bab ii landasan teoritis a.tinjauan tentang pembelajaran...

29
BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran PKn 1. Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan PKn atau civic Education adalah program pendidikan pembelajaran yang secara programatik–prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (dari dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri,2006:9). Secara imperatif Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan landasan yuridis formal mengenai pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Dalam Pasal 37 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta perguruan tinggi. Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Udin S. Winataputra (2001:7) dalam disertasinya berjudul “Jati diri PKn sebagai wahana sistem pendidikan demokrasi”. Dalam disertasi tersebut terdapat istilah PKn pada dasarnya digunakan dalam pengertian luas seperti citizenship education” atau “education for citizenyang mencakup PKn di dalam lembaga pendidikan formal dan diluar sekolah yang berupa program penataran atau program lainnya yang sengaja dirancang atau sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang cerdas dan baik.

Upload: buique

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.Tinjauan tentang Pembelajaran PKn

1. Pengertian dan Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

PKn atau civic Education adalah program pendidikan pembelajaran yang secara

programatik–prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan

(civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (dari dan kehidupannya)

menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional

bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri,2006:9).

Secara imperatif Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan landasan yuridis formal mengenai pendidikan

kewarganegaraan di sekolah. Dalam Pasal 37 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa pendidikan

kewarganegaraan merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan

pendidikan menengah serta perguruan tinggi.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Udin S. Winataputra (2001:7) dalam

disertasinya berjudul “Jati diri PKn sebagai wahana sistem pendidikan demokrasi”. Dalam

disertasi tersebut terdapat istilah PKn pada dasarnya digunakan dalam pengertian luas seperti

“citizenship education” atau “education for citizen” yang mencakup PKn di dalam lembaga

pendidikan formal dan diluar sekolah yang berupa program penataran atau program lainnya

yang sengaja dirancang atau sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi

memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang

cerdas dan baik.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Sedangkan dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang

diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2006:2) ditegaskan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial-budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Hal senada diungkapkan pula oleh Somantri (2001:299) antara lain sebagai berikut:

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan uraian di atas terdapat tiga ciri khas yang dimiliki mata pelajaran PKn,

yakni meliputi pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut

merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan multidimensional yang

memadai untuk menjadi warga negara yang baik.

Adapun isi dari pengetahuan (body of knowledge) dari mata pelajaran PKn

diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti ilmu

politik, hukum, tata negara, psikologi, dan berbagai kajian lainnya yang berasal dari

kemasyarakatan, nilai-nilai budi pekerti, dan hak asasi manusia dengan penekanan kepada

hubungan antar warga negara dengan warga negara, warga negara dan pemerintah negara,

serta warga negara dan warga dunia. Hal ini diperkuat oleh (Somantri, 1969:7) yang

mengemukakan bahwa :

mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Selain memiliki karakteristik, PKn juga memiliki misi, seperti yang diungkapkan oleh

Sapriya (Civicus, 2005:321) bahwa misi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut :

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

� PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literacy), serta kemampuan berpartisipasi politik (political participation) yang tinggi.

� PKn sebagai pendidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa sebagai warga Negara yang memiliki kesadaran hukum dan kewajibannya, dan yang memiliki kepatuhan terhadap hukum yang tinggi.

� PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui PKn diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan Negara kepada diri siswa, sehingga mendukung bagi upaya nation and character building.

Secara paradigmatik, citizenship education juga memiliki visi sosio-pedagogis

mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks yang lebih luas, yang mencakup

konteks pendidikan formal dan pendidikan non-formal, seperti yang secara konsisten

diterapkan di UK (QCA:1998; Kerr:1999).

Dengan demikian, jelas terlihat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memuat nilai-

nilai luhur yang terkandung pada nilai pusat (central values) bangsa Indonesia yaitu

Pancasila. Selain itu PKn merupakan pendidikan yang secara rasional dan ilmiah menyiapkan

peserta didik agar berperilaku sesuai dengan agama dan budaya, serta dapat berinteraksi

dengan orang lain dalam konteks yang luas.

2. .Fungsi dan Tujuan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan

PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki fungsi

yang sangat essensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki

keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Somantri (2001: 166)

memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai berikut:

Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran PKn diharapkan dapat

memberikan kemudahan belajar para siswa dalam menginternalisasikan moral Pancasila dan

pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan

dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.

Lebih lanjut Somantri (2001:154), mengungkapkan tentang tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan yaitu :

PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006, Depdiknas (2006:2)

menyatakan bahwa fungsi dari mata pelajaran PKn adalah:

Sebagai wahana untuk membentuk warganegara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan pada fungsi tersebut, mata pelajaran PKn harus dinamis dan mampu

menarik perhatian peserta didik, yaitu dengan cara sekolah membantu peserta didik

mengembangkan pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipatori

dalam kegiatan sekolah yang berupa intra dan ekstrakurikuler. Dengan pembelajaran yang

bermakna, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan serta menerapkan keterampilan

intelektual dan partisipatori.

Keterampilan intelektual dalam mata pelajaran PKn tidak dapat terpisahkan dari

materi kewarganegaraan sebab untuk dapat berpikir secara kritis tentang suatu isu, seseorang

selain harus mempunyai pemahaman yang baik tentang isu, latar belakang, dan hal-hal

kontemporer yang relevan juga harus memiliki perangkat berpikir intelektual. Perangkat

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

berpikir intelektual tersebut meliputi kemampuan untuk menilai posisi, membangun (to

construct), dan memberikan justifikasi posisi pada suatu isu.

Mata pelajaran PKn sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah-sekolah dan juga merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial yang mempunyai tujuan

khusus yaitu membina dan membentuk karakter siswa menjadi Warga Negara yang baik

(Good Citizenship), demokratis dan bertanggung jawab. Program pendidikan

kewarganegaraan ini memandang siswa dalam kedudukannya sebagai warga negara, sehingga

program-program, kompetensi atau materi yang diberikan kepada peserta didik diarahkan

untuk mempersiapkan mereka mampu hidup secara fungsional sebagai warga masyarakat dan

warga Negara yang baik.

Sedangkan tujuan mata pelajaran PKn menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah adalah sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Mata pelajaran PKn ini dapat mengembangkan berbagai kemampuan dasar warga

negara seperti: berpikir kritis, dapat mengambil keputusan secara tepat, memegang teguh

aturan yang adil, menghormati hak orang lain, menjalankan kewajiban, bertanggung jawab

atas ucapan dan perbuatannya, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sasaran akhir mata pelajaran PKn tidak

hanya berorientasi pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih ditekankan

pada proses untuk mencapai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

memberikan bekal bagi siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di lingkungannya di

kemudian hari.

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa materi PKn dapat diambil dari

berbagai sumber yang memiliki kualifikasi untuk dijadikan bahan ajar dan tidak menyimpang

dari kurikulum. Materi tersebut dapat berasal dari sumber formal maupun sumber informal.

Seperti yang dikemukakan oleh Hanna dalam Somantri (2001:307), bahwa untuk program di

sekolah harus memperhatikan motivasi, tugas perkembangan (developmental tasks) siswa,

dan “basic human activities”. Dengan demikian, bahan untuk PKn disamping demokrasi

politik, maka penyusunannya harus memperhatikan pula: (a) formal content (bahan pelajaran

yang diambil dari disiplin ilmu sosial), (b) informal content (bahan pelajaran yang diambil

dari lingkungan masyarakat), (c) respon siswa terhadap formal dan informal content.

3.Ruang Lingkup dan materi Pendidikan Kewarganegaraan

Margaret S. Branson (1999:8) mengidentifikasi tiga komponen penting dalam

Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic

Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan Civic Dispositions (watak-watak

kewarganegaraan). Komponen pertama, Civic Knowledge “berkaitan dengan kandungan atau

nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara”. Aspek ini menyangkut kemampuan

akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan

moral.

Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang

kajian multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi

pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-

prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak,

konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan

keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan

politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah

keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera

melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.

Ketiga, Civic Disposition (Watak-watak kewarganegaraan), komponen ini

sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran

PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan

kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran

PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak,

karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

Untuk mencapai ketiga kompetensi tersebut diperlukan pembelajaran PKn yang

efektif, sehingga kompetensi-kompetensi tesebut bisa tercapai. Dan untuk bisa menciptakan

suasana pembelajaran PKn yang efektif, diperlukan sosok guru yang efektif pula. Sukadi

(2006:11) berpendapat bahwa guru efektif adalah”guru yang mampu mendayagunakan

(empowering) segala potensi yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai

tujuan pembelajaran”.

Seperti dikemukakan Benjamin Barber (dalam Branson, 1992) bahwa dalam

demokrasi konstitusional, “civic education yang efektif adalah suatu keharusan” karena

kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat demokratis, berpikir secara kritis, dan

bertindak secara sadar dalam dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

kita mendengar dan oleh karenanya mengakomodasi pihak lain, semuanya itu memerlukan

kemampuan yang memadai.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut PUSKUR

(2007) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara

5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu diantara aspek diatas yaitu

diantaranya aspek Persatuan dan kesatuan yang dibelajarkan pada kelas IX semester ganjil

tingkat sekolah menengah pertama dengan rincian sebagai berikut:

Standar kompetensi Kompetensi dasar

a. Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara

1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara

1.2 Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha pembelaan Negara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

1.3 Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara

Diharapkan setelah mempelajari materri ini siswa dapat lebih termotivasi dan ikut

berperan serta dalam usaha pembelaan negara dengan cara belajar dan berprestasi.

B. METODE INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN PKn

1. Inquiry Sebagai Metode Pembelajaran PKn

a. Pengertian dan karakteristik metode inquiry

Inquiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry”yang secara harfiah berarti penyelidikan

.Carin dan Sund(1975)mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a

problem .sedangkan Piaget (dalam Mulyasa.2005:107) metode inquiry merupakan metode

yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara

luas agar melihat apa yang terjadi ,ingin melakukan sesuatu,mengajukan pertanyaan

pertanyaan,dan mencari jawabannya sendiri,serta menghubungkan penemuan itu dengan

penemuan lain,membandingkan apa yang ditemukannya dengan peserta didik lain.

Untuk mempermudah pemahaman mengenai apa dan bagaimana metode

pembelajaran inquiry, peneliti menyajikan karakteristik metode inquiry dari beberapa segi

yaitu segi aktivitas siswa,proses,sasaran,manfaat,dan peran guru dalam pembelajaran .

adapun uaraian dari masing-masing segi adalah sebagai berikut: Dilihat dari segi aktivitas

siswa karakteristik pendekatan inquiry , menurut Ellis (Budi Eko Sucipto,1997:106)

meliputi:(1) siswa dapat terlibat dalam kesempatan belajar dengan self direction yang lebih

besar (2) siswa dapat mengembangkan sikap yang baik untuk kegiatan belajar,(3) siswa dapat

menjaga dan menggunakan informasi untuk periode yang lebih lama.untuk dapat mengikuti

pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan baik maka siwa harus memiliki beberapa

kesiapan diantaranya kemampuan analisis ,sintesis dan evaluative,analisis nilai,mahir

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

menangkap pendapat,suka menerima kritik dan pendapat,terbuka dan demokratis,(Ahmad

Kosasih Djahiri.1999:61) Dilihat dari segi proses (prosedur atau langkah-langkah),maka

karakteristik pendekatan inquiry meliputi kegiatan (1) identifikasi dan pernyataan

masalah(2)pengembangan hipotesis(3) pengumpulan data dan pengujian hipotesis,( 4)

kesimpulan (5) menilai dan menerapkan kesimpulan (soetcipto,1997:107) Sedangkan apabila

dlihat dari segi peran guru dalam penerapan pendekatan inquiry diantaranya adalah sebagai

berikut(soetjipto,1997:108):

1. Memfasilitasi sejumlah besar aktivitas yang berorintasi pada siswa

2. Membantu siswa menentukan jawaban oleh mereka sendiri dengan menjadi

narasumber,tetapi tidak memberikan jawaban secara langsung .

3. Memberikan referensi yang dibutuhkan dalam kelas.

4. Bertindak sebagai motivator bagi siswa,yang meliputi.

a) Membangkitkan rasa keingintahuan

b) Memberikan pertanyaan terbuka(opended question)

c) Mendorong partisipasi individu dalam diskusi

d) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dan spekulatif dalam berfikir

e) Mempromosikan beberapa sumber informasi

f) Mendukung pemikiran yang divergen

Selain peran guru yang telah disebutkan diatas untuk dapat menggunakan metode

inquiry dengan baik,maka guru harus memiliki beberapa prasarat sebagai berikut: kejelian

membaca dunia nyata,kemahiran membaca kemampuan siswa,kemahiran mengguanakan

teknik bertanya ,menangkap dan memanipulasdi reaksi ,keterbukaan dan kemampuan

menahan diri,penampilan humanistic-demokratis,(Ahmad Kosasih Djahiri.1999:61)

Dari pengertian dan karakteristik yang telah penulis kemukakakan sebelumnya maka

penulis menyimpulkan metode inquiry adalah metode pembelajaran dimana siswa didorong

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan

yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Teory belajar yang relevan dengan metode pembelajaran inquiry adalah teori belajar

menurut ilmu jiwa gestalt yang berpandangan bahwa keseluruhan itu penting daripada

unsure-unsur .adapun beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh aliran gestalt adalah

sebagai berikut:

1. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan

2. Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh

insight(kesanggupan,pengalaman,latihan,trial and eror)

3. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar ,motivasi

memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme

4. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan

5. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif,bukan ibarat suatu

bejana yang diisi.

Jadi belajar dengan teori ini sangat menguntungkan untuk kegiatan

menemukan dan memecahkan masalah . dengan demikian teori ini cukup relevan dengan

model inquiry dimana dalam model ini siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan

dan menemukan sendiri alternative penyelesaiannya.

b. Tujuan dan manfaat metode inquiry dalam pembelajaran PKn

dilihat dari segi sasaran atau tujuan,maka inquiry bertujuan untuk membantu siswa

mengembangkan disiplin intelektual dan keahlian yang diperlukan untuk memunculkan

masalah dan menemukan jawaban oleh siswa itu sendiri,sehingga siswa menjadi pemecah

masalah yang independen(independent problem solver)( Budi Eko soetjipto,1997:106)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Dilihat dari segi manfaat , karakteristik pendekatan inquiry memiliki beberapa

kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut(Budi Eko soetjipto:1997:107)

1. Memungkinkan siswa mengembangkan jalur discovery dan investigasinya sendiri

melalui pengalaman kelas dan perpustakaan

2. Memudahkan siswa memandang materi lebih realistic dan positiv

3. Hubungan guru dan siswa menjadi hangat dimana guru berperan sebagai fasilitator

belajar

4. Siswa dikondisikan berpikir kritis

5. Mengembangkan siswa menjadi siswa yang aktif dan pembelajar yang independen

6. Membantu perkembangan motivasi untuk belajar

c. Komponen metode inquiry

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode inquiry sangat beragam, tergantung pada

situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode

inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement,

Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).

Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang

memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa

diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti

yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau

masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai

dengan Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti

evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya

di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu

keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab

sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang

menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan

sebuah investigasi.

Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau

dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang

berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai

bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.

Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk

membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai

permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi,

grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,

misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain

sebagainya.

d. Jenis-jenis metode inquiry dalam pembelajaran PKn

Secara umum Sound dan Trowbridge (mulyasa,2005) mengemukakan 3 macam

metode inquiry yaitu :

a) Guided inquiry(inquiry terpimpin)

Dalam proses pembelajaran dengan metode inquiry terpimpin ,siswa

memperoleh petunjuk seperlunya berupa pertanyaan yang bersifat membimbing,pendekatan

ini digunakan bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inquiry

b) Modifield inquiry(inquiry yang dimodifikasi)

Pada inquiry yang dimodifikasi guru hanya menyediakan masalah-masalah

dimana pemecahannya diserahkan kepada siswa secara berkelompok ataupun perorangan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

c) .free inquiry( inquiry bebas)

dalam inquiri ini siswa melakukan penelitian sendiri sebagai seorang ilmuwan.

Begitu juga dalam pembelajaran PKn jenis metode inquiry dibagi menjadi tiga

sebagaimana yang dikemukakan oleh (Kosasih Djahiri:1995:61) yaitu sebagai berikut:

a) Inkuiri sederhana

Inkuiri sederhana tidak memerlukan keseluruhan proses dilaksanakan ,cukup

hanya hakekat dasarnya saja ,yakni mengkaji,mencari dan menentukan pilihan . teknik

yang digunakn dapat bervariasi atau aneka ragam,bisa dengan tanya jawab saja ,bisa

dalam bentuk diskusi kelompok/kelas,dll.

b) Inquiry lengkap

Metode khusus yang langkah dan prosesnya memang sudah baku

c) inquiry nilai

Pola inquiry sederhana yang focus substansinya nilai-moral.dengan kata lain

inquiri nilai merupakan proses berfikir yang dilengkapi dengan proses spiritualisasi

,valuing dan taking position sebagai langkah akhir penetapan pilihan terbaik

Jenis metode inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah inquiry

nilai.metode tersebut dipilih atas dasar pertimbangan target materi yang dijadikan bahan

penelitian dimana dalam setiap kompetensi dasarnya membutuhkan kejelasan nilai-nilai

dan sikap dari siswa.dan hal tersebut dapat terwujud melalui inquiry nilai.adapun

langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan inquiry nilai adalah sebagai berikut

dibawah ini.

a. Perumusan masalah

Siswa mengklasifikasi dan menentukan focus masalah dari stimulus yang

dilontarkan guru

b. Perumusan hipotesa

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Siswa membuat perkiraan sementara dan mencari serta merumuskannya

sebagai hipotesa.

c. Pengumpulan data

Siswa mengumpulkan /mencari dan menilai serta mengorganisir data

d. Menguji hipotesa

Siswa mengumpulkan /mencari dan menilai serta mengorganisir data

,mengkaji dan mencari hubungan data dengan hipotesa

e. Pengambilan keputusan /kesimpulan

Menelaah seluruh jawaban yang ada ,mengajukan kesimpulan besrta

tanggapannya

f. Menerapkan kesimpulan

Mengkaji data baru dari tanggapan guru atau siswa lain merespon

pertanyaan guru atau siswa lain .kemudian menentukan pilihan posisi secara

argumental.

Dari kenam tahapan inquiry diatas yang harus dilalui oleh siswa dan guru ketika

menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran PKn tentunya tidak lepas dari kendala yang

dihadapi pada setiap tahapannya ada beberapa hal yang harus diperhatikanpleh guru dan

siswa pada setiap tahapannya.berikut ini uraian secara rincinya yang penulis kutip dari

bukunya Wina Sanjaya hal 202 yang ditulis pada tahun 2007 yaitu pada tahapan yang

pertama yaitu tahapan orientasi . untuk mengantisipasi kendala yang akan terjadi pada tahap

orientasi sebaiknya guru melakukan beberapa hal berikut ini: 1) menjelaskan topic,tujuan dan

hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa .2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan

yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.3) menjelaskan pentingnya topic dan

kegiatan belajar . [Wina sanjaya:2008:202] hal ini dilakukan dalam rangka memberikan

motivasi belajar siswa. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi siswa pada tahapan inquiry

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

yang kedua yaitu tahapan merumuskan masalah hendaknya guru memperhatikan

beberapa hal diantaranya:1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa .siswa akan

memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang

hendak dikaji.dengan demikian guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah

pembelajaran ,guru hanya memberikan topic yang akan dipelajari .sedangkan bagaimana

rumusan masalah yang sesuai dengan topic yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan

kepada siswa 2)masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang

jawabannya pasti .artinya guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang

menurut guru sebenarnya jawabannya sudah ada tinggal siswa mencari dan mendapatkan

jawabannya secara pasti 3) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep sudah

diketahui terlebih dahulu oleh siswa .artinya ,sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui

proses inquiry ,guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman

tentang konsep konsep yang ada dalam rumusan masalah .hal ini dilakukan untuk mencegah

ketidak pahaman siswa pada tahapan inquiry berikutnya.tahapan inquiry yang ketiga adalah

tahapan merumuskan hipotesis.salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi

kendala yang dihadapi siswa dalam merumuskan hioptesis adalah dengan mengajukan

berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban

sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari

permasalahan yang akan dikaji .Tahapan yang keempat yang harus dilalui dalam proses

inquiry adalah tahapan mengumpulkan data tahapan ini merupakan proses mental yang

sangat penting dalam pengembangan intelektual sehingga diperlukan motivasi yang kuat

dalam belajar salah satu peran guru dalam memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan data

adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari

informasi yang dibutuhkan apabila terdapat kendala misalnya siswa kurang apresiatif

terhadap pokok permasalahan yang diajukan sebaiknya guru secara terus menerus

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis

pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir

.tahapan kelima yaitu tahapan menguji hipotesis untuk mencegah kekeliruan dalam menguji

hipotesis adalah dengan cara mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan

bukan hanya berdasarkan argumentasi akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan

dan dapat dipertanggung jawabkan .tahapan keenam yaitu tahapan merumuskan kesimpulan

merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran sering terjadi

karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak

focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan .karena itu untuk mencapai kesimpulan

yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan .

C. Tinjauan tentang motivasi belajar siswa

1. Pengertian dan karakteristik motivasi belajar siswa

Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan

energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-

kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang

menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas

(diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan

arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap

(attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984). Sedangkan menurut sardiman

(2003:75) motivasi belajar siswa adalah

Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar , sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek pelajar itu dapat tercapai.siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energy dalam kegiatan belajar.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan

motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa

yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.

Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan (1)datang dari dalam

individu itu sendiri (intrinsik),datang dari lingkungan (ekstrinsik) .penjelasan lain mengenai

motivasi intrinsic dan ekstrinsik dikemukakan oleh Sardiman (2003: 89-90),.Motivasi

intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang

dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri

bukan dorongan dari luar. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan

motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan

yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar

tingkah laku tersebut..motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai

berikut [sardiman:2004:83]

1. Adanya perhatian dan semangat siswa untuk belajar

2. siswa selalu aktif dalam proses pembelajaran( aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat )

3. Tekun menghadapi tugas baik tugas mandiri maupun kelompok

4. ulet menghadapi kesulitan belajar

5. menunjukan minat terhadap permasalahan

6. lebih cepat bosan pada tugas-tugas rutin

7. dapat mempertahankankan pendapat jika sudah yakin akan sesuatu

8. tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini

9. senang mencari dan memecahkan permasalahan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti diatas berarti orang itu selalu memiliki

motivasi yang cukup kuat .ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar .dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun

dalam mengerjakan tugas ulet dalam memecahkan masalah .hal tersebut diatas harus

dipahami benar oleh guru agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan

motivasi yang tepat dan optimal.selain cirri-ciri yang telah dikemukakan diatas seorang siswa

yang memilki motivasi belajar dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya dari antusiasme

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan meningkatnya perolehan hasil belajar.

Apabila dilihat dari sumber dan proses perkembangannya motivasi digolongkan

menjadi dua yaitu: motif primer (primary motive atau motif dasar )menujukan pada motivasi

yang tidak dipelajari(unlearned motive) yang lebih dikenal dengan istilah dorongan(drive)

yang dibedakan lagi kedalam dua jenis yaitu dorongan fisiologis yang bersumber pada

kebutuhan organis dan dorongan umum termasuk didalamnya dorongan takut,kasih sayang

,kegiatan dan kekaguman dan ingin tahu .motif sekunder (secondary motives) menunjukan

kepada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman dan dipelajari

.termasuk kedalamnya yaitu takut yang dipelajari ,motif-motif social(ingin diterima,ingin

dihargai,konformitas ,afiliasi ),motif objektif dan interest(eksplorasi,

manipulasi,minat),maksud(purposes) dan aspirasi,motif berprestasi(achievement

motive).Dalam Penelitian ini peneliti memfokuskan permasalahan pada segi motivasi

berprestasi siswa dalam belajar.seperti yang dikemukakan oleh Cleland dalam (Mustadji :

2007: 60-63) siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat dilihat dari beberapa hal

berikut di bawah ini:

1. mempunyai semangat,perhatian,dan tanggung jawab

2. memiliki keinginan untuk menguasai pelajaran secara tuntas

3. berusaha bekerja kreatif

Page 20: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

4. berusaha mencapai cita-cita

5. Kemampuan untuk memilih cara menyelesaikan tugas

6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya

7. Mengadakan refleksi /antisipasi

Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti diatas berarti orang itu selalu memiliki

motivasi yang cukup kuat .ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar .dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun

dalam mengerjakan tugas ulet dalam memecahkan masalah .hal tersebut diatas harus

dipahami benar oleh guru agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan

motivasi yang tepat dan optimal.

Motivasi bertujuan untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul

keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau

mencapai sesuatu yang diharapkan.

Ada tiga fungsi motivasi belajar seperti yang diuraikan sardiman (2003:83) yaitu:

a. Mendorong siswa untuk berbuat .jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan

energy motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang

akan dikerjakan

b. Menentukan arah perbuatan,yakni kearah tujuan yang hendak dicapai ,dengan

demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai

dengan rumusan tujuan

c. Menyeleksi perbuatan,yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa

Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru . bagi siswa pentingnya motivasi

belajar adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,proses,dan hasil akhir

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar ,proses dan hasil akhir

c. Mengarahkan kegiatan belajar

d. Membesarkan semangat belajar

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar kemudian bekerja

Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar

sangatlah penting untuk mengarahkan dan membesarkan semangat belajar sehingga pada

akhirnya didapat proses dan hasil akhir yang memuaskan.

3. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa

Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati &

Mudjiono (1994:89) yaitu:

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru

harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang

menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus

disusun guru dengan baik.

3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental

siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat

pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.

4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu

mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.

5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai

belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi

tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa sangatlah penting seorang guru memahami prinsip belajar student

centered dalam merencanakan,melaksanakan,dan mengevaluasi proses pembelajaran,

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran

Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan

ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami

keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis

tersebut dengan jalan :

1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang

dialaminya.

2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak

belajar.

3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi kesempatan kepada

siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar

5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada

perilaku belajar.

6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk memotivasi belajar

siswa guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar yang dapat mendukung proses

pembelajaran dan mengoptimalkan minat dan percaya diri siswa.

c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam

mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat

dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan

bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang

sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru mengajarkan cara

memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran. (5) Guru

mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.(6) Guru memberi kesempatan siswa

untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil

mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan

siswa agar belajar secara mandiri.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk memotivasi belajar siswa tidak

hanya mendengar dan menerima materi dari guru melainkan mereka mencari sendiri hal-hal

yang berguna bagi mereka dengan bimbingan guru sehingga peran guru disini hanya sebagai

fasilitator.

d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar.

Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan

keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang kurang berhasil .

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam usaha meningkatkan

motivasi belajar siswa guru harus dapat mengoptimalkan berbagai segi baik itu dari segi

guru,siswa, maupun lingkungan sekitar yang mendukung proses pembelajaran .

D. MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE INQUIRY DALAM

PEMBELAJARAN PKN

1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang

peranan peting dalam rangka pembentukan karakter warga negara yang baik. Selain itu, PKn

memiliki kedudukan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang wajib ada di dalam

kurikulum pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (pasal 37 UU No. 20 Tahun

2003).Secara epistimologis hal tersebut beralasan, sebab PKn dikembangkan dalam tradisi

Citizenship Education (Al Muchtar, 2004) yang bertujuan agar setiap warga negara menjadi

warga negara yang baik (To Be A good Citizen), yakni warga negara yang memiliki

kecerdasan (Civic Intellegence) baik intelektual, emosional, moral maupun spiritual, memiliki

rasa bangga dan tanggung jawab (Civic Responsibility), dan mampu berpartisipasi dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Civic Participation).Namun demikian, dalam

pencapaian tujuan di atas, saat ini PKn dihadapkan pada masalah serius yaitu adanya

beberapa kendala dan kelemahan. Hasil analisis terhadap perkembangan PKn di tanah air

yang dilakukan oleh Udin S. Winataputra sebagaimana yang dikutip oleh Sapriya (2001:58)

menunjukkan bahwa adanya kelemahan-kelemahan yang mendasar pada PKn, salah satunya

adalah keterisolasian proses pembelajaran dari konteks keilmuan dan lingkungan sosial

budaya.Telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap PKn dilapangan dan menyimpulkan

bahwa pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. Seperti

Page 25: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

yang dikemukakan oleh Wahab (2001:46) sebagai berikut : Dari segi metodologi, metode

cenderung doktriner dan monolog selama ini perlu ditinjau ulang dari segi karakter pelajaran

dan tahap-tahap perkembangan peserta didik. Sudah cukup lama kita mengetahui bahwa PKn

adalah mata pelajaran yang membosankan bahkan cenderung “tidak disukai” siswa karena

materi dan metodenya memang tidak menantang siswa secara intelektual, disamping amat

sarat dengan pesan-pesan ideologis rezim yang berkuasa yang memang belum sesuai dengan

kebutuhan ataupun tingkat perkembangan anak.Selain itu, terdapat komentar yang muncul

dari para guru, usai mengikuti diskusi kelompok mengenai Pendidikan Kewarganegaraan

yang merupakan salah satu sesi pada Conference on Education for Tolerance and Human

Rights-Building Socio-Pedagogical Models for Indonesian Harmony in Diversity, yang

berlangsung 16-17 Juli 2001 di Yogyakarta (www.smu-net.com), yaitu:

Materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarga Negaraan (PPKN) yang kini menjadi Pelajaran Kewarga Negaraan (PKN) dinilai mengandung kebohongan. Materi pelajaran yang diberikan kepada para siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah tingkat atas (SMTA) itu banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Di lain pihak, pelajaran PKN dinilai cenderung menjadi indoktrinasi dan membosankan. Tidak mengherankan bila para siswa amat mengharapkan agar pendidikan ini dikeluarkan dari pelajaran yang harus mereka terima.

Menyikapi persoalan di atas, maka perlu dirumuskan formula pembelajaran PKn yang

dapat mendekatkan siswa agar tidak bosan ketika belajar PKn dengan konteks lingkungan

sosial sebagai materi/bahan pembelajaran PKn. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan

motivasi belajar daya kritis siswa demi tercapainya tujuan PKn. Dengan mengintegrasikan

pelajaran PKn dengan disiplin ilmu sosial lain merupakan salah satu upaya untuk

mendekatkan siswa dengan konteks lingkungan sosial budayanya. Mengkaitkan masalah-

masalah sosial dalam pembelajaran PKn sesuai dengan hakikat dari materi pokok yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan IPS dalam pembahasannya tidak

akan terlepas dari masalah-masalah seperti yang dijelaskan oleh Paul R. Hanna dan John R.

Lee Bahwa materi PKn meliputi bahan pelajaran yang diambil dari disiplin ilmu-ilmu sosial

Page 26: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

(aspek formal), bahan pelajaran yang diambil dari lingkungan masyarakat (aspek informal)

dan respon terhadap kedua aspek tersebut.Pembelajaran PKn yang membosankan termasuk

ke dalam karakteristik pembelajaran PKn yang minimal (thin/kurus). David Kerr (1999:14)

dalam penelitiannya mengemukakan tentang indikator pembelajaran PKn yang minimal,

yaitu: exclusive, elitist, civics education, formal, content led, knowledge based, didactic

transmission, easier to achieve and measure in practice. Salah satu ciri minimal PKn dari

penelitian Kerr tersebut yang terdapat di Indonesia adalah PKn bersifat eksklusif, artinya

cenderung tidak melibatkan atau merambat ke pelajaran lain seperti geografi, ekonomi,

agama dan ilmu-ilmu sosial lain atau dengan kata lain tidak mengglobal dan materi yang

diberikan tidak berkaitan. Menyikapi kenyataan tersebut, adalah tugas guru sebagai salah satu

komponen penting dalam proses belajar mengajar (PBM) mempunyai kreatifitas untuk

meramu pembelajaran PKn agar lebih menarik sehingga jauh dari kesan monoton dan

membosankan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru PKn harus mempunyai

sejumlah pengetahuan dan kemampuan luas mengenai cara mengajar yang baik serta harus

mendalami pribadi siswa sehingga dapat menghasilkan siswa yang mampu mengembangkan

dirinya menjadi warga negara yang baik.

2. Peranan metode inquiry pada pembelajaran pkn dalam menumbuhkan motivasi belajar

siswa

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran serta guru dan

siswa sebagai komponen pembelajaran, karena dalam proses belajar mengajar yang efektif

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu,seperti yang dikemukakan

oleh Djahiri (2003:1) tentang hakikat pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Page 27: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Pembelajaran memuat makna dua proses kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa (KBS) dan kegiatan perencanaan serta pelaksanaan / mengajar guru(KMG). Berbeda dengan faham lama yang menetapkan KMG sebagai kiblat pembelajaran .maka dalam pembaharuan pendidikan kini ,KBS adalah hal yang paling utama dan menjadi penjuru dari seluruh perancangan pengajaran maupun prose's dan perolehan hasilnya.

Hal ini menggambarkan bahwa interaksi guru sebagai pendidik dengan siswa sebagai

peserta didik merupakan inti prose's dalam terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain

perlu adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran pun menuntut

direncanakan secara sistematis masing-masing komponen agar terjadi suatu proses

pembelajaran yang optimal,efektif, dan efisien bagi terwujudnya tujuan yang hendak

dicapai.hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan syaiful sagala (2007: 64) bahwa:

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu prose's yang sistematis melalui tahap rancangan pelaksanaan,dan evaluasi dalam konteks KBM.

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan terlebih dahulu dipersiapkan suatu bentuk perencanaan pengajaran .persiapan

pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari prose's pembelajaran sekolah

Dalam suatu pelaksanaan pembelajaran peran guru sebagai motivator sangat besar dalam

menentukan dan menerapkan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalam

efektif dan optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan sehingga siswa dapat termotivasi

untuk berperan aktif dalam pembelajaran yang dilakukan .guru tidak hanya dituntut untuk

menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran tetapi juga harus memahami serta

menguasai metode mengajar yang digunakan agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan

lancar.berkaitan dengan peran guru ini Azis Wahab (2007:36) mengemukakan bahwa :

Seorang guru mempunyai metode dan seorang guru yang baik akan memahami dengan baik metode yang digunakannya sebab sudah sering didengar bahwa tidak ada satu metode pun yang baik untuk semua mata pelajaran .

Page 28: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan Djahiri (1985:28),bahwa:

Guru harus memiliki strategi yang menerapkan sejumlah metode atau cara atau pola dalam mencapai /melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik.

Dari kedua pendapat para pakar diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa guru harus

memiliki strategi yang menerapkan sejumlah metode dan sebagai guru yang baik ,guru

tersebut harus memahami dengan baik metode yang akan digunakannya karena tidak ada satu

metode pun yang baik untuk semua materi pelajaran

Penggunaan Metode inquiry dalam pembelajaran PKn pada materi partisipasi dalam

pembelaan Negara diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa .karena dengan

mengguanakan metode ini, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan

peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban

pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku,

melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan

pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

Seperti halnya pada materi partisipasi dalam pembelaan Negara dengan mengguanakan

metode inquiry, siswa dituntut untuk mengetahui permasalahan atau isu kewarganegaraan

yang menyangkut usaha pembelaan negara .kemudian siswa merumuskan hipotesis dan

mengumpulkan data-data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan pada akhirnya

membuat kesimpulan .pada fase akhir dengan bantuan guru ,siswa menerapkan kesimpulan.

Dengan langkah langkah yang digunakan dalam metode inquiry diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa .karena pembelajaran terpusat pada siswa sehingga siswa

secara tidak langsung meningkatkan motivasinya dalam bentuk semangat kreativitasnya

ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang nyata

Pada akhirnya setelah siswa menyimak realita yang terjadi terhadap negaranya melalui

metode inquiry siswa dengan sendirinya akan merasa termotivasi untuk membela Negara ,dan

Page 29: BAB II LANDASAN TEORITIS A.Tinjauan tentang Pembelajaran ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044800_chapture2.pdf · belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah,

tentunya sebagai pelajar wujud bela Negara itu dapat terwujud melalui motivasi berprestasi

belajar yang tinggi sehingga dapat terwujud sumber daya manusia yang unggul yang mampu

dengan tangguh membela negaranya .