bab ii landasan teori ii.1. kerangka teori ii.1.1 ...thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00089 ak...

44
11 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1. Pengertian Audit Untuk mengetahui dengan jelas pengertian audit, maka berikut ini akan dikemukakan definisi – definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber yaitu: 1. Menurut Sukrisno Agoes ( 2004 ), audit adalah “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” 2. Menurut Arens dan Loebbecke ( 2004 ), audit sebagai: “Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.” 3. Menurut Boynton, Johnson, & Kell ( 2001 ) audit merupakan: “Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil - hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. ” Dari beberapa pendapat para ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses pemeriksaan secara sistematis terhadap segala aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa bukti yang diperoleh sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Upload: hoangkhue

Post on 11-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

11 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Kerangka Teori

II.1.1. Pengertian Audit

Untuk mengetahui dengan jelas pengertian audit, maka berikut ini akan

dikemukakan definisi – definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber yaitu:

1. Menurut Sukrisno Agoes ( 2004 ), audit adalah

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

2. Menurut Arens dan Loebbecke ( 2004 ), audit sebagai:

“Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.”

3. Menurut Boynton, Johnson, & Kell ( 2001 ) audit merupakan:

“Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil - hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. ”

Dari beberapa pendapat para ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa audit

merupakan suatu proses pemeriksaan secara sistematis terhadap segala aktivitas

ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa bukti yang diperoleh

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

12 

 

Menurut Mulyadi ( 2002 ), berdasarkan beberapa pengertian audit sebelumnya,

maka audit mengandung unsur – unsur :

1. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur

yang logis, berkerangka dan terorganisir. Audit dilakukan dengan suatu

urutan langkah yang telah direncanakan, terorganisir dan bertujuan.

2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses

sistematis ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan

yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa

memihak atau berprasangka terhadap bukti – bukti tersebut.

3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan

mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.

4. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai

pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut

dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan

kriteria tersebut kemungkinan dapat bersifat kuantitatif, kemungkinan pula

bersifat kualitatif.

5. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai

sebagai dasar untuk menilai pernyataan yaitu dapat berupa:

a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif.

b. Anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen.

c. Prinsip Akuntansi Berterima Umum ( PABU ) di Indonesia.

6. Penyampaian hasil ( atestasi ), dimana penyampaian hasil dilakukan secara

tertulis dalam bentuk laporan audit ( audit report ).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

13 

 

7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap

laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang

saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor

pelayanan pajak.

II.1.2. Tujuan Audit

Mulyadi ( 2002 ) menjelaskan tujuan audit spesifik berdasarkan asersi

manajemen adalah sebagai berikut :

1. Keberadaan dan kejadian ( Existence and Occurrence / EO )

• Terhadap golongan transaksi:

Transaksi penjualan baik secara tunai maupun kredit mencerminkan produk

yang akan diserahkan kepada konsumen selama periode yang diaudit.

• Terhadap saldo akun:

Piutang usaha mencerminkan jumlah yang terutang oleh konsumen yang ada

pada tanggal neraca.

2. Kelengkapan ( Completeness / C )

• Terhadap golongan transaksi:

Semua transaksi penjualan dan adjustment terhadap penjualan yang terjadi

selama periode yang diaudit telah dicatat.

• Terhadap saldo akun:

Piutang usaha mencakup semua klaim kepada konsumen sesuai dengan

neraca.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

14 

 

3. Hak dan kewajiban ( Rights and Obligations / RO )

• Terhadap golongan transaksi:

Entitas memiliki hak atas piutang usaha dan kas sebagai hasil dari transaksi

dalam siklus pendapatan.

• Terhadap saldo akun:

Piutang usaha pada tanggal neraca mencerminkan klaim resmi entitas kepada

konsumen.

4. Penilaian atau alokasi ( Valuation or Allocation / VA )

• Terhadap golongan transaksi:

Semua transaksi penjualan dan adjustment penjualan telah dicatat dalam

jurnal, diringkas, dan di posting ke dalam akun dengan benar.

• Terhadap saldo akun:

Piutang usaha mencerminkan klaim yang baik pada tanggal neraca dan sesuai

dengan jumlah buku pembantu piutang.

5. Penyajian dan pengungkapan ( Presentation and Disclosure / PD )

• Terhadap golongan transaksi:

Rincian transaksi penjualan dan adjustment penjualan mendukung penyajian

angka penjualan dan piutang usaha dalam laporan keuangan, baik

klasifikasinya maupun pengungkapannya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

15 

 

• Terhadap saldo akun:

Piutang usaha diidentifikasi dan diklasifikasi dengan semestinya dalam

neraca.

II.1.3. Jenis-Jenis Pengauditan

Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan

untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan adanya pengauditan

tersebut.

Menurut Sukrisno Agoes ( 2004 ), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka audit

dapat dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum ( General Audit ), yaitu suatu pemeriksaan umum atas

laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang

independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran

laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan Khusus ( Special Audit ), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang

hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik ( KAP ) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan

yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.

Menurut Sukrisno Agoes ( 2004 ), ditinjau dari jenis pemeriksaan maka audit

dapat dibedakan atas:

1. Audit Operasional ( Management Audit ), yaitu suatu pemeriksaan terhadap

kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

16 

 

operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk

mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan

ekonomis.

2. Pemeriksaan Ketaatan ( Complience Audit ), yaitu suatu pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan –

peraturan dan kebijakan – kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh

pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.

3. Pemeriksaan Intern ( Internal Audit ), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh

bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan

manajemen yang telah ditentukan.

4. Audit Komputer ( Computer Audit ) yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh

Kantor Akuntan Publik ( KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses data

akuntansi dengan menggunakan system Elektronic Data Processing ( EDP ).

II.1.4. Standar Audit yang Berlaku Umum

Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung

jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) dalam Pernyataan Standar Audit

( PSA ) No. 1 telah menetapkan dan mengesahkan sepuluh standar audit yang dibagi

menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat – syarat diri auditor.

Standar umum terdiri dari:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

17 

 

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu pelaksanaan

audit. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari:

1. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan sistem harus

disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern ( SPI ) harus diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, cara dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam

mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi

keuangan. Standar pelaporan terdiri dari:

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum ( PABU ) di Indonesia atau belum.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

18 

 

periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode

sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,

kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak

dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka

alasannya harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

dilaksanakan dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

II.1.4.1. Audit Internal

Menurut Standar Profesi Audit Internal ( SPAI )

Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance.

II.1.4.2. Tujuan Standar Profesi Audit Intern

Standar Profesi Audit Internal mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan

kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal.

2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup, dan

tujuan audit internal.

3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

19 

 

4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit

internal yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja kegiatan

operasional organisasi.

5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor

internal.

6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya.

II.1.4.3. Standard dan Pedoman Praktik Audit Internal

SPAI terdiri atas Standar Atribut, Standar Kinerja, dan Standar Implementasi :

1. Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak –

pihak yang melakukan kegiatan audit internal.

2. Standar Kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan

ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja memberikan praktik-praktik

terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan

tindak lanjut. Standar Atribut dan Standar Kinerja berlaku untuk semua jenis

penugasan audit internal.

3. Standar Implementasi hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar

implementasi yang akan diterbitkan di masa mendatang adalah standar

implementasi untuk kegiatan assurance (A), standar implementasi untuk kegiatan

consulting (C), standar implementasi kegiatan investigasi (I), dan standar

implementasi Control Self Assessment ( CSA ).

.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

20 

 

II.1.4.3.1. Standar Atribut

1000 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggungjawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara

formal dalam Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal ( SPAI ),

dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

1210.1 – Penanggungjawab Fungsi Audit Internal harus memperoleh saran dan asistensi

dari pihak yang kompeten jika pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi dari staf

auditor internal tidak memadai untuk pelaksanaan sebagian atau seluruh penugasannya.

1210.2 – Auditor Internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat

mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan.

1220 Kecermatan Profesional

Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya

dilakukan oleh seorang auditor internal yang pruden dan kompeten.

1220.1 - Dalam menerapkan kecermatan professional auditor internal perlu

mempertimbangkan:

a. Ruang lingkup penugasan.

b. Komplesitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.

c. Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses governance.

d. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.

e. Penggunaan teknik – teknik audit menggunakan komputer dan teknik – teknik analisis

lainnya.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

21 

 

1300 Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal.

Penanggungjawab Fungsi Audit Internal harus mengembangkan dan memelihara

program jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup seluruh aspek dari fungsi

audit internal dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya. Program ini

mencakup penilaian kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan

internal yang berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit

internal dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan

jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan standar dan Kode Etik Audit

Internal.

1310 Penilaian terhadap Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas

Fungsi audit internal harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor dan

menilai efektivitas Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas secara keseluruhan.

Proses ini harus mencakup penilaian ( assessment ) internal maupun eksternal.

1310.1 – Penilaian Internal

Penilaian Internal oleh fungsi audit internal harus mencakup:

a. Review yang berkesinambungan atas kegiatan dan kinerja fungsi audit internal, dan

b. Review berkala yang dilakukan melalui Self Assessment atau oleh pihak lain dari

dalam organisasi yang memiliki pengetahuan tentang standar dan praktik audit internal.

1320 Pelaporan Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas

Penanggungjawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil review dari pihak

eksternal kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

22 

 

1330 Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI

Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat pernyataan bahwa

aktivitasnya ‘dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal’. Pernyataan ini

harus didukung dengan hasil penilaian program jaminan kualitas.

1340 Pengungkapan atas Ketidakpatuhan

Dalam hal terdapat ketidak-patuhan terhadap SPAI dan Kode Etik yang mempengaruhi

ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara signifikan, maka hal ini harus

diungkapkan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

II.1.4.3.2. Standar Kinerja

2000 Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara

efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai

tambah bagi Organisasi.

2010 Perencanaan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang berdasarkan

risiko ( risk-based plan ) untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal, konsisten

dengan tujuan organisasi.

2010.1 – Rencana penugasan audit internal harus berdasarkan penilaian risiko yang

dilakukan paling sedikit setahun sekali. Masukan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas

Organisasi serta perkembangan terkini harus juga dipertimbangkan dalam proses ini.

Rencana penugasan audit internal harus mempertimbangkan potensi untuk

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

23 

 

meningkatkan pengelolaan risiko, memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan

organisasi.

2020 Komunikasi dan Persetujuan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan rencana kegiatan

audit, dan kebutuhan sumber daya kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi

untuk mendapat persetujuan. Penanggungjawab fungsi audit internal juga harus

mengkomunikasikan dampak yang mungkin timbul karena adanya keterbatasan

sumberdaya.

2030 Pengelolaan Sumber Daya

Penanggungjawab fungsi audit internal harus memastikan bahwa sumber daya fungsi

audit internal sesuai, memadai, dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai

rencana – rencana yang telah disetujui.

2040 Kebijakan dan Prosedur

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur

sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal.

2050 Koordinasi

Penanggungjawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan pihak internal dan

eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup

seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

24 

 

2060 Laporan Kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyampaikan laporan secara berkala

kepada pimpinan dan dewan pengawas mengenai perbandingan rencana dan realisasi

yang mencakup sasaran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja fungsi audit internal.

Laporan ini harus memuat permasalahan mengenai risiko, pengendalian, proses

governance, dan hal lainnya yang dibutuhkan atau diminta oleh pimpinan dan dewan

pengawas.

2110 Pengelolaan Risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan

mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan

pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern

2120 Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern

yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas

pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara

berkesinambungan.

2120.1 - Berdasarkan hasil penilaian risiko, fungsi audit internal harus mengevaluasi

kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern, yang mencakup governance,

kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Hal ini harus mencakup:

a. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.

b. Keandalan dan integritas informasi

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

25 

 

d. Pengamanan aset organisasi.

2120.2 – Fungsi audit internal harus memastikan sampai sejauh mana sasaran dan tujuan

program serta kegiatan operasi telah ditetapkan dan sejalan dengan sasaran dan

tujuan organisasi.

2120.3 – Auditor internal harus me-review kegiatan operasi dan program untuk

memastikan sampai sejauh mana hasil – hasil yang diperoleh konsisten dengan tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan.

2120.4 – Untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern diperlukan kriteria yang

memadai.

2130.1 – Fungsi auditor internal harus mengevaluasi rancangan, implementasi dan

efektivitas dari kegiatan, program dan sasaran organisasi yang berhubungan dengan

etika

2200 Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap

penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya.

2200.1 – Pertimbangan Perencanaan.

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan

a. Sasaran dari kegiatan yang sedang di review dan mekanisme yang digunakan kegiatan

tersebut dalam mengendalikan kinerjanya.

b. Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan operasi yang di review serta

pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat

diterima.

c. Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

26 

 

d. Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan sistem

pengendalian intern.

2240.1 Program kerja harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja ini

harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Perubahan atau penyesuaian atas

program kerja harus segera mendapat persetujuan.

2300 Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan

penugasan.

2310 Mengidentifikasi Informasi

Auditor Internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan

berguna untuk mencapai sasaran penugasan.

2320 Analisis dan Evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan

evaluasi yang tepat.

2330 Dokumentasi Informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk mendukung

kesimpulan dan hasil penugasan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

27 

 

2340 Supervisi Penugasan

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran,

terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf.

2400 Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

2410 Kriteria Komunikasi

Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi,

dan rencana tindakannya.17

2410.1 – Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini

keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.

2410.2 – Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi hasil

penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang di-review.

2410.3 – Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi, maka

pihak yang berwenang harus menetapkan pembatasan dalam distribusi dan

penggunaannya.

2420 Kualitas Komunikasi

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, objektif, jelas,

ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

28 

 

2420.1 Kesalahan dan Kealpaan

Jika komunikasi final mengandung kesalahan dan kealpaan, penanggungjawab fungsi

audit internal harus mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua

pihak yang telah menerima komunikasi sebelumnya.

2430 Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi penugasan

tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan:

a. Standar yang tidak dipatuhi

b. Alasan ketidakpatuhan

c. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan

II.2. Struktur Pengendalian Intern

II.2.1. Pengertian Strukur Pengendalian Intern

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik dalam

Standar Pekerjaan lapangan kedua ( 2002 ), menyebutkan bahwa:

“Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.”

Ikatan Akuntan Indonesia ( 2002 ), mendefinisikan strukur pengendalian intern

sebagai: Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil

lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

29 

 

Menurut Mulyadi ( 2002 ), dari definisi struktur pengendalian intern tersebut

terdapat beberapa konsep berikut ini:

1. Struktur pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan

tertentu. Struktur pengendalian intern merupakan suatu rangkaian yang bersifat

pervasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

2. Struktur pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap jenjang

organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain.

3. Struktur pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan

memadai bagi manajemen dan dewan komisaris, entitas, bukan keyakinan

mutlak.

4. struktur pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling

berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Struktur pengendalian

intern memegang peranan penting dalam organisasi perusahaan untuk dapat

merencanakan, mengkoordinasikan dan menguasai atau mengontrol berbagai

aktivitas – aktivitas yang dilaksanakan. Pengendalian intern mencakup kebijakan

dan prosedur – prosedur yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya

tujuan tertentu perusahaan. Konsep struktur pengendalian intern didasarkan atas

tanggung jawab manajemen dan jaminan yang memadai untuk menetapkan dan

menyelenggarakan struktur pengendalian intern dan dikaitkan dengan manfaat

dan biaya pengendalian.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

30 

 

II.2.2. Tujuan Struktur Pengendalian Intern

Berdasarkan definisi struktur pengendalian intern yang telah diuraikan

sebelumnya, maka menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2002 ) pengendalian internal

mempunyai tiga golongan tujuan berikut ini:

a. Kehandalan pelaporan keuangan.

b. Efektivitas dan efisiensi operasi.

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Warren, Reeve, dan Fess ( 2008 ), tujuan pengendalian internal

memberikan jaminan yang wajar bahwa:

1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha.

2. Informasi bisnis akurat.

3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan.

II.2.3. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal

Mengacu pada pendapat Murtanto ( 2005 ) pengendalian internal terdiri dari lima

komponen. Lima komponen ini diturunkan dari cara penyelenggaraan bisnis oleh

manajemen, dan terpadu dengan proses manajemen. Lima komponen tersebut adalah:

1. Lingkungan Pengendalian

Inti setiap bisnis adalah personilnya atau atribut individu mereka, termasuk

integritas, nilai etika dan kompetensi serta lingkungan operasi mereka.

Orang – orang tersebut merupakan mesin yang mendorong entitas dan

merupakan pondasi segala sesuatu.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

31 

 

2. Penilaian Risiko

Entitas harus menyadari dan menangani risiko yang dihadapi. Maka entitas harus

menetapkan tujuan, terpadu dengan kegiatan penjualan, produksi, pemasaran,

keuangan dan lainnya sehingga organisasi beroperasi secara serasi. Entitas juga

harus menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan

mengelola risiko yang berkaitan.

3. Kegiatan Pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan dan dilaksanakan untuk

membantu menjamin bahwa tindakan yang teridentifikasi oleh manajemen

sebagai tindakan yang perlu untuk menangani risiko pada pencapaian tujuan

entitas dilaksanakan secara efektif.

4. Informasi dan Komunikasi

Kedua sistem ini memungkinkan orang – orang dalam entitas perolehan dan

bertukar informasi yang diperlukan untuk mengadakan, mengelola dan

mengendalikan operasinya.

5. Pemantauan

Proses keseluruhan harus dimonitor dan modifikasi dibuat bila perlu. Dengan

demikian sistem tersebut dapat bereaksi secara dinamis sambil melakukan

perubahan bila kondisi memungkinkan.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

32 

 

II.3. Audit Operasional

II.3.1. Pengertian Audit Operasional

Banyak definisi dari audit operasional yang mencakup penyebutan efficiency (

perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya ), effectiveness ( pencapaian

hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan ) dan economy ( penghematan

yang diperoleh antara pengeluaran dan pendapatan ). Dalam artikulasi yang berbeda,

audit operasional dikenal sebagai audit manajemen. Perbedaan antara kedua istilah

tersebut tidak jelas dan sering digunakan secara bergantian.

Menurut Amin Wijaya Tunggal ( 2002 ), ada beberapa definisi audit operasional

yang dikemukakan oleh para ahli auditing, antara lain:

1. Dale L. Flesher dan Steward Siewert ( 2001 )

“An operational audit is an organized search for ways of improving efficiency and effectiveness. It can be considered a form of constructive critism.”

( Audit operasional merupakan pencarian cara – cara untuk memperbaiki efisiensi dan

efektivitas. Audit operasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk kecaman

yang konstruktif ).

2. Casler dan Crochet ( 1999 )

“Operational auditing is a sistematic process of evaluating and organization’s effectiveness, efficiency and economy of operation under management’s control and reporting to appropriate person the result of the evaluating along with recommendation for improvement.”

( Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis untuk menilai efektivitas

organisasi, efisiensi dan ekonomi operasi di bawah pengendalian manajemen dan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

33 

 

melaporkan kejadian kepada orang yang tepat hasil dari penilaian bersama dengan

disertai rekomendasi untuk perbaikan ).

3. Leslie R. Howard ( 2000 )

“Management audit is an investigation of a business from the highest level downword in order to ascertain whether sound management prevals throughout, this facilitating in most effective relationship with the outside world and the most efficient organization and smooth running of internal organization”.

( Audit manajemen merupakan penyelidikan suatu usaha dari tingkat yang tinggi ke

bawah untuk meyakinkan bahwa manajemen yang sehat berjalan sesuai dengan

prosedur, dengan demikian memudahkan hubungan yang paling efektif dengan dunia

luar dan organisasi lainnya ).

4. William P. Leonard ( 2002 )

“Management audit as a comprehensive and constructive examinitation of an organizational structure of a company, institution or branch of goverment or of any component there of , such as division or departement, and its plans and objectives, it means of operations, and its use of human and physical fasilities.”

( Audit manajemen sebagai suatu pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari

struktur organisasi suatu perusahaan, lembaga atau cabang dari pemerintah atau setiap

komponen dari padanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan rencana dan

tujuannya, alat operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik ).

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

34 

 

Amin Wijaya Tunggal ( 2002 ) juga mendefinisikan berbagai tipe dari auditing

sebagai berikut :

1. Pemeriksaan manajemen ( management auditing ), dapat didefinisikan sebagai

penilaian sistem manajemen perusahaan ( auditee ), apakah sistem tersebut berjalan

secara efektif dan resiko apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut telah

beroperasi secara efisien.

2. Pemeriksaan operasional ( operational auditing ), dapat didefinisikan sebagai

kerangka yang sama dengan pemeriksaan manajemen, kecuali bahwa pemeriksaan

operasional lebih berlaku terhadap sistem operasi auditee daripada terhadap sistem

operasi manajemennya. Dengan demikian untuk unit operasional tertentu seperti

departemen pembelian, pemeriksaan manajemen akan berfokus pada bagaimana

sebaiknya unit tersebut dikelola, sedangkan pemeriksaan operasional akan berfokus pada

bagaimana unit tersebut benar-benar beroperasi.

3. Pemeriksaan komprehensif ( comprehensive auditing ), merupakan integrasi dari

berbagai unsur manajemen operasional dan pemeriksaan keuangan tradisional.

Pemeriksaan komprehensif ini mencakup penilaian manajemen auditee, operasi,

pengendalian finansial dan sistem akuntansi untuk menentukan apakah pengendalian dan

mekanisme akuntabilitas telah memadai dan dapat dipertanggungjawabkan pada

pemegang sahamnya.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

35 

 

Menurut ketetapan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam

Pedoman Pemeriksaan Operasional, audit operasional adalah:

“Audit yang sistematis terhadap program, kegiatan / aktivitas organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara ekonomis dan efisien, serta apakah tujuan program dan kegiatan / aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.”

Menurut Mulyadi dan Kanaka Punadireja ( 2001 ), pengertian audit operasional

adalah:

“Audit operasional merupakan suatu review secara sistematis mengenai kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu”.

Sedangkan menurut Arens dan Loebbecke ( 2004 ), pengertian audit operasional

adalah:

“Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas.”

Menurut Amin Wijaya Tunggal ( 2002 ), meskipun terdapat beberapa perbedaan

dari definisi audit operasional seperti yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa audit operasional merupakan:

a. Proses yang sistematis

Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga mencakup

serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan terorganisasi. Aspek ini

mencakup perencanaan yang tepat, mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti

yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

36 

 

b. Menilai operasi organisasi

Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan atau

yang disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja

( performance standards ) yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa hal,

standar – standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria penilaian organisasi

ini sering kali kurang jelas didefinisikan dibandingkan kriteria yang digunakan dalam

audit laporan keuangan. Pemeriksaan operasional mengukur tingkat korespondensi

antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

c. Efektivitas, efisiensi dan ekonomis operasi

Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen organisasi

yang diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas, efisiensi dan ekonomis operasi

organisasinya. Ini berarti bahwa audit operasional memfokuskan pada masa yang akan

datang dan hal ini berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang

mempunyai fokus historis.

d. Melaporkan kepada orang yang tepat

Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen atau individual

yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau pelaksanaan audit tersebut diminta oleh

pihak ketiga, dan pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan. Dalam

kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit menerima salinan laporan audit

operasional.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

37 

 

e. Rekomendasi atau perbaikan

Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir

sampai dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan diperluas untuk dibuatkannya

rekomendasi – rekomendasi yang bertujuan untuk perbaikan manajemen organisasi yang

diaudit.

II.3.2. Maksud dan Tujuan Audit Operasional

Audit operasional dimaksudkan terutama untuk mengidentifikasi kegiatan,

program, aktivitas yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dengan bertujuan

untuk menghasilkan perbaikan atas pengelolaan struktur dan pencapaian hasil dari objek

yang diperiksa dengan cara memberikan saran – saran tentang upaya – upaya yang dapat

ditempuh guna pendayagunaan sumber – sumber secara efektif, efisien dan ekonomis.

Dalam mengadakan pemeriksaan, titik berat perhatian utama diarahkan kepada kegiatan-

kegiatan yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.

Tujuan Audit Operasional diarahkan pada 3 sasaran, yaitu :

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

Tujuan audit operasional tidak hanya ingin mendorong dilakukannya tindakan

perbaikan tetapi juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan atau

kelemahan di masa yang akan datang.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

38 

 

Menurut Amin Wijaya Tunggal ( 2002 ), ada beberapa tujuan dari audit

operasional:

1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan

ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor dan untuk

menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan terjadi untuk memperoleh hasil

yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.

2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.

3. Mengusulkan pada manajemen cara – cara dan alat – alat untuk mencapai tujuan

apabila manajemen organisasi sendiri kurang memiliki pengetahuan tentang

pengelolaan yang efisien.

4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.

5. Untuk membantu manajemen, audit atau operasi berhubungan dengan fase dari

aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan pada manajemen.

6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif

dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka. Sasaran audit operasional

adalah kegiatan, aktivitas, program atau bidang – bidang organisasi yang

diketahui atau diidentifikasi memerlukan perbaikan atau peningkatan dalam hal

efektifitas, efisiensi dan ekonomisnya.

II.3.3. Ruang Lingkup dan Sasaran Audit Operasional

Ruang lingkup Audit operasional meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen.

Ruang lingkup tersebut dapat mencakup seluruh kegiatan / program atau hanya

mencakup bagian / elemen / dimensi tertentu dari suatu kegiatan atau program.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

39 

 

Sasaran Audit Operasional adalah kegiatan, aktivitas, program atau bidang-

bidang organisasi yang diketahui dan diidentifikasi memerlukan perbaikan / peningkatan

dalam segi kehematan, efesiensi dan efektivitasnya.

II.3.4. Jenis-jenis Audit Operasional

Amin Wijaya Tunggal ( 2002 ) menyatakan bahwa jenis – jenis audit operasional terdiri

dari:

a. Fungsional

Seperti yang tersirat dari namanya audit operasional berkaitan dengan sebuah

fungsi atau lebih dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pemasaran, fungsi

pembayaran, fungsi penggajian suatu divisi atau untuk perusahaan secara

keseluruhan. Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya

spesialisasi oleh auditor, auditor – auditor tertentu dalam staf audit intern dapat

mengembangkan banyak keahlian dalam suatu bidang, seperti rekayasa produksi.

Sehingga mereka dapat lebih efisien untuk memeriksa dalam bidang itu.

Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling

berkaitan.

b. Organisasi

Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi

seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit

organisasi adalah seberapa efektif dan efisien fungsi - fungsi yang saling

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

40 

 

berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan

aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini.

c. Penugasan Khusus

Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Audit

ini dapat terjadi sewaktu – waktu, dapat pula dalam suatu pelaksanaan audit

operasional secara fungsional maupun organisasional, pemeriksa diminta untuk

melakukan audit operasional yang bersifat khusus. Sebagai contoh, pada saat

audit operasional terhadap fungsi gudang, persiapan pihak manajemen memberi

penugasan khusus kepada pemeriksa untuk menjadi pengawas langsung terhadap

karyawan bagian gudang dalam melakukan stock opname persediaan dan

melakukan audit terhadap kuantitas barang dagangan yang direkrut oleh

pembelinya, jadi audit semacam ini meliputi hal-hal yang luas.

II.3.5. Perencanaan dan Program Audit

Untuk setiap audit, terutama untuk audit operasional ( performance audit ),

auditor harus mengorganisir kegiatannya sehingga auditor dapat melaksanakannya

secara efektif, efisien, dan ekonomis.

Perencanaan dan program audit adalah perencanaan yang memadai untuk

mengumpulkan informasi dan bukti – bukti atas sasaran pemeriksaan selama

pelaksanaan tiap – tiap tahap fungsi audit ( persiapan pemeriksaan, pengujian

pengendalian manajemen sampai dengan pemeriksaan lanjutan ) dengan prosedur yang

telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Oleh karena itu auditor harus

menetapkan dengan layak / cukup hal-hal sebagai berikut :

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

41 

 

1. Tipe / kualitas dan jumlah petugas yang diperlukan untuk melaksanakan

pekerjaan.

2. Informasi apa yang harus dikumpulkan, bagaimana memperolehnya, dan

bagaimana mengevaluasi informasi tersebut agar dapat ditentukan sasaran

pemeriksaannya.

3. Bukti apa dan berapa banyak yang harus diperoleh kesimpulan yang layak atas

sasaran pemeriksaan.

4. Hasil apa yang diharapkan dalam rangka pembuatan laporan untuk pekerjaan

yang akan dilaksanakannya.

Untuk mendukung hal – hal di atas auditor harus menyusun program audit.

Program Audit adalah rencana langkah kerja yang harus dilakukan selama

pemeriksaan, yang didasarkan atas tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

informasi yang ada tentang kegiatan atau program yang diperiksa. Program audit

merupakan alat pengendali setiap kegiatan audit dan tidak boleh menjadi Check list yang

kaku dari langkah-langkah kerja sehingga mematikan inisiatif auditor dalam pelaksanaan

tugasnya.

Penyusunan program audit dimaksudkan agar pelaksanaan tugas audit dapat

mencapai tujuan audit yang telah ditetapkan dengan penggunaan sumber daya yang

seminimal mungkin, yang meliputi tenaga, biaya dan waktu yang dipergunakan.

Disamping itu program audit agar didapat landasan dalam pembagian tugas audit

diantara anggota tim audit. Semua rencana audit tidak ada yang tertinggal dan semua

anggota tim audit memperoleh tugas yang jelas, sehingga akan membantu pengawas

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

42 

 

audit dalam mengikuti perkembangan kemajuan audit dan pelaksanaan tugas audit tiap

anggota tim.

Audit operasional umumnya mencakup pada evaluasi dari kelayakan dan

keefektifan pengendalian yang direncanakan untuk melaksanakan tujuan manajemen

untuk organisasi atau fungsi di bawah pemeriksaan. Sehingga untuk mempermudah

setiap evaluasi, program audit operasional harus mencakup konsep kunci yaitu tujuan

dan pengendalian manajemen.

Menurut Sawyer ( 2005 ) Pertimbangan program audit adalah menetapkan

bimbingan dengan mana auditor bisa melaksanakan maksud dari penugasan pemeriksaan

dan menggunakan bukti yang diperlukan untuk menyelenggarakan dasar untuk suatu

pendapat audit.

II.3.6. Prosedur Pelaksanaan Audit Operasional

II.3.6.1. Persiapan Audit Operasional

Persiapan audit bertujuan untuk mengumpulkan informasi, penelaahan peraturan,

ketentuan dan undang – undang yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit serta

menganalisis informasi yang diperoleh guna mengidentifikasi hal – hal yang potensial

mengandung titik kelemahan. Pada tahap ini auditor memilih bidang tertentu untuk

diaudit dari seluruh bidang obyek kegiatan yang telah ditentukan pada tahap persiapan

audit. Pemilihan ini diperoleh melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi atas

kegiatan yang diperiksa.

Dari tahap ini diperoleh latar belakang dan informasi umum atas kegiatan

bersangkutan, yang mendasari pemilihan sasaran tentatif pemeriksaan melalui berbagai

teknik dan pengujian terbatas.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

43 

 

Menurut Sawyer ( 2005 ) dalam tahap persiapan audit dimulai dengan auditor

memeriksa struktur organisasi, tempat dari unit dan perusahaan, hubungan mereka

dengan unit – unit lain, penugasan dari fungsi dan tanggung jawab. Kemudian auditor

menelusuri aktivitas – aktivitas yang benar dengan flow chart penuh atau dengan

mengikuti dokumen – dokumen yang dipilih dengan terus – menerus pada titik kunci

pengendalian.

Berikutnya auditor akan me-review kebijaksanaan dan prosedur yang menguasai

unit atau fungsi yang diperiksa. Prosedur tertulis dimengerti oleh karyawan dan dihitung

secara sah untuk menyusun atau membawa keluar rencana perusahaan dan mencapai

tujuan perusahaan. Dengan begitu akan menjadi suatu petunjuk terhadap aktivitas yang

dikembalikan dengan baik. Dimana prosedur yang tidak tertulis, auditor akan

menentukan dari pembicaraan dengan manajemen apa yang diharapkan dari karyawan

dan bagaimana aktivitas disusun dan dilaksanakan. Akhirnya, auditor menanyakan

apakah manajemen melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang dilaksanakan.

II. 3.6.2. Tahapan Audit Operasional

Menurut Rob Reider ( 2002 ) audit operasional memiliki beberapa tahap yaitu:

1. Merencanakan pelaksanaan audit operasional.

2. Menetapkan tujuan dan objek audit operasional.

3. Menganalisa struktur organisasi perusahaan.

4. Menganalisa kebijaksanaan dan prosedur perusahaan.

5. Menganalisa sistem keuangannya salah satunya adalah anggaran penjualan

6. Mengidentifikasikan area yang bermasalah.

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

44 

 

7. Membuat hasil pelaporan berupa kondisi, kriteria, sebab, akibat, dan

rekomendasi.

8. Membuat kesimpulan atas permasalahan yang terjadi beserta rekomendasinya.

9. Melaporkan kepada pihak manajemen perusahaan atas segala permasalahan yang

terjadi dan memberikan laporan rekomendasi yang dapat membantu manajemen

untuk memperbaiki permasalahan perusahaan saat itu dan di masa yang akan

datang.

II. 3.6.3. Hasil Pelaporan Audit Operasional

Hasil akhir dari pelaksanaan audit operasional berupa laporan tertulis yang

ditujukan kepada manajemen. Laporan tersebut merupakan nasehat pemecahan masalah

yang difokuskan pada usaha peningkatan prosedur dan pelaksanaan pelaksanaan operasi

dan juga ditujukan nilai uang yang dapat dihemat jika dilaksanakan aktivitas yang benar

serta peningkatannya.

Penulisan laporan hasil audit operasional tidak banyak berbeda dari penulisan

laporan bermacam – macam audit lainnya, yaitu laporan harus nyata, jelas, bersih,

menyeluruh dan perspektif. Menurut Sawyer ( 2002 ) dalam beberapa situasi, laporan

suatu audit operasional berbeda dari laporan aktivitas keuangan lainnya, sebab ada dua

bagian yaitu pokok masalah pemeriksaan dan tingkat penerimaan bahwa operasi auditor

menyenangkan dalam perusahaannya.

a. Kondisi

Keadaan nyata / yang sebenarnya sedang terjadi dalam perusahaan.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

45 

 

b. Kriteria.

Kriteria yang menjadi panutan perusahaan dapat berupa standar operasional

perusahaan atau prosedur perusahaan dimana ketentuan tersebut dibuat wajib

untuk diikuti atau ditaati. Kriteria bertujuan untuk menciptakan manajemen

perusahaan yang baik agar tujuan perusahaan dapat segera tercapai.

c. Sebab

Berbagai faktor penyebab dari suatu tindakan, atau kegiatan yang

pelaksanaannya tidak sesuai dengan kriteria.

d. Akibat

Hasil dari suatu tindakan atau kegiatan yang menyimpang dari kriteria yang telah

ditetapkan yang dapat diukur / dinilai dengan uang atau dapat menyebabkan

tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang seharusnya ingin dicapai.

e. Rekomendasi / Saran

Setelah mendapatkan temuan atas proses audit yang telah dilakukan, maka hasil

dari dilakukannya audit operasional adalah untuk memberikan rekomendasi /

saran atas masalah yang sedang terjadi di dalam perusahaan, sehingga

diharapkan dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik di masa

mendatang.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

46 

 

II.4. Pengertian Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomis

Menurut Bayangkara, I. B. K. ( 2008 ), Pengertian efektif, efisien, dan ekonomis

adalah sebagai berikut :

1. Efektif

Yaitu tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Apakah

pelaksanaan suatu program atau aktivitas telah mencapai tujuannya. Efektivitas

merupakan ukuran dari output.

2. Efisien

Berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga

dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisien

berhubungan dengan metode kerja.

3. Ekonomis

Berhubungan dengan bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya

yang akan digunakan dalam setiap aktivitas.

II.5. Siklus Pendapatan

Menurut Dasaratha V. Rama / Frederick L. Jones ( 2008 ), siklus pendapatan

adalah runtutan kejadian atau proses sistematika yang dibuat guna terciptanya

manajemen yang sistematis dan berjalan baik sesuai dengan tujuan perusahaan

khususnya pada bagian penjualan dan penerimaan kas perusahaan.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

47 

 

Barang Kejadian Agen

Gambar II.1

Diagram Kelas UML Siklus Pendapatan

Sumber:

Sistem Informasi Akuntansi

Dasaratha V. Rama 0 Frederick L. Jones ( 2008 )

Persediaan

Pelanggan

Karyawan (Petugas Pencatat

Pesanan)

Karyawan (Karyawan Gudang)

Karyawan (Petugas

Pengiriman)

Karyawan (Petugas Piutang

Usaha)

Karyawan

Pesanan Penjualan

Pengiriman

Faktur Penjualan

Penerimaan Kas

Setoran

Transfer Buku Besar

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

48 

 

II.5.1. Penjualan

Bagian yang terkait dengan adanya penjualan :

1. Bag. Penjualan

2. Bag. Kredit

3. Bag. Gudang

4. Bag. Pengiriman

5. Bag. Penagihan

6. Bag. Piutang dan Buku Besar

Bagian Penjualan

Bagian penjualan bertanggungjawab melayani kebutuhan barang pelanggan. Bagian

Penjualan mengisi dokumen sales order ( SO ) untuk memungkinkan bagian gudang dan

bagian pengiriman untuk melaksanakan penyerahan barang ke pelangan.

Bagian Kredit

Bagian kredit bertanggung jawab untuk mengecek apakah konsumen yang bersangkutan

masih layak untuk diberikan fasilitas kredit. Transaksi Penjualan sangat tergantung pada

bagian kredit, karena sah tidaknya suatu SO ditetapkan oleh bagian tersebut. Setelah SO

disahkan baru kemudian bagian penjualan mendistribusikan tembusan – tembusan SO ke

berbagai departemen.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

49 

 

Bagian Gudang

Setelah kredit disetujui, bagian penjualan mengirimkan tembusan SO ke bagian gudang (

biasa disebut Order Pengiriman ) untuk mengeluarkan barang dari gudang. Selanjutnya

bagian gudang menyerahkan barang sesuai dengan yang tertera pada Order Pengiriman

ke bagian pengiriman untuk segera dikirimkan.

Bagian pengiriman

Bagian pengiriman juga menerima tembusan SO dari bagian penjualan ( biasa disebut

Packing Slip ) sebagai surat perintah untuk mengirimkan barang yang diterima dari

bagian gudang kepada pelanggan. Setelah barang di kirim, bagian pengiriman akan

membuat nota pengiriman yang diberikan kepada bagian penagihan. Nota pengiriman

tersebut antara lain berisi biaya yang diperlukan, oleh siapa pengiriman dilakukan, dan

tanggal pengiriman.

Bagian Penagihan

Bagian penagihan menerima dua buah dokumen untuk kemudian disatukan menjadi

suatu faktur. Dokumen tersebut adalah tembusan SO yang diterima dari bagian

penjualan dan nota pengiriman yang diberikan oleh bagian pengiriman. Bagian

penagihan kemudian membandingkan dan menjumlah semua biaya yang terjadi untuk

kemudian membuat faktur yang sesuai

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

50 

 

Bagian piutang dan Buku Besar

Bagian ini mencatat transaksi penjualan yang terjadi berdasarkan dokumen yang

diterima ( tembusan faktur penjualan ). Bagian piutang mencatat ke dalam data

pelanggan untuk menambahkan saldo kredit pelanggan dan kemudian membukukannya

ke dalam buku besar sebagai dasar untuk membuat laporan.

II.5.1.1. Jenis Sistem Order Penjualan

1. Sistem Pra – Penagihan Lengkap

Dalam sistem ini faktur dan nota pengiriman ( Packing Slip ) dibuat secara

bersamaan dan data yang dibutuhkan untuk membuat faktur telah diisi lengkap (

termasuk biaya pengiriman, pajak, dll ). Jadi dalam sistem ini kita sudah harus

mengetahui berapa biaya pengiriman dan pajak yang dibebankan kepada total

penjualan.

2. Sistem Pra – Penagihan Tidak Lengkap

Pada sistem ini faktur dan nota pengiriman dibuat secara bersamaan, tapi data yang

ada pada faktur belum diisi lengkap sampai diterimanya nota pengiriman dari bagian

pengiriman. Setelah nota pengiriman datang, bagian penagihan kemudian mengisi

secara lengkap data yang ada dalam faktur untuk kemudian dikirimkan ke

pelanggan.

3. Sistem Pengorderan dan Penagihan Terpisah

Dalam sistem ini faktur dan order pengiriman dibuat secara terpisah, dimana faktur

dibuat oleh bagian penagihan dan order pengiriman dibuat oleh bagian pengiriman.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

51 

 

II.5.1.2. Penggunaan Komputer dalam Order Penjualan

A. Pengumpulan data

Semua data yang ada terlebih dahulu harus dirubah menjadi machine readable form.

Data order penjualan dimasukkan ke dalam komputer dengan sistem batch atau on-

line processing oleh seorang petugas PDE. Dalam sistem yang lebih canggih,

seorang pelanggan dilayani oleh seorang petugas yang secara langsung mengisi form

pemesanan ( SO ) pada sebuah on line terminal.

B. Pemrosesan awal data

Pada proses awal ini semua data yang dipisah ke dalam batch dijadikan satu dan

disortir menurut urutan tertentu untuk kemudian diuji validasinya. Setelah itu di

proses lebih lanjut.

C. Pemrosesan lanjutan

Jika SO sudah masuk ke dalam sistem, sistem kemudian menarik data dari data

konsumen untuk melengkapi data yang diperlukan. ( tinggal enter kode barang dan

kode konsumen ).

Pada data konsumen akan terlihat apakah konsumen tersebut layak untuk

mendapatkan kredit atau tidak, dan pada file persediaan juga dapat terlihat apakah

barang yang dipesan masih ada atau tidak.

Setelah semua lengkap diisi, maka komputer akan langsung mencetak faktur beserta

tembusannya. Bisa juga secara on line tembusan tersebut dapat dikirimkan ke bagian

yang lain.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

52 

 

D. Update file yang bersangkutan

File yang di update biasanya adalah file pelanggan, file persediaan dan file piutang

dagang.

Pada file pelanggan, jumlah tagihan ditambahkan pada saldo kreditnya. Pada file

persediaan, jumlah persediaan dikurangi dengan jumlah barang yang terjual,

sehingga dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Dan pada file piutang

dagang, update ini digunakan untuk menambah saldo piutang yang menjadi hak

perusahaan. Update pada file piutang biasa disebut posting.

E. Tahap Pelaporan

Dengan penggunaan komputer, maka laporan dapat dihasilkan setiap saat sebagai

hasil sampingan dari pemrosesan order penjualan.

II.5.2. Piutang

Fungsi terkait :

1. Penagihan

2. Piutang Dagang dan Buku Besar

3. Kredit

Penagihan

Berdasarkan nota pengiriman uang, bagian penagihan menutup faktur yang telah dibayar

dan jika terdapat retur penjualan maupun potongan penjualan, maka bagian ini

menerbitkan memo kredit yang akan dikirimkan kepada bagian piutang untuk

mengurangi piutang pelanggan.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

53 

 

Piutang Dagang

Dalam proses piutang, bagian ini mencatat / membukukan pembayaran piutang yang

dilakukan pelanggan ke dalam jurnal dan buku besar.

Kredit

Fungsi bagian ini dalam sistem aplikasi piutang mencakup pengesahan pengembalian

dan potongan penjualan dan penyesuaian lain terhadap rekening pelanggan. Termasuk

juga analisa saldo umur piutang untuk memastikan kelayakkan piutang dan membuat

memo penghapusan piutang.

Penyesuaian Sistem Aplikasi Piutang

1. Pengembalian dan potongan penjualan

Pengembalian timbul jika terdapat ketidaksesuaian antara permintaan dengan

barang yang dikirim sedangkan potongan penjualan terjadi jika barang yang dikirim

tidak sesuai dengan pesanan namun tidak dikembalikan kepada penjual, sehingga

dilakukan potongan dari harga resminya.

Untuk mencatat kedua transaksi tersebut, oleh bagian penagihan dibuat memo kredit

untuk kemudian diberikan kepada bagian kredit untuk disahkan.

2. Penghapusan piutang

Hal ini terjadi jika bagian kredit menemukan adanya kemungkinan umur piutang

yang terlalu lama atau adanya kemungkinan tidak tertagihnya piutang.

Kegiatan ini dimulai dari bagian kredit yang menerbitkan surat penghapusan

piutang dan disahkan oleh bendahara, kemudian bagian piutang menghapus piutang

tersebut. Selain pihak terkait di atas, memo penghapusan juga harus diberikan

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori II.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00089 AK BAB II.pdftujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

 

54 

 

kepada pihak independen ( untuk menjaga proses pengendalian ) dimana pihak

independen tersebut akan melaporkan penghapusan piutang tersebut kepada

pelanggan untuk meyakinkan bahwa piutang tersebut tidak akan ditagih kembali.

II.5.3. Penerimaan Kas

Bagian penerimaan kas menerima cek pembayaran bersama dengan nota pengiriman

uang. Sebelum cek tersebut diuangkan, slip nota pengiriman uang dikirimkan oleh

bagian penerimaan kas ke bagian piutang dagang untuk dibukukan.