bab ii tahapan promkes

28
FIK UI Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN TEORITIS A. TAHAPAN PROMKES 1. Tahap Pengkajian Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan keperawatan selanjutnya. Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun

Upload: agung-ginanjar

Post on 30-Nov-2015

1.210 views

Category:

Documents


55 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. TAHAPAN PROMKES

1. Tahap Pengkajian

Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang

apa yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian

keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi

data tentang klien, baik individu maupun komunitas. Fase keperawatan ini mencakup

dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder

(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa

keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan untuk menetapkan

dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang terkait, praktik

kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi yang

terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan

keperawatan selanjutnya.

Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk dapat

mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap

keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah

mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi

kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan startegi promosi kesehatan.

Hancock dan Minkler (1997), mengemukakan bahwa bagi profesional kesehatan yang

peduli tentang membangun masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan

pengkajian kesehatan komunitas, yaitu sebagai informasi yang dibutuhkan untuk

perubahan dan sebagai pemberdayaan.

Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan prioritas.

Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna

untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur kebutuhan

dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup

Page 2: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan

keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan

memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat

kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu

taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe,

yaitu:

a. Normative needs

Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok

profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.

b. Felt needs

Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat diidentifikasi oleh

masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan,dan informasi.

c. Expressed needs

Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya adalah

expressed needs dibuat berdasarkan keinginan klien.

d. Comparative needs

Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu. Yang

dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau individual.

Menurut Roberta Hunt (2005) ada beberapa tahap dalam pengkajian, yaitu:

a. Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri dari melakukan konsultasi,

melakukan pengumpulan data, membuat penyajian penemuan dan menentukan

prioritas masalah.

b. Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari membuat tinjauan pustaka

(literatur review), menggambarkan group yang akan diberikan promosi kesehatan

mengexplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan, menganalisis faktor-faktor

eksterna yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan.

Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan

beberapa pertanyaan, yaitu tentang:

a. Apa yang ingin saya ketahui?

b. Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?

Page 3: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

c. Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?

d. Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?

e. Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi ini?

Menurut Nola J. Pander, PHD, RN, FAAN dalam buku Health Promotion In Nursing

practice, pengkaajian kesehatan dalam tahap promosi kesehatan meliputi pengkajian

individu, keluarga dan masyarakat

a. Pengkajian individu

Pengkajian pada individu merupakan pengkajian yang menyeluruh. Penilaian yang

meliputi tentang pengukuran kesehatan, keyakinan kesehatan dan perilaku sehat.

Komponen penilaian kesehatan berfokus pada pola fungsi kesehatan, evaluasi

kebugaran fisik, penilaian pada nutrisi, penilaian hidup terhadap stres, penilaian

kesehatan spiritual, penilaian terhadap dukungan sosial, keeyakinan pada

kesehatannya, penilaian gaya hidup

b. Pengkajian keluarga

Pengkajian keluarga merupakan pengkajian pada individu. Hal ini sangat penting

untuk merencanakan perubahan perilaku kesehatan. Keluarga merupakan unit yang

dalam menilai dan mengintervensi pada promosi kesehatan karena keluarga juga

mempunyai tanggung jawab utama untuk pengembangan diri, peduli dan merawat

anggota keluarga, menyediakan sumber daya sosial dan fisik, mempromosikan

kesehatan pada individu dan tetap menjaga kesatuan keluarga

c. Pengkajian masyarakat

Pengkajian masyarakat merupakan suatu proses analisa dan menentukan kebutuhan,

peluang dan sumber daya yang terlibat dalam menilai aksi program kesehatan

masyarakat. Salah satu pendekatan masyarakat adalah mengumpulkan informasi

tentang subsistem komunitas dan hubungan mereka yang meliputi nilai-nilai,

kebudayaan, politik, pendidikan, rekreasi, transportasi, agama, komunikasi dan

media, kesejahteraan, ekonomi, usaha dan tenaga kerja, kehidupan sosial serta

keselamatan dan perlindungan.

2. Tahap Intervensi

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai

tujuan. (Maulana, H. D. J. 2007). Penting dalam perencanaan menetapkan dimensi

Page 4: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi kesehatan. Output fase ini adalah rumusan

rencana, dan hal terpenting adalah rumusan tujuan (yaitu, rumusan peningkatan

perilaku yang diinginkan setelah menkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan

eksternal), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor

penyebab, yang diinterventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berurutan.

Model PRECEDE-PROCEED (Green dan Kreuter, 1991)

Merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan

evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing,

Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).

PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah,

mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991

menjadi PRECED-PROCEED. PROCEED merupakan singkatan dari Policy,

Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental

Development. Dalam aplikasinya, PRECED-PROCEED dilakukan bersama-sama

dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada

fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan

PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

Maulana (2007) mengatakan intervensi dalam model PROCED-PROCEED

terdapat dalam Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan) dimana pada fase ini

dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat

memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk

diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan

utnuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan

masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan,

dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional

yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung

kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Page 5: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

Pada fase ini, kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke

implementasi dan evaluasi degnan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk

meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau

masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan

tersedia, dapat dijangkau, dapata diterima dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh

karena itu penilaian sumber daya dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan program,

perubahan organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau, perubahan

politis dan peraturan untuk meyakinkan program dapat diterima oelh masyarakat, dan

evaluasi utnuk meyakinkan program dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu

kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dna stakeholder terkait. Hal ini

dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Fertman (2010), intervensi dalam model PRECEDE-

PROCEED dalam Fase 4 : Administrasi dan penilaian kebijakan serta keselarasan

intervensi. Fokus utama dari penilaian administrasi dan kebijakan dan keselarasan

intervensi dalam fase keempat adalah cek realitas, untuk memastikan bahwa pada

pengaturan (Sekolah, klien untuk membuka posisi bekerja, kesehatan organisasi

Page 6: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

perawatan, atau Komunitas) semua dana, dukungan yang diperlukan, personel,

fasilitas, kebijakan, dan sumber daya lain yang hadir untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan program. Pada contoh kerja sebelumnya, situs kebijakan dan

prosedur akan ditinjau, direvisi, bolak-balik antara langkah yang diperlukan

(Bartolomeus, Parcel, Kok, & Gottlieb, 2006).

Sebelum merencanakan intervesi, pengkajian kebutuhan dari target populasi

harus dilakukan (langkah pertama dari pemetaan proses intervensi) yaitu penilaian

terhadap masalah kesehatan, kualitas hidup, dan masalah perilaku dan lingkungan dari

suatu populasi tertentu. Sehingga hasil program yang diinginkan ditetapkan. Langkah

kedua melibatkan menyatakan siapa dan apa yang akan berubah pada setiap tingkat

ekologi sebagai hasil dari intervensi. Langkah ini juga melibatkan tujuan kinerja

untuk setiap tingkat ekologi dengan determinan pribadi dan eksternal dalam matriks

untuk membantu menulis tujuan perubahan.

Cohen, L., Chavez, V., Chehimi, S. (2010) menjelaskan dalam model ini

intervensi juga terdapat dalam fase 4 dimana fase 4 terbagi menjadi dua yaitu fase 4A

dan 4B :

Fase 4A : Intervention Alignment

Program Kesehatan:

Educational

Strategies

Policy

Regulation

Organization

Fase 4B

Administrative and Policy Assessment

Menilai dan mendokumentasikan sumber

daya administrasi, peraturan, dan kebijakan

yang dapat memengaruhi faktor pendidikan

dan lingkungan serta mengimplementasikan

bentuk program.

Di fase 4, perencana memilih dan meluruskan komponen program dengan deteriman

yang menjadi prioritas yaitu perubahan yang sebelumnya teridentifikasi. Hal ini lah

yang menjadi tujuan untuk mengindentifikasi sumber, mengorganisasi hambatan dan

fasilitator, dan kebijakan yang dibutuhkan dalam menjalankan program di implementasi

dan sustainability. (Glanz, K. 2010)

Page 7: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

Saat membuat program perencanaan, sangat penting untuk melihat kedua level

antara determinan pengkajian dan intervensi yang dipilih (Green and Kreuter, 2005).

Pertama, level terbesar adalah pengorganisasian dan sistem lingkungan yang

mempengaruhi hasil yang diharapkan harus dipertimbangkan. Disinilah intervensi

yang mempengaruhi enabling faktor untuk perubahan lingkungan, dimana dukungan

mempengaruhi perilaku hidup sehat. Kedua, adalah level mikro, fokus terhadap

individu, pasangan, keluarga, dan lain-lain yang dapat memengaruhi perilaku hidup

sehat secara lebih langsung. Intervensi pada level mikro dikhususkan langsung pada

perubahan predisposisi, reinforcing, dan enabling faktor.

Green dan Kreuter (2005) telah tertarik pada literatur tentang pengembangan

program untuk menawarkan rekomendasi untuk "pencocokan intervensi, pemetaan,

penyatuan dan patching" pada tahap perencanaan (Simons-Morton, Greene dan

Gottlieb, 1995; D'Onofrio, 2001). Secara khusus, membangun program yang

komprehensif membutuhkan (1) matching dengan tingkat ekologi untuk komponen

program yang luas, (2) mapping intervensi spesifik berdasarkan teori dan penelitian

sebelumnya dan praktek untuk faktor predisposisi, enabling dan reinforcing yang

spesifik, dan (3) pooling prior komunitas memilih intervensi yang disukai yang

mungkin memiliki bukti yang kurang untuk mendukung mereka, dan jika diperlukan,

(4) patching intervensi untuk mengisi kesenjangan dalam bukti.

Teori dan fase 4. Pemetaan intervensi untuk predisposisi, memperkuat, dan

memungkinkan faktor dipengaruhi oleh pertimbangan teoritis serupa dengan yang

dijelaskan dalam fase 3, berfokus terutama pada tingkat masyarakat teori. Teori

perubahan organisasi membahas proses dan strategi untuk menciptakan dan

mempertahankan perubahan dalam kebijakan kesehatan dan prosedur yang

mempengaruhi keberhasilan program promosi kesehatan.

3. Tahap Implementasi

Implementasi merupakan salah satu komponen dalam proses keperawatan

yaitu kategori prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan dan hasil yang diperkirakan dari pelaksanaan asuhan keperawatan ( Potter &

Perry, 2005 ). Tujuan implementasi adalah melaksanakan pendidikan kesehatan

sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Implementasi mengikuti komponen

perencanaan dari proses keperawatan, implementasi menuangkan rencana asuhan

keperawatan kedalam tindakan. Implementasi atau pelaksanaan Promosi Kesehatan

Page 8: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W dan 1H, yakni ( Pusat Promosi Kesehatan

Depkes RI, 2008 ) :

a. Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya

promosi kesehatan)

b. Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana

promosi kesehatan)

c.  Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau

dilaksanakan (sasaran promosi kesehatan)

d. What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat (materi

promosi kesehatan)

e. When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan (waktu pelaksanaan

promosi kesehatan)

f. Where, dimana promosi kesehatan dilakukan (tempat atau tatanan

promosi kesehatan dilakukan);

g. How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode

dan teknik promosi kesehatan).

Pelaksanaan Promkes meliputi:

a. Perlunya Promosi Kesehatan :

Promosi Kesehatan diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor

resiko masalah kesehatan atau penyakit, Promosi Kesehatan juga diperlukan oleh

berbagai tingkat pelayanan. Promosi Kesehatan diperlukan pada tingkat preventif,

promotif, kuratif dan rehabilitatif.

b. Pelaksana Promosi Kesehatan

Semua petugas kesehatan, utamanya yang berada di garis depan (front line)

pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah sebagai pelaksana Promosi Kesehatan.

Petugas kesehatan baik sebagai pegawai negeri, pegawai pemerintah daerah, pegawai

BUMN maupun swasta yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit,

Puskesmas atau Balkesmas, Poliklinik, atau praktek swasta adalah juga sekaligus

merupakan petugas Promosi Kesehatan atau Promotor/Pendidik Kesehatan. Dokter,

dokter gigi, perawat, bidan, petugas di ruang obat atau apotek dan sebagainya, dalam

tugasnya melayani pasien sehari-hari berkewajiban untuk menyampaikan informasi -

informasi kepada pasien atau yang dilayani (klien) terkait dengan penyakit atau

masalah kesehatan yang dialami oleh klien tersebut.

Page 9: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

Di samping itu, semua petugas kesehatan dimanapun berada dalam

masyarakat, termasuk yang tidak bertugas di garis depan pelayanan, sebenarnya juga

berfungsi sebagai Promotor Kesehatan. Perilaku petugas kesehatan di lingkungan

tempat tinggal ataupun di masyarakat secara umum, sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan (rapi, bersih, tidak merokok, membuang sampah di tempat yang benar,

tidak minum minuman keras, tidak menggunakan narkoba, dan sebagainya) adalah

bentuk promosi kesehatan bagi masyarakat lingkungannya.

c. Sasaran Promosi Kesehatan

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini

dikelompokkan menjadi 3, yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.

1) Sasaran Primer

Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.

sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil,

ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja,

masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.

2) Sasaran Sekunder

Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan sebagai

jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap

masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi

masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya.

Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara

memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di

samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di

sekelilingnya.

3) Sasaran Tertier

Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor pemungkin

(enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya

perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku

sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari

penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat,

bupati atau pejabat pemerintah setempat. Misalnya di daerah yang sangat

kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air

bersih tersebut. Caranya misalnya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui

APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut.

Page 10: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

d. Materi Promosi Kesehatan

Bahan-bahan/materi atau informasi-informasi yang disampaikan kepada

masyarakat atau sasaran melalui kegiatan promosi kesehatan adalah semua informasi

yang dapat menstimulasi perilaku hidup sehat, antara lain :

1) Penyakit-penyakit menular yang mencakup tanda-tanda penyakit, penyebabnya,

cara penularan, cara pencegahan, pertolongan pertama kasus, dsb.

2) Penyakit-penyakit tidak menular yang mencakup tanda-tanda penyakit,

penyebab

penyakit, cara pencegahannya, cara mencegah komplikasi, dan sebagainya.

3) Imunisasi

4) Gizi makanan

5) Kebersihan diri sendiri (personal hygiene)

6) Kesehatan lingkungan

7) Hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan pada kelompok masyarakat

tertentu,

seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, remaja, dan sebagainya.

e. Waktu Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Waktu pelaksanaan Promosi Kesehatan sangat tergantung dari kondisi dan

situasi pada masyarakat sasaran. Disamping itu juga tergantung pada proses

pelayanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Prinsipnya pelaksanaan promosi

kesehatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu sasaran pelayanan, dan kebutuhan

pelayanan bagi masyarakat sasaran.

f. Tempat atau Tatanan Promosi Kesehatan

Tempat atau tatanan dimana promosi kesehatan dilaksanakan juga sangat

bergantung pada sasaran, apakah masyarakat umum atau sasaran kelompok-kelompok

khusus. Namun secara garis besarnya, tatanan atau tempat promosi kesehatan dapat

dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1) Rumah tangga. Pelaksanaan promosi kesehatan di dalam rumah tangga adalah

yang paling utama.

2) Tatanan institusi pelayanan kesehatan, misalnya: Puskesmas, Rumah Sakit

Poliklinik (Balai Pengobatan), Rumah Bersalin, dan sebagainya. Pelaksanaan

promosi kesehatan di rumah sakit dilakukan dalam rangka membantu orang sakit

atau pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya,

khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Promosi kesehatan di

Page 11: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

rumah sakit sebaiknya harus menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi

tempat yang menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan sebagainya. Oleh

karena itu, pelaksanaan promkes yang dapat dilakukan seperti Pemberian contoh

dan penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit

merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada para

pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.

3) Sekolah

Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan sekolah

sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya (Health Promoting

School). Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3

kegiatan pokok, yaitu:

- Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living), dalam hal ini

tidak

hanya lingkungan fisik yang bersih, akan tetapi juga lingkungan sosialnya juga

harus harmonis dan kondusif, sehingga perilaku sehat dapat tumbuh dengan

baik.

- Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk menanamkan

kebiasaan

hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan

lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.

- Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan kesehatan juga

dapat dijadikan salah satu cara untuk mempromosikan kesehatan di sekolah.

4) Tempat kerja

Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan Cox sebagai kesempatan

pembelajaran terencana yang ditujukan kepada masyarakat di tempat kerja dan

dirancang untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan

yang optimal. Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat dilakukan

dengan:

- Pemberian informasi, misalnya dengan membuat media cetak atau

menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja.

- Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa pemeriksaan kesehatan

secara rutin.

- Pemberian resep, misalnya dengan melakukan pelayanan konseling bagi pekerja

agar mampu berperilaku sehat.

Page 12: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

- Membuat system dan lingkungan yang mendukung. 

5) Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah sebagai berikut:

- Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana menyusun jadwal ulang

apabila dalam melaksanakan kegiatan tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini,

menyusun organisasi pelaksanaan promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang

telah disusun, mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas

Kesehatan (apabila ada).

- Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan kepada LKM (seksi

kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu

melaksanakan kegiatan promosi kesehatan, kemudian melakukan pemantauan

terhadap perkembangan hasil.

- Implementasi Kegiatan, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan yang

berkaitan dengan promosi kesehatan. 

e. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah cara dan dengan alat bantu atau

teknologi mana promosi kesehatan akan dilaksanakan untuk menjangkau sasaran

tersebut.Penggunaan metode dan alat bantu dalam pelaksanaan promosi kesehatan

biasanya tergantung pada besar kecilnya kelompok sasaran, pada umumnya dibedakan

menjadi :

1) Sasaran individual, biasanya menggunakan metode konseling dengan

menggunakan

alat bantu yang diperlukan, misalnya lembar balik.

2) Sasaran kelompok (kelompok kecil dan kelompok besar), pada umumnya

menggunakan metode ceramah, dibantu dengan slide, video atau film. Sedangkan

khusus untuk kelompok kecil, disamping metode ceramah, juga dapat

menggunakan metode diskusi kelompok, dan brainstorming (curah pendapat)

dengan menggunakan alat bantu: slide, video, lembar balik, dan sebagainya.

3) Sasaran kelompok khalayak ramai (massa), biasanya tidak menggunakan metode

langsung, tetapi dengan menggunakan metode tidak langsung, misalnya melalui

bincang-bincang (talk show) atau diskusi panel di televisi atau radio, penyebaran

leaflet atau flyer, poster, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya.

Metode ini dipilih berdasarkan tujuan, kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar,

kemampuan individu atau keluarga atau kelompok atau masyarakat, besarnya

Page 13: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

kelompok, waktu pelaksanaan, pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas

pendukung.

4. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi memiliki dua elemen dasar yaitu mengidentifikasi dan

mengkaji peringkat kriteria (nilai-nilai dan tujuan) dan mengumpulkan jenis informasi

yang akan memungkinkan untuk menilai sejauh mana kriteria hasil tercapai. Tahap

evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap

evaluasi pada proses keperawatan secara umum. Didalam tahapan evaluasi hal

penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk

dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang

diharapkan diadakannya suatu kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan

ketika kegiatan ataupun tindakan keperawatan belum diberikan. Selain itu, dalam

tahapan evaluasi juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada

pengkajian objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan

promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:

Tujuan umum :

a. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal

b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Tujuan khusus :

a. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan

b. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan telah tercapai atau

belum.

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan terkait program promosi

d. Memodifikasi rencana tindakan promosi

e. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi kesehatan belum tercapai.

Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil

yang diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari

kegiatan promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai

dengan kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan dari

kegiatan promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan

promosi kesehatan.

Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam berbagai

tinjauan. Hal ini meliputi;

a. Evaluasi terhadap input

Page 14: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap

segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.

Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri

mencakup:

a) Jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan promosi

kesehatan

b) Banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau melaksanakan

kegiatan

c) Banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai kegiatan.

Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar dalam

kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu karena baik

buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan seberapa besar

input yang ada.

b. Evaluasi terhadap proses

Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi :

d) Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan

kegiatan promosi kesehatan

e) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan

f) Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya

g) Media dalam pemberian promosi kesehatan

Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam

promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana berjalannya

proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi ini diharapkan

akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam suatu kegiatan

promosi kesehatan.

c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan

Evaluasi terhhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih

dipusatkan pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi

dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap

pengetahuan, tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat.

Evaluasi hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa

jauh tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.

Page 15: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

d. Impact evaluation

Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi

melakukan pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi

kesehatan mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak

kegiatan promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu

kegiatan dilakukan.

Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:

1) Evaluasi formatif

a) Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada saat /

setelah dilakukan tindakan keperawatan atau promosi kesehatan.

b) Ditulis pada catatan perawatan. Contoh : membantu pasien duduk ajarkan

klien pencucian tangan yang benar dan latihan senam hamil.

2) Evaluasi Sumatif

a) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan

sesuai waktu pada tujuan.

b) Ditulis pada catatan perkembangan

Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik

formatif maupun sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi

bersifat posistif (hasil yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak

diinginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah

potensial yang belum diketahui). Sebagai bentuk kesinambungan promosi

kesehatan maka langkah-langkah promosi kesehatan tidak bisa dilepaskan dari

monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah Berikut ini tipe-tipe evaluasi

(Fertman & Allensworth, 2010)

a) Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama

program perencanaan dan pengembangan.

b) Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis

yang didapat selama implementasinya.

c) Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang

akan dicapai.

d) Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan

hasil sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.

Page 16: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Tahapan Promkes kita perlu mengkaji, mengintervensi,

mengimplementasi serta mengevaluasi untuk individu,untuk memprioritaskan

kebutuhan dan menganalisis masalah kesehatan. Promosi kesehatan merupakan suatu

bentuk kegiatan yang dijalankan yang bertujuan untuk mencegah potensi terjadinya

penyakit, mempertahankan kondisi tetap dalam keadaan baik dan mengatasi berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan kesehatan individu,

keluarga, kelompok, komunitas termasuk masyarakat. Proses pencapaian tujuan dari

program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh berbagai tahapan dalam promosi

kesehatan, terdiri dari pengakjian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dimana

setiap tahap memiliki hubungan dan saling keterkaitan yang saling mempengaruhi

hasil dari pencapaian tujuan program promosi kesehatan.

B. Saran

Pencapaian program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh kerjasama dari

berbagai fihak yang terkait. Terdiri dari : promotor dalam hal ini tim kesehatan

(perawat, dokter, ahli gizi, pegawai puskesmas dan lainnya), individu, keluarga,

keolmpok, komunitas, masyarakat serta pemerintah. Jadi diperlukannya kesadaran

yang tinggi dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat mewujudkan tujuan

ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran dan perubahan pola perilaku hidup sehat

(tidak hanya pribadi tapi juga lingkungan).

Page 17: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L., Chavez, V., Chehimi, S. (2010). Prevention is Primary : Strategies for Community

Well-Being. San Francisco : Jossey-Bass

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ( 2008 ). Pedoman Promosi Kesehatan Bagi

Perawat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: DepKes RI.

Edelman, mandle. (2006). Health Promotion: Throughout The Life Span 6th ed. Mosby Inc:

United State Of America

Fertman. (2010). Health Promotion Program. San Francisco, CA : Jossey-Bass

Fertman, Cl., & Allensworth, DD.(2010). Health Promotion Program. San Francisco, USA

Wiley Imprint.

Mulana, H. D. J. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Maulana, Heri D., J.( 2009 ).Promosi Kesehatan. Jakarta; EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo dkk.(2005) Promosi Kesehatan - Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Potter dan Perry. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta:

EGC

Pender, J. Nola, dkk. (2001). Health Promotion In Nursing Practice. Printed In The United

State Of America

Page 18: BAB II Tahapan Promkes

FIK UI Universitas Indonesia