bab ii studi kepustakaan dan kerangka pikir a. studi ...repository.uir.ac.id/772/2/bab2.pdfperadaban...
TRANSCRIPT
18
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR
A. Studi Kepustakaan
1. Administrasi
Berdasarkan latar belakang penelitian untuk membahas suatu masalah
diperlukan berbagai landasan teori yang dijadikan titik tolak ukur yang akan
dibahas khususnya yang berkaitan dengan kualitas pelayanan.
Bertitik tolak dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki
kemampuan terbatas, maka untuk mengendalikan dan memenuhi kebutuhannya
suka atau tidak suka dia membutuhkan uluran tangan dai lingkungan sekitarnya
termasuk manusia lainnya. Kompleksitas pemenuhan kebutuhan manusia juga
berkolerasi dengan semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas kerja yang
dihasilkan manusia. Tata tertib, keteraturan, kerjasama kooperatif itu penting bagi
peradaban dan bagi usaha mempertahankan hidup bersama. Salah satu cara untuk
memelihara, mengurus dan mengendalikan dunia sekitar, demi kesejahteraan ialah
dengan administrasi.
Batasan administrasi menurut Silalahi dalam Zulkifli (2005:19) adalah
kerjasama yang dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja
sebagaimana yang ditentukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumber-
sumber daya untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dengan adanya
pembagian kerja yang terstruktur, organisasi telah menggunakan salah satu prinsip
dari human relation yaitu the right men and the right place atau penempatan
19
pegawai sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, sehingga tidak terjadi in-
efisiensi.
Seperti yang dikatakan oleh Siagian (2003;2) dalam bukunya bahwa
administrasi tersebut didefenisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara
dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Disamping itu, dalam pengertian luas administrasi bisa dilihat dari 3 sudut
pandang, sehingga menghasilkan 3 pengertian menurut sudut pandangnya masing-
masing oleh Anggara (2012;20) yaitu :
1. Dari sudut proses, administrasi merupakan keseluruhan prosespemikiran, pengaturan, penentuan tujuan hingga pelaksanaan kerjasehingga tujuan yang dimaksud kan tercapai.
2. Dari sudut fungsi, administrasi merupakan keseluruhan aktivitas yangsecara sadar dilakukan oleh setiap orang atau sekelompok orang yangberfungsi sebagai administrator atau pemimpin. Dalam kegiatantersebut terdapat berbagai macam tugas (fungsi) kerja, misalnya tugasperencanaan, tugas mengorganisasi, tugas menggerakkan, tugasmengawasi, dan sebagainya.
3. Dari sudut pandang kelembagaan, administrasi ditinjau dari manusia-manusia, baik secara perseorangan maupun kolektif yang menjalankankegiatan-kegiatan guna mencapai hasil, sesuai dengan tujuan yangtelah ditetapkan.
Dari ketiga defenisi di atas, muncul pertanyaan siapakah orang-orang yang
dimaksud ada dalam administrasi secara luas? Adapun orang-orang pengisi
organisasi yang dimaksud dalam 3 defenisi di atas menurut Anggara (2012;21)
adalah sebagai berikut :
1. Administrator : orang yang menentukan dan mempertahankan tujuan.2. Manajer : orang yang langsung memimpin pekerjaan kearah
tercapainya hasil yang nyata.
20
3. Pembantu ahli (staf) : terdiri atas para ahli dalam setiap bidang, selakupenasihat (brain-trust) dan berfungsi di bidang karya.
4. Karyawan : para pelaksana dan pekerja yang digerakkan oleh manajeruntuk bekerja, guna menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan.
Menurut Herbert A. Simon, Donald W. Smithburg & A. Thomson (1970)
“in its broads sense, administration can be defined as the activities of groups
cooperating to accomplish common goal”.
“Dalam arti luas, administrasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan
kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”.
Lebih lanjut dapat dikatakan Herbert A. Simon, Donald W. Smithburg &
A. Thomson, “We have defined administration as cooperative group behavior”
(kami mendefinisikan administrasi sebagai perilaku kerja sama kelompok orang).
Dari batasan ini dapat diungkap tiga ide pokok, yakni sebagai berikut:
1. Administrasi adalah rangkaian kegiatan.2. Kegiatan ini dilaksanakan dalam kerangka kerja sama kelompok.3. Kerangka kerja sama kelompok itu dilakukan untuk mewujudkan
tujuan bersama.
Administrasi sebagai objek studi ilmu administrasi merupakan fenomena
masyarakat modern. Dalam masyarakat modern sebagian kegiatan-kegiatan para
warganya dilangsungkan dalam organisasi modern. Dengan demikian eksistensi
administrasi berkaitan erat dengan organisasi.
Memandang kerjasama manusia mencapai tujuan sebagai objek studi ilmu
administrasi, maka terdapat sepuluh dimensi penting yang perlu dipahami dalam
konsep administrasi (Atmosudirdjo, 2003:51-55), yaitu:
1. Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, suatu perwujudantertentu dalam masyarakat modern. Eksistensi daripada administrasi
21
berkaitan dengan organisasi, artinya administrasi terdapat didalamsuatu organisasi.
2. Administrasi merupakan suatu hayat atau kekuatan yang memberikanhidup atau gerak kepada suatu organisasi. Tanpa administrasi yangsehat maka organisasi akan tidak sehat pula. Pembangkit administrasisebagai suatu kekuatan atau energi atau hayat adalah ‘administrator’yang harus pandai menggerakkan seluruh sistemnya yang terdiri ataspara manajer, staffer, dan personil lainnya.
3. Administrasi merupakan suatu fungsi yang tertentu untukmengendalikan, menggerakkan, mengembangkan, dan mengarahkansuatu organisasi yang dijalankan oleh administrator dibantu olehbawahannya, terutama pada manajer dan staffer.
4. Administrasi merupakan suatu kelompok orang-orang yang secarabersama-sama merupakan ‘badan pimpinan’ dari pada suatuorganisasi.
5. Administrasi merupakan suatu seni (art) yang menentukan bakat,ilmu, pengetahuan, dan pengalaman.
6. Administrasi merupakan suatu proses penyelenggaraan bersama atauproses kerjasama antara sekelompok orang-orang tertentu, untukmencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan dandirencanakan sebelumnya. Kerjasama orang-orang tersebutberlangsung secara dan melalui organisasi.
7. Administrasi merupakan suatu jenis tingkah laku atau sikap kelakuansosial yang tertentu (administrative behaviour or administration osspecial type of sosial behaviour) yang memerlukan sikap dan mentaltertentu serta merupakan suatu tipe tingkah laku manusia tertentu(special type of human behaviour).
8. Administrasi merupakan suatu teknik atau praktek yang tertentu, suatutatacara yang memerlukan kemampuan atau mengerjakan sesuatu,yang memerlukan kemampuan, kemahiran, keterampilan (skills) yanghanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
9. Administrasi merupakan suatu sistem yang tertentu, yang memerlukaninput, transformasi, pengolahan dan output tertentu.
10. Administrasi merupakan suatu tipe manajemen tertentu yangmerupakan ‘overal management’ dari pada suatu organisasi. Padahakekatnya manajemen merupakan pengendalian dari sumberdaya-sumberdaya menuju ketercapaian suatu prapta (objective) tertentu.Sumberdaya-sumberdaya (resources) dimaksud meliputi: orang-orang(man), uang (money), mesin-mesin (machines), bahan atau peralatan(materials), metode cara teknik (methods technology), ruang (space),
22
tenaga atau energi (energy), dan waktu (time). Dalam istilahadministrasi tercakup adanya pesan, tugas tanggung jawab, dankepercayaan yang diberikan oleh para pemilik organisasi.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi
adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kebijaksanaan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Organisasi
Organisasi menurut Terry Hamim (2005:24) adalah berasal dari kata
“organism” yaitu struktur dengan bagian yang demikian diintegrasi hingga
hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan
keseluruhan hubungan mereka. Jadi organisasi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu
bagian-bagian dan hubungan-hubungan. Dimana organisasi bukanlah sekedar
kumpulan orang dan sekedar pembagian kerja hanyalah salah satu azas organisasi.
Sedangkan pembagian kerja lebih tepat dinamakan pengorganisasian.
Menurut Schein dalam Nawawi (2008 : 9) organisasi adalah koordinasi
kegiatan manusia yang direncanakan untuk maksud atau tujuan bersama melalui
pembagian tugas dan fungsi serta serangkaian wewenang dan tanggung jawab.
Menurut Siagian (2006:6) organisasi adalah setiap bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerjasama serta secara formal terikat dalam
rangka pencapaiaan tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat
seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok
orang yang disebut bawahan. Atau lebih dikenal dengan tingkatan manajemen
dalam organisasi, yang terdiri dari top manajemen, leader manajemen dan lower
manajemen.
23
Manulang (dalam Hasibuan, 2002:24) menyebutkan organisasi dalam arti
dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan yang akan
dilakukan, penetapan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan
hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan orang-orang
dapat bekerja bersam-sama seefektif mungkin untuk pencapaiaan tujuan. Intinya
pekerjaan lebih difokuskan pada dasar-dasar pekerjaannya, bukan orang-orang
yang akan melaksanakannya. Adapun orang-orang merupakan pihak yang
ditugaskan atau ditunjuk untuk menjalankan setiap pekerjaan yang telah dibagi-
bagi tersebut, agar lebih spesifik atau lebih sederhana dan detail.
Menurut Hessel (2005:132) organisasi adalah suatu bentuk kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan
yang telah ditentukan secara sistematis dan didalamnya ada pembagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi
tersebut.
Menurut James D. Mooney dalam Hasibuan (2008 : 25) organization is
from every human association for the ataiment of common purpose yang artinya
organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Silalahi (2002 : 199) hasil akhir dari usaha pengorganisasian
adalah organisasi, yang menetapkan bagiaman tugas akan dibagi, menata
organisasi, mekanisme, koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
24
Sedangkan menurut Waldo (dalam Hamim, 2005:13) organisasi
merupakan struktur hubungan pribadi yang berdasarkan atas wewenang, formal
dan kebiasaan dalam suatu sistem administrasi. Rancangan struktur yang baik
akan tergambar kegiatan sekaligus monitoring efektivitas dan perhatian terhadap
manfaat struktur tersebut. Hal kritis untuk diketahui dalam merancang struktur
organisasi adalah diketahuinya kekuatan dan kelemahan yang ada secara jujur.
Tahun dan jelas apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, maka akan jelas
usaha apa yang perlu dilakukan agar menjadi lebih tahu.
Jadi, organisasi adalah sekelompok orang atau lebih yang saling
bekerjasama dalam suatu wadah untuk mencapai suatu tujuan yang telah di
sepakati sebelumnya.
3. Manajemen
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno
menagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara
terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya:
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008:1) mengartikan manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stoner
yang dikutip oleh Wijayanti (2008:1) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen menurut Siagian (2008;5) bisa didefenisikan dari dua sudut
pandang, yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
25
penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Manajemen tidak bisa dipandang sebagai sebuah kotak yang dengan
sendirinya ada tanpa alasan. Karena, pada hakikatnya manajemen merupakan
nyawa penggerak dalam sebuah organisasi. Dalam bukunya yang berjudul
“Prinsip-prinsip Manajemen”, Terry (2009;9) mengatakan bahwa manajemen
merupakan sebuah kegiatan, pelaksanaannya disebut managing, dan orang yang
melakukannya disebut manajer.
Menurut Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.
Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan (2009:3) menyatakan bahwa manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Gulick dalam Wijayanti (2008:1) mendefinisikan manajemen sebagai
suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Winardi (2002:3) mengemukakan bahwa manajemen ialah merupakan
sebuah proses khusus, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan perencanaan,
26
pengorganisasian, menggerakkan (actuating), dan tindakan pengawas
(controlling), yang dilaksanakan untuk mendeterminasikan dan mencapai sasaran-
sasaran yang ditetapkan sebelumnya, dengan jalan memanfaatkan unsur manusia
dan sumber daya lain.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (2009:3) menyatakan manajemen
adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan
pengendalian.
Menurut Andraw E Sikula (2009:3) manajemen pada umumnya dikaitkan
dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,
penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu keadaan yang
mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,dan
pengendalian, yang mana proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-
masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
4. Pelayanan Publik
Pelayanan yang baik memungkinkan sebuah organisasi memperkuat
kesetiaan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar (market share), karena itu
pelayanan yang baik menjadi penting dalam suatu organisasi. Menurut Stanton,
27
service adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan dan tidak berwujud dan
merupakan tujuan penting dari suatu rencana transaksi, guna memberikan
kepuasan kepada konsumen (Hasibuan, 2005:72). Kotler mengemukakan
pelayanan atau service adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula
berakibat kepemilikian sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan
dengan suatu produk fisik. Sedangkan menurut Hasibuan (2005) pelayanan adalah
kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang
baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat, dan
etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang
menerimanya (Hasibuan, 2005:152).
Menurut Moenir (2010:26) pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materi melalui
sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan, karena ia merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung
secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam
masyarakat.
Pelayanan adalah aktivitas seseorang, kelompok dan atau organisasi baik
langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. (Pasolong,
2008:198).
Napitupulu (2007:164) mendefinisikan pelayanan sebagai serangkaian
kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan
28
berupa produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang,
lebih dapat dirasakan dari pada memiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
Dalam kybernologi konsep pelayanan meliputi proses, output (product),
dan outcome (manfaat). Hasil pelayanan disebut layanan maka layanan dapat
diartikan sebagai cara atau alat yang digunakan oleh provider dalam memasarkan
atau mendistribusikan produknya. Jika barang dan jasa dianggap sebagai produk
(komoditi), maka perdagangannya (dapat) disertai dengan layanan sebagai cara
atau sebagai alat. Perbedaan jasa dengan layanan adalah, jasa adalah sebagai
produk yang ditawarkan oleh provider dan konsumer harus menyesuaikan diri
dengan tawaran itu. Sedangkan layanan adalah produk yang disediakan oleh
provider, provider harus menyesuaikan diri dengan kondisi atau tuntutan
konsumer. (Ndraha, 2003:45)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1997:571) pengertian pelayanan
adalah merupakan kemudahan yang diberikan sehubungan dengan proses jual beli
barang dan jasa.
Pengertian pelayanan menurut Tampubolon (2001:139-141) adalah
melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain. Sehingga kata pelayanan
mengandung arti (1) Adanya pihak yang melayani, yang dapat juga disebut
pelayanan, (2) Adanya pihak yang dilayani, yang dapat juga disebut pelanggan,
(3) Terjadinya proses melayani-dilayani atau memberi-menerima.
Pelayanan publik adalah hak eksistensial dan kebutuhan manusia pribadi
seperti kemerdekaan, kebebasan memilih, keamanan pribadi, rasa adil, kepastian
29
hukum, kebebasan bergerak, harkat dan martabat sebagai manusia. Hak dan
kebutuhan pribadi itu bukan pemberian negara melainkan bawaan sebagai
manusia dan harus diakui, dilindungi, dihargai, dan dipenuhi oleh negara. Seperti
KTP, Akta Kelahiran, Akta perkawinan, perizinan, dan pelayanan yang
menyangkut hak-hak sipil, atau pelayanan kesehatan, pendidikan dan keamanan.
(Ndraha, 2005:14-15).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
mendefinisikan pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan
atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
maupun sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan
prosedur dan sistem yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan seperti yang dikatakan oleh Parasuraman et al. (dalam
Lupiyoadi, 2001:148) dapat didefenisikan yaitu: “Seberapa jauh perbedaan antara
kenyataan dan harapan konsumen atas pelayanan yang mereka terima atau
peroleh”.
Salah satu model kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam
riset pemasaran adalah model ServQual (Service Quality) seperti yang
30
dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry seperti yang dikutip oleh
Lupiyoadi (2000:147) dalam serangkaian penelitian mereka terhadap enam sektor
jasa, reparasi, peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon
jarak jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas. ServQual (Service Quality)
dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan
atas pelayanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan pelayanan
yang sesungguhnya diharapkan diinginkan (expected service).
Menurut Zethaml, Parasuraman dan Berry dalam Sri Maulidiah (2010;6)
bahwa ada lima dimensi dalam menilai kualitas pelayanan atau jasa pelayanan
publik, yaitu sebagai berikut :
1. Tangibles (nyata), yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata, yaitu:penampilan para pegawai, dan fasilitas-fasilitas pisik, lainnya sepertiperalatan dan perlengkapan yang menunjang pelaksanaan pelayanan.
2. Reliability (kehandalan), adalah kemampuan untuk memberikansecara tepat dan benar jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepadatamu.
3. Responsiveness (daya tangap), yaitu kesadaran atau keinginan untukcepat bertindak membantu tamu dan memberikan pelayanan yangtepat waktu.
4. Assurance (kepastian/jaminan), adalah pengetahuan dan kesopansantunan serta kepercayaan diri para pegawai. Dimensi assurancememiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan, sopandan memiliki sifat respek terhadap tamu.
5. Emphaty (empati), yaitu memberikan perhatian individu tamu secarakhusus. Dimensi empathy ini memiliki ciri-ciri: kemauan untukmelakukan pendekatan, memberikan perlindungan dan usaha untukmengerti keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu.
Menurut Ibrahim kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
31
dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pemberian
pelayanan publik tersebut, (dalam Hardiansyah, 2011:40).
Sedangkan menurut Kasmir dalam Pasolong (2011:133) mengatakan
bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar
yang telah ditentukan.
Tjiptono (2004;56) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah
sistem manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan
karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk
memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat
memenuhi dan melebihi kebetuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
Selanjutnnya Sinambela (2006 : 6) merumuskan secara teoritis, tujuan
pelayanan publik adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai keupuasan itu
dituntut kualitas pelayanan prima tercermin dari :
1. Transparansi, yakni pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapatdiakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secaramemadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkansesuai dengna ketenteuan peraturan perundang – undangan.
3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai kondisi dan kemampuanpemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsipefisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran sertamasyarakat dalam penyelengaraan pelayanan publik denganmemeprhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasidilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan,gender, satatus sosial, ekonomi, dan lainnya.
Menurut Groetsh dan Davis bahwa kualitas pelayanan adalah merupakan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
32
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan, (dalam Hardiansyah,
2011:36).
Jasfar, (2005:58) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan
usaha apa saja yang digunakan untuk mempertinggi kepuasan pelanggan. Jika
suatu produk layanan berkualitas maka akan dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggannya. Oleh karena itu, pelayanan yang berkualitas merupakan elemen
yang strategis tentang keberadaan birokrasi pemerintah.
Dengan demikian kualitas pelayanan dapat disimpulkan sebagai hasil
penilaian yang diperoleh dari pelanggan berdasarkan apa yang dialaminya setelah
memakai produk dan juga dapat diketahui jika kenyataan melebihi dari apa yang
diharapkan oleh pelanggan yaitu kepuasan dalam menerima pelayanan.
B. Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pelayanan tentu saja tidak berjalan tanpa adanya
komponen-komponen yang merupakan suatu dasar dalam keberhasilan pelayanan
tersebut. Oleh karena itu, pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau
service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,
hubungan, kemampuan dan keramah tamahan yang ditujukan melalui sikap dan
sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Adapun kerangka
pemikiran tersebut dijelaskan melalui diagram dibawah ini:
33
Gambar II.1 Kerangka Pikir Kualitas Pelayanan Dalam Pembuatan
Surat Izin Mengemudi (SIM) C Pada Kantor Satlantas Polres
Indragiri Hulu (INHU)
Administrasi
Organisasi
Manajemen
Indikator Penilaian:
1. Tangibles (nyata)2. Reliability (kehandalan)3. Responsiveness (daya tangap)4. Assurance (jaminan)5. Emphaty (empati)Zethmal, Parasuraman danBerry (dalam Sri Maulidiah,2014;108)
Kualitas Pelayanan
HarapanMasyarakat
Kepuasan Masyarakat
PelayananYang Diterima
BaikCukup BaikTidak Baik
34
C. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan diatas, terutama yang bersangkutan dengan
masalah penelitian tentang masalah “Diduga Kualitas Pelayanan dalam
Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) C pada Kantor Satlantas Polres Indragiri
Hulu (INHU)”, akan berjalan dengan baik apabila telah memenuhi indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Tangibles (Nyata)
2. Reliability (Kehandalan)
3. Responsiveness (Daya Tanggap)
4. Assurance (Jaminan)
5. Emphaty (Empati)
D. Konsep Operasional
Untuk memudahkan pemberian pemahaman dalam menafsirkan istilah
ataupun konsep terkait penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa konsep
yang berhubungan langsung dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orangatau lebih yang didasarkan atas rasionalitas dan komitmen tertentuuntuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
2. Organisasi adalah suatu struktur pembagian kerja dan struktur tatahubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yangbekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuantertentu.
3. Manajemen adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama untukmenentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi denganpelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
35
4. Pelayanan adalah respon terhadap kebutuhan manajerial yang hanyaakan terpenuhi jika pengguna jasa atau konsumen mendapatkan produkyang mereka inginkan.
5. Kualitas Pelayanan adalah totalitas pelayanan administrasi yangdiberikan oleh suatu pihak kepada masyarakat, dengan kesesuaian danharapan masyarakat.
6. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah KepolisianNasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawahPresiden.
7. Satuan lalu lintas (Satlantas) adalah unsur pelaksana yang bertugasmenyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan,pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas.
8. Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasiyang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhipersyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahamiperaturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.Sedangkan Surat Izin Mengemudi (SIM) C ialah bukti registrasi untukmengemudikan sepeda motor.
9. Tangibles (Nyata) adalah penampilan para pegawai dan fasilitas fisiklainnya, seperti peralatan atau perlengkapan yang menunjangpelayanan.
10. Reliability (Kehandalan) adalah kemampuan untuk memberikanpelayanan secara tepat dan benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikankepada konsumen/pelanggan.
11. Responsivennes (Daya Tanggap) adalah kesadaran atau keinginanuntuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
12. Assurance (Jaminan) adalah pengetahuan dan sopan santun,kepercayaan diri dari pemberi pelayanan publik serta respek terhadapkonsumen.
13. Emphaty (Empati) adalah kemauan pemberi layanan untuk melakukanpendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk mengetahuikeinginan dan kebutuhan konsumen.
E. Operasional Variabel
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian dioperasionalkan sebagai
berikut:
36
Tabel II.1 Operasional Variabel Penelitian Tentang Kualitas PelayananDalam Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) C PadaKantor Satlantas Polres Indragiri Hulu (INHU)
Konsep Variabel Indikator Sub IndikatorSkala
PengukuranMenurutZethaml,Parasuraman danBerrydalam SriMaulidiah(2010;6)bahwa adalimadimensidalammenilaikualitaspelayananatau jasapelayananpublik,yaituTangibles(Nyata),Reliabillity(Kehandalan),Responsiveness(DayaTanggap),Assurance(Jaminan),danEmphaty(Empati)
KualitasPelayanan
Tangibles(Nyata)
- Ruang tunggu- Loket
Pelayanan- Penampilan
petugas
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Reliability(Kehandalan)
- MemberikaninformasiPelayanan
- Melancarkanprosedurpelayanan
- Memudahkanteknispelayanan
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Responsiveness(Daya Tanggap)
- Keluhanmasyarakat
- Saranmasyarakat
- Kritikanmasyarakat
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Assurance(Jaminan)
- Jaminannadministrasi
- Jaminan teknis- Jaminan sosial
Baik
Cukup BaikTidak Baik
Emphaty(Empati)
- Perhatian- Kepedulian- Keramahan
BaikCukup BaikTidak Baik
37
F. Teknik Pengukuran
Untuk mengetahui kualitas pelayanan dalam pembuatan surat izin
mengemudi (SIM) C pada Kantor Satlantas Polres Indragiri Hulu (INHU), maka
dilakukan penilaian dengan teknik pengukuran menggunakan skala. Teknik
pengukuran menggunakan skala yaitu mengubah fakta-fakta kualitatif (attribut)
menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Skala yang di gunakan adalah Skala
Likert, dengan mengajukan item pertanyaan yang diklasifikasikan dalam 3 (tiga
kategori) yaitu: Baik, Cukup Baik dan Kurang Baik.
Adapun kriteria penilaian variabel penelitian yang diperoleh sebagai
berikut :
Baik : Apabila keseluruhan indikator dilaksanakan atau jawaban
responden berada pada kategori terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila sebagian indikator dilaksanakan atau jawaban
responden berada pada kategori terlaksana 34-66%.
Tidak Baik : Apabila hanya 1 indikator dilaksanakan atau jawaban
responden berada pada kategori terlaksana < 33%.
Untuk mempermudah mengambil kesimpulan penelitian, maka diperlukan
penetapan kriteria dari masing-masing indikator sebagai berikut:
a. Tangible (Nyata), pengukurannya adalah:
Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana 34-66%.
38
Tidak Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana < 33%.
b. Reliability (Reliabilitas), pengukurannya adalah:
Baik : apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana 34-66%.
Tidak Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana < 33%.
c. Resvonsiveness (Responsif), pengukurannya adalah:
Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana 34-66%.
Tidak Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana < 33%.
d. Assurance (Jaminan), pengukurannya adalah:
Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana 34-66%.
Tidak Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana < 33%.
39
e. Emphaty (Empati), pengukurannya adalah:
Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana > 67%.
Cukup Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana 34-66%.
Tidak Baik : Apabila kriteria yang telah ditetapkan sebagai indikator
Pada operasional variabel terlaksana < 33%.