bab ii rpjmd 2014 (hal 47-87)

41
47 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat, dan Fokus Seni Budaya dan Olah Raga. Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 2.2.1.1.1 Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu 2009-2013 disajikan pada tabel 2.26 Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp. 684,234 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 778,454 triliun pada tahun 2010, Rp. 884,144 triliun pada tahun 2011, Rp. 1.001,721 triliun pada tahun 2012 dan Rp. 1.136,330 triliun pada tahun 2013. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun 2009 meningkat dari Rp. 320,861 triliun menjadi Rp. 393,666 triliun pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 419,430 triliun. Berdasarkan tabel 2.26 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun 2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing tumbuh sebesar 6,68 persen, 7,22 persen dan 7,27 persen, akan tetapi mengalami perlambatan menjadi 6,55 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata nasional. Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 2013 Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PDRB ADHB (Miliar Rupiah) 684.234 778.454 884.144 1.001.721 1.136.330 2. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 320.861 342.281 366.984 393.666 419.430 3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55 4. Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) 4,55 6,10 6,50 6,23 5,78 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Upload: trinhcong

Post on 12-Jan-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

47

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi

kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan

Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat, dan Fokus Seni Budaya

dan Olah Raga. Identifikasi terhadap ke tiga fokus utama tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

2.2.1.1.1 Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selama kurun waktu 2009-2013 disajikan

pada tabel 2.26 Pada tahun 2009 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar

Rp. 684,234 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp. 778,454 triliun pada tahun

2010, Rp. 884,144 triliun pada tahun 2011, Rp. 1.001,721 triliun pada tahun 2012

dan Rp. 1.136,330 triliun pada tahun 2013.

Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) Jawa Timur tahun

2009 meningkat dari Rp. 320,861 triliun menjadi Rp. 393,666 triliun pada tahun

2012 dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 419,430 triliun.

Berdasarkan tabel 2.26 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009

perekonomian Jawa Timur mampu tumbuh 5,01 persen, kemudian tahun

2010, tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing tumbuh sebesar 6,68

persen, 7,22 persen dan 7,27 persen, akan tetapi mengalami perlambatan

menjadi 6,55 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

selama kurun waktu tersebut lebih cepat dari rata-rata nasional.

Tabel 2.26

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PDRB ADHB (Miliar Rupiah) 684.234 778.454 884.144 1.001.721 1.136.330

2. PDRB ADHK 2000 (Miliar Rupiah) 320.861 342.281 366.984 393.666 419.430

3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55

4. Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) 4,55 6,10 6,50 6,23 5,78

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Page 2: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

48

Tabel 2.27 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000

Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 (persen)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 3,92 2,23 2,53 3,49 1,59

2. Pertambangan & Penggalian 6,92 9,18 6,08 2,10 3,30

3. Industri Pengolahan 2,80 4,32 6,06 6,34 5,59

4. Listrik,Gas & Air Bersih 2,72 6,43 6,25 6,21 4,74

5. Konstruksi 4,25 6,64 9,12 7,05 9,08

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,58 10,67 9,81 10,06 8,61

7. Pengangkutan & Komunikasi 12,98 10,07 11,44 9,64 10,43

8. Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 5,30 7,27 8,18 8,01 7,68

9. Jasa-jasa 5,76 4,34 5,08 5,07 5,32

PDRB 5,01 6,68 7,22 7,27 6,55

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Dapat dilihat pada tabel 2.27 di atas, secara umum pada tahun 2013

seluruh sektor mengalami perlambatan kecuali pertambangan dan penggalian,

konstruksi, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa. Sektor pertanian

mengalami perlambatan pada tahun 2010 dan mengalami percepatan sampai

dengan tahun 2012 dan kembali melambat pada tahun 2013. Industri pengolahan

yang memberikan kontribusi terbesar kedua dalam struktur PDRB Jawa Timur

mengalami percepatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, namun

mengalami perlambatan pada tahun 2013. Sektor perdagangan, hotel dan restoran

yang berkontribusi dominan mengalami percepatan pada tahun 2009 dan 2010,

namun mengalami perlambatan pada tahun 2011 dan kembali mengalami

percepatan 10,06 persen pada tahun 2012 dan kembali melambat menjadi 8,61

persen pada tahun 2013. Situasi perekonomian global yang masih mengalami krisis

sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tercermin dari

pertumbuhan sektoralnya.

Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur secara umum

memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi provinsi. Pertumbuhan

tertinggi tahun 2012 dicapai oleh Kota Batu dengan pertumbuhan sebesar 8,26

persen, sedangkan terendah pada kabupaten Bojonegoro yaitu sebesar 5.82

persen, yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.28.

Page 3: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

49

Tabel 2.28 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

Kabupaten

01. Pacitan 5,28 6,66 6,72 6,77 02. Ponorogo 5,01 5,89 6,41 6,67

03. Trenggalek 5,02 6,16 6,53 6,72

04. Tulungagung 5,25 6,65 6,88 6,99

05. Blitar 5,05 6,12 6,42 6,44

06. Kediri 4,28 6,07 6,28 6,99

07. Malang 5,02 6,57 7,35 7,56

08. Lumajang 5,04 5,94 6,35 6,47 09. Jember 5,02 6,16 7,21 7,27

10. Banyuwangi 5,06 6,26 7,14 7,29

11. Bondowoso 5,00 5,69 6,28 6,47

12. Situbondo 5,02 5,89 6,39 6,62

13. Probolinggo 5,12 6,25 6,33 6,67

14. Pasuruan 5,02 6,23 7,19 7,29

15. Sidoarjo 4,41 5,92 6,95 7,23 16. Mojokerto 5,03 6,87 7,23 7,29

17.Jombang 5,04 6,65 6,91 6,99

18. Nganjuk 5,18 6,32 6,47 6,72

19. Madiun 5,02 5,96 6,49 6,58

20. Magetan 5,02 5,81 6,18 6,51

21. Ngawi 5,05 6,19 6,20 6,67 22. Bojonegoro 6,55 10,97 9,20 5,82

23. Tuban 5,03 6,30 7,24 6,19

24. Lamongan 5,31 6,86 7,07 7,22

25. Gresik 5,96 6,89 7,39 7,43

26. Bangkalan 4,37 5,47 6,27 6,45

27. Sampang 4,27 5,40 6,14 6,19

28. Pamekasan 5,04 5,77 6,27 6,43 29. Sumenep 4,22 5,51 6,36 6,49

Kota

30. Kota Kediri 4,19 5,99 7,93 7,67

31. Kota Blitar 5,31 6,66 6,64 6,84

32. Kota Malang 5,20 6,60 7,22 7,71

33. Kota Probolinggo 5,02 6,41 6,67 6,96

34. Kota Pasuruan 5,02 5,99 6,35 6,59 35. Kota Mojokerto 5,03 6,66 6,77 7,19

36. Kota Madiun 5,22 6,97 7,29 7,88

37. Kota Surabaya 5,17 7,47 7,65 7,76

38. Kota Batu 5,90 7,16 8,17 8,26

Jawa Timur 5,01 6,68 7,22 7,27

Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur

2.2.1.1.2 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Unsur lain yang layak dipertimbangkan dalam perekonomian wilayah adalah

besarnya laju inflasi. Indikator ini pada prinsipnya menggambarkan kenaikan indek

harga konsumen di Jawa Timur. Pada periode tahun 2009 - 2013, inflasi di Jawa

Page 4: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

50

Timur cenderung berfluktuasi dari kisaran 3,62 persen di tahun 2009 hingga 7,59

persen di tahun 2013. Nilai inflasi Jawa Timur dari tahun 2009 - 2012 lebih tinggi

dibanding dengan inflasi nasional, namun pada mulai bulan Mei tahun 2013 inflasi

Jawa Timur berada di bawah inflasi Nasional.

Gambar 2.18 Laju Inflasi Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2009 - 2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Tingginya inflasi pada tahun 2013 disebabkan oleh kebijakan pemerintah

(Administered Price) yang mengurangi subsidi bahan bakar minyak (sejak tanggal

22 Juni 2013) atau menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 40 persen. Hal

ini menimbulkan dampak secara langsung pada sektor transportasi. Selanjutnya,

menimbulkan efek domino terhadap kenaikan harga kelompok bahan makanan

dan sektor lainnya.

Gambar 2.19 Laju Inflasi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Pada akhir tahun 2013, kebijakan pemerintah mengurangi kuota daging

impor menyebabkan spekulasi dan boikot para importir sapi, yang menyebabkan

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Page 5: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

51

stagnasi ketersediaan daging di pasar berkurang bahkan sempat kosong dan

pengusaha menaikkan harga sampai menyentuh harga tertinggi berkisaran Rp.

90.000 sampai dengan Rp.100.000. Inflasi juga didorong dengan adanya pengaruh

melemahnya nilai rupiah terhadap dolar yang menyentuh sampai Rp. 12.000 per 1

dolar, sehingga mempengaruhi harga terhadap barang impor maupun barang

produk yang menggunakan bahan baku impor.

Jika dilihat selama tujuh tahun terakhir (2007-2013), faktor penyebab inflasi

dari tujuh kelompok pengeluaran, kelompok Transport (Transportasi, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan) tahun 2013 mencapai rekor inflasi tertinggi sebesar 12,60

persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi

tertinggi pada tahun 2008 sebesar 11,70 persen. Pada tahun 2010 inflasi tertinggi

terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 16,22 persen, sedangkan inflasi

tertinggi pada kelompok perumahan terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,54 persen,

inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang terjadi pada tahun 2008 sebesar

9,66 persen, inflasi tertinggi pada kelompok kesehatan terjadi pada tahun 2008

sebesar 5,97 persen, dan inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan terjadi pada

tahun 2007 sebesar 7,96 persen.

Apabila dilihat dari lokasi dan besaran inflasi pada tingkatan yang lebih kecil

(Kabupaten/Kota) tahun 2009 - 2013, dapat terlihat seperti pada tabel berikut :

Page 6: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

52

Tabel 2.29 Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2009 - 2013

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kab. Jember 3,66 7,09 3,36 4,49 7,21

Kab. Sumenep 2,73 6,75 4,42 5,05 6,62

Kota Kediri 3,60 6,80 4,18 4,63 8,05

Kota Malang 3,39 6,70 3,41 4,60 7,92

Kota Probolinggo 3,55 6,68 4,92 5,88 7,98

Kota Madiun 3,40 6,54 3,00 3,51 7,52

Kota Surabaya 3,39 7,33 3,44 4,39 7,52

Kab. Tulungagung 4,64 6,25 - - -

Kab. Banyuwangi 4,21 6,83 - - -

Kab. Tuban 4,24 5,98 - - -

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Pengukuran inflasi sejak tahun 2011 hanya dilakukan pada tujuh

kabupaten/kota. Sedangkan untuk tahun 2014 akan dilakukan pengukuran di

delapan kabupaten/kota; dari tujuh kabupaten/kota eksisting ditambah Kabupaten

Banyuwangi.

2.2.1.1.3 PDRB Perkapita

Kondisi perekonomian Jawa Timur menunjukkan perkembangan cukup

menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang

berada di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga diikuti

dengan peningkatan PDRB per kapita Jawa Timur sebagaimana ditunjukkan pada

tabel 2.30. PDRB per kapita penduduk Jawa Timur setiap tahun mengalami

peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB perkapita Jawa Timur mencapai Rp. 18,421

juta, kemudian meningkat menjadi Rp. 20,775 juta pada tahun 2010. Selanjutnya,

pada tahun 2011 PDRB per kapita Jawa Timur meningkat menjadi Rp. 23,760 juta

dan pada tahun 2012 mencapai Rp. 27,194 juta kemudian pada tahun 2013

meningkat lagi menjadi Rp. 29.620 juta. Hal ini merupakan satu indikasi

membaiknya kondisi perekonomian Jawa Timur.

Page 7: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

53

Tabel 2.30 PDRB Per Kapita Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2009-2012

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*)

(1) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(Miliar Rupiah) 686.848 778.566 884.144 1.001.72 1.136,33

2. Jumlah Penduduk Pertengahan

Tahun (Ribu jiwa) 37.286 37.476 37.688 38.053 38.363

3. PDRB Per Kapita (Ribu Rupiah) 18.421 20.775 23.760 27.194 29.620

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan : * ) Angka Diperbaiki

Peningkatan PDRB per kapita tersebut disebabkan pertumbuhan PDRB

ADHB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Dengan

meningkatnya PDRB per kapita tersebut, maka secara umum mengindikasikan

bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur semakin meningkat.

2.2.1.1.4 Indeks Gini Rasio Tahun 2009-2013

Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan

membandingkan luas antara diagonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas

segitiga di bawah diagonal, yang angkanya berkisar antara nol hingga satu. Nol

merupakan pemerataan sempurna, sedangkan satu merupakan ketimpangan

sempurna.

Tabel 2.31

Angka Gini Rasio menurut Status Wilayah di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Tahun Status Wilayah Gini Rasio

Jawa Timur Gini Rasio Nasional

2009

Kota 0,34 0,37 Desa 0,26

Kota+Desa 0,33

2010

Kota 0,36 0,38 Desa 0,26

Kota+Desa 0,34

2011

Kota 0,38 0,41 Desa 0,30

Kota+Desa 0,37

2012*)

Kota 0,37 0,41 Desa 0,30

Kota+Desa 0,36

2013**)

Kota 0,39 0,41 Desa 0,29

Kota+Desa 0,36 Sumber : BPS Prov. Jawa Timur Keterangan : *) Angka Diperbaiki

**) Angka Sementara (menunggu validasi BPS)

G < 0,3 = Ketimpangan Rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,5 = Ketimpangan Sedang G>0,5 = Ketimpangan Tinggi

Page 8: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

54

Tabel 2.32

Persentase Distribusi Pengeluaran Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Tahun 40 %

bawah

40 %

menengah

20 %

atas

(1) (2) (3) (4)

2009 19,86 37,59 42,55

2010 20,81 38,52 40,67

2011 21,09 38,57 40,34

2012 20,15 34,38 45,47

2013 19,82 34,55 45,63

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Bila mengacu pada nilai gini rasio, tingkat ketimpangan rata-rata konsumsi

per kapita di Jawa Timur 2009-2013 masih masuk dalam kategori ketimpangan

sedang (antara 0,3 – 0,5). Selama tahun 2009-2011 nilai gini rasio di Jawa Timur

menunjukkan tren kearah peningkatan, namun pada tahun 2012 terjadi penurunan

sebesar 0,01 dibandingkan tahun 2011 menjadi 0,36 dan pada tahun 2013 tidak

terjadi perubahan. Situasi tersebut, masih lebih baik bila dibandingkan angka gini

rasio nasional, sejak tahun 2009 hingga 2011 yang terus meningkat. Gini rasio

Indonesia selama tahun 2009-2013 berturut-turut adalah 0,37 (2009); 0,38

(2010); 0,41 (2011); 0,41 (2012) dan 0,41 (2013).

Secara umum gini rasio daerah perkotaan mulai tahun 2009-2012 lebih

tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Dalam kurun empat tahun terakhir gini

rasio wilayah perkotaan masuk dalam kategori sedang, sedangkan gini rasio

daerah perdesaan masuk dalam kategori rendah.

2.2.1.1.5 Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia

Bank Dunia mengukur pemerataan pendapatan dalam masyarakat dengan

pendekatan besar persentase distribusi pengeluaran penduduk suatu wilayah

berdasarkan kategori pendapatan 40 persen terbawah, 40 persen menengah dan

20 persen teratas.

Dari pengukuran pemerataan pendapatan berdasarkan versi Bank Dunia

seperti tersaji pada tabel 2.32, menunjukkan bahwa kelompok yang mempunyai

pendapatan berkategori 20 persen teratas pada tahun 2009 sebanyak 42,55

persen, dan selanjutnya mengecil masing-masing 40,67 persen (2010) ; 40,34

persen (2011); 45,47 persen (2012); dan pada tahun 2013 menjadi 45,63 persen.

Page 9: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

55

Tabel 2.33 Indeks Williamson Jawa Timur

Tahun 2009-2012

Tahun Indeks

Williamson Perubahan

(1) (2) (3)

2009 114,46 0,46520

2010 115,14 0,59409

2011* 112,68 -2,13653

2012** 112,60 -0,07100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) Angka diperbaiki

**) Angka Sementara

Hasil penghitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa penduduk

yang berpendapatan 40 persen terbawah pada tahun 2013 sekitar 19,82

persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang berpendapatan 40

persen terbawah menikmati hasil kegiatan ekonomi sebesar 19,82 persen,

berarti ketimpangan pendapatan yang terjadi di Jawa Timur pada tahun

2013 masuk dalam kategori rendah.

2.2.1.1.6 Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Salah satu indikator yang bisa membaca seberapa jauh tingkat disparitas

antar wilayah, yaitu Indeks Williamson. Semakin besar angka yang ditunjukkan

oleh Indeks Williamson berarti semakin melebar kesenjangan yang terjadi di

wilayah tersebut. Sebaliknya, semakin kecil indeks ini, semakin mengecil

kesenjangan antar wilayahnya.

Pencapaian Indeks Williamson di Jawa Timur pada empat tahun terakhir

relatif berfluktuatif, tetapi ada kecenderungan semakin membaik dalam kurun dua

tahun terakhir. Pada tahun 2009 indeks ini tercatat sebesar 114,46 selanjutnya

melebar pada tahun 2010. Selanjutnya indeks ini semakin mengecil pada tahun

2011 dan 2012 yang pencapaiannya masing-masing 112,68 dan 112,60. Adanya

jembatan Suramadu meningkatkan arus perekonomian dan transfer sosial budaya

kewilayah Madura semakin cepat.

Selain itu Jalur Lintas Selatan sangat mendukung perekonomian pada

wilayah selatan yang dulunya masih terkendala. Demikian pula daerah-daerah

yang ekonominya transportasinya bergantung pada Tol Porong yang semula

terkendala dengan adanya luapan lumpur Sidoarjo, dengan adanya jalur arteri

Porong perekonomiannya kembali normal.

Page 10: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

56

2.2.1.1.7 Presentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan di Jawa Timur

Angka kemiskinan di Jawa Timur dari tahun 2009-2013 berturut-turut

mengalami penurunan dari 16,68 persen; 15,26 persen; 13,85 persen; 13,08

persen dan 12,73 persen.

Gambar 2.21

Prosentase Penduduk Miskin dan Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

2.2.1.1.8 Angka Kriminalitas yang Tertangani

Berdasarkan data dari Polres Kabupaten/Kota se Jawa Timur, angka

kriminalitas yang tertangani pada tahun 2012 adalah 2,42 atau dengan kata lain

dalam satu tahun 2 sampai 3 tindak kejahatan yang terjadi diantara 10.000

penduduk dapat ditangani oleh aparat kepolisian. Apabila diperhatikan selama 3

tahun terakhir, rata-rata tindak kejahatan yang tertangani sudah di atas 53,27

persen. Hal ini sebagai bukti penanganan kriminalitas oleh aparat keamanan sudah

semakin baik.

Tabel 2.34 Tindak Kejahatan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

Tahun

Jumlah

Tindak Kejahatan

Tindak Kejahatan Yang

Tertangani

Persentase

Tindak Kejahatan Tertangani

Angka

Kriminalitas Tertangani

2009 20.363 8.976 44,08 2,41

2010 2011 2012

16.879 14.991 15.270

9.892 7.503 9.216

58,61 50,05 60,35

2,64 1,99 2,42

Sumber : Polres Kab/Kota Se Jawa Timur (2009,2012), Polda Jatim (2010-2012)

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Rakyat

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan pembangunan

kesejahteraan masyarakat antara lain dapat diketahui melalui indikator

sebagai berikut :

Page 11: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

57

2.2.2.1 Pendidikan

2.2.2.1.1. Angka Melek Huruf Umur 15 Tahun Keatas

Melek huruf merupakan indikator kunci dasar dan paling esensial

diantara indikator pembangunan manusia lainnya. Pentingnya indikator ini

untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Pengukuran

Human Development Index (HDI), indikator melek huruf memiliki bobot yang

lebih besar, yaitu sebesar 2/3 dibanding rata-rata lama sekolah yang hanya

sebesar 1/3.

Tabel 2.35

Perkembangan Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013

NO Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah penduduk usia

diatas 15 tahun yang bisa membaca dan

menulis

24.492.836 24.984.639 25.077.871 25.773.409 25.230.826

2 Jumlah penduduk usia

15 tahun keatas 27.896.169 28.282.363 28.244.026 28.963.661 28.316.044

3 Angka melek huruf (Persen)

87,80 88,34 88,79 89,00 89,10

4 Angka buta Huruf

(Persen) 12,20 11,66 11,21 11,00 10,90

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 15 tahun ke atas ini

juga menjadi sasaran global dan nasional. Berdasarkan tabel 2.35 Angka

melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas di Jawa Timur, selama

kurun waktu 2009-2013 terjadi peningkatan dari 87,80 di tahun 2009 dan

menjadi 88,34 persen di tahun 2010; 88,79 persen di tahun 2011; dan

89,00 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 angka melek huruf

meningkat lagi menjadi 89,10 persen.

Gambar 2.22

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Page 12: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

58

99.6799.02 98.86 98.58 97.81

93.2290.12

82.1478.52

73.63

54.43

40

50

60

70

80

90

100

15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-64 65+

Gambar 7

Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin di Jawa Timur 2012. (Persen)

L P L+P

Capaian indikator ini pada tahun 2013, hanya terpaut sebesar 5.9 persen di

bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun 2014. Sementara Untuk

mencapai target yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014 Kemdiknas, perlu upaya

keras, mengingat capaian Jawa Timur pada tahun 2013 terpaut jauh yaitu sebesar

6,5 persen. Capaian melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis

kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kalau dilihat

dari Gambar 2.22 bahwa semakin tinggi kelompok umur antara laki-laki dan

perempuan maka semakin besar pula perbedaan capaian melek huruf nya.

Capaian melek huruf laki-laki mulai kelompok umur 15-19 tahun hingga 45-

49 tahun diatas 90 persen, sedangkan pada perempuan mulai kelompok umur 15-

19 tahun hingga 35-39 tahun diatas Kondisi ini memberikan gambaran bahwa

penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding penduduk laki-laki.

Oleh karenanya dalam pemberantasan buta aksara di Jawa Timur maka kelompok

sasaran utama mesti lebih difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang

capaiannya di bawah 95 persen.

Kalau dilihat dari tabel 2.36, berdasarkan Kabupaten/Kota maka angka

melek huruf tahun 2012 di Jawa Timur yang tertinggi ada di Kota Malang yaitu

sebesar 98,3 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 70,7 persen. Jika

mengacu pada sasaran RPJMN 2012 sebagaimana pada Gambar 2.24 dapat dilihat

bahwa sebaran capaian melek huruf usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur di

kabupaten yang berwarna merah adalah prioritas pemberantasan buta huruf di

Jawa Timur, karena di wilayah tersebut masih dibawah target RPJMN 2012.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Gambar 2.23

Page 13: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

59

Wilayah di Jawa Timur yang telah mencapai sasaran melek huruf dalam RPJMN

2012 sebanyak 8 Kabupaten/Kota, yaitu wilayah dengan warna hijau.

Gambar 2.24

Sebaran Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas

Menurut Kabupaten/Kota dan Capaian Terhadap Target RPJMN Kemdiknas

di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 (Juni)

Tabel 2.36

Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

Kabupaten/kota

Jumlah penduduk

usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis

Jumlah

penduduk usia 15

tahun keatas

Angka melek

huruf

Kabupaten

01. Pacitan 373.358 426.801 87,5

02. Ponorogo 611.314 674.753 90,6

03. Trenggalek 489.933 529.61 92,5

04. Tulungagung 720.633 762.829 94,5

05. Blitar 785.109 858.81 91,4

06. Kediri 1.048.606 1.143.291 91,7

07. Malang 1.704.467 1.883.845 90,5

08. Lumajang 640.89 777.144 82,5

09. Jember 1.463.753 1.778.614 82,3

10. Banyuwangi 1.078.207 1.194.979 90,2

11. Bondowoso 463.374 577.866 80,2

12. Situbondo 394.822 512.577 77,0

13. Probolinggo 671.949 840.912 79,9

14. Pasuruan 1.058.708 1.164.719 90,9

15. Sidoarjo 1.485.632 1.522.964 97,5

16. Mojokerto 745.536 794.998 93,8

17. Jombang 855.477 912.817 93,7

Page 14: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

60

Kabupaten/kota

Jumlah penduduk

usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis

Jumlah

penduduk usia 15

tahun keatas

Angka melek

huruf

18. Nganjuk 704.909 780.474 90,3

19. Madiun 452.852 517.736 87,5

20. Magetan 443.62 488.041 90,9

21. Ngawi 541.211 637.787 84,9

22. Bojonegoro 795.752 943.98 84,3

23. Tuban 726.246 873.128 83,2

24. Lamongan 810.204 918.933 88,2

25. Gresik 869.76 905.259 96,1

26. Bangkalan 531.208 665.031 79,9

27. Sampang 455.468 644.078 70,7

28. Pamekasan 510.66 609.762 83,7

29. Sumenep 641.745 824.473 77,8

Kota

30. Kediri 202.103 208.873 96,8

31. Blitar 98.357 101.662 96,7

32. Malang 636.712 647.468 98,3

33. Probolinggo 152.103 165.351 92,0

34. Pasuruan 135.767 140.026 97,0

35. Mojokerto 89.507 92.582 96,7

36. Madiun 129.429 133.681 96,8

37. Surabaya 2.112.947 2.160.062 97,8

38. Batu 141.081 147.745 95,5

Jawa Timur 25.773.409 28.963.661 89,0

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Tabel 2.37

Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

Provinsi/Kab/Kota

Angka Melek Huruf

(tahun)

2009 2010 2011 2012

Kabupaten

01. Pacitan 91,56 91,58 91,60 87,50

02. Ponorogo 85,72 85,73 87,32 90,60

03. Trenggalek 92,69 92,83 92,84 92,50

04. Tulungagung 93,50 93,55 93,58 94,50

05. Blitar 91,90 92,00 92,02 91,40

06. Kediri 92,76 92,81 92,84 91,70

07. Malang 89,54 89,55 89,59 90,50

08. Lumajang 86,30 86,32 86,56 82,50

09. Jember 83,08 83,48 83,60 82,30

10. Banyuwangi 86,48 86,66 87,36 90,20

11. Bondowoso 75,31 76,72 78,25 80,20

12. Situbondo 78,20 78,24 78,27 77,00

13. Probolinggo 77,86 78,91 80,44 79,90

14. Pasuruan 88,93 89,99 90,03 90,90

15. Sidoarjo 97,40 97,42 97,76 97,50

16. Mojokerto 94,09 94,11 94,12 93,80

17. Jombang 92,50 92,52 92,87 93,70

18. Nganjuk 90,46 90,48 91,07 90,30

Page 15: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

61

Provinsi/Kab/Kota

Angka Melek Huruf

(tahun)

2009 2010 2011 2012

19. Madiun 88,31 89,53 89,55 87,50

20. Magetan 90,28 90,54 90,56 90,90

21. Ngawi 85,12 85,14 85,54 84,90

22. Bojonegoro 84,58 84,78 84,81 84,30

23. Tuban 85,56 85,79 85,83 83,20

24. Lamongan 86,97 87,15 88,71 88,20

25. Gresik 94,36 94,47 94,56 96,10

26. Bangkalan 82,82 82,84 82,87 79,90

27. Sampang 64,81 66,03 67,56 70,70

28. Pamekasan 80,21 80,84 81,82 83,70

29. Sumenep 78,63 78,64 78,66 77,80

Kota

30. Kediri 97,41 97,53 97,56 96,80

31. Blitar 97,23 97,24 97,27 96,70

32. Malang 97,19 97,20 97,24 98,30

33. Probolinggo 92,33 92,49 92,51 92,00

34. Pasuruan 96,14 96,41 96,43 97,00

35. Mojokerto 97,11 97,12 97,13 96,70

36. Madiun 97,75 97,79 97,80 96,80

37. Surabaya 98,00 98,06 98,07 97,80

38. Batu 97,78 98,26 98,27 95,50

Jawa Timur

Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur

2.2.2.1.2. Rata-rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang

pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah (mean years school/MYS)

merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang

dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. MYS bersama

dengan angka melek huruf, merupakan salah satu variabel komposit indeks

pembangunan manusia (IPM/HDI).

Gambar 2.25

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Page 16: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

62

9.3110

9.549.13

8.65 8.34

7.38

6.425.8

5.47

4.33

9.34

10.08

9.38.7

7.96

7.15

5.99

4.874.17

3.65

1.97

9.3210.04 9.42

8.918.3

7.73

6.66

5.655.01

4.51

2.97

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+

Gambar 10 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk Berusia 15 Tahun

Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Jawa Timur 2012

L P L+P

Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa

Timur, selama 2009-2013 terjadi peningkatan kualitas penduduk, yaitu dari setara

kelas satu jenjang pendidikan SLTP ditahun 2009 meningkat menjadi setara kelas

dua pada jenjang pendidikan SLTP ditahun 2013. Walaupun terjadi kenaikan,

namun kenaikan tersebut relatif lambat, karena selama tahun 2009 - 2013 hanya

terjadi peningkatan sebesar 0,34 persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,07

persen per tahunnya.

k 4

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Kalau dilihat rata-rata lama sekolah menurut kelompok umur dari sisi jenis

kelamin secara umum rata-rata lama sekolah laki-laki lebih tinggi dibandingkan

perempuan. Rata-rata lama sekolah penduduk di Jawa Timur tertinggi pada

kelompok usia 20-24 tahun mencapai 10,08 tahun atau setara dengan kelas satu

SLTA dan terus menurun hingga pada kelompok umur 65 tahun keatas.

Pembangunan pendidikan di Jawa Timur selama ini, membawa dampak

peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk di kelompok usia 15-34 tahun

yang memiliki rata-rata lama sekolah setara lulusan SLTP. Karenanya, salah satu

upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD 2009-2014 adalah dengan

mengakselerasi situasi ini melalui program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA).

Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih rendah

dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi pada peningkatan

rata-rata lama sekolah, tentunya akan memberi pengaruh pada pencapaian melek

huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan

memiliki tingkat melek huruf yang tinggi pula.

Gambar 2.26

Page 17: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

63

Tabel 2.38

Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

Kabupaten/Kota (Tahun)

2009 2010 2011 2012

Kabupaten

01. Pacitan 6,71 6,90 6,94 6,96

02. Ponorogo 6,61 6,68 6,99 7,18

03. Trenggalek 7,19 7,24 7,26 7,31

04. Tulungagung 7,80 7,84 7,85 7,95

05. Blitar 7,23 7,35 7,36 7,40

06. Kediri 7,59 7,60 7,69 7,72

07. Malang 6,80 6,80 7,02 7,08

08. Lumajang 6,03 6,10 6,41 6,43

09. Jember 6,45 6,53 6,73 6,79

10. Banyuwangi 6,81 6,85 6,89 7,25

11. Bondowoso 5,49 5,54 5,66 5,94

12. Situbondo 5,99 6,18 6,19 6,22

13. Probolinggo 5,08 5,57 5,80 5,92

14. Pasuruan 6,33 6,34 6,54 6,83

15. Sidoarjo 9,78 9,84 9,85 9,92

16. Mojokerto 7,79 7,81 7,82 7,94

17. Jombang 7,76 7,77 7,84 8,04

18. Nganjuk 7,11 7,19 7,44 7,61

19. Madiun 6,96 7,38 7,39 7,44

20. Magetan 7,55 7,57 7,60 7,85

21. Ngawi 6,34 6,36 6,99 7,02

22. Bojonegoro 6,53 6,66 6,68 6,72

23. Tuban 6,22 6,41 6,49 6,53

24. Lamongan 7,03 7,19 7,46 7,59

25. Gresik 8,49 8,53 8,84 8,98

26. Bangkalan 5,13 5,16 5,30 5,74

27. Sampang 3,93 3,95 4,20 4,22

28. Pamekasan 5,73 6,11 6,32 6,32

29. Sumenep 5,20 5,63 5,64 5,71

Kota

30. Kediri 10,00 10,20 10,21 10,24

31. Blitar 9,71 9,72 9,75 9,77

32. Malang 10,82 10,83 10,84 10,87

33. Probolinggo 8,35 8,52 8,53 8,67

34. Pasuruan 8,81 8,85 8,96 9,05

35. Mojokerto 9,67 9,97 9,98 10,11

36. Madiun 10,38 10,43 10,44 10,46

37. Surabaya 9,94 9,95 10,08 10,10

38. Batu 8,34 8,51 8,52 8,54

Jawa Timur 7,20 7,24 7,34 7,45

Sumber : BPS, Provinsi Jawa Timur

Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan Jawa Timur dilakukan

dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan, memberikan

kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan

masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi, gender, geografis wilayah, dan

Page 18: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

64

2009 2010 2011 2012 2013

113.3 112.3 112.67 112.69 112.7101.7 102.09 102.12 102.15 102.22

71.43 73.7 73.78 74.21 78.21

APK SD, SMP, SMA di Jawa Timur Tahun 2009-2013

SD SMP SMA

tingkat kemampuan fisik serta intelektual. Bertambahnya Angka Rata-rata Lama

Sekolah dan Angka Melek Huruf merupakan suatu indikator kunci keberhasilan

pendidikan yang berlangsung saat ini.

2.2.2.1.3. Angka Partisipasi Kasar

Angka partisipasi kasar (APK) merupakan salah satu indikator kinerja utama

dalam melihat keberhasilan program-program pendidikan yang telah dilakukan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. APK untuk setiap jenjang pendidikan dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 2.27

Sumber : Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur

APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan

SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18

tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk SLTP sederajat dan 16-18 untuk

SLTA sederajat, berapapun usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan

tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum

di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk

mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang

pendidikan.

Sasaran Nasional APK tahun 2012, terdapat dalam dokumen Rencana

Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sasaran APK SD (termasuk

SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen, SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90

persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C sebesar 79,0 persen.

Besaran APK SD di Jawa Timur tahun 2013 adalah 112,70 persen

meningkatn 0.01 poin bila dibandingkan dengan tahun 2012 adalah 112,69 persen.

Bila APK SD dalam Renstra Kemdiknas 2010-2014 digunakan sebagai dasar

Page 19: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

65

rujukan, maka capaian APK SD Jawa Timur tahun 2013 belum mencapai sasaran

dan terpaut sebesar 5,50 persen poin. Begitu halnya dengan APK SLTP, karena

besarnya capaian APK SLTP Jawa Timur tahun 2013 sebesar 102,21 persen, masih

terpaut 1,68 persen dengan target Renstra Kemdiknas 2010-2014. Sementara

untuk APK SLTA di Jawa Timur tahun 2013 sebesar 78,21 persen, terpaut 0,79

persen di bawah sasaran APK SLTA tahun 2012 dalam Renstra Kemendiknas 2010-

2014.

Tabel 2.39

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) di Provinsi Jawa Timur 2009-2013

NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD sederajat

1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang

pendidikan SD/MI

4.451.717 4.426.538 4.569.814 4.488.775 4.416.241

3.1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

3.929.141 3.941.708 4.055.928 3.983.295 3.918.582

1.3. APK SD/MI 113,3 112,3 112,67 112,69 112,70

2 SMP sederajat

2.1.

Jumlah siswa yang

bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs

1.852.005 1.899.146 1.888.485 1.785.512 1.844.834

2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun 1.821.047 1.860.266 1.849.280 1.747.931 1.804.944

2.3. APK SMP/MTs 101,7 102,09 102,12 102,15 102.21

3 SLTA sederajat

3.1.

Jumlah siswa yang

bersekolah di jenjang

pendidikan SMA/MA/SMK

1.191.452 1.231.707 1.285.830 1.343.928 1.212.488

3.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 16-18 tahun 1.667.999 1.671.244 1.742.789 1.810.980 1.550.297

3.3. APK SMA/MA/SMK 71,43 73,7 73,78 74,21 78,21

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan BPS Provinsi Jawa Timur

Pada tahun 2013 ini seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur APK SD di atas

100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah

di SD umurnya diluar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Begitu

pula APK SLTP juga diatas 100 persen. Karena banyak kita jumpai anak anak yang

usianya belum genap 7 tahun sudah sekolah SD dan imbasnya saat masuk SMP

usianya kurang dari 13 tahun kondisi demikian yang menyebabkan APK SD dan

SMP diatas 100 persen. Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini

diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan kejenjang SLTA.

Capaian APK di Jawa Timur sekolah setingkat SD tahun 2013 tertinggi

adalah Kota Blitar sebesar 141,66 persen dan yang terendah adalah Kabupaten

Sidoarjo sebesar 105,04 persen. Untuk APK SMP tertinggi adalah Kota Blitar

Page 20: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

66

sebesar 137,31 persen dan terendah adalah Kabupaten Probolinggo sebesar 94,03

persen. Sedangkan APK sekolah setingkat SMA yang tertinggi adalah Kota Blitar

sebesar 117,52 persen dan terendah Kabupaten Sampang sebesar 48,38 persen.

Tabel 2.40

Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013

Kabupaten/Kota APK SD APK SLTP APK SLTA

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013

Kabupaten

01. Pacitan 108,24 108,25 108,43 95,75 96,32 96,49 63,53 63,62 68,06

02. Ponorogo 112,59 112,60 112,71 109,75 109,76 109,67 76,06 76,19 79,61

03. Trenggalek 120,47 120,48 120,34 103,42 103,43 103,43 69,86 69,89 74,13

04. Tulungagung 107,68 107,69 107,96 105,40 105,41 105,41 69,19 69,21 71,32

05. Blitar 104,94 104,96 105,05 99,96 99,97 99,98 62,32 62,40 66,60

06. Kediri 105,06 105,30 105,47 103,81 103,82 103,82 59,50 59,64 61,63

07. Malang 108,23 109,67 109,79 94,27 94,64 96,19 61,58 61,62 64,25

08. Lumajang 108,80 108,81 108,91 98,34 98,70 98,80 56,30 56,41 63,51

09. Jember 107,92 107,93 107,95 98,04 98,05 98,10 62,29 62,40 65,29

10. Banyuwangi 107,79 109,72 109,90 99,56 99,57 99,73 66,86 67,06 79,77

11. Bondowoso 114,21 114,21 114,24 97,97 97,99 98,01 76,79 76,81 77,97

12. Situbondo 115,29 115,29 114,70 99,11 99,12 99,12 62,76 62,79 66,72

13. Probolinggo 129,76 129,76 128,82 93,96 93,97 94,03 58,81 58,84 59,83

14. Pasuruan 111,39 112,21 112,29 97,48 98,20 98,27 80,30 80,39 84,76

15. Sidoarjo 104,63 104,64 105,04 99,38 99,39 99,40 83,91 83,97 86,77

16. Mojokerto 115,24 115,25 115,05 113,05 113,06 112,66 71,32 72,89 75,41

17. Jombang 105,57 105,59 105,78 107,85 107,86 105,04 89,38 89,53 92,50

18. Nganjuk 114,12 115,43 115,54 109,13 109,14 108,95 71,36 71,39 73,92

19. Madiun 111,65 111,66 111,79 98,08 98,39 98,43 65,66 65,86 67,57

20. Magetan 105,47 105,68 105,90 110,96 110,97 110,35 86,98 87,13 88,72

21. Ngawi 118,08 118,10 118,20 95,62 96,05 96,46 81,21 81,40 84,17

22. Bojonegoro 118,22 118,23 117,97 107,62 107,63 107,35 83,70 83,74 84,67

23. Tuban 108,85 108,86 109,02 104,65 104,66 102,52 61,36 61,44 66,44

24. Lamongan 112,30 112,37 112,66 103,05 103,06 103,64 83,72 84,53 87,45

25. Gresik 105,56 105,60 106,01 96,86 97,03 97,27 73,68 75,00 81,22

26. Bangkalan 128,71 128,72 128,28 95,46 95,50 95,57 50,33 51,14 58,34

27. Sampang 107,38 107,38 107,34 94,05 94,06 94,11 44,61 44,81 48,38

28. Pamekasan 124,02 124,03 122,99 98,81 98,82 98,85 61,76 62,07 66,87

29. Sumenep 127,14 127,14 126,18 94,09 94,10 94,17 69,87 70,09 71,62

Kota

30. Kediri 148,85 148,86 141,17 137,19 137,20 137,20 109,92 109,95 115,20

31. Blitar 159,65 159,66 141,66 137,11 137,13 137,13 116,42 116,43 117,52

32. Malang 109,51 109,59 110,41 117,54 117,55 117,55 98,26 101,19 105,78

33. Probolinggo 112,73 112,74 113,01 116,41 116,42 116,42 96,13 97,72 103,83

34. Pasuruan 114,29 114,67 115,16 125,67 125,68 125,68 101,44 101,47 103,68

35. Mojokerto 152,84 152,85 115,05 126,47 126,49 112,66 102,45 102,46 75,41

36. Madiun 142,91 142,92 134,09 121,78 121,79 121,79 101,35 101,39 106,57

37. Surabaya 109,51 109,52 109,56 110,01 110,02 110,03 93,71 100,03 104,08

38. Batu 132,89 132,90 127,44 117,30 117,32 117,32 85,70 85,77 87,07

Jawa Timur 112,67 112,69 112,70 102,12 102,15 102,22 73,78 74,21 78,21

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

Page 21: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

67

9,0615,03

29,2720,13

20,565,95

Tdk/Belum Sekolah Tidak Tamat SDTamat SD Sederajat Tamat SLTP Sederajat

2.2.2.1.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Angka pendidikan yang ditamatkan (APT) bermanfaat untuk menunjukkan

pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk

melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat

kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase

jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut

pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.

Gambar 2.28 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas di Jawa Timur, Tahun 2012

Sumber : BPS Jawa Timur

Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur tahun 2012 sebagian besar

tamatan SD yaitu sebesar 29.27 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi

sebesar 5.95 persen. Yang menjadi perhatian disini adalah yang tidak punya

ijazah sebesar 24.09 persen (Tidak/belum sekolah dan tidak tamat SD), jadi

hampir sekitar seperempat penduduk usia 15 tahun keatas tidak memiliki ijazah.

Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang ada.

Jika dilihat perkembangan pertahun penduduk usia 15 tahun keatas yang

sudah menyelesaikan pendidikan SLTP keatas terus mengalami peningkatan, pada

tahun 2008 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas sebesar 31,97 persen

menjadi 46,64 persen pada tahun 2012. Kondisi yang cukup baik ini diiringi pula

oleh menurunnya persentase penduduk yang tidak punya ijazah terus menurun,

yaitu pada tahun 2008 penduduk yang tidak punya ijazah sebesar 26,07 persen

menjadi 24,09 persen pada tahun 2012.

Page 22: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

68

Tabel 2.41

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2009 – 2012

Uraian 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5)

Laki-laki

Tidak/belumsekolah 5,49 6,11 5,59 4,91

TidaktamatSD 15,92 13,49 14,80 14,66

SD 27,27 31,81 30,50 29,81

SLTP 19,80 20,86 20,95 20,67

SLTA 24,76 22,01 22,40 23,51

PT 6,76 5,72 5,76 6,43

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

N(000jiwa) 13.460,438 13.748,067 13.701,56 14.094.534

Perempuan

Tidak/belumsekolah 14,28 15,44 13,78 13,00

TidaktamatSD 17,08 14,39 16,12 15,37

SD 26,07 30,15 28,59 28,75

SLTP 18,45 18,45 19,32 19,62

SLTA 17,97 16,54 16,86 17,76

PT 6,15 5,02 5,34 5,50

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

N(000jiwa) 14.478,659 14.534,031 14.542,47 14.869,127

Laki-laki+ Perempuan

Tidak/belumsekolah 10,05 10,91 9,80 9,06

TidaktamatSD 16,52 13,95 15,48 15,03

SD 26,65 30,96 29,51 29,27

SLTP 19,10 19,62 20,11 20,13

SLTA 21,24 19,20 19,55 20,56

PT 6,44 5,36 5,55 5,95

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

N(000jiwa) 27.939,097 28.282,098 28.244,026 28.963,661

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur

Bila dilihat per Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kota Malang merupakan

daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang berijazah perguruan

tinggi (17,86 persen) dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan Kabupaten

Sampang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang

belum sekolah/ tidak tamat SD (30,81 persen). Tingkat pendidikan yang

ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan

mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan unsur pembentuk IPM.

Tabel 2.42

Persentase Penduduk Usia 15 tahun Keatas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

Kabupaten/kota Tidak/belum

sekolah Tidaktamat

SD SD SLTP SLTA PT Jumlah

Jumlah Penduduk

Kabupaten

01. Pacitan 10,49 13,39 40,15 21,2 10,7 4,08 100,00 426.801

02. Ponorogo 6,60 20,58 29,49 21,07 17,24 5,01 100,00 674.753

03. Trenggalek 4,28 15,25 39,02 23,09 13,80 4,56 100,00 529.610

04. Tulungagung 4,43 12,41 32,74 24,88 20,41 5,13 100,00 762.829

05. Blitar 6,91 16,31 34,41 22,79 15,4 4,19 100,00 858.810

06. Kediri 5,54 16,45 29,47 22,84 21,55 4,14 100,00 1.143.291

Page 23: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

69

Kabupaten/kota Tidak/belum

sekolah Tidaktamat

SD SD SLTP SLTA PT Jumlah

Jumlah Penduduk

07. Malang 7,39 18,95 32,32 20,16 16,84 4,34 100,00 1.883.845

08. Lumajang 12,82 18,02 38,82 15,77 11,25 3,31 100,00 777.144

09. Jember 14,66 20,37 31,41 15,56 13,56 4,43 100,00 1.778.614

10. Banyuwangi 7,39 20,17 28,42 20,63 17,97 5,43 100,00 1.194.979

11. Bondowoso 12,76 27,65 30,39 12,88 11,32 5,01 100,00 577.866

12. Situbondo 18,86 22,71 26,72 14,81 12,64 4,26 100,00 512.577

13. Probolinggo 12,03 27,21 31,65 14,31 11,23 3,57 100,00 840.912

14. Pasuruan 7,62 20,18 33,77 18,21 17,67 2,56 100,00 1.164.719

15. Sidoarjo 2,02 6,46 17,8 24,73 38,13 10,87 100,00 1.522.964

16. Mojokerto 5,11 15,46 25,58 26,29 23,39 4,18 100,00 794.998

17. Jombang 5,88 12,44 27,96 25,51 23,75 4,45 100,00 912.817

18. Nganjuk 7,15 14,62 31,98 20,8 19,49 5,95 100,00 780.474

19. Madiun 9,17 16,47 28,34 20,81 20,97 4,24 100,00 517.736

20. Magetan 6,66 13,67 30,77 19,09 23,66 6,15 100,00 488.041

21. Ngawi 14,37 14,9 29,21 23,11 14,22 4,19 100,00 637.787

22. Bojonegoro 11,84 14,57 34,14 22,36 14,39 2,70 100,00 943.980

23. Tuban 13,93 14,08 34,52 20,22 14,21 3,04 100,00 873.128

24. Lamongan 8,94 15,78 26,42 23,17 19,33 6,35 100,00 918.933

25. Gresik 4,27 9,90 21,55 24,66 31,97 7,65 100,00 905.259

26. Bangkalan 21,85 13,09 39,38 12,26 9,94 3,47 100,00 665.031

27. Sampang 30,81 25,75 26,62 9,09 6,10 1,62 100,00 644.078

28. Pamekasan 15,68 17,55 33,61 15,81 13,69 3,66 100,00 609.762

29. Sumenep 25,47 17,65 31,12 12,78 10,23 2,74 100,00 824.473

Kota

30. Kediri 2,31 8,76 17,83 21,46 37,37 12,27 100,00 208.873

31. Blitar 2,21 10,36 20,13 23,56 33,06 10,68 100,00 101.662

32. Malang 2,35 5,89 16,45 18,64 38,8 17,86 100,00 647.468

33. Probolinggo 5,59 11,66 23,65 19,37 30,55 9,18 100,00 165.351

34. Pasuruan 3,17 12,04 23,19 21,31 30,02 10,27 100,00 140.026

35. Mojokerto 2,48 7,30 14,77 21,74 39,28 14,42 100,00 92.582

36. Madiun 2,23 5,79 16,16 22,02 39,95 13,85 100,00 133.681

37. Surabaya 2,91 6,44 19,83 20,67 36,37 13,77 100,00 2.160.062

38. Batu 3,53 14,14 28,3 20,34 26,6 7,09 100,00 147.745

Jawa Timur 9,25 15,58 29,01 19,97 20,30 5,88 100,00 28.963.661

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

2.2.2.1.5. Angka Partisipasi Murni (APM)

APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa

atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM

juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang

pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator

tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan

serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM

untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.

Page 24: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

70

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.

APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan

tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa

atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk

kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM

juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang

pendidikan. Seperti halnya APK, APM juga merupakan salah satu indikator tonggak

kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta

perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sasaran APM di

untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.

Tabel 2.43

APM SD, SLTP, dan SLTA Jawa Timur 2009-2013 dan Sasaran APM dalam Renstra Depdiknas Tahun 2009-2013

Tahun SD SLTP SLTA

(1) (2) (3) (4)

2009 97,71 85,44 51,96

2010 97,08 85,94 53,97

2011 97,16 85,96 54,97

2012 97,23 86,07 55,94

2013 97,83 86,36 59,78

Sumber : Dinas Pendidikan Jawa Timur

Secara umum dalam empat tahun terakhir 2009-2013, terjadi peningkatan

APM di Jawa Timur untuk semua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD,

angka APM berfluktuasi pada tahun 2009 hingga 2010 mengalami penurunan,

namun sejak tahun 2010 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan.

Sementara APM SLTP Jawa Timur 2009-2013 terus mengalami peningkatan mulai

85,44 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 86,36 persen pada tahun 2013,

setiap tahunnya rata-rata naik sebesar 0,23 persen poin. Demikian halnya untuk

jenjang pendidikan SLTA, capaian APM Jawa Timur tahun 2013 sebesar 59,78

persen, meningkat 7,82 persen poin, bila dibandingkan APM tahun 2009 yaitu

51,96 persen.

Capaian APM Jawa Timur jika diukur dengan sasaran Renstra Kemdiknas

untuk SD telah melampui 1,53 persen poin sedangkan untuk SLTP melampui

sebesar 10,67 persen.

Page 25: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

71

Tabel 2.44 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan

SMA/SMK/Paket C Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2013

Kabupaten/Kota APM SD/Mi Paket A APM SMP/Mts/ Paket B APM SMA/SMK/Paket C

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013

Kabupaten

01. Pacitan 99,46 99,47 99,49 88,87 88,88 88,91 56,72 56,79 56,92

02. Ponorogo 99,17 99,18 99,20 98,90 98,90 98,93 60,16 60,20 60,64

03. Trenggalek 97,02 97,03 97,50 85,55 85,56 85,61 54,18 54,28 56,27

04. Tulungagung 98,32 98,33 98,52 90,20 90,21 90,29 53,62 53,69 53,81

05. Blitar 94,58 94,78 94,94 83,52 83,53 83,57 44,84 45,40 50,51

06. Kediri 94,84 94,93 95,15 84,14 84,15 84,25 42,88 43,28 48,36

07. Malang 94,59 94,89 95,12 75,25 75,26 75,37 44,49 44,64 49,42

08. Lumajang 99,48 99,49 99,67 98,17 98,17 98,18 53,63 53,84 55,36

09. Jember 95,87 95,88 96,05 78,44 78,27 78,33 47,38 47,69 48,66

10. Banyuwangi 96,05 96,25 96,79 83,71 83,72 83,80 49,08 49,25 53,08

11. Bondowoso 99,02 99,03 99,04 87,76 86,60 86,63 57,64 57,66 57,72

12. Situbondo 92,98 93,00 93,40 98,65 90,84 90,85 48,08 48,44 50,96

13. Probolinggo 96,87 96,88 97,04 73,21 72,50 72,54 38,11 38,30 40,00

14. Pasuruan 94,35 94,90 95,03 91,80 91,81 91,85 55,56 55,66 61,86

15. Sidoarjo 94,07 94,26 94,59 80,86 80,87 80,90 62,54 62,57 63,30

16. Mojokerto 99,45 99,46 99,47 94,69 94,70 94,74 56,20 56,23 60,01

17. Jombang 94,25 94,35 95,26 89,36 89,37 89,42 66,24 66,25 69,60

18. Nganjuk 98,57 98,58 98,80 88,92 88,93 88,97 53,38 53,41 58,28

19. Madiun 79,12 87,72 79,12 79,13 47,35 47,39

20. Magetan 94,38 95,23 95,28 91,37 91,38 91,43 62,05 62,11 62,28

21. Ngawi 98,67 98,96 99,01 90,77 90,78 90,83 64,04 64,09 64,18

22. Bojonegoro 99,02 99,04 99,37 93,85 93,86 93,88 69,18 69,21 74,55

23. Tuban 97,57 97,59 97,77 85,93 85,94 85,99 44,60 44,83 49,50

24. Lamongan 98,46 98,92 99,35 82,32 82,33 82,83 59,49 59,50 62,59

25. Gresik 92,56 93,53 93,95 86,13 86,14 86,18 57,26 57,30 63,87

26. Bangkalan 97,21 97,22 85,25 83,68 42,76 43,29

27. Sampang 93,15 93,16 93,33 73,88 73,72 73,75 21,66 21,99 31,10

28. Pamekasan 97,97 97,98 98,01 83,98 82,02 82,06 57,59 58,74 58,87

29. Sumenep 93,42 93,44 93,84 72,48 72,32 72,39 50,88 50,91 51,03

Kota

30. Kediri 116,15 116,16 112,55 115,43 115,43 115,44 66,70 77,20 89,96

31. Blitar 146,06 146,06 128,07 114,17 114,17 114,19 88,57 88,63 94,25

32. Malang 108,30 108,31 107,92 94,38 94,39 94,51 69,31 74,70 75,74

33. Probolinggo 103,11 103,12 102,71 95,04 95,05 95,09 70,49 70,52 75,04

34. Pasuruan 106,99 107,00 107,77 101,18 101,18 101,20 93,57 93,58 93,58

35. Mojokerto 121,30 121,31 113,63 103,32 103,32 103,34 79,24 79,26 84,90

36. Madiun 130,06 130,07 126,21 103,37 103,37 103,39 74,24 75,71 77,31

37. Surabaya 98,79 98,80 98,90 94,23 94,24 94,36 67,65 73,28 87,11

38. Batu 103,92 103,93 103,08 94,98 94,99 95,04 64,52 64,65 66,41

Jawa Timur 97,16 97,23 97,83 85,96 86,07 86,36 54,97 55,94 59,78

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur

Page 26: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

72

a. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa TimurTahun 2012

Gambar 2.29

APM SD sederajat menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Capaian APM anak sekolah SD sederajat per kabupaten/kota di Jawa

Timur pada tahun 2013 menunjukkan angka yang bervariasi. Dari 38

Kabupaten/Kota di Jawa Timur, terdapat 13 wilayah yang APM SD nya

dibawah capaian provinsi dan 25 wilayah yang capaiannya di atas APM SD

provinsi.

Page 27: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

73

APM SD tertinggi adalah di Kota Blitar sebesar 128,07 persen dan yang

terendah di Kabupaten Sampang sebesar 93,33 persen. Tingginya APM SD di

Kota Blitar kemungkinan karena banyaknya anak usia 7-12 tahun dari

Kabupaten Blitar yang bersekolah pada sekolah-sekolah di Kota Blitar, dan hal

ini juga yang menyebabkan Kabupaten Blitar APM SD nya lebih rendah dari

Kota Blitar. Hal yang sama juga terjadi pada enam wilayah kota lainnya yaitu

Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo,

Kota Madiun, Kota Batu dan Kota Kediri. Keenam kota ini APM SD nya di atas

100 persen.

b. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/Mts/Paket B Per

kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

Dari 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 12 wilayah

yang APM SLTP nya di bawah capaian provinsi dan 26 wilayah yang

capaiannya di atas APM SLTP provinsi.

APM SLTP tertinggi adalah di Kota Kediri sebesar 115,44 persen dan

yang terendah di Kabupaten Sumenep sebesar 72,39 persen. Ada lima

wilayah di Jawa Timur yang APM SLTPnya diatas 100 persen, yaitu Kota Kediri,

Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan. Tingginya APM

SLTP di lima wilayah tersebut diduga karena adanya anak-anak sekolah dari

wilayah kabupaten setempat.

Page 28: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

74

Gambar 2.30

Page 29: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

75

c. Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur

Pada tahun 2013 APM SMA Jawa Timur sebesar 59,78 persen capaian

ini tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Besaran APM SMA Jawa Timur

ini memberikan gambaran sekitar lima puluh persen penduduk Jawa Timur

yang berusia 16-18 tahun tidak sedang sekolah di bangku SMA.

Dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur 17 wilayah capaian APM

SMA nya dibawah capaian Jawa Timur dan 21 wilayah capaian APM SMAnya

diatas capaian Jawa Timur. APM SMA tertinggi adalah Kota Blitar sebesar

94,25 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Sampang sebesar 31,10

persen. Besarnya selisih capaian APM SMA ini mengindikasikan adanya

ketimpangan pendidikan antar Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Gambar 2.31

Page 30: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

76

2.2.2.2 Kesehatan

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi

kesejahteraan sosial masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup bayi

(AKHB), usia harapan hidup, dan jumlah balita yang mengalami kasus gizi buruk.

2.2.2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka kelangsungan hidup bayi merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan. Angka

kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan cermin ukuran dari angka kematian

bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang

berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun

tertentu. Secara matematis AKHB = (1-angka kematian bayi). Angka kematian bayi

merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu

setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian Per 1000

kelahiran hidup sekitar 974 pada tahun 2012. Data tersebut memberikan makna

bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 974 bayi yang mencapai usia 1 tahun.

Sementara angka kematian bayi tahun 2012 diproyeksikan menurun menjadi 25,95

Per 1000 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi

berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian

bayi, maka semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi. Angka kematian bayi

per 1.000 kelahiran terus menurun. Angka harapan hidup makin meningkat, dan

persentase balita dengan kasus gizi buruk terus menyusut.

Angka kematian bayi perlu terus ditekan, karena merupakan indikator

penting di bidang kesehatan, hal ini menentukan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Angka kematian bayi di Jawa Timur terus menurun, yaitu hingga 28,31 per

1.000 kelahiran.

Tabel 2.45

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012

No. Indikator 2009 2010 2011 2012*)

1. Angka Kematian Bayi (AKB) 31,41 29,29 29,24 25,95

2. Angka Kelangsungan Hidup

Bayi (AKHB) 968,59 970,71 970,76 974,05

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Keterangan : *) Angka Sementara

Page 31: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

77

2.2.2.2.2. Angka Usia Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi

pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari

suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas,

meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan

kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai

pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan

yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya

Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian

Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari

catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat

Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum

berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan

cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh BPS RI dengan metode tidak

langsung, rata-rata AHH di Jawa Timur selama empat tahun terakhir (2009 –

2012) menunjukkan trend meningkat yaitu dari 69,15 (2009) menjadi 70,09

(2012).

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Pada umumnya kabupaten-kabupaten di wilayah “tapal kuda” seperti

Kabupaten Sampang, Probolinggo, Bondowoso, Jember, Sumenep, Bangkalan,

Pamekasan, Situbondo, dan Pasuruan memiliki usia harapan hidup yang terendah

dibandingkan dengan daerah “kulonan” (Jawa Timur bagian barat). AHH pada

wilayah “Tapal Kuda” berkisar pada angka 64 hingga 66 tahun untuk perempuan

dan 60 hingga 63 tahun untuk laki-laki. Wilayah yang memiliki usia harapan hidup

yang cukup tinggi adalah Kabupaten Tulungagung, Kota Mojokerto, Kabupaten

71.271.64 71.84 72.09

67.267.66 67.88

68.19

69.15 69.6 69.81 70.09

64

66

68

70

72

74

2009 2010 2011 2012

Gambar 2.32Angka Harapan Hidup Penduduk Jawa Timur

Tahun 2009-2012

Perempuan Laki Lk + Pr

Page 32: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

78

Pacitan, Kota Blitar dengan 74 - 75 tahun untuk perempuan dan 71,56 tahun untuk

laki-laki.

Tabel 2.46

Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012

Kabupaten/Kota (Tahun)

2009 2010 2011 2012

Kabupaten

01. Pacitan 71,04 71,26 71,48 71,69

02. Ponorogo 69,62 69,93 70,24 70,55

03. Trenggalek 71,36 71,62 71,87 72,13

04. Tulungagung 71,23 71,48 71,72 71,95

05. Blitar 70,66 70,88 71,09 71,30

06. Kediri 69,42 69,66 69,90 70,15

07. Malang 68,70 68,96 69,23 69,50

08. Lumajang 66,87 67,17 67,46 67,75

09. Jember 62,66 62,84 63,03 63,21

10. Banyuwangi 67,18 67,58 67,98 68,38

11. Bondowoso 62,92 63,23 63,54 63,85

12. Situbondo 63,02 63,19 63,36 63,52

13. Probolinggo 60,85 61,13 61,42 61,70

14. Pasuruan 63,70 64,01 64,31 64,61

15. Sidoarjo 70,31 70,55 70,79 71,03

16. Mojokerto 69,97 70,19 70,42 70,64

17. Jombang 69,99 70,09 70,18 70,28

18. Nganjuk 68,67 68,89 69,11 69,33

19. Madiun 68,72 68,90 69,07 69,25

20. Magetan 70,93 71,17 71,41 71,66

21. Ngawi 69,58 69,91 70,24 70,57

22. Bojonegoro 67,01 67,15 67,28 67,42

23. Tuban 67,56 67,78 68,00 68,21

24. Lamongan 68,02 68,20 68,37 68,55

25. Gresik 70,73 70,98 71,22 71,47

26. Bangkalan 63,16 63,32 63,48 63,65

27. Sampang 62,34 63,00 63,49 63,98

28. Pamekasan 63,59 63,99 64,39 64,79

29. Sumenep 64,53 64,71 64,89 65,07

Kota

30. Kediri 70,18 70,41 70,64 70,86

31. Blitar 71,95 72,23 72,51 72,80

32. Malang 69,96 70,32 70,68 70,97

33. Probolinggo 69,83 70,17 70,52 70,86

34. Pasuruan 66,33 66,37 66,41 66,46

35. Mojokerto 71,35 71,56 71,78 72,00

36. Madiun 70,81 71,01 71,22 71,42

37. Surabaya 70,71 71,01 71,27 71,53

38. Batu 69,16 69,44 69,72 70,00

Jawa Timur 69,15 69,60 69,81 70,09

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Page 33: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

79

2.2.2.2.3. Persentase Balita Gizi Buruk

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan

membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang

badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan

menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di

bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi

buruk.

Sumber : Survei Prevalensi Gizi 2010-2012

Persentase balita gizi buruk di Jawa Timur terus mengalami penurunan, dari

4,80 persen tahun 2007 (Riskesdas, 2007) kemudian berdasarkan hasil survei gizi

balita di Jawa Timur tahun 2010 persentasenya menjadi 4,06 persen dan pada

tahun 2011 menjadi 3,88 persen. Kemudian dari hasil survei gizi balita di Jawa

Timur tahun 2012, persentase balita bergizi buruk menjadi 2,30 persen. Hal ini

dimungkinkan karena adanya pencanangan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

(RAD-PG) tahun 2011-2015 oleh Pemprov Jawa Timur yang sesuai dengan

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang

berkeadilan yang terfokus pada penurunan kemiskinan dan kelaparan.

Tabel 2.47

Persentase Gizi Balita Menurut Status Gizi dan Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

Kabupaten/Kota Gizi

Buruk Gizi

Kurang Gizi Baik

Gizi Lebih

Jumlah

Kabupaten

01. Pacitan 5,06 87,34 7,59 100,00

02. Ponorogo 1,18 7,06 88,23 3,53 100,00

03. Trenggalek 1,25 7,50 88,75 2,50 100,00

Gambar 2.33

Page 34: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

80

Kabupaten/Kota Gizi

Buruk

Gizi

Kurang

Gizi

Baik

Gizi

Lebih Jumlah

04. Tulungagung 1,27 11,39 84,81 2,53 100,00

05. Blitar 3,33 11,11 76,67 8,89 100,00

06. Kediri 7,29 16,67 73,96 2,08 100,00

07. Malang 0,85 10,26 84,62 4,27 100,00

08. Lumajang 3,61 19,28 69,88 7,23 100,00

09. Jember 3,54 17,70 71,68 7,08 100,00

10. Banyuwangi 5,10 20,41 73,47 1,02 100,00

11. Bondowoso 6,25 25,00 65,00 3,75 100,00

12. Situbondo 7,79 24,68 62,34 5,19 100,00

13. Probolinggo 11,49 25,29 63,22 100,00

14. Pasuruan 8,79 25,27 60,45 5,49 100,00

15. Sidoarjo 2,97 9,90 80,20 6,93 100,00

16. Mojokerto 2,35 7,06 85,88 4,71 100,00

17. Jombang 2,17 18,48 76,09 3,26 100,00

18. Nganjuk 4,76 13,10 80,95 1,19 100,00

19. Madiun 1,32 18,42 76,31 3,95 100,00

20. Magetan 2,35 14,12 74,12 9,41 100,00

21. Ngawi 4,60 11,49 77,01 6,90 100,00

22. Bojonegoro 4,60 17,24 78,20 1,15 100,00

23. Tuban 3,41 19,32 73,74 3,41 100,00

24. Lamongan 3,53 20,00 76,43 2,35 100,00

25. Gresik 1,22 12,20 75,65 8,54 100,00

26. Bangkalan 3,61 27,71 67,47 4,82 100,00

27. Sampang 25,32 72,15 2,53 100,00

28. Pamekasan 15,00 76,36 100,00

29. Sumenep 8,64 23,46 68,67 3,70 100,00

Kota

30. Kediri 4,17 11,11 75,19 6,94 100,00

31. Blitar 6,76 5,41 87,93 5,41 100,00

32. Malang 1,25 10,00 79,40 3,75 100,00

33. Probolinggo 6,85 13,70 79,56 2,74 100,00

34. Pasuruan 4,00 16,00 81,33 2,67 100,00

35. Mojokerto 10,14 84,06 5,80 100,00

36. Madiun 7,04 82,88 8,45 100,00

37. Surabaya 1,63 15,45 69,84 11,38 100,00

38. Batu 3,33 14,44 79,78 2,22 100,00

Jawa Timur 3,56 15,41 76,39 4,64 100,00

Sumber : Survey Prevalensi Gizi Balita Tahun 2012

2.2.2.3 Ketenagakerjaan

2.2.2.3.1. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Gambaran situasi ketenagakerjaan secara Nasional dapat diperoleh dari

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan secara

triwulanan sejak tahun 2011. Data ketenagakerjaan per triwulanan pada umumnya

dapat menjelaskan kondisi ketenagakerjaan yang bersifat musiman. Hal ini

dikarenakan sebagian besar tenaga kerja di Jawa Timur khususnya dan Indonesia

Page 35: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

81

pada umumnya masih bertumpu pada sektor Pertanian yang banyak dipengaruhi

oleh perubahan iklim.

Pada triwulan ketiga 2012, situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur masih

relatif membaik meskipun hubungan industrial antara pengusaha dan buruh belum

harmonis, terutama dengan adanya tuntutan buruh yang terkait dengan

penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK), upah minimum sektoral (UMS)

dan penghapusan sistem outsourching. Jumlah pekerja di Jawa Timur pada

Agustus 2012 tercatat sebanyak 19,081 juta orang atau meningkat 141.655 orang

dibandingkan Agustus 2011. Sementara jumlah angkatan kerja di Jawa Timur

mengalami peningkatan 139.672 orang yaitu dari 19,761 juta orang tahun 2011

menjadi 19,901 juta orang pada tahun 2012. Sedangkan kondisi tahun 2013

(Februari), jumlah angkatan kerja mencapai 20.095 juta orang dengan jumlah

pekerja sebanyak 19.291. Dengan demikian peningkatan jumlah pekerja menjadi

tidak signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal

ini dapat menggambarkan bahwa kompetisi diantara angkatan kerja semakin

ketat.

Gambar 2.34

Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan dan Pekerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013 (Jutaan Orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan

kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus

diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan

demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi,

kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya

lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja

dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian,

keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour)

Page 36: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

82

adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan

kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja

dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Rasio penduduk yang

bekerja pada tahun 2012 sebesar 95,16 persen yang berarti bahwa dari 100 orang

jumlah angkatan kerja, terdapat 96 orang diantaranya terserap dalam lapangan

pekerjaan yang tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 0,54 persen

poin dibandingkan tahun 2011.

Tabel 2.48

Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2012

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

Kabupaten

01. Pacitan 97,09 106,51 118,85 84,02

02. Ponorogo 90,29 106,96 100,42 91,25

03. Trenggalek 94,90 101,45 104,04 86,64

04. Tulungagung 95,53 104,34 101,28 91,50

05. Blitar 93,51 100,12 98,20 90,66

06. Kediri 89,08 96,05 92,85 95,40

07. Malang 97,16 94,96 92,61 94,65

08. Lumajang 94,25 105,56 88,84 99,32

09. Jember 94,95 102,50 93,54 102,87

10. Banyuwangi 95,53 98,73 97,07 90,41

11. Bondowoso 91,95 96,29 101,37 94,85

12. Situbondo 95,55 100,23 98,72 95,61

13. Probolinggo 93,74 97,57 103,77 88,43

14. Pasuruan 93,94 95,50 95,84 94,37

15. Sidoarjo 88,90 82,19 90,05 99,56

16. Mojokerto 92,29 94,85 95,54 95,15

17. Jombang 92,57 106,45 93,31 98,68

18. Nganjuk 91,81 107,34 89,27 98,94

19. Madiun 94,18 95,05 91,28 96,32

20. Magetan 92,07 97,44 111,75 91,65

21. Ngawi 85,86 105,34 94,88 103,13

22. Bojonegoro 94,52 103,23 91,81 97,69

23. Tuban 92,54 96,19 96,11 101,03

24. Lamongan 94,51 103,82 90,51 98,28

25. Gresik 92,38 93,98 88,51 104,98

26. Bangkalan 87,83 104,16 93,89 91,54

27. Sampang 93,71 105,68 103,75 84,73

28. Pamekasan 94,04 104,79 105,77 84,57

29. Sumenep 96,61 99,46 102,97 87,69

Kota

30. Kediri 92,16 92,01 89,01 95,90

Page 37: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

83

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012

31. Blitar 90,18 96,57 90,92 99,48

32. Malang 86,59 95,37 83,90 97,84

33. Probolinggo 88,07 126,81 74,17 87,02

34. Pasuruan 84,14 102,11 81,38 95,37

35. Mojokerto 87,00 91,01 90,13 91,48

36. Madiun 86,63 87,85 87,78 102,31

37. Surabaya 91,13 93,79 84,44 98,56

38. Batu 86,23 97,89 93,13 92,94

Jawa Timur 92,84 98,86 94,62 95,16

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Sakernas dan Susenas Tahun 2008-2012

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

Pembangunan seni dan Budaya pada dasarnya ditujukan untuk melestarikan

dan mengembangkan seni dan budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan

nilai-nilai budaya daerah tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan

pengaruh negative budaya global. Pembangunan seni dan budaya ditujukan untuk

memperkuat jati diri masyarakat seperti solidaritas social, rasa kekeluargaan,

semangat gotong royong, penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa daerah.

Melalui pengembangan seni dan budaya daerah diharapkan dapat

mempertahankan serta mengembangkan potensi kearifan lokal dalam kehidupan

masyarakat.

Urusan seni, budaya dan olahraga tidak menujukkan gejala yang

mengkhawatirkan. Semua masih berjalan dalam koridor yang tepat. Hanya perlu

dijaga tren positif dan pengoptimalan segala potensi yang dipunyai Jawa Timur

dalam konteks seni-budaya maupun olahraga, sehingga Pemerintah Jawa Timur

perlu terus meningkatkan penyediaan ruang bagi tumbuh berkembangnya bidang

seni dan Olah Raga, antara lain fasilitas olahraga, dan sanggar-sanggar seni bangi

masyarakat.

2.2.3.1 Kebudayaan

2.2.3.1.1. Jumlah Grup Kesenian

Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan

yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan

akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan

kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan,

keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses

Page 38: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

84

evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena

itu, seni budaya akan berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.

Pengembangan kebudayaan di Jawa Timur pada dasarnya

merupakan upaya dalam rangka mewujudkan jati diri dan karakter bangsa

yang tangguh, berbudi luhur, toleran dan beraklaq mulia. Upaya ini

dilakukan melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat

terhadap nilai-nilai dan keragaman budaya, revitalisasi dan pelestarian seni

budaya. Berdasarkan data dari dinas/instansi terkait bahwa jumlah

kelompok/group kesenian pada tahun 2012 sebanyak 2.794 group dan

meningkat menjadi 3.050 group pada tahun 2013.

Tabel 2.49

Organisasi/Grup Kesenian Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Kabupaten/Kota Organisasi/Grup Kesenian

Tari Teater Lukis

Kabupaten

01. Pacitan 8 1 -

02. Ponorogo 15 3 1

03. Trenggalek 36 2 -

04. Tulungagung 307 46 3

05. Blitar 57 21 -

06. Kediri 15 6 5

07. Malang 750 376 4

08. Lumajang 57 19 3

09. Jember 16 29 2

10. Banyuwangi 47 34 -

11. Bondowoso 5 8 3

12. Situbondo 13 - 11

13. Probolinggo 6 2 -

14. Pasuruan 12 - -

15. Sidoarjo 1 37 47

16. Mojokerto 4 2 -

17. Jombang 17 26 1

18. Nganjuk 6 2 2

19. Madiun 16 16 5

20. Magetan 26 27 3

21. Ngawi 17 25 -

22. Bojonegoro 40 60 1

23. Tuban 7 8 20

24. Lamongan 16 11 1

25. Gresik 2 1 3

26. Bangkalan - 2 5

27. Sampang 5 2 3

Page 39: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

85

Kabupaten/Kota Organisasi/Grup Kesenian

28. Pamekasan 1 2 5

29. Sumenep 10 23 -

Kota

30. Kediri 100 6 1

31. Blitar 36 12 6

32. Malang 113 27 -

33. Probolinggo 7 5 2

34. Pasuruan 6 3 -

35. Mojokerto 11 5 8

36. Madiun 1 - -

37. Surabaya 83 52 13

38. Batu 112 10 -

Jawa Timur 1,981 911 158

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur

2.2.3.1.2. Jumlah Gedung

Gedung budaya dan seni adalah sebuah tempat atau bangunan yang

mempunyai fungsi sebagai arena atau ajang pertunjukan kebolehan, bakat dalam

bidang seni dan budaya bangsa. Contoh budaya bangsa seperti tari remo, lukisan

atau seni–seni yang lainnya. Berdasarkan data dari dinas terkait jumlah gedung/

sarana penyelenggara kesenian di Jawa Timur berjumlah 1260 gedung pada tahun

2011 dan tidak mengalami perubahan pada tahun 2012.

2.2.3.2 Pemuda dan Olah Raga

2.2.3.2.1. Jumlah klub olah raga

Pengertian klub olah raga adalah perkumpulan yang menyelenggarakan

kegiatan di bidang olahraga bagi para anggotanya guna peningkatan prestasi

maupun dengan tujuan lain yaitu menjaga kesehatan. Seiring dengan tumbuhnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya berolahraga baik untuk prestasi maupun

menjaga kesehatan, maka klub-klub olahraga pun semakin diminati, terutama di

daerah perkotaan. Selain itu, keberadaan klub-klub olahraga memberikan

kontribusi peningkatan prestasi olah raga regional dan nasional baik yang bersifat

amatir maupun profesional. Oleh karena itu jika prestasi olahraga semakin baik

maka semakin harum dan terpandang suatu daerah/negara, hal ini juga menjadi

salah satu indikator keberhasilan pimpinan daerah/Negara tersebut. Beberapa klub

olahraga yang kini banyak diminati antara lain klub sepak bola, bulu tangkis, bola

volley, bola basket, bersepeda, futsal, dan lain-lain.

Page 40: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

86

Berdasarkan data dari Dinas Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten/Kota

Se Jawa Timur terdapat 7.171 klub olahraga di tahun 2011 yang terdiri dari klub

sepak bola, bulu tangkis, bola volley, bola basket dan lainnya. Pada tahun 2012

jumlah klub olah raga meningkat menjadi 7.864 klub. Jumlah klub terbanyak baik

tahun 2011 dan 2012 adalah klub bola volley. Sedangkan yang mengalami

kenaikan terbesar adalah cabang olah raga sepak bola naik 260 klub.

2.2.3.2.2. Jumlah gedung olah raga

Sekarang ini, kegiatan olahraga bukan saja untuk menjaga kesehatan dan

kebugaran tubuh, tetapi juga merupakan salah satu hiburan bagi para peminat

olahraga sekaligus mempererat hubungan sosialisasi masyarakat dengan

lingkungan sekitarnya. Dengan berkembangnya dunia olahraga, maka semakin

banyak peminat olahraga dan muncul klub-klub olahraga, sehingga memacu

diadakannya kompetisi olahraga.

Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana latihan dan pertandingan olahraga

maka perlu adanya sarana gedung yang dapat dipergunakan untuk berbagai

macam jenis olahraga. Walaupun banyak juga olahraga yang bisa dilakukan di

luar gedung, akan tetapi keberadaan gedung olahraga jelas-jelas sangat

dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan olahraga. Gedung

olahraga terutama diperuntukkan bagi olahraga yang sudah sangat umum dan

digemari oleh masyarakat, seperti badminton, bola basket, bola voli, tenis meja,

dan futsal yang saat ini sedang meningkat penggemarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari dinas/instansi terkait Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2012 jumlah stadion sebanyak 59, lapangan

sepakbola 1.824, hall serbaguna 113 dan kolam renang sebanyak 256, sedangkan

pada tahun 2013 sebanyak 59 stadion, kolam renang 247, hall serbaguna 113 dan

lapangan sepak bola sebanyak 1824.

Tabel 2.50

Sarana dan Prasarana Olahraga Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Kabupaten/Kota Stadion Lapangan

Sepakbola

Hall

Serbaguna Kolam

Renang

Kabupaten

01. Pacitan 2 22 1 4

02. Ponorogo 1 17 1 15

03. Trenggalek 1 28 1 5

04. Tulungagung 1 1 0 1

Page 41: BAB II RPJMD 2014 (hal 47-87)

87

Kabupaten/Kota Stadion Lapangan

Sepakbola

Hall

Serbaguna Kolam

Renang

05. Blitar 1 105 1 13

06. Kediri 3 26 3 2

07. Malang 2 181 3 2

08. Lumajang 7 26 6 3

09. Jember 4 40 10 15

10. Banyuwangi 2 26 0 23

11. Bondowoso 1 8 1 4

12. Situbondo 1 18 1 3

13. Probolinggo 1 48 5 6

14. Pasuruan 2 96 0 8

15. Sidoarjo 2 55 9 15

16. Mojokerto 1 90 3 2

17. Jombang 1 10 1 30

18. Nganjuk 5 200 2 4

19. Madiun 1 199 0 6

20. Magetan 1 18 0 5

21. Ngawi 1 21 1 4

22. Bojonegoro 1 32 7 9

23. Tuban 1 2 0 3

24. Lamongan 1 167 9 2

25. Gresik 1 111 4 3

26. Bangkalan 1 20 1 1

27. Sampang 1 14 1 4

28. Pamekasan 1 10 1 2

29. Sumenep 1 15 1 0

Kota

30. Kediri 1 56 7 3

31. Blitar 1 20 25 3

32. Malang 1 21 1 10

33. Probolinggo 1 10 2 2

34. Pasuruan 1 40 0 9

35. Mojokerto 1 2 1 1

36. Madiun 1 4 1 7

37. Surabaya 2 56 2 10

38. Batu 1 9 1 8

Jawa Timur 59 1824 113 247

Sumber : Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur