya beberapa perubahan pada kebijakan yang ada seperti, adanya

CKPN, pengakuan data historis. Dalam menerapkan PSAK 50 dan PSAK 55

banyak konsekuensi yang dihadapi oleh perbankan dan dalam realitanya bank

asing dan bank besar yang telah mengimplementasikan revisi PSAK tersebut.

Kendala yang paling menghambat dalam penerapan PSAK ini adalah kesiapan

sumber daya manusia karena. Selain itu PSAK 50 dan PSAK 55 juga

menimbulkan kontroversi, karena penerapan revisi PSAK 50 dan PSAK 55

yang mengacu pada IFRS tersebut adalah penganutan principle basis yang

dianut karena hanya prinsip dan konsep yang ditekankan dan

mengaplikasiannya tergantung pada praktek yang ada, berbeda dengan konsep

sebelumnya yang menganut rule basis yang artinya segala sesuatu diatur.

5.2 Saran

Belum terlaksana dengan baik penerepan PSAK 50 dan PSAK 55 dipengaruhi

oleh kesiapan dari pihak perbankan dalam hal Sumber Daya Manusia yang

masih kurang memadai. Oleh maka perlu dilakukan sosialisasi dari pihak-

pihak yang berkepentingan untuk memberikan petunjuk teknis terhadap

implementasi penerapan PSAK tersebut.

25

Page 26: Persepsi perbankan terhadap PSAK 50 dan PSAk 55

DAFTAR PUSTAKA

Arini M. Kasaluri, 2010, http://seminarakuntansi.warsidi.com/2010/06/financial-instrument-

impementasi-psak.html, Akses tanggal 19 November 2010.

Endah, 2010, http://endah26.wordpress.com/2010/05/12/revisi-pengantar-perbankan/, Akses

tanggal 18 November 2010.

Fadjar Ari Dewanto, 2009, http://vibizmanagement.com/column.php?

sub=228&id=1270&page=finance&awal=10 , Akses tanggal 20 November 2010.

Fajar Sidik, 2010, http://web.bisnis.com/keuangan/fokusbi/1id180670.html?

PHPSESSID=o74oab7l5vnv5tfel36b8bhij7, Akses tanggal 18 November 2010.

Fajar Sidik, 2010, http://auditme-post.blogspot.com/2010/05/penerapan-psak-50-55-tahun-

depan.html, Akses tanggal 19 November 2010.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1998, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 50

Akuntansi Investasi Efek Tertentu, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 1999, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 55

Akuntansi Instrumen Dervatif Dan Aktivitas Lindung Nilai, Jakarta.

Jimmy Wales, 2010, http://id.wikipedia.org/wiki/Bank , Akses tanggal 20 November

2010.

Prima consulting Group, 2009,

http://primaconsultinggroup.blogspot.com/2009/05/workshop-psak-50-55-revisi-2006-

sesuai.html, Akses tanggal 19 November 2010.

Rizka Septyana, 2010, http://re-revalota-soulmate.blogspot.com/2010/04/permasalahan-yang-

ada-di-dunia.html, Akses tanggal 18 November 2010.

Tomi Sujatmiko, 2008,

http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/12/31/277/178329/bi-akan-

tunda-pelaksanaan-psak-50-dan-55/bi-akan-tunda-pelaksanaan-psak-50-dan-55, Akses

tanggal 20 November 2010.

26