bab ii studi kepustakaan dan kerangka pikiran a. …repository.uir.ac.id/745/2/bab2.pdfstudi...
TRANSCRIPT
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIRAN
A. STUDI KEPUSTAKAAN
1. Konsep Administrasi
Bertitik tolak pada sifat umum manusia sebagai makhluk sosial yaitu karena manusia
hanya dapat hidup dan mengembangkan diri dalam hubungan dan interaksi dengan orang
lain. Kerjasama antara manusia itu harus terlaksana, yang mana sebagai makhluk sosial
manusia hidup dari interaksi antar sesamanya. Dan untuk mengurus hubungan kerjasama
tersebut maka perlu dilakukan dengan administrasi. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia
juga berorientasi dengan semakin meningkatnya kualitas kerja yang dihasilkan manusia. Tata
tertib, keteraturan serta kerjasama kooperatif sangat penting bagi peradaban manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidup.
Administrasi menurut Zulkifli (2005;22) adalah suatu proses penyelenggaraan
bersama atau proses kerjasama antara sekelompok orang-orang tertentu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang telah ditentukan dan direncanakan sebelumnya.
Menurut Leonard D. White (dalam Syafie, 2006;13) administrasi adalah suatu proses
yang umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta,
baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil. Sedangkan menurut Gulick
(dalam Syafie, 2006;14) ilmu administrasi adalah suatu sistem pengetahuan yang dimana
olehnya manusia dapat mengerti hubungan-hubungan, meramalkan akibat-akibat dan
mempengaruhi hasil-hasil pada suatu keadaan dimana orang-orang secara teratur bekerja
sama untuk tujuan bersama. Menurut Hodgkinson (dalam Kusdi, 2011;7) administrasi adalah
aspek-aspek yang lebih banyak berurusan dengan formulasi tujuan, masalah terkait nilai dan
komponen manusia dalam organisasi.
Menurut Dunsire (dalam Kusdi, 2001;7) asal kata administrasi adalah bahasa latin,
administarare, yaitu gabungan ad (to) + minisrare (serve). Kata ini selanjutnya membentuk
kata adnistratio yang berarti cara membantu atau memberi bantuan.
Sedangkan menurut Siagian (2006;2) administrasi merupakan keseluruhan kerjasama
antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Hadari Nawawi (dalam Syafie, 2003;5)
administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha
kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut The Liang Gie (dalam Syafie, 2006;14) administrasi adalah segenap
rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Dan menurut Sufian (1995;108)
berpendapat bahwasanya administrasi itu kegiatan dimana orang-orang bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwasanya administrasi itu ilmu yang sangat
luas untuk mengatur hubungan setiap manusia, terutama pada saat manusia memiliki tujuan
untuk kehidupannya. Yang mana agar tercapainya suatu tujuan dari apa yang diinginkan
maka baiknya memakai sebuah konsep administrasi. Dan dari pengertian diatas jelas bahwa
administrasi sebagai proses kerjasama, dan bukan merupakan hal yang baru, karena telah ada
bersamaan dengan adanya peradaban manusia.
Pengertian diatas dimaksudkan sebagai administrasi dalam arti luas, sedangkan
pengertian dalam arti sempit adalah administrasi sebagaimana yang sering kita dengar sehari-
hari, yaitu tata usaha. Secara lengkap unsur-unsur pelaksanaannya tersebut sebagai berikut.
1. Pengorganisasian
2. Manajemen
3. Tata hubungan
4. Keuangan
5. Perbekalan
6. Tata usaha
7. Perwakilan.
Pasolong (2007;5) membagi dimensi unsur-unsur administrasi menjadi tiga bagian,
yaitu:
1. Adanya tujuan dan sasaran yang ditentukan sebelum melaksanakan suatu pekerjaan
2. Adanya kerjasama baik sekelompok orang pada lembaga pemerintahan maupun
lembaga swasta
3. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau lembaga dalam melaksanakan
tujuan yang hendak dicapai.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa administrasi tidak aka nada apabila tidak adanya
hubungan antara dua orang atau lebih, dan administrasi dalam melakukan kegiatannya harus
memiliki suatu wadah atau tempat yang disebut sebagai organisasi. Selain itu suatu
administrasi yang berjalan maka harus memiliki tujuan yang hendak dicapai secara efektif
dan efisien.
Menurut Siagian (2006;7) ia mengatakan administrasi Negara sebagai keseluruhan
kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu Negara dalam usaha
mencapai tujuan Negara.
Sedangkan menurut Zulkifli (2005;57) mengatakan administrasi Negara sebagai
keseluruhan aktifitas yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh
unsur penyelenggara Negara dalam rangka mencapai satu atau sejumlah tujuan ideal dan
substansial yang telah ditentukan sebelumnya.
Lain lagi dengan pendapat Pasolong (2007;8) yang menjelaskan administrasi publik
sebagai kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dalam memenuhi kebutuhan publik secara efisien dan efektif.
Dari pengertian diatas jelas bahwa, Administrasi Negara dalam melayani harus
membantu publik untuk memecahkan permasalahan publik dalam menggunakan jasa
pelayanan yang disediakan. Karena pada dasarnya pelaksanaan kegiatan Administrasi Negara
didasarkan oleh kebijakan pemerintah yang berlandaskan pada Undang-undang.
Jadi intinya Administrasi Negara ini merupakan dimana sekumpulan orang yang
bekerja sama dalam pemerintahan untuk mencapai suatu tujuan organisasi publik secara
efektif dan efisien. Dan Administrasi Negara yang bergerak dibidang pemerintahan, maka
bertujuan untuk menciptakan pelayanan yang baik bagi masyarakat sehingga akhirnya dapat
menciptakan demokrasi yang baik.
2. Konsep Organisasi
Organisasi merupakan sebagai tempat atau wadah kegiatan bagi orang-orang yang
bekerja didalamnya yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan secara bersamaan. Didalam
suatu organisasi tersebut terdapat didalamnya tugas dan tanggung jawab serta wewenang
yang ada didalamnya, yang mana agar kerja orang-orang didalamnya terlaksana dengan jelas.
Manusia sangat diperlukan didalam sebuah organisasi, yang mana manusia
merupakan salah satu sumber daya organisasi yang sangat penting. Tanpa adanya manusia
yang mampu bekerja didalamnya, maka organisasi tidak bisa untuk mencapai tujuan dari
organisasi tersebut.
Menurut Dwight Waldo (dalam Syafie, 2006;52) Organisasi adalah sebagai suatu
struktur dari kewenangan-kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan antara
orang-orang pada suatu system administrasi. Menurut Siagian (2003;96) Organisasi dapat
ditinjau dari dua sudut pandang. Pertama, organisasi dapat dipandang sebagai “wadah”
dimana kegiatan-kegiatan administrasi dan manjemen dijalankan. Kedua, organisasi dapat
dipandang sebagai proses dimana analisis interaction antara orang-orang yang menjadi
anggota organisasi itu.
Menurut John D. Millet (dalam Siagian, 2006;51) Organisasi adalah sebagai kerangka
struktur dimana pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu
tujuan bersama. Menurut Herbert A. Simon (dalam siagian, 2006;51) Organisasi adalah
sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain didalam suatu kelompok
orang-orang.
Menurut Dunsire (dalam Kusdi, 2011;5) Organisasi adalah suatu system berkelanjutan
dari aktivitas-aktivitas manusia yang terdiferensiasi dan terkoordinasi, yang mempergunakan,
mentransformasi, dan menyatupadukan seperangkat khusus manusia, material, modal,
gagasan, dan sumber daya alam menjadi suatu kesatuan pemecahan masalah yang unik dalam
rangka memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia dalam interaksinya dengan
sistem-sistem lain aktivitas manusia dan sumber daya dalam lingkungannya.
Menurut James D. Mooney (dalam Budiyono, 2004;166) Organisasi adalah bentuk
setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Chester I
Barnard (dalam Budiyono, 2004;166) Organisasi adalah suatu sistem aktivitas kerjasama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari dua pendapat diatas dapat simpulkan
organisasi merupakan badan, wadah, tempat dari kumpulan orang-orang yang bekerja
bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sukses tidaknya administrasi dan manajemen dalam melaksanakan fungsi
pengorganisasiannya dapat dinilai dari kemampuannya untuk menciptakan suatu organisasi
yang baik. Yang dimaksud organisasi yang baik adalah suatu organisasi yang memiliki ciri-
ciri seperti yang telah dirumuskan oleh Siagian (2003;97) sebagai berikut :
1. Terdapat tujuan yang jelas.
2. Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang didalam organisasi.
3. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi.
4. Adanya kesatuan arah.
5. Adanya kesatuan perintah.
6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang.
7. Adanya pembagian tugas.
8. Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.
9. Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
10. Adanya jaminan jabatan.
11. Imbalan yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal dengan jasa yang
diberikan.
12. Penempatan orang yang sesuai dengan keahliannya.
Ciri-ciri Organisasi tersebut diterapkan sebagai acuan dalam menjalankan setiap
kegiatan-kegiatan didalam organisasi. Sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan
tujuan utama organisasi tersebut didirikan.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu
tempat dimana administrasi dijalankan sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Administrasi
merupakan suatu proses yang melaksanakan setiap bentuk kegiatan atau aktivitas organisasi.
3. Konsep Manajemen
Manajemen hanya merupakan alat yang mengatur agar tercapai tujuan yang
diinginkan. Karena manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan organisasi,
pegawai dan masyarakat. Setiap organisasi memerlukan yang namanya manajemen, karena
manajemen berdaya guna untuk meningkatkan unsur-unsur manajemen dan yang bisa disebut
sebagai sumber daya organisasi.
Suatu organisasi akan tetap berjalan memerlukan suatu ilmu atau strategi untuk
mempertahankan serta menjalankan organisasi. Ilmu dan strategi tersebut terdapat dalam
konsep manajemen, dimana manajemen merupakan suatu usaha atau upaya pencapaian
tujuan dengan mendayagunakan dan mengoptimalkan bantuan atau kemampuan orang lain
untuk melakukan aktivitas pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Siagian (dalam Zulkifli, 2014;19) Manajemen adalah kemampuan atau
ketermpilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain. Menurut Waldo (dalam Zulkifli, 2014;20) Manajemen adalah suatu
tindakan dengan maksud untuk mencapai hubungan kerjasama yang rasionil dalam suatu
sistem administrasi.
Menurut Stoner (dalam Zulkifli, 2014;17) Manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah
ditetapkan.
Menurut George R. Terry (dalam Zulkifli, 2014;18) mendefinisikan konsep
manajemen sebagai proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan planning,
organizing, actuating dan controlling dimana pada masing-masing bidang digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian dan diikuti secara beruntutan dalam rangka usaha
mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula.
Menurut Ralph Davis (dalam Syafie, 2006;49) Manajemen adalah fungsi dari setiap
pimpinan pemerintah dimanapun berada. Menurut Prajudi (dalam Syafie, 2006;49)
Manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari semua faktor serta sumber daya
yang menurut suatu perencanaan, diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu
prapta atau tujuan kerja yang tertentu.
Menurut John D. Millet (dalam Syafie, 2006;49) Manajemen adalah proses
kepemimpinan dan pemberian arah terhadap pekerjaan yang terorganisasi dalam kelompok
formal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Menurut Ordway Tead (dalam Syafie,
2006;49) Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing
kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pengertian diatas dipastikan adanya maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari
kelompok atau organisasi yang bersangkutan. Karena manajemen mengatur apa saja kegiatan
yang ada dalam organisasi tersebut, sehingga benar-benar tercapai secara efektif dan efisien.
Menurut Zulkifli (2014;45) Fokus studi manajemen adalah menciptakan efektivitas
dan efisiensi, sedangkan locusnya adalah berbagai bentuk dan jenis organisasi. Kedua prapta
ini sama-sama memandang manusia sebagai sumber daya strategis setiap organisasi.
Jika konseptualisasi manajemen diatas dikaitkan dengan administrasi yaitu proses
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, dapat diasumsikan bahwa
manajemen merupakan pintu dari administrasi. Analog keterkaitan antara organisasi,
administrasi dan manajemen oleh Waldo (dalam Zulkifli, 2014;20) sebagai berikut :
organisasi diibaratkan sebagai anatomi dari pada administrasi, sedangkan manajemen sebagai
psykologinya. Organisasi menunjukan struktur daripada administrasi sedangkan manajemen
menunjukan fungsinya. Keduanya saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan satu daripada
yang lain.
Menurut Siagian (dalam Zulkifli, 2014;46) mengatakan bahwa fungsi manajemen itu
ialah :
1. Perencanaan.
2. Pengorganisasian.
3. Pemberian motivasi.
4. Pengawasan.
5. Penilaian.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, adanya maksud untuk mencapai tujuan
tertentu dari organisasi yang bersangkutan. Karena manajemen mengatur apa saja kegiatan
yang ada didalam organisasi tersebut. Sehingga benar-benar tercapai secara efektif dan
efisien.
Menurut Brantas (2009;13) berpendapat bahwa ada lima fungsi penting diperlukannya
manajemen, yaitu :
1. Pedoman bagi kegiatan. Melalui penggambaran hasil-hasil akhir diwaktu yang akan
datang, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi kegiatan pengarahan dan penyaluran
usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan para anggota organisasi.
2. Sumber legitimasi. Tujuan juga merupakan sumber legitimasi bagi suatu organisasi
melalui pembenaran kegiatan-kegiatannya, dan disamping itu, keberadaannya
dikalangan kelompok-kelompok seperti pelanggan, politikus, pegawai, pemegang
saham dan masyarakat pada umumnya. Legitimasi ini akan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk mendapatkan berbagai sumber daya dan dukungan dari
lingkungan sekitarnya.
3. Sumber motivasi. Tujuan organisasi berfungsi sebagai sumber motivasi dan
identifikasi pegawai yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan organisasi sering
memberikan insentif bagi para anggota. Fenomena ini tampak jelas dalam organisasi
yang menawarkan bonus bagi pencapaian tingkat penjualan tertentu dan sebagainya
yang dikaitkan secara langsung dengan laba tahunan.
4. Standar pelaksanaan. Memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan
kegiatan (prestasi) organisasi. Setelah organisasi menerapkan tujuan-tujuan dalam
bidang-bidang yang dapat dikuantifikasikan seperti penjualan, posisi pasar atau laba,
derajat kesuksesan yang dicapai dapat dengan mudah diukur.
5. Dasar rasional pengorganisasian. Tujuan organisasi merupakan suatu dasar
perancangan organisasi. Tujuan organisasi dan struktur organisasi berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan, pola penggunaan sumber
daya, implementasi berbagai unsur perancangan organisasi.
Dari penjelasan para ahli, penulis berkesimpulan bahwa manajemen adalah kerangka
kerja yang terdiri dari berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang
diorganisir sedemikian rupa dalam rangka mencapai suatu tujuan, serta pentingnya manjemen
bagi setiap organisasi terutama pada bagian manajerial, karena setiap manajer atau pemimpin
harus memiliki ilmu manajemen yang bertujuan untuk mengatur daripada organisasi yang
dipimpinnya.
4. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap
kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak, dianalisis dan dikembangakan
dengan cara tersebut, tenaga, waktu dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun bagi kepentingan individu.
Menurut Mangkunegara (2011;2) Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Manajemen Sumber Daya
Manusia dapat didefinisikan juga sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya
yang ada pada individu (pegawai).
Menurut Fathoni (2006;10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses
pengendalian berdasarkan fungsi manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia.
Menurut Hasibuan (2000;10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia merupakan suatu proses usaha
pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain. Ini berarti menunjukan pemanfaatan
daya yang bersumber dari orang lain untuk mencapai tujuan.
Untuk itu manajemen sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional dan baik
agar dapat terwujudnya keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan
perkembangan teknologi dan lingkungan serta kemampuan organisasi. Keseimbangan
tersebut merupakan kunci utama suatu organisasi agar dapat berkembang secara produktif
dan wajar.
Adapun tujuan dan aktivitas manajemen sumber daya manusia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rachmawati (2007;14) adalah sebagai berikut :
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah untuk meningkatkan dukungan
sumber daya manusia guna meningkatkan efektivitas organisasi dalam rangka mencapai
tujuan. Dalam upaya mencapai tujuan suatu organisasi dan mengapa organisasi harus
melakukannya, berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas manajemen sumber daya manusia,
akan digambarkan secara umum sebagai berikut.
Menurut Sedarmayanti (2009;6) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penarikan
seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan individu maupun organisasi. Menurut Sedarmayanti (2009;6) Manajemen sumber daya
manusia adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasian, mengarahkan, mengawasi
kegiatan sumber daya manusia atau pegawai dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan atau aktivitas manajemen sumber daya manusia secara umum adalah
tindakan-tindakan yang diambil untuk membentuk satuan kerja yang efektif dalam suatu
organisasi. Berbagai kegiatan tersebut antara lain :
1. Persiapan dan penarikan.
2. Seleksi.
3. Pengembangan.
4. Pemeliharaan.
5. Penggunaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan manajemen sumber daya manusia adalah
proses penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai suatu tujuan, baik individu maupun
organisasi yang akan menentukan kerja seorang pegawai atau karyawan. Dengan sumber
daya manusia yang berkualitas maka Dalam Mengatasi Abrasi di Kawasan Sungai Rokan di
Kelurahan Rimba Melintang oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Rokan Hilir akan berjalan dengan baik.
5. Konsep Kinerja
Menurut Moh. Pabundu Tika (2005;121) Kinerja adalah hasil-hasil fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai factor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Menurut Handoko (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005;121) Kinerja adalah proses
dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Menurut Bernadin dan
Russel (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005;121) Kinerja adalah pencatatan hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Menurut Prawiro Suntoro (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005;121) Kinerja adalah hasil
kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Stoner (dalam
Moh. Pabundu Tika, 2005;121) Kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan dan persepsi
peranan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011;67) Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Anwar Prabu
Mangkunegara (2011;67) istilah kinerja berasal dari kata job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Agar pencapaian kinerja dapat optimal, Anwar Prabu Mangkunegara (2011;67-68)
mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu :
1. Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ diatas
rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk
mencapai tujuan organisasi.
David C. McClelland (dalam Mangkunegara, 2011;68) berpendapat bahwa ada
hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Motif berprestasi
adalah suatu dorongan dalam diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan
sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja dengan predikat terpuji.
Selanjutnya, David C. McClelland (dalam Mangkunegara, 2011;68) mengemukakan 6
(enam) karakteristik dari pegawai yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu :
1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
2. Berani mengambil resiko.
3. Memiliki tujuan yang realistis.
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
5. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukannya.
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Dari beberapa faktor menurut para ahli diatas maka disimpulkan bahwasanya suatu
kinerja akan berjalan dengan lancar apabila faktor-faktor tersebut berjalan dengan baik,
karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi akan munculnya kinerja yang sesuai
dengan harapan pada setiap organisasi.
6. Konsep Evaluasi
William N.Dunn (2003;608-611), istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian (assesment), Evaluasi berkenan dengan
produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberikan
informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh
kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Evaluasi
memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk
perumusan masalah dan rekomendasi. Jadi meskipun berkenan dengan keseluruhan proses
kebijakan, evaluasi kebijakan publik. Evaluasi pada “perumusan” dilakukan pada sisi post-
tindakan, yaitu lebih pada “proses: perumusan dari pada muatan kebijakan yang biasanya
“hanya” menilai apakah prosesnya sudah selesai dengan prosedur yang sudah disepakati.
Dalam pelaksanaan Evaluasi kebijakan digunakan kriteria-kriteria umum yang
dimaksud untuk memberi arahan bagi Evaluator. Kriteria-kriteria yang dirumuskan akan
dapat dijadikan sebagai salah satu patokan dalam menentukan apakah suatu kebijakan
berhasil atau gagal.
Adapun indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah menurut
William N.Dunn (2003) menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan yang meliputi
enam tipe sebagai berikut:
1. Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil
(akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
Efektifitas,yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur
dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.
2. Efisiensi (efficiency) berkenan dengan jumlah usaha yang di perlukan untuk
meningkatkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dengan
rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang
terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.
3. Kecukupan (adequancy) berkenan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang membutuhkan adanya masalah.
Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan
dan hasil yang diharapkan.
4. Perataan/kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjukan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah
kebijakan yang akibatnya (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan.
Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesempatan
pendidikan atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar
kriteria kesamaan. Kriteria kesamaan erat kaitannya dengan konsepsi yang saling
bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran dan terhadap konflik etis sekitar dasar yang
memadai untuk mendistribusikan risorsis dalam masyarakat.
5. Responsivitas (responsiveness) berkenan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu.
Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua
kriteria lainnya efektifitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum
menanggapi kebutuhan actual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari
adanya suatu kebijakan.
6. Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketetapan secara dekat yang berhubungan
dengan rasionalitas substantive, karena pertanyaan tentang ketetapan kebijakan tidak
berkenaan dengan suatu kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-
sama.
7. Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Ada yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia.
Tindakan manusia yang mendorong terjadinya abrasi adalah pengambilan batu dan
pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan. Selain itu penebangan pohon – pohon pada
hutan pantai atau hutan mangrove memacu terjadinya abrasi pantai lebih cepat.
8. Pembangunan
Menurut Taliziduhu Ndraha (2001;134) Pembangunan pemerintah adalah
pembangunan kemampuan pemerintah untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan dan
tuntutan yang diperintah akan jasa-publik layanan civil.
Menurut Coralie Bryant dan Louise White (dalam Taliziduhu Ndraha, 1990;15-16)
pembangunan adalah upaya yang meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi
masa depannya. Ada lima implikasi utama definisi tersebut yaitu :
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia baik individu
maupun kelompok (capacity).
2. Pembangunan berarti mendorong tubuhnya bersamaan dan kemerataan nilai dan
kesejahteraan (equality).
3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun
dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini
dinyatakan dalam bentuk kesepakatan bersama, kebebasan memilih dan kekuasaan
untuk memutuskan (empowerment).
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri
(sustainability).
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan Negara
yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati
(interdependence).
9. Pengelolaan
Pengelolaan atau manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua
sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Stoner
(dalam Zulkifli, 2014;17).
Menurut Robert J. Kodotie (2010;61) pengelolaan didefinisikan sebagai suatu
aktivitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, dalam
mengendalikan atau mengelola kegiatan.
Tahap pengelolaan dimulai dari :
1. Pengorganisasian
2. Operasi
3. Pemeliharaan
4. Organisasi
5. Kepemimpinan
6. Pengendalian sampai pada evaluasi dan monitoring
10. Pengendalian
Menurut Taliziduhu Ndraha (2011;199) Pengendalian adalah setiap keputusan yang
dibuat berisi kendali sebagai alat untuk mengarahkan organisasi pada tujuan, dalam
kecepatan tertentu.
Menurut Robert J. Kodotie (2010;64) Pengendalian merupakan upaya kontrol
pengawasan, evaluasi dan monitoring terhadap sumber daya manusia organisasi hasil
kegiatan dari bagian-bagian ataupun dari seluruh kegiatan yang ada manfaat dari
pengendalian ini dapat meningkatkan eksistensi dan efektivitas dari sisi-sisi waktu (time),
ruang (space), biaya (cost) dan sekaligus untuk peningkatan kegiatan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pengendalian ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengetahui bagaimana
kegiatan bagian dari kegiatan itu bekerja, penyimpangan atau kesalahan dapat segera
diketahui dan diperbaiki. Pengendalian ini juga berfungsi untuk menekan kegiatan kecil
mungkin dan juga harus menyesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi normal ke
kondisi kritis.
11. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan, penganggaran juga menjadi salah satu faktor utama suksesnya
suatu pembangunan baik dalam situasi normal maupun darurat. Kodotie (2010;64-65).
Pemeliharaan prasarana sumber daya air terdiri atas kegiatan pencegahan kerusakan
dan/atau penurunan fungsi prasarana sumber daya air serta perbaikan kerusakan prasarana
sumber daya air. Kodotie (2010;379).
B. Kerangka Pikiran
Efektivitas
Gambar II.1 Kerangka Pikiran
Tentang Evaluasi Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten
Rokan Hilir Dalam
Mengatasi Abrasi di
Kawasan Sungai Rokan (Studi
Kasus di Kelurahan Rimba
Melintang)
Administrasi
Organisasi
Manajemen
Evaluasi
Kinerja
Dinas Pekerjaan
Umum
Abrasi
Sumber : Modifikasi Penulis, Tahun 2018
C. Konsep Operasional
Efisiensi
Kecukupan
Perataan
Responsivitas
Ketepatan
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan untuk meminimalisir kesalahan
dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan konsep-konsep sebagai berikut :
1. Administrasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, secara efektif dan efisien.
2. Organisasi adalah sebagai tempat atau wadah dimana sekelompok orang berkumpul
untuk melaksanakan suatu kegiatan dan tujuan.
3. Manajemen adalah ilmu dan seni dalam mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
4. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses pengendalian berdasarkan fungsi
manajemen terhadap daya yang bersumber dari manusia.
5. Kinerja adalah pencatatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau
kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
6. Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai objek evaluasi dan
menilai objek evaluasi dengan membandingkannya dengan standar evaluasi.
7. Evaluasi Kinerja adalah penilaian dan pengukuran kebijakan yang telah dicapai oleh
organisasi dalam kurun waktu tertentu.
8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah lembaga yang bertanggung jawab
kepada pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam
pengendalian daya rusak air.
9. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak.
10. Pembangunan adalah upaya pencegahan abrasi yang dilakukan dengan bangunan
turap.
11. Pengelolaan adalah kerjasama yang dilakukan dengan dinas terkait.
12. Pengendalian adalah keputusan yang dilakukan untuk mengawasi pembangunan turap
supaya tidak terjadi penyelewengan kekuasaan.
13. Pemeliharaan adalah menjaga lingkungan dengan memberikan peran masyarakat
didalamnya.
D. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, uraian
konsep, variabel, indikator, ukuran dan skala yang dirancang untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan akurat. Maka operasionalisasi variabelnya dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel II.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Konsep Variabel Indikator Item Penilaian Penilaian
istilah
evaluasi dapat
disamakan
dengan
penaksiran
(appraisal),
pemberian
angka
(rating), dan
penilaian
(assesment),
Evaluasi
berkenan
dengan
produksi
informasi
Evaluasi
Kinerja
Dinas
Pekerjaan
Umum dan
Penataan
Ruang
Kabupaten
Rokan Hilir
Dalam
Mengatasi
Abrasi di
Kawasan
Sungai
Rokan
(Studi
1. Efektivitas
2. Efisiensi
1. Pelaksaan
tugas sesuai
dengan hukum
yang berlaku
2. Keterlibatan
dinas dalam
mengatasi
abrasi
1. Ketepatan
waktu dalam
melaksanakan
tugas
2. Upaya dinas
dalam
mengatasi
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
mengenai
nilai atau
manfaat hasil
kebijakan.
William
N.Dunn
(2003;608).
Kasus di
Kelurahan
Rimba
Melintang)
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsivitas
6. Ketepatan
abrasi
1. Pembangunan
turap
dikawasan
yang terkena
abrasi
2. Kepedulian
masyarakat
memelihara
kawasan
sungai
1. Keadilan
dalam
mendapatkan
pembangunan
2. Keadilan
dalam
menetapkan
kebijakan
1. Hasil kinerja
dinas
2. Kepuasan
masyarakat
terhadap
kinerja dinas
1. Memberikan
kepuasan
terhadap
kinerja dinas
2. Ketertiban dan
keteraturan
pembangunan
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
E. Teknik Pengukuran
Pengukuran terhadap pelaksanaan variabel dan indikator dalam penelitian ini
diklarifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu : Baik, Cukup Baik dan Kurang Baik. Adapun
teknik yang digunakan dalam variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
1. Efektivitas
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
2. Efisiensi
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
3. Kecukupan
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
4. Perataan
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
5. Responsivitas
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.
6. Ketepatan
Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori ukuran 67% dari jawaban
responden.
Cukup Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 34-66% dari jawaban
responden.
Kurang Baik : Jika rata-rata presentase hasil penelitian terhadap seluruh sub indikator
yang telah ditetapkan berada pada kategori 33% dari jawaban responden.