bab ii lk apendiksitis

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 2002) Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. Appendikitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing). Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun. Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses. Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi. B. Etiologi - Penyebab belum pasti - Faktor yang berpengaruh:

Upload: ai-li-

Post on 09-Dec-2014

174 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LK Apendiksitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan

penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 2002)

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94

inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan

mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif

dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.

Appendikitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing). Kira-kira

7% populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup

mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita. Appendiksitis

lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.

Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks,

dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium

yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses.

Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan

prosedur atau pendekatan endoskopi.

B. Etiologi

- Penyebab belum pasti

- Faktor yang berpengaruh:

Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras

dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).

Infeksi: E. Coli dan steptococcus.

Tumor

C. Patognesis

Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendiks:

1. Adanya isis lumen

2. Derajat sumbatan yang terus menerus

3. Sekresi mukus yang terus menerus

4. Sifat inelastis/tak lentur dari mukosa appendiks

Page 2: BAB II LK Apendiksitis

Produksi mucin 1-2 ml/hari. Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari. Jadi nyeri McBurney akan

muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari.

D. Patofisiologi

Appendiks akut fokal:

Nyeri viseral ulu hati karena regangan

mukosa

Appendiks supuratif:

Nyeri pada titik McBurney peritonitis

lokal

Appendiks gangrenosa

Peritonitis

Peritonitis umum

Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat,

kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses

implamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau

menyebar hebat secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah

dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.

Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi:

1. Sembuh

2. Kronik

3. Perforasi

4. Infiltrat → abses

Sumbatan: Sekresi mucus Tekanan intra lumen ↑ Gangguan drainase

limphe Oedema + kuman Ulserasi mukosa

Tekanan intra lumen ↑↑: Gangguan vena Thrombus Iskemia + kuman Pus

Tekanan intra lumen ↑↑↑: Gangguan arteri Nekrosis + kuman gangren

Page 3: BAB II LK Apendiksitis

E. Pathways

Page 4: BAB II LK Apendiksitis

F. Manifestasi Klinik

1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disrtai dengan demam ringan,

mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.

2. Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.

3. Nyeri tekan lepas dijumpai

4. Terdapat konstipasi atau diare

5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum

6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal

7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau

ureter.

8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis

9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara

paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.

10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai

abdomen terjadi akibat ileus paralitik.

11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien

mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari

apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.

Berikut gejala yang timbul tersebut :

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh

sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda

rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat

melakukan gerakan seperti berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini

timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

a. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan

rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan

rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

b. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan

diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga

Page 5: BAB II LK Apendiksitis

biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana

gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.

3. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa

menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah

dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering

apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru

diketahui setelah terjadi perforasi.

4. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita

baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

5. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa

dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang

panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan

trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan

gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan

lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan

di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.

G. Pemeriksaan Diagnosis

1. Anamnesa

a. Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar

ke titik McBurney).

b. Muntah (rangsang visceral)

c. Panas (infeksi akut)

2. Pemeriksaan fisik

a. Status generalis

- Tampak kesakitan

- Demam (≥37,7 oC)

Page 6: BAB II LK Apendiksitis

- Perbedaan suhu rektal > ½ oC

- Fleksi ringan art coxae dextra

b. Status lokalis

c. Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis

d. Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra

McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang

peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan

peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.

e. Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di

titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium

sekitar app yang juga meradang.

f. Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa

pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya

appendiks di pelvis.

g. Peritonitis umum (perforasi)

Nyeri diseluruh abdomen

Pekak hati hilang

Bising usus hilang.

h. Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12

Alvarado score:

Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan,

meliputi 3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:

a. Appendiksitis pain 2 point

b. Lekositosis (>10 ribu) 2 point

c. Vomitus 1 point

d. Anoreksia 1 point

e. Erbound Tendenees Fenomen 1 point

Page 7: BAB II LK Apendiksitis

f. Degre of celsius (>37OC) 1 point

g. Observation of hemogram (segmen> 72%) 1 point

h. Abdominal migrate pain 1 point

Total point 10

3. pemeriksaan penunjang

a. laboratorium

o Hb normal

o Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis,

>10,000/mm3)

o Hitung jenis: segmen lebih banyak

o LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)

b. Rongent: appendicogram

Hasil positif berupa:

o Non-filling

o Partial filling

o Mouse tail

o Cut off

Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.

H. Diagnosa Banding

1. Kehamilan ektopik terganggu

2. Salphingitis akut (adneksitis)

3. Divertikel Mackeli

4. Batu ureter

5. Enteritis regional, gastroenteritis

6. Batu empedu

7. Pankreatitis

8. Cystitis

9. infeksi panggul

10. Torsi kista ovari

11. Endometriosisi

I. Penatalaksanaan

Page 8: BAB II LK Apendiksitis

1. Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)

2. Appendiktomi elektif (app kronik)

3. Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegagkan. Antibiotik

dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah

diagnosa ditegagkan. Appendiktomi dilakukan segera mungkin untuk menurunkan risiko

perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anastesi atau anestesi umum

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.

J. Kompilkasi

Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%. Perforasi terjadi 24 jam

setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7OC atau lebih tinggi,

penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

K. Persiapan preoperative

Infuse intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan

cairan yang hilang. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi

antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Bila ada kemungkinan atau terbukti

ileus paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang. Enema tidak diberikan karena dapat

menimbulkan perforasi.

L. Penanganan posoperatif

Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi

dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Analgetik diberikan untuk

mengurangi nyeri. Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi. Pasien yang

mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena. Instruksi

untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. aktifitas normal

dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.

M. Diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain:

Preoperatif:

Page 9: BAB II LK Apendiksitis

Kurang pengetahuan tentang apendicitis dan pilihan pengobatan

berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (proses penyakit)

Pasca operatif:

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada

apendiktomi)

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post

pembedahan

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

N. Nursing Care Plan

Preoperasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG PAPARAN SUMBER INFORMASI

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x ps mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:

Indikator:Ps mampu: Menjelaskan kembali

tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas

NIC: Pengetahuan penyakitAktifitas:1. Jelaskan tentang

penyakit apendiksitis

2. Jelaskan tentang program pengobatan dan tindakan operasi yang akan dilakukan

3. Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi

4. Tanyakan kembali pengetahuan ps tentang penyakit, prosedur prwtn dan pengobatan

1. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas

2. Mempermudah intervensi

3. Mencegah keparahan penyakit

4. Mereviw

Page 10: BAB II LK Apendiksitis

2. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI KIMIA (PROSES PENYAKIT, DISKONTINUITAS JARINGAN)

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg: Indikator:

-nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

-berkurang

-istirahan/tidur

-non farmakologi

NIC: Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan penilaian

terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

3. Fasilitasi linkungan nyaman

4. Berikan obat anti nyeri

5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

6. Anjurkan relaksasi nafas dalam

7. Berikan massage di punggung

8. Tekan dada saat latihan batuk

1. untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan

2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

3. Meningkatkan kenyamanan

4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri

5. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks

6. Mengurangi nyeri

7. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping

8. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

Post operasi

3. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI FISIK (INSISI PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg:

NIC: Manajement nyeriAktifitas:1. Lakukan penilaian terhadap

nyeri, lokasi, karakteristik 1. Untuk menentukan

intervensi yang sesuai

Page 11: BAB II LK Apendiksitis

Indikator: Menggunakan skala

nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

Ps menyatakan nyeri berkurang

Ps mampu istirahan/tidur

Menggunakan tekhnik non farmakologi

dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

3. Fasilitasi linkungan nyaman

4. Berikan obat analgetik

5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

6. Berikan massage di punggung

7. Tekan dada saat latihan batuk

dan keefektifan dari therapi yang diberikan

2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

3. Meningkatkan kenyamanan

4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri

5. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks

6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping

7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST PEMBEDAHAN

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional

NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:

Indikator: Bebas dari tanda-

tanda infeksi Angka leukosit

normal Ps mengatakan tahu

tentang tanda-tanda infeksi

NIC: Perawatan payudara/ lukaAktifitas:1. Amati luka dari tanda2

infeksi2. Lakukan perawatan

payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka

3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi

1. Penanda proses infeksi

2. Menghindari infeksi

3. Mencegah infeksi

4. Mempercepat penyembuhan

Page 12: BAB II LK Apendiksitis

4. Kelola th/ sesuai program

NIC: Kontrol infeksiAktifitas:1. Batasi pengunjung2. Cuci tangan sebelum

dan sesudah merawat ps3. Tingkatkan masukan

gizi yang cukup4. Anjurkan istirahat

cukup5. Pastikan penanganan

aseptic daerah IV6. Berikan PEN-KES

tentang risk infeksi

1. Mencegah infeksi sekunder

2. Mencegah INOS

3. Meningkatkan daya tahan tubuh

4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi

5. Mencegah tjdnya infeksi

6. Meningkatkan pengetahuan klien

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN: HAMBATAN MOBILITAS FISIK B/D FISIK TIDAK BUGAR KELEMAHAN FISIK

Hambatan mobilitas fisik b.d Fisik tidak bugar (Kelemahan fisik)

Mobilitas fisik optimal setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jamKriteria hasil :

Ekstrimitas tidak lemas,

tidak kaku dan tidak baal

Tidak ada nyeri untuk

mobilitas

Tidak ada kesemutan dan

pusing

Akral hangat

Vital sign normal

Tidak ada tremor lumpuh

anggota gerak kekakuan

otot

Latihan terapi ambulasi Kenakan baju pada pasien yang

tidak ketat

Bantu pasien menggunakan alat

bantu jalan untuk membantu

mobilisasi jalan dan mencegah

injuri

Gunakan tempat tidur yang

rendah jika memungkinkan

Konsulkan pasien untuk rencan

ambulasi

Bantu pasien merubah posisi

pindah dari tempat tidur ke

tempat lain

Jelaskan ke pasien tehnik

ambulasi dan pindah yang

aman

Pengaturan posisi Batasi atau bantu posisi bagian

tubuh pasien

Page 13: BAB II LK Apendiksitis

Berikan bantalan pada area

yang bengkak

Atur posisi untuk memfasilitasi

ventilasi/pervusi sesuai

kebutuhan

Lakukan ROM aktif atau pasif

Alih posisibaring pasien secara

periodik

Ganti posisi tidur setiap 2 jam

sekali

Gunakan bad fungsional untuk

memudahkan pengaturan posisi