bab ii landasan teori ii. a. etos kerja ii. a. 1...

19
13 BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1. Pengertian Etos Kerja Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002). Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan: The work ethic is a cultural norm that advocates being personally accountable and responsible for the work that one does and is based on a belief that work has intrinsic value. Menurut Hill (1999) etos kerja adalah suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap Universitas Sumatera Utara

Upload: lamthu

Post on 30-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

13

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. Etos Kerja

II. A. 1. Pengertian Etos Kerja

Berdasarkan kamus Webster (2007), “etos” didefinisikan sebagai

keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang,

sekelompok, atau institusi. Jadi, etos kerja dapat diartikan sebagai doktrin tentang

kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar

yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sinamo, 2002).

Banyak tokoh lain yang menyatakan defenisi dari etos kerja. Salah satunya

ialah Harsono dan Santoso (2006) yang menyatakan etos kerja sebagai semangat

kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukriyanto (2000) yang menyatakan bahwa etos kerja adalah

suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih

baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian

manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.

Selanjutnya, Hill (1999) menyatakan:

The work ethic is a cultural norm that advocates being personally accountable and responsible for the work that one does and is based on a belief that work has intrinsic value.

Menurut Hill (1999) etos kerja adalah suatu norma budaya yang

mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

14

pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai

instrinsik.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh diatas, dapat dilihat bahwa etos kerja

erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Hal

ini diperkuat oleh Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) yang menyamakan etos

kerja sebagai suatu nilai dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang

dimiliki seseorang merupakan gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang

berfungsi sebagai panduan dalam tingkah lakunya.

Cherrington (dalam Boatwright dan Slate, 2000) menyimpulkan etos kerja

dengan lebih sederhana yaitu etos kerja mengarah kepada sikap positif terhadap

pekerjaan. Ini berarti bahwa seseorang yang menikmati pekerjaannya memiliki

etos kerja yang lebih besar daripada seseorang yang tidak menikmati

pekerjaannya. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Anoraga (2001)

yang menyatakan etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau

suatu umat teradap kerja. Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu

hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja akan tinggi. Sebaliknya,

jika melihat kerja sebagai suatu hal yang tidak berarti untuk kehidupan manusia,

apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka

etos kerja itu dengan sendirinya akan rendah.

Selanjutnya Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang

harus dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang

terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Subekti (dalam

Kusnan, 2004) menambahkan, suatu individu atau kelompok masyarakat dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

15

dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda

sebagai berikut:

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa etos kerja adalah sikap atau pandangan positif terhadap pekerjaan untuk

dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang didasari oleh nilai dan norma

tertentu sebagai panduan tingkah lakunya dalam bekerja.

II. A. 2. Aspek-aspek Etos Kerja

Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik,

yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

a. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan

kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain

di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara,

penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada disekitar

orang lain dan mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

16

Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal

seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi

terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan

konteribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan

suatu hal yang sangat penting.

Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal

seorang pekerja (Petty, 1993), yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian,

menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar,

apresiatif, kerja keras, rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan.

b. Inisiatif

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar

terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas

dengan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat

kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang

buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan

kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam

bekerja (Petty, 1993).

Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja

(Petty, 1993) yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien,

efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu

beradaptasi, gigih, dan teratur.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

17

c. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan

terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit

pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja

diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu

berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini

merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap

pekerjanya.

Terdapat 7 hal yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat

diandalkan (Petty, 1993), yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat

diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.

Berdasarkan pemaparan diatas, terdapat tiga aspek etos kerja yaitu

keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.

II. A. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:

a. Usia

Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia

di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia

diatas 30 tahun (dalam Boatwright dan Slate, 2000)

b. Jenis kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000),

wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pria.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

18

c. Latar belakang pendidikan

Hasil penelitian Boatwright dan Slate (2000) menyatakan bahwa etos kerja

tertinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah

dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.

d. Lama bekerja

Menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa

pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi

daripada yang bekerja dibawah 1 tahun.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan terdapat empat faktor

yang dapat mempengaruhi etos kerja yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang

pendidikan, dan lama bekerja.

II. B. Pegawai Negeri Sipil

II. B. 1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43

tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8

tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh

pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau

diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri terdiri dari; Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara

Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

19

Negeri Sipil terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil

Daerah. Pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap di

samping Pegawai Negeri (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Pegawai Negeri Sipil muslim adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

pengertian diatas yang beragama Islam.

II. B. 2. Kedudukan dan Tugas Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat strategis karena di dalam

aktivitasnya memegang peranan yang besar dalam menuju cita-cita bangsa dan

negara. Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang

bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan

pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas Pegawai Negeri harus netral dari

pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjamin netralitasnya,

Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik

(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

20

II. B. 3. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai Negeri adalah setia dan taat kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian).

Ada pun hak Pegawai Negeri adalah:

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan

tanggung jawabnya (Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.43 Tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian)

2. Memperoleh cuti (Pasal 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1974)

II. B. 4. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Koesoemahatmadja (1979) meringkas Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

menjadi lima butir, yaitu:

a. Bersikap hormat-menghormati antara sesama warga negara yang memeluk

agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan.

b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri, seseorang

atau golongan.

c. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat Pegawai

Negeri Sipil serta menaati segala peraturan perundang-undangan, peraturan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

21

kedinasan dan perintah-perintah atasan dengan penuh kesadaran, pengabdian,

dan tanggung-jawab.

d. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebaik-baiknya sesuai dengan

bidang tugasnya masing-masing.

e. Memelihara keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan negara dan

bangsa Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil.

II. B. 5. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Menurut Bab III Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan

untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara

berdayaguna dan berhasilguna. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang

profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil melalui pembinaan yang

dilaksanakan berdasarkan sistim prestasi kerja dan sistim karier yang

dititikberatkan pada sistim prestasi kerja.

Kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil mencakup penetapan

norma, standaar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas

sumber daya Pegawai Negeri Sipil, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,

pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan hukum.

Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu.

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

22

berdasarkan prinsip prosesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan

jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya

tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat awal ditetapkan berdasarkan tingkat

pendidikan formal. Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan

pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi

kerja.

Badan Kepegawaian Negara dibentuk untuk menjamin kelancaran

penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil. Badan

Kepegawaian Negara menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang

mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri

Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian,

penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung

perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, serta memberikan

bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada

instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

II. C. Departemen Agama Kota Medan

Departemen Agama merupakan salah satu departemen yang ada dalam

sturktur pemerintahan Republik Indonesia. Departemen Agama (dahulu

Kementerian Agama) dibentuk pada 3 Januari 1946 atau lima bulan setelah

Proklamasi Kemerdekaan. Para founding fathers Indonesia lekas menyadari akan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

23

perlunya pengaturan dan kebijakan negara yang berkaitan dengan agama melalui

suatu departemen khusus (Nasar, 2008).

Departemen Agama dibentuk dalam rangka memenuhi kewajiban

pemerintah untuk melaksanakan isi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29. Pasal

tersebut berbunyi, ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa, ayat

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

((Nasar, 2008).

Visi Departemen Agama adalah terwujudnya masyarakat agamais yang

berakhlak mulia, rukun dan damai. Adapun misinya yaitu:

1. Meningkatkan bimbingan dan pelayanan kehidupan beragama.

2. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan

nilai-nilai agama.

3. Memperkokoh kerukunan umat beragama

4. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan

keagamaan.

5. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan madrasah.

6. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji.

Departemen Agama dipimpin oleh seorang Menteri Agama. Pada setiap

propinsi dan kabupaten/kota memiliki Kantor Wilayah Departemen Agama dan

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Kantor Depertemen Agama kota

Medan memiliki 21 Kantor Urusan Agama yang berada di 21 kecamatan yang ada

di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

24

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan dapat dilihat

pada bagan berikut:

Struktur Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373

Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen

Agama Propinsi dan Kantor Depaartemen Agama Kabupaten/Kota, Bagian Tata

Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan administrasi

perencanaan dan informasi keagamaan, kepegawaian dan ortala, keuangan dan

IKN, humas dan kerukunan hidup umat beragama, katatausahaan dan

kerumahtanggaan kepada seluruh organisasi dan/atau satuan kerja di lingkungan

Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PENYELENGGARA

HAJI & UMROH

KANTOR DEPARTEMEN

AGAMA

SEKSI MAPENDA

SEKSI PEKAPONTREN

SEKSI BIMAS

KRISTEN

PENJAB KEPEGAWAIAN

PENJAB RUMAH TANGGA

PENJAB KEUANGAN

21 KANTOR URUSAN AGAMA

SEKSI URUSAN

AGAMA ISLAM

PB. ZAKAT & WAKAF

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

25

Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan

bimbingan di bidang kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah sosial

serta pengembangan kemitraan umat Islam.

Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas melakukan

pelayanan dan pembinaan di bidang penyuluhan haji dan umrah, bimbingan

jemaah dan petugas, dokumen dan perjalanan haji, pembekalan dan akomodasi

haji, serta pembinaan KBIH dan pasca haji.

Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Mapenda) pada Sekolah

Umum memiliki tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikilum,

ketebagaan dan kesiswaan, sarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan serta

supervisi dan evaluasi pada pada raudhatul athfal, madrasah ibtidaiyah, madrasah

tsanawiyah, dan pendidikan agama Islam pada prasekolah, sekolah umum tingkat

dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa.

Seksi Pendidikan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama

Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid mempunyai tugas melakukan

pelayanan dan bimbingan teknis penyelanggaraan pendidikan di bidang

pendidikan diniyah, pendidikan salafiyah, kerja sama kelembagaan dan

pengembangan potensi pondok pesantren, pendidikan agama Islam pada

masyarakat dan pemberdayaan Masjid.

Penyelenggaran Zakat dan Wakaf mempunyai tugas memberikan

pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang pembinaan lembaga dan

pengembangan zakat dan wakaf.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

26

Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen (Bimas Kristen) mempunyai tugas

melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang lembaga dan sarana agama,

penyuluhan, tenaga teknis keagamaan, pendidikan agama Kristen, dan supervisi

pendidikan.

Departemen Agama memiliki kode etik pegawainya, yaiitu:

1. Menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.

2. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

3. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah

4. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif.

5. Kesetiakawanan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan Korps.

II. D. Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Muslim pada Kantor Departemen

Agama Kota Medan

Tujuan Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat

madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan

bermoral tinggi (Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian). Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

nasional tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur aparatur

negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan

pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan,

dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

27

Batubara (dalam Yoana, 2004) mengatakan salah satu kunci kemajuan dan

keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Jika Indonesia ingin

mencapai pembangunan nasional yang baik maka yang harus dilakukan adalah

membenahi etos kerja manusianya.

Menurut Harsono dan Santoso (2006) yang dimaksud dengan etos kerja

adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

Hitt (dalam Boatwright & Slate, 2000) menyamakan etos kerja sebagai suatu nilai

dan menyatakan bahwa gambaran etos kerja yang dimiliki seseorang merupakan

gambaran dari nilai-nilai yang dimilikinya yang berfungsi sebagai panduan dalam

tingkah lakunya.

Menurut Glock dan Stark (dalam Diana, 1997), agama adalah sistem

simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, sistem perilaku yang terlembaga yang

semuanya berpusat persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling

maknawi. Darajat (dalam Jufri, 2004) menambahkan agama akan mempengaruhi

cara berfikir, bersikap, bereaksi serta berperilaku.

Islam merupakan salah satu agama yang didalamnya terjandung nilai-nilai

dan ajaran-ajaran yang bersifat universal dan sempurna. Islam sangat

meganjurkan umatnya untuk bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi . Allah

SWT berfirman:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an surat At-Taubah:105).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

28

Allah SWT juga berfirman:

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (Qur’an surat Al-Jumu’ah:10)

Islam juga mengajarkan kepada umatnya agar selalu bekerja keras dan

memiliki etos kerja yang tinggi . Allah SWT berfirman:

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Qur’an surat Al-Insyirah : 7-8).

Petty (1993) menyatakan etos kerja sebagai karakteristik yang harus

dimiliki pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri

dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Keahlian interpersonal

berkaitan dengan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di

lingkungan kerjanya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian

interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat

memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat

memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang.

Islam mengajarkan kepada umatnya agar menjalin hubungan baik dengan

sesama manusia (hablum minannas) sebagai wujud nyata dari hubungan yang

baik dengan Allah SWT (hablum minallah). Mampu membina hubungan yang

baik dengan rekan kerja akan meningkatkan performansi seorang pekerja

(Tasmara, 1995).

Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar

terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

29

dengan kinerja yang biasa. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki

inisiatif dalam bekerja dan melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Sebagaimana

sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Allah menyukai dari kamu orang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh (sempurna).” (HR. Bukhari)

Sedangkan dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan

adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu

perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Salah

satu karakteristik dari dapat diandalkan adalah mematuhi peraturan. Dalam ajaran

Islam, menaati praturan yang telah dibuat oleh pimpinan adalah sebuah

kewajiban. Sebagaimana firman Allah SWT:

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul- (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”( Qur’an surat An Nisa’: 59)

Ulil amri dalam pengertian ayat diatas adalah orang-orang yang menjadi

pemimpin pada suatu kelompok masyarakat atau pada suatu pemerintahan. Setiap

umuat Islam harus patuh pada peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin-

pemimpinnya. Hal ini termasuk dalam konteks suatu instansi pemerintahan. Hal-

hal yang ditetapkan oleh pemimpin di suatu instansi wajid diikuti oleh seluruh

pegawainya. Disebabkan juga para pegawai tersebut telah bersumpah akan

menaati seluruh peraturan instansi.

Menurut Tasmara (1995) etos kerja muslim di definisikan sebagai cara

pandang yang diyakini oleh seorang muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk

memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

30

manifestasi dari amal sholeh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang

sangat luhur. Terdapat beberapa ciri etos kerja muslim, yaitu: memiliki jiwa

kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, tidak pernah merasa puas

berbuat kebaikan, hidup berhemat dan efisien, memiliki jiwa wiraswasta,

memiliki insting bertanding dan bersaing, keinginan untuk mandiri, haus untuk

memiliki sifat keilmuan, berwawasan makro-universal, memperhatikan kesehatan

dan gizi, ulet dan pantang menyerah, berorientasi pada produktivitas dan

memperkaya jaringan silaturrahmi.

Departemen Agama merupakan salah departemen yang ada di

pemerintahan Indonesia. Tujuannya yaitu untuk mengurusi masalah-masalah yang

berkaitan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Untuk wilayah kota Medan

terdapat Kantor Departemen Agama kota Medan. Kantor Departemen Agama kota

Medan membawahi 21 Kantor Urusan Agama yang berada di setiap kecamatan di

kota Medan. Mayoritas dari pegawainya adalah beragama Islam, yaitu 180 orang

dari 188 orang, atau sekitar 95,74%. Melihat data diatas peranan Pegawai Negeri

Sipil muslim sangat penting untuk mencapai visi dan misi Departemen Agama.

Dilihat dari segi tugas-tugas yang diemban, Pegawai Negeri Sipil muslim

Departemen Agama mengurusi masalah-masalah yang berhubungan langsung

dengan agama Islam, seperti pembinaan masyarakat Islam, penyelenggaraan Haji,

zakat dan wakaf, pengelolaan madrasah dan pondok pesantren. Oleh karena itu

diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen Agama memiliki

pengetahuan keislaman yang lebih baik dan dapat mengaplikasikannya dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II. A. Etos Kerja II. A. 1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23573/3/Chapter II.pdf · yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku ... mengikuti

31

kehidupan kerjanya. Maka diharapkan Pegawai Negeri Sipil muslim Departemen

Agama memiliki etos kerja yang baik.

Menurut Anoraga (2001), seorang pekerja yang memiliki etos kerja yang

baik akan memiliki sikap positif pada pekerjaannya, semangat datang ke kantor,

jarang absen dan memiliki inisiatif dalam bekerja. Namun berdasarkan obervasi

yang peneliti lakukan pada beberapa KUA, banyak Pegawai Negeri Sipil muslim

yang tidak masuk kantor. Hal ini seperti yang terjadi pada KUA Medan Kota.

Dari 6 Pegawai Negeri Sipil hanya 2 orang yang masuk. Kemudian juga, pada

satu KUA setiap hari rata-rata ada saja PNS yang tidak masuk dengan berbagai

alasan. Kemudian pada Kantor Departemen Agama kota medan sering dijumpai

Pegawai Negeri Sipil muslim yang tidak mengikuti apel pagi karena terlambat.

Universitas Sumatera Utara