bab ii sanitasi dan masalah kesehatan global

15
25 BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL Sanitasi yang layak menciptakan masyarakat sehat, kesehatan dan sanitasi memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dari itu permasalahan kesehatan dan sanitasi sendiri menjadi perhatian baik maupun global, nasional maupun lokal. Dalam tingkat global sendiri kesehatan dan sanitasi menjadi salah satu poin yang di cantumkan dalam sustainable development goals. Dalam tingkat nasional upaya-upaya pemerintah di laksanakan baik program maupun inovasi baru untuk menciptakan derajat kesehatan setinggi-tingginya Dalam tingkat lokal baik provinsi maupun kabupaten juga menciptakan kebijakan dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas sanitasi bagi setiap warganya, hal itupun diciptakan baik program lama yang efektif diteruskan ataupun ide baru dalam menangani permasalahan tersebut. 2.1 Masalah Sanitasi Ditingkat Global Masalah kesehatan dan sanitasi dunia sudah menjadi perhatian semenjak Millenium Development Goals sendiri dilaksanakan. Masalah masalah kesehatan menjadi cukup serius apabila hal itu menjadi penyebab kematian yang cukup banyak. Menurut data The World Health Statistics dimana ini merupakan data informasi kesehatan masyarakat dunia yang diterbitkan oleh WHO sejak tahun 2005, data ini juga berisi banyak informasi tentang kesehatan masyarakat dunia dari 194 negara. Menurut data The World Health Statistics tahun 2014, antara tahun 2002-2012 kematian akibat campak di seluruh dunia telah teratasi hampir 80% dari 562.000

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

25

BAB II

SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

Sanitasi yang layak menciptakan masyarakat sehat, kesehatan dan sanitasi

memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dari itu permasalahan kesehatan dan

sanitasi sendiri menjadi perhatian baik maupun global, nasional maupun lokal.

Dalam tingkat global sendiri kesehatan dan sanitasi menjadi salah satu poin yang

di cantumkan dalam sustainable development goals. Dalam tingkat nasional

upaya-upaya pemerintah di laksanakan baik program maupun inovasi baru untuk

menciptakan derajat kesehatan setinggi-tingginya Dalam tingkat lokal baik

provinsi maupun kabupaten juga menciptakan kebijakan dalam meningkatkan

kesehatan dan kualitas sanitasi bagi setiap warganya, hal itupun diciptakan baik

program lama yang efektif diteruskan ataupun ide baru dalam menangani

permasalahan tersebut.

2.1 Masalah Sanitasi Ditingkat Global

Masalah kesehatan dan sanitasi dunia sudah menjadi perhatian semenjak

Millenium Development Goals sendiri dilaksanakan. Masalah masalah kesehatan

menjadi cukup serius apabila hal itu menjadi penyebab kematian yang cukup banyak.

Menurut data The World Health Statistics dimana ini merupakan data informasi

kesehatan masyarakat dunia yang diterbitkan oleh WHO sejak tahun 2005, data ini

juga berisi banyak informasi tentang kesehatan masyarakat dunia dari 194 negara.

Menurut data The World Health Statistics tahun 2014, antara tahun 2002-2012

kematian akibat campak di seluruh dunia telah teratasi hampir 80% dari 562.000

Page 2: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

26

menjadi 122.000 kematian, human African trypanosomiasis (penyakit tidur) berada

pada titik terendah dalam 50 tahun ini, dengan lebih sedikit dari 10.000 kasus infeksi

yang dilaporkan pada tahun 2009, risiko seorang anak meninggal sebelum ulang

tahun kelima mereka adalah 8 kali lebih tinggi di wilayah Afrika daripada anak di

wilayah Eropa, hampir 800 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi pada

kehamilan dan persalinan, lebih dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan

memiliki risiko terinfeksi dengue. Di wilayah pasifik barat, hampir satu dari dua

orang pria dewasa merokok tembakau, pada 2012 lebih dari 140.000 orang di negara-

negara berpenghasilan tinggi menderita pertusis (batuk rejan) penyakit serius pada

bayi yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Negara berpenghasilan tinggi rata-rata

memiliki hampir 90 perawat dan bidan untuk setiap 10.000 orang sementara sebagian

berpenghasilan rendah negara memiliki kurang dari 2 per 10.000 orang.28

Sanitasi, kebersihan, atau akses air yang tidak memadai meningkatkan jumlah

terinfeksi berbagai penyakit seperti diare. Sebagian besar kematian akibat diare di

dunia (60%) disebabkan oleh air, sanitasi atau kebersihan yang tidak aman. Target

SDG,s 6.2 dimana menargetkan sanitasi yang merata dan layak untuk semua. Sanitasi

yang tidak memadai sendiri sudah diperkirakan menyebabkan lebih dari 432.000

kematian akibat diare setiap tahun dan merupakan faktor utama dalam beberapa

penyakit tropis yang terbilang tidak berbahaya namun disepelekan seperti cacingan,

schistosomiasis, dan trachoma. Sanitasi yang buruk juga berkontribusi terhadap

kekurangan gizi. Buang air besar ditempat terbuka merupakan sebuah lingkaran

penyakit dan kemiskinan yang mana beberapa negara yang warga negara nya masih

28

World Health Organization, 2014, World health statistics 2014.

Page 3: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

27

banyak melakukan buang air besar ditempat terbuka mengakibatkan kematian

tertinggi anak-anak berusia di bawah 5 tahun, kekurangan gizi, kemiskinan tertinggi,

dan kesenjangan sosial. Sanitasi buruk terjadi di negara berpenghasilan rendah yang

dimana sekitar 827.000 orang meninggal akibat sanitasi, air, kebersihan yang tidak

memadai dan 60% kematian disebabkan oleh diare.29

Sanitasi menjadi sangat penting dalam kelangsungan hidup dan

perkembangan anak. Saat ini, kurang lebih ada 2,4 miliar orang di seluruh dunia

yang tidak menggunakan sanitasi yang layak. 946 juta orang pergi ke tempat

terbuka, yang dikenal sebagai "buang air besar sembarangan (open defecation)".

Fakta utama dari sanitasi global yaitu 1 dari 3 orang tidak menggunakan sanitasi

yang layak dan 1 dari 7 orang melakukan buang air besar sembarangan. Sejak

1990, 2,6 miliar orang telah memperoleh akses ke sanitasi yang lebih baik. 5

negara India, Indonesia, Nigeria, Ethiopia, Pakistan, menyumbang 75% dari

buang air besar sembarangan. Adaya upaya untuk mengakhiri buang air besar

sembarangan pada tahun 2030. Buang air besar sembarangan ketika orang keluar

ke sawah, hutan, perairan terbuka/sungai, atau ruang terbuka lainnya daripada

menggunakan toilet. Hal ini sangat berbahaya, karena kontak dengan kotoran

manusia dapat menyebabkan penyakit seperti kolera, tifus, hepatitis, polio, diare,

cacingan dan kekurangan gizi. Setiap hari, lebih dari 800 anak balita meninggal

karena penyakit terkait diare. 30

Adapun beberapa contoh gambar dari beberapa

negara di dunia yang memiliki keadaan sanitasi yang buruk.

29

World Health Organization, Water, sanitation and hygiene, Global Health Observatory (GHO)

data, https://www.who.int/gho/phe/water_sanitation/en/. Diakses pada 24 April 2020 30

Water, Sanitation and Hygiene, Sanitation. https://www.unicef.org/wash/3942_43084.html.

Diakses pada 2 September 2020.

Page 4: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

28

Gambar 2.1 Salah Satu Kondisi Keadaan Sanitasi di India31

Gambar 2.2 Salah Satu Kondisi Sanitasi di Kenya32

31

Pradnya Wardhani. 2017. Dunia Sudah Modern, Tapi Warga India Masih Harus „Disogok‟

Supaya Pakai Toilet. https://www.hipwee.com/feature/cuma-di-india-warga-dibayar-supaya-pakai-

toilet-masalah-bab-sembarangan-di-sana-memang-kronis/. Diakses pada 29 Oktober 2020. 32

Kenya Health Sanitation. Getty Images. https://www.gettyimages.com/detail/news-

photo/people-walk-past-an-open-sewer-on-june-8-2012-at-kibera-news-photo/145960276. Diakses

pada 29 Oktober 2020

Page 5: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

29

Gambar 2.3 Salah Satu Kodisi Sanitasi Buruk di Indonesia33

Dalam mengatasi hal tersebut ditingkat global sediri United Nation

memiliki program untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sudah dari millenium

development goals sampai sustainable development goals kesehatan dan sanitasi

menjadi salah satu poin yang di prioritaskan. Tujuan kesehatan dalam SDGs

sendiri berada pada poin nomor 03 yang berbunyi memastikan kehidupan yang

sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia dan memiliki

berbagai target. 34

Tujuan tentang sanitasi sendiri berada pada poin nomor 06 yang

berbunyi memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan

dan sanitasi bagi semua dan juga memiliki berbagai target di dalam poin

tersebut.35

Selain itu, pada tahun 2010 PBB juga mengakui sanitasi dan air adalah

hak asasi manusia. Maka dari itu salah satu program dari United Nation untuk

33

Sanitation Problems In Indonesia. Getty Images. https://www.gettyimages.com/detail/news-

photo/wooden-toilet-built-by-residents-to-defecate-lined-up-on-news-photo/1085041558. Diakses

pada 29 Oktober 2020. 34

Tujuan 03. Sustainable Development Goals. https://www.sdg2030indonesia.org/page/11-tujuan-

tiga. Diakses pada 29 Oktober 2020 35

Tujuan 06. Sustainabale Development Goals. https://www.sdg2030indonesia.org/page/14-

tujuan-enam. Diakses pada 29 Oktober 2020.

Page 6: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

30

global yaitu program WASH (water, sanitation and hygiene), WASH sendiri

dikelola oleh UNICEF yang dimana program ini dibentuk tim yang tersebar di

100 negara seluruh dunia untuk meningkatkan sanitasi dan kebersihan dasar.36

Goals dari WASH sendiri sesuai dengan apa tujuan SDGs di poin ke 6. Dalam hal

sanitasi UNICEF mengembangkan bagaimana pendekatan berbasis komunitas

untuk sanitasi, memberdayakan komunitas untuk mengakhiri buang air besar

sembarangan. Masyarakat sendiri didorong untuk melakukan pengamatan dan

analisis terhadap pola dan ancaman buang air besar yang ada dalam lingkungan

tersebut. Selain itu memberdayakan masyarakat untuk menggunakan sumber daya

lokal dalam membangun jamban rumah tangga berbiaya rendah dan pada akhirnya

menghilangkan praktik buang air besar sembarangan. Program ini sering disebut

sebagai Community Approaches Total Sanitation (CATS) dan program ini berhasil

di Kamboja dan Zambia37

. Selain itu hari toilet sedunia diperingati pada tanggal

19 November setiap tahunnya.

2.2 Masalah Sanitasi di Tingkat Nasional

Dalam masalah kesehatan dan sanitasi nasional, dimana sanitasi juga

memiliki hubungan dengan lingkungan maka hal tersebut termasuk dalam

kesehatan lingkungan pemerintah sendiri memiliki peraturan tentang hal tersebut

yang mana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang

Kesehatan Lingkungan menjelaskan kesehatan lingkungan adalah cara

36

Water, Sanitation and Hygiene. https://www.unicef.org/wash/. Diakses pada 3 September 2020. 37

Community Approaches to Total Sanitation (CATS). UNICEF Inovation.

https://www.unicef.org/innovation/innovation_101492.html. Diakses pada 3 September 2020

Page 7: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

31

pencegahan penyakit atau permasalahan kesehatan dari faktor risiko lingkungan

guna mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,

biologi, maupun sosial.38

Selain itu UU Nomor 36 tentang Kesehatan tahun 2009

mempertegas dalam upaya kesehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan

lingkungan yang sehat, baik lingkungan fisik, kimiawi, biologi maupun sosial

sehingga setiap orang mencapai tingkat kesehatan yang paling tinggi. Lingkungan

sehat itu sendiri meliputi lingkungan hidup, tempat kerja, tempat hiburan, tempat

dan fasilitas umum, serta tidak boleh mengandung unsur-unsur yang

menimbulkan gangguan, antara lain limbah (cair, padat dan gas), sampah yang

tidak dapat diolah sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia

berbahaya, kebisingan yang melebihi standar, radiasi, air yang tercemar, udara

yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.39

Sanitasi yang layak ialah salah satu terciptanya masyarakat yang sehat, dan

juga sangat penting dalam mendukung kesehatan manusia. Sanitasi buruk akan

berdampak buruk pada kesehatan maupun lingkungan mulai dari turunnya kualitas

air baik itu air minum maupun air untuk kebutuhan sehari hari karena masyarakat

buang air besar sembarangan dan timbulnya penyakit salah satunya yaitu diare.

Diare dan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia biasanya disertai kematian.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian utama

pada bayi (31,4%) dan balita (25,2%), dan di antara semua kelompok umur diare

merupakan penyebab kematian keempat (13,2%). Pada tahun 2012 diare untuk

semua kelompok umur sebesar 214 per 1.000 penduduk, dan diare pada balita

38

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit. 39

ibid.,

Page 8: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

32

sebesar 900 kasus per 1.000 penduduk.40

Dalam MDGs maupun SDGs sanitasi

layak menjadi salah satu target yang dicantumkan dalam konsep keduanya.

Dalam strategi nasional dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan

sanitasi di Indonesia, pemerintah memiliki program yang dinamakan dengan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program ini menjadi strategi

nasional dalam hal pembangunan sanitasi perdesaan yang mana telah berhasil

meningkatkan akses sanitasi 47% penduduk perdesaan di tahun 2015 dan juga

menurunkan jumlah penduduk perdesaan yang melakukan buang air besar

sembarangan (BABS) tiga kali lipat dari rata-rata 0,6% per tahun (2000-2008)

menjadi 1,6% per tahun sepanjang 2008-2015. Dalam mempercepat terwujudnya

target dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia tidak sendiri namun didukung oleh berbagai lembaga antara

lain yaitu Water and Sanitation Program (WSP) – The World Bank dan hal ini

untuk pengembangan aplikasi STBM SMART guna mengoptimalkan pemantauan

dan pengelolaan program STBM sendiri.41

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

menetapkan tujuan akses universal terhadap 100% air minum, 0% permukiman

kumuh, dan 100% stop buang air besar sembarangan (SBS). Statistik yang

dikeluarkan oleh Sekretariat STBM menunjukkan bahwa hingga tahun 2015

sebanyak 62 juta atau 53% penduduk perdesaan masih kekurangan akses terhadap

fasilitas sanitasi yang layak. 34 juta diantaranya masih melakukan buang air besar

40

UNICEF Indonesia. Air, Sanitasi dan Kebersihan. https://www.unicef.org/indonesia/id/air-

sanitasi-dan-kebersihan-wash. Diakses pada 12 Juni 2020. 41

Redaksi Sehat Negeriku, Menuju 100% Akses Sanitasi Indonesia 2019, 30 Mei 2016,

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20160530/0015038/15038-2/. Diakses 5

Oktober 2020.

Page 9: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

33

sembarangan. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor

852/Menkes/SK/IX/2008 kemudian diperkuat menjadi Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 tahun 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) diakui sebagai program nasional dalam pembangunan sanitasi di

Indonesia. STBM merupakan solusi dalam memperbaiki perilaku lebih sehat dan

sanitasi layak dengan memberdayakan masyarakat melalui metode pemicuan.

Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, strategi penerapan STBM difokuskan pada

penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan

kebutuhan sanitasi (demand creation) dan juga peningkatan penyediaan fasilitas

sanitasi (supply improvement). Selain itu STBM memiliki 6 (enam) strategi

nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes

No.852/Menkes/SK/IX/2008.42

2.3 Masalah Sanitasi di Tingkat Lokal: Kabupaten Banyuwangi

Indonesia sendiri terdiri dari banyak provinsi dan kota-kota bahkan

kabupaten. Permasalahan yang terjadi di berbagai daerah memiliki bentuk

permasalahan dan budaya yang berbeda maka hal tersebut membuat pemerintah

daerah setempat menciptkan terobosan- terobosan guna mempercepat permasalan

tersebut terselesaikan sesuai dengan kebutuhan permasalahan masing-masing

daerah. Dari berbagai daerah ini mengembangkan atau membuat program maupun

inovasi untuk mempercepat target SDG,s ini terwujud namun sesuai dengan

RPJMN dan RPJMD daerah masing-masing. Adapun contoh program/inovasi

42

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tentang STBM,

http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about. Diakses pada 5 Oktober 2020.

Page 10: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

34

pemerintah daerah dari beberapa daerah di Indonesia yaitu: Kepulauan Bangka

Belitung yang dimana inovasi ini di kelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Lebih tepatnya inovasi ini di jalankan

di salah satu kecamatan Bangka Barat yaitu kecamatan Bakam desa Kapuk,

dimana kecamatan Bakam sendiri memiki luas wilayahnya 48,10 km2, jumlah

penduduk 16.650 jiwa dan memiliki tingkat kepadatan penduduk 34 Jiwa/km2.

Desa Kapuk merupakan salah satu desa yang berada di daerah kabupaten Bangka

Barat, desa ini juga terletak diujung Kecamatan Bakam dan bersebelahan

langsung denagn Kabupaten Bangka Barat. Desa Kapuk memiliki luas wilayah

27,30 km2 dan berpenduduk 1209 jiwa (307 KK) pada tahun 2011. Pendapatan

utama masyarakatnya berasal dari pertambangan timah rakyat, pertanian lada,

karet dan kelapa sawit. Disini banyak masyarakat yang masih memiliki

pendidikan yang rendah di mana kurang lebih 78,99% warganya memilik

pendidikan di bawah SLTP/sederajat. 43

Melalui laporan hingga Juni 2011 oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangka, desa Kapuk adalah desa dengan memiliki jumlah angka kesakitan diare

tinggi dan malaria. Ada kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare yang berkaitan

dengan keadaan jamban dalam masyarakat desa Kapuk yang hanya 33,02% dan

jauh dibawah dari tujuan nasional yaitu 80%. Masyarakat cenderung buang air

besar di hutan dan sungai dan ini memiliki risiko digigit ular, kalajengking,

nyamuk, malaria, kaki gajah, demam berdarah, gangguan nilai moral dan agama,

serta potensi ancaman pelecehan seksual dan pemerkosaan. Melihat keadaan

43

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi, Top 99 Indonesia Public

Service Innovations 2016/ Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2016, ISBN 978-

602-71510-3-1 Cetakan 1 - Maret 2016., hal 106

Page 11: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

35

tersebut membuat kaum perempuan ingin mencari cara dalam mengatasi

permasalahan jamban ini. Dalam mengatasi permasalahan ini mereka mengggunakan

metode pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pendekatan keseluruhan terkait

sanitasi dan perilaku buang air besar untuk bisa menjadi ODF (Open Defecations

Free) atau Stop Buang Air Besar. Inovasi “ARISAN JAMBAN SEDERHANA” atau

lebih lengkapnya Nyaman Stop Babs (Buang Air Besar Sembarangan) Dibalik

Kocokan Arisan “Ibu” inovasi ini oleh masyarakat lebih tepatnya di inisiasi oleh ibu

rumah tangga, hal ini memiliki tujuan untuk memiliki desa Open Defecations Free

(ODF). Dalam pelaksanaannya pun melibatkan berbagai lapisan pemerintah maupun

masyarakat dan saling bekerja sama termasuk pelibatan jajaran militer di Komando

Distrik Militer (Kodim). Hal pertama yaitu memanfaatkan dana CSR dari perusahaan

dan membangun 200 unit jamban keluarga. 44

Sebelum inovasi ini dilaksanakan kepemilikan jamban keluarga sangat

rendah dan masyarakat sendiri masih cenderung suka membuang air besar di

berbagai tempat antara lain hutan, sungai, dan lainnya. Setelah inovasi di terapkan

berbagai peraturan yang berhubungan dengan pembangunan jamban keluarga dan

hal itu membantu mempercepat dalam pembangunan jamban keluarga. Jumlah

kepemilikan jamban keluarga makin meningkat dan membuat pola kebiasaan

buang air besar sembarangan. Kepemilikan jamban terus bertambah dan hal itu

mempengaruhi dalam angka penurunan penyakit diare dan malaria, dan usia

harapan hidup makin meningkat.45

44

ibid., 45

ibid.,

Page 12: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

36

Adapun selanjutnya yaitu inovasi yang di inisiasi oleh UPTD Puskesmas

Tampo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi sendiri

memiliki letak wilayah yang strategis yaitu diujung timur pulau jawa, daerah

Banyuwangi sendiri di kelilingi oleh gunung dan hamparan lautan yang luas.46

Dimana lahan pertanian yang begitu hijau dan luas yang menggambarkan keadaan

masyarakat makmur dengan pertaniannya. Namun kondisi tersebut memiliki

keadaan terbalik dengan kondisi kesehatan dan sanitasi. Hal itu ditandai dengan

jumlah 217 desa yang ada di Banyuwangi, hanya 27 desa yang penduduknya

sudah menggunakan jamban sehat sehat selebihnya dari desa yang ada mayoritas

masih menggunakan kebiasaan BAB di sembarang tempat.47

Hal ini tentu

memiliki presentase kecil dalam kategori kesehatan dan sanitasi yang sehat dan

layak. Dari permasalahan itu menimbulkan banyak penyakit yang muncul di

masyarakat akibat rendahnya keadaan kesehatan lingkungan. Maka dari itu

muncul lah program-program ataupun inovasi dalam menyelesaikan permasalahan

ini di wilayah kabupaten Banyuwangi.

46

RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021, Hal 9 47

Tatiek Setyaningsih, Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, Mendobrak Keterbatasan Masyarakat:

Mewujudkan Desa ODF Di Kabupaten PUJASERA, IJPA-The Indonesian Journal of Public

Administration Volume 2 I Nomor 2 I Nopember 2016.

Page 13: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

37

Gambar 2.4 Salah Satu Contoh Keadaan Sanitasi di Banyuwangi48

Salah satu wilayah di Kabupaten Banyuwangi menjadi pelopor terciptanya

sebuah inovasi dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan dan sanitasi di

kabupaten Bayuwangi yaitu kecamatan Cluring tepatnya desa Tampo ataupun

puskesmas Tampo. Puskesmas Tampo sendiri salah satu dari 45 puskesmas yang

ada di kabupaten Banyuwangi yang luas wilayahnya 27,185 km2 yang

berpenduduk 25.997 jiwa.49

Kondisi geografis puskesmas Tampo pun menjadi

sangat mendukung dalam menimbulkan permasalah sanitasi dan kesehatan ini.

Wilayah puskesmas tampo sendiri dikelilingi oleh sungai dan sempalan-sempalan

sungai yang hal itu hampir tersebar di seluruh wilayah pusksmas. Ribuan

penduduk telah puluhan tahun hidup di bantaran sungai. Hal itu di manfaatkan

setiap hari untuk mereka beraktivitas dengan membuang sampah, buang air besar,

mencuci, bahkan mandi di sungai tersebut. Akibatnya, lingkungan tercemari

48

Dokumentasi UPTD Puskesmas Tampo 49

Proposal PUJASERA, Puskesmas Tampo Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Page 14: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

38

limbah organik yang berupa feses manusia dan juga limbah anorganik dari

sampah yang di buang di sungai. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani

yang hal itu menjadikan faktor pendukung juga karena kebanyakan petani tersebut

bermukim didekat persawahan dan bergerombol untuk memudahkan akses

meereka dalam bekerja. Hal itu menjadi faktor pendukung BAB sembarang

tempat.

Dengan keadaan tersebut dari seluruh wilayah puskesmas tidak satupun

yang ODF (open defecation free) yaitu dimana ketika tiap individu tidak buang air

besar sembarangan. Angka kesehatan buruk karena sanitasi sangat tinggi bahkan

menyebabkan warga yang meninggal dan busung lapar. Maka dari itu pemerintah

daerah berinisiasi untuk membuat sebuah solusi dalam penyelesaian masalah ini

yaitu dengan membuat sebuah inovasi yaitu inovasi PUJASERA (Pergunakan

Jamban Sehat, Rakyat Aman).50

Dalam penerapan inovasi PUJASERA ini

berbagai kegiatan yaitu seperti arisan jamban, arak-arak an jamban dan lainnya.

Arak-arakan jamban sendiri menjadi keunikan dalam inovasi ini, dalam arak-

arakan masyarakat serta jajaran pemerintah ikut serta yaitu dengan berkeliling

desa serta melakukan pembongkaran jamban liar di sungai. Tahun pertama inovasi

ini diterapkan mengalami peningkatan yang sangat signifikan di bidang kesehatan

dan kepemilikan jamban di setiap keluarga. Maka tidak tanggung-tanggung

inovasi ini berhasil menembus 50 besar kompetisi inovasi pelayanan publik

(SiNovik) 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia dan menjadi salah satu

50

Rokom, PUJASERA (Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman),

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/daerah/20170524/4121232/pujasera-pergunakan-jamban-

sehat-rakyat-aman/, diakses pada 21 September 2020.

Page 15: BAB II SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL

39

kandidat kuat program yang diajukan ke United Nations Public Service Awards

(UNPSA) untuk mewakili Indonesia.51

Sanitasi sendiri menjadi masalah yang klasik di berbagai negara terutama

di negara berkembang. Beberapa negara seperti Indonesia dan India menjadi

negara yang menyumbang keadaan sanitasi buruk terbanyak menurut WHO.

Berbagai program yang dilaksanakan dan diciptakan untuk mengatasi

permasalahan ini sudah dilakukan baik dalam tingkat global, nasional maupun

lokal. Diciptakannya berbagai kebijakan dan inovasi dalam mempercepat

permasalahan ini terselesaikan, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia sendiri tidak

hanya memiliki program dalam tingkat nasional dalam menyelesaikan permasalah

sanitasi namun dalam tingkat lokal baik dalam tingkat Kabupaten/Kota. Dalam

tingkat lokal pun ikut mendukung dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan

berbagai program dan inovasi yang mereka ciptakan tidak terkecuali pemerintah

kabupaten Banyuwangi yang menciptakan inovasi PUJASERA.

51

Wawancara penulis dengan Inisiator program PUJASERA sekaligus Kepala UPTD Puskesmas

Tampo Banyuwangi, Tatiek Setyaningsih, Banyuwangi, 9 Januari 2020.