bab ii landasan teori dan pengajuan hipotesis...

38
10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pola Belajar PAI Berdasarkan Konsep KBK 1. Pola Belajar PAI a. Pengertian Pola Belajar Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pola artinya sistem, cara kerja atau bentuk (struktur) yang tetap 1 . Belajar mempunyai arti yang kompleks, sehingga para ahli yang mengemukakan pengertian belajar dengan perspektif yang berbeda- beda. Oleh karena belajar sangat penting, maka Allah akan memberikan jaminan bagi manusia yang berilmu dengan derajat yang tinggi. Oleh karena belajar merupakan masalah yang sangat pelik dan kompleks, maka banyak ahli yang berbeda dalam mengemukakan pendapatnya, namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan secara esensial. Dalam hal ini beberapa ahli mendefinisikan pengertian sebagai berikut : Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individual yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman kognitif dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif. 2 Belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam suatu hal atau bidang hidup tertentu lewat usaha, pengajaran, atau pengalaman. 3 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, Cet.2, hlm.885. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos, 1999), Cet.1, hlm. 64. 3 Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm. 81.

Upload: truongdat

Post on 04-Mar-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pola Belajar PAI Berdasarkan Konsep KBK

1. Pola Belajar PAI

a. Pengertian Pola Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pola artinya sistem,

cara kerja atau bentuk (struktur) yang tetap 1.

Belajar mempunyai arti yang kompleks, sehingga para ahli yang

mengemukakan pengertian belajar dengan perspektif yang berbeda-

beda. Oleh karena belajar sangat penting, maka Allah akan

memberikan jaminan bagi manusia yang berilmu dengan derajat yang

tinggi.

Oleh karena belajar merupakan masalah yang sangat pelik dan

kompleks, maka banyak ahli yang berbeda dalam mengemukakan

pendapatnya, namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil

kesimpulan secara esensial. Dalam hal ini beberapa ahli

mendefinisikan pengertian sebagai berikut :

• Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individual

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman kognitif dan

interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.2

• Belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan,

pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam

suatu hal atau bidang hidup tertentu lewat usaha, pengajaran, atau

pengalaman.3

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 2002), Ed. 3, Cet.2, hlm.885. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos, 1999), Cet.1, hlm. 64. 3 Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Kanisius,

1994), hlm. 81.

11

• Morgan dalam bukunya Introduction to Psycology mendefinisikan

belajar sebagai berikut : “learning is any relatively permanent

change in behavior that is a result of past experience”.4 (belajar

adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil

pengalaman yang lalu”

• Elizabeth dalam bukunya Child Development mendefinisikan

belajar sebagai berikut :”Learning is development that comes ftom

exercise and effort”.5 (belajar adalah suatu perkembangan sebagai

hasil dari latihan dan usaha)

• Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid mendefinisikan

belajar sebagai berikut : 6

يطرأ على خربة سابقة فيحدث فيها ان التعلم هوتغيري ىف ذهن املتعلم تغيريا جديدا

Sesungguhnya berlajar adalah perubahan pada jiwa pelajar yang didasarkan pada pengalaman yang lalu sehingga terjadi perubahan baru.

• Mustafa Fahmi mendefinisikan belajar sebagai berikut :

7 ا لسلوك ناتج عن استثارةالتعلم عبارة عن أي تغري ىف

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya stimulasi atau rangsangan.

Dari beberapa definisi di atas, maka secara sederhana belajar

diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk

mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan

4 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (t.tp : Mc. Graw Hill-Book Company,

t.t), hlm. 187. 5 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (MC. Graw - Hill Kogakusha. 1978), Six

Edition, hlm. 28. 6 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, at-Tarbiyah wa Thuruqu al-Tadris, Juz

I, Mesir : Darul Ma’arif, 1968), hlm. 169. 7 Mustafa Fahmi, Sikolojiatu at-Ta’lim, (Mesir : Maktabah, t.th), hlm. 23

12

maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa

pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang memiliki arti penting

dalam kehidupan manusia, terutama bagi seorang pelajar. Oleh karena

belajar merupakan usaha untuk memperoleh kepandaian, ilmu,

keterampilan, dan pengalaman, maka perlu suatu strategi atau pola

atau juga cara yang diperlukan untuk membimbing seseorang agar bisa

mencapai hasil yang lebih baik dalam belajarnya. Sebab dengan

belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi

belajar yang tepat.

Memang cara belajar seringkali bersifat individual, artinya suatu

cara yang tepat bagi seseorang, belum tentu tepat bagi orang lain. Hal

ini berhubungan dengan aspek khusus tertentu, seperti kebiasaan

membaca, waktu belajar, dan hal lain yang bersifat teknis. Tetapi

untuk sesuatu yang menyangkut metode secara umum, dapat dijumpai

hal-hal yang dapat dipraktekkan oleh siapapun. Jadi pada dasarnya,

peristiwa “belajar” serta hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh

individu yang bersangkutan.8

b. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam erat hubungannya dengan pendidikan

Islam, pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan

mengembangkan fitnah manusia serta sumberdaya insani yang ada

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan

norma Islam.9

Sedangkan menurut Muhammad Munir Mursi mendefinisikan

pendidikan Islam sebagai berikut : 10

8 Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), Cet. I,

hlm. 17. 9 Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 1992),

hlm. 20 10 Muhammad Munir Mursi, At-Tarbiyah al-Islamiyah, (Alimul Kutub, 1977), hlm. 25

13

التربية اال سال مية تربية لفطرة اال نسان أل ن االسالم دين الفطره وكـل

أوامره ونوا هيه وتعاليمه تعتر ف ذه الفطرة

Pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia karena sesungguhnya Islam merupakan agama fitrah, setiap perintah-perintah dan larangan-larangan serta ajaran-ajaran-Nya dapat diketahui dengan fitrah itu.

Pengertian PAI dalam petunjuk pelaksanaan mata pelajaran

SMP adalah upaya sadar dan bermakna dalam mempersiapkan peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertaqwa dan berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Hadits, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman.

Adapun pengertian PAI menurut Zakiah Darajat adalah usaha

berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah

selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.11

Sedangkan menurut Ahmadi, PAI adalah usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek

peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam.12

Dari uraian di atas jelas sekali bahwa PAI di sekolah mempunyai

posisi yang cukup strategis dalam ruang menumbuh kembangkan

keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta memberkati mereka dengan budi pekerti yang baik. Tanpa

pendidikan agama, kecil kemungkinannya untuk mewujudkan cita-cita

yang luhur. Oleh Karen itu, sudah selayaknya kalau pendidikan agama

11 Zakiah Daradjat¸ Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 86. 12 Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

1992), hlm. 20.

14

dijadikan sebagai mata pelajara wajib pada setiap jenis, jalur, dan

jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.

1) Dasar dan tujuan PAI

Pelaksanaan PAI bagi bangsa Indonesia mempunyai dasar

yang kuat tersebut adalah :

a) Dasar Yuridis

Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan PAI yang berasal

dari peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang secara

langsung dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan PAI.

Dasar-dasar tersebut adalah : 13

(1). Dasar ideal, yaitu filsafat negara Pancasila yang pada sila

pertamnya berbunyi : Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini

memberi pengertian bahwa bangsa Indonesia harus percaya

kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama, maka

untuk merealisasikannya diperlukan pemahaman sejak dini,

yaitu dengan melalui Pendidikan Agama Islam.

(2). Dasar struktural

Dasar struktural adalah UUD 1945 pada Bab IX, pasal

29 ayat 1 dan 2 disebutkan :

• Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

• Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayannya itu.

(3). Dasar operasional

Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung

mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-

sekolah di Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam Bab

IV ketentuan umum dalam Undang-undang tentang

Sisdiknas bahwa pendidikan keagamaan berfungsi

13 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hlm.

19-23.

15

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya, dan atau menjadi ahli ilmu.14

b) Dasar religius

Dasar religius ini bersumber dari ajaran Islam yang

tercantum dalam surat at-Taubah ayat 122 :

وما كان المؤمنون لينفروا كافة فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذرواح قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون

)122: التوبة (Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(at-Taubah : 122) 15

c) Dasar sosial psikologis

Setiap manusia memerlukan pegangan hidup yang disebut

agama. Manusia merasa bahwa di dalam jiwanya ada suatu

perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa.

Manusia akan merasa senang dan tentram hatinya kalau mereka

dapat mendekatkan diri dan mengabdi kepada-Nya. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Ra’d ayat 28 adalah

sebagai berikut :16

أال بذكر الله تطمئن القلوب الذين ءامنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله

)28: الرعد (

14 UU RI No. Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara, 2003) hlm. 20. 15 R.H.A Soenarjo, op.cit., hlm. 301-302. 16 Ibid., hlm. 373.

16

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”

Selanjutnya adalah tujuan pendidikan agama Islam.

Pendidikan agama Islam di SMP bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketaqwaannya kepada Allah serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara, serta

untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.17

2) Fungsi dan Ruang lingkup PAI

Pendidikan Agama Islam di SMP berfungsi untuk :18

- Penanaman nilai ajaran agama Islam sebagai pedoman

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

- Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWt

serta berahlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang

telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

- Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui PAI.

- Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

- Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif, budaya asing

yang akan dihadapinya sehari-hari.

- Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

(alam nyata dan non nyata) sistem dan fungsinya.

17 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama

dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Depdiknas, 2003), hlm. 340. 18 Ibid.

17

- Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke

lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi

keserasian, keselarasan, dan, keseimbangan antara : (a). Hubungan

manusia dengan Allah; (b). Hubungan manusia dengan sesama

manusia; (c) Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan

lingkungan. Sedangkan ruang lingkup bahan pelajaran SMP

berfokus pada aspek-aspek berikut yaitu : a) keimanan, b) Al

Qur’an / Hadits, c) Akhlak, d) Fikih / ibadah, e) tarikh.19

Berdasarkan pengertian pola belajardan PAI maka dapat

disimpulkan bahwa suatu langkah yang ditempuh oleh siswa untuk

memperoleh suatu kecakapan baru terutama dalam bidang studi

PAI

c. Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar dapat diperinci dalam beberapa prinsip dasar.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, maka

akan dapat memiliki arah dan pedoman yang jelas dalam belajar.

Adapun prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut : 20

1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas

2) Proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada

situasi

3) Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar

dengan hafalan

4) Belajar merupakan proses yang kontinue

5) Belajar memerlukan kemauan yang kuat

6) Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor

19 Ibid., hlm. 340-341. 20 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif , (Jakarta : Puspa Swara, 2000), Cet. 1, hlm. 2-

10.

18

7) Belajar keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara

terbagi-bagi

8) Proses belajar memerlukan metode yang tepat

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya

suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.

Jadi, berhasil tidaknya belajar tergantung kepada bermacam-macam

faktor. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua

golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.21

1) Faktor intern yang terdiri dari :

a) Faktor Jasmaniah

• Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Dalam hal ni,

kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap

belajarnya.

• Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar siswa yang cacat tubuhnya juga

terganggu. Apabila hal ini terjadi, hendaknya ia belajar

pada lembaga pendidikan khusus untuk mengurangi

pengaruh kecacatannya itu.

21 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,

1995), hlm. 54.

19

b) Faktor Psikologis

• Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan

kemajuan belajar, dalam keadaan yang sama, siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil

daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

• Perhatian

Seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan

yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa, maka akan timbul suatu kebosanan

sehingga akan membuat siswa tidak lagi suka belajar, agar

siswa dapat belajar dengan baik, maka bahan pelajaran

harus selalu menarik perhatiannya

• Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat

besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran

yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari, karena

dengan minat akan menambah kegiatan belajar.

• Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat sangat

mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya, maka siswa senang dalam

belajar dan akan lebih giat dalam belajar.

• Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai,

dalam belajar harus diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dengan

20

demikian, motif yang kuat sangat penting didalam belajar.

Sedangkan dalam membentuk motif yang kuat dapat

dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan adanya

pengaruh lingkungan

• Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Seorang siswa belajarnya

akan berhasil jika sudah siap (matang). Jadi, kemajuan

seseorang untuk memiliki suatu kecakapan tergantung pada

kematangan dan belajar.

• Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons.

Kesediaan akan timbul dari dalam diri seseorang. Kesiapan

juga berhubungan dengan kematangan. Dalam hal ini,

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan

kecakapan. Jadi, apabila seorang siswa akan belajar perlu

adanya kesiapan

c) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan

jasmani yang dapat dilihat dengan adanya lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan yang kedua adalah kelelahan rokhani yang dapat

dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan

2) Faktor ekstern yang terdiri dari

a) Faktor keluarga

21

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan

gedung, metode belajar dan tugas rumah

c) Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar ini meliputi

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul

dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada 2

macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam hal ini, pola

belajar berdasarkan konsep KBK masuk dalam faktor intern.

Karena pola belajar merupakan suatu kegiatan atau cara belajar

yang timbul dari dalam diri siswa atau tergantung pada kemauan

siswa itu sendiri.

2. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi

a. Pengertian kurikulum berbasis kompetensi

Dalam menjelaskan tentang KBK, terlebih dahulu

dikemukakan pengertian kurikulum dan kompetensi. Ada beberapa

macam pengertian kurikulum. Menurut Nana Sudjana, kurikulum

diartikan sebagai program belajar bagi siswa yang disusun secara

22

sistematik dan diberikan oleh lembaga tertentu untuk mencapai tujuan

pendidikan.22

Selanjutnya menurut Subandijah bahwa kurikulum merupakan

aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi

peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di

luar sekolah.23

Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Kompetensi

diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan kata

lain, kompetensi adalah apa yang dapat dilakukan siswa. Jadi

kompetensi itu lebih menunjukkan kemampuan melaksanakan sesuatu

yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan

Dalam hubungannya dengan belajar, kompetensi merupakan

perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu

dalam proses belajar mengajar. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas

yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana”

perbuatan tersebut dilakukan. Dikatakan perbuatan karena berbentuk

perilaku yang dapat diamati.

Atas dasar uraian tersebut di atas maka pengertian KBK adalah

perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar

yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan

kurikulum sekolah.24

KBK merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada

lembaga pendidikan (sekolah) untuk menentukan kebijakan lembaga

dalam meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan yang dapat

22 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru

Algesindo, 1989), hlm. 2-3. 23 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1996), hlm. 2. 24 Depdiknas., KBK, (Jakarta : Depdiknas, 2002), hlm. 2.

23

mengakomodasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin

kerjasama yang erat antara sekolah dan masyarakat dalam membentuk

pribadi peserta didik.25

Dari definisi tersebut, KBK diarahkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, minat peserta

didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,

ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Dalam KBK dibutuhkan pola pengajaran yang lebih interaktif

dengan peran yang lebih besar pada siswa. Guru berperan sebagai

fasilitator dan bukan sebagai pengajar. Sebagai fasilitator, guru harus

lebih kreatif dalam mengelola proses mengajar di kelas dengan

menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan

suasana belajar yang rileks, bervariasi, dan mengoptimalkan daya pikir

anak didik melalui dengar, lihat, dan rasakan, serta mampu secara

kreatif menemukan problem solving.

b. Karakteristik KBK

Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi

yang sesuai dengan spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk

menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan

sistem pembelajaran.26

Disamping itu, KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus

dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar

khusus sebagai hasil demontrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh

peserta didik.

25 Jamroh Latief, “Profil Guru Agama dalam Konteks KBK,” Jurnal Pemikiran, Riset,

dan Pengembangan Pendidikan Islam, I, 1, Juli, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 2003), Vol.1, No. 1, hlm. 32.

26 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 42.

24

Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis

kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :27

- Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikan.

- Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi.

- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar

lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

- Penilaian pendekatan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

c. Landasan dan Prinsip KBK

1) Landasan KBK

Landasan-landasan kurikulum akan menyediakan informasi

yang sangat berguna dalam pembuatan keputusan tentang

kurikulum yang disusun. Hal ini menekankan perlunya menetapkan

landasan sebelum memulai kegiatan pengembangan kurikulum.

Penyusunan model kurikulum berdasarkan kompetensi

akan mengacu kepada landasan sebagai berikut :28

a). Landasan Filosofis

Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah

hidup serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling

dihargai dalam hidup seseorang. Proses pentingnya mendidik

anak agar menjadi manusia yang baik pada hakikatnya

27 Depdiknas, op.cit., hlm. 3. 28 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung, Rosdakarya, 2004), 56-62.

25

ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut

negara, juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia.

Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat

bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang

dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui

pendidikan.

Di Indonesia landasan filosofinya adalah Pancasila. Pancasila

diakui dan diterima sebagai filsafat dan pandangan hidup

bangsa yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari

dan dijadikan pula sebagai filosofis pendidikan. Seperti yang

dinyatakan dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1968, Pancasila

adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan negara, kesadaran dan

cita-cita moral Pancasila sudah berakar dalam kebudayaan

bangsa Indonesia yang mengajarkan bahwa hidup manusia

akan mencapai kebahagiaan jika dikembangkan keselarasan

dan keseimbangan.

Dengan demikian, landasan filosofis Pancasila yang dianut oleh

negara Indonesia dengan prinsip demokratis, mengandung

makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk

berkembang dan mampu berfikir intelegen di kehidupan

masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan

terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan

kultural dalam pendidikan.

b). Landasan Psikologis

Kurikulum harus dipandang sebagai suatu sistem yang di

dalamnya merupakan reaksi terhadap proses yang ditentukan

oleh orang dewasa dengan memperhatikan kebutuhan dan

minat anak. Para ahli pengembangan kurikulum menjadikan

anak sebagai salah satu pokok pemikiran agar anak dapat

26

belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat

mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat

menguasai sejumlah keterampilan.

Penelitian terus dilakukan untuk lebih mendalam memahami

proses belajar ini, diantaranya dengan melakukan eksperimen.

Ada berbagai macam teori yang masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Walaupun teori belajar tersebut

berbeda, namun ada prinsip-prinsip yang pada umumnya dapat

diterima, diantaranya mengakui adanya perbedaan individual,

motivasi mempengaruhi hasil belajar, reward positif

terpengaruh besar pada peningkatan belajar.

Pada umumnya setiap teori mengandung kebenaran, akan tetapi

tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar

yang mencakup gejala belajar, dari yang sederhana sampai

yang pelik. Teori belajar inilah yang nantinya akan

berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum. Seperti teori

ilmu jiwa daya mengutamakan lantihan mental yang diperoleh

melalui bahan pelajaran, teori asosiasi mengutamakan

penguasaan bahan pelajaran sendiri, sedangkan teori Gestalf

mementingkan perkembangan pribadi anak.

Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar.

Dengan demikian, ada hubungan erat antara kurikulum dan

psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang

sangat erat, maka psikologis menjadi salah satu landasan

pengembalian kurikulum.

c). Landasan sosial budaya

Landasan ini berhubungan dengan keadaan masyarakat

perkembangan dan perubahannya berupa pengetahuan dan lain-

lain. Setiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat

27

kebiasaan, berlainan corak nlai-nilai yang dianut. Perbedaan ini

harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurrikulum. Oleh

sebab, itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang penting

dalam pengembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis

dijadikan salah satu asas.

Dengan dijadikannya sosiologis sebagai landasan

pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya

diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

d). Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi

Landasan ini berkenaan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni. Salah satu ciri dari

masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat yang

berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan

teknologi yang memiliki pengaruh yang cukup kuat pada

pengembangan kurikulum. Perubahan ini akan mempengaruhi

pengetahuan, kecakapan, sikap, aspirasi, minat, semangat,

kebiasaan bahkan pola hidup mereka.

Karakteristik kurikulum teknologi menekankan isi berupa

kompetensi; kompetensi dirinci menjadi sasaran belajar; desain

belajar disusun secara sistematik; penyusunan kurikulum dan

perangkatnya oleh para ahli; dan terakhir bahan ajaran disusun

dalam media cetak dan elektronik, belajar individual

menggunakan modul dan pengajaran berprogram.

Dengan Iptek sebagai landasan, peserta didik diharapkan

mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi

dan kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan

budaya bangsa.

28

e). Landasan organisatoris

Landasan ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan

pelajaran yang disajikan. Bagaimana bahan pelajaran akan

disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-

pisah, atau diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang

diberikan. Atau diusahakan hubungan secara lebih mendalam

dalam bentuk kurikulum yang terpadu.

Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi

hasilnya selalu semacam kompromi antara anggota panitia

kurikulum. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada

pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada

umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yaitu yang

tradisional dan yang progresif.

Mengacu pada landasan pengembangan kurikulum di atas,

maka tujuan kegiatan siswa akan menekankan pada

pengembangan sikap dan perilaku agar berguna dalam suatu

kehidupan masyarakat yang demokratis.

2) Prinsip-prinsip Pengembangan KBK

Prinsip pengembangan KBK adalah sebagai berikut :29

a). Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur

Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang dianut dan

dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap

dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, perlu diterapkan oleh

peserta didik dalam diri mereka supaya dapat direalisasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

29 Ibid., hlm. 63-65.

29

b). Penguatan integritas Nasional

Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan

integritas nasional melalui pendidikan aqidah akhlak. Dalam

hal ini, peserta didik diharapkan dapat menerapkan ahlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pendidikan

aqidah ahlak, maka akan memberikan kontribusi pada

masyarakat untuk senantiasa memberikan bimbingan kepada

generasi muda supaya menjadi manusia yang beriman, berahlak

mulia, dan berguna bagi bangsa Indonesia.

c). Keseimbangan, etika, logika, estetika dan kinestika

Keseimbangan etika, logika estetika dan kinestika sangat

dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum dan hasil

belajar PAI. Oleh karena itu, dalam pengembangan KBK

peserta didik perlu mempersiapkannya dengan matang agar

antara etika, logika, estetika dan kinestika bisa seimbang.

d). Kesamaan memperoleh kesempatan

Dalam pengembangan KBK terutama dalam pendidikan ahlak

supaya dapat memperdayakan peserta didik untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini, semua

peserta didik berhak memperoleh pendidikan yang tepat sesuai

dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki dan kecepatannya

dalam proses belajar.

e). Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi

Dengan adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi

maka peserta didik dapat belajar dengan mengakses, memilih

dan menilai ilmu pengetahuan untuk mengatasi situasi yang

cepat berubah dan ketidakpastian.

30

f). Pengembangan keterampilan hidup

Dalam pengembangan, KBK perlu adanya unsur keterampilan,

sikap dan perilaku adaptif, kooperatif dan kolaboratif dalam

menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari

secara efektif. Dengan demikian, setiap peserta didik perlu

mengembangkan keterampilan atau skill yang dimiliki.

g). Belajar sepanjang hayat

Dalam belajar sepanjang hayat dapat dilakukan melalui

pendidikan formal dan non formal, serta pendidikan alternatif

yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun

masyarakat. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai

peluang untuk belajar sepanjang hayat sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

h). Berpusat pada ahlak

Pengembangan kurikulum sebaiknya mampu memandirikan

peserta didik untuk belajar dan menilai diri sendiri agar bisa

membangun pemahaman dan pengetahuannya. Dalam hal ini,

pengembangan kurikulum difokuskan pada pendidikan ahlak

supaya peserta didik mampu mengembangkan dan

merealisasikannya.

i). Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Dalam pengembangan kurikulum semua pengalaman belajar

dirancang secara berkesinambungan. Adapun pendekatan yang

digunakan adalah berfokus pada kebutuhan siswa yang

bervariasi dan keberhasilan pengalaman belajar menuntut

kemitraan dari siswa, guru, sekolah, orang tua dan masyarakat.

Dengan demikian, dalam pengembangan kurikulum perlu

adanya dukungan dan tanggung jawab dari berbagai pihak

terutama dalah masyarakat.

31

Dari berbagai prinsip-prinsip tersebut di atas maka secara

sederhana dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan kurikulum

diperlukan prinsip-prinsip yang dapat mendukung kelancaran proses

belajar mengajar dan menghasilkan output secara optimal. Dalam

prinsip-prinsp tersebut berpusat pada pendidikan akhlak dan peserta

didik diharapkan dapat memahami dan merealisasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Pola Belajar PAI Berdasarakan Konsep KBK

Pola belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

situasi belajar tertentu. Adapun macam-macam pola belajar adalah belajar

dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber belajar,

strategi belajar individual personal dan belajar tuntas

a. Sistem belajar dengan modul

KBK menggunakan modul sebagai sistem pembelajaran.

Dalam hal ini modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi

serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang

secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan

belajar.30

Modul merupakan suatu paket pengajaran yang memuat satu

unit konsep dari bahan pelajaran.31 Menurut Nana Sudjana modul

adalah suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk

tertentu untuk keperluan belajar.32 Selanjutnya Basyiruddin

menyatakan bahwa modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang

lengkap yang berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan belajar

30 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 43. 31 Vembriarto, Pengajaran Modul, (Yogyakarta : Paramita, 1985), hlm. 20. 32 Nana Sudjana, Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru, Algesindo,

2003), hlm. 132.

32

yang disusun untuk membantu para siswa dalam mencapai sejumlah

tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan operasional.33

Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikemukakan

bahwa sebuah modul merupakan proses pembelajaran mengenai satuan

bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan

terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman

penggunaannya untuk para guru. belajar dengan sistem modul

memiliki karakteristik sebagai berikut:34

1) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan

petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan

oleh seorang peserta didik, bagaimana melakukannya dan sumber

belajar apa yang digunakan.

2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga

mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik

peserta didik. Dalam hal ini setiap modul harus :

• Memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar

sesuai dengan kemampuannya.

• Memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang

telah diperoleh.

• Memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang

spesifik dan dapat diukur.

3) Pengalaman belajar dengan modul disediakan untuk membantu

siswa mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien

mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan

pembelajaran secara efektif.

33 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Pers,

2002), hlm. 63. 34 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 43-44.

33

4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis sehingga

peserta didik dapat mengetahui kapan dia melalui dan kapan

mengakhiri sebuah modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan

mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian

tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan

balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.

Pengukuran ini juga merupakan suatu kriteria atau standart

kelengkapan modul.

Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas belajar siswa di sekolah, baik waktu, dana,

fasilitas, maupun tenaga untuk mencapai tujuan secara optimal.

S. Nasution menyebutkan, ada 4 tujuan pengajaran modul :35

Pertama, modul memberi kesempatan bagi siswa untuk

belajar menurut kecepatan masing-masing. Para ahli beranggapan

bahwa siswa mempunyai kesanggupan yang bebeda-beda dalam

mempelajari sesuatu dan berbeda-beda pula dalam penggunaan

waktu belajarnya.

Kedua, modul memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar

menurut cara masing-masing. Sebab mereka memiliki teknik yang

berbeda satu dengan yang lainnya dalam memecahkan masalah

tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan

masing-masing.

Ketiga, dalam pengajaran modul terdapat pilihan dari

sejumlah topik bidang studi atau disiplin ilmu lainnya bila kita

anggap bahwa siswa tidak mempunyai minat yang sama untuk

mencapai tujuan yang sama.

35 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta :

Bumi Aksara, 2000), hlm. 205-206.

34

Keempat, pengajaran modul memberikan kesempatan

terhadap siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan

memperbaiki kelemahan mereka melalui remidial, ulangan atau

variasi dalam belajar.

Dengan sistem belajar modul ini, peserta didik mendapat

kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan

petunjuk didalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan serta

melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam setiap

tugas. Oleh karena itu, setiap siswa dalam batas-batas tertentu dapat

maju sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuan masing-

masing.

Sebuah modul biasanya terfokus pada seperangkat

kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sehingga mampu

melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.

Peserta didik diharapkan mengerjakan sendiri tugas-tugas yang

tertulis dalam modul atau dalam kelompok kecil sesuai dengan

kemampuan dan kecepatannya masing-masing.

Penentuan kecepatan sendiri dalam mempelajari sebuah

modul membuat guru memiliki cukup waktu untuk berinteraksi

secara tatap muka dengan peserta didik untuk menjamin tingkat

pemahaman yang utuh terhadap suatu pengalaman belajar. Guru

mungkin juga membantu siswa untuk menemukan cara-cara khusus

dalam menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang harus

dikuasainya, sehingga mendorong mereka untuk mencapai hasil

yang optimal.

b. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar

Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas

pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar

secara maksimal, terutama bagi siswa. Dalam KBK guru tidak lagi

35

berperan sebagai aktor atau aktris utama dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang optimal siswa dituntut

tidak hanya mengandalkan diri dari pada apa yang terjadi di dalam

kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber

belajar yang diperlukan.

Dalam pengertian secara sederhana, sumber belajar adalah guru

dan bahan-bahan pelajaran atau bahan pengajaran baik buku-buku

bacaan atau semacamnya.36 Kemudian dalam arti luas, sumber belajar

adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta

didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadi proses belajar.37 Jadi

sumber belajar merupakan salah satu hal yang akan menentukan

keberhasilan dalam proses belajar.

Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin

dikembangkan dalam pembelajaran pada garis besarnya dapat di

klasifikasikan menjadi 6 yaitu :38

1) Pesan (massages), yaitu informasi yang ditransmisikan oleh

komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Termasuk

dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi atau mata kuliah

yang harus diajarkan pada peserta didik.

2) Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan,

pengolah, penyaji pesan; seperti guru, dosen, tutor, siswa, tokoh

masyarakat atau orang lain yang mungkin berinteraksi dengan

siswa.

3) Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan

pembelajaran untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun

oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori

36 Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995),

hlm. 152. 37 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet I, hlm.

102. 38 Ibid., hlm. 108.

36

bahan, misalnya; transparansi, slide, film, film-strip, audio, video,

buku, modul, majalah, bahan instruksional terprogram dan lain-

lain.

4) Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk

penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya ;

proyektor slide, over head, video tape, pesawat radio, pesawat

televisi dan lain-lain.

5) Teknik (techniques), yaitu prosedur yang disiapkan untuk

menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk

menyampaian pesan. Contohnya instruksional terprogram, belajar

sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demonstrasi, ceramah,

tanya-jawab, dan lain-lain.

6) Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan

disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik (gedung sekolah,

kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, musim,

taman) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar, dan lain-

lain).

Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat

penting selain melengkapi, memelihara dan memperkaya khasanah

belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan

kreativitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru

maupun peserta didik. Dengan didayagunakannya sumber-sumber

secara maksimal, dimungkinkan orang yang belajar menggali

berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan budaya,

sehingga pengetahuannya senantiasa aktual, serta mampu mengikuti

akselerasi teknologi dan seni yang senantiasa berubah.

Tak ada satu sumber belajarpun yang dapat memenuhi

berbagai kebutuhan, maka dalam proses belajar diperlukan kesiapan

37

mental dan kemauan, serta kemampuan untuk menjelajahi aneka

ragam sumber belajar yang ada dan mungkin ada.

c. Strategi Belajar Individual-Personal

KBK mengusahakan strategi belajar individul-personal. Belajar

individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik,

sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan

keunikan peserta didik : bakat, minat dan kemampuan

(personalisasi).39

Pengajaran individual merupakan usaha untuk menyajikan

kondisi-kondisi belajar yang optimum bagi masing-masing individu.

Kalau pengajaran memperhatikan perbedaan individual anak maka

sekolah harus memberikan kesempatan pada anak untuk dapat belajar

sesuai dengan bakat, minat, tempo, dan cara yang efektif bagi

mereka.40

Adapun kesempatan yang harus diberikan oleh sekolah untuk

maksud itu tentu saja tidak cukup hanya dengan menambah fasilitas

pengajaran yang cukup seperti perpustakaan, laboratorium workshop

dan lain-lain, tetapi juga organisasi sekolah perlu menjamin dengan

adanya perbedaan individual tersebut.

Untuk merealisasikan pengakuan perbedaan individual itu asas

kurikulum sekolah harus continuous progress (maju berkelanjutan).

Continous progress adalah asas kurikulum yang memungkinkan anak

didik secara individual dan secara kontinue mengikuti program

pendidikan yang bertujuan tercapainya pertumbuhan dan

perkembangan pribadi secara optimal, sehingga anak didik yang cepat

atau cerdas tidak dihambat oleh kawan-kawan yang lebih rendah minat

atau daya intelektualnya dan anak didik yang lamban tidak harus

mengikuti kecepatan anak yang lebih berbakat dalam kemampuan dan

39 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 45. 40 Vembriarto, op. cit., hlm.10.

38

minatnya untuk sesuatu bidang kegiatan pendidikan.41 Jadi dalam

proses belajar-mengajar anak didik mengikuti irama perkembangan

masing-masing.

Selanjutnya strategi belajar personal berorientasi pada

pengembangan diri. Titik beratnya pada pembentukan pribadi individu.

Strategi ini tertuju pada kehidupan emosional perorangan yang

diharapkan membantu individu untuk mengembangkan hubungan yang

produktif dengan lingkungannya.

d. Belajar Tuntas

Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat

dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi

yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan

memperoleh hasil secara maksimal terhadap seluruh bahan yang

dipelajari.42

Oemar Hamalik menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu

strategi pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan

pendekatan kelompok.43 Pendekatan ini memungkinkan, para siswa

belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang

harus dipelajari oeh siswa sampai tingkat tertentu, penyediaan waktu

belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

Belajar dalam kelompok termasuk langkah mengevaluasi

belajar sendiri, sehingga dapat mengetahui kekurangan atau kelebihan

diri. Dalam belajar sendiri, penyimpulan pengertian dapat saja salah.

41 Ibid., hlm.11. 42 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 53. 43 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA,

(Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 85.

39

Oleh karena itu, dalam belajar kelompok kesalahan semacam ini dapat

diketahui.44

Ada beberapa petunjuk yang bisa dipraktekkan untuk belajar

kelompok adalah sebagai berikut :45

• Jumlah kelompok belajar diadakan terdiri dari 3 – 5 orang, dan

memilih teman-teman yang kira-kira bisa diajak untuk bertukar

pikiran dan senang berdiskusi.

• Menentukan kapan akan belajar bersama dan topik apa yang akan

dibahas serta perlengkapan apa yang harus dipersiapkan.

Kemudian melakukan kegiatan belajar kelompok secara rutin

minimal satu minggu sekali dengan prioritas membahas kesulitan-

kesulitan pelajaran yang dihadapi. Dalam setiap pertemuan

kelompok perlu ditetapkan siapa ketua dan siapa penulis

• Sebelum berdiskusi, merumuskan dahulu persoalan yang akan di

bahas dan membatasi waktunya. Begitu juga untuk peran setiap

anggota perlu dibagi tugas-tugasnya untuk membahas sub-sub

topik. Setelah itu hasilnya dihimpun dan disimpulkan bersama,

kemudian ditulis oleh penulis.

• Apabila kelompok belajar menjumpai kesulitan dalam

memecahkan persoalan maka perlu ditangguhkan dulu

pemecahannya untuk ditanyakan kepada guru untuk mendapatkan

kepastian jawaban yang benar.

• Setelah kesimpulan ditulis oleh penulis, hasilnya di copy untuk

dibagikan kepada semua anggota kelompok supaya bisa dipelajari

lagi di rumah masing-masing.

44 Pinandoyo, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Semarang : Citra Almamater,

1991), hlm. 14. 45 Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan : Cinta Ilmu,

2001), Cet. 1, hlm. 53-54.

40

Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara

maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.

Kesistematisan akan tercermin dari pembelajaran yang dilaksanakan,

terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan

evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang gagal

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Makin lama siswa menggunakan waktu secara sungguh-

sungguh untuk belajar, makin tinggi tingkat penguasaan terhadap

bahan yang dipelajarinya. Dalam kondisi belajar tertentu, waktu yang

digunakan untuk belajar dan wktu yang dibutuhkan untuk menguasai

bahan pelajaran tidak saja dipengaruhi oleh sifat dari individu tetapi

juga oleh karakteristik dari pengajaran.

Lamanya waktu belajar yang digunakan ditentukan oleh

lamanya siswa mau mempelajari suatu bahan dan waktu yang

disediakan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh bakat

siswa, kualitas pengajaran dan kemampuan siswa untuk menangkap

bahan sajian ini dekat hubungannya dengan intelegensi umum siswa.46

Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas sebagai

upaya meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro,

yaitu mengembangkan individu dalam proses pembelajaran dikelas.

Hal ini dapat merubah strategi guru terutama berhubungan dengan

waktu. Perhatian guru terhadap waktu adalah waktu yang digunakan

peserta didik untuk belajar sampai taraf penguasaan bahan

sepenuhnya.

46 B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997),

hlm.100.

41

B. Hasil Belajar PAI

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar. Berkaitan dengan hasil belajar, dimana hal ini akan tercapai

apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui latihan,

maupun pengalaman untuk mencapai apa yang telah dipelajari.47

Selanjutnya menurut Gagne dan Driscoll Selanjutnya menurut

Gagne dan Driscoll mendefinisikan hasil belajar sebagai berikut : “The

performance made possible by the act of learning serves the important

function of preparing the way for feedback”. 48 Adapun kesimpulannya

adalah “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan

siswa (the learner’s performance)”.

Sedangkan menurut Howard Kingsley yang dikutip Nana

Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a). Keterampilan

dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-

cita,49 menurut ahli lain yaitu Bloom dalam bukunya Nana Sudjana,

membuat klasifikasi hasil belajar menjadi 3 dimensi yaitu ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik.50

Berkaitan dengan hasil belajar, dimana hal ini akan tercapai

apabila berusaha semaksimal mungkin, baik melalui latihan maupun

pengalaman untuk mencapai apa yang telah dipelajari. Dengan usaha

tersebut, Allah akan menjadikan seseorang menjadi yang baik dan

berhasil.

47 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2002), hlm. 22. 48 Robert M. Gagne, Marcy Perkins Driscoll, Essentials of Learning for Instruction,

(Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, 1989), hlm. 36. 49 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 22. 50 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 46.

42

Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki

siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang bisa dilihat dari

berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam

hal ini untuk kurikulum lama, hasil belajar dalam aspek kognitif yang

paling banyak dinilai oleh para guru. Akan tetapi, dalam konsep KBK,

dalam mencapai hasil belajar yang maksimal memerlukan ketiga ranah

yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, dalam konsep

KBK diharapkan seorang siswa dapat memberikan kontribusi yang

lebih baik dalam menunjang keberhasilan belajarnya.

b. Faktor-faktor yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar

Faktor-faktor yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar

adalah evaluasi. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis

untuk membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan

pengajaran telah dicapai oleh siswa.

Jenis penilaian atau evaluasi dibagi menjadi 2 macam yaitu : 51

1. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk

mencari umpan balik, yang selanjutnya hasil penilaian tersebut

dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang

sedang atau sudah dilaksanakan. Dengan demikian, penilaian

formatif berorientasi pada proses belajar mengajar.

2. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan untuk

memperoleh data sampai dimana pencapaian belajar siswa

terhadap bahan yang dipelajari selama jangka waktu tertentu,

yaitu setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Penilaian

sumatif berorientasi kepada produk, adapun fungsi dan tujuannya

untuk menentukan nilai yang diperoleh siswa yang dinyatakan

lulus atau tidak.

51 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1997), Cet. 8, hlm. 26

43

Dalam evaluasi hasil belajar, alat evaluasi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk

mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikir

(kognitif) sedangkan teknik non-tes digunakan untuk mengevaluasi

hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (afektif) dan

ranah keterampilan (psikomotorik)

Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian hasil-hasil belajar

adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai

siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang mencakup

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

C. Pengaruh Pola Belajar PAI Berdasarkan Konsep KBK terhadap Hasil

Belajar PAI

Pendidikan agama memiliki fungsi yang penting dalam pendidikan

nasional, yaitu sebagai sub sistem pendidikan nasional. Akan tetapi, belum

bisa menerapkan fungsinya secara optimal. Hal ini disebabkan karena adanya

beberapa kendala dalam pelaksanaannya diantaranya adalah kurangnya jam

pelajaran (yaitu yang hanya 2 jam pelajaran) dari satu sisi. Disisi lain dijumpai

banyaknya materi yang harus diajarkan tentu merupakan kendala yang sangat

luar biasa. Bagaimana mungkin dalam waktu dua jam pelajaran itu seseorang

siswa mampu menguasai dan memiliki hasil yang optimal. Meskipun hal ini

terjadi , mungkin hanya satu aspek hasil belajar yang dikuasai oleh peserta

didik. Sedangkan aspek lainnya hanya sebagian saja bahkan tidak sedikitpun.

Padahal tujuan PAI adalah untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia Muslim dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika

hanya satu ranah yang dikuasai oleh siswa sedangkan ranah yang lain tidak

dimiliki, maka tujuan ini tidak akan tercapai. Karena memang ada 3 ranah

hasil belajar yang seharusnya dimiliki siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan

44

psikomatorik, dimana tujuan dari PAI tersebut merupakan cerminan dari

ketiga ranah tersebut.

Ditambah lagi kendala lain juga dihadapi oleh PAI diantaranya adalah

heterogenitas pengetahuan yang dimiliki peserta didik, hal ini akan menambah

kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara optimal.

Dari beberapa kendala tersebut diatas, maka dibutuhkan solusi yang

terbaik bagi kemajuan siswa dalam mencapai hasil yang diharapkan. Untuk

memecahkan masalah ini, ada beberapa pola belajar versi KBK yang dapat

mendorong siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Pola belajar ini meliputi

belajar dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber

belajar, belajar individual-personal dan belajar tuntas. Pola belajar ini

merupakan serangkaian langkah yang seharusnya diterapkan dan

direalisasikan sehingga siswa dapat mecapai hasil belajar yang optimal.

Yang pertama adalah belajar dengan modul. Modul merupakan suatu

unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan

belajar. Dengan adanya modul, peserta didik akan mendapatkan kesempatan

lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk didalam

lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas

yang harus diselesaikan dalam setiap tugas. Oleh karena itu, setiap siswa

dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai dengan kecepatan dan

kemampuan masing-masing, sehingga dapat mendorong siswa untuk

mencapai hasil belajar yang optimal.

Yang kedua adalah, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber

belajar. Dengan adanya sistem belajar ini, diharapkan siswa dapat

memanfaatkan semua sumber belajar yang ada. Karena dengan adanya sumber

belajar ini siswa dapat menambah wawasan berpikirnya dan juga dapat

memudahkan terjadinya proses belajar dan pendayagunaan sumber belajar ini

juga dapat meningkatkan aktivitaas dan kreativitas belajar yang sangat

menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.

45

Selanjutnya adalah belajar individual-personal. Strategi belajar

individual-personal merupakan belajar berdasarkan tempo belajar, minat,

bakat, maupun kemampuan siswa. Dengan sistem belajar ini, sekolah harus

memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai dengan bakat,

minat, tempo dan cara yang efektif bagi mereka. Untuk menunjang

keberhasilan mereka tentu saja tidak cukup hanya menambah fasilitas

pengajaran saja tetapi juga perlu adanya realisasi dari pengakuan perbedaan

individual sehingga memungkinkan anak didik secara individual dapat

mengikuti program pendidikan yang bertujuan tercapainya pertumbuhan dan

perkembangan pribadi secara optimal.

Yang terakhir adalah sistem belajar tuntas. Belajar tuntas merupakan

strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam kelas, dengan asumsi

bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar

dengan baik dan mamperoleh hasil secara maksimal terhadap seluruh bahan

yang dipelajari. Jadi, dengan adanya sistem belajar tuntas, seorang siswa dapat

menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.

Berdasarkan beberapa konsep tentang pola belajar tersebut yang terdiri

dari belajar dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber

belajar, strategi belajar individual-personal dan belajar tuntas. Maka dapat

disimpulkan bahwa keempat pola belajar tersebut sangat menentukan hasil

belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, peserta didik harus

mempersiapkan sejak dini dalam belajar bidang studi teertentu. Dengan

adanya pola-pola belajar tersebut diatas, dapat memudahkan siswa untuk

meningkatkan efisiensi dan aktivitas belajarnya dan juga dapat mencapai hasil

yang optimal.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian ini, perlu ditinjau

beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis

laksanakan, dari beberapa buku yang penulis jadikan sebagai acuan dalam

penelitian.

46

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahid yang berjudul

“Studi Komparasi Pola Belajar Mahasiswa yang Berindeks Prestasi Tinggi

dengan yang berindeks Prestasi Rendah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Angkatan 2000 dan 2001.”52 Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui pola belajar yang ideal di perguruan tinggi dan perbedaan pola

belajar antara mahasiswa yang berindek prestasi tinggi dan rendah. Dengan

demikian hasil penelitiannya adalah bahwa mahasiswa yang berindeks prestasi

tinggi mempunyai pola belajar yang teratur dibandingkan dengan mahasiswa

yang berindeks prestasi rendah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Manik Riana yang bejudul

”Upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H.

Isriati Semarang”53 dalam penelitian tersebut berisi bahwa KBK ketika

diaplikasikan dilapangan ternyata hampir sama dengan kurikulum

sebelumnya. Namun, ada upaya untuk mengarah pada pengembangan KBK.

Adapun upaya yang terus dilaksanakan adalah penyediaan sarana dan

prasarana yang cukup memadai, penambahan kegiatan keagamaan,

memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar mandiri dalam

mengaplikasikan teori-teori yang didapat disekolah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Luluk Baruroh yang

berjudul pengaruh motivasi dan Pola Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas II di SLTP I Brangsong Kendal 2003/2004.54 Dalam penelitian tersebut

mengupas tentang pengaruh motivasi dan pola belajar untuk mencapai hasil

belajar PAI. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah, bahwa pola belajar

dan motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan hasilnya

adalah signifikan.

52 Abdul Wahid, Studi Komparasi Pola Belajar Mahasiswa yang Berindeks Prestasi Tinggi dengan yang Berindeks Prestasi Rendah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Angkatan 2000 dan 2001), (Semarang : Puslit, 2003).

53 Mamik Riana, Upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H. Isriati Semarang, (Semarang : Skripsi diajukan Guna Memenuhi Gelar S 1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2005).

54 Luluk Baruroh, Pengaruh Motivasi dan Pola Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II SLTP 01 Brangsong Kendal Tahun 2003/2004, (Semarang : Skripsi diajukan Guna Memenuhi Gelar S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004).

47

Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah untuk siswa

kelas I yang pola belajarnya berdasarkan konsep KBK. Hal ini tentu berbeda

dengan pola belajar pada kurikulum lama. karena dengan adanya kurikulum

baru yaitu KBK yang lebih menekankan pada kegiatan individual dan pola

yang digunakan adalah pola belajar mandiri. Maka diharapkan pola versi

KBK yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih baik dari pada pola belajar

kurikulum lama.

E. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul.55 Hipotesis yang peneliti ajukan

dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh positif dari pola belajar berdasarkan

konsep KBK terhadap hasil belajar PAI siswa.

55 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Ed. Rev.) (Jakarta

: Rineka Cipta, 1998), Cet. 2, hlm, 67.