bab ii landasan teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfini berarti...

33
9 BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 1994 Kurikulum Bahasa di Sekolah Dasar berdasarkan GBPP 1994. Meliputi pengertian, fungsi, ruang lingkup dan tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia. Aspek- aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Pengajaran Bahasa dalam Kurikulum Pengertian pengajaran bahasa dalam kurikulum dijelaskan bahwa: Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan ( berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia (1994 : 8). 2.1.2 Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Sesuai dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka fungsi pengajaran bahasa Indonesia adalah menyangkut pengembangan sikap, logika dan keterampilan. Sementara ditinjau dari sudut perkembangan psikologis, maka Bahasa Indonesia mempercepat proses sosialisasi diri dan alat untuk menyatakan diri, yang pada proses berikutnya memantapkan konsep diri atau percaya diri. Artinya pada saat-saat usia tentu akan terlayani kebutuhannya.

Upload: phamnguyet

Post on 12-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

9

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 1994

Kurikulum Bahasa di Sekolah Dasar berdasarkan GBPP 1994. Meliputi

pengertian, fungsi, ruang lingkup dan tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia. Aspek-

aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

2.1.1 Pengertian Pengajaran Bahasa dalam Kurikulum

Pengertian pengajaran bahasa dalam kurikulum dijelaskan bahwa:

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan ( berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari orang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia (1994 : 8).

2.1.2 Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum

Sesuai dengan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan

bahasa negara, maka fungsi pengajaran bahasa Indonesia adalah menyangkut

pengembangan sikap, logika dan keterampilan. Sementara ditinjau dari sudut

perkembangan psikologis, maka Bahasa Indonesia mempercepat proses sosialisasi diri

dan alat untuk menyatakan diri, yang pada proses berikutnya memantapkan konsep

diri atau percaya diri. Artinya pada saat-saat usia tentu akan terlayani kebutuhannya.

Page 2: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

10

2.1.3 Ruang lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum

Pendidikan dasar, meliputi :

1. Penguasaan kebahasan.

2. Kemampuan memahami.

3. Mengapresiasikan sastra

4. keterampilan berbahasa/menggunakan bahasa untuk segala macam

kebutuhan.

.

2.1.4 Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia

Komponen tujuan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam

pelaksanaan pengajaran Bahasa Indonesia. Tujuan ini akan menentukan isi dan

strategi pengajaran, serta bentuk evaluasi yang akan dijalankan. Guru yang berada di

depan kelas harus selalu tahu dan sadar tentang tujuan yang hendak dicapai dalam

proses belajar mengajar, agar mampu mengolah pengajaran secara lebih sistematis dan

metodis. Ini berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar

mengajar.

Dalam GBPP. Bahasa Indonesia 1994 (KlsV), tujuan yang dicantumkan

meliputi tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan kelas, disamping itu dicantumkan

juga pembelajaran dalam setiap catur wulan. Tujuan yang menjadi acuan penelitian ini

adalah tujuan khusus, yang di antaranya sebagai berikut :

a. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan pesan

secara lisan dan tertulis.

Page 3: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

11

b. Siswa mampu mengungkapkan perasaan secara lisan dan tertulis dengan

jelas.

c. Siswa mampu berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain

secara lisan.

d. Siswa memiliki kepuasan dan kesenangan berbicara.

e. Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai

dengan keadaan.

f. Siswa memiliki kegemaran menulis.

g. Siswa mampu menerapkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra dalam

berbicara dan menulis (1994 :9).

2.2 Keterampilan Berbicara 2.2.1 Keterampilan Berbicara sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa

Tarigan (1981:1) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa memiliki empat

komponen, yakni :

a. Keterampilan menyimak (listening skills) b. Keterampilan berbicara (speaking skills) c. Keterampilan membaca (reading skills) d. Keterampilan menulis (writing skills)

Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Maksudnya antara komponen yang satu

dengan yang lainnya memiliki kaitan yang erat, saling mendukung dan saling

menunjang. Oleh karena itu, keempat keterampilan berbahasa tersebut sering disebut

catur tunggal.

Page 4: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

12

Jika di dalam kajian pustaka ini penulis banyak menjelaskan mengenai

keterampilan berbicara, bukan berarti penulis menaruhnya di peringkat teratas

sementara keterampilan berbahasa lainnya berada jauh di bawahnya. Hal ini penulis

lakukan semata-mata agar landasan teoritis yang penulis kemukakan tetap bertumpu

pada kerangka persoalan yang diteliti, yakni keterampilan berbicara di kalangan siswa

Sekolah Dasar.

Setiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya

dengan cara yang beraneka ragam. Pemerolehan keterampilan berbahasa, biasanya

melalui suatu urutan hubungan yang teratur, yaitu mula-mula pada waktu kecil kita

belajar menyimak, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca, dan terakhir

kita belajar menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah,

sedangkan membaca dan menulis dipelajari setelah memasuki sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara

merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara ini

merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau perasaan atau ide, menjadi wujud

bunyi bahasa yang bermakna. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang

produktif, terjadi secara langsung dan ekspresif.

2.2.2 Batasan dan Tujuan Berbicara

Pengertian tentang berbicara mempunyai definisi yang berbeda-beda antara

pakar yang satu dengan pakar yang lain.

Page 5: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

13

2.2.2.1 Batasan Berbicara

Menurut Kridalaksana (1982:25) berbicara adalah “Perbuatan yang

menghasilkan bahasa untuk komunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam

berbahasa.”

Menurut Ropi’uddin ( 1998/1999 : 56) bahwa “Berbicara merupakan bentuk

prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,

semantik, dan linguistik.”

Menurut Tarigan (1992 :138) “Berbicara adalah bagian dari komunikasi lisan, di

mana dalam setiap kegiatan berbicara selalu terlibat sejumlah faktor, seperti:

pembicara, pembicaraan, penyimak, media, sarana penunjang, dan interaksi.”

Menurut Kartimi (dalam Yunita, 1998:15) berbicara adalah “Merupakan suatu

peristiwa, penyampaian maksud, gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dipahami oleh

orang lain.”

Menurut Tarigan (1990:149). berbicara adalah “Keterampilan

menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.”

Menurut Arsjad (1991: 17) berbicara adalah “kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengepresikan,

menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”

Menurut Tarigan (1981:15) berbicara adalah “Kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatukan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.”

Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang

dapat didengar (audible) dan yang dapat dilihat (visible) yang memanfaatkan sejumlah

Page 6: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

14

otot tubuhn manusia demi gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih

luas lagi, bebricara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan

faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian

ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling

penting bagi kontrol sosial.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah bukan hanya

pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata, berbicara lebih merupakan alat untuk

menyampaikan/mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun dan dikembang-

kan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan si pembicara.

2.2.2.2 Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyalah sang pembicara memahami

makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikannya. Dia harus mampu

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.

Orang yang berbicara (pembicara) memiliki tujuan yang berbeda ketika ia berbicara, tujuan itu bisa berupa bicara untuk menghibur, berbicara untuk menginformasikan, berbicara untuk menstimulasi, berbicara untuk meyakinkan dan berbicara untuk menggerakkan (Tarigan, 1990:151).

2.2.3 Tujuan Pengajaran Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara sangat diperlukan oleh setiap orang di sekolah dan di

luar sekolah. Di lingkungan sekolah, keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat

untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, dan menyatakan eksistensi diri, bahkan

melalui berbicara orang dapat menggali informasi. Di luar sekolah keterampilan

Page 7: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

15

berbicara diperlukan untuk menyatakan pendapat, menyatakan diri, juga diperlukan

dalam menunjang keberhasilan pekerjaan, pemerintah, pendidikan, dan keilmuan.

Melihat begitu pentingnya keterampilan berbicara dalam kehidupan sehari-

hari, pantaslah jika pengajarannya dilaksanakan di sekolah. Sekolah merupakan salah

satu tempat yang terorganisasi guna penanaman bentuk-bentuk keterampilan yang

dapat menunjang siswa apabila terjun ke lingkungan masyarakat. Salah satunya adalah

pengajaran keterampilan berbicara yang tentu saja banyak manfaatnya.

Pengajaran berbicara harus diajarkan di sekolah karena disebabkan oleh

terlibatnya taraf kemampuan berbicara siswa yang bervariasi. Seperti yang

diungkapkan Tarigan dalam Modul Pengajaran Berbahasa, bahwa :

Di lingkungan sekolah, terutama di kelas dapat dilihat taraf kemampuan berbicara siswa bisa bervariasi mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap, atau kurang. Ada siswa yang lancar menyatakan keinginannya, rasa senang, sedih, sakit, atau letih. Bahkan mungkin dapat menyatakan pendapatnya mengenai sesuatu walau dalam taraf sederhana. Beberapa siswa lainnya masih takut-takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan, tidak jarang kita lihat beberapa siswa berkeringat, dingin, berdiri kaku lupa segalanya bila ia berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya. Kenyataan diatas hendaknya dijadikan landasan pegnajaran berbicara di sekolah (1990:143). Apabila dijadikan landasan pengajaran di sekolah berarti dalam setiap

pelaksanaannya harus mendapatkan jatah yang lebih banyak dan minimal seimbang

dengan pengajaran keterampilan berbahasa yang lainnya, yakni menyimak, membaca,

dan menulis. Siswa diharapkan dapat bergiliran untuk berbicara dalam setiap proses

belajar mengajar (walaupun terbatas pelaksanaannya). Dengan demikian, sedikit demi

sedikit tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, yakni terampil berbahasa

(berbicara) akan tercipta.

Page 8: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

16

Untuk sampai pada taraf terampil, maka pengajaran berbicara harus dipelajari

dan dilatihkan, khususnya kepada siswa di lingkungan sekolah. Guna mengarahkan

siswa agar terampil berbicara, maka guru sebagai pemandu dalam pembelajaran harus

mengetahui dan dapat menerapkan tujuan pembelajaran serta dapat menciptakan

kondisi yang mungkin siswa berbicara, baik melalui percakapan, diskusi dan lain-lain.

Tujuan pengajaran keterampilan berbicara menurut Semi (dalam Yunita,

1998:18) adalah sebagai berikut :

1) Siswa mampu menggunakan alat bicara secara tepat dan sempurna, baik volume maupun warna suara.

2) Siswa terlatih menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kegiatan formal.

3) Mampu berbicara dengan mudah, lancar, dan fasih. 4) Siswa dapat berbahasa menurut sopan santun yang berlaku. 5) Siswa dapat melafalkan kata dan mengucapkan kalimat dengan intonasi

yang betul. 6) Siswa terbiasa mengeluarkan pendapat secara lisan dalam berbagai situasi. 7) Membantu pembentukan pendengaran yang kritis. Teknik pembelajaran yang bagaimana yang dianggap paling baik? Baik

buruknya suatu teknik pembelajaran keterampilan berbahasa tidaklah terletak pada

teknik pembelajaran itu sendiri. “Apabila seorang guru menggunakan suatu teknik

pembelajaran keterampilan berbahasa dalam konteks tepat, maka baiklah teknik

tersebut” (Tarigan, 1990:40).

Dari pernyataan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa tidak ada suatu teknik

yang baik atau buruk. Baik buruknya suatu teknik pembelajaran tergantung pada

penggunannya. Berpijak pada kenyataan tersebut, penulis menganggap bahwa teknik

pembelajaran reka cerita gambar sangat tepat untuk dijadikan teknik pembelajaran

berbicara terutama di sekolah dasar karena selain gambar dapat menarik dan

merangsang, gambar juga mampu membantu mempertajam imajinasi.

Page 9: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

17

2.3 Model Pembelajaran Berbicara Menggunakan Media Gambar Seri

2.3.1 Pengertian Model

Model dapat diartikan sebagai gambaran mental yang membantu

mencerminkan dan menjelaskan pola pikir dan pola tindakan sesuai hal. Pembelajaran

adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka menciptakan suasana yang

kondusif bagi siswa belajar. Dengan demikian, model pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu konsep yang membatu menjelaskan proses pembeljaran baik

menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu,

Yulaenawati (2004: 56) menyaakan bahwa “Model Pembelajaran Menawarkan

struktur dan pemahaman desain pembelajaran dan membuat para pengembang

pembelajaran memahami masalah, merinci masalah ke dalam unit-unit yang mudah

diatasi, dan menyelesakan masalah pembelajaran”.

Konsep model pembelajaran di atas sering dipertukarkan dengan konsep

desain pembelajaran. Padahal Gagne dan Briggs (1979: 18) menyatakan bahwa “A

mayor distinction needs to be made between a model of teaching and an instructional

system”. Perbedaan tersebut dikemukakan oleh Mulyana (2003: 242) yang

menjelaskan bahwa perbedaan yang mendasar antara model mengajar dan desain

instruksional ialah pada tujuannya. Sebuah desain instruksional bertujuan menyajikan

produk permaknaan untuk kepentingan meningkatkan semua tipe hasil belajar yang

dituntut oleh kurikulum atau mata kuliah tertentu. Sebuah model mengajar bertujuan

menyajikan hubungan konseptual antara hasil belajar yang diharapkan dengan metode

atau sejumlah metode mengajar yang tepat.

Page 10: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

18

Gagne dan Briggs (1979: 18) menjelaskan :

the purpose of the model teaching is to provide link between a desired outcome and an appropriate teaching methods of set of methods. The purpose of an instruksional system, however, is to provide the necessary means for achieving all the types of outcomes called for in the curriculum or course being considered. Burdem dan Bryd (1999: 19) menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah

keputusan yang dibuat berkenaan dengan organisasi, implementasi, dan evaluasi

pembelajaran. Gagne dan Briggs (1979: 39) menyatakan bahwa desain pembelajaran

adalah proses perencanaan pembelajaran yang dinyatakan dalam tahapan berurutan

sebagai berikut :

1)Analysis of needs, goals and priorities; 2) analysis of resources, constraints, and alternate delivery system; 3) determinations of scope and sequence of curriculum and source objectives; 6) definition of performance objectives; 7) preparring lesson plans (or module); 8) developing, selecting materials, media; 9) assesing student performance (performance measures); 10) teacher’s preparation; 11) formative evaluation; 12) field testing, revision; 13) summative evaluation; 14) installiation and diffusion.

Hasil belajar yang harus menjadi target pencapaian sebuah desain instruksional

terdiri atas lima kategori kemampuan manusia, yaitu 1) intelectual skills; 2) cognitive

stratgies; 3) verbal information; 4) motor skill; dan 5) attitude.

Penjelasan di atas akan berbeda dengan pengertian model pembelajaran.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model adalah model mengajar, seperti

yang dijelaskan oleh Joyce dkk (2001: 13) bahwa model mengajar ialah “ A patters or

plan, which can be used to shaped a curriculum of course to select instrusional

materials, and to guide a teacher’s actions “. Rumusan ini diperjelas oleh

karakteristik model yang harus ada sebagai unsur pada setiap model mengajar, yaitu 1)

orientation to the model; 2) the model of teaching; 3) application; 4) instructional and

Page 11: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

19

nurturant effect. pada butir kedua terdapat konsep unsur mengajar, yaitu; syntax,

social system, principal of reaction, dan support system.

Pengertian syntax merujuk pada penahapan model yang merinci fase – fase

kegiatan model. Sebagai contoh, sintaksis ialah jenis dan urutan kegiatan yang harus

ditentukan. Unsur yang kedua dari model mengajar ialah the social system, yang

berarti hubungan yang harus tetap terjalin antara dosen dengan mahasiswa, dan

macam – macam norma (prinsip) yang harus dianut dan dikembangkan untuk

kepentingan model mengajar ini adalah principles of reaction (prinsip – prinsip

reaksi), yang berarti sikap dan perilaku dosen untuk menanggapi dan merespons

keaktifan mahasiswa dalam belajar. Unsur yang keempat dari model mengajar ialah

support system, yang berarti unsur yang harus terkondisi tepat dan sesuai untuk

menunjang pelaksanaan model mengajar (Dahlan,1984: 26).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model

mengajar suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum,

mengatur materi pembelajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di dalam

kelas berkenaan dengan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan.

2.3.2 Gambar Seri Sebagai Media Pembelajaran

Dewasa ini gambar seri dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya surat

kabar, majalah, buku, atau brosur. Gambar yang diperoleh dari berbagai sumber dapat

digunakan oleh guru secara efektif dalam proses belajar mengajar, pada setiap jenjang

pendidikan dan berbagai disiplin ilmu.

Gambar-gambar yang diambil dari berbagai sumber tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa. Gambar-gambar itu mendekati keadaan sebenarnya. Gambar yang diberikan

Page 12: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

20

kepada siswa tidak hanya sekedar dapat dilihat saja, tetapi harus dapat dipahami dan dihayati oleh para siswa. Dengan demikian siswa dapat menarik kesimpulan tentang gambar yang diperlihatkan kepadanya (Hidayat, 1990:113)

Pada dasarnya gambar membantu mendorong para siswa serta dapat

membangkitan minatnya pada pelajaran. Sudjana mengemu-

kakan bahwa

Gambar membantu siswa dalam mengembangkan ke mampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam cerita serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-mengingat isi materi bacaan dari buku teks (1991:70). Selain hal di atas bahwa gambar seri disebut juga flow chart atau gambar

susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar yang berisi beberapa buah gambar.

Gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lain sehingga merupakan rangkaian

cerita. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan jalan ceritanya.

Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan

ekspresi lisan (berbicara/bercerita). Dengan mengamati gambar seri yang

dibentangkan di depan kelas, para siswa diharapkan dapat memperoleh konsep topik

tertentu. Langkah selanjutnya siswa disuruh menuangkannya kembali dalam bentuk

lisan atau tulisan . Untuk latihan dalam menceritakan kembali isi dongeng dengan

diberi media gambar seri siswa dapat mengembangkannya dari satu gambar menjadi

satu alinea. Jadi apabila gambar seri terdiri dari empat gambar, maka siswa dapatr

mengembangkannya menjadi empat alinea. Adapun jenis gambar untuk media ini

adalah memonis, yakni suatu gambar yang dapat menimbulkan suatu ingatan pada

suatu rangkaian cerita atau kejadian tertentu.

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

gambar pada umumnya menarik perhatiana gambar mempunyai arti dan tafsiran

Page 13: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

21

tersendiri. Karena itu, gambar dapat digunakan sebagai media pengajaran dan

mempunyai nilai-nilai pendidikan bagi anak-anak sehingga pada akhirnya

memungkinkan belajar secara efektif di sekolah.

2.3.3 Nilai Gambar Seri dalam Proses Belajar Mengajar

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa gambar

memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh karena gambar

mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :

1) Gambar bersifat konkrit. Melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu

yang dibicarakan.

2) Gambar mengatasi bahwa waktu dan ruang. Contohnya gambar Sphinx di Mesir

dapat dipelajari di Indonesia, demikian pula dengan kejadian yang sudah lampau

dapat pula dipelajari melalui gambar.

3) Gambar dapat memperkaya ilustrasi suatu bacaan atau materi pelajaran yang

disajikan kepada siswa.

4) Gambar dapat membangkitkan minat siswa terhadap sesuatu yang baru.

5) Gambar mudah didapat dan murah serta mudah menggunakannya baik untuk

perorangan, maupun untuk kelompok.

Karena gambar memiliki beberapa keuntungan, maka guru selayaknya

memanfaatkan media tersebut sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak

disampaikan kepada siswa.

Page 14: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

22

2.3.4. Gambar Seri dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Penggunaan gambar sebagai media maupun sumber belajar di kelas sekolah

dasar, belumlah biasa dilakukan oleh para guru. Hal itu, karena menyiapkan gambar

bukanlah hal yang mudah. Walaupun tidak teramat sulit, menyiapkan gambar untuk

pembelajaran dapat menyita banyak waktu, bahkan perlu biaya untuk mencarinya.

Pembelajaran yang penuh dinamika, yang dapat mengaktifkan siswa,

memerlukan media pembelajaran yang menarik. Perlu inovasi yang

berkesinambungan. Meskipun media yang menarik tidak identiik dengan media yang

mahal. Media diperlukan karena belajar akan lebih baik bila melibatkan banyak

indera. “Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar siswa

dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi

pembelajaran” (Depdiknas, 2003). Dengan adanya media, siswa tidak saja

mengaktifkan indera pendengarnya mendengarkan penjelasan guru, tapi juga indra

penglihatan, perasa, dan sebagainya.

Media menurut Suparno (1998:1) adalah ”suatu alat yang dipakai sebagai

saluran (chanell) untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber kepada

penerima pesan.” Sedangkan media pembelajaran menurut Sadiman (2005:7), adalah

“segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta

perhatian siswa agar proses belajar terjadi.

Salah satu upaya untuk mengatasi kurangnya minat, kegairahan siswa dalam

belajar, dan memantapkan penerimaan siswa terhadap isi pembelajaran adalah dengan

menggunakan media. Ini penting, karena fungsi media dalam proses pembelajaran

merupakan penyaji stimulus atau informasi yang berguna juga untuk meningkatkan

Page 15: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

23

keserasian penerimaan informasi. Media akan memperjelas penyajian pesan agar tidak

terlalu verbalistis. Selain itu, media juga bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan

ruang, waktu dan daya indera. Ilustrasi gambar kejadian alam di Aceh misalnya,

merupakan contoh media gambar sebagai upaya mengatasi ruang dan waktu. Kejadian

yang ada di Aceh atau di negara orang, bisa ditelaah dan disentuh oleh siswa yang

berada di sekolah hanya dengan melihat gambar sebagai media pembelajaran.

Menyadari permasalahan tersebut, tugas guru hendaknya berusaha

menumbuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya

memiliki kemampuan untuk dapat memanfaatkan atau memilih jenis media yang

sekiranya menarik minat dan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dengan

menggunakan berbagai media, diharapkan siswa dapat dengan mudah mengamati, dan

menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang harus dipelajari dari media tersebut.

Dengan demikian, peranan media pengajaran diharapkan dapat membantu sikap pasif

siswa.

Ada beberapa macam media yang sering digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Menurut Hastuti (1997:177) media pembelajaran dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu : (a) media visual yang tidak diproyeksikan, dan media

visual yang diproyeksikan. Yang termasuk media visual yang tidak diproyeksikan

ialah : (1) gambar diam, misalnya lukisan, foto, gambar dari majalah, (2) gambar seri

(flow chart), (3) wall chart, berupa gambar, denah atau bagan yang biasanya

digantungkan di dinding, (4) flash chart, berisi kata-kata dan gambar untuk

mengembangkan kosakata. Sedangkan yang termasuk media visual yang

diproyeksikan yaitu media menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar

atau lukisan tampak pada layar.

Page 16: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

24

Gambar dalam fungsinya sebagai media pembelajaran tidak saja dapat menarik

minat siswa tapi juga dapat diarahkan untuk mengatasi kesulitan siswa. Gambar

berseri atau flow chart misalnya dalam pembelajaran mengarang dapat digunakan

sebagai kerangka pikiran agar gagasan yang akan dituliskan lebih sistematik. Banyak

siswa ketika harus mengarang sulit mengemukakan gagasan. kalaupun dapat, gagasan

berupa kata yang pendek-pendek tidak sistematis atau penuh dengan kata sambung.

Gambar berseri biasanya terbuat dari kertas manila lebar berisi beberapa buah gambar.

Gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lain sehingga merupakan rangkaian

cerita. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan jalan ceritanya.

Gambar berseri menurut Soeparno (1998 : 18) sangat sesuai untuk melatih

keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lain (berbicara,

bercerita). Dengan mengamati gambar yang ada siswa akan dapat memperoleh konsep

tentang topik tertentu.

Nomor seri gambar yang sudah terurut akan membimbing siswa untuk menulis

lebih sistematik sesuai urutan seri gambar. Demikian pula gagasan yang muncul dari

diri siswa akan muncul lebih banyak karena setiap nomor gambar dapat memberi

inspirasi gagasan yang sangat banyak kepada siswa. Gambar berseri, menurut pepatah

Cina (dalam tarigan, 1990) mengandung seribu bahasa. Ketika siswa kesulitan untuk

menuangkan gagasannya karena tidak ada inspirasi di kepalanya, gambar seri akan

membukakan pengetahuan siswa terkait dengan gambar tersebut Siswa akan lebih

kaya dengan gagasan. Gagasan berasal dari pengetahuan yang terendapkan

(pengetahuan lama) yang disebut skemata. Gambar berseri yang peristiwa atau

kejadian, yang secara keseharian ditemui anak dalam kehidupan, akan membangkitkan

gagasan, memberi inspirasi kebahasaan dan kesenangan tersendiri. Demikian juga

Page 17: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

25

terkait dengan pengembangan paragraf, setiap nomor gambar seri dapat dijadikan satu

paragraf oleh siswa.

2.3.5 Gambar sebagai Media Pembelajaran

Pengalaman siswa terhadap dunia nyata pada umumnya dapat dibentuk melalui

media pembelajaran. Salah satu jenis media pembelajaran yang digunakan untuk

memperjelas pesan, untuk keterbatasan ruang karena obyek terlalu besar, kejadian di

masa lalu atau jauh, sering digunakan gambar. Selain dapat memperjelas berbagai hal,

gambar juga mudah diperoleh. Melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide-ide

abstrak dalam bentuk lebih realistis. Edgar Dale (dalam Hastuti, 1997 : 177)

mengatakan bahwa “gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar

dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkret.”

Menurut Hastuti (1997) sebelum guru menggunakan gambar perlu

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

(1.) Pengetahuan atau keterampilan apa yang harus dicapai oleh siswa dengan

media tersebut?

(2.) Kegiatan kreatif mana yang hendak dibina dengan gambar itu?

(3.) Reaksi emosional apa yang hendak ditimbulkan oleh gambar itu?

(4.) Apa gambar itu membawa siswa ke penyelidikan lebih lanjut?

Yang harus diingat juga oleh guru ialah apa yang harus dicapai oleh siswa dengan

gambar itu? Anak juga harus mengerti bagaimana menggunakan gambar tersebut, dan

bagaimana hubungan gambar tersebut dengan bahan pelajaran lain.

Page 18: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

26

2.3.6 Memilih Gambar yang Baik

Walaupun gambar sangat mudah diperoleh, bukan berarti bahwa kita dapat

menggunakannya tanpa pertimbangan. Hal terpenting adalah jika kita hendak

menggunakan gambar untuk mencapai suatu tujuan, tentunya kita harus berpatokan

pada kriteria-kriteria tertentu. Berikut ini, Oemar Hamalik (1994:67) mengemukakan

beberapa kriteria dalam penulisan gambar.

1) Keaslian gambar. Gambar menunjukan situasi yang sebenarnya. 2) Gambar yang disajikan harus sederhana di dalam warna. Kesederhanaan

warna menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis murni dan mengandung nilai praktis.

3) Melalui gambar Si pengamat hendaknya dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar, misalnya gambar pada majalah, surat kabar yang bentuknya sudah dikenal siswa.

4) Gambar hendaknya menunjukan hal yang sedang melakukan perbuatan. 5) Gambar harus memiliki nilai artistik. Segi artistik pada umumnya turut

mempengaruhi nilai-nilai gambar.

Kriteria-kriteria memilih gambar yang telah dikemukakan di atas, juga

berfungsi untuk menilai apakah gambar itu efektif atau tidak untuk digunakan sebagai

media pengajaran. Aliah Abdullah (1980 : 17) mengemukakan kriteria utama dalam

memilih gambar ,yaitu :

- gambar jangan terlalu banyak; - kurangi beban verbal; - gunakan pertanyaan yang spesifik dan berkesinambungan; - gambar harus dapat mengevaluasi perkembangan kelas; - melalui gambar guru dapat menilai sejauh mana seorang siswa mencapai

tujuan yang diharapkan.

Dengan demikian berdasarkan pendapat ahli di atas tentang cara memilih

gambar yang baik, maka dapat disimpulkan bahwa gambar harus asli, sederhana, dan

gambar yang disajikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Page 19: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

27

2.3.7 Ciri-ciri Gambar yang Baik

Gambar/foto yang baik dan dapat digunakan sebagai media belajar menurut

Sudirman (2005), adalah yang memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut :

1. Dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu.

2. Memberi kesan yang kuat dan menarik perhatian kesederhanaan, yaitu sederhana

dalam warna, tetapi memiliki kesan tertentu.

3. Merangsang orang yang melihat untuk mengungkap tentang objek-objek dalam

gambar.

4. Berani dan dinamis, pembuatan gambar hendaknya menunjukkan gerak atau

pembuatan.

5. Bentuk gambar bagus, menarik, dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan.

2.4 Media Pengajaran 2.4.1 Pengertian Media Pengajaran

Dalam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah media pengajaran. Yang

dimaksud dengan media pengajaran adalah bahan penunjang apa saja yang secara

umum dapat memberikan kejelasan dan keterangan serta gambaran isi pelajaran

kepada siswa dalam proses belajar.

Menurut Hidayat (dalam Kustiningsih, 1997:47) :

Media pengajaran lebih dikenal dengan sebutan alat bantu pengajaran, ialah “sesuatu alat yang dipergunakan guru dalam proses penyampaian pelajaran pada siswa untuk membantu, mempermudah, memperlancar jalannya pengajaran sehingga materi dapat dipahami oleh siswa.

Page 20: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

28

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan

bahwa media pengajaran adalah alat bantu pengajaran yang digunakan dalam rangka

mengefektifkan interaksi guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar.

2.4.2 Fungsi dan Nilai Media Pengajaran

Media pengajaran memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar,

yaitu sebagai alat bantu untuk mewujudkan suatu situasi belajar yang lebih efektif.

Peranan alat bantu/media sangat diperlukan. Dengan adanya alat bantu/alat peraga,

bahan pelajaran akan lebih mudah dipelajari dan dipahami siswa.

Media pengajaran selain berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar

mengajar, memiliki beberapa fungsi lain. Fungsi-fungsi itu dikemukakan Hidayat

(1990:108) sebagai berikut :

1) Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dalam keseluruhan situasi mengajar.

3) Media pengajaran mengacu pada tujuan pengajaran. Hal ini menandakan bahwa penggunaan alat peraga harus sesuai dengan tujuan yang hendak diberikan kepada siswa.

4) Penggunaan media pengajaran dimaksudkan untuk melengkapi suatu proses belajar megnajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5) Sebagai alat bantu, media pengajaran berfungsi untuk memeprcepat, memeprmudah, serta memperlancar jalannya pengajaran sehingga siswa lebih mudah dipahami pelajaran yang disampaikan guru.

6) Media pengajaran berfungsi menignkatkan hasil belajar mengajar.

Page 21: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

29

Itulah beberapa fungsi media pengajaran. Di samping fungsi-fungsi yang telah

dikemukakan, media pengajaran dalam proses belajar mengajar mengandung nilai-

nilai sebagai berikut :

1) Dengan media pengajaran guru dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata

kepada siswa untuk berpikir sehingga dapat mengurangi verbalisme pada

diri siswa.

2) Media pengajaran dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa.

3) Media pengajaran dapat memantapkan hasil belajar.

4) Media pengajaran memberi pengalaman nyata kepada siswa dan

menumbuhkan kegiatan berpikir siswa dalam belajar.

5) Media pengajaran menumbuhkan pola pikir yang teratur dan

berkesinambungan.

6) Media pengajaran dapat menumbuhkan pemikiran dan perkembangan

bahasa siswa.

7) Media pengajaran memberikan pengalaman kepada siswa yang tidak

mudah diperoleh dengan cara lain, serta membantu efisiensi belajar yang

lebih sempurna.

Selain alat peraga atau media pengajaran mempunyai fungsi dan nilai, dalam

pegajaran bahasa khususnya pengajaran bahasa Indonesia, penggunaan alat peraga

dapat ditujukan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya sebagai berikut :

1) Untuk menerangkan suatu materi pelajaran kepada siswa.

2) Sebagai pancingan untuk kegiatan latihan berbahasa, contohnya : gambar

model dapat digunakan dalam upaya memberikan suatu pengertian, mulai

latihan, dan memancing respon siswa.

Page 22: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

30

3) Menggunakan alat bantu secara aktif dapat menghubungkan sesuatu unsur

kebudayaan dengan kegiatan kelas yaitu, melalui penggunaan poster, iklan,

surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilustrasi suatu unsur

kebudayaan yang sedang dibahas.

4) Menggunakan alat bantu yang tepat dan bermutu dapat mewujudkan suatu

situasi belajar yang optimal.

2.4.3 Jenis-jenis Media Pengajaran

Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa dipergunakan dalam

pengajaran bahasa, yaitu :

1. Papan Tulis

Papan tulis merupakan media pengajaran yang sudah lama dipergunakan

dalam dunia pendidikan yang sangat populer. Sehingga sampai kini papan tulis

masih dipergunakan sebagai media pengajaran utama dari mulai tingkat Sekolah

Dasar hingga tingkat Perguruan Tinggi. Selain harganya murah papan tulis pun

sangat mudah digunakan.

2. Papan Flanel

Papan flanel adalah sejenis papan yang permukaannya dilapisi dengan kain

flanel. Kegunaannya ialah untuk menempelkan program yang berupa gambar,

skema kartu kata, dan semacamnya. Agar dapat melekat pada papan planel, maka

barang yang kita tempelkan tersebut bagian belakangnya harus dilapisi dengan

kartu pasir atau barang yang permukaannya kasar. (Suparno, 1987: 15)

Page 23: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

31

3. Papan Magnetis

Pada hakikatnya penggunaan papan magnetis tidak berbeda dengan papan

flanel. Letak perbedaannya adalah pada sistem melekatnya gambar-gambar atau

program tersebut pada papan. Apabila pada papan flanel melekatnya gambar pada

papan disebabkan oleh permukaan barang kasar yang terkait pada permukaan kain

flanel, maka pada papan magnetis melekatnya gambar-gambar tersebut disebabkan

daya tarik magnet. ( Suparno, 1987: 16)

4. Papan Tali

Papan tali dapat dibuat dengan memasang tali-tali pada papan tulis biasa atau

pada papan tripleks. Tali yang paling baik adalah kawat kecil. Tetapi apabila tidak

ada dapat juga dipergunakan tali,benang, rafia atau apa saja. Media ini sangat

bermangfaat di sekolah dasar untuk pelajaran membaca dan menulis pemulaan

yang mempergunakan metode SAS (Struktur- analitik- sintetik). (Suparno,

1987:16)

5. Papan Selip (Slot Board)

Media ini sering juga disebut catra kantong (pocket chart).

Bahan untuk membuatnya adalah tripleks atau karton dengan ukuran kurang lebih

60 x 40 cm. Ukuran tersebut tidak mutlak, dapat diperbesar atau diperkecil

menurut keperluan. Pada papan tersebut dipasang beberapa deret kantong atau

selipan dari bahan yang sama. Kantong atau selipan tersebut membujur dari kanan

ke kiri. Besar kantong disesuaikan dengan besar kecilnya kartu yang akan kita

selipkan. Media ini sangat sesuai untuk menerangkan struktur kalimat, dan sesuai

juga untuk latihan substitusi dan transposisi gatra kalimat. ( Suparno, 1987 :17)

Page 24: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

32

6. Gambar

Gambar adalah sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua

dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Gambar-gambar yang dapat

digunakan sebagai media pengajaran adalah lukisan, ilustrasi, iklan, kartun, potret,

karikatur, dan gambar berseri. Kesemua itu dapat diperoleh dari majalah, buletin,

kalender, dan media lainnya. Bahkan guru yang kreatif dapat membuatnya sendiri.

7. Gambar Seri

Media ini disebut juga flow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari

kertas manila lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut

berhubungan satu sama lain sehingga merupakan satu rangkaian cerita. Setiap

gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan jalan ceritanya. Media ini

sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan

keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar

yang dibentangkan di depan kelas, para siswa diharafkan dapat memperoleh

konsep tentang topik tertentu (Suparno, 1987: 18).

8. Wall Chart

Media ini berupa gambar, denah, bagan, atau skema yang biasanya

digantungkan pada dinding kelas. Apabila diperlukan, media ini dapat

digantungkan di papan tulis. Salah satunga bentuk wall chart adalah cerita

gambar. Kegunaan media ini untuk melatih penguasaan kosa kata dan penyusunan

kalimat. Penggunaan media cerita gambar ini sangat bergantung pada kreativitas

guru. Tanpa kreativitas guru., media ini hanya berpungsi sebagai hiasan dinding

belaka. Guru yang kreatif, dapat memanfaatkan media tersebut untuk melatih

berbagai keterampilan dengan berbagai variasi ( Suparno, 1987: 19).

Page 25: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

33

9. Flash Cart

Media ini berupa kartu-kartu berukuran 15 x 20 cm sebanyak 30 sampai 40

buah. Bahan yang terbaik untuk membuat kartu-kartu tersebut adalah kertas

manila. Setiap kartu diisi dengan gambar-gambar yang berbentuk stick figure ,

yakni gambar yang berisi garis-garis sederhana tetapi sudah menggambarkan

pesan yang jelas. Gambar-gambar tersebut tidak boleh disertai dengan tulisan

apapun. Media ini sangat cocok untuk melatih keterampilan berbicara secara

sepontan dengan menggunakan pola kalimat-kalimat tertentu. Metode pengajaran

bahasa yang paling sesuai dengan menggunakan media ini adalah metode latihan

siap atau latihan praktek ( dril and practice method) (Suparno, 1987 :19).

10. Kubus Struktur

Media ini terdiri dari beberapa kubus yang terbuat dari kayu, tripleks, atau

karton. Apabila kubus tersebut terbuat dari karton, maka bentuknya akan

menyerupai kotak kapur tulis. Pada keenam sisi kubus itu bertuliskan kata-kata

tertentu. Kubus pertama bertuliskan kata-kata yang dapat menduduki gatra subjek.

Kubus kedua bertuliskan kata-kata yang dapat menduduki gatra predikat. Kubus

ketiga bertuliskan kata-kata yang dapat menduduki gatra objek. Kubus keempat

bertuliskan kata-kata yng dapat menduduki gatra keterangan. Untuk keperluan

latihan, substitusi gatra kalimat dapat dilakukan dengan cara membalik-balikan

kubus-kubus tersebut. Jika kubus-kubus itu dibalik-balikan maka tulisan yang

tertera pada setiap sisinya pun akan berganti pula ( Suparno, 1987 : 21).

11. Bumbung Subtitusi

Media ini berupa tabung atau bumbung panjang yang pada bagian luarnya

dilapisi atau dilingkupi dengan kertas manila. Kertas manila tersebut dilingkupkan

Page 26: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

34

sedemikian rupa sehingga memungkinkan kertas tersebut dilingkupkan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan kertas tersebut berputar-putar. Jumlah

kertas pelingkup tersebut sebanyak tiga atau empat buah sesuai dengan jumlah

gatra kalimat yang akan disubstitusi. Setiap kertas pelingkup ditulisi kata-kata

yang dapat mengisi gatra yang sama, berderet dari atas ke bawah. Cara

menggunakan media ini dengan memutar-mutar kertas pelingkup tersebut

(Suparno, 1987 : 22 ).

12. Kartu Gambar

Media ini terbuat dari kartu-kartu kecil berukuran 6x9 cm. Setiap kertas

berisikan gambar yang diperoleh dengan jalan menempelkan guntingan gambar

dari majalah atau dari tempat lain. Sifat gambar boleh tematis, boleh memonis

dan boleh pula semantis. Akan tetapi yang paling baik adalah gambar semantis.

Kartu-kartu tersebut tidak boleh bertuliskan apapun. Jumlah kartu kurang lebih 50

buah. Media kartu gambar berpungsi untuk melatih keterampilan berbicara

(Suparno, 1987 : 23 ).

13. Reading Box

Media ini melatih kemampuan membaca. Peralatannya terdiri dari : sebuah

kotak yang berisi seperangkat teks atau bacaan yang lengkap dengan daftar

pertanyaan serta kuncinya sekaligus. Teks tersebut tarap kesukarannya berbeda-

beda. Materi bacaannya pun berpariasi atau beragam. Setiap jenjang bacaannya

menggunakan kertas yang warnanya berbeda biasanya jenjang yang paling rendah

memakai kertas berwarna hijau muda, jenjang berikutnya, biru muda dan merah

muda. Penggunaan media ini bertolak dari prinsip membaca progresif ( Suparno,

1987 : 24 ).

Page 27: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

35

14. Reading Machine

Media ini berfungsi melatih keterampilan membca cepat. Peralatannya berupa

sebuah mesin sederhana yang dapat memutar atau mengganti lembaran-lembaran.

Lembaran-lembaran bacaan tersebut biasanya hanya terdiri dari satu kalimat

panjang atau satu kalimat pendek ( Suparno, 1987 : 24 ).

15. Modul

Disamping sebagai nama satu sistem pengajaran, modul juga sebagai nama

suatu media. Sistem pengajaran modul menggunakan prinsip belajar tuntas (

Mastery Learning ) dan maju berkelanjutan (Continious Progress ). Media yang

dipergunakan dalam sistem pengajaran tersebut adalah media modul. Media ini

berupa suatu perangkat yang terdiri atas tujuh komponen , yakni : ( 1 ) Lembaran

petunjuk untuk guru, (2) lembaran petunjuk untuk siswa , (3) Lembaran kegiatan,

(4) Lembaran kerja, (5) Lembaran kunci kerja, (6) Lembaran tes dan (7) Lembaran

kunci tes ( Suparno, 1987 : 25 ).

16. Model

Model merupakan benda tiruan dari benda sebenarnya. Maksud penggunaan

model adalah untuk memberikan pengalaman tak langsung kepada siswa.

17. Peta

Yang dimaksud dengan peta adalah gambar rata suatu permukaan bumi yang

mewujudkan kedudukan dan ukuran bumi yang dilambangkan dengan garis dan

tanda.

Page 28: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

36

18. Bagan

Bagan ialah gambaran sesuatu yang dibuat dari garis dan gambar. Bagan

dimaksudkan untuk memperlihatkan suatu hubungan, perkembangan,

perbandingan, dan lain-lain.

19. Poster

Poster merupakan penggambaran yang ditujukan untuk pemberitahuan,

peringatan, maupun penggugah selera yang biasa gambar dan tulisan.

20. Film

Film merupakan alat audio Visual. Secara harfiah film dapat diartikan sebagai

suatu rangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu

sehingga menjadi suatu urutan tingkatan yang berjalan terus dan menggambarkan

suatu gerakkan yang tampak normal.

21. Slide dan Film Strip

Slide dan Film Strip adalah gambar yang tembus pandang dan diproyeksikan

oleh cahaya melalui proyektor. Gambar slide berupa gambar mati.

22. OHP (Overhead Projektor)

OHP atau Proyektor lintas kepala dapat memproyeksikan hal-hal yang ditulis

dalam lembaran plastik dalam lembaran plastik trasnparansi. Penggunaannya

hampir sama dengan penggunaan slide dan film strip.

23. Radio dan Televisi

Media ini belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Masyarakat lebih

menganggapnya sebagai media hiburan, padahal banyak acara yang mengandung

nilai pendidikan. Namun demikian kiranya saat ini fungsi radio dan televisi sudah

dapat dioptimalkan penggunaannya sebagai media pendidikan. Terbukti dengan

Page 29: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

37

kehadiran Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang program acaranya membawa

misi pendidikan.

2.5 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Proses Belajar Mengajar

2.5.1 Pengertian

Dasar dari pandangan konstruktivisme adalah anggapan bahwa dalam proses

belajar (a) murid-murid tidak menerima begitu saja pengetahuan yang didapatkan

mereka dan menyimpannya di kepala, melainkan mereka menerima informasi dari

dunia sekelilingnya, kemudian membangun pandangan mereka sendiri tentang

pengetahuan yang mereka dapatkan, dan (b) semua pengetahuan disimpan dan

digunakan kembali oleh setiap orang untuk memperbaharui pengalaman dan

pengetahuannya yang berhubungan dengan ranah pengetahuan tertentu.

Lebih jelas menurut Brooks & Brooks “Konstruktivis” adalah suatu

pendekatan dalam proses belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu

konsep yang lahir dari pandangan-pandangan, dan gambaran-gambaran, serta inisiatip

siswa melalui proses eksplorasi, diskusi, dan penulisan reflektif.

2.5.2 Perbedaan Pendekatan Konstruktivisme dengan Pendekatan Tradisional

Pendekatan kontruktivisme mengingatkan kita pada pendekatan discovery

learning (Cobb; 1999 : 15-16). Kedua pendekatan tersebut memanfaatkan adanya

tantangan untuk menemukan sesuatu. Kedua-duanya memandang siswa-siswa sebagai

ilmuwan kecil.

Perbedaannya terletak pada usaha menemukan pengetahuan yang sudah ada

(dalam discovery learning), dan usaha untuk menemukan pengetahuan baru (dalam

Page 30: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

38

konstruktivis). Kadang-kadang pendekatan discovery learning dianggap sebagai

bagian dari pendekatan konstruktivisme.

Lebih jauh, Brooks & Brooks (1997:17) membedakan antara kelas

konstruktivis dengan kelas tradisional, yaitu sebagai berikut :

Kelas Tradisional Kelas Konstruktivisme • Kurikulum disajikan secara

linier • Kurikulum dijadikan sebagai

acuan yang harus diikuti • Aktifitas pembelajaran terikat

pada buku pegangan (teks) • Siswa dianggap sesuatu yang

kosong (kertas putih), dimana guru akan mengoreskan pengetahuan diatasnya

• Guru bertindak sebagai pusat informasi

• Penilaian dilakukan melalui pemberian tes hasil belajar yang terpisah dari PBM

• Siswa banyak kerja secara

individual

• Kurikulum disajikan secara fleksibel

• Permasalahan sehari-hari sebagai acuan & dapat mendorong rasa ingin tahu siswa

• Aktifitas pembelajaran diarahkan pada penggunaan data mentah

• Siswa dianggap sebagai pemikir yang akan dapat menciptakan suatu informasinya

• Guru sebagai mediator &

fasilitator • Penilaian terjalin dalam PBM

melalui observasi terhadap proses kerja dan kumpulan aktifitas siswa

• Siswa lebih banyak bekerja kelompok

2.5.3 Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Pendekatan Kontruktivisme

Carr, dkk (1998:8-9) mengemukakan bahwa pendekatan konstruktivisme

dalam proses belajar mengajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Page 31: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

39

a. Siswa lebih aktif dalam proses belajar, karena fokus belajar mereka pada

proses integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman pengetahuan

mereka yang lama.

b. Setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan diperlukan. Siswa

didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensinstensiskan

secara integrasi.

c. Proses pembelajaran memunculkan masalah-masalah untuk membang-

kitkan interaksi dengan dan antar siswa.

d. Proses pembelajaran mendorong siswa dalam pencarian (inquiry) yang

lebih alami.

e. Proses pembelajaran mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk

bersaing.

f. Kontrol kecepatan dan fokus pembelajaran ada pada siswa.

g. Dapat memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dari

pengalaman nyata.

Selanjutnya, Mattews (1994) dalam Paul Suparno mengatakan beberapa ciri

mengajar konstruktivis yaitu sebagai berikut :

a. Orientasi. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi

dalam mempelajari suatu topik yang hendak dipelajari.

b. Elicitasi. Siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas

dengan mendiskusikan apa yang diobservasikan dalam wujud tulisan,

gambar, ataupun poster.

Page 32: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

40

c. Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal, yaitu :

1) Klarifikasi ide yang dikontraskandengan ide-ide orang lain atau

teman melalui diskusi.

2) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya

bertentangan dengan ide orang lain atau idenya tidak dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-temannya.

3) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau

dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu

diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.

d. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah

dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada macam-macam situasi yang

dihadapi.

e. Review, bagaimana ide itu berubah.

Ada beberapa prinsip dasar dalam pendekatan konstruktivis yang dikemukakan

oleh Brooks & Brooks (1999:ix-x), yaitu sebagai berikut :

a. Guru berusaha mencari pandangan/pendapat siswa dan membuatnya

sebagai titik tolak untuk memulai pembelajaran.

b. Proses pembelajaran diarahkan untuk menantang apa yang menjadi

keyakinan siswa.

c. Dalam sajian proses pembelajaran, memunculkan masalah-masalah yang

relevan bagi siswa.

d. Siswa harus mendapat kesempatan untuk menemukan (membentuk)

relasi matematis sendiri, jangan hanya selalu dihadapkan pemikiran

orang dewasa yang sudah jadi.

Page 33: Bab II Landasan Teoritisa-research.upi.edu/operator/upload/t_bind_029290_chapter2(3).pdfIni berarti tujuan dapat mengarahkan guru dan siswa selama proses belajar ... yaitu mula-mula

41

e. Guru berusaha menciptakan suasana berpikir. Guru tidak hanya

mentransfer apa yang dimilikinya kepada siswa sebagai wujud

pelimpahan fakta.

f. Guru memberikan penilaian hasil belajar siswa dalam konteks proses

belajar.

g. Hubungan antara guru dengan siswa lebih sebagai mitra yang bersama-

sama membangun pengetahuan.

Lebih jauh, Paul Suparno (1997:73) mengatakan prinsip-prinsip konstruk-

tivisme anatara lain : (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan

dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa

belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5)

kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (7) guru adalah fasilitator.