bab ii pustaka - · pdf filesemen geopolimer dibuat dari ... polutan dari beberapa jenis...
TRANSCRIPT
BAB II
PUSTAKA
II.1 Industri Semen
Sistem pakar untuk meneliti AMDAL industri semen disusun dengan menyelidiki
segala proses yang terdapat dalam industri semen secara lebih mendalam. Semua proses
yang ditinjau memiliki dampak terhadap lingkungan yang akan ditelaah lebih lanjut
dalam sub-bab selanjutnya. Sedangkan, sub-bab ini akan difokuskan pada proses-proses
industri semen secara komprehensif.
Industri semen memiliki beberapa variasi dasar dalam proses-proses yang terjadi.
Variasi ini didasari jenis semen yang dihasilkan oleh pabrik semen tersebut. Dalam tugas
akhir ini, ditinjau industri semen yang memproduksi jenis semen yang umum digunakan,
yaitu semen Portland. Semen jenis ini merupakan bahan dasar dari beton (concrete).
Semen Portland dapat dicampur dengan air serta agregat (pasir dan batuan) agar menjadi
beton. Beton sangat berguna sebagai materi konstruksi, karena dapat dibentuk menjadi
banyak variasi struktur Selain itu, beton yang telah mengeras dapat menjadi elemen
struktural dari sebuah proyek konstruksi, karena memiliki kemampuan mempertahankan
bentuknya.
Semen Portland merupakan jenis semen hidrolis. Semen jenis ini mengeras ketika
tercampur dengan air, akibat reaksi kimia dengan air yang dicampurkan. Setelah
mengeras, semen hidrolis tidak akan terurai kembali bila dicampurkan lagi dengan air.
Dalam proses pengerasan, reaksi kimia yang terjadi merupakan hidrasi, yaitu
pembentukan senyawa hidrat antara air serta komponen semen. Senyawa hidrat ini
memiliki kekuatan tekan, geser, serta tarik yang amat besar karena membentuk matriks
antar-molekul yang kuat.
Semen Portland terbentuk dari batu kapur, tanah liat, serta gypsum, yang
mengalami proses temperatur tinggi untuk menghilangkan kandungan karbon dioksida
serta menyatukan bahan dasar primer menjadi molekul-molekul tertentu. Berdasarkan
bahan campurannya, semen Portland dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis semen lain,
II-2
yaitu semen Portland Blastifurnace, semen Portland Flyash, semen Portland Pozzolan,
semen Portland Silica Fume, semen Masonry, semen Ekspansif, semen White Blended,
serta semen Color Blended.
Semen Portland Blastifurnace mengandung sekitar 70% slag yang dicampur
dengan semen Portland murni serta sedikit tambahan gypsum. Semen Portland Flyash
merupakan campuran antara semen Portland murni dengan 30% Fly Ash. Semen Portland
Pozzolan terdiri dari semen Portland murni serta beberapa debu tipe pozzolan, atau
vulkanis. Semen Portland Silica Fume merupakan campuran semen Portland murni dan
debu silika, yang amat memperkuat semen yang terbentuk. Semen masonry biasanya
digunakan untuk mortar pada saat menyusun batu bata. Semen ekspansif merupakan
campuran semen Portland murni serta semen-semen lain; hasil dari campuran ini
merupakan semen yang tidak mengkerut ketika mengering. Semen White-Blended serta
Color-Blended merupakan campuran semen Portland murni dengan bahan-bahan pemberi
warna, misalnya metakaolin putih.
Selain semen Portland, ada juga beberapa jenis semen lain yang dibentuk dengan
campuran berbeda. Contohnya, semen Pozzolan-Lime, semen Slag-Lime, semen
Supersulfat, semen Kalsium aluminat, semen kalsium sulfoaluminat, semen natural, serta
semen geopolimer. Semen Pozzolan-Lime digunakan oleh kebudayaan Romawi dan
memiliki kekuatan akhir yang sangat tinggi sehingga hasil konstruksinya tahan lama.
Semen slag-lime merupakan semen hasil aktivasi slag dengan bantuan kapur. Slag yang
digunakan dalam kasus ini merupakan slag tergranulasi. Semen kalsium aluminat
merupakan semen hidrolis yang terbuat dari batu kapur dan bauksit dengan bahan aktif
CaAl2O4 dan Ca12Al14O33. Semen jenis ini memiliki ketahanan panas yang tinggi
sehingga acap kali digunakan sebagai bahan pelapis oven. Semen kalsium sulfoaluminat
mengandung Ca4(AlO2)6SO4 sebagai fase primer, sehingga temperatur reaksi yang
dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Semen natural merupakan semen yang digunakan
sebelum keberadaan semen Portland, serta diproduksi dengan pembakaran batu kapur
argillaceous pada temperatur sedang, serta komponen tanah liat 30-35%. Hasilnya adalah
semen dengan kualitas bervariasi. Semen geopolimer dibuat dari campuran silikat alkali
logam serta bubuk aluminosilikat yang dapat diekstraksi dari fly ash dan metakaolin.
II-3
Dari peninjauan terhadap proses-proses yang digunakan pada tiap variasi produksi
semen di atas, penyusun berhasil menentukan beberapa proses yang terpenting. Proses-
proses ini termasuk pengubahan lahan (alteration of ground cover), peledakan dan
pengeboran (blasting and drilling), generasi energi (energy generation), pemrosesan
mineral (mineral processing), penyimpanan produk (product storage), erosi dan
terasering (erosion and terrasing), daur ulang limbah (waste recycling), transpor dengan
truk (trucking), pembuangan sampah (junk disposal), pembuangan air pendingin (cooling
water discharge), pembuangan air limbah industri (liquid effluent discharge), ledakan
(explosion), serta kegagalan operasi (operation failure).
Proses pengubahan lahan merupakan salah satu tahap awal dalam pembuatan
sebuah situs industri semen. Pada dasarnya proses ini terdapat pula pada banyak industri
lain. Namun, perubahan lahan pada industri semen cukup drastis akibat banyaknya
kegiatan serta luas fasilitas pendukung proses yang dibutuhkan. Industri semen banyak
mempergunakan alat-alat berat dalam pembuatan produknya.
Peledakan dan pengeboran juga dilakukan pada tahap awal konstruksi proyek
industri semen. Kedua hal ini berkaitan erat dengan pembuatan struktur pondasi
bangunan. Tanpa penyusunan pondasi yang baik, kekuatan struktur pabrik semen tidak
terjamin. Hal ini dapat menjadi masalah pada kemudian hari.
Generasi energi merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam segala jenis
industri. Cukup banyak pula permasalahan yang dapat timbul akibat ekstraksi energi dari
proses-proses penghasil energi (energy-generating processes). Alat-alat industri semen
juga membutuhkan energi dalam jumlah besar, khususnya pada saat pembakaran batu
kapur, tanah liat, dan gypsum yang menjadi penyusun Portland clicker. Pembakaran
membutuhkan temperatur tinggi untuk menghilangkan seluruh kandungan karbon-
dioksida yang ada di dalam campuran. Perlu diketahui bahwa keberadaan karbon-
dioksida akan sangat mengurangi kekuatan geser semen.
Pemrosesan mineral merupakan salah satu proses dasar pengumpulan bahan baku
yang dilakukan di dalam industri semen. Mineral yang telah dikumpulkan diolah sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Sebagai contoh, tanah liat biasanya memiliki elemen
II-4
pengotor yang amat banyak sehingga harus dimurnikan terlebih dahulu sebelum dijadikan
bahan baku industri semen. Dalam prakteknya, pemrosesan mineral merupakan proses
yang menghasilkan polutan yang bervariasi dengan konsentrasi sedang.
Penyimpanan produk semen dilakukan sebelum industri dapat menyalurkan
semen ke pelanggan. Penyimpanan umumnya dilakukan di dalam gudang-gudang dengan
mempergunakan kemasan-kemasan semen sederhana. Tentunya dapat terjadi kebocoran
dalam langkah-langkah penyimpanan, sehingga proses ini dapat menghasilkan beberapa
jenis pencemar partikulat, hidrokarbon, serta padatan dalam air. Walaupun proses ini
terlihat sederhana, namun memiliki efek yang harus dipertimbangkan.
Erosi dan terasering merupakan proses yang terjadi akibat pembangunan
konstruksi-konstruksi industri semen. Kedua hal ini dapat terjadi pada saat konstruksi
maupun setelah berdirinya bangunan. Perubahan struktur internal tanah akibat
keberadaan pondasi, perubahan pola jatuh hujan, maupun perubahan struktur permukaan
tanah dapat menjadi penyebab langsung erosi dan terasering. Kejadian ini membawa
lebih banyak dampak sosial, seperti perubahan tata guna lahan atau perubahan harga
tanah. Di sisi lain, pengaruh terhadap lingkungan yang terjadi terbatas pada polusi udara
dan air akibat partikel-partikel debu yang terlepas dari matriks tanah.
Proses daur ulang limbah diupayakan pada beberapa industri semen untuk
mengurangi timbulan limbah padat akibat kegiatan pabrik. Proses ini mempergunakan
semua bahan yang “bocor” atau terbuang pada saat produksi dan mempergunakannya
kembali dalam proses. Namun, proses ini juga dapat memberikan dampak, khususnya
bila daur ulang tidak dilakukan dengan benar. Ada kemungkinan besar partikel kiln—sisa
semen—lolos ke alam dan mengurangi viabilitas lingkungan sekitar.
Transpor dengan truk dilakukan setelah semen yang telah diproduksi dibutuhkan
oleh para distributor semen atau pelanggan lain. Seperti semua jenis transportasi yang
mempergunakan mesin bensin (internal combustion engine), proses ini mengeluarkan
banyak sekali pencemar udara. Selain itu, kebocoran yang mungkin terjadi pada kantung-
kantung semen juga menghasilkan polusi partikulat dan padatan larut yang berat. Di sisi
lain proses ini membutuhkan pula pembuatan jalan serta jalur transportasi yang jelas. Hal
II-5
ini tentu mempengaruhi penggunaan lahan di daerah industri, serta aspek-aspek sosial
lainnya.
Proses pembuangan sampah merupakan proses yang sangat umum dalam industri.
Dalam industri semen, timbulan sampah muncul dari sisa-sisa bahan baku, pengotor
mineral quarry, sisa pembungkus bahan baku, serta limbah padat lain. Pengelolaan
persampahan yang baik pada situasi pabrik amat penting agar mencegah terlepasnya
polutan kimia dalam jumlah banyak ke udara ambien, air tanah, air permukaan, maupun
ekosistem. Selain itu tentunya proses ini mempengaruhi tingkat kenyamanan masyarakat
setempat.
Pembuangan air pendingin silakukan pada umumnya ke badan air setempat. Air
pendingin umumnya tidak memiliki terlalu banyak pencemar kimiawi maupun biologis
karena penggunaannya yang terbatas pada pendinginan alat. Namun, temperatur yang
tinggi serta padatan larut dapat muncul dari proses ini. Hal ini tentunya mengganggu
ekologi badan air setempat bila tidak diperhatikan dengan seksama.
Pembuangan air limbah industri semen memiliki potensi sebagai proses dengan
variasi dan jumlah polutan terbesar. Keseluruhan proses produksi semen memiliki hasil
sampingan yang terpaksa dibuang ke badan air. Tentunya, sebelum pembuangan
dilakukan, air limbah diolah terlebih dahulu dengan bantuan bangunan pengelolaan air
limbah yang baik. Efisiensi bangunan tersebut—beserta bersihnya proses produksi
sebelumnya—menjadi penentu kualitas air limbah industri. Konsentrasi polutan tidak
boleh melebihi standar tertentu yang tentunya diperhatikan penyusun laporan AMDAL.
Ledakan merupakan proses yang jarang terjadi. Perbedaan utama dengan proses
peledakan di atas adalah sifatnya yang berdasarkan ketidaksengajaan. Kemungkinan
ledakan dalam pabrik semen muncul akibat penggunaan tungku untuk meningkatkan
temperatur clinker ketika tahap pemurnian campuran semen. Bila ledakan terjadi,
tentunya dampak sosial maupun lingkungan amat pelik dan sulit untuk ditanggulangi.
Kegagalan operasi terjadi apabila salah satu komponen penting produksi semen
tidak terpenuhi sehingga produksi terhenti. Bila hal ini terjadi, pemrakarsa proyek akan
mengalami rugi ekonomis yang sangat besar. Di samping itu, hal ini turut mempengaruhi
II-6
keadaan masyarakat sekitar. Sebagai misal, lapangan kerja yang diciptakan pabrik semen
akan hilang begitu saja. Sebisa mungkin, kejadian ini harus dihindari dengan
mengantisipasi semua masalah yang terjadi pada industri semen tinjauan.
II.2. Polutan Industri Semen serta Dampaknya
Semua jenis industri menghasilkan pencemar yang memberikan dampak pada
lingkungan sekitar. Hal ini juga berlaku pada industri semen modern serta proses-proses
yang terdapat di dalamnya. Dampak yang umum terjadi termasuk emisi polusi udara
dalam bentuk debu, gas, serta polusi suara; polusi suara dan getaran; serta perubahan
bentuk lahan akibat aktivitas penambangan batuan (quarrying). Proses-proses industri
semen juga mempergunakan banyak bahan bakar sehingga menghasilkan pelbagai
molekul sisa pembakaran, seperti karbon dioksida, karbon monoksida, oksida nitrogen,
dan beberapa jenis VOC. Bahkan, menurut NEAA Juni 2007, industri semen kini
merupakan sumber karbon antropogenik terbesar di dunia. Jumlah produksi karbon
industri semen mencapai 4% dari sumber karbon industri dunia.
Di sisi lain, pabrik semen dewasa ini mampu mengurangi dampak lingkungan
proses-proses manufaktur lain. Hal ini dilakukan dengan mempergunakan polutan-
polutan dari beberapa jenis industri sebagai bahan dasar pembuatan semen. Contoh
polutan yang dapat dipergunakan kembali sebagai bahan dasar semen adalah uap silikon
dari manufaktur silikon dan ferro-silikon, fly ash dari pembakaran batu bara, slag dari
manufaktur baja, serta sisa semen bekas yang dikumpulkan dari penghancuran bangunan
lama.
Polutan-polutan yang diproduksi industri semen dapat memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Saat produksi, industri semen
menghasilkan banyak sekali bahan kimia dan partikulat sampingan yang dapat tersebar
ke lingkungan sekitar. Ketika memasuki tahap transport hasil produksi semen, terjadi
pula polusi aldehida akibat minyak diesel yang dilepaskan oleh truk. Subbab ini
membahas mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat polutan industri semen.
II-7
II.2.1. Gangguan Estetika
Proses-proses industri semen dapat melepaskan polutan yang mengganggu
estetika lingkungan dengan memproduksi bau. Beberapa jenis bau serta bahan kimia yang
memproduksi bau tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Efek Polutan Terhadap Karakter Estetis
BAHAN KIMIA KARAKTER
Acrolein (terkandung dalam buangan diesel)
Ammonia
Chlorine
Hydrogen sulfide
Isocyanides (dalam plastik poliurethane)
Mercaptans (sulfur alkohol)
Selenium compounds
Ozone
Skatole
Sulfur dioxide
Tars
Tellurium
Mirip bau lemak terbakar
Bau mirip air seni yang tajam dan menyengat
Tajam dan menyengat
Bau telur busuk
Manis tapi menjijikan
Seperti sayur busuk
Mirip bau bawang
Seperti bau elektrik
Bau feses
Pengap, seperti ruangan tertutup yang tak dibersihkan
Bau busuk seperti sigung
Bau mirip bawang
II.2.2. Perusakan Bahan Bangunan
Polutan yang diproduksi oleh industri semen dapat pula mempengaruhi bahan
bangunan yang ada di sekitar industri tersebut. Pengaruh ini didasari reaksi kimia hidrasi
dan oksidasi yang dapat terjadi antara polutan dan material bangunan tertentu. Selain itu,
partikulat industrisemen dapat terdeposisi pada bangunan sehingga mengubah warna dan
bentuknya. Polutan dan kerusakan material yang mungkin terjadi dituliskan dalam Tabel
2.2.
II-8
Tabel 2.2.Efek Polutan Terhadap Material
Polutan Material Kerusakan
Karbon dioksida Batu kapur Deteriorasi
Sulfur dioksida Logam (baja, aluminum,
tembaga), materi bangunan, kulit
binatang, kertas, tekstil
Korosi, konversi menjadi sulfat,
melemahkan, merusak
Hidrogen sulfida Perak, tembaga, cat Menodai, mengubah warna
menjadi gelap
Hidrogen fluorida Kaca Membuat kasar, mengurangi
transparansi
Ozon Karet, tekstil, pewarna Memecah, melemahkan,
memudarkan
Partikulat Cucian, permukaan bangunan Mengotori
Partikel semen serta gips dapat mengubah permukaan dinding, atap, serta kayu
menjadi hitam. Karbon dioksida mempengaruhi batu karbonat seperti batu kapur, yang
terkandung dalam campuran dinding. Ini berarti karbon dioksida memiliki kemampuan
untuk merusak dinding. Oksida sulfur mampu merusak aluminium dengan membentuk
aluminium sulfat. Oksida ini juga mampu merusak tembaga dengan membentuk tembaga
sulfat. Selain itu, Oksida sulfur mampu merusak batu kapur, marmer, kulit binatang yang
diawetkan, kertas, serta tanah liat. Hidrogen sulfida dapat menodai perak serta tembaga,
serta mampu mengubah warna cat dengan membentuk timah sulfida. Hidrogen fluorida
dapat merusak logam, kaca, dan enamel pelindung mobil. Ozon dapat membuat karet
menjadi retak-retak serta mengoksidasi cat sehingga hilang warnanya. Karbon (sebagai
partikulat) dapat mengotori permukaan yang putih seperti linen.
II.2.3. Kerusakan Terhadap Tumbuhan
Kerusakan yang lebih penting akibat polutan industri semen merupakan
kerusakan terhadap tumbuhan. Hal ini dicantumkan pada tabel 2.3. Beberapa jenis
polutan yang dihasilkan oleh proses industri menghasilkan pelbagai kemungkinan
kerusakan tumbuhan. Polutan bawaan udara dapat memasuki sel-seltumbuhan dengan
deposisi basah serta deposisi kering. Polutan mampu memasuki tanaman melewati akar
II-9
maupun dari bagian tumbuhan yang berada di atas tanah. Polutan yang terdapat di tanah
diserap oleh bulu-bulu akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman.
Pencemar udara umumnya memasuki tanaman melewati daun serta batang muda.
Epidermis (kulit luar) daun memiliki stomata yang mampu membuka dan menutup. Gas
dan partikulat mampu memasuki daun melewati stomata-stomata ini. Stomata
kebanyakan tumbuhan menutup pada malam hari, sehingga tumbuhan lebih resisten
terhadap polutan setelah matahari tenggelam. Namun, semua aktivitas industri biasanya
diadakan pada siang hari, sehingga tumbuhan sangat rentan terhadap pengaruh polutan
industri.
Kerusakan yang dapat terjadi terhadap tanaman termasuk cacat pada bentuk daun,
klorosis, pertumbuhan yang terhambat, berkurangnya kesehatan tanaman, serta kematian
dini. Klorosis merupakan pemudaran warna daun yang hijau akibat kurangnya klorofil.
Hal ini dapat pula mempengaruhi batang dan buah sehingga terjadi reduksi kesehatan
keseluruhan tumbuhan; bahkan, mortalitas tumbuhan banyak dipengaruhi oleh klorosis.
Table 2.3. Efek Polutan pada Tanaman
Tanaman Indikator Penanda Tingkat pencemar
(ppm)
Sensitif Resisten
Sulfur dioksida Putih hingga coklat,
pengurangan warna,
munculnya noda-noda.
0.1-0.3 Labu, barley, squash,
alfalfa, kapas, gandum,
apel
Kentang, bawang,
jagung, pohon-pohonan
Fluorida Nekrosis pada ujung
daun yang dikelilingi
garis merah kecoklatan
gelap
0.0001 Tulip, gladiolus, prune
masam, aprikot, pinus
Alfalfa, tembakau,
toman, kapas
Ozon Flek merah-kecoklatan 0.15 Tembakau,tomat, bayam Mint, geranium,
gladiolus, merica
Smog oksidan Perak atau perunggu
pada bagian bawah
daun
0.2 Petunia, selada, kacang
pinto, bluegrass
Kacang-kacangan,
kubis, jagung, gandum,
bunga pansy
Klorin Pengurangan warna,
nekrosis di antara
jemari daun, serta
bercak-bercak.
1.5 Radish, alfalfa, peach,
cosmos, buckwheat
Terong, tembakau,
begonia, merica
Etilena Pengeringan bunga;
pengurangan
pertumbuhan, hilangnya
bunga.
0.01 Anggrek, bunga karnasi,
azalia, tomat, kapas
Rumput-rumputan,
selada
II-10
Setiap spesies dan setiap bagian dari tanaman memiliki reaksi yang berbeda
terhadap polutan. Jenis pupuk yang digunakan tanaman, jumlah air yang diterima, jenis
tanah, temperatur, intensitas cahaya, dan pelbagai faktor lain dapat mempengaruhi
respons tanaman tersebut terhadap polutan tertentu. Berikut adalah polutan-polutan
penting yang dapat mempengaruhi tanaman.
Fluorida dapat berdifusi selayaknya nutrien serrta dialirkan ke ujung-ujung daun
dan batang. Sel-sel yang terkena fluorida mengering dan berubah warna menjadi coklat
tua. Antara daun yang rusak dengan daun yang masih sehat, sebuah garis merah
terbentuk. Fluorida dapat pula membuat beberapa jenis tanaman seperti jagung dan citrus
terkena klorosis. Pada tanaman hijau sepanjang tahun (evergreen), kerusakan dimulai dari
ujung-ujung daun jarum. Kerusakan yang terjadi serupa dengan kerusakan akibat dingin,
yaitu layunya daun dan batang atau rusaknya vitalitas keseluruhan tumbuhan. Hanya 1
ppb hidrogen fluorida dapat mengubah warna daun gladiolus dalam hitungan hari.
Hidrogen fluorida dengan konsentrasi 3 g/meter3 saja dapat mengubah kromosom
tanaman tomat. Mutasi yang dihasilkan umumnya kronis dan dapat diturunkan ke seluruh
populasi tanaman.
Sulfur oksida dapat membuat tanaman menjadi kering. Kerusakan ini dimulai dari
pembuluh-pembuluh daun dan menyebar ke seluruh daun. Pembuluh kehilangah warna,
kemudian mengalami pengerutan. Asam sulfur dapat pula terbentuk di atmosfer akibat
reaksi oksida sulfur dan air. Asam sulfur dapat merusak dedaunan sehingga tidak dapat
berfotosintesis.
Ozon dapat meruntuhkan jaringan parenkim di sekitar stomata. Hanya 0.11 ppm
ozon saja dapat mengubah warna permukaan atas daun dan menyebabkan klorosis. Hal
ini tentunya akan mengganggu kemampuan fotosintesis daun serta mengganggu fungsi
hidup tumbuhan pada umumnya. Perlu diingat bahwa ozon yang terletak dekat tanah juga
menjadi pengganggu umum bagi kesehatan akibat pembakaran tidak sempurna di dalam
mesin-mesin tertentu.
Gas Chlorine tiga kali lebih berbahaya bagi tanaman ketimbang sulfur dioksida.
Bagian-bagian yang mati muncul di pembuluh-pembuluh tanaman berdaun lebar,
II-11
khususnya di bagian tengah daun. Di beberapa jenis tanaman seperti tomat, tembakau,
serta mentimun, chlorine dapat menyebabkan seluruh daun mati. Klorosis muncul pada
pinggiran pembuluh daun akibat gas ini, sehingga mengurangi kemampuan fotosintesis
dan respirasi tumbuhan.
Hidrogen klorida menyebabkan kerusakan yang serupa dengan sulfur dioksida
dan ozon. Noda yang umum terjadi berwarna coklat kemerahan akibat busuknya sel pada
pinggir daun. Noda ini lebih sempit tipis ketimbang noda akibat fluorida. Di keseluruhan
permukaan daun muncul titik-titik sel mati. Konsentrasi 7 ppm HCl dapat mematikan
tanaman dalam waktu singkat.
Etilena, dari buangan truk dapat merusak tanaman dengan mempengaruhi hormon
pertumbuhannya. Hanya 0.05 ppm etilena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang
terpapar. Proses-proses yang memproduksi etilena dapat merusak pelbagai jenis tanaman.
II.2.4. Efek Polutan terhadap Hewan dan Manusia
Polutan yang diproduksi industri semen dapat pula mempengaruhi kelangsungan
hidup binatang. Umumnya, mamalia dan insekta lebih resisten terhadap polutan
ketimbang tanaman. Di sisi lain, semua jenis binatang, termasuk manusia, dapat
mengalami dampak dari polutan. Pelbagai penyakit akut maupun kronis dapat timbul
akibat keberadaan polutan di lingkungan ambien..
Pada binatang, keracunan akut lebih jarang terjadi ketimbang keracunan kronis.
Beberapa jenis binatang, khususnya sapi, domba, serta kambing, akan terpapar polutan
pada saat mengonsumsi rumput yang tumbuh pada tanah terkontaminasi. Bila
dipertimbangkan, polutan yang masuk ke dalam tubuh binatang hampir sama massanya
dengan rumput yang ditelannya.
Berikut merupakan polutan-polutan yang mampu mempengaruhi kesehatan
binatang. Dalam kebanyakan kasus ini, resiko yang sama juga terjadi pada manusia.
Manusia digolongkan sebagai mamalia, sehingga polutan yang mempengaruhi mamalia
umumnya akan mempengaruhi manusia pula. Sedangkan, polutan yang mempengaruhi
insekta, pisces, serta aves, tidak selalu memiliki efek khusus pada manusia.
II-12
Aluminum. Sebagai contoh ditilik sebuah peternakan babi di Indiana. Tiga
kilometer dari lokasi peternakan tersebut dibangun sebuah pabrik pemurnian aluminum.
Akibat polutan yang dihasilkan pabrik ini, terjadi wabah batuk yang mematikan.
Kesimpulan awal para ahli menyalahkan wabah ini pada sejenis penyakit menular.
Namun, setelah otopsi terhadap babi-babi yang mati, diagnosa diubah menjadi pulmonary
edema yang disebabkan oleh paparan debu aluminum. Logam ini juga dapat
menimbulkan impotensi pada hewan dan manusia.
Arsenik. Material ini dapar menyebabkan skleroderma, tonjolan pada kulit, bulu
rontok, serta kematian. Binatang yang sangat terpengaruh oleh keberadaan bahan ini
termasuk serangga (khususnya lebah), burung, reptil, serta mamalia (khususnya rusa,
kuda, serta domba). Dosis letal minimum bagi lebah adalah 0.1 hingga 0.2 g.
Timbal. Keracunan timbal dapat menyebabkan banyak sekali dampak bagi
kesehatan binatang, khususnya mamalia. Keracunan timbal menyebabkan binatang
menjadi kurus, membuat bengkak pada sendi, mengurangi kemampuan koordinasi, serta
merusak sistem pernafasan.
Fluorida. Menurut sebuah laporan dari U.S Department of Agriculture, fluorida
telah merusak lebih banyak binatang ternak ketimbang jenis polutan udara yang lain. Ada
dua tahap keracunan fluorida. Pada tahap pertama, binatang ternak mulai terlihat sakit
dan tingkah lakunya aneh. Binatang yang keracunan acap kali berbaring untuk
beristirahat. Kulit hewan-hewan ini menjadi kurang elastis, tekanan rusuk meningkat
drastis, dan hewan mulai kesakitan akibat rusaknya struktur tulang punggung.
Pada tahap kedua, ternak akan mengalami kesulitan bergerak akibat sendi-sendi
yang kaku. Hal ini dilanjutkan dengan pincang kronis. Pada ternak muda, pertumbuhan
terhambat akibat rusaknya kelenjar pituitary dan tiroid. Bentuk skeletal ternak
terpengaruh dan menjadi tidak normal.
Fluorida dapat pula menimbulkan penyakit pada serangga. Larva serangga yang
terpapar fluorida menjadi lebih kecil akibat terhambatnya perkembangan. Pemaparan
fluorida terhadap larva terjadi saat daun yang terkena fluorida dimakan oleh larva
tersebut.
II-13
Akumulasi fluorida dalam beberapa varietas serangga dapat dilihat dalam tabel
2.4. Tabel ini berdasarkan studi yang dilakukan Carlson dan Dewey pada tahun 1970.
Studi tersebut membahas sebuah pabrik aluminum di daerah Montana.
Perikanan juga dapat terganggu oleh proses-proses industri semen. Perubahan
ekologis, kimiawi, fisika, dan biologis yang terjadi pada badan air dapat mengurangi
jumlah ikan yang dapat hidup. Sebagai misal, tingkat DO (Dissolved Oxygen) sebuah
badan air akan turun akibat proses industri semen. Hal ini akan menyebabkan ikan mati
lemas akibat kurangnya asupan oksigen.
Table 2.4.. Efek Fluorida pada Serangga
Akumulasi Fluorida pada Insekta ppm ppm Sampel Insekta
Kontrol
Penyebar serbuk sari
Tawon (Bombus species)
Ngengat sphinx (Hemaris species)
Lebah madu (Apis mellifera)
Kupu-kupu skipper (Erynnis)
Pemakan hijau-hijauan
Belalang (Melanoplus species)
Pemakan kambium
Kumbang (Ips species)
Predator
Semut
Lalat (Argia species)
406.0
394.0
221.0
146.0
31.0
52.5
170.0
21.7
7.5
-
10.5
-
7.5
-
-
9.2
Burung juga sangat terpengaruh oleh polutan yang muncul dari proses-proses
industri semen. Struktur saluran pernafasan serta sistem sirkulasi burung lebih efektif
melakukan pertukaran gas ketimbang mamalia. Ini berarti burung lebih rentan terhadap
paparan pencemar udara.
II.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Sebuah laporan AMDAL menganalisa dampak lingkungan penting dari sebuah
aktivitas. Di Indonesia, laporan AMDAL merupakan prasyarat perizinan proyek. Laporan
ini disusun pada tahap perencanaan proyek dengan melakukan observasi terhadap segala
kemungkinan dampak terhadap lingkungan proyek. Basis dari penyusunan laporan
AMDAL di Indonesia adalah PP No. 27 Yr. 1999 berjudul “Analisis Mengenai Dampak
II-14
Lingkungan Hidup.” Selain dokumen ini, ada pula Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2001 mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Dengan mempergunakan sebuah laporan AMDAL, pelbagai masalah lingkungan
dapat diperkirakan sebelum terjadi. Ini berarti prosedur mitigasi dapat dimulai secara dini
oleh para pemimpin proyek. Pembangunan proyek dapat menghindari dampak-dampak
lingkungan yang tak terduga.
Tujuan dari sebuah laporan AMDAL termasuk identifikasi dan evaluasi semua
jenis kegiatan yang dapat mempengaruhi lingkungan; memperkirakan dan mengevaluasi
semua jenis komponen lingkungan yang terkena dampak; formulasi langkah-langkah
mitigasi; dan observasi keadaan lingkungan pada saat ini serta memperkirakan perubahan
keadaan lingkungan.
Guna laporan AMDAL bagi pemilik proyek adalah sebagai berikut: untuk
menunjukkan pada komunitas bahwa para pemilik proyek telah mematuhi semua
peraturan lingkungan; untuk melindungi segala aktivitas proyek dari tuduhan merusak
lingkungan; untuk merumuskan strategi pemecahan masalah dampak lingkungan; serta
sebagai sumber informasi kondisi lingkungan area yang terkena dampak.
Guna laporan AMDAL bagi pemerintah adalah sebagai berikut: mempertahankan
kualitas lingkungan di area proyek tersebut; untuk mencegah resiko kesehatan bagi
penduduk; mengurangi konflik antara pemimpin proyek serta masyarakat setempat; serta
sebagai input bagi pemerintah local dalam proses pembuatan keputusan.
Guna laporan AMDAL bagi masyarakat adalah sebagai sumber informasi
mengenai pembangunan area tersebut; serta sebagai panduan kerjasama masyarakat dan
pemilik proyek.
Segala aspek lingkungan harus dipertimbangkan dalam sebuah laporan AMDAL.
Aspek lingkungan ini termasuk aspek fisika, kimia, biologis, ekologis, ekonomis, social,
kultural, serta aspek kesehatan manusia. Semua aspek ini berinteraksi dengan sangat
kompleks dalam sebuah laporan AMDAL. Di masa lalu, penyusun AMDAL harus
II-15
mempergunakan jasa para ahli dalam semua bidang tersebut. Tentunya, hal ini
membutuhkan investasi waktu dan finansial yang besar.
Metodologi yang dipergunakan dalam analisis dampak lingkungan sangat
bervariasi. Yang menjadi variasi utama adalah teknik-teknik pengorganisasian data serta
pendekatan analitis tiap metoda. Dampak yang dianalisis didefinisikan sebagai segala
jenis perubahan dalam sistem fisika, kimia, biologis, budaya, serta sosial-ekonomis yang
dipengaruhi oleh aktivitas proyek tersebut. Semua metoda analisis dampak bertujuan
untuk menciptakan analisis komprehensif mengenai seluruh faktor lingkungan yang
terpengaruh oleh kegiatan tertentu.
Dalam perkembangan selanjutnya, masing-masing metodologi AMDAL juga
diperiksa keabsahannya dengan cara studi komparatif metodologi. Hal ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tiap metodologi AMDAL. Ada beberapa
studi komparatif metodologi yang dapat dilakukan, di antaranya Dickert, Drobny-Smith,
Warner, Warner-Bronley, Warner-Preston, serta Smith. Tiap studi komparatif
mempergunakan kriteria perbandingan dan pengelompokan metodologi yang berbeda-
beda.
Dickert mempertimbangkan tiga fungsi analisis dalam metodologi yang ditinjau.
Fungsi-fungsi ini adalah fungsi identifikasi, fungsi prediksi, serta fungsi evaluasi. Fungsi-
fungsi ini menjadi dasar pengelompokan metodologi dalam studi ini. Sehingga,
metodologi dapat dikelompokkan sebagai metodologi identifikasi, prediktif, serta
evaluatif. Dickert juga menemukan dua tipe metodologi identifikasi, yaitu checklist dan
matriks.
Drobny dan Smith menemukan sepuluh kriteria yang menjadi kebutuhan dasar
metodologi penilaian dampak. Kriteria-kriteria ini adalah komprehensif, fleksibilitas,
kapabilitas deteksi dampak, objektivitas, mendapatkan pendapat ahli, modern,
mempergunakan kriteria yang terdefinisi dengan jelas, menyediakan nilai dampak,
menyediakan penilaian keseluruhan dampak, serta mendeteksi area lingkungan yang
sensitif terhadap dampak. Kriteria ini juga dipergunakan dalam studi Warner, Warner-
Bromley, serta Smith.
II-16
Warner (1973) serta Warner-Bromley (1974) membagi metodologi penilaian
dampak menjadi lima kelas utama, yaitu prosedur ad-hoc, teknik overlay, checklist,
matriks, serta jaringan. Dalam prosedur ad-hoc, sekelompok spesialis dikumpulkan demi
mengidentifikasi dampak dalam area keahlian masing-masing, tanpa panduan dari
pemimpin proyek. Bila yang dipergunakan adalah teknik overlay, analisis dilakukan
dengan peta-peta berlapis yang memberikan deskripsi mengenai faktor lingkungan
maupun bentukan tanah. Metoda checklist menganalisis dampak-dampak kategori proyek
tertentu dalam sebuah daftar yang diisi oleh penyusun laporan. Metoda matriks sendiri
merupakan pengembangan dari metode checklist; aktivitas proyek ditampilkan di salah
satu sumbu matriks, sedangkan segala karakteristik lingkungan yang berpotensi terkena
dampak diletakkan pada sumbu yang lainnya. Pengembangan lebih lanjut dari metode
matriksmerupakan metode jaringan. Dalam pendekatan ini, dikembangkan sebuah
jaringan sebab-kondisi-akibat yang membantu identifikasi dampak-dampak kumulatif
atau tidak langsung.
Studi Warner-Preston (1973) merupakan penelitian yang membandingkan
17metodologi penelitian dampak lingkungan dengan mempergunakan empat buah
komponen identifikasi. Komponen-komponen ini adalah identifikasi dampak,
pengukuran dampak, interpretasi, serta komunikasi. Untuk identifikasi dampak, kriteria
yang menjadi penilaian merupakan komprehensivitas, spesifisitas, isolasi dampak,
konsiderasi waktu, serta sumber data. Untuk pengukuran dampak, yang dijadikan kriteria
merupakan indikator eksplisit, angka dampak, serta objektivitas. Untuk interpretasi
dampak, kriteria penilaian yaitu signifikansi, kriteria eksplisit, ketidakyakinan, resiko,
perbandingan dengan alternatif, agregasi, serta keikutsertaan masyarakat umum.
Sedangkan, untuk komunikasi dampak, kriteria yang ada termasuk kelompok yang
terkena dampak, deskripsi setting lingkungan, format penyingkatan, isu-isu utama, serta
kesesuaian dengan standar NEPA.
Salah satu alternatif yang ada untuk menggantikan tenaga ahli merupakan
alternatif sistem pakar. Sistem pakar merupakan sebuah program komputer kecerdasan
buatan yang mampu menyelesaikan semua masalah yang dapat diselesaikan seorang ahli.
II-17
Sistem pakar lebih mudah dan praktis untuk digunakan ketimbang mengundang tenaga
ahli. Tugas akhir ini membahas penggunaan sistem pakar dalam bidang AMDAL.
II.4. Definisi Sistem Pakar
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sistem pakar merupakan sejenis
kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Kecerdasan buatan merupakan area
ilmu komputasi yang membahas desain dan implementasi sistem komputer yang dapat
berpikir. Kemampuan berpikir sebuah program didefinisikan sebagai kemampuan sebuah
program untuk meniru kemampuan manusia untuk mengumpulkan informasi mengenai
sebuah permasalahan dan mempertimbangkan solusi-solusi yang ada.
Kecerdasan buatan merupakan gabungan antara ilmu komputasi serta ilmu
kognitif. Kecerdasan buatan dapat diaplikasikan dalam penyelesaian masalah
matematika, pembuktian teorema matematis, permainan, penglihatan buatan, robotika,
pengenalan suara, serta sistem pakar. Sebuah sistem pakar merupakan sebuah basis data
yang dikembangkan menjadi basis data logis, yaitu basis data yang mengandung elemen-
elemen logika di dalamnya.
Sebuah analogi bagi sistem pakar adalah asisten yang sangat terlatih dalam
keahlian tertentu. Sistem ini tidak memiliki kemampuan untuk menulis sebuah laporan
AMDAL secara keseluruhan. Tetapi, sistem ini mampu memberikan bantuan dalam
penyusunan laporan AMDAL. Sistem ini mampu menyelesaikan masalah dengan
mengaplikasikan pengetahuan ahli yang telah terkandung dalam basis data sistem.
Sebuah sistem pakar pada dasarnya sangat berbeda dengan program komputer
pada umumnya. Perbedaan utama ada pada teknik penyelesaian masalah yang
dipergunakan. Penyelesaian masalah dilakukan dengan aplikasi pengetahuan, bukan
dengan aplikasi rumus eksplisit. Ini berarti bahwa bila sistem tersebut ingin diperlengkap,
cukup dengan menambahkan data, bukan dengan menambahkan prosedur-prosedur baru.
Perbedaan lain ada pada urutan langkah penyelesaian masalah. Sistem pakar
menyelesaikan masalah dengan urutan langkah yang berbeda untuk setiap kasus. Urutan
langkah-langkah yang diambil tidak terprogram dalam sistem ini, melainkan tersintesis
secara dinamis pada tiap kasus baru. Perbedaan selanjutnya ada di kemampuan sebuah
II-18
sistem pakar untuk mengolah beberapa langkah penarikan kesimpulan yang berbeda.
Sistem pakar mampu memberikan kesimpulan parsial dari data yang ada. Sebuah sistem
pakar juga memiliki kemampuan untuk menampilkan faktor-faktor keyakinan dari sebuah
kesimpulan. Misalnya, sebuah sistem pakar AMDAL mampu menyatakan, “Ada 60%
kemungkinan migrasi penduduk dari area proyek.”
II.5. Tipe Permasalahan
Tipe permasalahan yang dapat diselesaikan oleh sistem pakar merupakan
masalah-masalah yang umumnya diselesaikan oleh seorang ahli dalam domain keahlian
tertentu. Permasalahan ini tidak memiliki satu solusi yang benar. Umumnya,
permasalahan-permasalahan ini tidak dapat dimasukkan dalam sebuah algoritma
konvensional. Dalam penyusunan sistem pakar, tenaga ahli diperlukan untuk memberikan
acuan dasar evaluasi masalah.
II.6 Contoh Aplikasi Sistem Pakar
Sistem pakar dapat diaplikasikan dalam bidang akuntansi, medis, kontrol proses,
finansial, produksi, sumber daya manusia, serta lingkungan (enviromatika). Sebuah
contoh dari sistem pakar yang dipergunakan oleh banyak orang adalah program Windows
Troubleshooting yang terletak di sistem help Microsoft Windows. Program ini didesain
untuk memberikan solusi, nasehat, serta saran untuk menyelesaikan kesalahan-kesalahan
umum pada sistem operasi Microsoft Windows.
Pada tahun 1970an dan 1980an, permainan komputer mulai menggunakan sistem
pakar sederhana. Contohnya adalah permainan Tony La Russa Baseball. Permainan ini
mengandung sebuah sistem pakar yang memberikan keputusan mengenai strategi-strategi
baseball. Selain itu, sistem pakar juga dipergunakan dalam bidang medis. Banyak sekali
topik yang dapat mengaplikasikan kemampuan sistem pakar. Bidang medis merupakan
domain yang sangat kompleks dan multidimensional, sehingga sesuai bila didesain
sebuah sistem pakar untuk menganalisis permasalahan-permasalahannya. Contoh dari
sistem pakar medis merupakan MYCIN dan DIC.
II-19
II.7. Panduan Desain Sistem Pakar
Sebuah sistem pakar harus mengikuti acuan-acuan desain tertentu. Sistem pakar
harus modular, agar dapat dimodifikasi dengan mudah untuk mengikuti data-data baru
dari dunia sains. Sistem pakar juga harus memiliki sebuah sistem penjelas untuk
membahas langkah-langkah logika apa saja yang dilaksanakan untuk mencapai
kesimpulan. Sistem pakar memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang dapat
dibagi-bagi menjadi beberapa langkah teknis yang berhubungan dengan pengetahuan
yang terstruktur.
Domain lingkungan secara keseluruhan menyangkut banyak masalah
multidimensional yang amat kompleks, sehingga tidak efisien bila menyusun sistem
pakar yang mencakup seluruh masalah lingkungan. Para penyusun pada umumnya
mengembangkan sistem pakar yang mencakup sebagian kecil dari permasalahan
lingkungan. Setiap cakupan ini disebut knowledge domain atau domain pengetahuan.
Dalam tugas akhir ini, domain pengetahuan yang diacu adalah AMDAL industri semen.
Dalam desain sistem pakar, langkah pertama yang harus diambil adalah pemilihan
masalah yang menjadi fokus. Kemudian, penyusun sistem pakar mulai mewawancarai
para ahli dari setiap bidang keilmuan. Selanjutnya, penyusun sistem pakar mulai
membentuk sebuah basis data berdasarkan pengetahuan ahli. Terakhir, penyusun memilih
strategi penyelesaian masalah yang paling tepat.
Tugas akhir ini lebih difokuskan kepada desain arsitektur sistem pakar. Arsitektur
sistem pakar mencakup interaksi antara pengguna, antarmuka pengguna (user interface),
sistem penjelas (explanation system), sistem penarik kesimpulan (inference engine), data
kasus, serta basis data. Kendati sebuah sistem pakar memiliki detail yang bervariasi
cukup luas, kebanyakan memiliki arsitektur keseluruhan yang serupa. Hal tersebut dapat
dilihat lebih jelas dalam gambar 2.1.
II-20
Explanation
System
Case-specific
Data
Inference Engine Pengguna User
Interface
Knowledge
base Editor
Knowledge
base
Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar
Pengguna berinteraksi dengan sistem ini melalui sebuah antarmuka pengguna
yang dapat berupa rangkaian menu, pertanyaan-pertanyaan, bahkan antarmuka grafik.
Selanjutnya, sebuah inference engine berinteraksi dengan basis data serta data spesifik
kasus untuk mencari korelasi antara keduanya.
Kebanyakan sistem pakar juga memiliki sistem penjelas (explanation system)
yang berfungsi untuk menjelaskan runutan logika pengambilan keputusan kepada sang
pengguna. Pada beberapa jenis sistem, ada pula sebuah editor basis data yang membantu
seorang ahli menambahkan fakta-fakta baru.
II.8. Jaringan Semantik
Salah satu metode representasi data sebuah sistem pakar adalah metode jaringan
semantik. Dengan metode ini, penyusun program dapat menunjukkan kumpulan fakta yang
besar dalam bentuk terstruktur dan formal. Metode ini juga mampu menunjukkan
hubungan antar tiap fakta.
Metode jaringan semantik merupakan metode diagram. Diagram yang terbentuk
terdiri dari nodus dan relasi. Dalam diagram ini, nodus berbentuk titik, sedangkan relasi
dilambangkan dengan anak panah. Nodus mewakili fakta ataupun data, sedangkan relasi
II-21
menunjukkan hubungan antar fakta. Bagi penyusun sistem pakar, metode ini berguna
untuk menunjukkan keseluruhan sistem dalam satu buah diagram.
Untuk mempermudah pembahasan selanjutnya, penyusun mempergunakan istilah
“nodus” serta “relasi” dalam membahas basis pengetahuan sistem pakar.
II.9 Strategi Penyelesaian Masalah Sistem Pakar
Ada dua jenis strategi yang digunakan sistem pakar dalam mencari solusi
masalah. Strategi pertama disebut depth-first search atau pencarian mendalam. Strategi
kedua disebut breadth-first search atau pencarian melebar. Kedua strategi ini mampu
mencari solusi serta jalur penarikan kesimpulan pelbagai masalah.
II.9.1 Depth-First Search
Dalam strategi ini, algoritma akan senantiasa melanjutkan pencarian dengan mencari
nodus yang terdalam. Kedalaman nodus dilihat dari jaraknya dari nodus utama.
Kompiler Prolog sendiri mempergunakan strategi ini dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan padanya. Sehingga, ketika menyusun sistem pakar dengan mempergunakan
bahasa Prolog, metode depth-first search merupakan metode yang relatif mudah
diimplementasikan.
II.9.2 Breadth-First Search
Dalam strategi ini, algoritma memilih nodus terdekat dengan nodus pencarian terkini.
Strategi ini relatif lebih sulit untuk diimplementasikan, karena penyusun program harus
memperkirakan nodus-nodus yang harus diperiksa selanjutnya dalam pencarian.
II.10 Desain Antarmuka
Antarmuka pengguna merupakan bagian yang sangat penting dari desain
arsitektur sebuah program komputer. Untuk meningkatkan produktivitas pengguna dan
efektivitas sebuah sistem, antarmuka pengguna harus mengikuti acuan-acuan berikut.
II-22
Antarmuka pengguna dapat berupa rangkaian menu atau pertanyaan. Sistem ini
harus memiliki kemampuan untuk menerima masukan dari pengguna dalam bentuk yang
natural dan mudah dimengerti.
Sistem harus senantiasa memberikan informasi mengenai tindakan sistem melalui
umpan balik yang sesuai. Sistem seharusnya mempergunakan frase, kata-kata, serta
konsep-konsep yang sesuai dengan pengetahuan pengguna. Informasi ditampilkan
dengan urutan yang natural dan logis. Agar mengurangi kesalahan pengguna, antarmuka
pengguna sebaiknya mengunakan perintah Undo (batalkan perintah) serta Redo (ulang
perintah).
Sistem antarmuka harus konsisten dalam penggunaannya serta sesuai dengan
konvensi umum. Kondisi yang memiliki kemungkinan besar untuk mengalami error
sebisa mungkin dihilangkan atau diawali dengan dialog konfirmasi. Tampilan informasi
yang tidak relevan atau jarang dibutuhkan harus dikurangi, namun pengguna harus
dibantu mengenali sumber eror dengan pesan eror yang informatif.
Sebuah antarmuka pengguna yang baik harus mengurangi beban pengguna untuk
mengingat banyak konsep. Senantiasa tampilkan instruksi penggunaan sistem, pilihan,
serta tindakan yang valid pada layar.
Antarmuka pengguna sebaiknya mempergunakan shortcut atau “jalan pintas”
yang dapat digunakan oleh pengguna ahli. Contoh dari shortcut adalah rangkaian tombol
Ctrl-S yang digunakan untuk menyimpan file pada Microsoft Word.
Dokumentasi sistem juga dapat digolongkan sebagai bagian dari antarmuka
pengguna. Penyusun program harus memberikan dokumentasi yang lengkap untuk
pengguna. Di sisi lain, sistem harus didesain agar mudah digunakan tanpa dokumentasi
sekalipun.
II.11 Penggunaan Bahasa Prolog dalam Menyusun Sistem Pakar
Prolog merupakan bahasa pemrograman yang diciptakan khusus untuk mendesain
kecerdasan buatan. Mekanisme yang mendasari bahasa ini cukup sederhana, yaitu
penyamaan pola, penstrukturan data dalam bentuk pohon, dan pencarian mundur.
II-23
Selain Prolog, bahasa pemrograman lain yang acap kali digunakan untuk
mendesain kecerdasan buatan adalah bahasa Lisp. Kedua bahasa ini kini dianggap dua
bahasa utama pengembangan kecerdasan buatan. Kedua bahasa ini berdasarkan
peraturan-peraturan logika matematika. Keduanya memiliki kemampuan menyusun
nodus serta relasi secara terstruktur.
Prolog mulai dikembangkan secara teoritis oleh Robert Kowalski di Edinburgh
pada awal dekade 1970an. Implementasi Prolog yang kini digunakan merupakan hasil
karya David Warren, dengan penyempurnaan-penyempurnaan oleh Maarten van Emden
dan Alain Colmerauer.
II.12 Penjelasan Dasar Bahasa Prolog
Sebuah program Prolog terdiri dari kumpulan deklarasi, sehingga acap kali
disebut program deklaratif. Hal ini berlawanan dengan bahasa pemrograman lain,
misalnya C, C++, Fortran, serta Pascal, yang mempergunakan program prosedural.
Program prosedural terdiri dari perintah-perintah eksplisit bagi komputer.
Penyusun program harus membuat algoritma-algoritma yang tepat bagi setiap
kemungkinan kasus. Pendekatan ini kurang sesuai dalam desain sistem pakar. Algoritma
yang dibutuhkan untuk menganalisis tiap kasus akan menjadi amat kompleks.
Program deklaratif, seperti program Prolog, mendeklarasikan fakta serta peraturan
tanpa harus menyatakan algoritma secara eksplisit. Program deklaratif acap kali disebut
sebagai program heuristik non-algoritmik. Artinya, kesimpulan yang diambil oleh
program deklaratif diambil hanya dari kumpulan fakta dan peraturan yang ada. Tentunya,
penyusun program wajib mengetahui semua fakta serta hubungan antara tiap fakta.
Metode pemrograman heuristik non-algoritmik merupakan basis dari pemrograman
kecerdasan buatan.
Bahasa Prolog berdasarkan first-order predicate logic (FOPL). Unit-unit dasar
FOPL adalah klausa, aturan, fakta, goals, sub-goals, variabel logis, konstanta, atom,
funktor, argumen, serta arity. FOPL merupakan bagian dari first-order predicate calculus
II-24
(kalkulus predikat ordo 1), sebuah cabang matematika yang mempergunakan variabel dan
interrelasi data.
Basis dari logika matematika ialah “harga kebenaran”, atau truth values, yang
menentukan apakah sebuah pertanyaan benar atau salah. Kalkulus predikat ordo satu
mempergunakan konsep harga kebenaran yang dikembangkan dengan konsep-konsep
variabel, konstanta, predikat, formula, serta kalimat. Dengan keberadaan konsep-konsep
ini, kalkulus predikat mampu membuat simulasi sederhana logika manusia secara
kuantitatif.
Variabel adalah salah satu konsep dasar kalkulus predikat. Variabel berguna
untuk menjadi pengganti untuk jenis data apapun. Sebuah algoritma dapat beroperasi
terhadap variabel tanpa mengetahui isinya secara gamblang.
Konstanta dalam kalkulus predikat dapat didefinisikan sebagai variabel yang tak
berubah dari awal hingga akhir program.
Predikat adalah hubungan antar fakta yang ada di dalam program. Predikat
merupakan pernyataan-pernyataan dengan argumen-argumen yang terlampir. Sebagai
contoh, temperatur(es,dingin) merupakan representasi fakta bahwa es adalah dingin.
Formula merupakan kombinasi dari beberapa predikat. Kombinasi ini diciptakan
dengan bantuan konstanta logika. Beberapa formula yang berbeda dapat digabungkan
menjadi sebuah formula baru. Contoh sebuah formula adalah:
partikulat(X) => ~gas(X).
Formula ini menyatakan bahwa bila X adalah partikulat, maka X bukanlah gas.
Kalimat adalah formula yang tidak lagi mengandung variabel bebas. Contoh
sebuah Kalimat:
gas(so2).
Kalimat ini menyatakan bahwa SO2 adalah gas.
II-25
Bahasa pemrograman Prolog mempergunakan kalkulus predikat orde satu sebagai
basis pemikiran logikanya. Selain itu, bahasa Prolog juga memiliki beberapa konvensi
yang digunakan ketika menulis sebuah program. Konvensi-konvensi ini disusun untuk
mempermudah penyusun program dan mengurangi ambiguitas pernyataan.
Konvensi pertama sebuah program Prolog menyangkut penulisan konstanta.
Konstanta dalam Prolog ditulis dengan huruf pertama yang besar, sedangkan sebuah
variabel ditulis dengan huruf pertama yang kecil. Sebagai contoh, bahagia adalah
konstanta, sedangkan Perasaan adalah variabel.
Konvensi kedua menyangkut penulisan predikat. Predikat merupakan fakta yang
ditulis sebagai konstanta yang memiliki beberapa argumen. Argumen diletakkan di dalam
kurung dan dapat berupa konstanta maupun variabel. Predikat menentukan hubungan
antara argumen-argumen yang terletak di dalam kurung.