bab ii sanitasi dan masalah kesehatan global
TRANSCRIPT
25
BAB II
SANITASI DAN MASALAH KESEHATAN GLOBAL
Sanitasi yang layak menciptakan masyarakat sehat, kesehatan dan sanitasi
memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dari itu permasalahan kesehatan dan
sanitasi sendiri menjadi perhatian baik maupun global, nasional maupun lokal.
Dalam tingkat global sendiri kesehatan dan sanitasi menjadi salah satu poin yang
di cantumkan dalam sustainable development goals. Dalam tingkat nasional
upaya-upaya pemerintah di laksanakan baik program maupun inovasi baru untuk
menciptakan derajat kesehatan setinggi-tingginya Dalam tingkat lokal baik
provinsi maupun kabupaten juga menciptakan kebijakan dalam meningkatkan
kesehatan dan kualitas sanitasi bagi setiap warganya, hal itupun diciptakan baik
program lama yang efektif diteruskan ataupun ide baru dalam menangani
permasalahan tersebut.
2.1 Masalah Sanitasi Ditingkat Global
Masalah kesehatan dan sanitasi dunia sudah menjadi perhatian semenjak
Millenium Development Goals sendiri dilaksanakan. Masalah masalah kesehatan
menjadi cukup serius apabila hal itu menjadi penyebab kematian yang cukup banyak.
Menurut data The World Health Statistics dimana ini merupakan data informasi
kesehatan masyarakat dunia yang diterbitkan oleh WHO sejak tahun 2005, data ini
juga berisi banyak informasi tentang kesehatan masyarakat dunia dari 194 negara.
Menurut data The World Health Statistics tahun 2014, antara tahun 2002-2012
kematian akibat campak di seluruh dunia telah teratasi hampir 80% dari 562.000
26
menjadi 122.000 kematian, human African trypanosomiasis (penyakit tidur) berada
pada titik terendah dalam 50 tahun ini, dengan lebih sedikit dari 10.000 kasus infeksi
yang dilaporkan pada tahun 2009, risiko seorang anak meninggal sebelum ulang
tahun kelima mereka adalah 8 kali lebih tinggi di wilayah Afrika daripada anak di
wilayah Eropa, hampir 800 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi pada
kehamilan dan persalinan, lebih dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan
memiliki risiko terinfeksi dengue. Di wilayah pasifik barat, hampir satu dari dua
orang pria dewasa merokok tembakau, pada 2012 lebih dari 140.000 orang di negara-
negara berpenghasilan tinggi menderita pertusis (batuk rejan) penyakit serius pada
bayi yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Negara berpenghasilan tinggi rata-rata
memiliki hampir 90 perawat dan bidan untuk setiap 10.000 orang sementara sebagian
berpenghasilan rendah negara memiliki kurang dari 2 per 10.000 orang.28
Sanitasi, kebersihan, atau akses air yang tidak memadai meningkatkan jumlah
terinfeksi berbagai penyakit seperti diare. Sebagian besar kematian akibat diare di
dunia (60%) disebabkan oleh air, sanitasi atau kebersihan yang tidak aman. Target
SDG,s 6.2 dimana menargetkan sanitasi yang merata dan layak untuk semua. Sanitasi
yang tidak memadai sendiri sudah diperkirakan menyebabkan lebih dari 432.000
kematian akibat diare setiap tahun dan merupakan faktor utama dalam beberapa
penyakit tropis yang terbilang tidak berbahaya namun disepelekan seperti cacingan,
schistosomiasis, dan trachoma. Sanitasi yang buruk juga berkontribusi terhadap
kekurangan gizi. Buang air besar ditempat terbuka merupakan sebuah lingkaran
penyakit dan kemiskinan yang mana beberapa negara yang warga negara nya masih
28
World Health Organization, 2014, World health statistics 2014.
27
banyak melakukan buang air besar ditempat terbuka mengakibatkan kematian
tertinggi anak-anak berusia di bawah 5 tahun, kekurangan gizi, kemiskinan tertinggi,
dan kesenjangan sosial. Sanitasi buruk terjadi di negara berpenghasilan rendah yang
dimana sekitar 827.000 orang meninggal akibat sanitasi, air, kebersihan yang tidak
memadai dan 60% kematian disebabkan oleh diare.29
Sanitasi menjadi sangat penting dalam kelangsungan hidup dan
perkembangan anak. Saat ini, kurang lebih ada 2,4 miliar orang di seluruh dunia
yang tidak menggunakan sanitasi yang layak. 946 juta orang pergi ke tempat
terbuka, yang dikenal sebagai "buang air besar sembarangan (open defecation)".
Fakta utama dari sanitasi global yaitu 1 dari 3 orang tidak menggunakan sanitasi
yang layak dan 1 dari 7 orang melakukan buang air besar sembarangan. Sejak
1990, 2,6 miliar orang telah memperoleh akses ke sanitasi yang lebih baik. 5
negara India, Indonesia, Nigeria, Ethiopia, Pakistan, menyumbang 75% dari
buang air besar sembarangan. Adaya upaya untuk mengakhiri buang air besar
sembarangan pada tahun 2030. Buang air besar sembarangan ketika orang keluar
ke sawah, hutan, perairan terbuka/sungai, atau ruang terbuka lainnya daripada
menggunakan toilet. Hal ini sangat berbahaya, karena kontak dengan kotoran
manusia dapat menyebabkan penyakit seperti kolera, tifus, hepatitis, polio, diare,
cacingan dan kekurangan gizi. Setiap hari, lebih dari 800 anak balita meninggal
karena penyakit terkait diare. 30
Adapun beberapa contoh gambar dari beberapa
negara di dunia yang memiliki keadaan sanitasi yang buruk.
29
World Health Organization, Water, sanitation and hygiene, Global Health Observatory (GHO)
data, https://www.who.int/gho/phe/water_sanitation/en/. Diakses pada 24 April 2020 30
Water, Sanitation and Hygiene, Sanitation. https://www.unicef.org/wash/3942_43084.html.
Diakses pada 2 September 2020.
28
Gambar 2.1 Salah Satu Kondisi Keadaan Sanitasi di India31
Gambar 2.2 Salah Satu Kondisi Sanitasi di Kenya32
31
Pradnya Wardhani. 2017. Dunia Sudah Modern, Tapi Warga India Masih Harus „Disogok‟
Supaya Pakai Toilet. https://www.hipwee.com/feature/cuma-di-india-warga-dibayar-supaya-pakai-
toilet-masalah-bab-sembarangan-di-sana-memang-kronis/. Diakses pada 29 Oktober 2020. 32
Kenya Health Sanitation. Getty Images. https://www.gettyimages.com/detail/news-
photo/people-walk-past-an-open-sewer-on-june-8-2012-at-kibera-news-photo/145960276. Diakses
pada 29 Oktober 2020
29
Gambar 2.3 Salah Satu Kodisi Sanitasi Buruk di Indonesia33
Dalam mengatasi hal tersebut ditingkat global sediri United Nation
memiliki program untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sudah dari millenium
development goals sampai sustainable development goals kesehatan dan sanitasi
menjadi salah satu poin yang di prioritaskan. Tujuan kesehatan dalam SDGs
sendiri berada pada poin nomor 03 yang berbunyi memastikan kehidupan yang
sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia dan memiliki
berbagai target. 34
Tujuan tentang sanitasi sendiri berada pada poin nomor 06 yang
berbunyi memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan
dan sanitasi bagi semua dan juga memiliki berbagai target di dalam poin
tersebut.35
Selain itu, pada tahun 2010 PBB juga mengakui sanitasi dan air adalah
hak asasi manusia. Maka dari itu salah satu program dari United Nation untuk
33
Sanitation Problems In Indonesia. Getty Images. https://www.gettyimages.com/detail/news-
photo/wooden-toilet-built-by-residents-to-defecate-lined-up-on-news-photo/1085041558. Diakses
pada 29 Oktober 2020. 34
Tujuan 03. Sustainable Development Goals. https://www.sdg2030indonesia.org/page/11-tujuan-
tiga. Diakses pada 29 Oktober 2020 35
Tujuan 06. Sustainabale Development Goals. https://www.sdg2030indonesia.org/page/14-
tujuan-enam. Diakses pada 29 Oktober 2020.
30
global yaitu program WASH (water, sanitation and hygiene), WASH sendiri
dikelola oleh UNICEF yang dimana program ini dibentuk tim yang tersebar di
100 negara seluruh dunia untuk meningkatkan sanitasi dan kebersihan dasar.36
Goals dari WASH sendiri sesuai dengan apa tujuan SDGs di poin ke 6. Dalam hal
sanitasi UNICEF mengembangkan bagaimana pendekatan berbasis komunitas
untuk sanitasi, memberdayakan komunitas untuk mengakhiri buang air besar
sembarangan. Masyarakat sendiri didorong untuk melakukan pengamatan dan
analisis terhadap pola dan ancaman buang air besar yang ada dalam lingkungan
tersebut. Selain itu memberdayakan masyarakat untuk menggunakan sumber daya
lokal dalam membangun jamban rumah tangga berbiaya rendah dan pada akhirnya
menghilangkan praktik buang air besar sembarangan. Program ini sering disebut
sebagai Community Approaches Total Sanitation (CATS) dan program ini berhasil
di Kamboja dan Zambia37
. Selain itu hari toilet sedunia diperingati pada tanggal
19 November setiap tahunnya.
2.2 Masalah Sanitasi di Tingkat Nasional
Dalam masalah kesehatan dan sanitasi nasional, dimana sanitasi juga
memiliki hubungan dengan lingkungan maka hal tersebut termasuk dalam
kesehatan lingkungan pemerintah sendiri memiliki peraturan tentang hal tersebut
yang mana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan menjelaskan kesehatan lingkungan adalah cara
36
Water, Sanitation and Hygiene. https://www.unicef.org/wash/. Diakses pada 3 September 2020. 37
Community Approaches to Total Sanitation (CATS). UNICEF Inovation.
https://www.unicef.org/innovation/innovation_101492.html. Diakses pada 3 September 2020
31
pencegahan penyakit atau permasalahan kesehatan dari faktor risiko lingkungan
guna mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial.38
Selain itu UU Nomor 36 tentang Kesehatan tahun 2009
mempertegas dalam upaya kesehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat, baik lingkungan fisik, kimiawi, biologi maupun sosial
sehingga setiap orang mencapai tingkat kesehatan yang paling tinggi. Lingkungan
sehat itu sendiri meliputi lingkungan hidup, tempat kerja, tempat hiburan, tempat
dan fasilitas umum, serta tidak boleh mengandung unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan, antara lain limbah (cair, padat dan gas), sampah yang
tidak dapat diolah sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia
berbahaya, kebisingan yang melebihi standar, radiasi, air yang tercemar, udara
yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.39
Sanitasi yang layak ialah salah satu terciptanya masyarakat yang sehat, dan
juga sangat penting dalam mendukung kesehatan manusia. Sanitasi buruk akan
berdampak buruk pada kesehatan maupun lingkungan mulai dari turunnya kualitas
air baik itu air minum maupun air untuk kebutuhan sehari hari karena masyarakat
buang air besar sembarangan dan timbulnya penyakit salah satunya yaitu diare.
Diare dan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia biasanya disertai kematian.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab kematian utama
pada bayi (31,4%) dan balita (25,2%), dan di antara semua kelompok umur diare
merupakan penyebab kematian keempat (13,2%). Pada tahun 2012 diare untuk
semua kelompok umur sebesar 214 per 1.000 penduduk, dan diare pada balita
38
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. 39
ibid.,
32
sebesar 900 kasus per 1.000 penduduk.40
Dalam MDGs maupun SDGs sanitasi
layak menjadi salah satu target yang dicantumkan dalam konsep keduanya.
Dalam strategi nasional dalam meningkatkan kualitas kesehatan dan
sanitasi di Indonesia, pemerintah memiliki program yang dinamakan dengan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program ini menjadi strategi
nasional dalam hal pembangunan sanitasi perdesaan yang mana telah berhasil
meningkatkan akses sanitasi 47% penduduk perdesaan di tahun 2015 dan juga
menurunkan jumlah penduduk perdesaan yang melakukan buang air besar
sembarangan (BABS) tiga kali lipat dari rata-rata 0,6% per tahun (2000-2008)
menjadi 1,6% per tahun sepanjang 2008-2015. Dalam mempercepat terwujudnya
target dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tidak sendiri namun didukung oleh berbagai lembaga antara
lain yaitu Water and Sanitation Program (WSP) – The World Bank dan hal ini
untuk pengembangan aplikasi STBM SMART guna mengoptimalkan pemantauan
dan pengelolaan program STBM sendiri.41
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
menetapkan tujuan akses universal terhadap 100% air minum, 0% permukiman
kumuh, dan 100% stop buang air besar sembarangan (SBS). Statistik yang
dikeluarkan oleh Sekretariat STBM menunjukkan bahwa hingga tahun 2015
sebanyak 62 juta atau 53% penduduk perdesaan masih kekurangan akses terhadap
fasilitas sanitasi yang layak. 34 juta diantaranya masih melakukan buang air besar
40
UNICEF Indonesia. Air, Sanitasi dan Kebersihan. https://www.unicef.org/indonesia/id/air-
sanitasi-dan-kebersihan-wash. Diakses pada 12 Juni 2020. 41
Redaksi Sehat Negeriku, Menuju 100% Akses Sanitasi Indonesia 2019, 30 Mei 2016,
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20160530/0015038/15038-2/. Diakses 5
Oktober 2020.
33
sembarangan. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor
852/Menkes/SK/IX/2008 kemudian diperkuat menjadi Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 3 tahun 2014, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) diakui sebagai program nasional dalam pembangunan sanitasi di
Indonesia. STBM merupakan solusi dalam memperbaiki perilaku lebih sehat dan
sanitasi layak dengan memberdayakan masyarakat melalui metode pemicuan.
Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, strategi penerapan STBM difokuskan pada
penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan
kebutuhan sanitasi (demand creation) dan juga peningkatan penyediaan fasilitas
sanitasi (supply improvement). Selain itu STBM memiliki 6 (enam) strategi
nasional yang pada bulan September 2008 telah dikukuhkan melalui Kepmenkes
No.852/Menkes/SK/IX/2008.42
2.3 Masalah Sanitasi di Tingkat Lokal: Kabupaten Banyuwangi
Indonesia sendiri terdiri dari banyak provinsi dan kota-kota bahkan
kabupaten. Permasalahan yang terjadi di berbagai daerah memiliki bentuk
permasalahan dan budaya yang berbeda maka hal tersebut membuat pemerintah
daerah setempat menciptkan terobosan- terobosan guna mempercepat permasalan
tersebut terselesaikan sesuai dengan kebutuhan permasalahan masing-masing
daerah. Dari berbagai daerah ini mengembangkan atau membuat program maupun
inovasi untuk mempercepat target SDG,s ini terwujud namun sesuai dengan
RPJMN dan RPJMD daerah masing-masing. Adapun contoh program/inovasi
42
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tentang STBM,
http://stbm.kemkes.go.id/app/about/1/about. Diakses pada 5 Oktober 2020.
34
pemerintah daerah dari beberapa daerah di Indonesia yaitu: Kepulauan Bangka
Belitung yang dimana inovasi ini di kelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Lebih tepatnya inovasi ini di jalankan
di salah satu kecamatan Bangka Barat yaitu kecamatan Bakam desa Kapuk,
dimana kecamatan Bakam sendiri memiki luas wilayahnya 48,10 km2, jumlah
penduduk 16.650 jiwa dan memiliki tingkat kepadatan penduduk 34 Jiwa/km2.
Desa Kapuk merupakan salah satu desa yang berada di daerah kabupaten Bangka
Barat, desa ini juga terletak diujung Kecamatan Bakam dan bersebelahan
langsung denagn Kabupaten Bangka Barat. Desa Kapuk memiliki luas wilayah
27,30 km2 dan berpenduduk 1209 jiwa (307 KK) pada tahun 2011. Pendapatan
utama masyarakatnya berasal dari pertambangan timah rakyat, pertanian lada,
karet dan kelapa sawit. Disini banyak masyarakat yang masih memiliki
pendidikan yang rendah di mana kurang lebih 78,99% warganya memilik
pendidikan di bawah SLTP/sederajat. 43
Melalui laporan hingga Juni 2011 oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka, desa Kapuk adalah desa dengan memiliki jumlah angka kesakitan diare
tinggi dan malaria. Ada kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare yang berkaitan
dengan keadaan jamban dalam masyarakat desa Kapuk yang hanya 33,02% dan
jauh dibawah dari tujuan nasional yaitu 80%. Masyarakat cenderung buang air
besar di hutan dan sungai dan ini memiliki risiko digigit ular, kalajengking,
nyamuk, malaria, kaki gajah, demam berdarah, gangguan nilai moral dan agama,
serta potensi ancaman pelecehan seksual dan pemerkosaan. Melihat keadaan
43
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi, Top 99 Indonesia Public
Service Innovations 2016/ Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2016, ISBN 978-
602-71510-3-1 Cetakan 1 - Maret 2016., hal 106
35
tersebut membuat kaum perempuan ingin mencari cara dalam mengatasi
permasalahan jamban ini. Dalam mengatasi permasalahan ini mereka mengggunakan
metode pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pendekatan keseluruhan terkait
sanitasi dan perilaku buang air besar untuk bisa menjadi ODF (Open Defecations
Free) atau Stop Buang Air Besar. Inovasi “ARISAN JAMBAN SEDERHANA” atau
lebih lengkapnya Nyaman Stop Babs (Buang Air Besar Sembarangan) Dibalik
Kocokan Arisan “Ibu” inovasi ini oleh masyarakat lebih tepatnya di inisiasi oleh ibu
rumah tangga, hal ini memiliki tujuan untuk memiliki desa Open Defecations Free
(ODF). Dalam pelaksanaannya pun melibatkan berbagai lapisan pemerintah maupun
masyarakat dan saling bekerja sama termasuk pelibatan jajaran militer di Komando
Distrik Militer (Kodim). Hal pertama yaitu memanfaatkan dana CSR dari perusahaan
dan membangun 200 unit jamban keluarga. 44
Sebelum inovasi ini dilaksanakan kepemilikan jamban keluarga sangat
rendah dan masyarakat sendiri masih cenderung suka membuang air besar di
berbagai tempat antara lain hutan, sungai, dan lainnya. Setelah inovasi di terapkan
berbagai peraturan yang berhubungan dengan pembangunan jamban keluarga dan
hal itu membantu mempercepat dalam pembangunan jamban keluarga. Jumlah
kepemilikan jamban keluarga makin meningkat dan membuat pola kebiasaan
buang air besar sembarangan. Kepemilikan jamban terus bertambah dan hal itu
mempengaruhi dalam angka penurunan penyakit diare dan malaria, dan usia
harapan hidup makin meningkat.45
44
ibid., 45
ibid.,
36
Adapun selanjutnya yaitu inovasi yang di inisiasi oleh UPTD Puskesmas
Tampo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi sendiri
memiliki letak wilayah yang strategis yaitu diujung timur pulau jawa, daerah
Banyuwangi sendiri di kelilingi oleh gunung dan hamparan lautan yang luas.46
Dimana lahan pertanian yang begitu hijau dan luas yang menggambarkan keadaan
masyarakat makmur dengan pertaniannya. Namun kondisi tersebut memiliki
keadaan terbalik dengan kondisi kesehatan dan sanitasi. Hal itu ditandai dengan
jumlah 217 desa yang ada di Banyuwangi, hanya 27 desa yang penduduknya
sudah menggunakan jamban sehat sehat selebihnya dari desa yang ada mayoritas
masih menggunakan kebiasaan BAB di sembarang tempat.47
Hal ini tentu
memiliki presentase kecil dalam kategori kesehatan dan sanitasi yang sehat dan
layak. Dari permasalahan itu menimbulkan banyak penyakit yang muncul di
masyarakat akibat rendahnya keadaan kesehatan lingkungan. Maka dari itu
muncul lah program-program ataupun inovasi dalam menyelesaikan permasalahan
ini di wilayah kabupaten Banyuwangi.
46
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021, Hal 9 47
Tatiek Setyaningsih, Bayu Mitra Adhyatma Kusuma, Mendobrak Keterbatasan Masyarakat:
Mewujudkan Desa ODF Di Kabupaten PUJASERA, IJPA-The Indonesian Journal of Public
Administration Volume 2 I Nomor 2 I Nopember 2016.
37
Gambar 2.4 Salah Satu Contoh Keadaan Sanitasi di Banyuwangi48
Salah satu wilayah di Kabupaten Banyuwangi menjadi pelopor terciptanya
sebuah inovasi dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan dan sanitasi di
kabupaten Bayuwangi yaitu kecamatan Cluring tepatnya desa Tampo ataupun
puskesmas Tampo. Puskesmas Tampo sendiri salah satu dari 45 puskesmas yang
ada di kabupaten Banyuwangi yang luas wilayahnya 27,185 km2 yang
berpenduduk 25.997 jiwa.49
Kondisi geografis puskesmas Tampo pun menjadi
sangat mendukung dalam menimbulkan permasalah sanitasi dan kesehatan ini.
Wilayah puskesmas tampo sendiri dikelilingi oleh sungai dan sempalan-sempalan
sungai yang hal itu hampir tersebar di seluruh wilayah pusksmas. Ribuan
penduduk telah puluhan tahun hidup di bantaran sungai. Hal itu di manfaatkan
setiap hari untuk mereka beraktivitas dengan membuang sampah, buang air besar,
mencuci, bahkan mandi di sungai tersebut. Akibatnya, lingkungan tercemari
48
Dokumentasi UPTD Puskesmas Tampo 49
Proposal PUJASERA, Puskesmas Tampo Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
38
limbah organik yang berupa feses manusia dan juga limbah anorganik dari
sampah yang di buang di sungai. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani
yang hal itu menjadikan faktor pendukung juga karena kebanyakan petani tersebut
bermukim didekat persawahan dan bergerombol untuk memudahkan akses
meereka dalam bekerja. Hal itu menjadi faktor pendukung BAB sembarang
tempat.
Dengan keadaan tersebut dari seluruh wilayah puskesmas tidak satupun
yang ODF (open defecation free) yaitu dimana ketika tiap individu tidak buang air
besar sembarangan. Angka kesehatan buruk karena sanitasi sangat tinggi bahkan
menyebabkan warga yang meninggal dan busung lapar. Maka dari itu pemerintah
daerah berinisiasi untuk membuat sebuah solusi dalam penyelesaian masalah ini
yaitu dengan membuat sebuah inovasi yaitu inovasi PUJASERA (Pergunakan
Jamban Sehat, Rakyat Aman).50
Dalam penerapan inovasi PUJASERA ini
berbagai kegiatan yaitu seperti arisan jamban, arak-arak an jamban dan lainnya.
Arak-arakan jamban sendiri menjadi keunikan dalam inovasi ini, dalam arak-
arakan masyarakat serta jajaran pemerintah ikut serta yaitu dengan berkeliling
desa serta melakukan pembongkaran jamban liar di sungai. Tahun pertama inovasi
ini diterapkan mengalami peningkatan yang sangat signifikan di bidang kesehatan
dan kepemilikan jamban di setiap keluarga. Maka tidak tanggung-tanggung
inovasi ini berhasil menembus 50 besar kompetisi inovasi pelayanan publik
(SiNovik) 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia dan menjadi salah satu
50
Rokom, PUJASERA (Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman),
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/daerah/20170524/4121232/pujasera-pergunakan-jamban-
sehat-rakyat-aman/, diakses pada 21 September 2020.
39
kandidat kuat program yang diajukan ke United Nations Public Service Awards
(UNPSA) untuk mewakili Indonesia.51
Sanitasi sendiri menjadi masalah yang klasik di berbagai negara terutama
di negara berkembang. Beberapa negara seperti Indonesia dan India menjadi
negara yang menyumbang keadaan sanitasi buruk terbanyak menurut WHO.
Berbagai program yang dilaksanakan dan diciptakan untuk mengatasi
permasalahan ini sudah dilakukan baik dalam tingkat global, nasional maupun
lokal. Diciptakannya berbagai kebijakan dan inovasi dalam mempercepat
permasalahan ini terselesaikan, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia sendiri tidak
hanya memiliki program dalam tingkat nasional dalam menyelesaikan permasalah
sanitasi namun dalam tingkat lokal baik dalam tingkat Kabupaten/Kota. Dalam
tingkat lokal pun ikut mendukung dalam menyelesaikan permasalahan ini dengan
berbagai program dan inovasi yang mereka ciptakan tidak terkecuali pemerintah
kabupaten Banyuwangi yang menciptakan inovasi PUJASERA.
51
Wawancara penulis dengan Inisiator program PUJASERA sekaligus Kepala UPTD Puskesmas
Tampo Banyuwangi, Tatiek Setyaningsih, Banyuwangi, 9 Januari 2020.