bab ii nika

Upload: restu-yang-menyayanggimu

Post on 13-Jul-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

PembahasanII.1 Pengertian PernikaA. Pernikahan Pernikahan berasal dari kata ( ) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi ). Kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus) juga untuk arti akad nikah. Pernikahan menurut ahli hadits dan ahli fiqih adalah perkawinan, dalam arti hubungan yang terjalin antara suami istri dengan ikatan hokum islam, dengan memenuhi syarat-syarat, dan rukun-rukun pernikahan, seperti wali, mahar, dua saksi yang hadir dan di sahkan dengan ijab qabul. Menurut Abu Israh memberikan definisi yang lebih luas:

Artinya: Akad yang memberikan kaidah hukum. Kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara suami istri antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai suami istri yang dengan memenuhi syarat dan rukunyang telah ditentukan oleh syar iat Islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nikah berarti ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan dengan ketentuan hokum dan ajaran agama. Sementara kawin (hubungannya dengan manusia, bukan hewan) diartikan sebagai membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristeri. Di Wikipedia disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi- biasanya intim dan seksual. Untuk pernikahan, Wikipedia mengartikan istilah tersebut dengan upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat.

Lalu bagaimana dengan undang-undang perkawinan? Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalau melihat definisi perkawinan atau pernikahan menurut sumber di atas, nampak bahwa perbedaannya tidaklah begitu jauh, bahkan beberapa daerah menganggap istilah kawin dan nikah itu sama. Tulisan ini tidak akan membahas seputar istilah tersebut, sudah ada ahli bahasa yang mampu mengulasnya secara mendalam. Saya hanya merangkum opini masyarakat dari berbagai sumber yang ada, apa dan bagaimana perkawinan di dalam pandangan mereka. Di bawah ini perkawinan menurut berbagai pandangan masyarakat umum, alias kata orang, perkawinan atau pernikahan adalah : 1.Perkawinan adalah berlayar mengarungi samudra kehidupan dalam bahtera rumah tangga 2.Perkawinan bukan sekadar hubungan spiritual dan pelukan bergairah; perkawinan juga tiga kali makan sehari dan ingat membuang sampah. 3.Perkawinan adalah harmoni dalam rumah tangga B. Macam,Jenis, dan Bentuk Pernikahan Perkawinan atau pernikahan merupakan legalisasi penyatuan antara lakilaki dan perempuan sebagai suami isteri oleh institusi agama, pemerintah atau kemasyarakatan. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perkawinan beserta pengertian / arti definisi : a) Bentuk Perkawinan Menurut Jumlah Istri / Suami 1) Monogami Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan di mana si suami tidak menikah dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita tanpa ada ikatan penikahan lain. 2) Poligami Poligami adalah bentuk perkawinan di mana seorang pria menikahi beberapa wanita atau seorang perempuan menikah dengan beberapa laki-laki.

Berikut ini poligami akan kita golongkan menjadi dua jenis : a. Poligini : Satu orang laki-laki memiliki banyak isteri. Disebut poligini sororat jika istrinya kakak beradik kandung dan disebut non-sororat jika para istri bukan kakak adik. b. Poliandri : Satu orang perempuan memiliki banyak suami. Disebut poliandri fraternal jika si suami beradik kakak dan disebut nonfraternal bila suami-suami tidak ada hubungan kakak adik kandung. b) Bentuk Perkawinan Menurut Asal Isteri / Suami 1) Endogami Endogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam lingkungan yang sama. 2) Eksogami Eksogami adalah suatu perkawinan antara etnis, klan, suku, kekerabatan dalam lingkungan yang berbeda. Eksogami dapat dibagi menjadi dua macam, yakni : Eksogami connobium asymetris terjadi bila dua atau lebih lingkungan bertindak sebagai pemberi atau penerima gadis seperti pada perkawinan suku batak dan ambon. Eksogami connobium symetris apabila pada dua atau lebih lingkungan saling tukar-menukar jodoh bagi para pemuda. Eksogami melingkupi heterogami dan homogami. Heterogami adalah perkawinan antar kelas sosial yang berbeda seperti misalnya anak bangsawan menikah dengan anak petani. Homogami adalah perkawinan antara kelas golongan sosial yang sama seperti contoh pada anak saudagar / pedangang yang kawin dengan anak saudagar / pedagang. c) Bentuk Perkawinan Menurut Hubungan Kekerabatan Persepupuan Cross Cousin Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang berbeda jenis kelamin. Parallel Cousin Cross Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang sama jenis kelaminnya. d) Bentuk Perkawinan Menurut Pembayaran Mas Kawin / Mahar Mas kawin adalah suatu tanda kesungguhan hati sebagai ganti rugi atau uang pembeli yang diberikan kepada orang tua si pria atau si wanita sebagai ganti rugi atas jasa membesarkan anaknya. Mahar / Mas Kawin Barang Berharga Mahar / Mas Kawin Uang Mahar / Mas Kawin Hewan / Binatang Ternak, dan lain-lain

e) Pernikahan Siri Banyaknya masyarakat pelaku nikah siri membuat pembahasan dan artikelartikel mengenai nikah siri menurut hukum Islam sangat dicari, baik di dunia internet maupun di berbagai media massa dan buku. Berbagai pendapat tentang nikah siri menurut hukum Islam pun beredar, baik dari alim ulama, para petinggi negara, maupun pemerhati sosial sehingga masyarakat awam menjadi bingung. Kepada salah seorang teman yang kebetulan juga melakukan nikah siri, saya pernah bertanya kenapa ia sampai melakukan pernikahan secara siri. Ternyata, alasan utamanya adalah karena tidak direstui oleh orang tua hingga ia bersama pasangannya melarikan diri. Untuk menghindari dosa, ia menikah secara siri. Apakah Nikah Siri Itu Sebenarnya? 1. Pernikahan yang tidak dihadiri oleh orang tua kedua belah pihak, atau salah satu pihak (pernikahan tanpa wali). 2. Pernikahan siri ini adalah pernikahan yang sah di mata agama(Islam), namun tidak tercatat dalam lembaga negara. Tidak tercatat di Pengadilan Agama, tidak tercatat pula di Pencatatan Sipil atau KUA (Kantor Urusan Agama). Alasan untuk tidak mencatatkan pernikahannya pada lembaga bisa karena tidak mampu membayar biaya administrasi yang cukup mahal untuk mencatatkan pernikahannya pada lembaga negara. 3. Pernikahan siri juga dapat diartikan sebagai pernikahan yang dirahasiakan. Ada pertimbangan-pertimbangan yang mengikuti keputusan untuk menikah secara sembunyi-sembunyi ini, misalnya pandangan negatif masyarakat terhadap pernikahan campuran dua suku yang berbeda. Dampak Pernikahan Secara Siri 1. Jika suatu saat terjadi persengketaan dalam pernikahan, pihakperempuan akan sangat dirugikan karena pihak perempuan selaku istri tidak dapat menuntut haknya serta tidak akan mendapatkan warisan apapun ketika suami telah meninggal dunia. Dalam pernikahan siri, pihak perempuan rentan terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga karena kewajiban suami dianggap kewajiban semu saja dan tidak ada hukum yang mampu mengikat kewajiban-kewajiban, baik suami maupun istri, dalam pernikahan siri. Tidak adanya surat nikah sehingga masyarakat akan meragukan pernikahan mereka dan dianggap sebagai pasangan kumpul kebo (berzina). Permasalahan utama akan muncul ketika pasangan nikah siri memiliki anak. Anak dalam pernikahan siri ini akan kesulitan memiliki surat-surat identitas kelahirannya dan akan kesulitan ketika saatnya pendaftaran sekolah.

2.

3.

4.

Nikah Siri Menurut Hukum Islam Nikah siri menurut hukum Islam tetaplah sah menurut ketentuan syariat. Para pelaku nikah siri tidak bisa dituduhkan sebagai pelaku tidak asusila atau kriminal sehingga layak mendapatkan hukum negara atau dijatuhi sanksi hukum. Suatu perbuatan baru dianggap asusila dan pantas diberikan hukuman dunia dan akhirat jika perbuatan itu adalah pekerjaan-pekerjaan yang diharamkan dalam agama Islam dan tindakan-tindakan yang meninggalkan kewajiban. manfaat pernikahan 1. Dapat melindungi dari setan, mengatasi keinginan hawa nafsu yagn meletup-letup, menjaga pandangan mata, dan menjaga kehormatan. Barangsiapa yang oleh Allah dikaruniai seorang istri yang salihah, berarti Allah telah membantunya atas separo agamanya. Maka, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separo yang lainnya. 2. Memberi keleluasaan hati dalam mengatur rumah tangga, memasak, menyapu, mencuci dan menyediakan sarana-sarana penghidupan. 3. Berjuang melatih diri dengan cara mengurus serta melaksanakan hak-hak istri, sabar mendidik akhlaknya, ikut menanggung penderitaannya, berusaha membimbingnya ke jalan yang lurus, bekerja kerasa mencari rezeki yang halal untuknya, dan mendidik anak-anak. Disebutkan dalam sebuah hadits shahih, Apa yang dinafkahkan oleh seseorang kepada istrinya merupakan shadaqah. Sesungguhnya seseorang itu diberi pahala atas suapan yang ia masukkan ke mulut istrinya. 4. Dikarunianya anak (keturunan)Melestarikan keturunan, agar jangan sampai dunia ini kosong dari jenis makhluk manusia. Kesinambungan terhadap anak merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, ha tersebut dapat ditinjau dari empat segi. Dan itulah yang pokok dalam mendorong pernikahan ketika keadaan aman dari godaan-godaan nafsu syahwat. Oleh karena itulah, ada salah seorang sahabat yang tidak suka jika harus bertemu dengan Allah dalam keadaan masih membujang. Empat segi yang dimaksud : a. b. Mencari cinta Allah dengan berusaha mendapatkan keturunan demi melestarikan jenis makhluk manusia Mencari cinta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam dengan cara memperbanyak keturunan, karena beliau akan membanggakan kita pada umat-umat lain pada Hari Kiamat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan bisa memberikan banyak anak, karena sesungguhnya aku merasa bangga atas banyaknya jumlah kalian pada hari Kiamat kelak

c.

Mencari keberkahan, yaitu dengan doa anaknya yang salih Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Apabila seorang manusia meninggal dunia, praktis amalnya terputus. Kecuali dari yang tiga perkara; yakni shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya. Mencari syafaat dengan kematian anak kecil yang meninggal dunia sebelum orang tuanya Setiap orang muslim yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya yang belum mencapai usia baligh, lalu ia dijilat api neraka, itu tidak lain karena ia suka sekali bersumpah Diriwayatkan dari Abu Hasan, ia berkata, Kedua putraku meninggal dunia. Aku lalu bertanya Abu Hurairah Radiyallahu, Apakah kamu pernah mendengar sebuah hadits dari Rasulullah yang dapat menghibur diriku karena kematian anak-anakku itu? Abu Hurairah menjawab, Ya, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengatakan ; Anak-anak kecil mereka merupakan simpanansimpanan surga. Salah seorang akan menemui ayahnya. Dia akan berkata kepada kedua oran tuanya sambil memegang pakaiannya dengan tangannya, seperti aku memegang pakaianmu sekarang ini. Dan dia tidak akan melepaskan sampai Allah memasukkannya berikut ayahnya ke dalam surga

d.

5.

Dapat menghibur dan memanjakan diri dengan duduk bersantai memandang dan bercanda dengan mereka, hal itu dapat menyenangkan hati dan membangkitkan semangat untuk beribadah kepada Allah. Istirahat dengan istri adalah termasuk istirahat yang dapat menghilangkan kesedihan dan menghibur hati. Jiwa orang-orang bertakwa perlu diistirahatkan dengan hal-hal yang diperbolehkan oleh syariat. Itulah sebabnya Allah ta ala dalam surat Al-A raf ayat 189 berfirman : Agar dia merasa senang kepadanya."

C. Hadits Tentang Nikah sebagai Sunnah Nabi Pernikahan memiliki tujuan untuk mengharapkan keridhoanAllah SWT. Dalam Islam pernikahan merupakan sunnah Allah dan Rasulnya seperti yang tercantum dalam hadits berikut:

Artinya: Dari Aisyah R.A. berikut, bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda:menikah adalah sunnahKu, siapa yang tidak mengamalkan sunnahKu, maka dia bukan termasuk umatKu,menikahlah karena aku sangat senang atas jumlah besar kalian

dihadapan umat-umat lain, siapa yang telah memiliki kesanggupan, maka menikahlahjika tidak maka berpuasalah, karena puasa itu bisa menjadi kendali. Dari hadits Aisyah diatas menegaskan bahwa menikah merupakan sunnah Nabi dan siapa saja yang mampu menjalankan pernikahan dan sanggup membina rumah tangga maka segerralah menikah, karena akan di akui sebagai umat Nabi Muhammad saw, tapijika tidak mampu Nabi menganjurkan untuk berpuasa, karena dengan berpuasa itu bisa menjadi kendali dari hawa nafsu. Dalam pernikahan, ulama syafi iyah membagi anggota masyarakat kedalam 4 golongan yaitu: 1. Golongan orang yang berhasrat untuk berumah tangga serta mempunyai belanja untuk itu. Golongan ini dianjurkan untuk menikah. 2. Golongan yang tidak mempunyai hasrat untukmenikah dan tidak punya belanja. Golongan ini di makruhkan untuk menikah. 3. Golongan yang berhasrat untuk menikah tetapi tidak punya belanja. Golongan inilah yang disuruh puasa untuk mengendalikan syahwatnya. 4. Golongan yang mempunyai belanja tetapi tidak berhasrat untuk menikah, sebaiknya tidak menikah, tetapi menurut Abu Hanifah dan Malikiah di utamakan menikah. D. Siapa Saja yang Tidak Boleh Dinikahi dalam Islam Orang yang tidak boleh dinikahi terbagi menjadi dua: a. Perempuan yang haram dinikahi selamanya.Yaitu seorang perempuan yang tidak boleh menjadi istri seorang laki-laki sepanjang masa. 2. Haram dinikahi karena nasab, yaitu: a) Ibu kandung b) Anak perempuan kandung c) Saudara perempuan d) Bibi dari pihak ayah e) Bibi dari pihak ibu f) Anak perempuan kakak atau adik laki-laki (keponakan) g) Anak perempuan kakak atau adik perempuan (keponakan) 3. Haram dinikahi karena ikatan perkawinan, yaitu: a) Ibu istri (ibu mertua) Haramnya ini tidak disyaratkan adanya persetubuhan terlebih dahulu, tapi semata karena telah terjadi pernikahan. b) Anak perempuan dari istri yang sudah digauli. Karena itu, manakala akad nikah dengan seorang wanita yang telah memiliki anak, namun dicerai sebelum sempat menggaulinya, anak

perempuan wanita tersebut halal baginya. Hal ini didasarkan pada firman Allah, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu mengawininya (An-Nisa : 23). c) Istri anak kandung (menantu perempuan). Ia haram dinikahi setelah dilangsungkan akad nikah (tanpa menunggu digauli). d) Istri bapak (ibu tiri). Seorang anak haram menikahi istri bapaknya (ibu tirinya) setelah terjadi ijab qabul. 4. Haram dinikahi karena susuan Ibu susuan berkedudukan sebagaimana ibu kandung. semua orang yang haram dikawini oleh anak laki-laki dari jalur ibu kandung, haram pula dinikahi oleh bapak susuan. Jadi, yang haram dinikahi, yaitu: a. Ibu susu b. Ibu dari ibu susunya (nenek) c. Ibu dari bapak susunya (kakek) d. Adik atau kakak perempuan ibu susunya e. Adik atau kakak perempuan bapak susunya f. Cucu perempuan Ibu susuan g. Adik atau kakak perempuan sesusuan E. Hukum Pernikahan Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam macam, maka hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam. a. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan keperluan lain yang mesti dipenuhi. b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan.

Sabda Nabi Muhammad SAW. : Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu yang cukup biaya maka hendaklah menikah. Karena sesumgguhnya nikah itu enghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama.) dan memlihara kehormatan. Dan barang siapa yang tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai baginya. (HR Bukhari Muslim).

c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat. Firman Allah SWT : Hendaklah menahan diri orang - orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya. (An Nur / 24:33) d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia - nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak. e. Mubah, bagi orang - orang yang tidak terdesak oleh hal - hal yang mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkannya.

II.2 Syarat Pernikahan IslamIslam merupakan agama yang memberikan kemudahan bagi penganutnya. Demikian pula dalam masalah pernikahan. Islam tidak memberikan kewajiban yang memberatkan bagi umatnya yang hendak menyempurnakan ibadah mereka melalui proses pernikahan Islam. Di dalam pernikahan Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tercipta unsur sah pada pernikahan itu. Beberapa syarat sah dalam pernikahan Islam tersebut di antaranya adalah : 1. Adanya mempelai pria sebagai pihak yang akan mengucapkan ijab. Keberadaan mempelai pria ini harus ada secara fisik serta tidak dapat diwakilkan dengan alasan apa pun juga. Syarat ini diberikan sebagai upaya untuk melindungi hak kaum perempuan agar tidak dipermainkan oleh kaum laki-laki. Calon suami harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut : 1) Beragama Islam 2) Benar - benar pria 3) Tidak dipaksa 4) Bukan mahram calon istri 5) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 6) Usia sekurang - kurangnya 19 Tahun 2. Adanya wali dari mempelai wanita. Wali ini dimaksudkan sebagai pihak yang memiliki hak untuk menikahkan kedua mempelai dan menerima ijab kabul dari mempelai pria. Calon istri harus memiliki syarat - syarat sebagai berikut :

1) Beragama Islam 2) Benar - benar perempuan 3) Tidak dipaksa, 4) Halal bagi calon suami 5) Bukan mahram calon suami 6) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 7) Usia sekurang - kurangnya 16 Tahun 3. Saksi. Saksi adalah pihak yang memberikan kesaksian dalam proses Dua orang saksi harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut : 1) Islam 2) Baligh (dewasa) 3) Berakal Sehat 4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 5) Adil (tidak fasik) 6) Mengerti maksud akad nikah 7) Laki - laki 4. Wali Wali harus memenuhi syarat - syarat sebagi berikut : 1) Beragama Islam 2) Baligh (dewasa) 3) Berakal Sehat 4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh 5) Adil (tidak fasik) 6) Mempunyai hak untuk menjadi wali 7) Laki - laki. 5. Mahar. Mahar merupakan sebuah bingkisan yang diberikan pihak lakilaki kepada mempelai perempuan sebagai tanda mata. 6. Adanya ucapan ijab kabul yang disampaikan oleh wali nikah kepada mempelai pria. bagi akad nikah adanya ijab (penyerahan) dari wali adanya qabul(penerimaan) dari calon suami ijab harus menggunakan kata2 nikah / yang searti dengannya antar ijab dan qabul harus jelas dan berkaitan antara ijab dan qabul masih dalam satu majlis orang yang berijab qabul tidak sedang ihram

II.3 Rukun NikahRukun secara bahasa adalah bagian pojok pada suatu bangunan yaitu bagian terkuat yang menyangga bangunan agar tetap kokoh,Dan secara istilah adalah apa-

apa yang jika sesuatu perbuatan dilaksanakan tidak dengannya akan batal. contohnya seperti rukun-rukun sholat adalah rukuk dan sujud, maka jika sholat dilaksanakan tanpa rukuk atau sujud maka sholat tersebut tidak sah atau batal. Berikut adalah rukun-rukun nikah dan penjelasannya yang mana jika satu dari rukun-rukun ini tidak terlaksana maka nikah tersebut tidak sah atau batal : 1. Kedua mempelai yaitu calon suami dan calon istri( bukan muhrim, calon tidak dipaksa, baligh ) 2. Wali dari calon mempelai wanita. 3. Dua orang sksi laki-laki 4. Akad nikah yaitu ijab dan qobul atau serah terima dan penyataan dari calon suami wali calon istri. ijab adalah pernyataan dari wali mempelai perempuan atau yang mewakilinya, contoh lafadz ijab adalah saya nikahkan kamu dengan anakku, dan qobul adalah pernyataan yang keluar dari mempelai laki-laki, contoh lafadz qobul adalah saya terima nikahnya dengan mahar sekian dan sekian.

III.4 PROBLEMATIKA PERNIKAHANKehidupan rumahtangga tidak selamanya berjalan mulus. Sesekali, pasti ada saja gelombang yang menerpa. seberapa besar masalah yang datang, semua tergantung bagaimana Anda dan suami menyikapinya Komunikasi yang kurang bagus sering menjadi pangkal utama masalah muncul antara pasangan suami istri Persoalan dalam rumah tangga yang menjadi sumber konflik, bisa disebabkan oleh banyak hal. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tak gampang. Yang penting adalah, bagaimana Anda menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang indah. Di bawah ini ada 8 sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya:

1) PENGHASILAN Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, si istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.

Solusi Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya,

sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah membesar. 2) ANAK Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak. Solusi Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan, tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak misalnya. 3) KEHADIRAN PIHAK LAIN Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak famili, dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan. Solusi Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang. Suami-istri bertengkar itu soal biasa. Bahkan, kata orang tua, pertengkaran adalah bumbunya perkawinan. Namun, tentu akan lebih baik jika rumah tangga selalu rukun. Terus-terusan berantem, lama-lama bisa fatal juga 4) SEKS Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil. Solusi Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh

yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut. 5) KEYAKINAN Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan. Solusi Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masingmasing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan. 6) MERTUA Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya. Solusi Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik. 7) RAGAM PERBEDAAN Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu saja juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga. Solusi Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk

mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi. Kalau suami Anda seorang yang pendiam ya imbangi, jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, lho, karena ini, kan, pengalaman baru untuk Anda. 8) KOMUNIKASI TERBATAS Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, atau di akhir pekan. Kadangkala, untuk sarapan pagi atau makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok. Solusi Sesibuk apapun Anda dan suami, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda dan suami bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan sua.