bab ii. metode jarimatika dan opini masyarakat ii.1

23
6 BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1 Landasan Teori II.1.1 Pendidikan Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sebuah perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, selain itu menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan merupakan upaya menuntun anak-anak untuk mengeluarkan segala bakat yang ada pada diri supaya mereka sebagai manusia mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dengan kata lain pendidikan merupakan sebuah upaya meningkatkan kualitas seseorang dengan cara pengajaran serta pelatihan. Upaya yang dilakukan pemerintah tentu saja meperoleh hasil memadai, namun kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lainya. Menurut survei Political and Economic Risk Consultan (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan 12 dari 12 negara di Asia, masalah yang dihadapi Indonesia ialah efektivitas, efisiensi serta standarisasi pengajar, kurang kreatifnya kegiatan belajar-mengajar serta kurikulum yang seringkali menjadi patokan mengajar tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan belajar di sekolah hanya memaksakan anak untuk menguasai seluruh materi yang telah disusun dalam kurikulum, tidak mempertimbangkan apakah materi tersebut sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa berkembang bukan karena minat serta bakatnya melainkan karena suatu keharusan. Saat ini telah diterapkan kurikulum 2013 yang memberikan perubahan dalam pelaksanaan belajar, siswa ditekankan untuk lebih banyak berkegiatan interaktif di kelas. Namun karena belum meratanya kualitas pendidikan menyebabkan tidak semua sekolah mampu menyediakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan tersebut.

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

6  

BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pendidikan

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sebuah perubahan sikap

dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, selain itu menurut Ki Hajar Dewantara bahwa

pendidikan merupakan upaya menuntun anak-anak untuk mengeluarkan segala bakat

yang ada pada diri supaya mereka sebagai manusia mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya. Dengan kata lain pendidikan merupakan sebuah upaya

meningkatkan kualitas seseorang dengan cara pengajaran serta pelatihan.

Upaya yang dilakukan pemerintah tentu saja meperoleh hasil memadai, namun kualitas

pendidikan di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lainya.

Menurut survei Political and Economic Risk Consultan (PERC) kualitas pendidikan di

Indonesia berada pada urutan 12 dari 12 negara di Asia, masalah yang dihadapi

Indonesia ialah efektivitas, efisiensi serta standarisasi pengajar, kurang kreatifnya

kegiatan belajar-mengajar serta kurikulum yang seringkali menjadi patokan mengajar

tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan belajar di

sekolah hanya memaksakan anak untuk menguasai seluruh materi yang telah disusun

dalam kurikulum, tidak mempertimbangkan apakah materi tersebut sesuai dengan

potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini yang menyebabkan siswa berkembang bukan

karena minat serta bakatnya melainkan karena suatu keharusan. Saat ini telah

diterapkan kurikulum 2013 yang memberikan perubahan dalam pelaksanaan belajar,

siswa ditekankan untuk lebih banyak berkegiatan interaktif di kelas. Namun karena

belum meratanya kualitas pendidikan menyebabkan tidak semua sekolah mampu

menyediakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan tersebut.

Page 2: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

7  

II.1.2 Belajar

Belajar merupakan sebuah kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat

terutama bagi para pelajar, karena merupakan sebuah rutinitas yang harus dijalani.

Menurut Djamarat (2011) mengatakan bahwa belajar merupakan serangkaian jiwa dan

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan

psikomotor (h.13), dengan begitu gerak gaya harus diimbangi dengan proses jiwa untuk

mendapatkan sebuah perubahan. Artinya belajar merupakan sebuah proses masuknya

kesan-kesan baru dalam jiwa membuat sebuah perubahan pada jiwa bukan pada fisik.

Menurut Djamarat (2011), pada umumnya seseorang belajar untuk melakukan sebuah

perubahan namun tidak semua perubahan berasal dari hasil belajar, perubahan yang

disebabkan oleh faktor lain diluar pembelajaran tidak bisa disebut belajar contohnya

perubahan disebabkan mabuk, gila, atau terjadi kecelakan itu tidak tergolong belajar.

Lebih jelasnya lagi belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan

jiwa, proses dilakukan secara sadar sehingga dapat merasakan perkembangan

pengetahuan yang bertambah. Belajar erat kaitanya dengan sekolah namun belajar juga

bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Ilmu tidak hanya bisa didapat di sekolah

namun bisa didapatkan dimanapun dan kapanpun. Proses belajar dapat dijelaskan

sebagai berikut.

II.1.2.1 Mendengar

Kegiatan mendengar sering kali dilakukan pada kegiatan bejalar-mengajar di kelas,

guru sebagai pemberi materi menerangkan dan siswa mendengarkan maksud dari

setiap kata yang diucapkan oleh guru. Hal ini juga terjadi di luar sekolah seperti saat

mendengar suara di pohon dan menangkap bahwa itu suara burung. Proses

mendengarkan memerlukan sesuatu yang bisa didengar sebagai objek pembelajaran,

ditangkap oleh indra pendengaran untuk mendapatkan rangsangan yang diolah oleh

otak dan disimpan menjadi pengetahuan. Telinga sebagai indra pendengaran akan

menangkap setiap suara yang ada dan ditransper pada otak dan diolah, untuk

Page 3: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

8  

mendapatkan informasi yang tepat diperlukan fokus pada satu target suara, bila tidak

otak tidak akan dapat memaknai apa yang didengar. Dengan contoh siswa yang sedang

belajar di kelas mendengarkan penjelasan dari gurunya dan terjadi suara keras dari luar

kelas membuat yang tadinya mendengarkan perkataan guru beralih fokus pada suara

yang lain membuat informasi yang disampaikan guru tidak terserap semuanya

mendengar juga dipengaruhi oleh besar kecilnya suara serta kejelasan suara yang

didengar.

II.1.2.2 Memandang

Selain mendengarkan terdapat aktivitas lain untuk belajar berupa aktivitas memandang,

sebuah proses saat mata memfokuskan penglihatan pada objek pembelajaran. Proses

melihat juga termasuk pada prose belajar, contohnya di kelas disediakan papan tulis

untuk dituliskan materi agar dilihat serta dibaca oleh siswa. Dengan begitu anak akan

menyerap informasi yang dituliskan pada papan tulis dan memahaminya. Meskipun

tidak semua apa yang dilihat merupakan aktivitas belajar karena memandang yang

merupakan aktivitas belajar adalah memandang yang memiliki tujuan untuk mengubah

tingkah laku menjadi lebih baik dan bersifat positif. Bila pandangan tidak ada dasar

tujuan meskipun memandang sebuah objek tidak bisa disebut belajar. Contohnya disaat

melamun pandangan akan melihat pada satu arah namun memikirkan hal lain selain

apa yang dilihat tau tidak fokus pada apa yang dilihat, maka apa yang sedang dilihat

tidak dipelajari.

II.1.2.3 Mencatat

Kegiatan menulis atau mencatat merupakan sebuah kegiatan belajar yang sering

digunakan setelah melakukan aktivitas lainya seperti memandang dan mendengar.

Tujuanya sebagai pengingat atau merangkum pembelajaran. Terdapat perbedaan dari

setiap orang dalam mencatat ada yang secara keseluruhan dan ada juga yang

menuliskan inti-intinya saja sesuai dengan kebutuhan serta situasi setiap orang, tidak

semua kegiatan mencatat merupakan aktivitas belajar seperti mencatat segala sesuatu

Page 4: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

9  

yang tidak bermanfaat seperti menyalin, mencontek, dan menjiplak bukan bagian dari

belajar.

II.1.2.4 Membaca

Selain itu ada aktivitas membaca sebuah aktivitas yang sangat penting dalam proses

belajar. Karena dengan membaca bisa mendapatkan informasi serta pembelajaran

apapun yang diinginkan, aktivitas membaca tidak hanya bilakukan pada media buku

pelajaran, tapi bisa juga membaca sebuah informasi pada majalah, koran, jurnal, buku

cerita dan masih banyak lagi dengan kata lain. Membaca harus terdapat tulisan yang

dapat dibaca serta ada tujuan yang ingin diperoleh dari apa yang dibaca seperti

keilmuan dan pengetahuan.

II.1.3 Matematika

Menurut dari asal katanya matematika berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan

prosedur operasiolan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai

bilangan. Ruseffendi yang dikutip oleh Heruman (2012) mengatakan bahwa

matematika merupakan sebuah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif, ilmu mengenai pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, nilai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan, ke

aksioma atau postulat, dan ahirnya menuju dalil (h.1). Sedangkan menurut Soedjadi

(2000) mendefinisikan bahwa matematika memiliki objek tujuan abstrak yang

bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

Matematika merupakan sebuah pelajaran yang penting bagi kehidupan manusia,

pentingnya matematika dibuktikan dengan konsep dasar matematika yang dipelajari

oleh anak diusia dini. Berikut merupakan pencapaian yang harus dicapai saat belajar

matematika disekolah dasar.

Page 5: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

10  

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berhitung merupakan sebuah keterampilan dasar yang perlu untuk dikuasai dan

dipahami, operasi hitungan yang diantaranya tambah, kurang, kali, bagi, selain itu

berhitung merupakan sebuah kegiatan untuk memecahkan sebuah masalah yang

bersifat hitungan (Poerwadarminta, 1996, h.253). Kemampuan berhitung anak di usia

dini bisa sebut sebagai kemampuan berhitung bagi pemula, sebuah kemampuan yang

harus dimiliki anak sebagai pondasi untuk mengembangkan kemampuan, dimulai

dengan lingkungan sekitar yang dekar dengan anak lalu dilanjutkan dengan pemberian

pengertian terhadap jumlah (Susanto, 2011).

Anak pada usia 0-4 tahun belajar berhitung dengan cara menyebutkan urutan bilangan

atau bilangan buta, anak hanya menyebutkan urutan angka anatara 1 hingga 10 tanpa

mengaitkan dengan benda yang bersifat konkret, pada usia tersebut anak bisa

menyebutkan bilangan hingga sepuluh dan di usia 5 sampai 6 tahun terjadi peningkatan

dengan dapat menyebutkan bilangan hingga ratusan (Sriningsih, 2008). Maka dari itu

kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa anak diusia 0 hingga 5 tahun merupakan

Page 6: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

11  

fase pengenalan matematika pada anak dengan menyebutkan bilangan secara berurutan

atau tidak, penyebutan bilangan tidak bersifat konkrit. Sedangkan anak diusia 5 sampai

6 tahun belajar untuk memahami serta mulai dikenalkan dengan konsep berhitung.

Menurut Suyanto (2005) bahwa tujuan dari diberikanya pembelajaran berhitung pada

anak usia dini yaitu sebuah logico-mathematical learning atau untuk belajar berpikir

logis atau matematis dengan cara yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk

anak. Tujuannya anak dapat memahami bahasa matematis dan menggunakannya

dalam kehidupan bukan untuk anak dapat menyebutkan bilangan hingga seratus

bahkan seribu. Maka tujuan berhitung secara garis besar sebagai pembelajaran

berhitung bagi anak, sebagai upaya melatih anak supaya dapat berpikir logis dan

sistematis sejak dini. Dengan diberikan dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak dini

membuat anak akan merasa siap mengikuti pembelajaran berhitung dijenjang

berikutnya yang lebih kompleks.

II.1.3.1 Penjumlahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) penjumlahan berasal dari kata jumlah

atau tentang bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, pemberian kata

depan pen memberi arti kata kerja proses, cara menghitung. Selain itu menurut David

Glover (2006) mengartikan penjumlahan sebagai cara menemukan jumlah total dari

dua bilangan atau lebih dengan menggunakan tanda “+” sebagai simbol dari

penjumlahan. Penjumlahan memiliki tujuan untuk menemukan hasil penggabungan

dua buah bilangan atau lebih, merupakan salah satu dasar dari matematika yang harus

dipahami oleh anak sejak dini, untuk memberikan pemahaman serta maksud dari

penjumlahan atau menjumlahkan. Perlunya visualisasi penjumlahan dengan sebuah

media agar anak lebih memahami konsep penjumlahan. Penjumlahan atau

menambahkan bersifat (+) positif yang hasilnya bertambah, Penjumlahan bisa di

artikan ditambah atau diberi lagi, contohnya Bila memiliki 1 buah pensil dan ayah

memberikan 1 pensil lagi maka pensil yang dimiliki menjadi 2 pensil bila

menggunakan lambang bilangan sebagai berikut (1+1=2).

Page 7: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

12  

Untuk mempermudah dalam memahami konsep berhitung penjumlahan untuk anak

dapat menggunakan visualisasi berhitung sehingga matematika yang bersifat abstrak

dapat dengan mudah dimengerti oleh anak-anak. berikut ini merupakan visualisasi dari

proses berhitung penjumlahan menggunakan media berupa sumpit dan kotak:

Gambar II.1 Penjumlahan

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Penggunaan media berhitung dapat menjembatani anak memahami konsep matematika

yang bersifat abstrak, selain itu dengan memvisualkan proses berhitung penjumlahan

menggunakan sebuah media merangsang anak memahami sifat angka yang bila

dijumlahkan maka akan dirasakan menjadi semakin banyak.

II.1.3.2 Pengurangan

Sama halnya dengan penjumlahan pengurangan juga merupakan salah satu dasar dari

matematika yang harus dipahami sebagai pondasi berhitung yang seringkali digunakan

dalam menyelesaikan persoalan matematika, pengurangan adalah sebuah kegiatan

mengurangi sebuah benda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

pengurangan adalah sebuah proses atau cara mengurangi atau mengurangkan yang

berasal dari kata kurang atau belum atau tidak cukup. Pengurangan atau dikurangi

bersifat (-) negatif. Pengurangan bisa diartikan sebuah proses pencarian hasil dari

angka atau benda yang telah dikurang. Contohnya Budi memiliki 2 buah apel dan

memakan 1 buah apel, maka saat ini Budi tinggal memiliki 1 buah apel. Konsep

Page 8: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

13  

pengurangannya adalah Budi memiliki 2 apel dikurangi 1 untuk dimakan maka dapat

ditulis dengan (2-1=1).

Untuk mempermudah dalam memahami konsep berhitung pengurangan untuk anak

dapat menggunakan visualisasi berhitung, sehingga matematika yang bersifat abstrak

dapat dengan mudah dimengerti oleh anak-anak. berikut ini merupakan visualisasi dari

proses berhitung pengurangan menggunakan media berupa sumpit dan kotak:

Gambar II.2 Pengurangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Penggunaan media berhitung dapat menjembatani anak memahami konsep matematika

yang bersifat abstrak, selain itu dengan memvisualkan proses berhitung pengurangan

menggunakan sebuah media merangsang anak memahami sifat angka yang bila

dikurangi dengan angka yang akan dikurangi maka akan dirasakan menjadi semakin

sedikit. Selain itu dengan media juga dapat membuat proses belajar menjadi lebih

menyenangkan.

II.1.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran Matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi, mendorong,

dan mendukung siswa dalam belajar Matematika. Banyak orang yang tidak menyukai

Matematika, termasuk siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka

Page 9: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

14  

menganggap Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini

membuat mereka merasa malas untuk belajar Matematika.

Menurut Kline (2006), belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan, dengan suasana yang menyenangkan anak akan lebih fokus dan

menerima ilmu yang akan diberikan. Sedangkan menurut Pitadjeng (2006), orang yang

belajar akan merasa senang jika memahami apa yang dipelajari. Pendapat keduanya

juga berlaku bagi siswa Sekolah Dasar yang sedang belajar Matematika. Oleh karena

itu, di dalam belajar anak diberi kesempatan untuk merencanakan dan menggunakan

cara belajar yang mereka senangi. Selain itu, pendidik dalam mengajarkan Matematika

harus mengupayakan agar siswa dapat memahami dengan baik materi yang sedang

dipelajari.

Untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan,guru harus

pandai dalam memilih metode yang akan digunakan dalam mengajar. Penggunaan

metode yang tepat dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang

disampaikan oleh guru.

II.1.4.1 Proses Belajar-mengajar Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002) proses belajar-mengajar adalah suatu proses

yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Tujuan ini yang menjadi arah ke mana

proses belajar-mengajar tersebut akan di bawa. Proses belajar-mengajar akan berhasil

jika mampu memberikan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

dan nilai sikap dalam diri siswa. Walaupun belajar dan mengajar adalah dua hal yang

berbeda, keduanya saling berkaitan. Mengajar akan lebih efektif jika kemampuan

berpikir anak diperhatikan. Karena itu perhatian ditujukan kepada kesiapan struktur

kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada organisasi pengetahuan atau

pengalaman yang telah dikuasai siswa yang memungkinkan siswa itu dapat menangkap

konsep-konsep baru termasuk konsep Matematika.

Page 10: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

15  

II.1.4.2 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Pada dasarnya masa usia sekolah dasar adalah masa anak-anak akhir dengan usia 6

hingga 11 tahun atau 12 tahun, tandanya anak sudah mulai memasuki sekolah dasar

serta dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang akan merubah sikap dan

tingkah lakunya (Nasution, 1993, h.44). Anak usia 6 sampai 7 tahun sudah mulai

mendapatkan pendidikan formal dengan landasan anak sudah matang dan siap untuk

belajar, maka dari itu dibentuk taman kanak-kanak untuk membangun minat anak

belajar formal, di taman kanak-kanak akan diberi dasar pembelajaran kedisiplinan,

serta kemandirian (Bahri, 2011, h.124-125). Perlunya sebuah upaya yang benar

memberikan pendidikan pada anak sesuai dengan tumbuh kembang anak, Syaiful Bahri

Djamarah (2011, 124-125) mengemukakan mengenai sifat-sifat yang dimiliki anak

dimasa sekolah dasar sebagai berikut:

Adanya sebuah korelasi positif yang tinggi antara kesehatan pertumbuhan

jasmani dengan prestasi sekolah.

Sikap yang cenderung mematuhi peraturan-peraturan dalam permainan.

Sering memuji diri sendiri.

Suka akan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain bila hal tersebut

menurut dia lebih menguntungkan dari yang lain.

Akan menganggap tidak penting bila sesuatu hal tidak bisa diselesaikan.

Diumur 6 hingga 8 tahun anak menyukai penilaian yang bagus tanpa mengingat

apakah prestasi tersebut pantas diberikan atau tidak.

Pada usia 6 hingga 13 tahun merupakan fase operasional konkret, ditandai dengan

kemampuan berpikir untuk menjalankan kaidah-kaidah logika, namun masih terikat

dengan objek yang bersifat konkret atau nyata. Usia 6 sampai 7 tahun anak sudah mulai

mengikuti sekolah dasar meskipun masih mengalami perkembangan kognitif atau

persoalan pengembangan kemampuan akal, dalam fase ini anak masih terikat dengan

objek-objek yang tampak dan bisa dirasakan oleh indra (Heruman, 2012, h.1). Perlunya

sebuah media yang dapat menjembatani matematika dengan anak berupa media serta

Page 11: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

16  

alat peraga untuk memperjelas pelajaran matematika yang bersifat abstrak agar dapat

lebih cepat dipahami dan dimengerti.

Anak dalam mempelajari suatu konsep matematika perlu diberi penguatan serta

pengalaman yang dapat diterima dan disimpan pada memori otak anak dengan begitu

perlu adanya sebuah pembelajaran perbuatan dan pengertian tidak hanya sekedar

hapalan saja. Menghapal tanpa dibantu peraga, anak akan mudah untuk lupa seperti

halnya pepatah yang mengatakan “saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka

saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti” (Heruman, 2012, h.2), penyampaian

pelajaran matematika pada anak perlu dapat titangkap oleh indra lain selain

pendengaran, agar lebih cepat untuk anak memahami serta sudah mengerti anak tidak

akan lupa. Tujuan akhir dari pembelajaran matematika pada anak sekolah dasar adalah

agar anak dapat terampil menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan

sehari-hari, untuk mencapai tujuan tersebut matematika sekolah dasar membagi

menjadi 3 kelompok diantaranya penanaman, pemahaman, dan pembinaan.

Penanaman Konsep Dasar (penanaman konsep)

Penanaman konsep secara garis besar berarti memberikan konsep baru yang belum

pernah dipelajari dan diketahui konsep tersebut, karena bersifat baru bagi anak maka

dari itu diperlukan sebuah jembatan yang menghubungkan kemampuan kognitif siswa

dengan matematika yang bersifat abstrak, sebuah media atau alat dibutuhkan untuk

membantu pola berfikir siswa (Heruman, 2012, h.3).

Pemahaman Konsep

Sebuah proses pembelajaran lanjutan dari proses penanaman konsep, bertujuan untuk

lebih memahami konsep yang telah diberikan. Pemahaman konsep sendiri dibedakan

menjadi dua sesuai waktu penyampaiannya itu sendiri, diawali penyampaian materi

pada saat pertemuan atau saat penanaman konsep. Dilakukan dengan memastikan

bahwa siswa menjadi paham dengan konsep yang baru diberikan. Tahap kedua adalah

pemahaman konsep yang dilakukan pada hari berikutnya dengan tujuan sebagai

Page 12: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

17  

pengingat konsep yang telah diterapkan pada hari sebelumnya, proses pemahaman

dilakukan secara berulang dengan bantuan contoh konsep agar lebih paham (Heruman,

2012, h.3).

Pembinaan Keterampilan

Pada proses terahir yaitu pembinaan keterampilan merupakan langkah terahir dari

penanaman dan pemahaman konsep, saat sudah dipahami langkah berikutnya

pembinaan keterampilan dengan tujuan agar siswa lebih terampil dalam melakukan

berbagai konsep matematika (Heruman, 2012, h.3).

II.2 Objek Penelitian

II.2.1 Jarimatika

Berdasarkan hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani pencipta metode

Jarimatika tanggal 28 April 2019 Jam 19.00 WIB. Dijelaskan bahwa jarimatika

merupakan sebuah metode berhitung kali, bagi, tambah, kurang menggunakan jari

sebagai medianya. Asal kata jarimatika adalah jari dan aritmatika, maka dapat diartikan

bahwa metode jarimatika berarti sebuah metode untuk membantu menyelesaikan

masalah hitungan kali, bagi, tambah dan kurang. Metode jarimatika merupakan sebuah

metode yang menjembatani anak belajar berhitung dengan konsep yang

menyenangkan, bertujuan agar anak menjadi senang belajar matematika. Untuk dapat

mengeri matematika merupakan hal yang mudah untuk anak karena otak anak akan

cepat menangkap dan memahami apa yang dipelajari. Selain itu dijelaskan pula bahwa

metode jarimatika memiliki fungsi sebagai media yang dapat memudahkan anak dalam

memahami konsep kali bagi tambah kurang dengan konsep pembelajaran yang

menyenangkan bagi anak, dengan tujuan agar anak dapat memahami konsep berhitung

serta membantu mempermudah dalam mengerjakan soal hitungan.

Penggunaan jaritangan sebagai media hitung menjadikan jarimatika lebih unik dan

disukai oleh anak-anak. Jari-jari yang merupakan salah satu anggota tubuh menjadikan

metode ini lebih ekonomis karena tidak perlu dibeli, tidak akan ketinggalan saat akan

Page 13: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

18  

digunakan berhitung serta anak tidak akan terbebani memori otaknya karena

penggunaan media hitung yang tidak perlu dihafal. Selain itu penggunaan jari saat

berhitung dianggap lucu oleh anak-anak dan dianggap sedang bermain sehingga proses

belajar menjadi lebih menyenangkan. Berikut ini merupakan visi dan misi metode

jarimatika yang diciptakan oleh Septi Peni Wulandani:

Visi, menjadi metode yang unggul untuk keluarga Indonesia dalam memahami

aritmatika sebagai pintu gerbang matematika.

Misi, membuat metode penambahan, perkalian, pengurangan dan pembagian

menjadi mudah dan menyenangkan.

Media yang digunakan untuk menyebarluaskan jarimatika yang digunakan selama ini

yaitu dengan pelatihan dan penyebaran buku. Menurut Septi Peni Wulandari (2014)

kini jarimatika telah mencapai kurang lebih 1.000 tempat kursus yang tersebar dari

Sabang di Nangroe Aceh Darussalam sampai Manokwari di Papua. Jarimatika telah

diakui sebagai teknik berhitung yang baik oleh masyarakat Indonesia. Konsep

jarimatika di temukan pertama kali oleh Septi Peni Wulandani dari tahun 2000 hingga

2003. Pada tahun yang sama dengan pengesahan hak cipta, dibuat buku mengenai

metode ini dan diproduksi secara masal.

Septi Peni Wulandari merupakan seorang praktisi pendidikan asal Salatiga Jawa

Tengah yang sangat peduli terhadap dunia anak dan keluarga. Metode jarimatika

merupakan hasil pemikirannya mengani belajar berhitung. Sebagaimana umumnya

anak-anak sekolah dasar yang mengalami kesulitan berhitung, sang anak juga

menghadapi masalah yang sama. Prihatin dengan kondisi tersebut, dibuatlah metode

yang dapat dengan mudah dimengerti oleh anaknya. Keberhasilan ini semakin

diperkuat setelah diterapkan pada anak-anak lain. Menyikapi kondisi ini, bahwa

metode ini mempermudah cara belajar matematika untuk anak-anak, maka diajukan

HAKI atau Hak Atas Kekayan Intelektual. Saat ini Septi Peni Wulandani telah menjadi

pemilik School of Life Lebah Putih dan komunitas Ibu Profesional. Tujuan utama

Page 14: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

19  

adalah membantu para ibu mempermudah anak belajar matematika. Beberapa

penghargaan telah diraih oleh Septi Peni Wulandani, diantaranya:

Nominator Ibu Teladan, Majalah Ummi 2004.

Meraih Danamon Award kategori Individu Pemberdaya Masyarakat 2006.

10 yang Mengubah Indonesia, majalah Tempo 2007.

Nominator International Enterpreuner of the year dari Emas Young tahun

2009.

20 Pemuda yang Mengukir Prestasi, penghargaan dari Menpora 2007.

Woman Of Entepreuneur, Ashoka Award USA 2007.

Tokoh Pendidikan Kesetaraan, Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan

Alternatif (ASAH PENA) 2008.

Terpilih menjadi salah satu ikon 2008 untuk kategori ilmu dan teknologi pilihan

majalah Gatra.

Inspiring Woman versi majalah KARTINI 2009.

Banyaknya penghargaan tersebut tak lepas dari kualitas penulisan serta buku yang

dikeluarkannya. Bebrapa respon positif dinyatakan oleh pembaca setelah mempelajari

dan mengajarkan metode jarimatika pada anak. Seperti yang dirasakan oleh Leni

seorang ibu dari Bandung yang menyatakan bahwa, “Anak saya selalu menyerah kalau

belajar matematika apalagi kalau sudah masuk pelajaran berhitung, kadang saya

sampai kesal sendiri. Setelah mempelajari metode jarimarika, berhitung anak saya

menjadi cepat dan sekarang dia menjadi senang mempelajari matematika”. Selain itu

pernyataan dari Chaerul dari Jakarta yang berpropesi sebagai seorang guru tunanetra

menyatakan sebagai berikut “Saya seorang guru tunanetra yang kebetulan juga

penyandang, semenjak mempelajari jarimatika saya dan murid saya merasa terbantu,

karena bisa berhitung menggunakan jari tangan yang bisa kami rasakan tanpa harus

melihat”.

Page 15: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

20  

Dapat disimpulkan dari pernyataan masyarakat yang telah mempelajari metode

jarimatika bahwa metode ini dapat membantu anak saat berhitung membuat anak

menjadi lebih sering berlatih dan menjadi menyukai matematika yang dulu dianggap

sulit oleh anak, selain itu penggunaan media hitung jari juga membantu masyarakat

yang berkebutuhan kusus untuk belajar berhitung tanpa harus melihat menjadi

kelebihan lain dari metode-metode lain. Berikut merupakan foto sosok dari seorang

Septi Peni Wulandani yang telah dikenal sebagai seoarang ibu profesional serta penulis

dari buku Metode jarimatika sekaligus pemilik School of Life Lebah Putih dan

komunitas Ibu Profesional.

Gambar II.3 Septi Peni Wulandani

Sumber: http://shantybelajarmenulis.blogspot.co.id/2015/10/oleh-oleh-dari-kuliah-umum-septi-peni 10.html.

II.2.2 Buku Jarimatika

Dari hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani pencipta metode jarimatika

tanggal 28 April 2019 Jam 19.00 WIB. Buku jarimatika saat ini telah mencapai cetakan

ke-53 serta telah dipasarkan hampir di seluruh Indonesia. Harga buku terjangkau bagi

kalangan menengah ke bawah. Buku berisi tatacara serta konsep berhitung

menggunakan jari lengkap dengan soal-soal pertanyaan yang harus dijawab oleh anak.

Buku jarimatika juga dibuat untuk membantu masyarakat terutama yang memiliki anak

Page 16: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

21  

dalam membimbing anaknya memahami konsep dasar kali, tambah, kurang, dan bagi,

dengan mudah dan menyenangkan.

Cover depan serta belakangnya berwarna serta berisikan sama halnya dengan buku lain

terdapat judul deskripsi isi buku, nama penulis dan juga layout sampul dengan warna

yang mencolok serta gambar seorang anak serta orang tua yang sedang menggerakkan

jari tangan seolah-olah sedang menghitung menggunakan jari cocok untuk dimiliki

anak-anak. Berikut ini adalah gambar dari cover depan buku jarimatika.

Gambar II.4 Cover depan buku jarimatika

Sumber : Pribadi (11/01/2019)

Namun pada dasarnya buku Jarimatika penambahan dan pengurangan ditujukan untuk

orang tua, dengan isi dari buku jarimatika penambahan dan pengurangan berupa

panduan untuk mengajarkan kepada anak metode jarimatika. Isi buku jarimatika

penambahan dan pengurangan berupa langkah-langkah serta cara mengajarkan metode

jarimatika yang baik dan benar kepada anak. Pada isi buku jarimatika penambahan dan

pengurangan terbagi menjadi dua garis besar pembahasan diantaranya penjelasan

mengenai bagaimana cara mengajarkan keterampilan berhitung yang baik pada anak

Page 17: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

22  

dan metode jarimatika yang diantaranya berupa penjelasan singkat dan cara berhitung

menggunakan metode jarimatika.

Pada bagian pengajaran keterampilan berhitung menjelaskan tentang tujuan dari anak

perlu menguasai keterampilan berhitung, cara mengajarkan konsep angka, lambang

bilangan, serta mengajarkan proses berhitung matematika pada anak. Intinya dari

pembahasan tersebut adalah menerangkan manfaat serta cara mengajarkan konsep

berhitung yang benar kepada anak. Untuk bagian kedua menjelaskan tentang metode

jarimatika yang berupa manfaat belajar metode jarimatika, formasi jari metode

jarimatika, rumus jarimatika serta soal matematika sebagai latihan. Berikut ini

merupakan gambar dari daftar isi dari buku Jarimatika penambahan dan pengurangan.

Gambar II.5 Daftar Isi buku Jarimatika. Sumber : Pribadi (11/01/2019)

Untuk desain pada buku jarimatika penambahan dan pengurangan didominasi oleh

gambar dan tulisan yang dibuat sederhana, sebagai pegangan orang tua dalam

mengajarkan metode jarimatika serta lebih memfokuskan pada proses belajar. Buku

dicetak dalam format hitam putih serta ilustrasi yang mudah dimengerti. Isi buku

jarimatika penambahan dan pengurangan terbagi menjadi 50% tulisan dan 50%

ilustrasi, penggunaan ilustrasi bertujuan memperjelas serta memberi contoh gerakan

serta formasi jari yang harus diperagakan saat proses belajar-mengajar metode

jarimatika. Berikut ini merupakan salah satu gambaran isi dari buku jarimatika

Page 18: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

23  

penjumlahan dan pengurangan yang ditulis oleh Septi Peni Wulandari selaku pencipta

metode jarimatika.

Gambar II.6 Isi buku Jarimatika. Sumber : Pribadi (11/01/2019)

Jarimatika penambahan dan pengurangan merupakan sebuah buku yang dirancang

untuk menuntun orang tua dan anak belajar metode jarimatika, sehingga dengan belajar

metode jarimatika anak akan mudah dalam proses berhitung dan menjadi akrab dengan

matematika serta menyukai matematika. Namun pada dasarnya buku jarimatika

penambahan dan pengurangan sangat tergantung pada orang tua atau pendamping

sebagai fasilitator anak belajar metode jarimatika, orang tua sebisa mungkin membuat

suasana belajar yang ceria dan menyenangkan bersama anak.

Buku Jarimatika penambahan dan pengurangan di dalamnya berisi himbauan kepada

orang tua untuk tidak memaksakan proses belajar, semua berawal dari minat serta

ketertarikan anak untuk mempelajari metode jarimatika. Belajar metode jarimatika

sebaiknya diawali dengan gembira serta diahiri dengan gembira, maka agar proses

belajar tetap menyenangkan sebaiknya diiringi dengan gerakan serta nyanyian yang

mudah di ikuti oleh anak-anak. Pada buku jarimatika penjumlahan dan pengurangan

diberikan cara berupa saran lagu serta gerakan yang dapat di ikuti serta diaplikasikan

orang tua saat proses belajar berlangsung.

Page 19: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

24  

Gambar II.7 Lagu serta gerakan jarimatika.

Sumber : Pribadi (11/01/2019)

II. 3 Kondisi Masyarakat

Untuk menghimpun data mengenai seberapa besar pengetahuan masyarakat mengenai

metode jarimatika maka dilakukan kuisioner kepada 70 responden. Dari 70 responden

41% orang mengetahui tentang metode jarimatika, dan 59% tidak mengetahui

mengenai metode jarimatika. Namun dari 41% responden yang mengetahui metode

jarimatika hanya 2 orang yang mengaku sudah lupa cara berhitung menggunakan

metode jarimatika, sedangkan yang lain hanya mengenal arti dari kata jarimatika yang

merupakan sebuah metode belajar berhitung dengan bantuan jari-jari tangan tanpa bisa

menggunakanya. Dapat disimpulkan bahwa metode jarimatika sudah banyak yang

mengetahui namun masih sedikit yang mempelajari dan bisa berhitung dengan metode

jarimatika.

Masih banyak orang tua yang mengetahi metode jarimatika namun tidak mempelajari

metode tersebut karena merasa kesulitan mengajarkan kepada anak. Berdasarkan hasil

penelitian yang penulis lakukan sebelumnya, masyarakat pun beranggapan bahwa

metode jarimatika perlu keahlian mengajar yang dapat memberikan suasana belajar

menjadi menyenangkan. Selain itu masyarakat beranggapan bahwa dengan

mengajarkan metode belajar yang tidak dipelajari anak disekolah akan membuat anak

menjadi bingung dan kesulitan.

Page 20: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

25  

Berdasarkan hasil wawancara bersama Septi Peni Wulandani selaku pencipta metode

jarimatika, mempelajari metode jarimatika selain membantu berhitung serta konsep

metode jarimatika yang memvisualkan proses berhitung lebih mudah dan tidak

membebani memori otak anak. Pada masa praoprasional anak sangat mudah menyerap

hal baru, sehingga ketika mereka kaya akan metode akan membuat anak bisa memilih

metode yang dianggapnya lebih mudah.

Terdapat kekurangan pada metode jarimatika yang dicetak pada buku jarimatika

penjumlahan dan pengurangan yaitu tidak semua orang tua dapat memberikan suasana

belajar yang menyenangkan seperti yang diajarkan pada buku tersebut, kurangnya

pengetahuan orang tua tentang cara mengajar yang menyenangkan membuat proses

belajar menjadi lebih kaku dan tidak menyenangkan. Orang tua lebih memilih untuk

memasukan anaknya les atau memaksakan menggunakan metode yang diajarkan

disekolah.

II.3.1 Analisa

Untuk menghimpun data mengenai kesulitan anak belajar berhitung maka dilakukan

analisa kuisioner, untuk mendapatkan data yang lebih akurat kuisioner diberikan

kepada 70 orang dewasa. Dari pertanyaan apakah saat ini anak-anak mengalami

kesulitan dalam belajar berhitung, 63% mengatakan kesulitan dan 47% tidak kesulitan.

Dari pertanyaan apa penyebab kesulitan anak didapat 66% disebabkan kurang latihan,

24% kurang minat, 9% mengatakan cara belajar dan yang lainya. Dari pertanyaan

seberapa sering orang tua mendampingi anak belajar di rumah, didapat data

diantaranya 61% mengatakan kadang-kadang, 37% selalu, dan 1% tidak pernah. Dapat

disimpulkan bahwa kesulitan anak dalam belajar berhitung yaitu kurangnya latihan

serta pendampingan orang tua disaat belajar.

Selain itu untuk menghimpun data mengenai pengetahuan masyarakat terhadap metode

jarimatika maka dilakukan analisa kembali melalui kuisioner. Didapati data melalui

pertanyaan seberapa mengatahui mengenai metode jarimatika, 67% mengetahui dan

Page 21: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

26  

43% tidak mengetahui. Pada dasarnya masyarakat sebagian besar telah mengetahui

tentang metode jarimatika yang berupa sebuah metode belajar menggunakan bantuan

jari-jari tangan sebagai media bantu berhitung. Dari 67% masyarakat yang mengetahui

informasi metode jarimatika di antaranya dari buku, mulut ke mulut, internet serta,

tempat les. Berikut ini merupakan gambar persentase mengenai informasi metode

jarimatika yang dihasilkan dari kuisioner :

Gambar II.8 Informasi Jarimatika Sumber : Dokumen Pribadi (2019)

Dari data tersebut kembali dianalisis lebih mendalam melalui pertanyaan mengenai

penguasaan metode jarimatika, didapat bahwa 2% pernah menguasai dan 98% tidak

menguasai. Dari pertanyaan apakah metode jarimatika dapat menjadi solusi anak

belajar berhitung, didapat bahwa 67% menjawab bisa, 9% tidak bisa dan 22% mungkin.

Dan dari pertanyaan apa yang menjadi kesulitan mempelajari metode jarimatika,

didapat 66% sulit mengajarkan pada anak, 32% sulit mengatur waktu, dan 2% tidak

menjawab. Maka jarimatika merupakan sebuah metode yang dapat menjadi solusi

kesulitan anak belajar berhitung, namun masih banyak masyarakat yang merasa

kesulitan dalam mengajarkan metode jarimatika pada anak.

9%

40%

23%

11%

17%

informasi jarimatika

internet

buku

tempat bible/ les

mulut kemulut

tidak mengisi

Page 22: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

27  

Metode jarimatika dalam proses belajar-mengajar diperlukan suasana serta keadaan

yang baik, kurangnya pengetahuan terhadap cara membuat suasana belajar yang

menyenangkan. Hal ini membuat anak menjadi tidak fokus pada pelajaran dan proses

belajar menjadi tidak efektif, hal tersebut membuat masyarakat terutama orang tua

lebih memilih untuk memasukan anak les atau bimbingan belajar.

II.4 Resume

Metode jarimatika tidak hanya sekedar membantu anak dalam proses berhitung, namun

metode jarimatika juga dapat memberikan pemahaman proses berhitung yang mudah.

Ditambah media yang mampu memvisualkan proses berhitung sehingga tidak terlalu

membebani memori otak anak. Mengajarkan anak metode jarimatika perlu adanya

antusias serta kemauan dari anak untuk belajar metode jarimatika, dengan proses

belajar yang menarik dan menyenangkan anak tentu akan antusias dan fokus dalam

mempelajari metode jarimatika.

Namun kurangnya pengetahuan masyarakat secara mendalam mengenai metode ini,

serta kesulitan dalam mengajarkannya kepada anak membuat masyarakat lebih

memilih untuk memberika pelajaran nonformal berupa les atau bimbingan belajar.

Padahal metode ini dapat dipelajari di rumah akan lebih ekonomis karena tidak

memerlukan alat, hanya menggunakan jari-jari tangan. Selain itu belajar metode ini,

pelajaran matematika yang sulit dapat menjadi lebih menyenangkan. Maka perlunya

sebuah informasi mengenai metode jarimatika serta media bantu mengajar metode

jarimatika bagi masyarakat terutama orang tua.

II.5 Solusi perancangan

Berdasarkan permasalahan yang telah diteliti maka solusi perancangan yang akan

dibuat berupa media informasi yang dapat memberikan pengarahan serta pengetahuan

mengenai cara mengajarkan metode jarimatika. Tujuannya masyarakat dapat

mengetahui serta mempermudah dalam mempelajari metode jarimatika, terutama bagi

orang tua yang ingin mengajarkan metode jarimatika pada anaknya. Dengan media

Page 23: BAB II. METODE JARIMATIKA DAN OPINI MASYARAKAT II.1

28  

yang dapat menarik minat anak belajar dapat mempermudah orang tua dalam

mengajarkan metode jarimatika, selain itu beberapa ilustrasi serta warna yang ceria

memberikan suasana belajar yang menyenangkan.