bab ii landasan teori ii.1 pengertian laporan keuanganthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00059 ak...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Warren (2005:24) mendefinisikan bahwa:
“Laporan Keuangan adalah Laporan Akuntansi yang menghasilkan informasi tentang keadaan suatu perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.
Menurut G. Sogiyarso dan F. Winarmi (2006:8), mendefinisikan, “Laporan
keuangan merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang
menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun buku
yang bersangkutan”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan
merupakan suatu alat yang menghasilkan informasi perusahaan seperti kegiatan
operasional, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan yang dilakukan perusahaan serta
memberikan gambaran kepada investor, kreditur dan para pemangku kepentingan
lainnya tentang kondisi keuangan perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan.
II.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Hanafi dan Halim (2005:30), tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur dan pemakai
lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang), untuk pembuatan
keputusan investasi, kredit dan investasi semacam lainnya.
8
b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk
memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian (yang berarti resiko)
penerimaan kas yang berkaitan.
c. Memberikan informasi untuk membantu pihak eksternal untuk memperkirakan
jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih perusahaan.
d. Memberi informasi sumber daya ekonomi perusahaan dan klaim-klaim atas
sumber daya tersebut.
e. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode tertentu
untuk membantu pihak eksternal menentukan harapannya (expectation)
mengenai prestasi perusahaan pada masa-masa mendatang.
f. Memberi informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana perusahaan
menerima kas dan mengeluarkan kas, mengenai pinjaman dan pelunasan
pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk dividen yang dibayarkan,
dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan.
Berdasarkan tujuan di atas dapat simpulkan bahwa Laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi kuantitatif yang disusun dan disajikan setahun sekali untuk
memenuhi kebutuhan para pemakai dalam melakukan keputusan investasi, pemberian
kredit, kesehatan pemasok, pelanggan, dan sebagainya serta menilai kinerja perusahaan
dari satu periode ke periode yang lain. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan arus
kas yang dapat disajikan dalam berbagai cara.
9
II.3 Komponen Laporan Keuangan
Salah satu media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan keuangan
perusahaan adalah laporan keuangan. Sebelum menganalisis dan menafsirkan suatu
laporan keuangan, seseorang harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang
bentuk – bentuk maupun prinsip – prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah –
masalah yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan tersebut.
II.3.1 Neraca
Menurut Darsono dan Ashari (2005:18) mendefinisikan neraca adalah laporan
tentang kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam
neraca. Jadi, kondisi yang dijelaskan dalam neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu.
Neraca dikelompokkan sesuai urutan yang paling lancar. Pengertian paling
lancar disini adalah kemampuan aktiva tersebut untuk dikonversi menjadi uang kas.
Dengan aturan demikian, maka penggolongan aktiva dalam neraca adalah :
1. Aktiva lancar.
Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan berdasarkan urutan yang paling
lancar. Aktiva lancar disini adalah aktiva yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan
uang / kas. Pengelompokkan yang umum adalah kas, piutang dagang, persediaan,
investasi. Kas adalah aktiva yang paling likuid sehingga ditempatkan pada bagian paling
atas.
2. Aktiva tetap.
Aktiva tetap ada investasi pada tanah, bangunan, kendaraan dan peralatan yang
lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva tetap disusun berdasarkan urutan yang
paling tidak likuid (lancar). Jadi pada aktiva tetap, urutan yang paling atas adalah tanah,
kemudian bangunan, mesin-mesin, peralatan, dan kendaraan.
10
3. Aktiva lain-lain.
Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan.
Isi dari pos aktiva lain-lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak bisa
dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.
Kewajiban adalah hak dari pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan
perusahaan, sedangkan ekuitas adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan. Pos-pos
dalam sisi ini dikelompokkan sesuai dengan besar kecilnya hak tersebut akan
dibayarkan. Semakin besar hak atas perusahaan dibayar, semakin atas urutannya dalam
neraca. Pembagian dari sisi kewajiban dan ekuitas dalam neraca adalah:
1. Kewajiban jangka pendek.
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban kepada pihak kreditor dalam jangka
waktu 1 tahun kedepan. Komponen kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang
dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank yang jatuh tempo dalam 1 tahun, dan
hutang lain-lain.
2. Kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka
waktu lebih dari 1 periode akuntansi atau 1 tahun. Komponen kewajiban jangka panjang
ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel, dan hutang surat-surat berharga
lain.
3. Ekuitas.
Ekuitas adalah hak pemilik atas perusahaan. Hak pemilik akan dibayarkan hanya
melalui dividen kas atau dividen likuidasi akhir. Komponen ekuitas pemilik ini meliputi
modal saham baik biasa maupun preferen, cadangan, laba ditahan, dan laba tahun
berjalan.
11
II.3.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Darsono dan Ashari (2005:20) mendefinisikan “laporan laba rugi (atau untuk
lembaga non profit disebut laporan sisa hasil usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang
berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan
atau tahunan”.
Beberapa komponen laporan laba rugi adalah :
a. Pendapatan/penjualan (dari usaha utama) ;
Pendapatan atau penjualan adalah hasil penjualan produk atau jasa utama yang
dihasilkan perusahaan kepada pelanggan.
b. Harga pokok penjualan ;
Harga pokok penjualan merupakan biaya produksi sesungguhnya dari produk
atau jasa yang dijual pada periode tersebut.
c. Biaya pemasaran ;
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk dan
jasa yang dihasilkan pada periode tersebut. Misalnya biaya iklan, biaya gaji
salesman, dan biaya promosi.
d. Biaya administrasi dan umum ;
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
administrasi dan umum perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi, biaya
penyusutan, biaya perlengkapan kantor dan biaya telepon.
e. Pendapatan luar usaha (non operasional) ;
Pendapatan luar usaha atau non operasional adalah pendapatan yang diperoleh
bukan dari bisnis utama perusahaan, misalnya keuntungan penjualan aktiva tetap,
bunga bank bagi perusahaan non bank dan lain-lain.
12
f. Biaya luar usaha (non operasional) ;
Biaya luar usaha adalah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang bukan dari
bisinis utama. Contoh biaya ini adalah biaya bunga bank dan biaya sumbangan.
II.3.3 Laporan arus kas
Hanafi dan Halim (2005:20), menyatakan “Laporan arus kas menyajikan
informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode tertentu, hasil dari tiga
kegiatan pokok perusahaan yaitu: operasi, investasi dan pendanaan”.
Kieso, Weygant dan Warfield yang diterjemahkan oleh Emil, Salim (2007:212),
“Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai
penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode”.
Berdasarkan definisi diatas dapat artikan bahwa laporan arus kas diperlukan
perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Penerimaan dan pembayaran kas ini bisa disebabkan oleh aktivitas operasi yakni segala
aktivitas normal yang berkaitan dengan kegiatan penjualan. Aktivitas investasi yakni
yang berkaitan dengan kegiatan investasi baik pada aktiva tetap maupun pada alat
investasi yang lain. Aktivitas pendanaan yakni berkaitan dengan perolehan dan
penggunaan dalam dana perusahaan.
II.3.4 Laporan perubahan ekuitas (Statement of change of equity)
Darsono dan Ashari (2005:24) menyatakan bahwa “Laporan perubahan ekuitas
menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan
saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Istilah ditahan sering
berkonotasi negatif, dalam hal ini artinya masih belum dibagi”.
13
II.3.5 Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut Kamus Standar Akuntansi (2010:641) “Menyatakan bahwa suatu
informasi atau catatan yang menyertai suatu laporan keuangan. Informasi atau catatan
ini untuk memberikan interpretasi lengkap dari laporan keuangan yang disajikan”.
II.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antar pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui
perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari
beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu.
Menurut Munawir (2004:36), “ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap
penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal”. Ada dua
metode analisis yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis Horizontal
Analisis horizontal adalah analisis dengan membandingkan laporan keuangan
untuk beberapa periode, sehingga diketahui perkembangannya.
2. Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah laporan keuangan yang dianalisa hanya satu periode
saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang
lainnya. Analisis vertikal disebut juga analisis statis karena kesimpulan yang
diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
14
II.5 Analisis Rasio
1. Pengertian Analisis Rasio
Menurut Sofyan (2010:297), “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan relevan dan signifikan.”
Dari definisi diatas bisa disimpulkan dengan melihat gabungan dari berbagai angka
dalam laporan keuangan dan melakukan analisis, baik manajemen dalam perusahaan,
para kreditor serta investor dapat menilai kondisi keuangan perusahaan tersebut.
2. Jenis – jenis rasio keuangan
Mengacu pada Darsono dan Ashari (2005:51), jenis-jenis analisis rasio keuangan
yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Komponen masing-masing jenis rasio adalah :
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio leverage yaitu
menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Rasio Aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset dengan melihat
tingkat aktivitas aset.
15
II.5.1 Rasio Likuiditas
a. Rasio lancar (Current Ratio)
Yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenihi kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini sangat
penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan
bangkrut.
Aktiva lancar
Rasio lancar : ------------------
Kewajiban lancar
b. Rasio Cepat (Quick test ratio)
Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas
perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur
persediaan dan pembayaran dimuka serta aktiva yang kurang lancar dari
perhitungan rasio.
Kas + investasi jk pendek + piutang
Rasio cepat : -------------------------------------------------------------
Kewajiban lancar
II.5.2 Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio ini menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam
mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi
pembayaran bunga pada kreditor.
16
Total kewajiban
DAR : ----------------------------
Total aktiva
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menunjukkan presentasi penyediaan dana oleh pemengang saham
terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
Total Kewajiban
DER : ----------------------------
Total Ekuitas
c. Time Interest Earned (TIE)
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya
bunga untuk periode sekarang.
EBIT
TIE = -----------------------------------
Bunga
II.5.3 Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin (GPM)
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap
barang yang dijual.
(Penjualan bersih – HPP)
GPM = -----------------------------------
Penjualan bersih
17
b. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan
pada setiap penjualan yang dilakukan.
Laba bersih
NPM = -----------------------------------
Penjualan bersih
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.
Laba bersih
ROA = -----------------------------------
Total aktiva
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini akan
semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada
pemegang saham.
Laba bersih
ROE = -----------------------------------
Rata-rata Ekuitas
e. Earning Per Share (EPS)
Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian untuk setiap satu lembar
saham.
18
Laba bersih
EPS = -----------------------------------
Jumlah saham yang beredar
II.5.4 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas terdiri dari :
a. Receivable Turnover (RTO)
Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan
perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki.
Penjualan bersih
RTO = -----------------------------------
Rata-rata piutang dagang
b. Average Collection Period (ACP)
Dengan melihat rasio ini kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari
piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih.
365
ACP = ---------------------------------
Receivable turnover
c. Inventory Turnover (ITO)
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola
persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi
penjualan.
19
Harga pokok penjualan
ITO = -----------------------------------
Rata-rata persediaan barang
d. Total Asset Turnover (TATO)
Dengan melihat rasio ini, kita dapat mengetahui efektivitas penggunaan aktiva
dalam menghasilkan penjualan.
Penjualan bersih
TATO = -----------------------------------
Rata-rata total aktiva
II.6 Analisis Arus Kas
Laporan arus kas pada dasarnya melengkapi neraca dan laporan laba rugi. Laporan
arus kas cukup dominan dalam memprediksi kebangkrutan dan financial distress. Hal ini
bisa dilihat saat suatu perusahaan mulai kesulitan membayar hutang, maka laporan arus
kas merupakan instrumen yang tepat untuk mengukurnya.
Mengacu pada pendapat Stice, Stice, Skousen, (2010) terdapat penggolongan dalam
penerimaan kas dan pengeluaran kas di setiap kategori sebagai berikut:
1. Aktivitas operasi
Penerimaan kas dapat berasal dari penjualan barang atau jasa, penjualan efek
yang diperdagangkan, pendapatan bunga, pendapatan dividen. Sedangkan,
pengeluaran kas disebabkan oleh pembelian persediaan, gaji dan upah, pajak,
beban bunga, beban lainnya, pembelian efek. Pos yang terkait ialah laporan laba
rugi, aktiva operasi lancar, kewajiban operasi lancar.
20
2. Aktivitas investasi
Penerimaan kas dapat berasal dari penjualan aktiva tetap, penjualan segmen
bisnis, penjualan efek yang tidak untuk diperdagangkan, penagihan pokok
pinjaman. Sedangkan, pengeluaran kas disebabkan oleh pembelian aktiva tetap,
pembelian efek yang tidak untuk diperdagangkan, memberi pinjaman pihak lain.
Pos yang terkait ialah aktiva tetap, investasi jangka panjang, aktiva jangka
panjang lainnnya.
3. Aktivitas pendanaan
Penerimaan kas dapat berasal dari penerbitan saham, pinjaman (obligasi, wesel
bayar, hipotek). Sedangkan, pengeluaran kas disebabkan oleh pembayaran
dividen tunai, pembayaran pinjaman, pembelian kembali saham. Pos yang terkait
ialah kewajiban jangka panjang, saham biasa, saham treasuri, deviden.
21
Menurut Stice, Stice, Skousen, yang diterjemahkan oleh Parulian S.R. (2004:359)
terdapat pola arus kas sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pola Arus Kas
No Arus Kas dari
Operasi
Arus Kas dari
Investasi
Arus kas dari
Pendanaan Penjelasan Umum
1 + + +
Perusahaan menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi dan dari penjualan aset untuk membangun perusahaan yang sangat likuid dengan kas mungkin akan melakukan akusisi
2 + - - Perusahaan menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi untuk membeli aktiva tetap dan membayar utang atau membayar dividen
3 + + - penggunaan kas dari operasi dan dari penjualan aktiva tetap untuk membayar utang atau dividen
4 + - + Perusahaan menggunakan kas dari operasi dan dari pinjaman atau dari investasi untuk ekspansi
5 - + +
Masalah dalam arus kas operasi perusahaan diatasi dengan penjualan aktiva tetap dan dengan meminjam atau dari setoran pemegang saham
6 - - +
Perusahaan sedang tumbuh dengan cepat tetapi kekurangan kas dari operasi dan dari pembelian aktiva tetap yang dibiayai dengan utang jangka panjang atau investasi baru
7 - + -
Perusahaan mendanai kekurangan dalam arus kas operasinya dan pembayaran kepada kreditornya dan atau pemegang sahamnya melalui penjualan aktiva tetap
8 - - - Perusahaan menggunakan cadangan kas untuk mendanai kekurangan operasi dan membayar kreditor dan/atau investor jangka panjang
Menurut Toto Prihadi (2010:54) menyatakan bahwa arus kas mempunyai pola
yang relatif berulang. Pola ini terutama muncul pada:
1. Pola arus kas operasi dapat diidentifikasikan antara lain:
22
Dalam kondisi normal seharusnya positif, artinya lebih banyak kas masuk
dibandingkan dengan kas keluar.
Apabila arus kas operasi negatif, maka hal itu merupakan tanda bahwa
perusahaan sedang bermasalah.
2. Pola arus kas investasi mempunyai pola berbalik dengan arus kas operasi,
yaitu:
Dalam kondisi normal, seharunya negatif. Karena perusahaan lebih banyak
membeli peralatan, gedung, dan aktiva tetap lainnya dibanding dengan
menjualnya.
Arus kas positif secara terus menerus menunjukkan perusahaan sedang
bermasalah.
3. Arus kas pendanaan tidak mempunyai pola tertentu karena sulit untuk
dipastikan apakah arus kasnya akan positif atau negatif.
II.7 Analisis Diskriminan
Analisis Diskriminan dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan yang nantinya dapat menyebabkan kebangkrutan.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:101-104) Secara garis besar ada beberapa faktor
yang menyebabkan kebangkrutan suatu perusahaan yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen
perusahaan. Meliputi :
a. Manajemen yang tidak efisien
b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-
hutang yang dimiliki
23
2. Faktor eksternal adalah bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan
langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Meliputi :
a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan
dalam pendapatan
b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi
c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak
melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal
terhadap kelangsungan hidup perusahaan
e. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut agar perusahaan selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan
f. Kondisi perekomonian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh
perusahaan”.
Menurut Almilia dan Kristijadi (2003:6), “Prediksi kesulitan keuangan
perusahaan menjadi perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model
tersebut ialah pemberi pinjaman, investor, pembuat peraturan, pemerintah, auditor, dan
manajemen”.
Menurut Foster yang dikutip oleh Almilia dan Kristijadi (2003:6), “terdapat
beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan
keuangan:
24
1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang.
2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial,
struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan
perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain
sebagainya.
3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan
perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan
tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan.
4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.
Mengacu pada White, Sondhi dan Fried (2003:653) analisis Z”-Score
merupakan model modifikasi yang dilakukan oleh Edward Altman untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan agar dapat diaplikasikan pada semua perusahaan, seperti
perusahaan manufaktur, perusahaan non manufaktur baik yang publik maupun yang non
publik. Rumus Z Score yang telah dikembangkan oleh Altman adalah:
Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3+ 1,05 X4
Dengan keterangan sebagai berikut:
Z : Overall Indeks (Indeks keseluruhan)
X1 : Working Capital / Total Asset
X2 : Retained Earning / Total Assets
X3 : Earning Before Interest and Taxes / Total Assets
X4 : Book Value of Equity / Book Value of Total Liabilities
25
Kriteria penilaian hasil perhitungan Z-score dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Z > 2,60 Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan (non-
bankrupt company).
b. 1,10 < Z < 2,60 Perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan jika tidak
melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur
keuangan (gray area).
c. Z < 1,10 Perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius sehingga dapat
berpotensi untuk bangkrut (bankrupt company). Hal ini perlu ditindaklanjuti oleh
manajemen perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan.
II.8 Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Menurut Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung, Julianto (2003:193),
analisis SWOT adalah sebagai berikut:
“Analisis SWOT adalah analisis sistematis untuk mengidentifikasikan faktor-faktor
kekuatan (strength), kelemahan (weakness) intern perusahaan serta peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT ialah Strenghts yakni kekuatan
apa saja yang dimiliki oleh perusahaan dalam bersaing, Weaknesses yakni kelemahan
perusahaan yang dapat merugikan perusahaan, Opportunities yakni kesempatan yang
dimiliki perusahaan jika diambil dapat memperoleh keuntungan, dan Threats yakni
ancaman yang dapat menghambat keberlangsungan usaha perusahaan.
26
Tabel 2.2 Matrik SWOT
Keterangan Gambar :
Strategi SO : yaitu strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
Strategi ST : yaitu strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi atau
menghadapi ancaman yang dihadapi perusahaan.
Strategi WO : yaitu strategi-strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi
kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Strategi WT : yaitu strategi-strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman dari luar perusahaan.
Faktor Internal
Faktor
Eksternal
Kekuatan
(S)
Kelemahan
(W)
Peluang (O)
Strategi SO
Strategi WO
Ancaman (T)
Strategi ST
Strategi WT
27
II.9 Analisis Porter Five Force
Menurut M.E Porter yang dikutip oleh Palepu, Healy, dan Bernard (2004) dalam
industri terdapat lima kekuatan yang memacu terjadinya persaingan industri. Lima
kekuatan yang dimaksud adalah persaingan diantara perusahaan yang telah ada,
ancaman produk pengganti, kekuatan penawaran pemasok, dan kekuatan penawaran
pembeli.
Menurut Michael E. Porter yang dikutip oleh Hunger & Wheelen diterjemahkan
oleh Agung, Julianto (2003:123) “Model kekuatan persaingan ditunjukkan pada gambar
2.1”.
Gambar 2.1 Porter Five Forces Model
Threat of New
Entrants
Potential New Entrants
Industry Competitors
Rivalry Among Existing Firms
Subtitutes
Suppliers
Buyers
Threat of Subtitute Products
or Services
Bargaining Power of Buyers
Bargaining Power of Suppliers
28
a. Persaingan Antar Perusahaan yang Ada
Menurut Porter, intensitas persaingan berhubungan dengan beberapa faktor yakni :
- Jumlah pesaing : Pesaing sangat beraneka ragam atau tidak sama dalam ukuran
dan kekuatan. Jika para pesaing sama dalam hal ukuran, maka mereka akan saling
mengamati secara hati-hati untuk memastikan bahwa mereka dapat menghadapi
semua gerakan perusahaan pesaing.
- Tingkat pertumbuhan industri : Pertumbuhan industri yang cepat biasanya
memberikan sejumlah kesempatan bagi banyak perusahaan untuk tumbuh di
dalamnya. Walaupun demikian, ketika industri tumbuh secara perlahan, ada
perusahaan yang tidak dapat melanjutkan pertumbuhan penjualannya kecuali ia
mengambil alih penjualan pesaing.
- Karakteristik produk atau jasa : jika produk atau jasa secara mendasar sama tanpa
menghiraukan apa yang ditawarkan oleh perusahaan, maka produk atau jasa
tersebut sama dengan komoditasnya.
- Jumlah biaya tetap : jika biaya tetap perusahaan tinggi, perusahaan sebaiknya
memotong harga dibawah biaya total paling tidak untuk menutup biaya tetapnya.
- Kapasitas : jika satu-satunya cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan volume adalah dengan meningkatkan kapasitas dengan membangun
pabrik baru, maka hal itu dapat terpenuhi jika kapasitas penuh pabrik baru mampu
menjaga agar harga unit tetap serendah mungkin.
29
- Tingginya penghalang untuk keluar : penghalang tersebut dapat berupa aset
khusus atau loyalitas manajemen pada bisnis yang ada. Jika pada tingkat tertentu
perusahaan sulit keluar dari industri yang ada, maka perusahaan akan meneruskan
persaingan sepanjang ia tidak mengalami kerugian, sementara manajemen
mengharapkan waktu yang lebih baik.
- Diversitas pesaing : pesaing memiliki banyak wilayah, strategi, dan budaya
perusahaan. Mereka juga memiliki ide-ide yang sangat berbeda tentang bagaimana
bersaing, dan karena itu mereka sering melakukan jalan pintas dan tidak mengetahui
tantangan yang ada disetiap posisi yang berlainan.
b. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam industri biasanya membawa kapasitas baru. Mereka akan
menjadi ancaman untuk membangun perusahaan. Ancaman pendatang ini
tergantung adanya penghalang masuk dan reaksi-reaksi yang dapat diharapkan dari
pesaing-pesaing yang sudah ada. Beberapa penghalang masuk ialah :
- Skala ekonomi : skala ekonomi adalah keunggulan biaya yang berhubungan
dengan ukuran yang besar. Mereka menghalangi pendatang baru dengan memaksa
mereka untuk memasuki industri pada skala besar (biasanya dengan biaya tinggi)
dan risiko balas dendam dari perusahaan-perusahaan yang sudah ada, atau masuk
dalam industri dengan skala kecil dan menerima kerugian biaya.
- Diferensiasi produk : identifikasi merek menciptakan penghalang masuk dengan
memaksa pendatang untuk memberikan pengeluaran yang cukup besar untuk
mengatasi loyalitas pelanggan yang sudah ada. Periklanan, layanan pelanggan,
30
menjadi yang pertama dengan produk baru, akan membantu perkembangan
identifikasi merek.
- Kebutuhan modal : kebutuhan untuk menginvestasikan sumber daya keuangan
dalam jumlah yang sangat besar akan menciptakan penghalang masuk yang
signifikan, terutama jika digunakan untuk menutup biaya-biaya seperti R&D.
- Biaya untuk berpindah (switching cost) : adalah biaya yang dikeluarkan satu kali
oleh pembeli ketika ia berpindah dari satu pemasok ke pemasok lain. Jika switching
cost tinggi, pendatang baru harus menawarkan perbaikan-perbaikan yang utama
dalam biaya atau kinerja, untuk memikat pelanggan potensial untuk beralih dari
pemasok sebelumnya.
- Akses ke saluran distribusi : pendatang baru mungkin membutuhkan penghalang
masuk untuk mengamankan distribusi produknya. Jika saluran distribusi yang tepat
sudah diisi oleh perusahaan lain, pendatang baru harus membujuk saluran tersebut
untuk menerima produk-produknya melalui biaya promosi.
- Independensi ukuran kerugian biaya : perusahaan yang sudah mapan mungkin
memiliki keunggulan biaya dan tidak mudah ditiru oleh orang pendatang baru.
Keunggulan itu mungkin berupa kekayaan pengetahuan produk yang dilindungi
dengan hak paten, akses untuk bahan mentah yang lebih baik, lokasi yang lebih
baik, atau subsidi pemerintah.
- Kebijakan pemerintah : pemerntah dapat memberikan penghalang masuk ke suatu
industri dengan menerapkan persyaratan lisensi dan membatasi akses kepada bahan
baku.
31
c. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti
Produk pengganti adalah produk lain diluar produk sejenis yang mempunyai fungsi
yang hampir sama sehingga dapat menggantikan produk/jasa yang ditawarkan
perusahaan.
d. Kekuatan Penawaran Pembeli
Kekuatan pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk
menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik,
dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan yang lainnya. Pembeli
atau kelompok pembeli kuat jika beberapa kondisi berikut ini terpenuhi.
- Pembeli membeli sebagian besar dari produk atau jasa penjual.
- Pembeli memiliki kemampuan potensial untuk mengintegrasi ke belakang
dengan memproduksi produknya sendiri.
- Pemasok alternatif sangat dimungkinkan karena produknya standar atau tidak
berbeda.
- Biaya mengganti pemasok sangat rendah.
- Produk yang dibeli mewakili persentase tinggi dari harga pokok pembeli, karena
itu menyediakan insentif bagi toko-toko sekitar untuk harga yang lebih rendah.
- Pembeli mendapatkan keuntungan yang rendah dan karena itu sangat sensitif
untuk harga pokok dan jasa yang berbeda.
- Produk yang dibeli tidak penting untuk kualitas akhir atau harga dari produk atau
jasa pembeli, dan dengan mudah diganti tanpa mempengaruhi kerugian pada
produk akhir.
32
e. Kekuatan Penawaran Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka untuk
menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dibeli. Pemasok
menjadi kuat jika terdapat beberapa kondisi berikut :
- Industri pemasok didominasi oleh sedikit perusahaan, tetapi menjual ke banyak
perusahaan.
- Produk atau jasanya unik dan atau produk itu mempunyai biaya pengganti yang
menambah kekuatan.
- Produk pengganti tidak tersedia.
- Pemasok dapat mengintegrasi kedepan dan bersaing secara langsung dengan
pelanggan.
- Industri pembeli membeli hanya sebagian kecil barang atau jasa dari kelompok
pemasok dan itu kurang penting bagi pemasok.