bab ii sistem vakum - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18396/3/chapter...
TRANSCRIPT
BAB II
SISTEM VAKUM
II.1 Pengertian Sistem Vakum
Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari
kata vacuum tersebut merupakan Vakum yang ideal atau Vakum yang sempurna
(Vacuum perfect), tekanan mutlak ini seperti temperatur mutlak, dalam dunia
nyata Sistem Vakum tidak dapat dinyatakan, tetapi merupakan suatu acuan dalam
pengukuran tekanan.
Vakum merupakan suatu kondisi dari udara / gas sekitar lingkungan
tertentu dimana tekanan udara dibawah tekanan atmosfir. Untuk menghasilkan
vakum perlu untuk mengeluarkan udara dari sistem, ini merupakan prinsip dasar
dari cara kerja vakum.
Prinsip dasar dari vakum distilasi, dimana proses tetap pada ruang hampa,
aliran cairan dan uap air sangat diperlukan pada langkah-langkah untuk mencapai
keseimbangan dimana pada proses tersebut untuk menguapkan komponen yang
mudah menguap dan uap air diperkaya pada destilasi dalam vakum,
bagaimanapun Tanki tidaklah terhubung ke atmosfir, tetapi pompa vakum
memelihara sistem tekanan agar tetap di bawah tekanan atmosfir.
Dalam sistem Internasional satuan dalam pengukuran ruang hampa adalah
Torr, sesuai dengan Evangelista Torricelli (1608-1647). Evangelista Torricelli
membuat suatu metode untuk mengukur tekanan atmosfer dengan diciptakan
olehnya barometer air raksa pada tahun 1643. barometer air raksa tersebut adalah
sebuah tabung gelas yang panjang telah diisi dengan air raksa dan dibalikkan
didalam sepiring air raksa, seperti pada
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Ruang diatas kolom air raksa hanya mengandung uap air raksa, yang
tekanan tersebut dapat diabaikan besarnya, dapat dilihat bahwa tekanan atmosfer
P0 dapat dirumuskan seperti pada persamaan (12).(Tekanan head dalam fluida)
kebanyakan alat pengukur tekanan menggunakan tekanan atmosfer, yang
dinamakan tekanan tolok (gauge pressure). Tekanan sesungguhnya disebuah titik
didalam suatu fluida dinamakan tekanan absolut ( absolute pressure). Tekanan
tolok diberikan baik diatas maupun dibawah tekanan atmosfer.
Gambar 2.1 Barometer Torricelli
Tekanan atmosfer disuatu titik secara numerik adalah sama dengan berat
kolom udara sebanyak satu satuan luas penampang yang membentang dari titik
tersebut ke puncak atmosfer. Maka, tekanan atmosfer disuatu titik, akan berkurang
dengan ketinggian. Keadaan atmosfer tersebut akan mengalami bentuk variasi
karena atmosfer tersebut tidaklah statik. Kolom air raksa didalam barometer
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan mempunyai tinggi sebesar kira – kira 76 cm di permukaan laut yang
berubah karena tekanan atmosfer. Suatu tekanan yang dikerahkan oleh persis 76
cm air raksa pada 0 0 C dibawah gravitasi standart, g = 9,80 m/s2, dinamakan satu
atmosfer (1 atm). Massa jenis air raksa pada temperatur ini adalah 13,6 x 103
Kg/m3.
Dapat juga dicontohkan mengenai variasi tekanan dengan ketinggian
didalam atmosfir bumi jika massa jenis adalah sebanding dengan P, jika
temperatur udara sama di semua ketinggian. Dengan menggunakan anggapan ini,
dan juga mengangap variasi g dengan ketinggian dapat diabaikan, maka dapat
dicari tekanan P diatas suatu ketinggian y diatas permukaan laut, maka didapat
persamaan (1).
...................(1) gdy
dp
dapat dijelaskan bahwa tekanan berubah dengan elevasi diatas suatu permukaan
referensi didalam suatu fluida yang berada didalam kesetimbangan statik. Jika
elevasi bertambah (dy positif), maka tekanan berkurang (dp negatif). Penyebab
variasi tekanan ini adalah berat persatuan luas penampang lapisan – lapisan fluida
yang terletak diantara titik – titik yang perbedaan tekanannya sedang diukur.
Karena adalah sebanding dengan P,
Maka;
…………...(2) 00
Universitas Sumatera Utara
dimana 0 dan p0 adalah nilai massa jenis dan nilai tekanan yang diketahui
dipermukaan laut. Maka,
…………...(3) 0
0 p
pg
dy
dp
sehingga
...................(4) dy
p
pg
p
dp
0
0.
dengan mengintegralkan persamaan ini dari nilai p0 dititik y = 0 (permukaan laut)
ke nilai p dititik y (diatas permukaan laut), maka kita mendapatkan,
...................(5) yp
g
p
p
0
0.ln
atau
...................(6)
yp00 /
0
gepp 0
akan tetapi,
g = 9,80 m/s2,
0 = 1,20 kg/m3 (pada 20 0C),
p0 = 1,01 x 105 N/m2 = 1,01 x 105 Pa.
sehingga
1
13414
25
32
0
0
116,0
101016,11016,1
.1001,1
20,180,9.
km
kmxxmx
Sm
kgx
m
kgx
S
m
p
g
maka
...................(7) ygepp .0
Universitas Sumatera Utara
Dapat diambil kesimpulan bahwa cairan hampir tak termampatkan maka
lapisan – lapisan yang sebelah bawah tidak terlihat dikompresikan oleh berat
lapisan – lapisan atas yang dilapiskan diatas lapisan – lapisan bawah tersebut dan
massa jenis praktis konstan disemua permukaan. Untuk gas yang
temperaturnya umum maka massa jenis dari setiap lapisan adalah sebanding
dengan tekanan p dilapisan tersebut. Variasi tekanan dengan jarak diatas alas
fluida untuk suatu gas adalah berbeda dari variasi tekanan dengan jarak untuk
suatu cairan. Dapat dimisalkan pada Gambar 2.2 distribusi tekanan didalam udara
dan air.
Gambar 2.2 Distribusi tekanan didalam udara dan air
Telah diketahui bahwa udara di atmosfir ini mempunyai berat. Karenanya
maka udara tersebut bisa menimbulkan tekanan pada permukaan bumi. Rapat
massa udara tidak konstan, yang tergantung pada ketinggian, temperatur dan
kelembaban. Oleh karena itu tekanan atmosfir, yang disebabkan oleh berat
Universitas Sumatera Utara
atmosfir atau udara diatas permukaan bumi, sulit atau tidak dapat dihitung.
Tekanan atmosfir dapat diukur berdasarkan tinggi kolom zat cair yang bisa
ditahan. Di permukaan laut, tekanan yang ditimbulkan oleh kolom udara seluas
1 cm2
dan setinggi atmosfir adalah 1,03 kg. Dengan demikian tekanan atmosfir
pada permukaan air laut adalah 1,03 kg/cm2
atau setara dengan 10,3 m air atau
76 cm air raksa (Hg). Tekanan atmosfir akan berkurang dengan elevasi atau
ketinggian tempat.
Tekanan terukur atau tekanan relatif adalah tekanan yang diukur
berdasarkan tekanan atmosfir. Tekanan ini bisa lebih besar (tekanan positif) atau
lebih kecil (tekanan negatif atau vakum) dari tekanan atmosfir. Sedangkan
tekanan absolut atau tekanan mutlak atau tekanan sebenarnya adalah merupakan
jumlah dari tekanan atmosfir dan tekanan terukur. Apabila tekanan terukur negatif
maka tekanan mutlak adalah tekanan atmosfir dikurangi tekanan terukur, hal ini
dapat dilihat melalui Gambar 2.3 pembagian tekanan atmosfir, terukur, dan
absolut.
Gambar.2.3 Tekanan atmosfir, terukur dan absolut
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 2.3 diatas dapat diberi pengertian bahwa sistem vakum
berada dibawah tekanan atmosfir yaitu 1 atm. Satu standart atmosfir berlaku yaitu
760 torr.
Sistem Vakum merupakan suatu bentuk perubahan dari Tekanan dan
Volume yang ditentukan .Tekanan dan Volume dihubungkan oleh hukum Boyle.
Pada Gambar 2.4 Volume gas V1 pada tekanan P1 (dalam satuan Absolut).
Gambar 2.4 Hukum Boyle.
Gas ini dikompresi ke Volume V2, sehingga menghasilkan kenaikkan tekanan
sampai sebesar P2, apabila piston ditekan tekanan P2 akan naik dan V2 akan
berkurang, maka didapat; V2 < V1 dan P2 > P1
P1 . V1 = P2 . V2 …...………(8)
Apabila temperatur gas tidak berubah selama kompresi, suatu reduksi tekanan
dengan cara sama menghasilkan kenaikkan Volume.
Maka dengan demikian kompresi gas selalu diikuti dengan kenaikkan
temperatur, agar persamaan diatas berguna, maka gas harus kembali ke temperatur
semula.
Sebaliknya, pada Gambar 2.5 temperatur suatu gas bervolume tetap
dikendalikan oleh sebuah panas.
Universitas Sumatera Utara
Dipanaskan
T1
V1
T2
V2
Gambar 2.5 Perubahan Volume sebagai Fungsi dari Temperatur
Udara mengembang dengan 1/273 dari volumenya ketika dipanaskan
dengan 1 Kelvin dari temperatur 273 K dibawah tekanan konstan, hal ini
ditunjukkan oleh Hukum Gay Lussac yang menyatakan bahwa terjadi perubahan
keadaan dengan proses tekanan konstan, dimana;
2
1
2
1
T
T
V
V …….……..(9)
Maka dapat diartikan bahwa tekanan dan temperatur adalah besaran
absolut.. Persamaan (8). dan persamaan (9). digabungkan untuk menghasilkan
hukum gas umum :
tan..
2
22
1
11 KonsT
VP
T
VP .............…(10)
Persamaan ini disebut persamaan BOYLE – GAY LUSSAC
Keterangan P = Tekanan (N/m2) , V = Volume (m3) dan,
T = Temperatur (0 C)
II.2 Tekanan
Tekanan terjadi dalam suatu Fluida bila fluida tersebut dikenai suatu gaya.
Pada Gambar 2.6 sebuah gaya F diberikan pada fluida tertutup lewat sebuah
piston dengan luas A, ini menghasilkan tekanan P dalam Fluida, dengan demikian
pada saat Gaya dinaikkan / diperbesar, tekanan akan naik secara Proporsional.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Tekanan dalam Fluida yang diberi Gaya.
Tekanan dalam Fluida dengan demikian dapat dirumuskan sebagai gaya
yang bekerja per satuan luas, atau dapat dilihat pada persamaan (11) berikut;
A
FP …..…….(11)
Keterangan;
P = Tekanan (N/m2)
F = Gaya Tekan (Newton)
A = Luas Penampang (m2)
Tekanan juga dapat muncul dalam suatu fluida akibat berat fluida itu
sendiri. Tekanan ini biasanya dikenal sebagai tekanan Head dan bergantung pada
ketinggian fluida. Dalam Gambar 2.7 Tekanan didasar Fluida sebanding dengan
ketinggian h.
Gambar 2.7 Tekanan head dalam fluida
Universitas Sumatera Utara
Dalam Sistem imperial dan sistem metrik dirumuskan ;
P = .h ………..(12)
Dengan ;
(Rho) = Densitas (Kg/m3) dan,
h = Ketinggian (m)
Dalam sistem SI persamaan (11). diatas dapat dirumuskan ;
P = .g.h ...………(13)
Dengan g adalah percepatan yang disebabkan gravitasi (9,81 ms-2 ) sehingga
dihasilkan tekanan dalam pascal.
Bagaimanapun juga, tekanan dalam fluida dapat didefenisikan lewat
tekanan head ekuivalen. Satuan umumnya adalah millimeter air raksa dan
centimeter, inci, atau meter air. Imbuhan wg ( dari water gauge = tinggi air)
seringkali digunakan bila tekanan didefinisikan lewat head ekuivalen air.
Hampir semua transmitter atau transducer tekanan mengukur beda tekanan
antara dua port masukan. Ini dikenal sebagai tekanan diffrensial, dan transmitter
tekanan pada Gambar 2.8 ditunjukkan tekanan sebesar P1 – P2.
Gambar 2.8 Tekanan Differensial
Pada Gambar 2.9 Port masukan tekanan rendah terbuka ke atmosfer,
sehingga transmitter tekanan menunjukkan tekanan diatas tekanan atmosfer.
Universitas Sumatera Utara
Tekanan ini dikenal sebagai tekanan gauge, dan biasanya dinyatakan dengan
imbuhan g (misalnya psig).
Gambar 2.9 Tekanan Gauge
Pada Gambar 2.10 menunjukkan transmitter tekanan yang mengukur
tekanan yang mengacu ke vakum. Ini dikenal sebagai tekanan absolut dan tekanan
ini penting bila kompresi gas dipersoalkan
Gambar 2.10 Tekanan Vakum
Tekanan diffrensial, tekanan Gauge dan tekanan Vakum merupakan suatu
cara dalam mengukur tekanan.
II.3 Bahan Pendukung Sistem Vakum
Didalam sistem vakum terdapat pendukung dalam berjalannya sistem
vakum tersebut, ditinjau dari zatnya diantaranya yaitu ;
Steam (Uap) Sebuah molekul merupakan jumlah terkecil unsur atau
senyawa suatu bahan yang masih memiliki semua sifat-sifat kimia bahan tersebut.
Molekul-molekul bahkan dapat tersusun dari partikel-patikel yang lebih kecil
yang disebut atom, yang merupakan elemen dasar seperti hidrogen dan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi spesifik unsur- unsur atom tersebut membentuk senyawa. Salah satu
senyawa tersebut dinyatakan dengan rumus kimia H2O, yang memiliki molekul
yang tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Air jumlahnya
sangat melimpah di muka bumi adalah karena hidrogen dan oksigen merupakan
unsur yang paling melimpah di jagat raya ini. Karbon merupakan unsur lain yang
juga cukup signifikan, dan merupakan unsur kunci seluruh bahan organik. Hampir
seluruh unsur mineral dapat berada pada tiga keadaan fisiknya (padat, cair dan
uap) yang merupakan fasenya. Dalam hal H2O, istilah es, air dan steam digunakan
untuk menunjukan ketiga fase masing-masing.
Dalam fase cair, molekul- molekulnya bebas bergerak, namun jaraknya
masih lebih kecil dari satu diameter molekul karena seringnya terjadi tarik-
menarik dan tumbukan. Penambahan panas yang lebih banyak akan meningkatkan
pengadukan dan tumbukan, naiknya suhu cairan sampai suhu didihnya.
Dengan meningkatnya suhu dan air mendekati kondisi didihnya, beberapa
molekul mendapatkan energi kinetik yang cukup untuk mencapai kecepatan yang
membuatnya sewaktu-waktu lepas dari cairan ke ruang diatas permukaan,
sebelum jatuh kembali ke cairan. Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi
lebih besar dan sejumlah molekul dengan energi cukup untuk meninggalkan
cairan jadi meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul cairan dan
uap, masuk akal bahwa densitas steam lebih kecil dari air, sebab molekul steam
terpisah jauh satu dengan yang lainnya. Ruang yang secara tiba-tiba terjadi diatas
permukaan air menjadi terisi dengan molekul steam yang kurang padat. Jika
jumlah molekul yang meninggalkan permukaan cairan lebih besar dari yang
masuk kembali, maka air menguap dengan bebasnya. Pada titik ini air telah
Universitas Sumatera Utara
mencapai titik didihnya atau suhu jenuhnya, yang dijenuhkan oleh energi panas.
Jika tekananya tetap, penambahan lebih banyak panas tidak mengakibatkan
kenaikan suhu lebih lanjut namun menyebabkan air membentuk steam jenuh.
Suhu air mendidih dengan steam jenuh dalam sistem yang sama adalah sama,
akan tetapi energi panas per satuan massa nya lebih besar pada steam.
Pada tekanan atmosfir suhu jenuhnya adalah 100°C. Tetapi, jika
tekanannya bertambah, maka akan ada penambahan lebih banyak panas yang
peningkatan suhu tanpa perubahan fase. Oleh karena itu, kenaikan tekanan secara
efektif akan meningkatkan entalpi air dan suhu jenuh. Hubungan antara suhu
jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva uap jenuh (Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Kurva uap Jenuh
II.4 Sistem Kontrol
Sistem kontrol adalah proses pengaturan / pengendalian terhadap satu atau
beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau
dalam suatu rangkuman harga (range) tertentu.
Tujuan utama dari suatu sistem pengontrolan adalah untuk mendapatkan
optimisasi dimana hal ini dapat diperoleh berdasarkan fungsi daripada system
kontrol itu sendiri, yaitu pengukuran (measurement), membandingkan
Universitas Sumatera Utara
(comparison), pencatatan dan perhitungan (computation) dan perbaikan
(correction).
Hal yang paling banyak dijumpai dalam dunia industri yaitu pengontrolan
secara elektris dan pneumatik, ini dikarenakan beberapa kelebihan yang
diberikannya yaitu pemakaian daya yang lebih kecil, kemampuan untuk
pengontrolan jarak jauh, lebih mudah diperoleh dan responnya lebih cepat,
disamping itu dimensi peralatan dapat dibuat lebih kecil.
II.4.1 Jaringan terbuka dan tertutup
Sistem kontrol dengan jaringan tertutup adalah sistem pengontrolan
dimana besaran keluaran memberikan efek terhadap besaran masukan sehingga
besaran yang dikontrol dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan,
diagram dapat dilihat pada Gambar 2.12 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian
Tertutup.
Gambar 2.12 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Tertutup
Sistem kontrol dengan jaringan terbuka merupakan sistem kontrol dimana
keluaran tidak memberikan efek terhadap besaran masukan, sehingga variabel
yang dikontrol tidak dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan, diagram
dapat dilihat pada Gambar 2.13 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian
Terbuka.
Universitas Sumatera Utara
21
Gambar 2.13 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Terbuka
Aplikasi sistem jaringan terbuka dan tertutup juga ditemui dalam proses –
proses lain. Salah satu contoh dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai
berikut, jika seseorang mengendarai mobil, maka jalur kecepatan beserta
percepatan kendaraan tersebut dapat ditentukan dan dikontrol oleh pengendara
dengan cara mengamati kondisi lalu lintas dan mengendalikan setir, rem, dan alat
– alat pengontrol lainnya. Jika dia ingin memelihara kecepatan pada suatu harga
yang konstan (sebagai keluaran) maka dia dapat mengaturnya melalui pedal
percepatan (gas) dan harga ini secara tepat dapat diperoleh dengan mengamati
penunjukkan speedometer (alat penunjuk kecepatan). Dengan mengamati
besarnya keluaran tersebut setiap saat berarti kita memberikan informasi / efek
terhadap masukan (dalam hal ini adalah pengendara dan pedal gas), sehingga jika
terjadi penyimpangan terhadap kecepatan, pengendara dapat mengendalikannya
kembali keharga yang seharusnya.
Salah satu aplikasi diatas merupakan sistem kontrol dengan jaringan
tertutup, dan akan berubah menjadi sistem terbuka jika kendaraan tersebut tidak
dilengkapi dengan speedometer. Tanpa adanya alat penunjuk kecepatan ini maka
pengendara tidak dapat mengetahui berapa kecepatan sebenarnya dari kendaraan
tersebut setiap saat; yang berarti juga bahwa tidak dapat mengendalikan
(membuat) kecepatan pada suatu harga yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Dari contoh diatas dapat dibuat secara blok diagram pada Gambar 2.14a
dan 2.14b. pada Gambar 2.14a. ditunjukkan sistem tertutup, sedang pada Gambar
2.14b. dimana tanpa speedometer diagram merupakan sistem terbuka.
Pengendara KakiPedal Gas Hubungan ke mesin Karburator
KendaraanA
B
C
Speedometer
Gambar 2.14a diagram sistem kontrol loop tertutup
aPengendara
b
Kendaraanc
Pedal gas hubungan ke
mesin karburatorKaki
Gambar 2.14b diagram sistem kontrol loop terbuka
II.4.2 Kontinu (analog)
Pengontrolan jenis ini dapat dibagi ;
Kesebandingan (proporsional), P-(Control); dimana keluaran sebanding dengan
penyimpangan. Pengontrolan uap melalui katup, transmitter tekanan, dan lain-
lain.
a. Integral (I) ; keluaran selalu berubah selama terjadi deviasi, dan kecepatan
perubahan keluaran tersebut sebanding dengan penyimpangan. Sistem
tekanan gas.
b. Diffrensial
c. Kombinasi P, I dan D.
Universitas Sumatera Utara
Pengontrolan tipe integral dan diffrensial jarang dipakai tersendiri, tetapi
digabungkan dengan jenis proporsional untuk menghilangkan keragu –
raguan jika jenis proporsional ini memerlukan karakteristik yang stabil.
Penggabungan ini akan diperoleh suatu sistem kontrol yang lebih stabil
sehingga sensitivitas atau kecepatan responnnya akan menjadi lebih besar.
II.5 Pengontrolan Tekanan pada Tanki
Pengontrolan tekanan pada tanki secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.15
P1
F1 R1
F0R2
P2
P3
PT
Gambar 2.15 Pengontrolan tekanan dalam tanki
Dari Gambar 2.15 diatas maka dapat diambil suatu analogi, keadaan
pertama apabila aliran (Flow) dari F1 mengalir masuk kedalam tanki kemudian
dari sisi aliran F0 mengalir keluar tanki dan sehingga menyebabkan F1 = F0 maka
tekanan didalam tanki (tanki keadaan tertutup penuh) sama dengan konstan,
dimana tekanan aliran sama dari kedua sisi baik F1 atau F0.
Keadaan kedua apabila aliran dan tekanan dari F1 lebih besar dikarenakan
bukaan valve yaitu R1 lebih besar dari bukaan R2 akan menyebabkan aliran dari
Universitas Sumatera Utara
F0 lebih kecil maka akan terjadi tekanan yang tinggi pada tanki, begitu juga
sebaliknya apabila F1 < F0 keadaan tekanan didalam tanki akan rendah dan
menyebabkan suatu keadaan vakum apabila terus menerus terjadi penurunan
tekanan. Dibawah dapat dilihat secara sederhana bentuk pengontrolan tekanan
pada tanki.
F1 = F0 P2 Konstan (1 atm)
F1 < F0 P2 akan turun (apabila makin mengecil bukaan valve akan
mengarah ke keadaan vakum ).
F1 > F0 P2 akan tinggi.
Universitas Sumatera Utara