bab ii landasan teoritis - uksw · 2020. 12. 3. · bab ii landasan teoritis judul tesis ini ialah...

19
BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk mencapai tujuan judul ini dibutuhkan landasan teoritis. Landasan teoritis tersebut akan digunakan sebagai alat analisis terhadap hasil penelitian. Tesis ini akan menggunakan teori Clinebell danVan Beekmengenai pendampingan pastoral. Selanjutnya untuk menganalisi mitoni digunakan teori Bratasiswara mengenai ritual mitoni. Alasan pemilihan Van Beek dan Clinebelldikarenakan teori mereka sesuai dengan kebutuhan penulisan ini, yaitu tentang pendampingan pastoral. Melalui penjelasan Van Beek dan Clinebell pemahaman tentang pendampingan pastoral dapat disampaikan secara jelas. Lebih lanjut, Bratasiswara menganalisis mitoni secara lebih mendalam, bila dibandingkan dengan Geertz. Geertz dalam teorinya tentang Mitoni cenderung bersifat deskriptif saja dan kurang analitis. 1. Penelitian Mitoni Sebelumnya Studi tentang mitoni sebelumnya meliputi penjelasan berikut: Geertz menjelaskan mengenai mitoni secara deskriptif meliputi waktu penyelenggaraan, hidangan yang disajikan dan makna simbolis yang terdapat di dalamnya. Penyelenggaraan mitoni dilakukan dirumah calon ibu, dengan menyiapkan selamatan khusus. 1 Mustaqim melakukan studi terhadap mitoni berkaitan dengan pergeseran makna dan kualitas ritual mitoni dikarenakan pengaruh agama. 2 Marliyana dkk. menjelaskan bahwa tradisi Mitoni secara deskriptif. Acara inti mitoni meliputi sungkeman, siraman, sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, luwaran 1 Clifford Geertz, Religi Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa (Jakarta: Komunitas Bambu, 2013), 44. 2 Muhamad Mustaqim. “Pergeseran Tradisi Mitoni:Persinggungan Antara Budaya Dan Agama,” Jurnal Penelitian, 11. 1, (20170, 119-120. <http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/view/2016>. Diakses pada 3 Oktober 2017.

Upload: others

Post on 21-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS

Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa.

Oleh sebab itu,untuk mencapai tujuan judul ini dibutuhkan landasan teoritis. Landasan teoritis

tersebut akan digunakan sebagai alat analisis terhadap hasil penelitian. Tesis ini akan

menggunakan teori Clinebell danVan Beekmengenai pendampingan pastoral. Selanjutnya untuk

menganalisi mitoni digunakan teori Bratasiswara mengenai ritual mitoni. Alasan pemilihan Van

Beek dan Clinebelldikarenakan teori mereka sesuai dengan kebutuhan penulisan ini, yaitu

tentang pendampingan pastoral. Melalui penjelasan Van Beek dan Clinebell pemahaman tentang

pendampingan pastoral dapat disampaikan secara jelas. Lebih lanjut, Bratasiswara menganalisis

mitoni secara lebih mendalam, bila dibandingkan dengan Geertz. Geertz dalam teorinya tentang

Mitoni cenderung bersifat deskriptif saja dan kurang analitis.

1. Penelitian Mitoni Sebelumnya

Studi tentang mitoni sebelumnya meliputi penjelasan berikut: Geertz menjelaskan

mengenai mitoni secara deskriptif meliputi waktu penyelenggaraan, hidangan yang disajikan dan

makna simbolis yang terdapat di dalamnya. Penyelenggaraan mitoni dilakukan dirumah calon

ibu, dengan menyiapkan selamatan khusus.1Mustaqim melakukan studi terhadap mitoni

berkaitan dengan pergeseran makna dan kualitas ritual mitoni dikarenakan pengaruh

agama.2Marliyana dkk. menjelaskan bahwa tradisi Mitoni secara deskriptif. Acara inti mitoni

meliputi sungkeman, siraman, sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, luwaran

1Clifford Geertz, Religi Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa (Jakarta: Komunitas

Bambu, 2013), 44. 2 Muhamad Mustaqim. “Pergeseran Tradisi Mitoni:Persinggungan Antara Budaya Dan Agama,” Jurnal

Penelitian, 11. 1, (20170, 119-120. <http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/view/2016>.

Diakses pada 3 Oktober 2017.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

dan simparan, wiyosan, kembulan dan unjukan, rujakan dan dhawetan. Acara penutup tradisi

Mitoni ditutup dengan acara kendurian.3

Baihaqi melakukan studi mitoni di Jawa Tengah. Penelitiannya bertujuan

mengungkapkan karakteristik tradisi mitoni yang terdapat di Jawa Tengah sebagai salah satu

jenis sastra lisan.4Murniasih mengkaji mitoni dengan perspektif ilmu kesehatan.Menurut

Murniasih, seorang suami yang memiliki istri hamil sebaiknya ikut serta dalam pemeriksaan

kehamilan istri dan mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh bidan mengenai perawatan

kehamilan. Selanjutnya, ibu hamil sebaiknya lebih sering mencari informasi tentang perawatan

kehamilan pada saat hamil.5Suryawati melakukan studi mitoni dari perspektif kesehatan.

Selamatan tujuh bulan usia kehamilan memiliki makna simbolis bahwa pada usia kehamilan

tujuh bulan janin telah mempunyai roh atau nyawa.6

Rifa’i menggambarkan, menganalisis, dan menjelaskan mitoni dengan sudut pandang

prilaku komunikasi dari kelompok sosial.7 Machmudah mengkaji mitoni dengan perspektif

islam, temuannya membahas mengenai nilai-nilai Islam yang terdapat dalam mitoni

3Marliyana, Iskandar Syah, dan Wakidi, “Tradisi Mitoni Masyarakat Jawa Di Desa Marga Kaya Kabupaten

Lampung Selatan,” PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah), 4.1 (2016) , 1

<http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/10727%. Diakses pada 13 November 2018. 4Imam Baihaqi, “Karakteristik Tradisi Mitoni di Jawa Tengah Sebagai Sebuah Sastra Lisan,” Arkhais, 08.2

(2017), 136<https://doi.org/10.21009/ARKHAIS.082.05>. Diakses pada 6 Oktober 2018. 5Ni Putu Murniasih, Siti Masfiah, dan Bambang Hariyadi, “Perilaku Perawatan Kehamilan dalam Perspektif

Budaya Jawa di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor,” Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8.1 (2016), 65. Diakses

pada 20 Februari 2019. 6 Chriswardani Suryawati. “Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan Persalinan dan Pasca

Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara), Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 2.1 (2007), 27.

https://media.neliti.com/media/publications/4955-ID-faktor-sosial-budaya-dalam-praktik-perawatan-kehamilan-

persalinan-dan-pasca-pers.pdf. Diakses pada 15 Mei 2019. 7Rifai, 1.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

dihubungkan dengan aktivitas ekonomi.8Selanjutnya, Adriana dalam studinya juga menjelaskan

mengenai tradisi mitoni dipandang dari pespektif agama Islam.9

Kesimpulan terhadap penelitian sebelumnya ialah: mitoni dihubungkan dengan perspektif

Islam, ilmu kesehatan, prilaku komunikasi kelompok sosial, aktivitas ekonomi dan sastra

lisan.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah penelitian ini mengkaji nilai-

nilaispiritual dalam tahapan mitoni. Selanjutnya, nilai-nilai spiritual tersebut dikembangkan

sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Nilai-nilai spiritual tersebut berfungsi

sebagai pendampingan pastoral bagi individu dan masyarakat, bila dikembangkan dapat menjadi

sarana untuk mendampingi seseorang yang akan melalui proses persalinan.

2. Penelitian Pendampingan Pastoral Sebelumnya.

Nugroho telah melakukan studi tentang pendampingan pastoral. Studinya menghasilkan

kesimpulan bahwa gereja yang kuat terbentuk dari jemaat yang kuat. Jemaat yang kuat didapat

dari pendampingan pastoral yang secara aktif menyentuh keseluruhan kehidupan warga

gerejanya. Gereja perlu berusaha mengembangkan pendampingan pastoral holistik kepada

jemaatnya.10Wijayatsihtelah melakukan studi mengenaiPendampingan pastoral. Studinya

menghasilkan temuan sebuah bentuk pendampingan pastoral dalam kehidupan komunitas gereja.

Adapun bentuknya diantaranya ialah: melalui kotbah, pelayanan liturgi, pelayanan diakonia dan

perkunjungan rumah tangga.11 Simanjorang melakukan studi mengenai kekhususan pelayanan

8Umi. Machmudah, “Budaya Mitoni:Analisis Nilai-nilai Islam dalam Membangun Semangat Ekonomi,” el

harakah Jurnal Budaya Islam, 18.2 (2016), 185–98 <http://dx.doi.org/10.18860/el.v18i2.3682>. 9Iswah Adriana, “Neloni, Mitoni atau Tingkeban: (Perpaduan antara Tradisi Jawa dan Ritualitas

Masyarakat Muslim),” Jurnal Karsa, 19.2 (2012), 238–47

<http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/article/view/12>. Diakses pada 3 April 2018. 10Fibry Jati Nugroho, “Pendampingan Pastoral Holistik,” Evangelikal:Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan

Warga Jemaat, 1.2 (2017), 139 <http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI>. Diakses pada 12 Februari 2019. 11Hendri Wijayatsih, “Pendampingan dan Konseling Pastoral,” Jurnal Gema Teologi, 35.No 1/2 (2011)

<https://journal-theo.ukdw.ac.id/index.php/gema/article/download>. Diakses pada 12 Februari 2019.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

pastoral di tengah-tengah gereja Lutheran. Hasil kajiannya ialah teknik dan jenis pelayanan

pastoral dibangun di atas dasar kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus. Pelayanan pastoral

dalam gereja Lutheran berjalan dalam pelayanan sakramen. Pelayanan pastoral secara

menyeluruh mencakup sebagai usaha pemberitaan anugerah dan pembinaan persekutuan.12

Kusmaryanto telah melakukan studi mengenai pelayanan pastoral. Pelayanan pastoral

dilakukan dari perspektif Katolik, ditujukan kepada pasien yang sakit. Metode yang digunakan

dengan melayankan sakramen pengurapan orang sakit. Pelayanan ini dilakukan hanya oleh imam

karena sahnya pelayanan ini hanya jika dilakukan oleh imam saja.13 Calvert melakukan studi

mengenai pendampingan pastoral atau pastoral care. Istilah pastoral care adalah istilah yang

digunakan dalam pendidikan di Inggris untuk menggambarkan struktur, praktik dan pendekatan

untuk mendukung kesejahteraan, pengembangan anak-anak dan orang-orang muda.14

Kesimpulan penelitian mengenai pendampingan pastoral sebelumnya ialah:

pendampingan pastoral menggunakan pendekatan konteks gereja dan tidak mengangkat nilai-

nilai budaya Jawa. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena mengangkat

nilai-nilai spiritual dalam tahapan mitoni sebagai sebuah bentuk pendekatan pendampingan

berbasis budaya Jawa. Cakupan penelitian ini manfaatnya dirasakan lebih luas, tidak hanya untuk

kalangan gereja saja, akan tetapi juga berlaku untuk masyarakat secara umum.

3. Kerangka Teoritis Mitoni.

12Julianto Simanjorang. "Pelayanan Pastoral dalam Gereja Lutheran" KAIROS Jurnal Teologi Lutheran,

1.1 (2018), 62. http://ejournal.sttgkli.ac.id/index.php/kairos/article/view/13. Diakses pada 12 Februari 2019. 13C.B. Kusmaryanto, “Health Pastoral Care,” Jurnal Teologi, 5.1 (2016), 03. <http://e-

journal.usd.ac.id/index.php/jt/article/download/483/422 >. Diakses pada 12 Februari 2019. 14Mike Calvert, “From ‘pastoral care’ to ‘care’: meanings and practices,” Pastoral Care in Education, 27.4

(2009), 267. <https://doi.org/DOI: 10.1080/02643940903349302.>. Diakses pada 12 Februari 2019.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

Bagian selanjutnya akan membahas mengenai mitoni dari sisi teoritis, dengan melihat

kepada tulisan Hermanto Bratasiswara. Melalui Bratasiswara akan dibahas teori mitoni

sehubungan dengan:Pengertian Mitoni, Tujuan Slametan Mitoni, Ciri-ciri Upacara Mitoni,

Perlengkapan Mitoni, Tahapan Ritus Mitoni, Persiapan Selamatan Mitoni.

1) Pengertian Mitoni

Orang Jawa menyebut mitoni dengan istilah tingkeban. Tingkeban merupakan selamatan

memperingati genap tujuh bulan kehamilan pertama. Masyarakat di daerah Jawa masih banyak

melakukan tradisi mitoni, meskipun demikian tidak ada cara yang baku dalam melakukannya.

Pelaksanaannya bergantung pada kebiasaan setempat, kemauan dan kemampuan dari

masyarakat, disisi lain banyak hal yang menunjukkan kesamaan. Tingkeban merupakan kegiatan

“menyambut” atau “menangkap” kedatangan sesuatu yang dinanti-nanti. Tingkeban juga

merupakan acara papagan atau mapag yang artinya menyambut atau menyongsong kedatangan

“tamu agung” titipan Tuhan kepada ibu hamil.Tingkeban merupakan salah satu cara orang Jawa,

yang sudah berjalan turun-temurun untuk menyambut kedatangan anak sebagai titipan Tuhan

tersebut.15

2) Tujuan Slametan Mitoni

Bratasiswara menjelaskan tujuan selamatan tingkeban yakni:1). Bersyukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, dikarenakan Tuhan memberikan kepercayaan kepada sepasang suami istri

berupa titipan momongan yang sekarang masih berada di dalam kandungan ibunya. 2).

Memohon kepada penguasa jagat raya, supaya bayi yang sudah dikandung dapat tumbuh

sempurna dan lahir dengan selamat tepat pada waktunya. 3). Mengharap dukungan doa dan restu

15 Hermanto Bratasiswara, Bauwarna Adat Tata Cara Jawa Buku 2 N-Z (Jakarta:Yayasan Suryasumirat,

2000), 798.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

dari sanak saudara, tetangga dan para sesepuh atau tua-tua semoga kehadiran titipan Tuhan

berjalan lancar, selamat tidak ada kesukaran apapun.16

3) Ciri-ciri Upacara Mitoni

Ciri-ciri upacara tingkebansebagian besar berhubungan dengan bilangan tujuh, antara

lain: Tingkeban hanya khusus untuk ibu hamil tujuh bulan dan hanya untuk kehamilan pertama

atau menyongsong anak pertama. Pelaksanaan upacara tingkeban pada hari ke tujuh dalam

hitungan saptawara, yakni hari Sabtu wage, mengandung lambang metune age-age artinya

lahirnya dengan lancar. Waktu pelaksanaan pukul sebelas siang, dipilih tanggal gasal, misalnya

5, 7, 9 dan 11 sebelum purnama.17

4) Perlengkapan Mitoni

Siramantingkeban menggunakan air dari tujuh sumber, seperti dari sendhang, belik atau

sumber, tuk atau sumber mata air, sumur, pancuran atau air yang memancur, kali atau sungai,

dan tempuran atau pertemuan dua sungai yang berbeda, atau dari tujuh sumur. Air siraman diisi

dengan tujuh macam bunga, disebut air kembang setaman, yang terdiri dari berbagai macam

bunga. Sesepuh atau tua-tua yang melakukan siraman berjumlah tujuh orang. Mereka adalah ibu-

ibu yang sudah berkeluarga dan memiliki keturunan baik-baik.18

Uburampe atau perlengkapansiramanterdiri atas tujuh macam, yakni; 1) tropong. 2).

cengkir atau kelapa gading muda. 3). dingklik, atau kursi kecil berukuran pendek terbuat dari

kayu,dengan lemek klasa bangka atau dingklik dengan alas tikar dan tujuh godhong apa apa,

antara lain kluwih atau daun kluwih, dhadap serep, ringin, alang-alang atau ilalang, maja, atau

daun pohon maja, andong atau daun pohon andong. 4).air kembang dengan siwur atau gayung

16 Hermanto Bratasiswara, 2000, 798. 17 Hermanto Bratasiswara, 2000, 798-799. 18 Hermanto Bratasiswara, 2000, 798.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

dari tempurung kelapa. 5). kosok berupa tepung beras tujuh warna. 6). janur kuning. 7). keris.

Busana menggunakan tujuh macam motif kain, misalnya motif bledhak, parang, semen, lereng,

yuyu sakandhang, truntum, dan lurik tuluh watu.Kemben yang dipakai dalam acara busanan ada

tujuh macam, yakni letrek, jingga, sindur, sembagi, banguntulak, dringin, dan liwatan atau

slarakkandhang.19

Buwangan atau bucalan arti harfiahnya barang-barang yang dibuang, ada tujuh macam

yakni:1). pecok bakal dan jeroan. 2). kluwak. 3). kemiri. 4). kacang tholo. 5). brambang bawang

lanang atau bawang merah dan bawang putih lanang. 6). gereh pethek atau ikan asin. 7). telur

ayam. Tempat buwangan pada tujuh tempat tertentu, seperti pojok pekarangan, ruang yang

ditempati ibu hamil, kamar mandi, kamar kecil, sumur, padanganatau tempat menanak nasi, dan

patehan atau tempat membuat minum.Sajen atau sesaji ada tujuh macam, yakni: 1). jodhog atau

tempat meletakkan lampu pelita. 2). empluk kluwak, kemiri atau bumbu-bumbu. 3). lauk goreng

minyak dan gangsan. 4). jenang atau dodol tujuh macam, yaitu:jenanglemu, jenang baro-baro,

jenang abang, jenang katul, jenang putih, jenang abang putih, jenang pliringan. 5). tumpeng

tujuh dan telur tujuh butir. 6). beras, kendi, uang, sisir. 7). pisang setangkeb.20

Wilujengan ada tujuh perangkat, yakni: 1). penganan tujuh macam; srabi, klepon,

jongkong, inthil, uler-uleran, dan ampyang dengan tujuh isen, yaitu:kacang tholo, kacang ijo,

kacang kara, kacang ruji, kacang cina, kacang kedhele dan wijen. 2). jajan pasar. 3). pisang

setangkeb. 4). sega tumpeng, sega golong, sega asahan, sega wuduk ingkung. 5). rujak mara

pitu. Bahan rujak terbuat dari campuran buah-buahan sebagai berikut: timun, bengkowang, pelem

atau mangga, blimbing, dhondhong, nanas, gedhang/puyang. 6). bancaan anak-anak. 7). takir

19 Hermanto Bratasiswara, 2000, 799. 20 Hermanto Bratasiswara, 2000, 799.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

ponthang, dengan tujuh jarum:emas, suwasa, selaka, tembaga, wesi atau besi, kuningan,

bitingatau lidi.21

5) Tahapan Ritus Mitoni

Penyelenggara selamatan tingkeban ialah kedua belah pihak orang tua pasangan ibu

hamil, yaitu ayah dan ibu kandung dan ayah ibu mertua. Tempat penyelenggaraan tingkeban di

rumah mertua ibu yang hamil. Pemandu acara tingkeban disebut dhukun tingkeb, adalah seorang

ibu yang sudah berkeluarga, cukup umur dan berpengalaman dalam adat tingkeban. Tamu yang

diharapkan menghadiri upacara tingkeban adalah para ibu yang sudah menikah.22

Langkah-langkah tingkeban memiliki tujuh acara, yaitu:

a) sungkeman.

Ibu hamil dituntun oleh dhukun tingkeb menghadap dan menyampaikan sungkem dan

mohon doa restu kepada orang tua dan mertuanya. Tujuan sungkeman ialah sebagai sembah bekti

kepada orang tua yang sangat diutamakan, mengingat orang tua adalah yang menjadi lantaran

Tuhan menciptakan dirinya.23

b) siraman.

Tujuan acara siraman adalah membersihkan diri dari segala pengaruh dan pikiran buruk.

Ibu hamil menanggalkan semua perhiasan dengan disertai doa semoga semua halangan dapat

21 Hermanto Bratasiswara, 2000, 799. 22 Hermanto Bratasiswara, 2000, 799. 23 Hermanto Bratasiswara, 2000, 800.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

terbuang. Rahmat Tuhan datang pada ibu hamil dan bayi yang masih dikandungannya. Siraman

bertempat di kamar mandi, atau bisa juga di taman, atau tempat khusus yang telah disiapkan.

Siraman menggunakan air kembang tujuh rupa dan duduk di atas tujuh macam alas. Ibu kandung

adalah orang yang pertama sekali melakukan siraman dilanjutkan oleh ibu-ibu yang diharapkan

merestui dan yang terakhir adalah ibu mertua. Setelah tujuh orang ibu selesai “menyirami”

ditutup dengan acara mecah kendhi dilakukan oleh ibu mertua di dekat tempat siraman.24

c) januran.

Januranmerupakan acara melepas dan memangkas janur kuning yang dililitkan diseputar

pinggang ibu hamil. Warna janur ialah kuning keemasan melambangkan kebanggaan,

kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan. Janur kuning dililitkan diseputar pinggang ibu

hamil, selanjutnya dilepaskan atau dipangkas dari lilitannya. Ritual ini melambangkan harapan

agar bayi dapat lahir dengan lancar, mudah dan selamat demikian juga ibu yang melahirkan. Ada

dua cara yang dipakai dalam melepaskan lilitan janur kuning tersebut. Pertama, Calon ayah bayi

menarik simpul janur kuning pelan-pelan hingga lilitan terlepas. Ke dua, calon ayah bayi

memotong simpul janur kuning dengan sebilah keris hingga lilitan terlepas.25

d) brojolan

Brojolanmerupakanacara melepas tropong dan dua buah kelapa muda gading bergambar

wayang Kamajaya dan Kamaratih. Acara ini memiliki makna semoga bayi lahir dengan lancar,

baik laki-laki ataupun perempuan dan selamat. Bila lahir perempuan memiliki wajah cantik

seperti Kamaratih, bila lahir laki-laki memiliki wajah tampan seperti Kamajaya.26

24 Hermanto Bratasiswara, 2000, 800. 25 Hermanto Bratasiswara, 2000, 800. 26 Hermanto Bratasiswara, 2000, 800.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

e) busanan.

Busananmerupakanupacara ketika ibu hamil berganti pakaian sebanyak tujuh kali,

mengenakan tujuh lembar kain dan tujuh kemben yang berbeda-beda secara bergantian. Dukun

Tingkeb meminta pendapat kepada tamu setiap kali ibu hamil mengenakan kain dan kemben.

Apakah dandanannya sudah pantas atau belum. Para tamu menjawab:durung patut atau belum

pantas. Baru setelah mengenakan kain kemben yang ketujuh, dengan motif lurik tuluh watu

liwatan, para tamu menjawab:wis patut, wis patut yaiku panganggo sing sakbenere. Artinya,

“sudah pantas, sudah pantas, inilah pakaian yang sebenarnya.”27

f) deganan.

Degananmerupakan acara membelah degan atau kelapa muda di tengah pintu depan.

Acara ini dilakukan oleh calon ayah dari bayi yang ada dalam kandungan. Acara ini memiliki

makna semoga bayi lahir secara wajar dan selamat, tidak cacat, tidak bungkus, tidak sungsang,

tidak ada gangguan yang lain. Bayi yang lahir dapat memenuhi harapan orang tuanya, menjadi

manusia yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan bangsa. Melalui ritual ini dibuat

prakiraan, misalnya kalau degan terbelah tengah betul akan lahir perempuan, sedangkan bila

degan terbelah besar separuh berarti akan lahir laki-laki.28

g) wilujengan.

Wilujenganmerupakan acara penutup dalam mitoni. Ibu hamil memakan daging burung

kepodang goreng, agar bayi dan orang tuanya memperoleh kegembiraan, kebahagiaan,

kemegahan seperti kuningnya bulu kepodang. Rujakan, bersama-sama menikmati rujak segar

agar orang tua bayi, keluarga dan semua yang hadir dianugerahi kesegaran dan kebugaran,

27 Hermanto Bratasiswara, 2000, 801. 28 Hermanto Bratasiswara, 2000, 801.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

seperti segarnya rujak. Pada saat kenduri semua yang hadir memakan hidangan yang tersedia dan

dilanjutkan pembagian makanan sebagai oleh-oleh untuk keluarga masing-masing.29

6) Persiapan Selamatan Mitoni

Pacawisan atau persiapan selamatan tingkeban perlu dilakukan sebaik mungkin.

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan sehari sebelumnya ialah: 1). menempatkan buwangan

ditempat masing-masing. 2). menyiapkan sesaji atau sajen seperlunya menurut kemampuan dan

kebiasaan setempat. 3). menyiapkan tempat dan uburampe siraman. 4). menyiapkan pakaian

kain dan kemben untuk acara busanan. 5). menyiapkan perangkat upacara brojolan dan deganan.

6). menyiapkan undangan dan tempat penyelenggaraan tingkeban. 7). menempatkan perangkat

wilujengan.30

4. Kerangka Teoritis Pendekatan Pendampingan Pastoral

Bagian ini akan menjelaskan secara teoritis pendekatan pendampingan pastoral Clebsch

dan Jaekle, Van Beek dan Clinebell meliputi:Pengertian Pendampingan, Fungsi Pendampingan,

dan Tujuan Pendampingan Pastoral.

1) Pengertian Pendampingan

Menurut Engel, Van Beek menjelaskan istilah pendampingan berasal dari kata kerja

mendampingi, sedangkan kata pastoral berasal dari bahasa latin pastore. Bahasa Yunaninya

poimen, yang berarti gembala. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain

yang karena suatu sebab perlu didampingi. Interaksi yang terjadi dalam proses pendampingan

tersebut bersifat kemitraan, bahu membahu, menemani, berbagi dengan tujuan saling

29 Hermanto Bratasiswara, 2000, 801. 30 Hermanto Bratasiswara, 2000, 799-800.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

menumbuhkan dan mengutuhkan. Lebih lanjut, Clinebell dalam Engel, menjelaskan bahwa

pendampingan pastoral dilakukan oleh pihak gereja, ditujukan kepada seseorang atau kelompok

yang mengalami masalah atau sakit.31

Clebsch dan Jaekle, sebagaimana dijelaskan oleh Nugroho, memformulasikan fungsi

pendampingan ke dalam empat bagian, yaitu: Menyembuhkan, Menopang, Membimbing, dan

Mendamaikan. Selanjutnya Clinebell menambahkan fungsi mengasuh sebagai bentuk

pengembangan dan pertumbuhan secara holistis.32

2) Fungsi Pendampingan

Fungsi adalah kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari pekerjaan pendampingan

tersebut. Fungsi pendampingan merupakan tujuan-tujuan operasional yang hendak dicapai dalam

memberikan pertolongan kepada orang lain. Berikut penjelasan fungsi pendampingan pastoral

sebagaimana diuraikan pada bagian ini.

i. Fungsi membimbing.

Van Beek menjelaskan melalui fungsi membimbing, pendamping mengemukakan

beberapa kemungkinan yang bertanggungjawab dengan segala resikonya dalam menentukan

pilihan. Pendamping membimbing orang ke arah pemilihan yang berguna. Pendamping tidak

memiliki kewajiban untuk memilih keputusan. Orang yang didampingi diberi kepercayaan untuk

mengemukakan persoalannya bila membutuhkan solusi.33

31Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2. 32Nugroho. 144-145. 33 Aart Van Beek, 2012, 13-17.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

Menurut Engel, Clebsch dan Jaekle menjelaskan fungsi membimbing untuk membantu

klien yang berada dalam kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan dan pengambilan

keputusan yang pasti. Lebih lanjut Engel menjelaskan bahwa fungsi membimbing dibutuhkan

setiap konseli dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Perubahan

itu terjadi akibat perkembangan konseli itu sendiri, perubahan lingkungan keluarga dan

masyarakat. Fungsi membimbing merupakan langkah pendampingan untuk menolong konseli

membuat pilihan dan mengambil keputusan di antara pelbagai kemungkinan dan tindakan.34

ii. Fungsi mendamaikan atau memperbaiki hubungan.

Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki kebutuhan akan rasa aman dan hubungan yang

baik dengan sesama baik dengan suami-istri, anak-anak, menantu-mertua maupun dengan orang

banyak, seperti kelompok sebaya dan masyarakat. Masalah emosional yang dialami seseorang

dipengaruhi oleh hubungan sosial yang terganggu. Hal ini menimbulkan penderitaan bagi orang

tersebut. Orang tersebut menjadi sakit fisik secara berkepanjangan dikarenakan mengalami

konflik. Pendampingan pastoral berperan sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang

rusak dan terganggu dengan bersikap netral atau menjadi penengah yang bijaksana.35Engel

menjelaskan bahwa Clinebell menyebut fungsi ini sebagai fungsi memulihkan. Fungsi ini

membantu konseli memperbaiki kembali hubungan yang rusak antara dirinya dan orang lain.36

iii. Fungsi menopang atau menyokong.

34Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 5-6. 35 Aart Van Beek, 2012, 13-17. 36Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2016, 8.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

Topangan diberikan kepada seseorang yang mengalami krisis kehidupan mendalam

seperti kehilangan, dukacita karena kematian orang yang dikasihi. Krisis tersebut menyebabkan

orang menjadi menderita. Pendampingan hadir dalam situasi tersebut, sehingga melalui

kehadirannya dapat membantu orang yang mengalami permasalahan tersebut. Penderita dapat

bertahan dan sanggup menghadapi krisis yang berat melalui kehadiran pendamping. Sokongan

yang diberikan pendamping berupa kehadiran, sapaan yang meneduhkan dan sikap terbuka,

dapat mengurangi penderitaan mereka.37 Lebih lanjut Engel menjelaskan bahwa fungsi

menopang adalah menolong konseli menghadapi keadaan sekarang sebagaimana adanya. Fungsi

ini menolong klien dapat menerima kenyataan pahit yang dialami, serta tetap berjuang menjalani

hidup dengan baik.38

iv. Fungsi menyembuhkan.

Fungsi menyembuhkan berperan penting dalam pendampingan pastoral. Pendampingan

yang diberikan berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala keluhan batin dan kepedulian

tinggi. Pendampingan akan membuat seseorang yang menderita merasa aman dan lega, sehingga

dapat mengalami kesembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini penting untuk mereka yang

mengalami tekanan mental berat seperti dukacita, luka batin karena kehilangan atau terbuang.

Kondisi mental yang demikian secara langsung atau tidak akan menyebabkan penyakit

psikosomatis. Emosi atau perasaan tertekan yang terpendam kemungkinan disalurkan melalui

disfungsi tubuh. Perasaan cemas, takut dan gelisah sering berakibat pada gangguan kesehatan.

Pada situasi yang demikian, pendamping melakukan pendekatan untuk mengajak penderita

mengungkapkan perasaan batinnya. Pendamping kemudian membawa penderita pada hubungan

37 Aart Van Beek, 2012, 13-17. 38Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 7.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

imannya dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan Alkitab untuk penyembuhan batin.

Penyembuhan batin juga dapat membantu penyembuhan fisik.39 Menurut Engel fungsi

menyembuhkan dapat mengatasi kerusakan dengan cara mengembalikan konseli pada suatu

keutuhan dan menuntunnya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.40

v. Fungsi mengasuh.

Hidup seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari bayi hingga menjadi

dewasa. Perkembangan itu meliputi berbagai aspek, yaitu:emosional, cara berfikir, motivasi dan

kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani. Seorang pendamping melihat potensi yang dimiliki

orang yang didampingi. Potensi tersebut perlu dikembangkan dalam kehidupannya sehingga

menjadi kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan kehidupannya. Pendamping

perlu menolong penderita untuk berkembang. Pengasuhan tetap diperlukan agar terjadi

pertumbuhan melalui proses pendampingan pastoral.41

3). Tujuan Pendampingan Pastoral

Clinebell menjelaskan bahwa tujuan dari penggembalaan ialah berusaha untuk

memperkuat pertumbuhan ke arah keutuhan enam aspek kehidupan manusia. Enam aspek

tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu:1)Menyegarkan pikiran,

2)Membuat tubuh lebih bergairah, 3)Memperbaharui dan memperkaya hubungan-hubungan

dekat, 4)Memperdalam hubungan orang dengan alam dan lingkungan hidup, 5)Menumbuhkan

39 Aart Van Beek, 2012, 13-17. 40Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2016, 8. 41 Aart Van Beek, 2012, 13-17.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

hubungan dengan lembaga-lembaga yang penting dalam hidup. 6)Memperdalam dan

menggairahkan hubungan dengan Allah.42

Lebih lanjut Clinebell mengatakan bahwa pertumbuhan yang besar dalam satu dimensi

akan mendukung pertumbuhan dalam dimensi-dimensi lainnya. Disisi lain, berkurangnya

keutuhan dalam satu dimensi akan memperlambat pertumbuhan dalam dimensi-dimensi lainnya.

Oleh sebab itu perlu dilakukan penggembalaan pastoral yang bersifat menyeluruh atau holistik

agar memampukan orang mengembangkan dan menyeimbangkan pertumbuhan dalam enam

aspek kehidupan mereka.43

Penggembalaan menjadi efektif apabila memberikan bantuan kepada orang untuk

memperkembangkan kemampuannya berhubungan dengan cara memelihara keutuhan dalam diri

mereka dan dalam diri orang lain. Pribadi-pribadi yang telah mencapai taraf kemampuan

diharapkan dapat membangun pertumbuhan dan hubungan-hubungan yang saling memberi

kepuasan. Mereka menjadi mampu untuk mengatasi beratnya masalah, kehilangan atau

kemalangan dan pertanggungjawaban secara lebih baik. Usaha kearah pertumbuhan diri sendiri

adalah jalan buntu. Tujuan dari penggembalaan dan konseling adalah keutuhan diri, orang lain

dan masyarakat. Pertumbuhan terjadi dalam hubungan yang erat dengan keutuhan orang lain.44

42 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral (Yogjakarta:Kanisius, 2002),

39. 43 Howard Clinebell, 2002, 39. 44 Howard Clinebell, 2002, 39-40.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

4). Kesimpulan bab dua ialah sebagai berikut:

1. Penelitian sebelumnya tentang mitoni mitoni dikaji dengan perspektif Islam, ilmu

kesehatan, prilaku komunikasi kelompok sosial, aktivitas ekonomi dan sastra lisan.

2. Pendampingan pastoral yang dilakukan sebelumnya menggunakan pendekatan konteks

gereja dan tidak mengangkat nilai-nilai budaya Jawa.

3. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah penelitian ini mengkaji

nilai-nilai spiritual dalam tahapan mitoni dan mengembangkannya sebagai pendekatan

pendampingan bagi masyarakat Jawa.

4. Mitoni atau tingkeban merupakan selamatan orang Jawa memperingati genap tujuh bulan

kehamilan pertama.

5. Tujuan selamatan tingkeban ialah :Bersyukur kepada Tuhan, Permohonan kepada Tuhan

supaya ibu dan bayi selamat, Masyarakat sekitar memberikan dukungan doa dan restu.

6. Ciri-ciri upacara mitoni sebagian besar berhubungan dengan bilangan tujuh.

7. Tahapan mitoni meliputi tujuh acara, yaitu:1). sungkeman. 2).siraman. 3). januran. 4).

brojolan. 5). busanan. 6). deganan. 7). wilujengan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk

8. Sungkeman memiliki makna supaya menghormati orang tua.

9. Siraman mitoni menggunakan air dari tujuh sumber dan air kembang setaman. Tahapan

ini memiliki makna membersihkan diri segala pengaruh dan pikiran buruk.

10. Januran memiliki makna ibu hamil dan bayi dapat dibanggakan, bahagia, sejahtera dan

selamat.

11. Brojolan memiliki makna supaya bayi lahir dengan lancar apapun jenis kelaminnya.

12. Deganan memiliki makna bayi lahir secara wajar, selamat, dan tidak cacat.

13. Wilujenganmemiliki makna kebersamaan keluarga dengan warga masyarakat sangat

penting.

14. Fungsi pendampingan ialah: membimbing, mendamaikan, menopang, menyembuhkan

dan mengasuh.

15. Tujuan pendampingan ialah berusaha memperkuat pertumbuhan ke arah keutuhan enam

aspek kehidupan manusia.

16. Aspek kehidupan manusia, yaitu:Menyegarkan pikiran, membuat tubuh lebih bergairah,

memperbaharui dan memperkaya: hubungan dekat, hubungan dengan alam dan

lingkungan hidup, hubungan dengan lembaga yang penting, hubungan dengan Allah.

17. Pertumbuhan satu aspek akan mendukung pertumbuhan dalam dimensi-dimensi lainnya.

18. Perlu dilakukan penggembalaan pastoral yang bersifat menyeluruh atau holistik.

19. Pendekatan pendampingan bertujuan untuk memampukan orang untuk mengembangkan

dan menyeimbangkan pertumbuhan dalam seluruh aspek kehidupan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORITIS - UKSW · 2020. 12. 3. · BAB II LANDASAN TEORITIS Judul tesis ini ialah mitoni sebagai pendekatan pendampingan bagi masyarakat Jawa. Oleh sebab itu,untuk