bab ii landasan teori ii.1 pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00037-ak bab 2.pdf9...

35
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan Jenis Pajak Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan, diantaranya : Menurut Mardiasmo (2006) mendefinisikan, “pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (h.1). Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani dalam waluyo (2006) mendefinisikan: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (h.2). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah : 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Upload: phamthuan

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pengertian dan Jenis Pajak

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli perpajakan,

diantaranya :

Menurut Mardiasmo (2006) mendefinisikan, “pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa imbalan (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum” (h.1).

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani dalam waluyo (2006) mendefinisikan:

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (h.2).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak, adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang

sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

 

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari

berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu Fungsi penerimaan (budgeter)

dan Fungsi mengatur (regulerend).

Jenis-jenis pajak dapat dikelompokan menurut :

1. Menurut Golongan : Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung

2. Menurut Sifat : Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan

pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip : Pajak Subjektif dan Pajak Objektif

3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya : Pajak Pusat dan Pajak Daerah

II.2. Pajak Penghasilan

Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000 Pasal (1) memberikan

definisi “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak”.

II.2.1. Subjek dan Objek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah :

1. a. Orang pribadi

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

 

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

2. Badan

3. Bentuk Usaha Tetap

Berdasarkan lokasi geografis, Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri

Yang menjadi objek penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 adalah :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali

ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

10 

 

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi.

8. Royalti.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi.

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri

dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

11 

 

Sedangkan yang dikecualikan dari objek pajak adalah :

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak,

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk

yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti

penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak,

Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

12 

 

menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau

badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun

pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

13 

 

firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi

kolektif;

j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan

usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha

tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

l. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang

ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

m. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

14 

 

II.2.2. Biaya Fiskal dan Non Fiskal

Menurut UU Pajak Penghasilan, biaya-biaya dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (biaya fiskal/deductable

expense) dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (biaya non-

fiskal/non-deductable expense).

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebagai

berikut :

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk

biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa (upah,

gaji, honorarium, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang), bunga,

sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi,

biaya administrasi, pajak (kecuali pajak penghasilan), dan piutang yang

nyata-nyata tidak dapat ditagih.

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud, dan

amortisasi atas pengeluaran untuk hak dan atas biaya lain yang mempunyai

masa manfaat lebih dari satu tahun.

3. Iuran kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan.

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki atau

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan.

5. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

15 

 

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

8. Kompensasi kerugian tahun-tahun sebelumnya dalam 5 tahun.

9. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan piutang tak tertagih (hanya

untuk usaha bank, leasing, atau pertambangan) yang ketentuan dan syarat-

syaratnya akan ditentukan oleh Menteri Keuangan.

10. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, yang syarat-syaratnya

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Sedangkan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:

1. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apapun, termasuk dividen.

2. Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,

atau anggota.

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan piutang tak tertagih.

Kententuan dan syarat-syaratnya akan ditentukan oleh Menteri Keuangan.

4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham

atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan.

5. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan.

6. Pajak Penghasilan.

7. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

16 

 

8. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

Menurut UU PPh No 17 tahun 2000 pasal (6) besarnya Penghasilan Kena Pajak

bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan

penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan.

II.2.3. Tarif Pajak Penghasilan

Menurut Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 pasal 7 ayat (1) Penghasilan

Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar :

1. Rp 13.200.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadi.

2. Rp 1.200.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

3. Rp 13.200.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami.

4. Rp1.200.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU Nomor 17 Tahun 2000, besarnya tarif Pajak

Penghasilan adalah :

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

17 

 

a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.25.000.000,- 5%

Diatas Rp.25.000.000,- s/d Rp.50.000.000,- 10%

Diatas Rp.50.000.000,- s/d Rp.100.000.000,- 15%

Diatas Rp.100.000.000,- s/d Rp.200.000.000,- 25%

Diatas Rp.200.000.000,- 35%

b. Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap :

Tabel 2.2

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 10%

Diatas Rp.50.000.000,- s/d Rp.100.000.000,- 15%

Diatas Rp.100.000.000,- 30%

Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2008 pasal 7 ayat (1) ( UU PPh terbaru,

berlaku sejak tahun 2009 ) Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling

sedikit sebesar :

1. Rp 15.840.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadi.

2. Rp 1.320.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

3. Rp 1.320.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

18 

 

4. Rp1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh terbaru,

berlaku sejak 2009), besarnya tarif Pajak Penghasilan adalah

Tabel 2.3

a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5%

Diatas Rp.50.000.000,- s/d Rp.250.000.000,- 15%

Diatas Rp.250.000.000,- s/d Rp.500.000.000,- 25%

Diatas Rp.500.000.000,- 30%

b. Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28%.

II.3. Pajak Penghasilan Final

Pengenaan PPh Final mengandung pengertian bahwa atas penghasilan tersebut

akan dikenakan PPh dengan tarif tersendiri dan dengan dasar pengenaan tersendiri yang

biasanya dikenakan pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh. Penghasilan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

19 

 

ini tidak lagi digabungkan dengan penghasilan lainnya di SPT Tahunan dan PPh yan

sudah dibayar/dipotong pada saat diterima atau diperolehnya tidak bisa dikreditkan.

II.4. Kredit Pajak

Kredit pajak adalah pajak yang telah dilunasi setiap bulan atau masa lain yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam tahun berjalan, baik yang dibayar sendiri oleh

Wajib Pajak maupun yang dipotong serta dipungut oleh pihak lain, yang merupakan

angsuran pajak yang boleh dikurangkan dari pajak yang terutang pada akhir tahun pajak

yang bersangkutan, kecuali yang bersifat pembayaran PPh yang bersifat final.

Kredit pajak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri dari pekerjaan atau

kegiatan diatur dalam PPh Pasal 21 . (Pengertian kegiatan adalah ikut serta dalam

suatu rangkaian tindakan termasuk rapat, sidang, seminar, workshop, pendidikan,

pertunjukan, olahraga).

b. Pemungutan pajak oleh pihak lain atas penghasilan dari usaha diatur dalam pasal

22.

c. Diperoleh penghasilan dari modal, jasa dan kegiatan tertentu diatur dalam PPh

Pasal 23.

d. Diperoleh penghasilan oleh Wajib Pajak Luar Negeri dari pekerjaan, jasa,

kegiatan dan modal diatur dalam pasal 26.

e. Pajak yang dipotong atau dipungut, dibayar terutang di luar negeri.

f. Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri diatur dalam Pasal 25.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

20 

 

II.5. Fiskal Luar Negeri

Fiskal Luar Negeri adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang wajib dibayar oleh

setiap Orang Pribadi yang akan bertolak ke luar negeri.

Undang-undang Pajak Penghasilan yang baru membebaskan fiskal bagi pemilik NPWP.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Dirjen Pajak Nomor 53/PJ/2008, besarnya fiskal

luar negeri ini adalah Rp2.500.000,- jika menggunakan pesawat dan Rp1.000.000,- jika

menggunakan angkutan laut.

II.6. Manajemen Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak yang sesuai dengan peraturan dapat

dilakukan melalui manajemen pajak. Lumbantoruan seperti dikutip oleh Suandy (2003)

Mendfinisikan. “manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk

memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan”(h 6).

Tujuan manajemen pajak yaitu menerapkan peraturan perpajakan dengan benar

sebagai usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang diharapkan. Tujuan

manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsinya yaitu perencanaan pajak (tax

planning), pelaksanaan kewajiban pajak (tax implementation), dan pengendalian pajak

(tax control).

II.6.1. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap

ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Dengan

maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

21 

 

Tujuan dari perencanaan pajak pada dasarnya adalah untuk meminimalkan beban

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak tanpa melanggar ketentuan dan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Suatu perencanaan pajak yang tepat akan

menghasilkan beban pajak yang minimal melalui penghematan pajak (tax saving) dan

atau penghindaran pajak (tax avoidance).

Mengacu pada Suandy (2003), terdapat tiga hal yang harus dipehatikan dalam

melakukan perencanaan pajak, yaitu :

1. Perencanaan pajak yang dilakukan untuk menghemat pajak tidak melanggar

peraturan perundang-undangan perpajakan agar tidak mengancam

keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

2. Perencanaan pajak yang dilakukan secara bisnis harus masuk akal agar tidak

memperlemah perencanaan pajak tersebut.

3. Perencanaan pajak yang dilakukan harus mempunyai bukti-bukti pendukung

yang memadai, seperti dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice),

dan perlakuan akuntansinya (accounting treatment) (h.10).

II.6.2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan

Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan

dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah

melaksanakan hasil perencanaan pajak sebaik mungkin dan harus dipastikan bahwa

pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi ketentuan peraturan perpajakan yang

berlaku sejalan dengan tujuan manajemen pajak. Mengacu pada Suandy (2003), untuk

dapat mencapai tujuan manajemen pajak, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

22 

 

1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan seperti undang-undang pajak,

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan dan peraturan-peraturan

pendukung lainnya, Wajib Pajak dapat mengetahui peluang-peluang dan celah-

celah yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Pembukuan merupakan sarana yang penting dalam penyajian informasi

keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan

menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang (h.10).

II.6.3. Pengendalian Pajak

Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah

dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan

secara formal dan material. Dalam pengendalian pajak yang penting adalah pengecekan

pembayaran pajak.

Akhir dari prosedur perpajakan adalah pemeriksaan pembayaran dan pelaporan

pajak. Oleh karena itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam

strategi penghematan pajak, misalnya dalam melakukan pembayaran pajak pada saat-

saat terakhir tentu akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar lebih

awal. Dalam hal pemeriksaan pajak jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar

dari jumlah pajak terutang, maka perusahaan dapat segera mengajukan permohonan

restitusi sebagai pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

23 

 

II.7. Motivasi Pelaksanaan Perencanaan Pajak

Mengacu pada Suandy (2003), banyak motivasi yang mendasari dilakukannya

suatu perencanaan pajak, namun semua itu bersumber dari adanya tiga unsur perpajakan,

yaitu :

1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)

Faktor-faktor yang mendorong dilakukannya perencanaan pajak antara lain :

a. Pajak yang akan dipungut

Agar tidak menggangu arus kas, perencanaan pajak yang baik harus dapat

menganalisis suatu transaksi akan terkena pajak apa dan berapa dana yang

diperlukan, sehingga dapat diketahui penghasilan bersihnya.

b. Subjek pajak

Indonesia menganut prinsip kesatuan usaha yaitu pemisahan antara badan

usaha dengan pribadi miliknya, sehingga menimbulkan pajak ganda. Hal ini

yang menyebabkan timbulnya usaha perencanaan pajak dengan adanya

pertimbangan penundaan pembayaran dividen dengan cara meningkatkan

jumlah laba yang ditahan bagi perusahaan yang akan menimbulkan

penundaan pembayaran pajak.

c. Objek pajak

Adanya perlakuan pajak yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis

sama, akan menimbulkan perencanaan pajak untuk mengefisiensikan beban

pajak. Objek pajak merupakan basis perhitungan besarnya pajak, maka

manajemen akan merencanakan pajak yang tidak lebih yang bisa mengurangi

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

24 

 

optimalisasi alokasi sumber daya dan tidak kurang agar tidak terjadi

pemborosan dana untuk membayar sanksi.

d. Tarif pajak

Adanya penerapan tarif berlapis di Indonesia mengakibatkan seorang

perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang paling

rendah (low bracket).

e. Prosedur yang dilakukan

Adanya self assessment dan payment system mengharuskan suatu

perencanaan pajak dilakukan dengan baik. Sistem pemungutan withholding

yang ditingkatkan di Indonesia akan mengganggu arus kas perusahaan dan

juga bisa mengakibatkan kelebihan pembayaran atas pemungutan terdahulu

hal ini akan memerlukan waktu dan biaya dalam memperoleh restitusi pajak.

2. Undang –undang perpajakan (Tax Law)

Kita menyadari bahwa kenyataannya dimanapun tidak ada Undang-Undang yang

mengatur setiap permasalahan secara sempurna, maka dalam pelaksanaannya

selalu diikuti oleh ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,

Direktur Jendral Pajak dan sebagainya), maka tidak jarang terjadi pertentangan

antara undang-undang dengan ketentuan peraturan lainnya. Akibatnya terbuka

celah bagi wajib pajak untuk memanfaatkannya dalam perencanaan pajak yang

baik.

3. Administrasi Perpajakan (Tax Implementation)

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun masih mengalami kesulitan

dalam melaksanakan administrasi perpajakannya secara memadai. Hal ini

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

25 

 

mendorong perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak dengan baik agar

terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan

penafsiran antara fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakan

yang berlaku dan sistem informasi yang belum efektif (h.13).

II.8. Tahap-Tahap Perencanaan Pajak

Dalam era globalisasi dan tingkat persaingan yang ketat sekarang ini, seorang

perencanaan pajak harus memperhatikan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun

internasional. Mengacu pada Suandy (2003), agar perencanaan pajak dapat berhasil

sesuai tujuannya, maka harus melalui tahap-tahap berikut ini :

1. Menganalisa informasi yang ada

Menganalisa komponen yang berbeda atas pajak yang terkait dalam suatu proyek

dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung Wajib

Pajak secara keseluruahan. Oleh karena itu, seorang perencana pajak harus

memperhatikan faktor-faktor internal maupun eksternal yaitu :

a. Fakta yang relevan

Seorang perencana pajak harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi,

baik dari segi internal maupun eksternal serta perubahan yang terjadi agar

perencanaan pajak dapat dilakukan dengan tepat atas transaksi-transaksi

perusahaan yang berdampak dalam perpajakan.

b. Faktor pajak

Dalam menganalisis setiap permasalahan yang dihadapi seorang perencana

pajak harus mengetahui betul kewajiban perpajakan yang dihadapi baik di

dalam maupun di luar negeri.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

26 

 

c. Faktor non – pajak

Ada beberapa faktor non - pajak yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

perencanaan pajak yaitu masalah badan hukum, mata uang asing, dan nilai

tukar, masalah pengendalian devisa, masalah program insentif investasi yang

diberikan oleh suatu negara dan masalah faktor non - pajak lainnya seperti

hukum, ekonomi, politik dan lain sebagainya.

2. Membuat satu model atau lebih rencana besarnya pajak.

3. Evaluasi atas perencanaan pajak

Perencanaan pajak merupakan sebagian kecil dari seluruh perencanaan strategik

perusahaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan evaluasi untuk melihat

keberhasilan suatu perencanaan pajak dalam mengefisiensikan beban pajak.

4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak.

Hasil suatu perencanaan pajak dikatakan baik atau tidak harus melalui evaluasi

atas rencana yang dibuat. Terkadang suatu perencanaan pajak harus diubah

karena adanya perubahan peraturan perundang-undangan perpajakan. Meskipun

diperlukan penambahan biaya dan kemungkinan keberhasilannya sangat kecil,

rencana tersebut tetap dijalankan sepanjang penghematan pajak masih besar dan

akan sangat membantu jika rencana tersebut disertai gambaran keuntungan dan

kerugian atas suatu perencanaan pajak.

5. Memutakhirkan rencana pajak

Memutakhirkan rencana pajak adalah konsekuensi yang perlu dilakukan atas

perkembangan yang akan datang dan saat ini dengan mengikuti setiap perubahan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

27 

 

peraturan perundang-undangan perpajakan, dimana seorang perencana pajak

akan mampu memperoleh manfaat yang maksimal (h.14).

II. 9. Strategi Umum Perencanaan Pajak

1. Tax Saving

Merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan

pajak dengan tariff yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan

kena pajak lebih dari Rp 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian dari natura

menjadi tunjangan dalam bentuk uang kepada karyawan.

2. Tax Avoidance

Merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak

melalui transaksi-transaksi yang akan menjadi objek pajak. Misalnya, perusahaan yang

masih mengalami kerugian perlu merubah pemberian tunjangan dalam bentuk uang

menjadi natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21.

3. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan

Hal ini dapat dilakukan dengan memahami setiap peraturan perpajakan yang

berlaku sehingga perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan yang dapat

berupa :

1. Sanksi administrasi berupa denda, bunga, atau kenaikan

2. Sanksi pidana berupa pidana atau kurungan

4. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak

Penundaan pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan adalah

melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda

penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

28 

 

untuk penjualan kredit dimana penjual menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan

berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

5. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan

Yang dimaksud dengan kredit pajak adalah pajak yg dibayar pada tahun berjalan

yang dapat mengurangi total pajak terutang di akhir tahun pajak. Kredit pajak dalam PPh

meliputi :

1. Kredit Pajak Dalam Negeri: PPh pasal 21 PPh, Pasal 22 dan PPh Pasal 23

2. Kredit Pajak Luar Negeri: PPh Pasal 24

II.10. Kebijakan Perencanaan Pajak Badan

Perencanaan pajak dalam rangka mengefisienkan PPh badan dapat diupayakan

melalui:

1) Menunda Penghasilan

Misalnya pembukuan perusahaan ditutup pada tanggal 31 Desember sedangkan

pada bulan tersebut terjadi lonjakan permintaan. Pajak atas laba akibat lonjakan

permintaan tersebut harus sudah dibayar pada tanggal 25 Maret tahun berikutnya.

Angsuran PPh pasal 25 juga otomatis akan meningkat. Bila memungkinkan maka

perusahaan dapat melakukan pendekatan kepada konsumen dan menjual barangnya pada

awal bulan Januari tahun berikut sehingga pembayaran pajaknya dapat ditunda 1 tahun.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

29 

 

2) Mempercepat Pembebanan Biaya

Sebelum berakhirnya tahun fiskal sebaiknya perusahan sudah melakukan review

terhadap biaya-biaya yang dapat dibebankan pada tahun ini. Seperti biaya konsultan

hukum, konsultan pajak, dan auditor. Dengan demikian sama halnya dengan penundaan

penghasilan, langkah ini dapat menunda pembayaran pajak setahun. Pembebanan biaya

seperti ini mengakibatkan kewajiban pemotongan PPh pasal 23 atau PPh Pasal 4 (2)

sudah harus dilakukan. Perusahaan juga harus memperhatikan aspek perpajakan ini.

Dalam hal perusahaan mengalami keuntungan, pembebanan biaya seperti ini lebih

efektif karena PPh Badan dapat diturunkan sebesar 30% dari total biaya yang

dibebankan. Sedangkan untuk PPh pasal 23 atau PPh Pasal 4 (2) perusahaan harus

memotong pajak sebesar masing-masing 6%, 7,5% dan 10%.

3) Pemilihan alternatif dasar pembukuan dan tata cara pembukuan

Dasar pembukuan yang diakui oleh dirjen pajak adalah basis akrual (accrual

basis) dan basis kas yang dimodifikasi (modified cash basis). Pada basis akrual,

pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada saat timbulnya kewajiban, meskipun

uangnya belum diterima atau dibayar. Basis kas yang diakui oleh dirjen pajak bukan

basis kas murni. pada basis kas murni, pendapatan dan biaya dicatat dan dilaporkan pada

saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran uang. Pemilihan dasar pembukuan harus

dilakukan secara konsisten. Basis kas yang diakui oleh dirjen pajak atas pelaporan

pendapatan dan biaya dalam rangka menghitung PPh badan sebagai berikut:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

30 

 

a. Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh

penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan.

b. Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat

diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat

dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.

c. Biaya-biaya yang boleh dibebankan adalah biaya-biaya yang telah dibayar.

4) Pengelolaan transaksi yang berhubungan dengan pemberian kesejahteraan

karyawan

Pada biaya-biaya yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan karyawan

terdapat banyak peluang untuk melakukan efisiensi PPh badan. Strategi utama efisiensi

PPh badan yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan sangat tergantung dari

kondisi perusahaan. Peluang-peluang efisiensi beban pajak yang berkaitan dengan

kesejahteraan karyawan adalah biaya yang berkaitan dengan:

a. PPh pasal 21 karyawan

Banyak peluang untuk melakukan efisiensi PPh Badan. Strategi utama efisiensi

PPh Badan yang berkaitan dengan biaya kesejateraan karyawan ini, sangat tergantung

dari kondisi perusahaan sebagai berikut:

1. Pada perusahaan yang memperoleh laba kena pajak diatas 100 juta dan pengenaan

PPh Badannya tidak final, diupayakan seminimal mungkin memberikan

kesejateraan karyawan dalam bentuk natura yang tidak diperkenankan sebagai

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

31 

 

biaya. Apabila perusahaan sudah terlanjur memberikan rumah dinas/mess masih

ada cara-cara legal yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal ini.

2. Pada perusahaan yang dikenakan PPh Badan secara final, diupayakan secara

minimal memberikan kesejateraan kepada karyawan dalam bentuk natura karena

pemberian natura dari pemberi kerja merupakan obyek PPh Pasal 21. Pada sisi

perusahaan, biaya-biaya pemberian natura tersebut tidak mempengaruhi besarnya

PPh Badan karena PPh Badan final dihitung dari persentase atas penghasilan

bruto sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.

3. Pada perusahaan yang rugi, merubah pemberian natura menjadi tunjangan hanya

akan menaikkan PPh Pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil.

Peluang-peluang efisiensi beban pajak yang berkaitan dengan kesejateraan

karyawan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan:

PPh 21 karyawan dapat berupa :

1. PPh Pasal 21 merupakan beban pegawai, dalam hal ini perusahaan hanya

perantara pemotong PPh Pasal 21

2. Karyawan diberikan tunjangan PPh Pasal 21, tunjangan ini tercantum

dalam slip/daftar gaji pegawai, sehingga tunjangan tersebut dikenakan

PPh. Dalam perhitungan laba rugi perusahaan, tunjangan PPh Pasal 21 ini

menyatu dalam pos gaji dan tunjangan karyawan. Tunjangan PPh 21 ini

boleh dibebankan sebagai biaya.

PPh Pasal 21 ditanggung oleh perusahaan, PPh pasal 21 ini tidak

tercantum tunjangan. Dalam laporan laba rugi perusahaan akan terlihat biaya

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

32 

 

PPh 21 terpisah dengan gaji dan tunjangan karyawan. PPh Pasal 21 ini

merupakan kenikmatan dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

b. Pengobatan/kesehatan karyawan

Pengobatan/kesehatan karyawan dapat diberikan dalam bentuk:

1. Perusahaan mendirikan rumah sakit/klinik berikut dokter.

2. Perusahaan berobat di RS atau dokter langganan dan pengambilan obat dari

apotik langganan.

Nomor 1 dan 2 ini merupakaan natura sehingga tidak boleh dibebankan

sebagai biaya.

3. Karyawan diberikan tunjangan kesehatan, sakit maupun tidak sakit

4. karyawan diperkenankan berobat ke rumah sakit/dokter atas nama karyawan,

membayar terlebih dahulu kemudian oleh perusahaan diberikan penggantian.

Jika penggantian memenuhi syarat-syarat: tidak ada mark up atau mark down,

bukti asli diserahkan ke perusahaan, bukti atas nama perusahaan atau atas nama

karyawan perusahaan, dan diatur dalam kontrak kerja, maka esensinya

merupakan natura dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Nomor 3 dan 4 ini boleh dibiayakan tetapi harus ditambahkan ke dalam penghasilan

karyawan.

c. Pembayaran premi asuransi untuk pegawai

Perusahaan sering kali memberikan kesejateraan kepada karyawan dalam bentuk

asuransi disamping Tabungan Hari Tua. Asuransi diberikan dapat berupa asuransi

kesehatan, asuransi dwiguna, asuransi jiwa, asuransi kematian, asuransi kecelakaan

kerja, dan asuransi beasiswa. Premi asuransi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

33 

 

dibebankan sebagai beban, tetapi premi asuransi tersebut harus terlebih dahulu

dimasukkan sebagai unsur penghasilan karyawan.

d. Iuran Pensiun dan iuran JHT yang dibayarkan oleh perusahaan

Iuran pensiun dan tabungan hari tua yang dibayarkan oleh perusahaan

merupakan biaya perusahaan, dan iuran yang dibayarkan oleh pemberi kerja tersebut

bukan penghasilan bagi karyawan sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 21, dengan syarat

dana pensiunnya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

e. Perumahan untuk karyawan

Kesejateraan perumahan untuk karyawan dapat diberikan dalam bentuk :

1. Perusahaan menyediakan rumah dinas yang dibuat atau dibeli oleh perusahaan.

2. Perusahaan menyediakan rumah dinas yang disewa oleh perusahaan.

Kelompok 1 dan 2 ini termasuk dalam kategori pemberian natura/kenikmatan

sehingga biaya-biaya terkait seperti biaya penyusutan, biaya eksploitasi/pemeliharan,

biaya sewa, tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Kelompok 1 dapat diupayakan

agar tidak dikategorikan sebagai natura dengan cara: kepada karyawan yang

menempati rumah dinas diberikan tunjangan ini tidak boleh lebih kecil dari biaya

ekspolitasi dan penyusutan rumah tersebut. Dengan demikian biaya ekspolitasi

rumah dan biaya penyusutannya dapat dibebankan sebagai biaya.

3. Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah dinas yang dibayar oleh

karyawan, penggantian ini dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan bagi

pegawai.

4. Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

34 

 

Kelompok 3 dan 4 ini boleh dibiayakan sebagai biaya, tetapi tunjangan perumahan

harus dimasukkan sebagai unsur penghasilan karyawan.

f. Transportasi untuk karyawan

Transportasi untuk karyawan dari rumah ke tempat kerja dapat diberikan dalam

bentuk:

1. Karyawan diantar jemput khusus dengan mobil perusahaan. Biaya ekploitasi dan

penyusutan kendaraan boleh dibebankan sebagai biaya dan bukan merupakan

penghasilan karyawan.

2. Karyawan diberikan tunjangan transport, tunjangan transport ini boleh

dibebankan sebagai biaya, tetapi tunjangan tersebut merupakan penghasilan

karyawan yang dikenakan PPh Pasal 21.

3. Kendaraan yang dikuasai oleh karyawan tertentu/dibawa pulang. Biaya

penyusutan dan biaya ekploitasi kendaraan boleh dibiayakan sebagai biaya

perusahaan sebesar 50%. Apabila pada posisi jabatan tertentu diberikan.

kendaraan, agar biaya kendaraan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya dapat

diatasi dengan cara: kepada karyawan yang menguasai kendaraan diberikan

pinjaman (car loan) seharga mobil yang diperuntukkan, setiap bulan karyawan

tersebut diberikan tunjangan transport setelah dikurangi PPh Pasal 21,

diperlakukan sebagai unsur pengurang piutang pegawai yang bersangkutan.

Masalah lain yang timbul adalah berkaitan dengan biaya operasional kendaraan

tersebut seperti bensin, penggantian oli dan sebagainya. menurut ketentuan KEP-

220/PJ./2002 tersebut semestinya juga hanya 50% yang dapat dibebankan

sebagai biaya.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

35 

 

g. Pakaian seragam untuk karyawan

Pemberian kepada karyawan dalam bentuk natura, dan kenikmatan yang

merupakan keharusan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan, keamanan, dan keselamatan

atau yang berkenaan dengan situasi lingkungan kerja, dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto pemberi kerja dan bukan merupakan pengahasilan bagi pegawai

walaupun diberikan bukan di daerah terpencil. Pengertian keharusan dalam pelaksanaan

pekerjaan ini berkaitan dengan keamanan atau keselamatan kerja yang biasanya

diwajibkan oleh Departemen Tenaga Kerja atau Pemda setempat, termasuk pakaian dan

peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian seragam pabrik,

hansip/satpam, dan penginapan untuk awak kapal/pesawat, serta antar jemput pegawai.

h. Perjalanan dinas karyawan

Biaya dalam rangka menjalankan tugas perusahaan misalnya biaya transport,

hotel dan sebagainya merupakan biaya perusahaan dan bukan penghasilan karyawan,

sepanjang jumlahnya tidak mengandung unsur-unsur untuk keperluan pribadi.

i. Bonus dan jasa produksi

1. Bonus dan jasa produksi kepada karyawan merupakan biaya perusahaan, apabila

dibebankan dalam biaya tahun berjalan.

2. Apabila bonus, gratifitasi dan jasa produksi yang dibayarkan kepada karyawan dan

direksi dibebankan ke laba ditahan (Retained Earning) bukan merupakan biaya

perusahaan.

3. Tantiem merupakan bagian keuntungan yang diberikan kepada direksi dan

Komisaris dari pemegang saham yang didasarkan pada persentase tertentu dari laba

perusahaan, tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dan bagi penerimanya

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

36 

 

merupakan penghasilan dan dikenakan PPh Pasal 21. Pembayaran gaji, bonus, jasa

produksi yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham yang

juga menjadi Komisaris, Direksi, atau Pegawai, tidak dapat dibebankan sebagai

biaya perusahaan dan bagi penerimanya merupakan penghasilan dan dikenakan PPh

Pasal 21 Pembayaran gaji, bonus, jasa produksi yang melebihi kewajaran yang

dibayarkan kepada pemegang saham yang juga menjadi komisaris, Direksi, atau

Pegawai, tidak dibebankan sebagai biaya perusahaan. Pembayaran tersebut

merupakan dividen sehingga dipotong PPh Pasal 23/26.

j. Pemberian natura di daerah terpencil

Pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil, diatur dalam :

1. Pengertian daerah terpencil:

a. Daerah yang mempunyai potensi ekonomi yang layak dikembangkan, namun

daerah tersebut sulit dijangkau karena sangat terbatasnya saran angkutan umum

baik melalui darat, laut dan udara, serta sarana prasarana lain tidak tersedia,

sehingga untuk menjalankan usahanya para penanam modal harus menyediakan

sendiri sarana prasarana sosial ekonomi dimaksud misalnnya: fasilitas jalan,

perumahan, listrik dan air bersih.

b. Daerah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 50 m yang didasar lautnya

memiliki cadangan mineral.

2. Natura dan kenikamatan yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah :

a. Tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan keluarganya

sepanjang di lokasi pekerja tersebut tidak ada tempat tinggal yang dapat

disewa.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

37 

 

b. Pelayanan kesehatan, sepanjang dilokasi pekerja tersebut tidak ada

tempatnya.

c. Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya sepanjang dilokasi kerja

tersebut tidak ada sarana pendidikan yang setara.

d. Pengangkutan bagi pegawai dilokasi kerja. Untuk pengangkutan bagi

keluarga terbatas pada pengangkutan sehubungan dengan kedatangan

pertama ke lokasi kerja dan kepergian pegawai dan keluarganya karena

terhentinya hubungan kerja.

e. Olahraga bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang dilokasi pekerja tidak

ada sarana yang dimaksud. Sarana olahraga ini tidak termasuk boating,

golf, dan pacuan kuda.

3. Pengeluaran perusahaan dalam bentuk natura di atas bukan merupakan

pengahsilan karyawan.

4. Penetapan daerah terpencil diberikan untuk jangka waktu 10 tahun dan dapat

diperpanjang.

5. Permohonan keputusan tentang penerapan daerah terpencil diajukan kepada

Kantor Wilayah DJP yang membawahi tempat Wajib Pajak yang bersangkutan

terdaftar.

5) Pemilihan metode Penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tidak

berwujud

Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap/aktiva tidak terwujud yang diakui oleh fiskus

terdiri dari dua metode yaitu:

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

38 

 

a. Metode garis lurus

b. Metode saldo menurun

Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus akan menghasilkan beban

penyusutan yang sama besarnya setiap tahun. Penyusutan dengan menggunakan metode

saldo menurun akan menghasilkan penyusutan lebih besar pada awal pembelian aktiva

dan makin menurun pada tahun-tahun berikutnya, tetapi pada akhir umur ekonomis

aktiva tersebut jumlah akumulasinya penyusutan akan sama. Penyusutan metode saldo

menurun ini menguntungkan bagi Wajib Pajak dari segi likuiditas.

6) Pendanaan Aktiva Tetap melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

Untuk dapat mengefisiensikan beban pajak, pembiayaan melalui sewa guna

usaha dengan hak opsi sebaiknya dipilih karena jangka waktu leasing umumnya lebih

pendek dari pada umur aktiva dan seluruh pembayaran leasing (bunga dan biaya) dapat

dibiayakan. Dengan demikian aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih cepat dibandingkan

melalui penyusutan jika pembelian dilakukan secara langsung.

7) Transaksi yang berhubungan dengan withholding tax

Dalam dunia usaha, tidak jarang perusahaan memiliki transaksi yang

mengharuskan adanya pemungutan pajak dari pihak ketiga dimana pihak yang

bersangkutan tidak bersedia dipotong pajaknya. Apabila perusahaan tidak memotong

withholding tax (PPh Pasal 21, Pasal 23, PPh Pasal 26), maka jika dilakukan

pemeriksaan oleh fiskus, perusahaan akan dikenakan kewajiban untuk membayar

withholding tax dimaksud ditambah denda keterlambatan penyetoran 2% sebulan dari

pokok pajak. Untuk mengatasi hal tersebut dapat ditempuh:

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

39 

 

a. Perusahaan membayarkan withholding tax, pajak yang dibayarkan ini tidak boleh

dibebankan sebagai biaya

b. Nilai transaksi di-gross-up, sehingga jumlah transaksi dalam kontrak sudah

termasuk pajak yang harus dipungut. Atas jumlah pajak yang dibayarkan boleh

dibebankan sebagai biaya, kecuali untuk PPh final dan deviden.

8) Optimalisasi pengkreditan Pajak Penghasilan yang telah dibayar

Yang dimaksud dengan kredit pajak adalah pajak yg dibayar pada tahun berjalan

yang dapat mengurangi total pajak terutang di akhir tahun pajak.

Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan atas PPh Badan yang terutang selain

PPh Pasal 25 adalah Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri maupun yang dipungut oleh

pihak lain yang sifatnya tidak final. PPh yang dapat dikreditkan antara lain PPh atas

pengalihan tanah/bangunan bagi perusahaan yang tidak bergerak di bidang real estate,

PPh Pasal 22 atas impor, PPh Pasal 22 pembelian solar dari Pertamina untuk selain

penyalur, PPh fiskal luar negeri karyawan, PPh pasal 23 atas bunga dari non bank,

royalty, PPh Pasal 24 yang dipotong diluar negeri. Agar memenuhi kelengkapan formal,

maka setiap kali dilakukan pemotongan pajak oleh pihak lain sebaiknya langsung

diminta Bukti Pemotongan PPh-nya dan tidak perlu menunggu sampai akhir tahun

pajak.

9) Pengajuan penurunan angsuran masa (lump-sump) PPh Pasal 25

Kenaikan pembayaran lump-sump PPh Pasal 25 disebabkan terdapat SKPKB

(Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) karena pemeriksaan untuk tahun yang lalu, dan

karena adanya kenaikan laba pada tahun lalu. Akan tetapi, dilain pihak bisa saja terjadi

bahwa dalam tahun pajak yang bersangkutan terjadi penurunan laba. Apabila kita

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

40 

 

mengangsur PPh Pasal 25 tetap seperti tahun lalu dikawatirkan pada akhir tahun berjalan

akan terjadi kelebihan pembayaran pajak. Untuk mengatasi hal ini, pada bulan juli tahun

yang bersangkutan perusahaan dapat mengajukan permohonan penurunan lump-sum

dengan disertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan laba.

10) Pengelolaan Transaksi yang Biayanya Tidak Boleh Dikurangkan Secara Fiskal

Seringkali perusaahan menggunakan istilah yang kurang tepat untuk biaya-biaya

tertentu sehingga pada waktu pemeriksaan biaya-biaya tersebut tidak dapat dikurangkan.

Misalnya :

a. Biaya Promosi, biaya Keamanan, dan biaya pemasaran dibukukan dengan nama

sumbangan. Sedangkan sumbangan berdasarkan pasal 9 (1) UU PPh, tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto.

b. Biaya perjalanan dinas dibukukan sebagai biaya perjalanan direksi yang

mengesankan sebagai biaya liburan direksi.

c. Biaya pelatihan pegawai dibukukan sebagai biaya rekreasi pegawai.

d. Pemberian uang tips kepada oknum di institusi tertentu atau dalam rangka

pengurusan dokumen dicatat sebagai biaya lain-lain atau biaya entertainment

yang tidak bisa didukung dengan daftar entertainment.

11) Biaya Entertainment

Untuk dapat menghindari beban pajak yang seharusnya atas biaya entertainment

maka perusahaan harus membuat daftar nominatif dan melampirkannya dalam SPT

Tahunan PPh Badan dan menyimpan bukti pendukung pengeluaran entertainment

tersebut. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh penghematan sebesar 30%

dari biaya entertainment yang boleh dikurangkan.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian dan …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00037-AK Bab 2.pdf9 b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. 2

41 

 

12) Piutang Tak Tertagih

Menurut UU PPh Pasal 6 ayat (1) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

dapat dibebankan sebagai biaya dengan syarat :

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam penghitungan rugi-laba komersial

b. Telah diajukan perkaranya ke Pengadilan Negeri atau Badan Urusan

Piutang dan Lelang Negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang atau penghapusan utang antara kreditur dan debitur

yang bersangkutan.

c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus

d. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih

kepada Dirjen Pajak.

Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah menjual piutang tersebut kepada

pihak lain (factoring) dengan harga setelah dikurangi penghapusan piutang yang tertagih

tersebut dan mengurangkan kerugian penjualan tersebut sebagai beban.