bab ii setting sosial sekolah perempuan ciliwungrepository.unj.ac.id/1549/3/bab ii.pdf48 bab ii...

37
48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan mengenai setting sosial sekolah perempuan Ciliwung. Peneliti membagi bagian ini ke dalam beberapa sub bagian. Pertama mengenai deskripsi lokasi penelitian yaitu gambaran umum lokasi sekolah perempuan Ciliwung. Sub bagian kedua akan menjelaskan tentang kondisi wilayah dan keadaan masyarakat di sekitar sekolah perempuan Ciliwung. Hal ini dikarenakan sekolah perempuan Ciliwung merupakan sebuah sekolah alternatif yang dikelola oleh salah satu kelompok perempuan yaitu para ibu-ibu yang tinggal di lingkungan tersebut. Sub bagian ketiga, menjelaskan profil sekolah perempuan Ciliwung secara detail dari latar belakang berdirinya sekolah perempuan Ciliwung, struktur kepengurusan sekolah perempuan Ciliwung, dinamika perkembangan peserta belajar, serta kondisi fisik sekolah perempuan Ciliwung. Pada dasarnya bab ini bertujuan untuk mengawali pembahasan mengenai fenomena keberadaan sekolah perempuan Ciliwung yang berlokasi di lingkungan masyarakat Ciliwung. Selanjutnya, ketiga sub bab ini akan disimpulkan dalam bagian penutup yang menjadi kesimpulan dalam pembahasan bab dua.

Upload: docong

Post on 09-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

48

BAB II

SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG

2.1 Pengantar

Bab ini akan mendeskripsikan mengenai setting sosial sekolah

perempuan Ciliwung. Peneliti membagi bagian ini ke dalam beberapa sub

bagian. Pertama mengenai deskripsi lokasi penelitian yaitu gambaran umum

lokasi sekolah perempuan Ciliwung. Sub bagian kedua akan menjelaskan

tentang kondisi wilayah dan keadaan masyarakat di sekitar sekolah

perempuan Ciliwung. Hal ini dikarenakan sekolah perempuan Ciliwung

merupakan sebuah sekolah alternatif yang dikelola oleh salah satu kelompok

perempuan yaitu para ibu-ibu yang tinggal di lingkungan tersebut.

Sub bagian ketiga, menjelaskan profil sekolah perempuan Ciliwung

secara detail dari latar belakang berdirinya sekolah perempuan Ciliwung,

struktur kepengurusan sekolah perempuan Ciliwung, dinamika perkembangan

peserta belajar, serta kondisi fisik sekolah perempuan Ciliwung. Pada

dasarnya bab ini bertujuan untuk mengawali pembahasan mengenai fenomena

keberadaan sekolah perempuan Ciliwung yang berlokasi di lingkungan

masyarakat Ciliwung. Selanjutnya, ketiga sub bab ini akan disimpulkan dalam

bagian penutup yang menjadi kesimpulan dalam pembahasan bab dua.

Page 2: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

49

2.2 Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Perempuan Ciliwung

Sekolah perempuan Ciliwung berlokasi di Gang Pelangi yang

merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Rawajati Timur, Kecamatan

Pancoran, Jakarta Selatan. Kelurahan Rawajati merupakan salah satu dari 6

(enam) kelurahan Pancoran Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dibentuk

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1251 Tahun 1986,

dengan luas wilayah 144 Ha yang berbatasan yaitu sebelah utara Jl. Kartika

Raya berbatasan dengan Kelurahan Pendagengan, sebelah timur Kali

Ciliwung wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, sebelah selatan Jl. Jambu

berbatasan dengan Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu,

sebelah barat Jl. Rawajati Barat tembok sepatu Bata wilayah Kelurahan

Kalibata dan Jl. Stekpi wilayah Kelurahan Duren Tiga.

Gambar 2.1

Peta Wilayah Kelurahan Rawajati

Sumber : Monografi Kelurahan Rawajati, 2013

Page 3: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

50

Secara geografis letak daerah Kelurahan Rawajati ini kurang

menguntungkan karena sebagian wilayah yang berbatasan dengan sungai

Ciliwung setiap tahun dilanda banjir. Sungai Ciliwung yang terkenal “Kali

Terbesar” dari pada kali-kali yang lain mengalirkan air dari kawasan puncak,

mulai dari Cipayung, lalu ke Bogor, Cibinong, Depok dan baru masuk

Jakarta. Memasuki Jakarta sampai di Manggarai, Ciliwung membagi dua

Jakarta menjadi Jakarta Selatan di sebelah kiri dan Jakarta Timur di sebelah

kanan.1 Hal ini yang memberikan dampak yang paling luas ketika musim

hujan karena ia mengalirkan melalui tengah kota Jakarta dan melintas banyak

perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh.

Tepat di samping sekolah perempuan Ciliwung mengalir kali Ciliwung

bagian Jakarta Selatan berlokasi di Jl. Raya Kalibata. Sebagai sebuah sekolah,

memang tidak mudah menemukan sekolah ini. Peneliti pun pertama kali sulit

menemukan sekolah ini karena tidak ada secara fisik seperti papan petunjuk

sekolah apalagi bangunan gedung. Petunjuk kunci peneliti setelah membaca

artikel mengenai sekolah perempuan Ciliwung bahwa sekolah ini berlokasi di

bantaran sungai Ciliwung wilayah Kalibata Jakarta Selatan. Berhubung

peneliti tahu dan sudah tak asing lagi dengan wilayah Kalibata Jakarta

Selatan. Peneliti pun langsung menelusuri sekolah ini dengan mengendarai

kendaraan roda dua.

1 http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/207/Ciliwung-Sungai

Page 4: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

51

Gambar 2.2

Denah Lokasi Sekolah Perempuan Ciliwung

Sumber: Pengamatan Lapangan, 2013

Untuk menuju lokasi sekolah perempuan Ciliwung berdasarkan denah

lokasi diatas tidak begitu sulit. Petunjuk kunci alamat yang jelas ialah wilayah

Kalibata Jakarta Selatan. Untuk menuju wilayah ini dapat diakses jika dari

arah Cawang / Dewi Sartika-Cililitan (PGC) tepatnya di pertigaan lampu

merah kampus Binawan akan melewati Jalan besar Fly Over Kalibata yang

dibawahnya mengalir kali Ciliwung dan jika dari arah Pancoran-Pasar

Minggu untuk menuju lokasi ini harus melewati Makam Pahlawan, Mall

Kalibata City dan melewati perlintasan jalur kereta api Duren Kalibata.

Page 5: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

52

Tepatnya letak sekolah perempuan Ciliwung berada di Gang Pelangi

yang menjadi pintu masuk wilayah di mana sekolah ini berada. Pintu masuk

yang berupa gang kecil yang diapit oleh pabrik Aqua (dulunya ditempati oleh

PT Sitra) yang bangunannya dominan berwarna biru dan sebuah warteg

(warung Tegal). Gang ini berada tepat di sisi jalan besar, Jalan Kalibata, yang

cukup ramai. Tak jauh dari jalan terdapat jembatan Fly Over yang di

bawahnya mengalir Kali Ciliwung. Jika sudah sampai di jembatan, sudah

banyak orang yang bisa memberikan petunjuk di mana lokasi sekolah

perempuan Ciliwung berada. Untuk mengetahui secara jelas, lihatlah pada

gambar dibawah ini.

Gambar 2.3

Gambaran Wilayah Gang Pelangi

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

Gang Pelangi yang menjadi lokasi sekolah perempuan berada di

wilayah RT 10 RW 01. Wilayah ini terletak di pinggir kali Ciliwung, karena

berada di dataran rendah tepat di pinggir kali Ciliwung. Biasanya warga

Page 6: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

53

menyebutnya “orang bawah/warga bawah”. Untuk menuju lokasi tersebut,

setelah menemukan Gang Pelangi, maka sekitar kurang lebih 100 meter dari

Gang Pelangi ada sebuah warung di ujung gang dimana warung tersebut

merupakan pemilik selaku ketua dari pengurus sekolah perempuan Ciliwung

yang bernama Ibu Musriyah. Dari Warung Ibu Musriyah yang menjadi

petunjuk kunci peneliti.

Tempat sekolah perempuan Ciliwung masih harus turun beberapa

meter ke arah sungai Ciliwung. Menelusuri gang kecil yang bertuliskan papan

Musholah AL-Ikhlas JL.Raya Kalibata gg. Pelangi RT 010 RW 01 Kel.

Rawajati Jakarta Selatan dan kanan-kiri gang dipadati dengan rumah

penduduk. Setelah melewati sejumlah kelokan gang yang menterjal tajam

turunan kebawah maka, sampailah lokasi keberadaan sekolah perempuan

Ciliwung.

Gambar 2.4

Kondisi Gang Menuju Lokasi Sekolah Perempuan Ciliwung

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

Page 7: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

54

Sekolah ini begitu unik, tak ada bangunan secara fisik seperti sekolah-

sekolah pada umumnya yang memiliki bangunan gedung. Hanya ada lahan

kosong bertanah merah seperti lapangan tepat di pinggir bantaran kali

Ciliwung dan di belakang mushollah Al-Ikhlas. Ibarat pepatah “tak ada rotan

akar pun jadi” dengan memanfaatkan lahan yang kosong cukup dengan alas

tikar atau terpal digelar dan berlesehan. Lokasi ini mampu disulap menjadi

tempat belajar sekolah dilakukan. Oleh karena itu, sekolah ini diberi nama

Sekolah Perempuan Ciliwung.

Gambar 2.5

Lokasi Sekolah Perempuan Ciliwung

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

Gambar di atas merupakan lokasi sekolah perempuan Ciliwung pada

saat kondisi wilayah ini di landa banjir 5 tahunan. Terlihat puing-puing seperti

bambu dan kayu, sampah-sampah plastik berserakan, pepohon daun pisang

tumbang, Kali Ciliwung yang warnanya kecoklatan seperti “kopi susu”

memberikan gambaran bagaimana kondisi dan keadaan lokasi sekolah ini.

Hambatan dalam proses penelitian ini pun peneliti rasakan ketika proses

Page 8: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

55

kegiatan belajar di sekolah perempuan Ciliwung sementara waktu dihentikan

karena bencana banjir 5 tahun yang menerpa di daerah tersebut. Para peserta

belajar sekolah perempuan Ciliwung pun masih disibukkan dan

berkonsentrasi dengan keluarga masing-masing dikarenakan peserta sekolah

perempuan Ciliwung rata-rata adalah warga bawah yang memang sering

terkena banjir. Dengan demikian, proses kegiatan belajar di sekolah ini

dihentikan sementara.

Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan ketika banjir datang tiba.

Sekolah ini membuka posko banjir dan dapur umum yang bertujuan untuk

memberi bantuan bagi warga yang terkena banjir dan sesama para peserta

belajar sekolah perempuan yang merupakan warga sering terkena banjir. Ini

lah salah satu bukti dari eksistensi keberadaan sekolah perempuan Ciliwung

yang dilakukan oleh para peserta belajar yang terdiri dari ibu-ibu rumah

tangga sangat menjunjung tinggi rasa solidaritas dan rasa kepedulian terhadap

lingkungan dan masyarakat.

2.3 Kondisi Sosial Masyarakat RT.10 / RW.01 Kelurahan Rawajati

Jakarta Selatan

Luas wilayah Rukun Tetangga 010/01 Memiliki seluas 5801 M2 yang

merupakan bagian wilayah dari Rukun Warga RW.01 Kelurahan Rawajati,

dengan batas-batas sebagai berikut; sebelah utara yang merupakan tanah datar

PT. Aqua di Wilayah RT.003/01 dan RT.09/01 Rawajati, sebelah Selatan

Page 9: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

56

yang merupakan tanah datar berbatasan dengan RT.010/03 Kelurahan

Rawajati, sebelah Barat yang merupakan tanah dataran tinggi yang berbatasan

dengan RT.001/01 Kelurahan Rawajati, sebelah Timur yang merupakan tanah

dataran rendah yang berbatasan dengan bantaran kali Ciliwung.

Gambar 2.6

Peta Lokasi RT.010/RW.01 Kelurahan Rawajati

U

BT Batas RT.09/01

S

Batas

RT.01/01

Batas

RW.003

Batas RT 10/03

Sumber: Pengamatan Lapangan, 2013

Berdasarkan peta lokasi di atas, wilayah pemukiman warga RT 010/01

merupakan pemukiman penduduk yang berada di tempat dataran rendah tepat

di pinggir sungai Ciliwung. Hal ini tak menutup kemungkinan ketika air

Ciliwung meluap permukiman ini lebih rentan terkena banjir. Penduduk di

permukiman dekat bantaran Ciliwung biasanya dikenal dengan sebutan

“orang bawah/warga bawah”. Permukiman penduduk di daerah ini terbagi

menjadi dua permukiman yang berbeda yaitu warga atas dan warga bawah.

Warga atas salah satu RT 01/01 merupakan warga yang berada di dataran

S

U

N

G

A

I

C

I

L

I

W

U

N

G

g

Batas PTAQUA

RT.003/01

PT. AQUA

Page 10: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

57

lebih tinggi sedangkan warga bawah berada di dataran rendah tepat di pinggir

sungai Ciliwung yaitu permukiman warga RT 10/01 dan warga RT 10/03.

Penduduk di permukiman ini lebih rentan terkena banjir tahunan mulai

dari tahun 2002, 2007 dan 2013. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara

dengan bapak Amiruddin yang merupakan Ketua RW 01:

“untuk warga RT 010/01 itu memang berada di dataran rendah ya. Ada di bawah,

sepanjang kali sungai Ciliwung. Makannya warga RT 010 RW 1 sering kena banjir

ketimbang warga yang ada di atas. Saya masih ingat waktu tahun 2007 banjir

besar-besaran ampe nenggelemin kota Jakarta semuanya. Nah, penduduk disini

khususnya warga RT 10 hampir 90 % terendam sama banjir. Trus, tahun ini 2013 di

bulan januari besar-besaran banjir dateng lagi kan. Kalo di itung-itung banjir 5

tahunan ya dari 2007 dan 2013. Sebelumnya waktu tahun 2002 kita juga pernah

kebanjiran trus banjir besar lagi tahun 2007. Kita sudah mulai mengantisipasi untuk

tahun ini nih 2013. Padahal kita pun sudah berusaha untuk menjaga lingkungan

dengan berbagai kegiatan terutama menjaga kali Ciliwung dan warga sini masih

kebanjiran lagi. Memang warga sini gak jera dengan kebanjiran masih aja tetap

bertahan tinggal di sini”.2

Kekompakan, jalinan silahturahmi dan tingkat kepedulian Warga RT

010/01 dalam menjaga lingkungan cukup baik dan perlu tetap di pertahankan

dan di tingkatkan. Dalam kegiatannya di wilayah RT010/01 Rawajati

menfokuskan pada silahturahmi dan pertemuan rutin yang diadakan per

bulannya sehingga berbagai informasi yang berkembang baik di lingkungan

RW 01 maupun dari tingkat kelurahan dapat diinformasikan maupun dibahas

untuk perkembangannya. Adapun kegiatan-kegiatan di wilayah RT010/01

dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini:

2Hasil wawancara dengan Bapak Amirrudin, tanggal 26 Maret 2013, pukul 20.00 Wib

Page 11: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

58

Tabel 2.1

Bentuk Kegiatan di wilayah RT010/01

No KETERANGAN KEGIATAN

1 Kegiatan Rutin Arisan Warga RT 010/01 yang di hadiri oleh kaum

laki-laki setiap bulan di minggu pertama dan setiap bulannya pada tgl 6

yang dihadiri oleh kaum wanita.

2 Kegiatan Majelis Ta’lim yang diadakan 3x dlm seminggu di Mushollah

Al-Ikhlas dipimpin oleh Ketua Bpk. H. Ismawardi dan kegiatan Majelis

Ta’lim Kaum Ibu yang diadakan tiap minggu nya di Mushollah Al-

Ikhlas maupun di rumah masing-masing.

3 Kegiatan Sekolah Perempuan dimana kegiatan ini telah berlangsung

dari tahun 2002 dengan target untuk memberdayakan kaum perempuan

agat lebih kreatif dan inovatif didalam lingkungan rumah tangga

maupun lingkungan warga RT 010/01.

4 Kegiatan memperingati HUT RI melibatkan seluruh warga dan remaja

serta kegiatan memperingati hari-hari besar Islam setiap tahunnya.

5 Kegiatan membentuk Komunitas Gg. Pelangi melalui Facebook dengan

target untuk membina tali silahturahmi remaja di lingkungan RT010/01 Sumber: Laporan Pertanggung Jawaban RT010/01, 2009-2013

Kepedulian warga dalam menjaga lingkungan pun patut diapresiasi.

Salah satunya menjaga lingkungan terutama di bantaran sungai Ciliwung yang

selama ini sudah rutin dilakukan dengan mengadakan kerja bakti. Berikut

kutipan wawancara oleh Bapak Amiruddin selaku Tokoh Masyarakat sebagai

Ketua RW 01:

“warga selama ini sudah rutin mengadakan kerja bakti. Namun tetap di sepanjang

bantaran Kali Ciliwung banyak tumpukan sampah, khususnya sampah kiriman dari

kawasan lain. Akibat tumpukan sampah, Kali Ciliwung rentan sekali banjir di saat

hujan lebat maupun banjir kiriman dari Bogor”.3

Selain itu, bentuk kepedulian warga dalam menjaga lingkungan turut

serta dan berpartisipasi pada saat tahun Memperingati Hari Air Sedunia,

puluhan warga RW 01 Kelurahan Rawajati, Pancoran, melakukan aksi peduli

3Hasil wawancara dengan Bapak Amirrudin, tanggal 26 Maret 2013, pukul 20.00 Wib

Page 12: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

59

lingkungan dengan ramai-ramai memunguti sampah yang ada di sepanjang

bantaran Kali Ciliwung. Terkait peringatan Hari Air Sedunia 2012, warga

yang diikuti pula ibu-ibu rumah tangga sepakat untuk lebih intens dalam

memoles daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Kegiatan ini dihadiri Camat

Pancoran, Ketua TP-PKK Kecamatan Pancoran, Nunun Ainurrohmah

Mukhlisin, Lurah Rawajati, Sanwani, pengurus RT/RW dan tokoh

masyarakat. Sanwani mengatakan, “kepedulian warga RW 01 Kelurahan

Rawajati terhadap lingkungan, patut diapresiasi. Kalau bukan kita yang peduli

lingkungan, lantas siapa lagi?”ujarnya di hadapan puluhan warga RW 01 yang

usai kerja bakti dihibur musik dari Hamdan ATT.4

Gambar 2.7

Sungai Ciliwung Jln.Raya Kalibata Jakarta Selatan

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

4 http://www.poskotanews.com, diakses pada tanggal 24 April 2013, pukul 12.03 Wib

Page 13: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

60

Kondisi penduduk Warga Bawah RT010/01 cukup memprihatinkan

dibandingkan dengan Warga Atas. Secara ekonomi warga yang terletak di

pemukiman penduduk yang berada di dataran lebih tinggi (Warga Atas)

memiliki kondisi perekomonian yang beragam dari yang golongan ekonomi

atas hingga golongan ekonomi bawah. Hal lain yang dapat dilihat dari kondisi

ekonomi Warga Atas berbeda dengan kondisi ekonomi Warga Bawah salah

satunya yang tinggal di Wilayah RT010/01. Apabila dilihat dari bentuk

bangunan fisik terdapat rumah-rumah yang didiami Warga Atas adalah milik

mereka sendiri. Umumnya Warga Atas adalah orang Betawi asli yang

merupakan keturunan dari para tuan tanah di daerah itu. Ada beberapa pemilik

yang tidak tinggal di situ dan menyewakan rumahnya kepada pendatang.

Warga Atas rata-rata memiliki pekerjaan di sektor formal sebagai pegawai

swasta, PNS dan ada yang menjalankan usaha (wiraswasta atau pedagang).

Masyarakat Warga Bawah RT.010/01 yang tinggal di pemukiman

tepat di pinggir sungai Ciliwung memiliki kondisi perekonomian dari

golongan menengah hingga golongan bawah. Hal ini dapat dilihat dari bentuk

dan luas bangunan rumah yang ditempati. Rumah-rumah penduduk di lokasi

ini rata-rata berukuran 4x8 m2 dan sebagian besar masih merupakan rumah

kontrakan. Pada umumnya, bahan bangunannya ialah kayu, triplek, atap seng

dan sebagian lain tembok batako. Rumah-rumah tersebut biasanya terdiri dari

dua kamar yang berfungsi sebagai ruang tamu, kamar tidur dan dapur. Adapun

kondisi permukiman warga RT010/01 dapat dilihat gambar di bawah ini.

Page 14: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

61

Gambar 2.8

Kondisi Rumah di Wilayah RT010/01

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

Gambar di atas menampakkan kondisi fisik rumah di wilayah

RT010/01. Umumnya warga yang tinggal di daerah ini merupakan warga

pendatang yang berasal dari berbagai daerah seperti dari Tegal, Cirebon,

Kebumen, Bumiayu, Bandung, Sukabumi bahkan dari wilayah Jakarta

lainnya. Berdasarkan data dari laporan pertanggung jawaban pengurus Rukun

Tetangga 010 Rukun Warga 01 Periode 2009-2013. Jumlah penduduk Rukun

Tetangga 010/01 sebanyak 77 (Tujuh Puluh Tujuh) KK (298 Jiwa), terdiri dari

penduduk pria 146 jiwa dan penduduk wanita 152 jiwa. Sedangkan penduduk

pendatang tidak tetap atau pengontrak (KK diluar RT.010 yang berdomisili di

RT010/01 sebanyak 20 KK (89 Jiwa), terbagi menjadi penduduk pria 63 jiwa

dan penduduk wanita 26 jiwa.

Mayoritas mereka memiliki mata pencaharian dibidang informal

seperti pedagang, membuka usaha warung di rumah, buruh bahkan supir

angkutan. Selain itu, kondisi para wanita (istri atau Ibu rumah tangga) di

Page 15: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

62

wilayah ini memiliki beban ganda selain menjadi Ibu rumah tangga yang turut

andil dalam mencari nafkah. Sebagian besar mereka memiliki pekerjaan

sebagai buruh cuci, pembantu rumah tangga dan membantu suami untuk

berdagang. Hal ini di lakukan guna membantu perekonomian keluarga dan

mencukupi kebutuhan mereka. Kondisi seperti ini lah yang di rasakan oleh

para perempuan Ibu rumah tangga di wilayah ini.

Gambar 2.9

Kondisi Lingkungan di Wilayah RT010/01

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013

Gambar di atas menggambarkan kondisi lingkungan warga RT010/01.

Sarana publik di wilayah ini sangat terbatas dikarenakan padatnya rumah

penduduk yang sangat berdempet-dempetan sehingga ruang gerak masyarakat

pun terbatas. Oleh karena itu, warga memanfaatkan lahan/tanah kosong dekat

pinggir sungai Ciliwung yang dijadikan sebagai arena social untuk bersantai

ria, tempat pertemuan kegiatan warga bahkan ada warga yang memanfaatkan

lahan tersebut untuk lahan usaha yang dijadikan sebagai tempat pemancingan

Page 16: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

63

ikan buatan sehingga banyak sekali orang-orang dari luar pun menggunjungi

pemancingan ini. Gambar nomor 1 dan 2 menggambarkan kondisi tersebut.

Lahan usaha tempat pemancingan ini merupakan milik salah satu warga dari

RT 010/01 yang berlokasi tepat di samping Mushollah Al-Ikhlas yang terlihat

pada bangunan berwarna hijau adalah Mushollah Al-Ikhlas satu-satunya

tempat ibadah bagi beragama Islam dan di belakang Mushollah tersebut

merupakan lahan kosong yang digunakan tempat sekolah perempuan

Ciliwung. Sedangkan pada gambar 3 dan 4 merupakan kondisi Gang– gang

wilayah ini yang sangat sempit diperkirakan jarak antar rumah dan gang hanya satu

langkah kaki orang dewasa. Hal ini pula dapat diperjelas mengenai kondisi

permukiman wilayah RT010/01 untuk kategori jenis bangunan di wilayah ini dari

segala jenis klasifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Jenis Bangunan di wilayah RT010/01

No Jenis Bangunan Permanen Kontrakan

1 Tempat Ibadah 1

2 Tempat Tinggal 50 32

3 Tempat Usaha 4 6 Sumber: Laporan Pertanggung Jawaban RT010/01 2009-2013

Berdasarkan tabel 2.2 memperlihatkan bahwa jenis bangunan yang ada

di wilayah RT010/01 memiliki tempat ibadah berjumlah 1 yaitu Musholah Al-

Ikhlas. Mayoritas warga RT010/01 Kelurahan Rawajati memeluk agama

Islam sebanyak 94,62% dan yang lainnya memeluk agama Kristen Katholik

Page 17: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

64

sebanyak 5,38%.5 Berdasarkan data ini terlihat bahwa mayoritas warga

RT010/01 adalah agama Islam, hal itu tampak dari jumlah persentase yang

lebih besar dari agama lainnya. Biarpun terdapat masyarakat non muslim di

wilayah ini, warga sekitar tetap menjaga tali silaturahim dan menghargai

keyakinan setiap pemeluk agama. Selanjutnya, jumlah tempat tinggal di

wilayah ini berjumlah 50 permanen dan 32 kontrakan. Dan yang terakhir

adalah tempat usaha yang berbentuk permanen berjumlah 4 dan kontrakan

berjumlah 6.

2.4 Sekilas Tentang Profil LSM Kapal Perempuan Sebagai Inisiator

Berdirinya Sekolah Perempuan Ciliwung

Institut Kapal Perempuan berdiri pada tanggal 8 Maret 2000 sebagai

tanggapan terhadap perubaan-perubahan politik dan ekonomi yang terjadi

pada masa reformasi oleh aktivis-aktivis perempuan. Lembaga Swadaya

Masyarakat ini berada di Jl. Kalibata Utara I No. 18 Jakarta Selatan. Kapal

Perempuan menjadi wadah bagi para aktivisnya yang bertujuan untuk

membangun gerakan perempuan dan sosial yang mampu mewujudkan

keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender serta perdamaian di ranah

publik dan privat dengan mengembangkan cara berpikir kritis di kalangan

masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan perempuan yang merupakan

mayoritas tetapi masih tertinggal dalam segala aspek kehidupan.

5Laporan Pertanggung Jawaban RT010/01 2009-2013

Page 18: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

65

Kapal Perempuan memiliki visinya yaitu masyarakat sipil, khususnya

gerakan perempuan yang kritis dan aktif untuk mempercepat terciptanya

masyarakat yang memiliki daya pikir kritis, berkeadilan sosial, berkeadilan

gender, demokratis dan prularis. Sedangkan misinya yaitu mengembangkan

kesadaran kritis di kalangan masyarakat khususnya perempuan melalui

penyelenggaraan pendidikan alternatif. Kapal Perempuan telah

mengembangkan penyelenggaraan pendidikan alternatif di berbagai wilayah

di Indonesia; mengorganisir kelompok perempuan akar rumput, baik di

perkotaan meupun pedesaan, mengadvokasikan kebijakan-kebijakan yang

berpihak pada perempuan dan rakyat miskin, serta kebijakan yang berspektif

pluralisme. Untuk itu, Kapal Perempuan melakukan empat kegiatan

utamanya, yaitu sebagai berikut;

Pertama, mengembangkan orientasi pendidikan alternatif melalui

kegiatan diskusi, publikasi, perpustakaan dan penelitian. Kedua,

mengembangkan masyarakat sipil yang kuat dan berspektif keadilan gender

melalui pendidikan feminis dengan training-training dan Pendidikan Adil

Gender (PAG) untuk perempuan marginal. Ketiga, adokasi memperjuangkan

kebijakan pro rakyat dan perempuan dengan perspektif keadilan gender dan

pluralisme melalui kegiatan advokasi yaitu advokasi pluralisme, advokasi

pendidikan, advokasi Millenium Development Goal (MDGs), advokasi terkait

isu perempuan, advokasi audit gender untuk program pengurangan

kemiskinan, terutama untuk program yang berkaitan dengan keaksaraan

Page 19: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

66

perempuan dan kesehatan reproduksi. Keempat, pengembangan pusat

pendidikan alternatif melalui pengembangan dan penguatan kapasitas yang

dilakukan dengan menfasilitasi perencanaan dan strategi organisasi,

memperkuat pengembangan konsep, metodologi, dan perspektif keadilan

gender dalam merancang dan melaksanakan program. Serta mengembangkan

jaringan di tingkat lokal, nasional dan regional.

2.5 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung

2.5.1 Latar Belakang Berdirinya Sekolah Perempuan Ciliwung

Sekolah Perempuan Ciliwung yang disingkat dengan SPC merupakan

wadah bagi para perempuan 7untuk belajar bersama memahami masalah-

masalah yang dihadapinya dan mencari solusi pemecahannya. SPC

mengembangkan kegiatan pendidikan kritis serta keahlian hidup untuk para

perempuan yang bertempat di bantaran sungai Ciliwung. Proses terbentuk

SPC atas insiasi salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang concern

dengan isu pendidikan perempuan ialah Kapal Perempuan (Lingkar

Pendidikan Alternatif untuk perempuan). Kapal Perempuan menerapkan

pendidikan untuk perempuan di masyarakat terpinggir dan para perempuan

ibu rumah tangga sebagai upaya pemberdayaan perempuan. SPC salah satu

pilot project dalam pengembangan pendidikan ini untuk para perempuan ibu

rumah tangga yang tinggal di Gang Pelangi tepatnya berada di wilayah

Page 20: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

67

RT010/01 Kelurahan Rawajati Jakarta Selatan yang bertempat di bantaran

pinggir Sungai Ciliwung.

Pada awalnya, tim KAPAL Perempuan melakukan survey ke-7

wilayah miskin kota di Jakarta dan melakukan study terhadap ke-7 wilayah

tersebut untuk mendapatkan informasi dan data awal situasi setiap lokasi. Dari

hasil tersebut akhirnya ditemukan 2 wilayah yang dapat diorganisir sebagai

pilot project pengembagan pendidikan untuk perempuan marginal di miskin

kota, dimana salah satu wilayah itu adalah Gang Pelangi, Kelurahan Rawajati.

Untuk dapat masuk ke Gang Pelangi sebagai komunitas baru, dibutuhkan

berbagai prosedur yang harus dilalui seperti ijin RT setempat.

Tim KAPAL Perempuan melakukan sebuah proses perjuangan yang

cukup panjang untuk dapat masuk ke wilayah ini. Selama kurang lebih satu

bulan survey dan setiap hari berkunjung ke wilayah tersebut untuk melihat

situasi dan kondisi masyarakat serta membangun kepercayaan dengan

masyarakat sekitar. Sejak saat itu juga, awal pendekatan dengan warga serta

aparat setempat pun terjalin. Tim KAPAL Perempuan dapat mengetahui

langsung dan lebih dalam mengenai persoalan-persoalan masyarakat

umumnya serta persoalan perempuan khususnya, sambil memetakan

kemungkinan pengembangan kegiatan khususnya terhadap perempuan di

wilayah ini. Bahwa ditemukan cukup banyak permasalahan yang terkait

dengan perempuan diantaranya adalah tingkat pendidikan masyarakat

khususnya perempuan hanya tamatan SD bahkan banyak juga tidak sekolah

Page 21: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

68

sama sekali yaitu sekitar 80%, dan hanya sedikit yang melanjutkan ke SMP

dan SMA/SPG.6

Selain masalah pendidikan, perempuan komunitas Ciliwung memiliki

persoalan beban ganda. Selain mencari nafkah, mereka juga bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan

suami. Oleh karena itu, sebagian besar dari mereka juga bekerja di luar rumah

selain sebagai ibu rumah tangga sebagai pekerjaan utama mereka. Jenis-jenis

pekerjaan mereka antara lain menjadi buruh cuci pakaian, pedagang makanan,

pedagang sayuran, pedagang jamu, penjual es keliling, membuka warung

sembako, tukang kredit pakaian, tukang sapu taman, dan pembuat pakaian

dalam perempuan dengan penghasilan beragam antara 150-500 ribu per

bulannya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,

karena pendapatan suami tidak cukup terutama mereka yang berstatus janda.

Masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) berupa kekerasan

fisik dan psikis seperti pemukulan yang dilakukan oleh suami-suami mereka

pun kerap terjadi. Ini lah situasi dan kondisi yang di hadapi oleh para

perempuan ibu rumah tangga di wilayah ini. Perjuangan pun belum berhenti

sampai disini, setelah proses secara intensif selama satu bulan. Tim KAPAL

Perempuan yang ketika itu diwakili oleh Veronica Indriani yang biasa disapa

“Mba Indri” dan Mba Lily Pulu selaku staff KAPAL menyewa rumah

kontrakan untuk tinggal sementara dilokasi tersebut agar tim KAPAL

6 Profil Sekolah Perempuan Ciliwung., h.1

Page 22: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

69

Perempuan benar-benar dapat melebur diri ke dalam kehidupan masyarakat

guna mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan dapat memperoleh peta

yang akurat tentang situasi dan kondisi kebutuhan perempuan terutama akan

kebutuhan pendidikan.

Kurang lebih selama lima sampai tujuh bulan hidup bermasyarakat

dan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan

oleh masyarakat sangat membuah hasil yang maksimal. Proses pendidikan

pun berjalan, sehingga terbentuklah Sekolah Perempuan Ciliwung (SPC) pada

bulan Oktober 2003. Berikut kutipan wawancara dengan salah satu aktivis

KAPAL Perempuan yang terjun langsung ke lokasi tersebut:

“berdirinya sekolah perempuan Ciliwung diawali dari tim kami KAPAL Perempuan

melakukan survey ke beberapa wilayah marginal yang secara tempat,ekonomi,

informasi dll di sekitar Jakarta hingga akhirnya dipilihlah lokasi yang paling ideal

untuk project kami. Hanya ada 2 lokasi yang menerima yaitu di Klender dan

Ciliwung.Ya, kami sampai tinggal di wilayah ini menyewa rumah kontrakan kurang

lebih 5 s/d 7 bulan. Proses ini kami lakukan supaya kami bisa lebih dekat dengan

masyarakat dan mendapatkan kepercayaan dari mereka. Tidak mungkin kan mba,

kalau kita ingin membentuk komunitas secara mendadak tiba-tiba. Padahal kita

orang luar, semua butuh proses. Inilah yang kami dapat lakukan. Proses ini yang

disebut metode live in yaitu tinggal bersama melebur diri ke dalam kehidupan

sehari-hari mereka. Kami mengikuti seluruh kegiatan; kegiatan senam ibu-ibu setiap

minggu, ikut berpartisipasi 17Agustusan, pengajian dan pertemuan yang lainnya.”7

Berdasarkan pemaparan wawancara di atas, LSM KAPAL Perempuan

merupakan penggerak berdirinya sekolah perempuan Ciliwung. Mba Indri

perwakilan dari aktivis KAPAL Perempuan yang terjun langsung ke wilayah

tersebut melakukan sebuah proses panjang yang secara intensif berada di

lingkungan masyarakat. Alhasil Tim KAPAL Perempuan mampu mendirikan

7 Hasil wawancara dengan Ibu Veronica Indri, pada tanggal 26 Maret, pukul 10.00 Wib

Page 23: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

70

sebuah sekolah perempuan Ciliwung. Berikut kutipan wawancara peserta

yang bergabung dalam SPC yang sangat menyambut didirikannya SPC yaitu

Ibu. Musriah selaku Ketua SPC:

“ibu mengikuti sekolah ini dari awal berdirinya SPC 2003 sampai sekarang ini.

Awal mulanya sore hari biasa ya ibu-ibu disini selesai semua kerjaan di rumah kita

pada duduk-duduk santai. Waktu itu di depan rumah tetangga saya. Tiba-tiba

datang ibu-ibu, satu orang sih kenalan namanya ibu Indri. Singkat cerita ngobrol-

ngobrol panjang lebar. Ibu Indri ngajakin kita pada mau kumpul gak? nah, saya

tanya „kalo ngumpul-ngumpul kan harus ada tujuannya mau ngapain‟. Tapi kata bu

Indri „ya kumpul aja dulu nanti baru tau‟. Setelah beberapa kali pertemuan ternyata

mereka mengajak kita belajar seperti sekolah aja tapi ini muridnya ibu-ibu rumah

tangga. Tempatnya di rumah kontrakan bu Indri di RW 03 sana pinggir Kali agak

jauh kesanaan”.8

Tantangan dan hambatan mendirikan sekolah ini pun dirasakan oleh

tim KAPAL Perempuan dan para peserta belajar ibu-ibu rumah tangga.

Tantangan yang paling berat adalah isu yang menyebar dan sempat

menganggu aktivitas belajar mengajar. Akan tetapi isu ini tidak berlangsung

lama, karena Sekolah Perempuan Ciliwung ada memang benar-benar untuk

pendidikan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan Ibu Veronica

Indri dari Tim KAPAL Perempuan:

“Tantangan sekolah perempuan Ciliwung ini memang berat. Isu yang menyebar

KAPAL Perempuan dianggap menyebarkan agama tertentu ke para anggota peserta

belajar. Para tokoh masyarakat pernah mengkritik keberadaan berdirinya sekolah

Perempuan ini tanpa pernah melihat, mengetahui dan memahami segala kegiatan

yang dilakukan sekolah perempuan Ciliwung dan hanya berlandaskan kecurigaan

semata”.9

8 Hasil wawancara dengan Ibu Musriah, tanggal 23 Maret 2013, pukul 10.00 Wib

9 Hasil wawancara dengan Ibu Veronica Indri, tanggal 26 Maret 2013, pukul 10.00 Wib

Page 24: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

71

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Kusniah yang merupakan

peserta belajar sekolah perempuan Ciliwung selaku ketua sekolah ini periode

pertama awal berdirinya SPC tahun 2003.

“memang susah dipadang masyarakat, isu katanya mau ada penyebaran agama

lain, banyak orang yang bicara begitu. Tapi mereka tidak berani bicara langsung ke

ibu-ibu dan pengurus. Untungnya isu ini tidak berlanjut lama karena yang kita

lakukan benar-benar belajar untuk pendidikan. Kita disini berjuang loh mba untuk

SPC dari tahun 2003 sampai sekarang ini. Jadi jika ada yang menuduh macam-

macam kita sanggup menghadapinya dan sampai sekarang Alhamdulillah tidak ada

yang menentang kita. Apa yang kita lakukan pun diketahui RT, RW, Kelurahan

bahkan Kecamatan”.10

Berdasarkan pemaparan wawancara di atas, keberadaan SPC di

lingkungan masyarakat sekitar memang mengundang banyak perhatian.

Selain, masalah isu agama yang menyebar. Pandangan masyarakat sekitar

masih banyak yang menganggap kalau sudah tua tidak perlu sekolah lagi

ngapain, hanya membuang waktu saja. Ibu-ibu itu kerjaannya di dapur dan

mengurusi suami dan anak-anak.

Upaya untuk terus mempertahankan sekolah dan beraktivitas tidak

hanya mendapat reaksi dan tantangan dari faktor eksternal pihak luar.

Hambatan internal yang selalu menjadi pertimbangan ibu-ibu untuk mengikuti

sekolah ini biasanya datang dari para suami. Tidak semua suami mau

memberi ijin istrinya karena persoalan-persoalan domestik, seperti takut

pekerjaan rumah tangga tidak terurus, anaknya terlantar atau tidak bisa

meladeni suami. Selain itu, para suami mulai angkat bicara dikarenakan

10

Hasil wawancara dengan Ibu Kusniah, tanggal 19 April 2013, pukul 11.00 Wib

Page 25: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

72

desas-desus isu yang sudah menyebar kekhawatiran menyelimuti di beberapa

keluarga para peserta belajar. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Ibu

Mistinah peserta belajar SPC:

“Suami saya awalnya melarang dan ngomel-ngomelin ibu. Dia bilang „ngapain ikut

ngumpul-ngumpul? katanya begitu. Saya jelasin „ini katanya mau diajarin belajar

soal gender, kesehatan reproduksi dan lain-lain‟. Terus suami saya bantah „apaan

itu artinya? yang ngajarin kan orang Kristen‟. Mungkin karna pengaruh dari luar

ya mba. Tapi saya bilang sama suami saya „meskipun yang ngajarin beda sama kita.

Kita ambil baiknya dan kalo ada yang jelek gak usah diikutin. Alhamdulillah suami

ibu mendukung karna terbukti kita disini tuh belajar dan para ibu-ibu disini jadi

pinter-pinter dan berbagai kegiatan positif kita sudah buktikan kepada

masyarakat”.11

2.5.2 Struktur Kepengurusan Sekolah Perempuan Ciliwung

Setelah terbentuknya sekolah perempuan Ciliwung, sekolah ini

memiliki perangkat pengorganisasian yang cukup memadai. Perangkat

pengorganisasian sekolah ini merupakan dasar pengembangan keorganisasian

sekolah yaitu visi, misi prinsip-prinsip, mekanisme kerja organisasi, program

dan kepengurusan.12

Di atas semua itu diharapkan sekolah perempuan

Ciliwung dapat menjadi komunitas ibu-ibu untuk melakukan kegiatan

bersama dan mempertinggi daya tawar mereka di komunitas.

Kepengurusan sekolah perempuan Ciliwung sudah dilakukan 2 kali

pergantian pengurus yaitu periode awal 2003 dan periode kedua 2008 yang

bertahan hingga sekarang ini 2013. Kepengurusan yang ada sekarang

merupakan hasil pemilihan tahun 2008 setelah pengurusan periode awal

11

Hasil wawancara dengan Ibu Mistinah, tanggal 19 April 2013, pukul 13.00 Wib 12

Profil Sekolah Perempuan Ciliwung.,h.1.

Page 26: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

73

diganti karena berakhirnya jabatan mereka. Berikut kutipan wawancara

dengan Ibu Musriah yang terpilih sebagai ketua SPC periode kedua:

“pergantian kepengurusan ini dilakukan supaya kita bisa saling merasakan

bagaimana sih jadi pengurus. Awalnya kita kurang mengerti pengurus itu tugas nya

seperti apa. Tapi, kita jadi tahu tugas pengurus karna dari KAPAL Perempuan yang

memberi ilmu untuk kita. Kepengurusan dipilih oleh semua anggota SPC mba

caranya itu bermusyawarah, karena kita kalau ada apa-apa selalu di rembukin

bersama-sama”.13

Berdasarkan pemaparan wawancara di atas, pengurus sekolah dipilih

secara musyawarah oleh seluruh anggota dengan terlebih dahulu menyepakati

kriterianya secara bersama-bersama. Pengurus ini merupakan orang-orang

yang diberi mandat oleh organisasi untuk mengelola organisasi dan secara

khusus menjalankan program. Oleh karena itu pengurus yang dibentuk adalah

untuk merespon kebutuhan dan tujuan pendirian sekolah ini.

KAPAL Perempuan telah memberikan pelatihan-pelatihan atau

semacam training yang diselenggarakan oleh KAPAL Perempuan khusus

untuk para pengurus sekolah perempuan Ciliwung. Hal ini dimaksudkan, agar

mereka dapat mandiri untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran di sekolah

seperti mengajarkan materi-materi kepada para peserta belajar sehingga dalam

setiap pembelajaran tidak lagi mengandalkan fasilitator dari KAPAL

Perempuan. KAPAL Perempuan hanya berperan sebagai pembimbing dalam

kegiatan yang mereka lakukan. Sehingga diharapkan, tanpa kehadiran dari

pihak KAPAL Perempuan proses belajar akan terus berjalan.

13

Hasil wawancara dengan Ibu Musriah, tanggal 26 Maret 2013, pukul 10.00 Wib

Page 27: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

74

Bagan 2.1

Struktur Kepengurusan Sekolah Perempuan Ciliwung

Sumber : Struktur Kepengurusan Sekolah Perempuan Ciliwung, 2013

Pada bagan 2.1 menunjukkan susunan dari kepengurusan sekolah

perempuan Ciliwung setelah mengalami 2 periode pergantian pengurus.

Struktur kepengurusan saat ini terdiri dari pendiri/pembina (KAPAL

Perempuan), pengurus SPC yaitu ketua (Ibu Musriah), sekretaris (Ibu Retno),

bendahara (Ibu Kusniah) dan koordinator bidang terbagi menjadi 2 yaitu

koordinator pendidikan (Ibu Nurjana) dan koordinator simpan pinjam (Ibu

Jumiati).

PENDIRI /PEMBINA

(KAPAL Perempuan)

PENGURUS

KETUA

Ibu Musriah

SEKRETARIS

Ibu Retno

BENDAHARA

Ibu Kusniah KOORDINATOR

BIDANG

PENDIDIKAN

Ibu Nurjana

SIMPAN PINJAM

Ibu Jumiati

Page 28: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

75

2.5.3 Dinamika Perkembangan Peserta Belajar

Proses untuk menjadi peserta sekolah perempuan Ciliwung terlebih

dahulu dipilih dengan mengindetifikasi calon-calon peserta sekolah dengan

mendata perempuan-perempuan yang potensial menjadi peserta. Identifikasi

peserta ini dilakukan berdasarkan pada beberapa kriteria, yaitu (1). Perempuan

tersebut termasuk kelompok yang diindikasikan dengan tingkat

pendidikannya rendah dan buta huruf. (2). Tidak memiliki akses ekonomi. (3).

Tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan baik ditingkat keluarga

maupun komunitas secara umum. Seluruh peserta sekolah perempuan

Ciliwung adalah terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, dengan kisaran usia antara

30 tahun hingga 70 tahun dan rata-rata memiliki anak 1-6 orang.

Tingkat pendidikan mereka sebatas hanya berpendidikan SD, SMP

bahkan tidak pernah sekolah. Sebagian kecil lainnya di tingkat pendidikan

sampai SMA/SPG. Selain sebagai ibu rumah tangga, sebagian besar dari

mereka melakukan pekerjaan atau bekerja sambilan agar dapat memenuhi

kebutuhan rumah tangganya, karena pendapatan suami yang tidak cukup dan

terutama mereka yang berstatus janda. Seperti sebagai buruh cuci, pembantu

rumah tangga (PRT), pedagang, buruh, dan lain-lain. Posisi mereka pun

sangat lemah sering kali mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Oleh karena itu, kehadiran sekolah perempuan Ciliwung ini merupakan

sekolah pemberdayaan perempuan yang diharapkan dapat menjadi salah satu

solusi tepat untuk mampu menjawab berbagai persoalan yang mereka hadapi

Page 29: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

76

tersebut. Berikut pemaparan data yang menggambarkan kondisi peserta

belajar ibu-ibu rumah tangga berdasarkan kategori perbandingan umur,

tingkat pendidikan serta pekerjaan dengan mengambil 10 perwakilan dari

peserta belajar berdasarkan kategori tersebut.

Tabel 2.3

Karakteristik Peserta Sekolah Perempuan Ciliwung

No Nama Tempat/ Tgl

Lahir

Pendidikan

Terakhir Pekerjaan

1 A.Mamiek S Tegal, 3 Agustus

1939 SMA

Pensiunan

DKI

2 Rodemeh Matraman,15 Juli

1950

Tidak

sekolah

Menyapu

taman

3 Yatinah Tegal,16

November 1965

Tidak

sekolah

Pengasuh

anak

4 Salmah (Cangme) Jakarta,5 Agustus

1951

Tidak

sekolah

Menyapu

taman

5 Rumini Lumajang,3

Maret 1947

Tidak

sekolah

Pedagang

6 Yunarsi Jakarta, 4 Mei

1971

SD Kls 2 Ibu rumah

tangga

7 Musriah Bumiayu,4

September 1969

SD Wiraswasta

8 Mistinah Lumajang,29 Mei

1969

SMP Ibu rumah

tangga

9 Nurjanah Jakarta,25

Desember 1960

SPG Buruh cuci

10 Anera (Mira) Jakarta,12

Febuari 1985

SMA Ibu rumah

tangga Sumber: Data Profil Sekolah Perempuan Ciliwung, 2013

Berdasarkan pemaparan data di atas, 10 perwakilan dari peserta belajar

sekolah perempuan Ciliwung merupakan kalangan ibu-ibu rumah tangga,

kisaran usia antara 30 tahun hingga 70 tahun dengan kelahiran muda tahun

1985 hingga kelahiran tahun 1939 paling tertua. 6 dari 10 peserta belajar

memiliki pekerjaan selain menjadi ibu rumah tangga. Selain itu, pendidikan

Page 30: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

77

terakhir yang mereka dapatkan bervariasi mulai dari yang tidak pernah

bersekolah, tamatan SD, SMP hingga tamatan SMA/SPG dan diantara mereka

ada yang mengalami kondisi buta aksara (tidak bisa baca tulis) terutama bagi

yang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Untuk ibu-ibu yang

mengalami buta aksara di sekolah perempuan Ciliwung berjumlah lebih dari

10 orang namun peneliti hanya mengambil perwakilan yang dijadikan

sampling dalam pemaparan data tersebut.

Dinamika perkembangan peserta belajar sekolah perempuan Ciliwung

setiap tahunnya selalu mengalami perubahan. Hal ini, dikarenakan banyak

dari mereka yang harus mencuri-curi waktu untuk belajar di tengah kesibukan

mereka mengurus anak ataupun karena tuntutan mereka untuk menambah

penghasilan. Sehingga hal ini terkadang menimbulkan kebimbangan dihati

mereka antara keinginan untuk tetap dan ingin selalu untuk belajar, juga di

lain sisi mereka tetap harus membantu mencari nafkah untuk mencukupi

kebutuhan mereka.

Tabel 2.4

Jumlah Peserta Sekolah Perempuan Ciliwung

No Tahun Jumlah Peserta

1 2003-2005 39 orang

2 2006-2007 100 orang

3 2008-2013 53 orang Sumber: Data Profil Sekolah Perempuan Ciliwung, 2013

Pada tahun 2003-2005 peserta sekolah perempuan Ciliwung berjumlah

39 orang. Pada awalnya berjumlah 28 orang, terbagi menjadi 2 kelompok

belajar yaitu kelompok Mawar sebanyak 14 orang dan kelompok Melati 14

Page 31: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

78

orang. Pada perkembangannya jumlah anggota bertambah 11 orang sehingga

menjadi 39 orang. Memang dalam perjalanannya sempat terjadi penaikan

peserta belajar mencapai 100 orang pada tahun 2006-2007. Di awal tahun

2008 mengalami penurunan berjumlah 53 orang sampai dengan tahun 2013.

Akan tetapi jumlah peserta ini, tidaklah dapat dikategorikan sebagai peserta

aktif. Karena kadang hanya sekikat 20-30 orang saja yang aktif mengikuti

pembelajaran di sekolah.

Memang tidaklah mudah untuk mengumpulkan semua peserta untuk

dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan situasi dan kondisi yang dihadapi

oleh ibu-ibu peserta belajar sekolah ini. Namun, semua itu tidak mengurangi

semangat ibu-ibu peserta sekolah ini untuk terus belajar dan maju. Antusias

mereka terbukti ketika keikutsertakan dalam kegiatan sekolah. Mereka dengan

semangat nya ikut serta dan turut berpartisipasi. Berikut kutipan wawancara

dengan Ibu. Retno selaku sekretaris SPC:

“Awalnya banyak loh mba, rame banget. Tapi semakin kesini, semakin berkurang.

Mungkin pada sibuk kali yah, selain itu ada juga yang pindah rumah. Jadinya kita

jarang berkumpul lagi. Tapi kalau ada undangan kegiatan dari KAPAL Perempuan

seperti seminar & partisipasi demo. Kita antusias sekali mba kalo diajakin pada

mau ikut. Apalagi yang nenek-nenek pada semangat banget deh buat ikut-ikutan

walaupun mereka gak ngerti yah apa yang diomongin..heh ”14

Berdasarkan hasil kutipan wawancara dengan Ibu. Retno. Antusias para

peserta belajar ibu rumah tangga dalam mengikuti kegiatan sekolah. Mereka

buktikan dengan keikutsertaan mereka diberbagai kegiatan sekolah seperti

mengikuti seminar dan partisipasi demonstrasi.

14

Hasil wawancara dengan Ibu Retno, tanggal 19 April 2013, pukul 16.00 Wib

Page 32: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

79

2.5.4 Kondisi Fisik Sekolah

Sebagai sebuah sekolah, memang tidak mudah menemukan sekolah

ini. Sekolah ini bukan seperti umumnya sekolah yang berseragam, bersepatu,

membawa tas dan masuk kelas. Bahkan ia tidak ada secara fisik seperti papan

petunjuk sekolah apalagi bangunan gedung. Itu lah sekolah perempuan

Ciliwung, sebuah sekolah alternatif yang dikelola oleh para ibu-ibu yang

berada di lingkungan masyarakat Ciliwung.

Sebelumnya pada awal mula berdiri sekolah ini memang bertempat

pada rumah yang disewakan oleh KAPAL Perempuan. Dengan mengontrak

sebuah rumah seharga Rp 8 juta/tahun untuk mendapatkan ruangan yang

cukup layak dan tenang untuk proses kegiatan belajar-mengajar. Seiring

berjalannya waktu selama kurang lebih 1 tahun karena sudah habis kontrakan

dan tidak ada dana untuk melanjutkan. Sekolah ini dipindahkan dan

menempati lorong yang sempit di depan rumah warga. Tepatnya di depan

rumah Ibu Kusniah yang waktu itu menjabat sebagai ketua SPC yang hanya

bisa dilewati oleh para pejalan kaki saja. Berikut kutipan wawancara dengan

ibu Kusniah:

“…iya sebelumnya kita punya tempat mbak. Waktu itu disewain sama KAPAL. Tapi,

pas setahun udah habis kontraknya, karna nggak punya dana lagi. Jadinya pindah

ke rumah saya, belajarnya itu di luar mbak depan rumah karna kalau di dalam tidak

cukup. Ya seadanya cuma gelar tikar aja”.15

15

Hasil wawancara dengan Ibu Kusniah, tanggal 19 April 2013, pukul 11.00 Wib

Page 33: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

80

Gambar 2.10

Fisik Sekolah Perempuan Ciliwung tahun 2003 dan 2008

Sumber: Dokumentasi Sekolah Perempuan Ciliwung

Berdasarkan gambar 2.10 merupakan dokumentasi yang

menggambarkan keadaan secara fisik sekolah perempuan Ciliwung pada

tahun 2003 dan 2008. Pada gambar nomor 1 merupakan tempat pertama

sekolah ini melakukan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang berlokasi di

RW 03 Kelurahan Rawajati dengan menyewa rumah kontrakan selama 1

tahun. Terlihat pada gambar di atas kumpulan para ibu-ibu yang sedang duduk

berlesehan hanya bermodal tikar dan pusat perhatian mereka tertuju kedepan

memperhatikan satu orang ibu yang sedang berdiri. Ruangan pun cukup luas

untuk beberapa orang yang berada di dalam rumah. Selain rumah ini dijadikan

tempat untuk sekolah perempuan Ciliwung. Rumah ini merupakan rumah

tinggal dari tim fasilitator KAPAL Perempuan.

Gambar nomor 2 merupakan tempat kedua yang berada di salah satu

lorong gang yang agak panjang. Di tengah-tengah lorong gang itulah, ibu

Kusniah tinggal bersama keluarganya. Rumah ibu Kusniah untuk sementara

Page 34: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

81

menjadi tempat persinggahan siapapun yang datang berkunjung ke sekolah

perempuan Ciliwung. Tepat di lorong gang depan rumah ibu Kusniah semua

peserta sekolah perempuan Ciliwung berkumpul dan berbincang. Tetapi

sekolah ini hanya ada ketika alas tikar digelar dimana kegiatan sekolah

dilakukan di lorong gang tersebut dan akan kembali seperti semula ketika

sekolah itu usai.

Tempat ketiga setelah lorong gang depan rumah ibu Kusniah yang

menjadi tempat sementara. Untuk proses pembelajaran sekolah perempuan

saat ini bertempat di sebuah lahan kosong belakang Mushollah Al-Ikhlas

tepatnya di pinggir bantaran sungai Ciliwung wilayah RT010/01. Sarana

sekolah apa adanya tanpa ditutupi oleh bangunan atap dan tanah yang becek

apabila sehabis hujan. Mereka hanya menggelar tikar dan terpal sebagai

tempat duduk lesehan peserta belajar sekolah. Sebuah papan tulis dan

metaplen biasanya disandarkan di sebuah pohon atau guna fasilitator menulis

hal-hal yang penting dan pada saat presentasi diskusi kelompok belajar.

Gambar 2.11

Sekolah di Pinggir Bantaran Sungai Ciliwung

Sumber: Dokumentasi Sekolah Perempuan Ciliwung

Page 35: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

82

Menarik dan uniknya ketika proses pembelajaran berlangsung dan

tiba-tiba turun hujan. Maka, seketika saat itu pula peserta bubar. Biasanya

mereka terburu-buru untuk berteduh dan terkadang kembali ke rumah karena

kepikiran pakaian yang mereka jemur belum diangkat. Berikut kutipan

wawancara dengan Ibu Rusiah sebagai peserta belajar sekolah perempuan

Ciliwung:

“…, karena kita engga punya tempat. Dulu si sempet ngontrak tapi udah abis. Kita

pindah ke lorong-lorong rumah sama di pinggir Kali sana bawah. nggak jadi

masalah tempatnya sih. Tapi lucu nya mba kalau hujan ni mbak, yah kita misbar

dah (gerimis bubar) pada terbirit lari-larian kepikiran jemuran dirumah. Ya,

namanya juga emak-emak.(sambil tertawa) hee”.16

Apa yang sudah disampaikan oleh ibu Rusiah menegaskan bahwa semangat

keinginan pintar dan punya kemauan maju mereka buktikan walaupun

persoalan tempat dimana saja tidak menjadi masalah. Yang terpenting bagi

mereka ialah semangat dan punya kemauan untuk maju.

2.6 Penutup

Sekolah perempuan Ciliwung berada di Gang Pelangi yang merupakan

bagian dari wilayah Kelurahan Rawajati Timur, Kecamatan Pancoran Jakarta

Selatan. Gang Pelangi yang menjadi lokasi sekolah perempuan berada di

wilayah RT010/01. Warga RT010/01 merupakan “warga bawah” yang tinggal

di permukiman penduduk berdataran rendah tepat di pinggir bantaran sungai

Ciliwung dan mereka lebih retan terkena banjir tahunan. Sekolah perempuan

16

Hasil wawancara dengan ibu Rusiah, tanggal 28 April 2013, pukul 11.00 Wib

Page 36: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

83

ini bertempat di bantaran pinggir sungai Ciliwung dengan memanfaatkan

lahan kosong gelar tikar tanpa atap yang menutupinya karena sekolah ini tidak

seperti layaknya sekolah umumnya yang memiliki gedung. Oleh karena itu,

sekolah ini dinamakan sekolah perempuan Ciliwung.

Sekolah perempuan Ciliwung yang disingkat dengan (SPC) terbentuk

pada bulan Oktober 2003. Berdirinya sekolah prempuan Ciliwung ini pada

awalnya merupakan semacam “pilot project” dari salah satu Lembaga

Swadaya Masyarakat yang concern denan isu pendidikan perempuan adalah

KAPAL Perempuan (Lingkar Pendidikan Alternatif Perempuan) yang

menerapkan pendidikan perempuan ini di lingkungan masyarakat terpinggir

dan para perempuan ibu rumah tangga yang hidup di sana.

Tim KAPAL Perempuan di awali dengan melakukan survey ke

beberapa lokasi daerah miskin kota di Jakarta, hingga akhirnya dipilihlah

lokasi yang paling ideal untuk kegiatan pendidikan bagi para perempuan ibu

rumah tangga yang berada di Gang Pelangi Kelurahan Rawajati, Jakarta

Selatan. Terpilihnya lokasi ini, karena ditemukan cukup banyak permasalahan

yang terkait dengan perempuan diantaranya adalah tingkat pendidikan yang

rendah dan ditemukan beberapa perempuan mengalami buta aksara. Persoalan

lain ialah beban ganda perempuan. Selain bekerja di luar rumah agar dapat

memenuhi kebutuhan rumah tangganya membantu suami mencari nafkah

sebagai buruh cuci, Pekerja Rumah Tangga (PRT), pedagang kecil dan lain-

lain. Mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, anak dan suami.

Page 37: BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNGrepository.unj.ac.id/1549/3/BAB II.pdf48 BAB II SETTING SOSIAL SEKOLAH PEREMPUAN CILIWUNG 2.1 Pengantar Bab ini akan mendeskripsikan

84

Bahkan kekerasan dalam rumah tangga baik tingkat ringan sampai kekerasaan

berat seperti kekerasaan fisik, phsykis dan ekonomi kerap terjadi.

Seluruh peserta sekolah adalah ibu rumah tangga dengan kisaran usia

antara 30 tahun hingga 70 tahun. Selain menjadi ibu rumah tangga mereka

tetap harus membantu mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Rata-rata mereka hanya berpendidikan SD, SMP bahkan tidak pernah sekolah

dan sebagian kecil lainnya adalah SMA/SPG. Keberadaan sekolah perempuan

Ciliwung ini memang mengundang banyak perhatian.

Isu sekolah yang dianggap alat untuk menyebarkan agama tertentu ke

pada para peserta belajar sempat menggangu aktifitas belajar mengajar. Isu ini

merupakan tantangan dan hambatan yang paling berat. Untungnya isu agama

ini tidak berlanjut lama karena sekolah perempuan Ciliwung ini adalah benar-

benar untuk pendidikan.