bab ii proposal penelitian
DESCRIPTION
sosial ekonomiTRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam SAN (Specific Antibody Negative)
Ayam SAN adalah ayam yang tidak mengandung antibody penyakit
tertentu, yang disesuaikan dengan kebutuhan terkait pengujian atau penelitian
yang dikehendaki, sehingga ayam tidak dilakukan pemberian vaksin dan
dilakukan pemantauan secara periodik terhadap keberadaan penyakit
tersebut (Untari dan Suryanto, 2013).
B. Penyiapan Bibit Untuk Produksi Telur Ayam Bertunas
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat antara lain
harus sehat dan tidak cacat fisiknya, pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya
normal serta ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Pedoman teknis untuk memilih bibit/ DOC (Day Old Chicken) adalah anak ayam
berasal dari induk yang sehat, bulu tampak halus dan penuh serta baik
pertumbuhannya, tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya, DOC memiliki nafsu
makan yang baik, memiliki ukuran badan normal dengan berat badan antara 34-
40 gram, serta tidak ada letakan tinja diduburnya. DOC didatangkan dari
Hatchery yang layak. DOC sampai di BBVet Wates Yogyakarta dipelihara dalam
kandang hewan percobaan ayam yang telah dibersihkan dan didisinfektan. Selama
pemeliharaan hanya petugas yang berkepentingan yang masuk kandang. Ayam
SAN tidak divaksin selama pemeliharaan dan diusahakan agar selalu sehat
sehingga tidak perlu ada tindakan pengobatan. Apabila ada yang sakit segera di
keluarkan dari kelompok ayam sehat (Untari dan Suryanto, 2013)
4
5
C. Pengadaan Ayam Jantan
Ayam jantan digunakan untuk dua fungsi, yang pertama digunakan untuk
produksi ayam telur bertunas. Ayam betina dewasa (umur ± 5 bulan), yang
dikandangkan dengan ayam jantan dengan perbandingan 8 betina : 1 jantan.
Fungsi yang kedua digunakan untuk RBC. Sejumlah ayam jantan dikandangkan
secara berkelompok untuk diambil darahnya setiap pekan atau setiap dibutuhkan
(Untari dan Suryanto, 2013).
D. Pemberian Pakan dan Minum
Kandungan energi pakan ayam perlu memperhatikan kandungan nutrien,
meskipun energi terpenuhi tetapi apabila kebutuhan nutrien lainnya belum
terpenuhi sesuai kebutuhan ternak maka efisiensi penggunaan pakan rendah.
Untuk membuat formulasi ransum harus memperhatikan kandungan energi dan
lain – lainya (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005).
Pakan dan minum diberikan secara ad libitum. Jenis pakan yang diberikan
sesuai dengan umur dan keperluan sesuai umur (starter, grower, dan pemeliharaan
dewasa). Pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter, dengan
kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu
pertama (umur 1-7 hari) : 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) : 43
gram/hari/ekor; minggu ketiga (umur 15-21 hari) : 66 gram/ hari/ekor dan minggu
keempat (umur 22-29 hari) : 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang
dibutuhkan tiap ekor sampai pada minggu keempat 4 minggu 1.519 gram. Pakan
yang digunakan berupa BR/PAR-DOC. Dengan kwalitas atau kandungan zat gizi
pakan terdiri atas protein minimal 21,5%, lemak maksimal 7% air maksimal 12%
dan abu maksimal 8% (Comfeed PAR DOC) (Untari dan Suryanto, 2013).
Pemberian minum yang baik yaitu adlibitum. Air tidak berasal dari PDAM karena
mengandung kaporit tinggi yang dapat menurunkan daya cerna dan daya serap
pakan. Air sangat penting bagi tubuh ayam, maka air harus tersedia terus menerus
sepanjang hari (Romauli, 2010).
6
Pakan fase grower digolongkan menjadi empat golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) : 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umur 37-43
hari) : 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur44-50 hari) : 146 gram/hari/ekor
dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) : 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan
per ekor yang dibutuhkan pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5 adalah 3.829
gram. Pakan berupa PAR-S. Pakan finisher untuk ayam SAN petelur adalah:
setelah fase grower 8 minggu pakan yang diberikan berupa pakan ayam campur
(PAR L) (jagung giling, katul, konsentrat dan premiks). Kwalitas atau kandungan
zat gizi pakan terdiri dari protein minimal 16%, lemak maksimal 7%, air
maksimal 14% dan abu maksimal 14% atau dalam bentuk cramble. Pada saat DOC
sampai ayam berumur 5 minggu diberi tambahan vitamin (vitachick) setelah umur
5 bulan ayam diberi egg simultan setiap bulan minimal 1 bulan (Untari dan
Suryanto, 2013).
E. Biosecurity
Biosecurity konseptual merupakan biosecurity tingkat pertama dan menjadi
basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi
kandang, pemisahan unggas berdasarkan umur, kontrol kepadatan dan kontak
dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat
mencampur pakan. Biosecurity struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua,
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan (farm),
pembuatan pagar yang benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan
peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan
peralatan kandang. Sedangkan biosecurity operasional adalah biosecurity tingkat
ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran
infeksi dalam suatu farm. Biosecurity ini harus ditinjau secara berkala dengan
melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan unggas terhadap penyakit.
Biosecurity operasional terdiri atas tiga hal pokok, yakni a) pengaturan traffic
control, b) pengaturan dalam farm dan, c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot
7
kandang maupun deeping seperti golongan fenol (alkohol, lisol lainnya); formalin;
kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi (Soeharsono, 1997).
F. Pemilihan Telur Ayam Bertunas Yang Standar
1. Bentuk telur bulat dengan berat minimal 60 gram.
2. Kerabang tidak tipis juga tidak tebal.
3. Telur tidak retak dan tidak benjol.
4. Secara ringkas struktur telur adalah sebagai berikut:
1. Kerabang + 10%
2. Putih Telur (Albumen) + 60%
3. Kuning Telur (yolk) + 30%
Perbandingan kerabang, albumen, yolk : Pada telur ayam = 12,3% : 55, 8% :
31,9% (Untari dan Suryanto, 2013).
Menurut Abbas (1989), komposisi telur dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain :
1. Bangsa
2. Umur ayam
3. Posisi telur dalam sebuah rangkaian peneluran,
4. Laju produksi telur
5. Suhu lingkungan
6. Kualitas dan kuantitas makanan serta ada tidaknya penyakit.
8
G. Desinfeksi Telur
Desinfeksi adalah suatu proses atau tindakan yang dilakukan untuk
membunuh mikroorganisme pathogen dengan bahan kimia ataupun secara fisik.
Desinfeksi telur adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang
menempel pada kerabang telur dengan menggunakan desinfektan, sehingga
mikroorganisme mati sebelum masuk kedalam telur. Desinfektan yang bisa
digunakan antara lain: fenol 5%, glutanol, atau destan
(Untari dan Suryanto, 2013).
Alur Desinfeksi Telur yaitu:
1. Sebelum masuk kandang untuk mengambil telur, petugas sudah dalam keadaan
steril.
2. Petugas mengambil telur, memberi kode, mendata jumlah produksi masing-
masing kandang.
3. Melakukan seleksi dengan memilih telur bertunas yang standar.
4. Membersihkan telur bertunas yang sudah dipilih dengan spons dan dengan
larutan fenol 5%.
5. Mencatat produksi telur pada buku recording yang sudah disediakan.
6. Mengirim telur ke laboratorium Virologi.