bab ii landasan teori ii.1 mixing/pencampuran
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pengertian Mixing/Pencampuran
Mixing/pencampuran adalah suatu prosesimencampurkan satu atau lebih
bahan dengan menambahkan satu bahan ke bahan lainnya, sehinggaimembuat suatu
bentukiyang seragam dari beberapa konstituen seperti cair-cair, cair-padat, padat-
padat, ataupun cair-gas. Komponen yang jumlahnya lebih banyak disebut fasa
kontinyu sendangkan komponen yang jumlahnya lebih sedikit disebut fasa disperse
(W.L, C. Smith, & E Jasjfi, 1999). Terdapat dua jenis Mixer berdasarkan jumlah
impeller nya yaitu Mixer dengan satu impeller dan Mixer dengan dua impeller.
Mixer dengan satu impeller adalah Mixer yang biasanya digunakan untuk cairan
dengan viskositas rendah. Sedangkan untuk Mixer dengan dua impeller umumnya
digunakan pada cairan dengan viskositas tinggi. Hal ini karena satu impeller tidak
mampu mensirkulasikan keseluruhan massa dari bahan pencampur (emulsi), selain
itu ketinggian emulsi bervariasi dari waktu ke waktu (Suryani, Illah, & Erliza, 2002)
Pencampuranidapat terjadi dengan caraimenimbulkan gerak di dalamibahan
yang menyebabkanibagian-bagian bahan saling bergerakisatu terhadapilainnya.
Pencampuranifasa cair merupakani hal yang cukupipenting dalam berbagai proses
kimia. Pencampuran fasa cair dapatidibagi dalam duaikelompok. Pertama,
pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah
pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasaicair dikenal pula operasiipencampuranifasa
cair yang pekatiseperti lelehan, pasta, dan sebagainya sedangkan untuk
pencampuranifasa padat seperti bubuk kering, pencampuranifasa gas, dan
pencampuraniantar fasa.
II.1.1 Proses Mixing/Pencampuran
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasiioleh mekanisme perpindahan
momentum di dalam aliran turbulen. Aliran turbulen yaitu, pencampuraniterjadi
pada 3 skalaiyang berbeda diantaranya:
II-2
1. Pencampuranisebagai akibat aliranicairan secara keseluruhan (bulk flow) yang
disebut mekanisme konvektif;
2. Pencampuran karena adanyaigumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk
didalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehinggaimekanisme
pencampurani ini disebut eddy diffusion;
3. Pencampuranikarena gerak molekular yang merupakan mekanisme
pencampuran difusi.
Ketiga mekanismeiterjadi secaraibersama-sama, tetapi yang paling
menentukaniadalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dari pada pencampuran dalam medan aliran laminar. Sifat
fisikifluida yang berpengaruhipada proses pencampuran adalah densitas dan
viskositas.
Pencampuran merupakanioperasi yang penting dalamiindustri kimia ataupun
industri farmasi. Pencampuranimerupakan proses yang dilakukaniuntuk
mengurangiiketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas,
temperatur dan lain-lain. Pencampuran dilakukan dengan mendistribusikan secara
acak dua fasa atau lebih yang mula-mula heterogen sehingga menjadi campuran
homogen. Peralatan proses pencampuran merupakan hal yang sangat penting, tidak
hanya menentukan derajatihomogenitas yang idapat dicapai, tapi juga
mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi. Penggunaan peralatan yang tidak
tepat dapat menyebabkanikonsumsi energi berlebihan dan merusak produk yang
dihasilkan.
Proses pencampuran di dalam suatu tangki dapat terlaksana dengan baik
apabila faktor-faktor yang menentukan dari suatu proses pencampuran dipilih
dengan benar. Sehingga ada banyak faktor yang menentukan suatu performa dari
suatu pengaduk yang digunakan di dalam tangki, yaitu seperti banyaknya bilah
yang digunakan disuatu pengaduk, derajat kemiringan dari suatu bilah, putaran
pengaduk, jenis pengaduk yang digunakan, serta fluida yang diaduk, oleh karena
itu untuk menjaga performa dari suatu pengaduk maka kita harus memilih suatu
jenis pengaduk yang sesuai dengan fluida yang akan digunakan, karena jika salah
menggunakan suatu jenis pengaduk maka hal ini mempengaruhi dari hasil
pencampuran yang telah dilakukan, yaitu kemungkinan suatu proses pencampuran
II-3
akan menjadi lebih lama maupun hasil dari proses pencampuran menjadi kurang
baik, sehingga pada akhirnya akan berujung pada kurangnya efisien dari pengaduk
itu sendiri.
Prinsipipencampuran bahan banyak iditurunkan dari prinsip mekanika fluida
dan perpindahan bahan, karenai pencampuran bahan akan adaibila terjadi gerakan
atau perpindahan bahan yang akan dicampuribaik secara horizontal ataupun
vertikal. Gambar 2.1 merupakan aliran yang terjadi dalam bahan.
Gambar 2. 1 Aliran Yang Terjadi Dalam Bahan
(Unit Operations in Chemical Engineering, Mc Cabe, 1993)
Kebutuhan tenaga yang diperlukan untukimencampur suatu jumlah tertentu
bahan (cairan) tergantung pada viskositas cairan tersebut. Selain itu kecepatan
Mixer juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan bahan-bahan tersebut. Mixer
dengan kecepatan rendah biasanya digunakan untukicairan dengan viskositas tinggi
dimanaicampurannya pekat, licin dan sebagainya. Kecepatan tinggi biasanya
berkisar antara 1400-1800 rpm sedangakanikecepatan sedang biasanya adalah 1500
rpm dan kecepatanirendah berkisar antara 100-500 rpm.
II.2 Komponen Pada Mixer
Di dalamiMixer terdapat beberapa komponen utama yang memiliki
karakteristik dan fungsi yang berbeda. Komponen-komponen tersebut adalah
Pengaduk (Implller), Tangki Pengaduk (Bowl) dan Motor Penggerak.
II.2.1 Komponen Pengaduk (Impeller)
Sumber energi utama di dalam Mixer adalah daya yang terbuang oleh putaran
impeller, menghasilkan sirkulasi cair dan turbulensi sehingga menahan semua
II-4
partikel pada dasar tangki (Kasat dan Pandit, 2005). Pemilihan impeller yang sesuai
untuk memenuhi persyaratan suspensi sangatlah penting. Impeler yang berbeda
menghasilkan pola aliran cairan yang berbeda yang menyebabkan hidrodinamika
yang berbeda sehingga mempengaruhi efisiensi energi pada impeller.
Berbagai macam impeller konvensional tersedia di pasaran untuk
pengoperasian suspensi padatan. Tapi impeller yang paling sering digunakan adalah
turbin Rushton (aliran radial), angle blade impeller, propeller, Lightnin A310
impeller (aliran aksial), dan upward and downward pumping, pithced blade
turbines (aliran campuran). Masing-masing impeller ini menghasilkan pola aliran
yang khas dan mempengaruhi kecepatan impeller minimum yang diperlukan untuk
suspensi aliran off-botom saja. Studi ekstensif telah dilakukan untuk menentukan
desain impeller yang sesuai yang akan membantu meminimalkan daya masukan
impeller pada sistem campuran padat-cair. Impeller aliran aksial atau impeller
aliran campuran telah terbukti lebih hemat energi dibandingkan dengan impeller
aliran radial yang berada dalam kondisi under baffled, terutama pada sistem
campuran yang tidak beraturan (Zwietering, 1958).
Turbin Rushton umumnya dikenal sebagai impeller hemat energi paling
rendah dalam sistem pencampuran baffled padat-cair. Daya yang ditarik oleh turbin
Rushton terutama terdisipasi dalam turbulensi di sekitar impeller dan bukan di dasar
tangki. Salah satu sirkulasi aliran cairan dihasilkan oleh impeller yang bergerak di
bawah impeller, sampai ke dasar tangki, dan mengalir ke bagian tengah tangki
ketika partikel cenderung menurun. Efisiensi pencampuran yang buruk untuk
impeller aliran radial dikaitkan dengan ketersediaan sebagian energi yang dikirim
oleh sirkulasi yang berulang-ulang menjadi suspensi zat cair dan hilangnya energi
selama aliran cairan di dekat dinding tangki, permukaan cairan, baffle, dan di sudut-
sudut dasar tangki (Raghava Rao dkk, 1988).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis
impeller terhadap konsumsi daya pada konsentrasi padatan yang tinggi. Impeller
aliran radial sedikit lebih hemat energi dari pada impeller aliran aksial untuk
mensuspensi padatan pada kondisi off-bottom saja pada kondisi unbaffled (Wang et
al, 2012). Selain itu, mereka menemukan bahwa akan lebih hemat energi jika
menggunakan impeller aliran aksial dibandingkan dengan impeller aliran radial
II-5
dalam kondisi unbaffled. Namun, impeller aliran radial lebih unggul dibandingkan
dengan impeller aliran aksial dalam suspensi padatan dalam kondisi unbaffled pada
konsentrasi padatan yang sangat tinggi (Cv = 0,49 (v / v)) (Wu et al, 2002).
Pengaduk dalam tangkiimemiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan
laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya
dipengaruhi oleh geometri peralatan danifluida yang digunakan. Profil aliran dan
derajat turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhiikualitas
pencampuran. Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran seperti
laminar ataupun turbulen. Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang
ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran
laminar tidak memindahkan momentum sebaik aliran turbulen (Walas, 1998)
Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga
golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yangiakan menimbulkan aliran yang sejajar dengan
sumbu putaran;
2. Pengaduk aliraniradial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponenialiran tangensial
menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya pusaran;
3. Pengaduk aliran campuran yangimerupakan gabungan dari kedua jenis
pengaduk di atas. Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu Propeller, Turbine dan Paddles.
Gerakanipencampuran pada Mixer baik secara horizontal maupun secara
vertikal tersebut dapat bervariasi bergantung dari jenis pengaduk yang digunakan,
sehingga hasil yang didapat akan bervariasiipula. Peralatan pencampur dengan
menggunakan satu pengaduk biasanya digunakan untuk mengaduk bahan dengan
viskositas rendah, sedangkan peralatan pengaduk dengan lebih dari satu impeller
digunakan untukimengaduk bahan dengan viskositas tinggi. Terdapat 3 jenis tipe
pengaduk yaitu pengaduk baling-baling (propeller), pengaduk dayung (paddle)
pengaduk turbin (turbin) dan pengaduk helicaliribbon.
1. Pengaduk Jenis Baling-Baling (Propeller)
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pencampuran tinggi dengan
arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki
II-6
viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas
sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head. Perancangan
propeller, luas sudu biasaidinyatakan dalam perbandingan iluas area yang terbentuk
dengan luas daerah disk. Nilaiiberada pada rentang 0.45 sampai dengan 0.55.
Gambar 2.2 merupakan jenis pengaduk propeller yang biasa digunakan, yaitu:
a) Marine propeller;
b) Hydrofoil propeller;
c) High flow propeller.
Gambar 2. 2 Jenis Pengaduk Propeller
(Mechanical Design of Mixing Equipment, 2004)
Baling-baling iniidigunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750
rpm (revolutions per minute) dan digunakan untukicairan dengan viskositas rendah.
Pengaduk propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secaraikontinyu melewati fluida ke satu arah tertentu
sampaiidibelokkan oleh dinding atau dasaritangki. Berikut ini adalah kelebihan dan
kekurangan pengaduk jenis Marine Propeller (Ludwig E. E., 1995).
Kelebihan pengaduk Marine Propeller
1. Dapat beroperasi dengan kecepatan 400-17500 Rpm;
2. Arah pengaduknya aksial sejajar dengan poros dan pola aliran biasanya
kebawah;
3. Dapat membersihkan diri secara otomatis dengan kata lain kotoran
terbawa oleh aliran dan tidak mengendap di sela-sela blade;
4. Masa umur pakai blade panjang dan tidak mudah korosif;
5. Dapat dapat beroperasi pada kekentalan (viskositas) yaitu antara (0-30
cP).
II-7
6. Harga Marine Propeller : sedang.
7. Efisiensi tinggi.
Kekurangan pengaduk Marine Propeller
1. Tidak efektif pada viskositas tinggi atau cairan kental.
2. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle)
Pengaduk jenis ini seringimemegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memilikiiminimum 2 sudu,
horizontal atauivertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk padlle
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal
sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horizontal setelah mencapaiidinding akan
dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan
terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
Berbagai jenis pengadukidayung biasanya digunakan pada kecepatan rendah
diantaranya 20 hingga 200 rpm. Paddle datar berdaunidua atau empatibiasa
digunakanidalam sebuah proses pencampuran. Panjang total dari pencampuran
jenis Paddle biasanya 60 - 80% dari diameter tangki danilebar dari daunnya 1/6 -
1/10 dariipanjangnya. Gambar 2.3 merupakan jenis pengaduk dayung (paddle)
yang biasa digunakan, yaitu :
a) Paddle anchori
b) Paddle flat beam – basici
c) Paddle double – motioni
d) Paddle gateii
e) Paddle iglassed steel (used in glass-lined vessels)
f) Paddlei finger
g) Paddleihelix
h) Multiipaddle
II-8
Gambar 2. 3 PengadukiJenis Dayung (Paddle)
(Mechanical Design of Mixing Equipment, 2004)
Pengaduki dayung imenjadi tidak efektifiuntuk suspensi padatan, karena
aliran radial bisa terbentukinamun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Jenis ini
menyapu dan mengeruk dinding tangkiidan kadang-kadangibagian bawah tangki.
Jenis ini digunakanipada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat
terbentuk dan juga digunakan untukimeningkatkan transfer panas dari dan ke
dinding tangki. Bagaimanapun jenis iniiadalah pencampuran yang buruk. Pengaduk
dayung seringidigunakan untuk proses pembuatan kanji, cat, bahaniperekat dan
kosmetik.
3. Pengaduk Jenis Turbin (Turbine)
Istilah turbin ini diberikanibagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandangirancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Pengaduk jenis
turbin merupakanipengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan.
Pengaduk jenis ini digunakan pada viskositas fluidairendahiseperti halnya
pengaduk jenis propeller (Uhl & Gray, 1966). Pengaduk turbin menimbulkan aliran
arah aksial dan tengensial. Di sekitar turbin terjadi daerahiturbulensi yang kuat, arus
dan geseran yang kuat antari fluida. Salah satu jenis pengaduk turbin adalah Pitched
Blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut suduikonstan. Aliran terjadi pada arah
II-9
aksial, meski demikianiterdapat pula aliran pada arah radial. Aliran ini akan
mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar tangki.
Pengadukiturbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin
biasanya antara 30 - 50% dari diameteri tangki. Turbin biasanya memiliki empat
atau enam daun pengaduk.
Turbinidengan daun yang idatar memberikani aliran yang radial. Jenis ini juga
berguna untukidispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah
pengaduk dan akan menuju ke bagian daunipengaduk lalu tepotong-potong menjadi
gelembung gas. Gambar 2.4 merupakan jenisipengaduk turbin (turbine) yang biasa
digunakan, yaitu :
a) Turbine disc flat bladei
b) Turbine hub mounted curved bladei
c) Turbine disc mounted curved bladei
d) Turbine pitched bladei
e) Turbine bari
f) Turbineishrouded
Gambar 2. 4 Pengaduk Jenis Turbin (Turbine)
(Chemical Procces Equipment, 1998)
II-10
Jenis turbinidengan daun yang dibuatimiring sebesar 450, beberapa aliran
aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan
terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke
bawah dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya
empat blade miring digunakan dalam suspensi padat dan cairan.iPengaduk dengan
aliran aksial menghasilkan pergerakanifluida yang lebih besar danipencampuran
per satuan daya dan sangatiberguna dalam suspensiipadatan. Berikut ini adalah
kelebihan dan kekurangan pengaduk jenis Pitch Blade Turbine (Ludwig E. E.,
1995).
Kelebihan Pengaduk Jenis Pitch Blade Turbine
1. Tidak mudah mengalami kerusakanidan tidak membutuhkan
perawatan khusus di dalam pengoprasiannya, kal ini dikarenakan
bentuknya yang sederhana;
2. Dapat digunakan untuk arah aliran aksial dan radial (sesuai dengan
bentuk bejana);
3. Dapat digunakan dalam beberapa tingkatan kekentalan (viskositas)
material yang berbeda, yaitu antara (0-100 cP);
4. Digunakan untuk tingkat geser dan turbulensi yang cukup tinggi
terutama turbulensi didekat blade.
5. Dapat beroperasi dengan kecepatan tinggi yaitu 500-1700 Rpm;
6. Dapat digunakan pada suspensi padatan dan cairan;
7. Harga Pitch Blade Turbine: sedang;
8. Efisiensi tinggi.
4. Pengaduk Helical-Ribbon
Jenisipengaduk ini digunakan pada larutanipada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yangirendah pada bagian laminar. Ribbon (bentuk seperti pita)
dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya sepertiibaling-baling helikopter
daniditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairanibergerak dalam sebuah bagian
aliraniberliku-liku pada bagian bawah dan naik keibagian atas pengaduk. Gambar
2.5 merupakan jenis pengaduk dayung (paddle) yang biasa digunakan, yaitu :
a) Ribbon impeller
b) Double Ribbon impelleri
II-11
c) Helical screw impelleri
d) Sigma impelleri
e) Z-bladesi
f) M-8 Impeller
Gambar 2. 5 Pengaduk Jenis Helical-Ribbon
(Mechanical Design of Mixing Equipment, 2004)
II.2.2 Komponen Tangki Pengaduk (Bowl)
Tangki pengaduk adalah tangki tertutup yang berbentuk silinder. Umumnya
pada alas atau bagian bawah tangki berbentuk cekung sedangkan pada bagian
tutupnya berbentuk cembung, hal tersebut berfungsi untuk memudahkan saat
pembersihan kerak atau kotoran yang mengendap pada tangki. Tangki pengaduk
biasanya digunakaniuntuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas atmosfer dan
pada tekanan vakum, namun tangkiipengaduk sering digunakan untuk proses yang
II-12
lain misalnya untuk proses pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi ataupun
kristalisasi.
Hal yang pentingidari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk: pada umumnyaidigunakan bentuk silindrisidan bagian bawahnya
cekung.
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangkii
3. Kelengkapannyai:
a. Ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki.
Gambar 2.6 adalah contoh pengaduk memakai baffle.
Gambar 2. 6 Pengaduk Memakai Baffle
(Chemical Process Equipment, Walas, 1988)
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas yangiberfungsi sebagai pengendali
suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinyu.
d. Kelengkapanilainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.
II.2.3 Komponen Motor Penggerak
Motor adalah bagian penting dari proses Mixing, karena motor berfungsi
sebahai unit penggerak impeller yang akan mengaduk bahan-bahan formulasi
hingga bahan tercampur sampai homogen. Gambar 2.7 adalah penempatan motor
pada Mixer.
II-13
Gambar 2. 7 Penempatan Motor Pada Mixer
(Unit Operation Of Chemical Engineering, Mc Cabe, 1993)
II.3 Pengehematan Energi Pada Mesin Mixer
Penghematan energiiatau konservasiienergi adalah tindakanimengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematanienergi dapat dicapaiidengan penggunaan
energi secara efisienidimanaimanfaat yang sama diperoleh denganimenggunakan
energi yang lebih sedikit, ataupunidengan mengurangi konsumsiidan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematanienergi dapat menyebabkaniberkurangnya
biaya, serta meningkatnyainilai lingkungan, keamananinegara, keamanan pribadi,
serta kenyamanan. Organisasi-organisasiiserta perseorangan dapatimenghemat
biaya dengan melakukanipenghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan
industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntunganidengan melakukan
penghematanienergi. (Jupri et al., n.d.) Menurut Gokhale et al., dalam Mehta,
Rekhi, & Parikh, 2005 beberapa penghematan proses pencampuran dapat dilakukan
dengan cara :
1. Merubah Proses Variabel seperti jumlah masa bahan baku bowl dan
kecepatan impeller;
2. Mengubah desain tangki seperti mengubah posisi impeller dari horizontal
ke vertikal atau mengubah jenis impeller;
3. Mengubah formula obat;
II-14
4. Scale-up proses;
5. Menyesuaikan jenis motor pengaduk terhadap beban atau memasang
teknologi VSD (Variable Speed Drive) pada motor.
II.4 Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) Pada Mesin Mixer
Peralatan untukipembuatan obat hendaklahimemiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yangimemadai serta ditempatkan dan dikualifikasiidengan tepat,
agar mutu obat terjaminisesuai desain sertaiseragam dari bets ke betsidan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan. (Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik, 2006). Desain dan konstruksi peralatan Mixer ihendaklah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Peralatanihendaklah didesain danidikonstruksikan sesuai dengan tujuannya;
2. Permukaan peralatan yang bersentuhanidengan bahan awal, produk antara
atau produk jadi tidak bolehimenimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang
dapatimemengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan;
3. Bahan yangidiperlukan untuk pengoperasianialat khusus, misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhanidengan bahan yang sedangidiolah
sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal,
produk antara ataupun produk jadi;
4. Peralatan tidakiboleh merusak produk akibatikatup bocor, tetesan pelumas
dan hal sejenis atau karenaiperbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi
yangitidak tepat;
5. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatanitersebut hendaklah dibersihkan sesuai proseduritertulis
yangirinci.
II.5 Tahapan Perancangan Mixer
Tahapan perancangan mesin Mixer ini referensi yang digunakan adalah buku
“Process Equipment Design” dan “Chemichal Engineering Design ” dimana pada
buku tersebut menjelaskan dibutuhkan asumsi untuk memilih bahan kontruksi
Mixer, volume Mixer, dimensi Mixer, menentukan tebal shell, tebal head dan tinggi
head, menetukan dimensi pengaduk, menentukan jumlah pengaduk, menentukan
II-15
putaran pengaduk, menentukan jumlah pengaduk, menentukan jenis pengaduk dan
menetukan power pengaduk. Perancangan Mixer Liquid ini memiliki syaratidalam
penentuan nilai-nilai tersebut yaitu berdasarkan pressure tank dan H/D. Ketentuan
untuk pressure tank yang harus digunakan adalah 400 psi sedangkan H/D adalah
1,4 (Dickey, 1984 Hal. 288). Jikaiketentuan tersebut belum tercapai maka
penentuan dimensi harus diulang kembali sampai ketentuan tersebut tercapai.
Adapaun langkah-langkahidalam perancangan mesin Mixer ini dapat dilihat
sebagai berikut.
II.5.1 Menentukan Bahan Kontruksi Mixer
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam perhitungan perancangan ini
adalah menentukan bahan kontruksi pada mesin Mixer. Dalam menentukan bahan
yang akan digunakan perlu dipilih bahan kontruksi yang sesuai dengan kondisi
proses yang akan dicampur. Tiper Mixer dapat dilihat pada lampiran B.14 (Ulrich,
1982).
II.5.2 Menghitung Kapasitas/Volume Desain Tangki
Kapasitas/volume desianitangki meliputiijumlah volume pelarut danivolume
terlarut ditambahidengan faktoridesain, sehingga untuk menghitung volume desain
tangki dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Vumpan = ΣVFluida Pelarut + ΣVFluida Terlarut (2.1)
Turunan rumus :
Volume komponen V1 menggunakan persamaan berikut :
V1 = 𝑚1
𝜌1 (2.2)
Fraksi volume 𝜑1 menggunakan persamaan berikut :
𝝋𝟏 = 𝑣1
ΣV1 (2.3)
Massa jenis campuran 𝜌𝑚𝑖𝑥 menggunakan persamaan berikut :
𝝆𝒎𝒊𝒙 = Σ𝜑1𝜌𝑚𝑖𝑥 (2.4)
Kemudian setelah didapat volume umpan maka selanjutnya mencari Volume
desain tangki, dengan rumus yang digunakan sebagi berikut :
VDesain = VUmpan ( 1 + FD) (2.5)
II-16
Keterangan :
V = Volume komponen (m3)
𝜑1 = Fraksi volume
𝜌 = Densitas (kg/m3)
m = Massa (kg)
FD = Faktor Desain
II.5.3 Menentukan Tekanan Desain Tangki (PDesain)
Untuk menentukan tekanan desain tangki dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Tekanan Hidrostatik PH = ρgHL (2.6)
Tekanan Sistem PSistem = PH + POperasi (2.7)
SafetyiFactor SF = 10% (2.8)
TekananiDesain PDesain = 1,1 PSistem (2.9)
Keterangan :
ρ : density campuran (kg/m3)
g : gravitasi (m/s2)
HL : tinggi cairan dalam tangki (m)
II.5.4 Menghitung tebal Shell, Tebal Head dan Tinggi Head
1. Tebal Shell
Untuk menghitung tebal shell pada tank dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
𝒕 =𝑃𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 .𝑟𝑖
(𝑓𝐸−0,6𝑃𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)+ 𝑐 (2.10)
c = 2 k t
Keterangan :
p = Tekanan perancangan (psi)
ri = jari-jariidalam tangki (in)
E = Efisiensiipengelasan
f = Maximum allowable stress (psi)
t = life time
C = corrosion allowance
II-17
Untuk nilai f dan E didapatkan dari tabel yang tertera pada lampiran B.2 dan
B.6 (Appendix D brownell & young).
2. Tebal Head
Untuk menghitung tebal head pada tank dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
t =0,885 𝑃𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑟
(2𝑓𝐸−0,2𝑝)+ 𝑐 (2.11)
Keterangan :
p = Tekanan perancangan (psi)
E = Efisiensi pengelasan
t = Tebal head (in)
f = Maximum allowable stress (psi)
C = corrosion allowance
Untuk nilai f dan E didapatkan dari tabel yang tertera pada lampiran B.2 dan
B.6 (Appendix D brownell & young). Sedangkan untuk nilai W menggunakan
persamaan :
W=1
4(3 + √𝑟𝑐 − 𝑟𝑖) (2.12)
3. Tinggi head
Untuk menghitung tinggi head dengan tipe menggunakan jenis Torisperical
Dishead dengan standar straightiflange (Sf) disesuai pada tebal dan diameteritangki
yangidigunakan dan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑯𝒉𝒆𝒂𝒅 = 𝑡ℎ𝑒𝑎𝑑 + 𝐼𝑐𝑟 + 𝑆𝑓 (2.13)
Keterangan :
sf = Untuk mencari nilai standard straight flange (sf) berdasarkan tabel pada
lampiran B.5.
Untuk bentuk design head pada tank dapat dilihat pada gambar 2.8 adalah
menghitung dimensi tinggi head :
II-18
Gambar 2. 8 Menghitung Dimensi Head
II.5.5 Menghitung Dimensi Pengaduk
Sebelum menentukan dimensi pengaduk, terlebih dahulu mengetahui jenis
impeller yang akan digunakan dengan viskositas tertentu maka impeller dapat
ditentukan sesuai dengan kondisi bahan pencampur yang akan digunakan. Sesuai
dengan tabel 2.1 adalah jenis impeller dengan viskositas tertentu.
Tabel 2. 1 Jenis Impeller Dengan Viskositas Tertentu
Untuk menghitung dimensi pengaduk dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
II-19
Diameter impeller (Di) = 1/2 Dt (2.14)
Lebar Blade (Wi) = 0,1 Di (2.15)
Tinggi Cairan Maximum (ZL) = 1,4 Dt (2.16)
Tinggi Impeller (Zi) = 0,75 Di – 1.3 Di (2.17)
Jumlah Implller (H/D) = 1,4 (2.18)
Kecepatan Putaran (N) = 𝑛
𝜋𝑥𝐷𝑖𝑥√
𝑍𝐿
2𝑥𝐷𝑖 (2.19)
Keterangan :
Dt = diameter dalam mixer (m)
Di = diameteripengaduk (m)
Zi = jarakipengadukidari dasar mixer (m)
ZL = tinggi cairan dalan tangki (m)
w = lebar baffle (m)
L = panjang blade (m)
N = Putaran impeller perancangan (rpm)
n = Putaran impeller existing (rpm)
H/D = Jumlah Impeller (Tabel B.10 Rasio Kriteria H/D)
II.5.6 Menentukan Daya Motor
Untuk menghitung daya motor dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Reynolds Number NRe = 𝜌𝑁𝐷𝑖2
𝜇 (2.20)
Daya Pengaduk P = (KTNDi3ρ)/g (2.21)
Daya Motor PM = eff x P (2.22)
Keterangan :
ρ : Massaijenisilarutan (kg/m3)
N : Putaranipengaduk (rps)
Di : Diameteriimpeller (m)
𝜇 : Viskositasilarutan (Ns/m2)
eff : efisiensi motor (%)
II-20
II.6 Computational Fluid Dynamics (CFD)
CFD adalahimetode penghitungan, memprediksi, danipendekatan aliran
fluida secarainumerik denganibantuan komputer. Aliran fluida dalam kehidupan
nyata memiliki banyak sekali jenis dan karakteristikitertentu yang begituikompleks,
CFD melakukanipendekatan denganimetode numerasiiserta menggunakan
persamaan-persamaan fluida. CFD merupakan metode penghitungan dengan
sebuahikontrol dimensi, luas dan volumeidengan memanfaatkan bantuan
komputasi komputeriuntuk melakukan perhitungan pada tiap-tiap elemen
pembaginya. Prinsipnyaiadalah suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan
penghitungan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan
sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagianiyang terbagi tersebut
merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan dilakukan oleh aplikasi atau
software.
II.6.1 Metode CFD Menggunakan Perangkat Lunak ANSYS Workbench
CFD memungkinkanipenyelesaianipersamaan pembentuk aliran dengan
menggunakan suatuiperhitungan numerik yang disebutidengan metode volume
hingga (finite volume methods). Untukimemudahkan perhitungan numerik, telah
tersedia banyak perangkatilunak computer. Salah satuiperangkat lunak yang
terkenal dalam perhitungan dan simulasi CFD adalah FLUENT.
FLUENT adalah programikomputer yang dikembangkan oleh ANSYS Inc.
untuk memodelkanialiran fluida daniperpindahan panas dalamigeometri yang
kompleks. FLUENT merupakan salahisatu jenis program CFD (Computational
Fluid Dynamics) yang menggunakanimetode diskritisasi volume hingga. FLUENT
memiliki fleksibilitas mesh, sehingga kasus-kasus aliranifluida yang memiliki mesh
tidak terstrukturiakibat geometriibenda yang rumit dapat diselesikan dengan
mudah. Selain itu, FLUENT memungkinkan untukipenggenerasian mesh lebih
halus atau lebih besar dari mesh yang sudah ada berdasarkan pemilihan solusi
aliran. Fluent menggunakaniteknik controlivolume untuk mengubahipersamaan
pembentukialiran menjadiipersamaan algebra sehingga dapat diselesaikan secara
numerik. Teknik control volume ini mengandung pengintegralanisetiap persamaan
pembentuk aliran pada tiap-tiap control volume, menghasislkan persamaan-
persamaan diskrit yangimengkonservasikan tiap jumlah yang ada pada control
II-21
volume. Secarailengkap langkah-langkah FLUENT dalamimenyelesaikan suatu
simulasi adalah sebagai berikut :
1. membuatigeometri seluruh part menggunakan software bantuan seperti
Solidwork.
2. mengimport file assembly dari SolidWork dengan format IGES dengan aplikasi
Ansys Workbench
3. proses Meshing menggunakan Ansys Workbench.
4. melakukan setup pada penentuan arah aliran fluida.
5. mengatur sifat material yang digunakan pada dan menentukan kondisi batas
pada Solution.
6. memilihipersamaan dasar yang akan dipakai dalam analisa menggunakan
Result.
7. melakukan perhitungan/iterasi.
8. menyimpan hasil iterasi beserta gambar simulasi. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan seperti gambar 2.9 adalah skematik metode analisis CFD
menggunakan ANSYS.
Gambar 2. 9 Skematik Metode Analisis CFD Menggunakan ANSYS
(Ansys Inc. Ansys Fluent Documentation)
II-22
FLUENTimenggunakan suatu teknikiberbasis volume kendaliiuntuk
mengubahibentuk persamaaniumum (governing equation) ke bentukipersamaan
aljabar (algebraic equation) agaridapat dipecahkan secara numerik. Teknik kontrol
volume ini intinya adalah pengintegralan persamaanidiferensial umum untuk setiap
volumeikendali, sehingga menghasilkan suatu persamaanidiskrit yangimenetapkan
setiapibesaran pada suatuibasis volume kendali.
II.7 Analisa Peluang penghematan Energi
Metode untuk analisis peluang penghematan energi terdapat beberapa cara
untuk mengefisienkan dan menghemat energi pada proses Mixing. Berdasarkan
studi literatur yang mengacu pada buku “Chemical Enggineering Communications”
terdapat beberapa cara untuk mengurangi penggunaan energi yaitu :
1. pengubahan jenis impeller yang digunakan pada proses Mixing;
Sehingga untuk mengetahui besarnya konsumsi energi yang digunakan dalam
1 kali proses, maka perlu dilakukan terlebih dahulu analisis perhitungan
Kesetimbangan Energi dan Intensitas Konsumsi Energi Spesisifik guna untuk
mengetahui berapa masaa input yang masuk, energi yang digunakan dan massa
produk yang dihasilkan.
II.7.1 Intensitas Energi
Intensitasienergi merupakan perbandinganiantara input energi dan output
yang dihasilkan. Intensitasienergi merupakan salah satuiindikator kinerjaienergi
(SKKNI, 2015).
II.7.2 Kesetimbangan Energi
Neraca Massa Dan Energi adalah kesetimbangan massa atau zat dan
kesetimbangan energi atau kalor yang masuk dengan yang keluar sistem atau
kesetimbangan beban luar dengan beban di dalam. NME pada proses mixing dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
(Energi Input + Energi Listrik) = (Energi Proses + Energi Keluar) (2.23)
Energi Input = ṁ cp ΔT x Waktu Operasi (2.24)
Energi Listrik = √3 𝑥VL-L x IL-L Cos θ x Waktu Operasi (2.25)
II-23
Keterangan : ṁ = Laju alir massa (kg/s)
cp = Kapasitas Panas (kJ/kg°C)
T = Temperatur (°C)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Cos θ = Cos Phi
II.7.3 Kapasitas Panas
Kapasitas panas adalah energi panas yang diperlukan untuk menaikan
suhu sejumlah zat sebesar 1°C,°F,°K, karena energi bisa dipindahkan dengan cara
perpindahan panas dalam proses tertentu.
Satuan Kapasitas panas (Cp):
Kal/gr°C, Btu/lb°F,J/Gk
Konversi 1Btu
𝑙𝑏℉=
4,184 𝐽
𝑔𝐾=
1𝑘𝑎𝑙
9℃= 4.14
𝑘𝐽
𝑘𝑔
II.7.4 Intensitas Konsumsi Energi Spesifik (IKES)
Intensitas Konsumsi Energi Spesifik (IKES) merupakan berapa banyak energi
listrik (KWH) yang diperlukan untuk mencampurkan bahan baku obat (Ton bahan
baku). Jadi IKES merupakan perbandingan antara konsumsi energi (listrik) selama
1 jam dengan banyaknya produk yang dihasilkan selama satu jam.
IKES =Daya Input (listrik) Total Yang Digunakan (kWh)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 (𝑇𝑜𝑛) (2.26)
II.7.5 Daya Poros
Poros adalah suatu bagianistasioner yang beputar, biasanyaiberpenampang
bulat dimanaiterpasang elemen-elemeniseperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemenipemindah lainnya. Poros bisaimenerima beban
lenturan, beban tarikan, ibeban tekan atauibeban puntiraniyang bekerja sendiri-
sendiri atau berupaigabungan satu denganilainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).
𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐨𝐫𝐨𝐬 = Daya Listrik x Efisiensi (Watt) (2.27)
𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐨𝐫𝐨𝐬 = T x ω (Watt) (2.28)
𝐓𝐨𝐫𝐬𝐢 (𝐓) =Daya Poros
ω (2.29)