bab ii n 3

Upload: wenty-birul-walidaini

Post on 20-Jul-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi dan Fisiologi Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari bulibuli melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan meatus uretra eksterna. 2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.

2.2 Embriologi

Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold. Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki, bila wanita akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis dari

5

mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk. Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi hipospadia.

2.3 Pengertian Hypospadia Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Menurut refrensi lain definisi hipospadia, yaitu: Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374). Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257). Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288). Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 ). Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.

6

2.4 Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi bersamaan pada penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai hipospadia adalah : 1. 2. 3. 4. Undescensus testikulorum (tidak turunnya testis ke skrotum) Hidrokel Mikophalus / mikropenis interseksualitas

7

2.5 Patofisiologi

Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembngan uretra dalam utero.

Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skrotum.

Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada lubang frenum, sedang lubang frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya meatus urinarius ditandai pada glans penis sebagai celah buntu.

2.6 Manifestasi Klinis

1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis 2. Penis melengkung ke bawah 3. Penis tampak seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis 4. Jika berkemih, anak harus duduk. 5. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. 6.Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis. 7. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

8

8. Kulit penis bagian bawah sangat tipis. 9. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada. 10. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis. 11. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok. 12. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). 13. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

2.7 Diagnosis

Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir.3 Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas.

Diagnosis biasa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal

9

terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter. Dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal. 2.8 Klasifikasi Klasifikasi hipospadia yang sering digunakan yaitu berdasarkan lokasi meatus yaitu : 1. Glandular, muara penis terletak pada daerah proksimal glands penis 2. Coronal, muara penis terletak pada daerah sulkus coronalia 3. Penile shaft 4. Penoscrotal 5. Perinea Pengklasifikasian hipospadia menurut letak muara uretranya antara lain : 1. Anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal 2. Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan penoscrotal 3. Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.

gambar

10

1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior Hipospadia Glandular

HipospadiaSubcoronal

2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah Hipospadia Mediopenean

Hipospadia Peneescrotal

11

3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior Hipospadia Perineal

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada hipospadia adalah: 1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee 2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis (Uretroplasti) 3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik) Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal advance and glanuloplasty], termasuk preputium plasty). Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu spesial, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga urin tidak mbleber ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.

12

Tahapan operasi rekonstruksi antara lain : 1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra. 2. (Uretroplasty). Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama. Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

Evaluasi Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah tindakan yang amat sangat penting. Orang tua harus dengan seksama memperhatikan instruksi dari dokter bedah yang mengoperasi. Biasanya pada lubang kencing baru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai luka betulbetul menyembuh dan dapat dialiri oleh air kencing. Di bagian supra pubik (bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih untuk mengalirkan air kencing. Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan terlebih dulu sampai seorang dokter yakin betul bahwa hasil uretroplasty nya dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah itu kateter dilepas.

13

2.10 Komplikasi paska operasi

Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas, nekrosis flap, dan edema. 1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi. 2. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% . 3. Struktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis. 4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut. 5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang. 6. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas. 6. Untuk menilai hasil operasi hipospadia yang baik, selain komplikasi fistula uretrokutaneus perlu diteliti kosmetik dan stream (pancaran kencing) untuk melihat adanya stenosis, striktur dan divertikel.

14

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Hipospadia

A. PENGKAJIAN 1. Fisik a. Pemeriksaan genetalia b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. c. Kaji fungsi perkemihan d. Adanya lekukan pada ujung penis e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi f. Terbukanya uretra pada ventral g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria, drinage. 2. Mental a. Sikap pasien sewaktu diperiksa b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan c. Tingkat kecemasan d. Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi. 2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter. 3. Nyeri berhubungan dengan pembedahan 4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan 5. Risiko injuri berhubungan dengan pemasangan kateter atau pengangkatan kateter.

15

IMPLEMENTASI 1. Diagnosa 1 dan 4 Tujuan : memberikan pengajaran dan penjelasan pada orang tua sebelum operasi tentang prosedur pembedahan, perawatan setelah operasi, pengukuran tanda-tanda vital, dan pemasangan kateter. a. Kaji tingkat pemahaman orang tua. b. Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk menjelaskan prosedur, pemasangan kateter menetap, mempertahankan kateter, dan perawatan kateter, pengosongan kantong urin, keamanan kateter, monitor urine, warna dan kejernihan, dan perdarahan. c. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan, efek samping dan dosis serta waktu pemberian. d. Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian tentang kelainan pada penis. e. Ajarkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan sebelum dan sesudah operasi (pre dan post) 2. Diagnosa 2 Tujuan : mencegah infeksi a. Pemberian air minum yang adekuat b. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran) c. Kaji gaya gravitasi urine atau berat jenis urine d. Monitor tanda-tanda vital e. Kaji urine, drainage, purulen, bau, warna f. Gunakan teknik aseptik untuk perawatan kateter g. Pemberian antibiotik sesuai program 3. Diagnosa 3 Tujuan : meningkatkan rasa nyaman a. Pemberian analgetik sesuai program b. Perhtikan setiap saat yaitu posisi kateter tetap atau tidak c. Monitor adanya kink-kink (tekukan pada kateter) atau kemacetan d. Pengaturan posisi tidur anak sesuai kebutuhannya

16

4. Diagnosa 5 Tujuan : mencegah injuri a. Pastikan kateter pada anak terbalut dengan benar dan tidak lepas b. Gunakan restrain atau pengaman yang tepat pada saat anak tidur atau gelisah. c. Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat mengkontaminasi kateter dan penis.

Perencanaan pemulangan 1. Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan disimulasikan. 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter atau perawat. 3. Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow up).

17

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS HYPOSPADIA 3.1 Pengkajian Kelompok kami melakukan Tanggal pengkajian pada 25 oktober 2011 pada jam 14:00 ,dan klien kami masuk Rs pada tanggal:24 oktober 2011 pada jam masuk Rs:14:00.yang terdapat diRuangan:IKA 1 RSPAD Gatot subroto.Nomor registasi:09503.datang dengan diagnose medis:hypospadia penoskrotal.

1.DATA BIOGRAFI

A.IDENTITAS KLIEN Nama klien adalah an.a biasa dipanggil aldo.klien lahir pada tanggal 1 april 2008 dimedan dan berumur 3 tahun 5 bulan.bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia.klien berjenis kelamin laki-laki .beragama islam.suku bangsa ambon.pendidikan belum sekolah.

B.IDENTITAS ORANG TUA /WALI Nama ibu klien adalah hadijah,dengan usia 35 tahun,pendidikan SMA.sebagai ibu rumah tangga,yang beragama islam ,Suku bangsa ambon. Nama ayah klien adalah d,puluhena berusia 39 tahun pendidikan SMA ,Bekerja sebagai TNI AD,beragama islam,suku bangsa ambon.bertempat tinggal perumnas waiheru ambon.

II.RESUME Klien masuk RSPAD dikirim dari RST Ambon pada tanggal 24-10-2011 jam 10:30.klien dirawat diruangan IKA 1 dengan keluhan kencing tidak di ujung penis.namun dibawah penis.klien terdiagnosa medis hyipospadia pada tanggal 2510-2011 jam 11:00 dilakukan operasi uretroplasty.saat diruangan perawatan klien

18

mendapatkan

tindakan

keperawatan

mandiri: mendapat

monitor

nyeri RL

klien 15

dll.TTV:N:90x/mnt,S:37,RR:22x/mnt.klien Tpm,ceftriaxon 2x500mg,novalgin 3x500mg.

terapi:IVFD

III.RIWAYAT KESEHATAN PADA MASA LALU A.Riwayat Kehamilan dan kelahiran

Antenatal kesehatan ibu pada waktu hamil :tidak terjadi hiperemesis

gravidum,pendarahan vervagina,anemia,penyakit infeksi,gangguan kesehatan yang lainya. Pemeriksaan kehamilan ibu teratur,diperiksa ada tempat dan hasil

pemeriksaan,dan melakukan imunisasi. Riwayat pengobatan selama kehamilan tidak ada yang khusus pengobatannya dalam kehamilan

Masa natal : Usia kehamilan klien saat melahirkan adalah 9 bulan,cara persalinan normal yang dibantu dengan seorang bidan,keadaan bayi saat lahir sehat,matur hanya saja ada kelainan pada alat genitalnya yang disebut hypospadia.berat badan saat bayi adalah 3090 gram panjang dan lingkar kepala ibu klien lupa.klien pada saat lahir tidak ada pengobatan khusus.

Neonatal Klien hanya terjadi kelainan cacat congenital dimana keadaan penis abnorman (hypospadia)yang lainnya normal.klien diberikanas asi sampai 1 tahun. b.Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: secara umum dan keseharian klien tidak terjadi gangguan proses tumbuh kembang hanya saja sejak lahir klien ada kelainan abnormal pada penis klien.dan penyakit yang diderita klien sejak lahir sudah diketahui bahwa klien menderita

19

hyposoadia.klien tidak pernah dirawat sebelumnya.dan klien pun tidak pernah meminum obat obat tertentu,tidak pernah melakukan tindakan operasi sebelumnya.tidak ada alergi.tidak pernah kecelakaan,klien mendapat imunisasi lengkap yaitu(BCG,DPT,HEP.B,POLIO Dan Campak )

1.pola pemenuhan nutrisi Klien diberikan asi 1 ,dengan waktu pemberian setiap hari saat haus,klien pun meminum susu buatan formula saat umur 2thn(dancow dan ultra)dan tidak ada kesulitan saat menyusu. Klien mulai diberiakan Makanan padat pada umur 6 bulan,yang diberikan melalui oral.Klien tidakpernah diberiakan vitamin. Pola makan 3x sehari dengan makan sayur-sayuran dan tidak terjadi alergi pada makanan,klien biasa makan bersama keluarga makan sendiri disuapi itu terkadang-kadang waktu makan klien pagi.siang.sore.klien minum dengan jumlah 1500cc/hari,sedangkan frekuensi umunya adalah 1000-1500cc/hari.

2.pola tidur klien Klien tidur siang lamanya 2-3 jam.tidur malam 9-10 jam,tidak ada kelainan dan kebiasaan pada waktu tidur.klien hanya nyaman tidur saat suasana hening tidak berisik.

3.pola aktivas klien Klien aktif bermain bersama teman-temanya,bermain lari-larian.

4.pola kebersihan Klien mandy 2 x/hari,mengunakan sabun dan dibantu oleh ibunya.klien melakukan oral hygine 2x/hari pada saat pagi dan sore mengunakan pasta gigi dan dibantu.untuk cuci rambut klien melakukan nya 3-4x/minggu dengan shampoo dan dibantu.berpakaian pun klien dibantu.

20

5.pola eliminasi BAB 7xminggu dengan frekuensi pagi.warna kuning,berbau

tajam,konsistensi semi padat,cara dengan spontan,tidak ada keluhan,pengunaan lavatif dan kebiasaan pada waktu BAB. BAK klien 3-4x/hari,dengan warna kuning jernih,terdapat keluahan kencing lama namun tidak nyeri keluar dibagian bawah penis,lama 1x BAK 3 mnt,pancaran miksi tidak kuat(sangat kecil).dan klien tidak ada kebiasaan ngompol.

6.kebiasaan lain Klien tidak ada kebiasaan yang aneh.namun klien hanya sesekali suka atau mudajh marah.

7.pola asuh Orang tua dan keluarga memberikan pola asuh yang baik dan memberikan kasih sayang.

IV.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A.Susunan keluarga

Keterangan : : laki-laki : perempuan : penderita hipospadia : hubungan saudara : tinggal 1 rumah

21

Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga,Koping keluarga sangat menerima keadaan anaknya dan sangat menyayanginya,dengan sistem nilai kekeluargaan,spiritual baik,keluarga tidak ada anggapan bahwa pada penyakit anakya berhubungan dengan hal-hal yang tidak masuk akal.

V.RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN Tidak ada resiko kecelakaan.keadaan rumah dan lingkungan rumah bersih dan nyaman jauh dari jalan raya.dan klien bermain dirumah dan rumah teman.

VI.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Klien mulai sakit pd tgl:24-10-2011 pada jam :14:00.dengan keluhan utama Bak lama ,dengan pancaran tidak kuat air kencing keluar seperti dari ,kejadiannya terjadi sejak lahir dengan lama 3 tahun,factor pencetus yaitu cacat congenital,ibu klien upaya mengatasinya dengan control ke RST Ambon.dan klien masuk dengan cara melalui rumah sakit.

B.PENGKAJIAN FISIK SECARA FUNGSIONAL 1. Data Subjektif -Ibu klien mengatakan anaknya dari lahir sudah memiliki kalainan dipenisnya -ibu klien mengatakan jika anaknya BAK airnya tidak keluar kencang tapi lambat 3-4 mnt seperti air dari suntikan,keluar air kencingnya dari penis bagian bawah. 2.Nutrisi Klien nafsu makannya baik,tidak terjadi penenurun BB atau peningkatan stabil yaitu 14kg.klien diet MB.Tidak ada perubahan warna dan gangguan penyembuhan pada kulit klien.intake dalam sehari klien yaitu klien makan 12x/hari,minum:300-400cc/hari.klien muntah. tidak mengalami mual,dyspepsia dan

22

3.Respirasi sirkulasi Klien tidak mengalami sesak,tidak terdapat sputum dan batuk.sirkulasi klien tidak terdapat sakit dada dan udema. 4.Eliminasi Pada Abdomen klien tidak terjadi kembung.mules dan sakit/nyeri. Pola BAB Klien dengan bau tajam berwarna kuning,tidak terdapat

lender,diare,konsistensi semi padat dengan frekuensi 1x/hari. Pola BAK Klien dengan jumlah 700cc dengan frekuensi yang mengunakan kateter,klien pun merasakan sakit dan nyeri saat terasa ingin BAK ,klien tidak terjadi nocturia,dysuria,hematuria dan inkontinensia. 5.Aktivitas / latihan Klien Tingkat kekuatan sangat lemah,tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,namun pada klien tidak ada kekakuan pada pergerakan sendi dan rasa nyeri pada sendi. 6.Sensori Persepsi Tidak ada kelainan pada klien pada

pendengaran,penglihatan,pencium,perabaan,dan pengecapan. 7.konsep diri Penyakit yang diderita klien sangat mempengaruhi pasien yang menjadi kurang aktif dan agak takut pada dokter. 8.tidur/istirahat Klien selalu merasa nyeyak saat tidur dan tidak ada masalah pada gangguan tidur klien. 9.seksualitas Klien berjenis kelamin pria yang tidak terdapat ereksi dan sakit pada waktu BAK.

2. Data Objektif 1.Data klinik Ttv klien:S:37c N:90x/mnt RR:22x/mnt,Kesadaran klien compos metis dengan Lingkar kepala,dada,lengan atas yang tidak terkaji.

23

2.nutrisi pada klien yaitu mukosa mulut dengan warna merah muda tidak terjadi lesi dan kelainan palatum,lemban dan normal pada bibir,gusi dan lidah. Kelengkapan gigi klien 20buah,tidak terdapat karang gigi dan karies.Berat badan klien 14kg dan tinggi badan 95cm.tidak terjadi obesitas,sonde,integritas kulit utuh. 3.respirasi Suara pernafasan vesikuler,dan tidak terdapat kelainan yang lainya pada pernafasan. 4.Eliminasi Pada abdomen klien tidak ada kelainan yaitu seperti

lemas,kekakuan,kembung, dan dengan bising usus 7x/mnt. BAB klien berbau tajam dengan warna kuning tidak terdapat lender dan melena.konsistensi klien simi padat.dengan frekuensi 1xhari. BAK klien mempuyai kepekatan kuning jernih,warna kuning jernih yang berbau amoniak dan klien terpasang kateter. 5.aktivitas klien berjalan dengan seimbang,dengan kekuatan mengengam yang baik pada tangan kanan dan kiri klien,bentuk kaki dan otok kaki yang normal. 6.sensori penglihatan Reaksi terhadap cahaya berespon baik,orientasi klien pasca opersi anak menjadi takut,pupil dan pendengaran klien normal,dan konjungtiva an anemis. 7.konsep diri klien mampu berkontak mata dengan arah keperawat nya.postur tubuh klien baik.dan prilaku klien cepat takut saat bertemu dengan perawat dan dokter. 8.tidur Klien tidak terdapat tanda-tanda kurang tidur. 9.seksualitas Pada pria tidak terjadi kelainan pada skrotum dan sianosis pada klien.dan hanya ada pada kelainan hypospadia penoserotal.

24

C.DAMPAK HOSPITALISASI Pada anak kurang aktif,terkadang takut pada dokter dan perawat semejak pasca operasi.sedangkan pada keluarga hanya khawatir jika anaknya mulai menagis saat diperiksa dokter dan perawat.

D. TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI Motorik kasar,anak dapat berjinjit,menjaga keseimbangan dengan satu kaki diangkat. Motorik halus , dapat mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan saat mewarnai. Bahasa,menggunakan bahasa Indonesia. Sosialisasi, sosialisasi baik,terkadang takut dengan dokter atau perawat.

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG - Data lab: Hematologi Darah rutin Hb 11,4g/dl Ht 40% (13-18g/dl) (40-50%) ( 4,3-6,0jt/ul)

Eritrosit 5,2 jt/ul

Trombosit 352000/ul (150000-400000/ul) Blooding time 430 (1-6mnt) MCV MCH 89 fl 27pg ( 80-96fl) ( 27-30pg) (32-36g/dl)

MCHC 32g/dl

Leukosit 14500/ul (5000-14500/ul)

25

Hitung jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

Nilai 0 2 3 52 40 2

Nilai normal 0-1% 1-3% 2-6% 50-70% 20-40% 2-8%

KIMIA: Protein total Albumin Globulin SGPT(ALT) 7,0 4,8 2,5 19 6-8,5g/dl 3,5-5,0g/dl 2,5-3,5g/dl