bab ii ria -...

24
17 BAB II BIMBINGAN ISLAM DAN ASERTIVITAS ANAK A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Bimbingan Islam Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membentuk Jadi bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seseorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam metode dan tehnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya (Hallen, 2005: 9). Sementara Walgito, (1995:4) berpendapat bahwa Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan dalam menghindari/mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

Upload: phamxuyen

Post on 06-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

17

BAB II

BIMBINGAN ISLAM DAN ASERTIVITAS ANAK

A. Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti

“menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membentuk Jadi

bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus menerus dari

seseorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang

membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang

dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam metode

dan tehnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai

kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi lingkungannya (Hallen, 2005: 9).

Sementara Walgito, (1995:4) berpendapat bahwa Bimbingan

adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan dalam menghindari/mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan oleh orang yang ahli

kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak, remaja, maupun

dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

Page 2: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

18

dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan

sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma

berlaku (Prayitno dan Amti, 1995:99).

Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, secara umum dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa

orang agar mampu mengembangkan potensi (minat, bakat, dan

kemampuan) yang dimiliki, mengenali dirinya, mengatasi persoalan-

persoalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa tergantung kepada

orang lain.

Adapun bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras

dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2001:62).

Sementara Hallen (2005:16) berpendapat bahwa bimbingan Islam

adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis

kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah

beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al- Qur'an dan

Al-Hadist ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntunan Al- Qur'an dan Hadist.

Dari uraian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa bila

internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadist itu

Page 3: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

19

telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka

individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah

SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari

peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi

untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT.

2. Petugas dan Subyek Bimbingan Islam

a. Petugas Bimbingan Islam

Petugas bimbingan Islam adalah pihak yang membimbing atau

dapat pula disebut dengan istilah guide atau counselor

(Depag,1975:159)

Sejalan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, syarat-syarat

pembimbing dalam bimbingan Islam menurut Faqih (2001: 56-51)

berpendapat sebagai berikut:

1). Kemampuan profesional (keahlian)

Pembimbing merupakan orang yang memiliki

kemampuan keahlian atau kemampuan profesional dibidang

bimbingan Islam.

2). Sifat kepribadian yang baik (akhlaqul karimah)

Sifat-sifat kepribadian yang baik (akhlak yang mulia) dari

seorang pembimbing diantaranya adalah:

a). Siddiq (mencintai dan membenarkan Kebenaran) yakni cinta pada kebenaran dan mengatakan benar sesuatu yang memang benar.

b). Amanah (bisa dipercaya) maksudnya pembimbing mampu menjaga rahasia terbimbing.

Page 4: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

20

c). Tabligh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan) maksudnya pembimbing mau menyampaikan ilmunya kalau dimintai nasehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

d). Fatonah (intelejen, cerdas, berpengetahuan) pembimbing harus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang memadai. Termasuk sifat inovatif, kreatif, cepat tanggap, dan cepat mengambil keputusan.

e). Mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas) pembimbing selalu ikhlas dalam menjalankan tugasnya karena mengharapkan ridha Allah.

f). Sabar dalam arti pembimbing harus ulet, tabah, ramah, tidak mudah putus asa, tidak mudah marah, mau mendengarkan keluh kesah terbimbing.

g). Tawaduk (rendah hati) pembimbing harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong, tidak merasa paling tinggi kedudukan maupun ilmunya.

h). Saleh (mencintai, melakukan, membina, menyokong kebaikan) pembimbing Islam harus bersifat saleh, karena akan memudahkan melakukan tugasnya.

i). Adil dalam arti mampu mendudukkan permasalahan dan klien sesuai dengan situasi dan kondisi secara porporsional

j). Mampu mengendalikan diri dalam arti harus memiliki kemampuan kuat untuk mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan terbimbing.

3). Kemampuan kemasyarakatan (hubungan sosial)

Pembimbing harus memiliki kemampuan melakukan

hubungan sosial, ukhuwah Islamiah yang tinggi.

4). Ketakwaan kepada Allah

Ketakwaan merupakan syarat dari segala syarat yang

harus dimiliki seorang pembimbing Islam, sebab ketakwaan

merupakan sifat paling baik.

Pembimbing harus memiliki sifat lahiriah yang baik, dan

juga kondisi mental yang baik. Jasmaniah yang baik misalnya

”berpakaian yang bersih” yang berarti pembimbing harus

Page 5: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

21

berpenampilan menarik, sopan, rapi, tertib. Sementara sikap

pembimbing yang harus dimiliki adalah selalu takwa kepada

Allah, beramal saleh atau tidak berbuat dosa, sepi ing pamrih dan

sabar.

b. Subyek Bimbingan Islam

Subyek bimbingan Islam adalah pihak yang dibimbing atau

disebut terbimbing (Depag, 1975: 159). Subyek bimbingan Islam

adalah individu, baik orang perorang maupun kelompok, yang

memerlukan bimbingan tanpa memandang agamanya. Sedangkan

mereka yang tidak beragama Islam perlakuan dari pembimbing Islam

berbeda dengan mereka yang beragama Islam, sesuai dengan

bimbingan Islam pada umumnya.

1). Faktor-faktor yang mempengaruhi “subyek bimbingan Islam”

adalah

a). Motivasi

Motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan

suatu mahluk yang mengarahkan kepada sesuatu tujuan atau

beberapa tujuan dari tingkat tertentu (Arifin, 2000: 49). Hasil

bimbingan akan menjadi optimal kalau ada motivasi, adanya

motivasi seseorang yang mengikuti bimbingan akan berhasil

dengan baik dan tekun dalam mengikuti bimbingan karena

dipengaruhi oleh motivasi.

Page 6: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

22

b). Minat

Minat adalah kecenderungan hati kepada sesuatu atau

keinginan, minat juga sebagai kecederungan subyek yang

menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi

(Poerwadarminta, 1999: 650).

Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan

bimbingan, seseorang akan melakukan sesuatu yang diminati

tanpa mengenal lelah, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak

mungkin melakukan sesuatu, kalau melakukan hanya dengan

keterpaksaan dan hal itu akan mengakibatkan kurang baik.

Subyek bimbingan sudah barang tentu tidak harus mereka yang

menghadapi masalah, sesuai dengan fungsi bimbingan. Dengan demikian

subyek bimbingan bisa meliputi banyak orang, ini berbeda dengan

konseling yang subyeknya adalah individu yang mempunyai masalah

(Faqih, 2001: 45-46).

3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

Tujuan bimbingan Islam yaitu untuk meningkatkan dan menumbuh

suburkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan

khalifah Allah SWT di muka bumi ini, sehingga setiap aktivitas tingkah

lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau

mengabdi kepada Allah (Hallen,2005:14). Menurut Faqih (2001: 4)

berpendapat bahwa tujuan bimbingan Islam adalah:

Page 7: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

23

a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai kodrat-Nya yang ditentukan Allah sesuai dengan sunatullah sesuai dengan hakekatnya sebagai mahluk Allah.

b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang ditentukan Allah melalui Rasulnya (ajaran Islam).

c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah; berarti menyadari eksistensi diri sebagai mahluk Allah untuk mengabdi kepadanya dalam arti seluas-luasnya. .

Dengan menyadari eksistensinya sebagai mahluk Allah, yang

bersangkutan akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan, petunjuk

Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapai kehidupan bahagia di

dunia dan akhirat yang menjadi idaman setiap muslim.

Sedangkan fungsi bimbingan Islam menurut Arifin dan Etik (1995:

7) adalah:

a. Menjadi pendorong (motivasi) bagi yang dibimbing sehingga timbul semangat dalam menempuh kehidupan.

b. Menjadi pemantap (stabilisator) dan penggerak (dinamisator) bagi yang tersuluh untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama, segala tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah kepada Tuhan.

c. Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan Islam. Sehingga wadah pelaksanaan program kemungkinan menyimpang dapat dihindari.

Menurut Arifin (1992: 14) berpendapat bahwa pelaksanaan

bimbingan agar dapat berjalan dengan baik ada beberapa fungsi yaitu :

a. Fungsi umum 1). Mengusahakan agar klien terhindar dari segi gagasan yang

mengancam kelancaran proses perkembangan dan pertumbuhan. 2). Membantu mencegah kesulitan yang dialami oleh setiap klien. 3). Mengungkap tentang psikologis klien yang bersangkutan

mengenai kemampuan diri sendiri, minat perhatiannya terhadap bukti yang dimilikinya yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.

4). Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan sampai titik optimal.

Page 8: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

24

b. Fungsi khusus 1). Fungsi penyaluran : Menyangkut bantuan kepada klien dalam

memilih sesuatu yang sesuai dengan keinginan klien baik masalah pendidikan, pekerjaan, sesuai bakat, kemampuan yang dimilikinya.

2). Fungsi penyesuaian klien dengan kemajuan dalam perkembangan secara optimal, agar memperoleh kesesuaian, klien dibantu untuk mengenal dan memahami permasalahan yang dihadapi serta mampu memecahkannya.

3). Fungi adaptasi program pengajaran sesuai bakat, minat, kemampuan serta kebutuhan klien.

Fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan Islam

mempunyai fungsi sebagai pendorong, mantap, penggerak untuk mencapai

pengarahan bagi pelaksanaan bimbingan supaya sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan klien serta melihat bakat dan minat yang

dimilikinya secara optimal yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin

dicapainya.

4. Metode dan Materi Bimbingan Islam

a. Metode Bimbingan Islam

Metode langsung adalah metode di mana metode pembimbing

melakukan komunikasi langsung (tatap muka). Menurut Musnamar

(1992;49) metode langsung dibagi menjadi dua yaitu:

1). Metode individu yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan

komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang

dibimbing diantaranya adalah percakapan pribadi yaitu

pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak

yang dikunjungi atau dibimbing

Page 9: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

25

2). Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi

langsung dengan klien dalam kelompok, hal ini dapat dilakukan

dengan tehnik : diskusi kelompok yaitu pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi bersama dengan klien

yang mempunyai masalah. Dengan metode ceramah yaitu

pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan klien,

pembimbing memberikan materi seperti aqidah tauhid, akhlak, dan

ibadah baik itu ibadah kepada tuhan maupun kepada manusia.

3). Metode Keteladanan, sebab seorang pembimbing merupakan

contoh ideal dalam pandangan seseorang yang tingkah laku sopan

santunnya akan ditiru, yang didasari atau tidak, bahkan semua

keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, dalam

bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi

maupun spiritual. Karena keteladanan merupakan faktor penentu

baik buruknya seseorang yang dibimbing

b. Materi Bimbingan Islam

Materi bimbingan Islam adalah semua bahan yang disampaikan

terhadap anak asuh, bimbingan yang menjadi sasaran dengan

bersumber Al Qur'an dan Hadis, pada dasarnya materi bimbingan

hendaknya disampaikan tidak terlepas dari apa yang menjadi tujuan

bimbingan Islam, namun dari keseluruhan materi yang menjadi dasar

adalah:

Page 10: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

26

1). Aqidah

Aqidah adalah tauhid (meng-Esakan Tuhan) kepercayaan

yang pokok pangkal atas kepercayaan keyakinan yang sungguh–

sungguh akan ke-Esaan Allah.

2). Syari’ah

Syariat adalah peraturan yang diturunkan Allah kepada

manusia agar dipedomani dalam berhubungan dengan Tuhannya,

dengan sesamanya, dengan lingkunganya dan dengan kehidupan

(Rofiq, 2002: 4)

3). Akhlak

Akhlak adalah suatu sikap yang melekat dalam jiwa

seseorang yang melahirkan perbuatan berdasarkan kemauan dan

pilihan, baik buruk, terpuji dan tercela, akhlak tersebut melekat

menjadi tabiat jiwa karena pengaruh pendidikan baik dan buruk

(Al-Adnani, 2002: 70)

B. Asertivitas

1. Pengertian Asertivitas

Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan

apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun

dengan tetap menjaga dan menghargai hak serta perasaan pihak lain (Rini,

www.psikologiums.net. 2004)

Menurut Perlman dan Cozby (1983) dalam Nashori (2000: 13)

asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk

Page 11: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

27

mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat

mempertahankan hak-haknya dengan tegas.

Asertivitas adalah perilaku antar perorangan (interpersonal) yang

melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan.

Perilaku asertif ditandai oleh kesesuaian sosial dan seseorang yang

berperilaku asertif mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang

lain (Gunarsa, 1992: 215).

Jadi asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk

mengungkapkan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan secara

terbuka, tegas, dan jujur dengan tetap menghargai dan menjaga hak-hak

serta perasaan orang lain.

Asertivitas dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala

pengukuran asertivitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku

Asertivitas menurut Myers (1999: 90) yang meliputi: bebas

mengekspresikan, perasaan dan pendapat, mampu berkomunikasi dengan

semua orang, mempunyai orientasi hidup ke depan secara positif dan

mampu menghargai diri sendiri.

Menurut Christoff dan Kelly (1985) dalam Gunarsa (1992: 216),

ada tiga kategori asertivitas yakni:

a. Asertif penolakan, ditandai oleh ucapan untuk memperhalus seperti : maaf

b. Asertif pujian ditandai oleh kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif seperti menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji, dan bersyukur.

c. Asertif permintaan: jenis asertif ini terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai, tanpa tekanan atau paksaan.

Page 12: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

28

Jadi dari uraian ini terlihat bahwa asertivitas adalah perilaku yang

menunjukkan adanya ketrampilan untuk bisa menyesuaikan dalam

hubungan interpersonal, dalam lingkungan sosial dimana orang-orang bisa

mengekspresikan perasaan dan pemikiran mereka dengan cara

menunjukkan penghormatan terhadap hak orang lain yang berinteraksi

dengan mereka melalui ekspresi diri (Depsos, 2001: 45). Menurut Alberti

(1977) (salah seorang tokoh yang banyak menulis mengenai asertivitas),

latihan asertif (atau terapi perilaku asertif-assertive behavior therapy, atau

latihan ketrampilan sosial adalah prosedur latihan yang diberikan kepada

klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari

perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya. Prosedurnya adalah:

a. Latihan ketrampilan, di mana perilaku verbal maupun non verbal

diajarkan dilatih dan diintegrasikan ke dalam rangkaian perilakunya.

Teknik untuk melakukan hal ini adalah: peniruan dengan contoh

(modeling). Umpan balik secara sistematik, tugas pekerjaan rumah,

latihan-latihan khusus antara lain melalui permainan.

b. Mengurangi kecemasan, yang diperoleh secara langsung (misalnya

pengebalan) atau tidak langsung, sebagai hasil tambahan dari latihan

ketrampilan. Teknik untuk melakukan hal ini antara lain dengan

pendekatan tradisional untuk pengebalan, baik melalui imajinasi

maupun keadaan aktual.

c. Menstruktur kembali aspek kognitif, di mana nilai-nilai, kepercayaan,

sikap dengan membatasi ekspresi diri pada klien, diubah oleh

Page 13: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

29

pemahaman dan hal-hal yang dicapai dari perilakunya. Teknik untuk

melakukan hal ini meliputi penyajian didaktif tentang hak-hak

manusia. Kondisioning sosial, uraian nilai-nilai dan pengambilan

keputusan. Sebagaimana diketahui, bahwa hambatan untuk

mengekspresikan diri pada seseorang, yaitu masyarakat, kebudayaan,

umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, keluarga, perlu

diperhatikan karena kaitannya dengan hak-hak pribadi seseorang.

2. Teknik Assertive Training

Tehnik assertive training yaitu teknik yang digunakan untuk

melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus menerus

menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.

Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam

mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui role

playing atau bermain peran, rehearsal (latihan), dan sosial modeling atau

meniru model-model sosial. John L.Shelton (1977) dalam surya (2003: 26)

mengemukakan bahwa maksud utama teknik assertive training adalah

untuk:

a. Mendorong kemampuan klien mengekspresikan seluruh hal yang berhubungan dengan emosinya.

b. Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasi sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain.

c. Mendorong kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri. d. Meningkatkan kemampuan untuk memilih perilaku-perilaku asertif

yang cocok untuk dirinya sendiri.

Pada umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif,

mendasarkan pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu

Page 14: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

30

diubah, dan diperbaiki. Masters, et al. (1987) dalam Gunarsa (1992: 216-

217) mengemukakan bahwa teknik yang banyak digunakan untuk latihan

asertif adalah latihan berperilaku (behavioral rehersal) yaitu melakukan

atau melatih sesuatu tindakan yang cocok dan efektif untuk menghadapi

kehidupan nyata yang menimbulkan persoalan pada pasien atau klien.

Jadi tujuan dari latihan asertivitas adalah agar seseorang belajar

bagaimana mengganti sesuatu respons yang baru, yang sesuai. Lange dan

Jakbowski (dalam Rakos, 1991: 81) menjelaskan bahwa asertif meliputi

pertahanan terhadap hak individu untuk mengekspresikan pikiran,

perasaan, dan keyakinan yang diungkapkan secara langsung, jujur, tepat,

dan tidak melanggar hak asasi orang lain.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Asertivitas Seseorang

Menurut Gunarsa (2000:42-45) adalah:

a. Keluarga Sebagai lingkungan pertama dan utama membentuk perilaku

asertif individu. Pada dasarnya keluarga akan mempengaruhi perilaku asertif melalui dua cara yaitu: hasil pembentukan kepribadian individu dan sikap atau perilaku asertif orang tua.

b. Lingkungan Sekolah

Hubungan antara murid dengan guru atau antara murid dengan murid, banyak mempengaruhi kepribadian, kepribadian guru dapat menjadi tokoh yang dikagumi, karena timbul hasrat peniruan terhadap guru tersebut. Hubungan murid dengan murid yang baik dapat memperkecil kemungkinan tumbuhnya perbuatan yang jauh dari nilai moral yang tinggi bilamana kelompok itu sendiri sudah mempunyai moral yang baik pula sehingga secara tidak langsung, Si murid memperoleh kesempatan untuk melatih dan memperkembangkan nilai-nilai moral.

c. Lingkungan Teman-teman Sebaya

Makin bertambah umur, Si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan dengan teman

Page 15: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

31

bermain sebaya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan dalam suasana bermain.

d. Segi Keagamaan

Penghayatan nilai-nilai keagamaan dan perwujudannya dalam tingkah laku dan dalam hubungan dengan anak lain, dalam perkembangannya seorang anak mula-mula merasa takut untuk berbuat sesuatu yang tidak baik, seperti berbohong. Bahwa perbuatan yang tidak baik akan dihukum oleh Penguasa Tertinggi yaitu: Tuhan. Ajaran keagamaan dapat berupa petunjuk apa yang boleh dan wajar dilakukan, dapat berupa pengontrol untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya. Nilai-nilai keagamaan ini, diperoleh anak pada usia yang muda, dapat menetap menjadi pedoman tingkah laku dikemudian kalau pada mulanya kepatuhan didasarkan karena adanya rasa takut yang diasosiasikan dengan kemungkinan memperoleh hukuman, maka lama-lama kepatuhan akan dapat dihayati sebagai cara dan tujuan hidupnya.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa, keluarga, lingkungan sekolah,

teman sepermainan mempengaruhi perkembangan asertivitas anak sejak

dini, dan yang paling utama adalah keluarga karena dipandang sebagai

persiapan dasar untuk memasuki lingkungan. Sehubungan asertivitas dan

keluarga, Rakos (1991; 170-180) menjelaskan bahwa keluarga

mempengaruhi tingkat asertivitas individu melalui sikap, dan perilaku

orang tua atau lingkungan setempat terhadap perilaku tersebut. Dengan

kata lain, asertivitas anak merupakan hasil modeling terhadap tingkah

laku orang dewasa, orang tua yang tidak banyak tuntutan atau memberi

kebebasan terhadap anaknya untuk dapat mengekspresikan diri anak akan

menyebabkan anak mampu menampilkan asertivitas.

Sehubungan dengan hal tersebut pelaksanaan bimbingan Islam

bukan semata-mata diberikan kepada anak yang mengalami masalah

kejiwaan, melainkan lebih dari itu diberikan kepada anak secara

Page 16: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

32

keseluruhan. Dengan mengasumsikan perkembangan anak yang amat

pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga

sekarang tidak lagi mampu memberikan fasilitas untuk mengembangkan

fungsi-fungsi anak, terutama fungsi intelektuil dalam mengejar kemajuan

zaman modern, maka anak memerlukan satu lingkungan sosial baru lebih

luas berupa sekolahan untuk mengembangkan potensinya.

Masa sekolah ini, pandangan anak betul-betul diesseiting, yaitu

mengarah pada masalah kehidupan sekarang, hal ini tidak berarti, bahwa

perasaan religius anak hilang sama sekali; akan tetapi tidak menonjol.

Perasaan tinggi tersebut (perasaan religius) seakan-akan lelap tertidur,

hanya kadang-kadang muncul. Sehubungan dengan hal ini, hendaknya

pendidikan agama pada anak usia 6-12 tahun tidak dilaksanakan dengan

kekerasan, ancaman, dan paksaan untuk melakukan rite-rite keagamaan.

Tetapi diberikan sesuai perkembangan psikis, kebutuhan, dan keinginan

anak (Kartono, 1979: 142).

Sehubungan dengan bimbingan Islam, anak yang mengalami

kematangan beragama maka mereka akan menjadikan agama yang

dihayati sebagai dasar berpikir dan berperilaku. Khususnya dalam

hubungan interpersonal orang lain (Nashori, 2000: 30).

Menurut penelitian Ernest Harms dalam ( Jalaluddin, 2000: 66-67 )

perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan).

Dalam bukunya The development of Religius on Children, yang

Page 17: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

33

mengatakan bahwa perkembangan agama anak melalui tiga tingkatan

yaitu:

a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Tingkatan ini dimulai pada anak berusia 3-6 tahun. Pada

tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh

fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati

konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.

Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi

hingga dalam menanggapi agamapun masih menggunakan konsep

fantasi yang meliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.

b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)

Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga

sampai ke usia (masa usia ) adolesense. Pada masa ini ide ketuhanan

anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan pada

kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga

keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada

masa ini ide keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa

lainnya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak didasarkan atas

dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan

yang formalis. Berdasarkan hal itu maka pada masa ini anak-anak

tertarik dan senang pada lembaga keagamaan yang mereka lihat

dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk

Page 18: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

34

tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan mempelajari dengan penuh

minat

c. The Individual Stage (Tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang

paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep

keagamaan yang individual ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:

1). Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan

dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal ini disebabkan oleh

pengaruh luar.

2). Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam

pandangan yang bersifat personal (perorangan).

3). Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah

menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran

agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor

intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh

luar yang dialaminya.

Jadi dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep

keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-

anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outhority. Maksudnya

konsep keagamaan pada anak hampir sepenuhnya authoritarius, yang

dipengaruhi oleh faktor lain dari luar diri mereka.

Page 19: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

35

C. Pengaruh Bimbingan Islam terhadap Asertivitas Anak

Anak yatim piatu adalah anak-anak yang tidak punya orang tua, bapak-

ibu. Sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang secara

wajar dan tidak sempat mendapatkan pelayanan dan sentuhan nilai-nilai

agama. perkembangan agama anak sangat ditentukan oleh pengalaman yang

dilaluinya terutama pada masa umur (6-12 tahun ). Seseorang anak pada masa

itu tidak mendapat didikan agama, maka nanti setelah dewasa akan cenderung

kepada sikap negatif terhadap agama. Sudah melihat, mempelajari hal-hal

yang ada di luar mereka, sehingga akan mengikuti apa-apa yang dikerjakan

dan diajarkan oleh orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang

berhubungan dengan kemaslahatan agama ( Jalaluddin,2002:70 )

Kompleksitas permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi

pelaksanaan dakwah Islam untuk memberi motivasi beragama yang kuat dari

segi lahiriyah maupun batainiyah

Menurut Sujanto (1982: 141-146) menyebutkan ciri-ciri umum anak

antara lain:

1. Adanya kegemaran mengumpulkan barang-barang Sebelum masa ini anak masih senang menggunakan barang-barang

tidak semestinya, kemudian mulai bermain dengan alat tertentu dan ingin memiliki sebanyak-banyaknya. Anak merasa senang sekali kalau orang tuanya bersedih dengan pengumpulan barang itu.

2. Adanya hasrat untuk berkomunikasi dengan dunia yang lebih luas Keinginan untuk berhubungan dengan dunia yang lebih luas

dimanfaatkan anak untuk saling berkunjung ke rumah teman sekelas. Contohnya: belajar bersama.

3. Anak mulai memilih hobby Pada umur ini anak cenderung memilih hobby, pada umumnya

kegemaran ini menunjukkan bakat sehingga perlu adanya pemupukan dari orang tua, guru agar bakat dapat berkembang

Page 20: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

36

4. Adanya anak yang memerlukan perhatian khusus Perhatian khusus bukannya anak abnormal, melainkan anak yang

normal. Tetapi karena di rumah ia berada dalam kedudukan yang agak berlainan dengan anak yang lain, perhatian khusus ini diharapkan tidak merugikan dirinya, orang lain, dan sekolahnya.

Pada masa ini bimbingan aqidah tauhid, dan akhlak, al-Qur’an, ibadah

merupakan dasar-dasar yang harus ditanamkan ke dalam jiwa anak dengan

metode kasih sayang, ketulusan, dan ketauladanan yang persentatif dari kedua

orang tua, lingkungan keluarga dan masyarakat. Karena pada masa ini

merupakan masa mencontoh atau meniru sangatlah kuat bahkan akan mengisi

memori yang dalam pada anak (Adz-Dzaky, 2001: 111-112).

Oleh karena itu masyarakat wajib memperhatikan pemeliharaan anak-

anak yatim dan tidak boleh membiarkan mereka merasakan kepedihan-

kepedihan keyatiman dan kepahitannya. Seperti halnya wajib dipenuhi pula

kebutuhan-kebutuhan makanan yang diperlukan anak yatim, hendaknya

dipenuhi pula kebutuhan-kebutuhan jiwanya terhadap perhatian dan kasih

sayang, supaya tidak muncul padanya gangguan-gangguan kejiwaan.

Tanggung jawab hal ini terletak di pundak masyarakat.

Dalam memelihara anak-anak yatim, hendaknya seseorang

memperhatikan sikap pertengahan ( batas kewajaran ) dan menjauhi ifrath dan

tafrith (berkelebihan dan berkekurangan).

Bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan, artinya

bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar

membantu individu berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits. Kenyataan

menunjukkan manusia di dalam kehidupannya sering menghadapi persoalan-

Page 21: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

37

persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan

yang lain timbul demikian seterusnya.

Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu dengan

yang lainnya. Baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuan-

kemampuannya. manusia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa adanya

bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup

mengatasi persoalan-persoalan tanpa adanya bantuan atau pertolongan dari

orang lain, sehingga bimbingan Islam sangat diperlukan. Manusia perlu

mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya, dengan mengenal dirinya manusia

dapat bertindak sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.

Tetapi tidak semua manusia dapat sampai kepada kemampuan ini, karena

perlunya pertolongan/ bantuan orang lain dan hal ini dapat diberikan oleh

bimbingan Islam (Walgito, 1995: 7)

Orang yang memiliki kepribadian sehat dan matang mengarahkan

dirinya pada orang lain. Mereka aktif terlibat dan terikat pada sesuatu atau

seseorang yang ada di luar dirinya, orang yang matang bukanlah penonton

kehidupan yang pasif, terisolasi, dan menarik diri dari orang lain tetapi dia

benar-benar tenggelam sepenuhnya dalam kehidupan bersama orang lain.

Mereka mempunyai kemampuan mencintai dan memperluas dirinya ke dalam

hubungan yang penuh perhatian dengan orang lain. Bagi mereka pertumbuhan

dan pemenuhan orang lain sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan

pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri.

Page 22: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

38

Kesiapan untuk mengarahkan diri kepada orang lain ditopang oleh

kemampuan melakukan diferensiasi terhadap agama akan menjadikan individu

memahami ajaran agama secara obyektif. Dari sana, pemahaman obyektif

akan agama, ia mengetahui bahwa setiap agama menempatkan pemberian

kebaikan dan kasih sayang kepada orang lain sebagai tuntunan yang utama.

Pertemuan antara kesiapan mengarahkan diri kepada orang lain dengan

pemahaman obyektif akan pentingnya berhubungan dengan orang lain

sehingga mendorong individu berkenalan dan berbuat yang sebanyak-

banyaknya kepada orang lain. Kecenderungan ini akan menguat terutama bila

individu memiliki konsistensi moral sesuai ajaran agamanya. Prinsip-prinsip

kebaikan dan kebenaran yang diajarkan agamanya berkaitan dengan masalah

perhatian orang lain akan diupayakan untuk dilakukan. Karena ajaran agama

selalu menuntun bahwa setiap kali bertemu orang harus menyapa dengan

salam, maka ia sapa setiap orang sudah dikenal dan diajak kenalan orang yang

belum dikenal (Nashori, 2000: 30-31).

Dari uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia yang

mempunyai hubungan baik dengan Allah SWT dengan manusia dan alam

semesta, sehingga diri klien tercipta hablum minallah dan hablum minan nas

sebagai manifestasi dari kesadarannya atas peranan dan fungsinya sebagai

mahluk Allah di muka bumi, sehingga ia kembali menyadari peranannya

sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi untuk menyembah atau

mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan

baik dengan Allah, manusia dan alam semesta.

Page 23: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

39

Menurut Weaver dalam Andrie (2003: 3-4) menyebutkan beberapa

ciri-ciri individu yang asertivitas, yaitu:

1. Mengijinkan orang lain untuk menjelaskan pikirannya sebelum dirinya sendiri berbicara.

2. Mempertahankan keadaan yang sesuai dengan perasaan individu. 3. Membuat keputusan berdasar pada apa yang dianggap individu benar 4. Memandang persahabatan sebagai kesempatan untuk belajar lebih jauh

tentang diri sendiri dan orang lain serta untuk bertukar pikiran. 5. Secara spontan dan alami memulai percakapan menggunakan tekanan dan

volume suara yang sedang. 6. Berusaha untuk mengerti perasaan orang lain sebelum membicarakan

perasaannya sendiri. 7. Berusaha untuk menghindari hal yang merugikan dan merepotkan dengan

membicarakan masalahnya, sebelum dirinya menemukan arti yang masuk akal untuk memecahkan masalah yang tidak dapat dihindari.

8. Menghadapi masalah dan pengambilan keputusan dengan tabah. 9. Menganggap dirinya kuat dan mampu, tapi sama dengan orang lain pada

umumnya 10. Bertanggung jawab dengan menghargai situasi, kebutuhan dan hak

individu.

Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa bimbingan Islam

merupakan salah satu upaya efektif untuk bisa mengembangkan,

menyeimbangkan serta mempertahankan perilaku-perilaku positif yang ada

dalam diri setiap individu, termasuk sikap asertivitas anak di panti asuhan

yatim piatu Darul Hadlonah Kudus sehingga memiliki akhlak yang baik,

dalam lingkungan sosial maupun lingkungan keluarga.

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi, 1995: 69).

Jika landasan teoritis itu mengarahkan penyimpulannya ke “tidak ada

hubungan” atau ke “tidak ada perbedaan”, maka hipotesis penelitian yang

Page 24: BAB II Ria - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/29/jtptiain-gdl-s1-2006-masriahnim-1445... · Pengertian Bimbingan Islam ... Al-Hadist ke dalam diri,

40

dirumuskan akan merupakan hipotesis nol (Ho). Sebaliknya, jika tinjauan

teoritis mengarahkan penyimpulannya ke “ada hubungan” atau ke ”ada

perbedaan”, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan akan merupakan

hipotesis alternatif (HA) (Sumadi, 1995: 71).

Bahwa “Ada pengaruh positif antara bimbingan Islam terhadap

asertivitas anak di panti asuhan yatim piatu Darul Hadlonah Kabupaten

Kudus. Artinya, semakin tinggi tingkat bimbingan Islam maka akan semakin

baik perilaku asertif anak, dan sebaliknya semakin rendah tingkat bimbingan

Islam maka akan semakin buruk perilaku asertif anak.