bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00051-ak bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Landasan teori berisi tentang penjelasan terhadap
unsur-unsur maupun variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian
yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan
dan prediksi terhadap hubungan antar unsur maupun variabel yang akan diteliti menjadi
jelas dan terarah.
II.1 Kas dan Setara Kas
Para pengguna laporan keuangan ingin mengetahui bagaimana perusahaan
menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas agar para pengguna laporan
keuangan dapat mengambil keputusan ekonomi secara tepat. Di lain pihak,
perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban,
dan membagikan dividen kepada perusahaan. Oleh karena itu, kas sangat
berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan.
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.2), “Kas
terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 552) yang
diterjemahkan oleh Wibowo, H., “Kas hanya meliputi pos-pos yang segera
tersedia untuk membayar kewajiban.”
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.2),
“Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
10
berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 552) yang diterjemahkan
oleh Wibowo, H., “Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid
dengan dua karakteristik tambahan:
1) Dapat segera dikonversi menjadi kas dalam jumlah yang sudah diketahui
dan tetap
2) Sudah sangat mendekati jatuh tempo sehingga terjadinya fluktuasi nilai
pasar akibat perubahan suku bunga tidak signifikan.”
Setara kas yang dimilliki oleh perusahaan digunakan untuk memenuhi
komitmen kas jangka pendek dan bukan untuk tujuan investasi perusahaan
ataupun tujuan-tujuan lainnya. Oleh karena itu, suatu investasi dapat disebut
sebagai setara kas hanya jika investasi tersebut akan jatuh tempo dalam waktu
tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Contoh setara kas adalah:
surat berharga komersial (commercial paper), dana pasar uang, obligasi, surat
utang tanpa bunga, dan wesel pemerintah (treasury bonds, notes, dan bills).
Investasi jenis ini dengan segera dapat dikonversi menjadi sejumlah kas dan
demikian dekatnya dengan tanggal jatuh tempo sehingga nilai pasarnya relatif
tidak signifikan terhadap perubahan suku bunga.
Penilaian arus kas pada suatu perusahaan belum lengkap tanpa
mempertimbangkan setara kas. Biasanya, perusahaan menginvestasikan kas
yang menganggur dalam sekuritas setara kas untuk pengembalian (return)
lebih tinggi daripada yang bisa diperoleh dari rekening tabungan (saving
11
account). Pembelian dan penjualan setara kas merupakan hal yang normal
dalam praktik manajeman kas.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan kas meliputi
cash on hand dan cash on bank yang sangat likuid. Setara kas merupakan
investasi jangka pendek biasanya kurang dari tiga bulan yang bersifat likuid
dan cepat dijadikan kas.
II.2 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan bagian yang tak terpisahkan dan penting dari
laporan keuangan lengkap sebuah perusahaan. Laporan arus kas menyajikan
arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan. Laporan arus kas
diklasifikasikan dalam tiga jenis aktivitas yaitu aktivitas operasi, aktivitas
investasi, dan aktivitas pendanaan.
II.2.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Di Indonesia, menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.1),
“Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan
dalam Pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian tidak
terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 547) yang
diterjemahkan oleh Wibowo, H., “Laporan arus kas atau Statement of Cash
Flow adalah laporan yang menguraikan arus kas masuk dan keluar menurut
kategorinya. Laporan ini menjelaskan perubahan kas selama satu periode.”
12
Mengacu pada pendapat Warren, Reeve, dan Fees (2004), Pengertian
laporan arus kas dapat dikemukakan sebagai laporan yang memberikan
informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan pada
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan laporan arus
kas adalah laporan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode
tertentu yang terklasifikasikan atas aktivitas operasi, aktivitas, investasi, dan
aktivitas pendanaan.
II.2.2 Tujuan Laporan Arus Kas
Salah satu tujuan laporan keuangan adalah menaksir atau memprediksi
prospek arus kas masuk dan arus kas keluar suatu perusahaan di masa yang
akan datang. Para pengguna laporan keuangan dapat memprediksi arus kas di
masa yang akan datang apabila mereka mempunyai basis informasi yang
memadai, namun rupanya laporan laba rugi dan neraca tidak mampu
menyediakan basis informasi ini.
Oleh karena itu, diperlukan laporan keuangan lain yang dinamakan
Laporan Arus Kas guna melengkapi dan meningkatkan pengungkapan
keuangan (financial disclosure) suatu badan usaha.
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.1),
“Tujuan laporan arus kas adalah memberi informasi historis mengenai
perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalaui laporan arus kas
13
yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.”
Mengacu pada pendapat Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007),
Tujuan utama laporan arus kas dapat dikemukakan untuk menyediakan
informasi yang relevan tentang penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu
badan usaha selama suatu periode. Untuk mencapai tujuan tersebut, laporan
arus kas wajib melaporkan:
1) Dampak kas dari aktivitas operasi perusahaan selama suatu periode
2) Transaksi investasi
3) Transaksi pendanaan
4) Kenaikan atau penurunan kas selama suatu periode
II.2.3 Kegunaan Laporan Arus Kas
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.1), “Laporan
arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan
perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows)
dari berbagai perusahaan.”
14
Mengacu pada pendapat Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007),
Kegunaan laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang membantu
investor, kreditor, dan pihak pengguna lainnya dalam menaksir:
1) Kemampuan entitas dalam menghasilkan arus kas masa depan
2) Kemampuan entitas dalam membayar dividen dan obligasi
3) Alasan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara laba bersih dan kas
bersih hasil kegiatan operasi
4) Kas, investasi nonkas, dan transaksi pendanaan selama periode
II.2.4 Klasifikasi Aktivitas dalam Laporan Arus Kas
Laporan arus kas diklasifikasikan dalam tiga aktivitas yaitu: Operasi, Investasi,
dan Pendanaan. Pengklasifikasian ini penting dilakukan untuk mengevaluasi
arus kas yang telah terjadi dan memprediksi kas masa depan. Misalnya,
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang positif dari
kegiatan operasionalnya sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut.
II.2.4.1 Aktivitas Operasi
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007, p. 1213), aktivitas operasi
(operating activities) sebagai berikut:
Operating activities involve the cash effects of transactions that enter into the determination of net income, such as receipts from sales of goods and services, and cash payments to suppliers and employees for acquisitions of inventory and expenses.
Menurut Garrison dan Noreen (2001, h. 750) yang diterjemahkan oleh
Budisantoso, A. T., “Aktivitas operasi adalah aktivitas yang menentukan
15
besarnya laba bersih. Aktivitas operasi meliputi seluruh transaksi yang
mempengaruhi utang lancar selain menerbitkan dan melunasi utang wesel.
Aktivitas operasi juga meliputi perubahan rekening neraca tidak lancar (non
current) yang secara langsung mempengaruhi laba bersih seperti akumulasi
penyusutan dan amortisasi.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 553) yang
diterjemahkan oleh Wibowo, H., “Klasifikasi arus kas operasi mencakup:
Arus Masuk:
1) Penerimaan dari pelanggan
2) Bunga yang diterima
3) Dividen yang diterima
4) Pengembalian (restitusi) pajak penghasilan
5) Pengembalian dari pemasok
6) Penerimaan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan penghasil laba
(income-producing activities), seperti pendapatan diterima di muka
7) Penerimaan dari gugatan hukum
8) Hasil (proceeds) asuransi dari asuransi kesehatan, jiwa, dan gangguan
bisnis
9) Hasil dari penjualan dan jatuh temponya sekuritas perdagangan
Arus Keluar:
1) Pembayaran kepada pemasok
2) Pembayaran kepada pegawai
3) Pembayaran bunga (setelah dikurangi jumlah yang dikapitalisasi)
4) Pembayaran pajak penghasilan dan pajak lainnya
16
5) Pembayaran lainnya yang berhubungan dengan kegiatan penghasil laba
termasuk pembayaran di muka dan beban
6) Penyelesaian gugatan hukum
7) Pembayaran pokok pinjaman jangka panjang dan pendek dari pemasok
8) Pembelian sekuritas perdagangan
9) Pembayaran untuk denda dan penalti
10) Sumbangan amal.”
II.2.4.2 Aktivitas Investasi
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007, p. 1214), aktivitas investasi
(investing activities) sebagai berikut:
Investing activities generally involve long-term assets and include (a) making and collecting loans, and (b) acquiring and disposing of invesments and productive long-lived assets.
Menurut Garrison dan Noreen (2001, h. 750) yang diterjemahkan oleh
Budisantoso, A. T., “Aktivitas investasi adalah transaksi yang meliputi
perolehan dan pelepasan aktiva tidak lancar.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 554) yang
diterjemahkan oleh Wibowo, H., “Klasifikasi arus kas investasi mencakup:
Arus Masuk:
1) Hasil dari penjualan aktiva pabrik
2) Hasil dari penjualan dan jatuh temponya sekuritas utang serta ekuitas yang
tidak diklasifikasikan sebagai ekuivalen kas atau sekuritas perdagangan
3) Penagihan jumlah pokok pinjaman yang diberikan kepada pihak lain dan
dimiliki terutama bukan untuk dijual kembali
17
4) Penagihan real estate
5) Hasil asuransi kecelakaan (yang berhubungan dengan pelepasan aktiva
pabrik secara tidak disengaja)
Arus Keluar:
1) Pembayaran untuk membeli aktiva pabrik
2) Pembelian sekuritas utang dan ekuitas yang tidak diklasifikasikan sebagai
ekuivalen kas atau sekuritas perdagangan
3) Pinjaman yang diberikan kepada pihak lain dan dimiliki terutama bukan
untuk dijual kembali
4) Pembayaran untuk membeli real estate
5) Pembayaran untuk bunga yang dikapitalisasi (menambah aktiva pabrik)
6) Pembayaran uang muka, pembayaran di muka, dan pembayaran lain
sebelum atau segera setelah pembelian aktiva pabrik (pembayaran pokok
pinjaman selanjutnya atas pembiayaan dengan utang ini merupakan arus
kas keluar pembiayaan).”
II.2.4.3 Aktivitas Pendanaan
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007, p. 1214), aktivitas pendanaan
(financing activities) sebagai berikut:
Financing activities involve liability and stockholders’ equity items and include (a) obtaining cash from creditors and repaying the amounts borrowed, and (b) obtaining capital from owners and providing them with a return on, and a return of, their invesment.
18
Menurut Garrison dan Noreen (2001, h. 751) yang diterjemahkan oleh
Budisantoso, A. T., “Aktivitas pendanaan meliputi pinjaman dari kreditor atau
pengembalian kepada pemilik perusahaan.”
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (2001, h. 555) yang
diterjemahkan oleh Wibowo, H., “Klasifikasi arus kas pembiayaan mencakup:
Arus Masuk:
1) Hasil dari penerbitan saham
2) Hasil dari penerbitan obligasi
3) Hasil dari utang untuk kegiatan investasi tertentu
4) Hasil pinjaman dari lembaga keuangan
Arus Keluar:
1) Pembayaran untuk membeli saham treasuri
2) Pembayaran untuk menarik obligasi
3) Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
4) Pembayaran pokok pinjaman atas pinjaman dari lembaga keuangan
5) Pembayaran pokok pinjaman dalam lease modal
6) Pembayaran pokok pinjaman atas utang yang digunakan untuk membeli
aktiva produktif yang dibiayai oleh penyalur atau pihak ketiga.”
II.2.5 Penyajian Laporan Arus Kas
Dalam PSAK No. 2 diatur tentang metode penyajian Laporan Arus Kas yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung.
19
II.2.5.1 Metode Langsung
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.4), “Dengan
metode langsung kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran
kas bruto diungkapkan.
Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi
arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dari metode tidak langsung.
Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan
kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:
1) Dari catatan akuntansi perusahaan, atau
2) Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain
dalam laporan laba rugi untuk perubahan persediaan, piutang usaha, utang
usaha selama periode berjalan, pos bukan kas lainnya dan pos lain yang
berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.”
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.12),
Contoh penyajian Laporan Arus Kas menggunakan Metode Langsung
disajikan dalam Gambar 2.1.
Kebanyakan perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari
aktivitas operasinya dengan memakai metode langsung. Metode langsung ini
menghasilkan informasi yang bermanfaat dalam menaksir arus kas masa depan
yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.
20
PT ABC
Laporan Arus Kas (Metode Langsung)
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20XX
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan kas dari pelanggan xxx Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan ( xxx ) - Kas yang dihasilkan operasi xxx Pembayaran bunga ( xxx ) Pembayaran pajak penghasilan ( xxx ) - Arus kas sebelum pos luar biasa xxx Hasil dari klaim asuransi xxx_ - Arus kas bersih dari (untuk) Aktivitas Operasi xxx Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan X dengan kas ( xxx ) Pembelian aktiva tetap ( xxx ) Hasil dari penjualan peralatan xxx Penerimaan bunga xxx Penerimaan dividen xxx_ - Arus kas bersih dari (untuk) Aktivitas Investasi ( xxx ) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham xxx Hasil dari pinjaman jangka panjang xxx Pembayaran utang sewa guna usaha keuangan ( xxx ) Pembayaran dividen ( xxx ) - Arus kas bersih dari (untuk) Aktivitas Pendanaan xxx - Kenaikan (Penurunan) bersih kas dan setara kas xxx - Kas dan setara kas pada awal periode xxx - Kas dan setara kas pada akhir periode xxx
Gambar 2.1 Laporan Arus Kas Metode Langsung
Sumber: PSAK (2007, h. 2.12)
Rekening-rekening neraca mana saja yang berhubungan dengan pos-
pos Laporan Keuangan pada umumnya, disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rekening-Rekening Neraca yang Berhubungan Dengan Pos-Pos Laporan Keuangan Pada Umumnya
Sumber: Skousen, Stice, dan Stice (2000)
Pos-pos Laporan Laba-Rugi
Rekening-rekening Neraca yang berhubungan
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penjualan Piutang dagang Kas yang diterima dari para pelanggan
Biaya Pokok Penjualan Utang dagang dan persediaan barang dagangan
Kas yang dibayarkan untuk barang dagangan
Beban-beban Operasional dan Pajak
Kewajiban terutang dan beban dibayar di muka
Kas yang dibayarkan untuk beban operasi
21
Pos-pos Laporan Laba Rugi yang terpengaruh oleh rekening-rekening
Neraca, disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pos-Pos Laporan Laba Rugi yang Terpengaruh Rekening-Rekening Neraca
Dasar Dasar Kas Akrual Arus kas aktivitas operasi Penjualan Penurunan (kenaikan) = Kas yang diterima dari dalam piutang dagang pelanggan Biaya Pokok Penjualan Kenaikan (penurunan) = Kas yang dibayarkan dalam persediaan barang untuk barang dagangan dan Penurunan (kenaikan) dalam utang dagang Beban-beban Operasi Penurunan (kenaikan) = Kas yang dibayarkan dalam kewajiban terutang untuk beban-beban dan/atau operasi Kenaikan (penurunan) dalam beban dibayar di muka
Sumber: Skousen, Stice, dan Stice (2000)
II.2.5.2 Metode Tidak Langsung
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.4), “Dengan
metode tidak langsung laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari
penerimaan dan pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan,
dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas invesatasi
atau pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi
ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:
1) Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode
berjalan
22
PT ABC
Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung)
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20XX
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa xxx Penyesuaian untuk : Penyusutan xxx Kerugian (keuntungan) selisih kurs xxx Penghasilan investasi ( xxx ) Beban bunga xxx - Laba operasi sebelum modal kerja xxx Kenaikan piutang dagang dan piutang lain ( xxx ) Penurunan persediaan xxx Penurunan utang dagang ( xxx ) - Kas dihasilkan dari aktivitas operasi xxx Pembayaran bunga ( xxx ) Pembayaran pajak penghasilan ( xxx )
- Arus kas sebelum pos luar biasa xxx Hasil dari penyelesaian asuransi xxx - Arus kas bersih dari (untuk) aktivitas operasi xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perolehan anak perusahaan X dengan kas ( xxx ) Pembelian aktiva tetap ( xxx ) Hasil dari penjualan peralatan xxx Penerimaan bunga xxx Penerimaan dividen xxx - Arus kas bersih dari (untuk) Aktivitas Investasi ( xxx )
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Hasil dari penerbitan modal saham xxx Hasil dari pinjaman jangka panjang xxx Pembayaran utang sewa guna usaha keuangan ( xxx ) Pembayaran dividen ( xxx ) - Arus kas bersih dari (untuk) Aktivitas Pendanaan xxx - Kenaikan (Penurunan) bersih kas dan setara kas xxx - Kas dan Setara Kas pada awal periode xxx - Kas dan Setara Kas pada akhir periode xxx
Gambar 2.2 Laporan Arus Kas Metode Tidak langsung
Sumber: PSAK (2007. h. 2.13)
2) Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan,
keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba
23
perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam
laba/rugi konsolidasi, dan
3) Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi (2007, h. 2.13),
Contoh penyajian Laporan Arus Kas menggunakan Metode Tidak Langsung
disajikan dalam Gambar 2.2.
II.3 Pola Arus Kas
Mengacu pada pendapat Skousen, Stice, dan Stice (2000), Pola arus kas
digambarkan untuk menilai kekuatan keuangan perusahaan dengan
menganalisis hubungan antara ketiga kategori arus kas dalam menghitung rasio
keuangan berbasis pada data arus kas. Ada delapan pola yang dipaparkan, yang
akan menjadi indikasi dan memberikan arti yang jelas mengenai keseluruhan
aktivitas perusahaan yang disajikan dalam Tabel 2.3.
Pola arus kas pada Tabel 2.3 menekankan pentingnya arus kas operasi.
Arus kas operasi positif memungkinkan sebuah perusahaan untuk membayar
tagihan, kreditur, pemegang saham, dan memiliki kesempatan untuk bergerak
tumbuh dan berkembang. Arus kas operasi negatif berarti sebuah perusahaan
berada dalam situasi yang kurang menguntungkan, perusahaan harus melihat
sumber kas lain, yang akhirnya mengering jika aktivitas operasi tidak berhasil.
Dapat disimpulkan bahwa arus kas dari aktivitas operasi positif
menunjukkan nilai kekuatan dan kemampuan keuangan perusahaan, demikian
pula sebaliknya.
24
Tabel 2.3 Pola Arus Kas
Sumber: Skousen, Stice, dan Stice (2000, p. 257)
II.4 Analisis Pola Arus Kas
Untuk dapat terus menghasilkan dan mempertahankan arus kas operasi positif
maka diperlukan manajemen modal kerja yang sangat baik. Menurut Darsono
(2006, h. 115), ”Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau
investasi dalam harta lancar (current assets).”
Pada dasarnya, modal kerja merupakan jumlah harta lancar yang
menjadi bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk lain
Pola AK dari Operasi
AK dari Investasi
AK dari Pendanaan
Penjelasan Umum
1 + + + Perusahaan menggunakan kas yang dihasilkan dari operasi dan penjualan aktiva dan dari pendanaan untuk meningkatkan kas perusahaan yang amat likuid kemungkinan mencari akuisisi.
2 + - - Perusahaan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari operasi untuk membeli aktiva tetap dan untuk membayar utang dan membayar pemilik.
3 + + - Perusahaan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari operasi dan penjualan aktiva tetap untuk membayar utang dan membayar pemilik.
4 + - + Perusahaan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari operasi dan pinjaman (investasi pihak lain) untuk berkembang.
5 - + + Masalah arus kas operasi perusahaan dicakup dengan penjualan aktiva tetap pada pinjaman atau oleh sumbangan pemegang saham.
6 - - + Perusahaan berkembang cepat namun kekurangan dalam arus kas dari operasi dan pembelian aktiva tetap yang didanai oleh syarat utang atau investasi baru.
7 - + - Perusahaan mendanai arus kas operasi dan pembayaran untuk kreditor dan/atau para pemegang saham melalui penjualan aktiva tetap.
8 - - - Perusahaan menggunakan kas untuk mendanai operasi dan membayar kredit dan/atau investor jangka panjang.
25
dalam suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar ke biaya-biaya operasi,
biaya-biaya administrasi dan penjualan, persediaan, penjualan, piutang, dan
akhirnya kembali menjadi kas. Manajemen modal kerja berarti mengelola harta
lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu lebih besar daripada utang
lancar.
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak
memiliki kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan kegiatan
operasinya atau akan macet kegiatan operasinya. Tanpa modal kerja yang
cukup, suatu perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan dan dijual. Manajemen modal
kerja meliputi:
1) Manajemen Piutang Dagang
2) Manajemen Persediaan Barang Dagangan
3) Manajemen Utang Dagang
II.4.1 Interpretasi Laporan Arus Kas Operasional
Analisis laporan arus kas dilakukan terhadap data yang terdapat pada neraca,
laporan laba rugi dan laporan arus kas itu sendiri. Analisis ini juga
berhubungan dengan perputaran piutang dagang, perputaran persediaan barang
dagangan, dan perputaran utang dagang. Rasio-rasio tersebut dapat membantu
para pemakai laporan keuangan untuk mengetahui tingkat efisiensi perputaran
piutang dagang, tingkat perputaran persediaan barang dagang, dan tingkat
perputaran utang dagang yang memberi pengaruh besar pada kinerja
operasional dalam pengelolaan kas dan setara kas.
26
Pada saat menginterpretasi laporan arus kas, sangat perlu untuk
mencermati kas yang tersedia dari aktivitas operasi. Perhitungan dari aktivitas
operasi menjadi ukuran sejauh mana kesuksesan perusahaan untuk
menghasilkan kas. Arus kas negatif dari aktivitas operasi bisa jadi
menunjukkan adanya masalah fundamental. Arus kas positif dari aktivitas
operasi diperlukan untuk menghindari likuidasi aktiva atau meminjam uang
untuk menopang aktivitas sehari-hari perusahaan.
Laporan arus kas operasional lebih sering digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas dari dalam
perusahaan melalui aktivitas operasional, manajemen aktiva dan kewajiban
lancar. Banyak analis yang berpendapat bahwa laporan arus kas operasional
merupakan bagian terpenting dari laporan arus kas suatu perusahaan. Hal ini
disebabkan karena dalam jangka panjang, aktivitas operasional merupakan
satu-satunya sumber kas dan setara kas.
II.4.2 Manajemen Piutang Dagang
Menurut Darsono (2006, h. 95), “Hubungan antara piutang dengan kas adalah
sebagai berikut:
Kas Persediaan Piutang Kas”
Menurut Ardiyoso (2007, h. 5), “Piutang dagang (account receivable)
merupakan hak perusahan yang timbul pada pihak lain yang harus dipenuhi
dalam waktu singkat. Hak tersebut timbul karena pihak lain tersebut membeli
barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang
normal biasanya piutang dagang dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun
27
yang dikelompokkan aktiva lancar (current asset) yang lazimnya bersaldo
debet.”
Menurut Darsono (2006, h. 95), “Besarnya investasi dalam piutang
ditentukan oleh:
1) Volume penjualan kredit
2) Syarat pembayaran kredit
3) Kemampuan mengumpulkan atau menagih piutang
4) Karakter debitur
II.4.2.1 Perputaran Piutang (Receivables Turnover)
Menurut Darsono (2006, h. 95), “Piutang sebagai unsur modal kerja dalam
kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali
ke kas. Semakin cepat perputaran piutang maka akan semakin baik kondisi
keuangan perusahaan.”
Untuk mengukur tingkat perputaran piutang dagang, maka dapat diukur
dengan Receivables Turnover Ratio dengan formula sebagai berikut, Menurut
Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007, p. 201),
Net Sales “ Receivables Turnover = __________________________________ (2.1)
Average Trade Account Receivable (Net)”
Untuk memperbesar tingkat perputaran piutang dagang maka langkah yang
harus dilakukan perusahaan adalah meningkatkan penjualan dan memperkecil
piutang dagang itu sendiri. Dengan demikian tingkat perputaran piutang
dagang perusahaan dapat ditinggikan.
28
Untuk menentukan hari rata-rata pengumpulan piutang dagang yang
merupakan 365 hari dibagi perputaran piutang dagang, maka dapat ditentukan
dengan formula sebagai berikut, menurut Fraser dan Ormiston (2007, p. 201),
365 “Average Collection Period = ___________________ (2.2)
Receivables Turnover
atau
Net Accounts Receivable Average Collection Period = _____________________ (2.3)
Average Daily Sales”
Hari rata-rata pengumpulan piutang sangat penting karena semakin
lama akan semakin buruk bagi perusahaan, dan sebaliknya. Dengan perputaran
piutang yang tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam
piutang rendah, dan sebaliknya. Dan dengan perputaran piutang yang tinggi
maka hari rata-rata pengumpulan piutang atau umur piutang pun menjadi
semakin pendek.
II.4.2.2 Pengendalian Piutang
Menurut Darsono (2006, h. 97), “Perputaran piutang harus dikendalikan
dengan menyusun tabel umur piutang (aging schedule of receivables). Semakin
panjang umur piutangnya, maka akan semakin buruk kondisi perusahaan
karena semakin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).”
Menurut Ardiyoso (2007, h. 30), “Daftar umur piutang (aging
schedule) merupakan suatu laporan yang menunjukkan lamanya umur piutang.
Atau klasifikasi dari piutang dagang menurut tanggal penjualan. Daftar umur
29
piutang memegang peranan penting dalam menganalisis kualitas investasi
piutang suatu perusahaan. Daftar ini sering dianggap sebagai:
1) Daftar jumlah piutang pada bulan terbentuknya
2) Daftar piutang menurut urutan jatuh tempo, yang diklasifikasikan sebagai
piutang lancar/piutang dalam berbagai tahapan keterlambatan
Daftar umur piutang mengungkapkan adanya pola pelanggaran dan
menunjukkan di mana usaha penagihan perlu dipusatkan. Daftar ini sangat
membantu dalam melakukan pengkajian kecukupan cadangan untuk piutang
ragu-ragu, karena semakin lama piutang itu tertunda maka semakin besar
kemungkinan tagihan macet. Penggunaan daftar ini dapat membantu mencegah
terjadinya kerugian di masa yang akan datang, karena pelanggan lama yang
sudah terlalu lama berutang cenderung mencari pemasok baru.”
II.4.2.3 Kebijakan Kredit
Kerapkali perusahaan memberikan kelonggaran kredit kepada para
langganannya dan apabila kredit diperlonggar, maka sejumlah piutang tak
tertagih biasanya muncul.
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (1999, h. 308) yang
diterjemahkan oleh Ali, M., “Terdapat dua metode dalam pengukuran piutang
usaha tak tertagih, yaitu:
1) Metode Penyisihan (Allowance for Doubtful Accounts Method)
Apabila piutang tak tertagih mungkin dapat terjadi dan dapat diestimasi,
maka suatu estimasi piutang tak tertagih perlu diakui dalam periode
penjualan, sesuai dengan prinsip penandingan. Piutang usaha dan laba
30
dikurangi untuk mencerminkan piutang tak tertagih di masa depan atas
penjualan tahun berjalan. Piutang tak tertagih yang diestimasi dicatat dalam
beban piutang tak tertagih (bad debt expense). Dua metode estimasi beban
piutang tak tertagih adalah:
a) Metode Penjualan Kredit yaitu mengukur secara akurat beban yang
disebabkan oleh piutang tak tertagih
b) Metode Piutang Usaha yaitu mengukur secara akurat nilai realisasi
bersih piutang usaha
2) Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)
Apabila piutang tak tertagih tidak dapat diestimasi, maka diperlukan
penyesuaian atas laba dan piutang usaha, sebaliknya, akun-akun tersebut
dihapuskan hanya jika piutang dianggap benar-benar tak tertagih. Jika
metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika
ada piutang yang dihapus, kerugian piutang didebet, dan rekening piutang
dikredit. Saldo rekening kerugian piutang pada akhir tahun disajikan dalam
Laporan Laba Rugi.”
II.4.3 Manajemen Persediaan Barang Dagangan
Selain manajemen piutang dagang, sangat diperlukan manajemen persediaan
barang dagangan, yang merupakan aset yang berharga bagi operasional
perusahaan.
Menurut Dyckman, Davis, dan Dukes (1999, h. 377) yang
diterjemahkan oleh Ali, M., “Persediaan barang dagang (merchandise
inventory) merupakan barang yang ada di gudang (goods on hand) dibeli oleh
31
pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir untuk
dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara
fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-barang tersebut tetap dalam
bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam
beberapa hal, dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit
menjadi barang jadi.”
Menurut Weston dan Brigham (1998, h. 500) yang diterjemahkan oleh
Sirait, A., “Kesalahan dalam menetapkan tingkat atau jumlah persediaan dapat
berakibat fatal. Persediaan yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya
kesempatan untuk menjual dan memperoleh laba, sedangkan persediaan yang
terlalau besar akan mengakibatkan biaya yang sangat tinggi sehingga
memperkecil laba atau memperbesar kerugian. Karena itu, pengelolaan
persediaan di samping sulit dilaksanakan, juga penting.”
Ada saling hubungan antara persediaan barang di neraca dan
perhitungan laba rugi. Bahkan, ada saling hubungan antara persediaan barang
dagang pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang akan
datang. Dari adanya saling hubungan ini, terlihat betapa pentingnya pos
persediaan barang dagang dalam menentukan laba-rugi dan posisi keuangan
perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun
sebelumnya dan tahun yang akan datang.
Kesalahan dan kelalaian dalam menentukan nilai persediaan barang
dagang yang memadai akan mempengaruhi perhitungan laba rugi pada tahun
berjalan, mempengaruhi perhitungan laba rugi tahun sebelumnya, dan
perhitungan laba rugi tahun yang akan datang, dan begitu seterusnya.
32
Dalam peningkatan jumlah penjualan biasanya selalu diikuti dengan
peningkatan jumlah pembelian barang dagang. Dengan demikian, secara
otomatis tingkat persediaan barang dagang akan mengalami kenaikan juga.
Tetapi jika rencana atau target penjualan yang telah disusun tidak tercapai,
maka tidak dapat dipungkiri lagi akan terjadi peningkatan jumlah persediaan
barang dagang. Kenaikan tingkat persediaan yang tidak dapat diduga
menyebabkan kenaikan laba bersih yang tidak sebanding dengan kenaikan arus
kas operasional.
Perusahaan perlu untuk menentukan batasan-batasan untuk nilai
persediaan barang dagangan, yaitu batasan yang berguna untuk mengendalikan
dan menekan jumlah persediaan yang dinilai wajar oleh perusahaan. Tentunya
batasan ini tidak bersifat tetap untuk selama-lamanya, tetapi selalu dievaluasi
mengikuti perubahan dalam nilai penjualan yang sudah dan akan terjadi pada
tahun-tahun selanjutnya.
Untuk mengetahui tingkat perputaran persediaan, dapat diukur dengan
Inventory Turnover Ratio sebagai berikut, Menurut Kieso, Weygandt, dan
Warfield (2007, p. 201),
Cost of Goods Sold “Inventory Turnover = ______________________ (2.4)
Average Inventory”
Untuk menentukan hari rata-rata penjualan persediaan barang dagangan
yang dihasilkan dari 365 hari dibagi perputaran persediaan, maka dapat
ditentukan dengan formula sebagai berikut, Menurut Fraser dan Ormiston
(2007, p. 202),
33
365 “ Days Inventory Held = _________________ (2.5)
Inventory Turnover
atau
Inventory Days Inventory Held = _________________________ (2.6)
Average Daily Cost of Sales”
Dengan perputaran persediaan yang tinggi sangat baik bagi perusahaan,
karena investasi dalam persediaan menjadi rendah, dan sebaliknya. Dan dengan
perputaran persediaan yang tinggi maka hari rata-rata penjualan persediaan
atau umur persediaan pun menjadi semakin pendek dan ini tentunya
menguntungkan bagi perusahaan.
Manajemen persediaan dengan model Economic Order Quantity (EOQ)
merupakan cara lazim yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam
mengelola persediannya. Dalam penelitian ini model EOQ tidak dibahas
dikarenakan kebijakan perusahaan memberlakukan manjemen persediaan
dengan sistem Just in Time (JIT).
II.4.4 Manajemen Utang Dagang
Selain manajemen piutang dagang dan persediaan barang dagangan, sangat
diperlukan juga manajemen utang dagang, yang merupakan sumber yang
berharga bagi aktivitas operasional perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1998, h. 528) yang diterjemahkan oleh
Sirait, A., “Perusahaan umumnya membeli dari perusahaan lain secara kredit,
dan utang yang timbul atas pembelian tersebut dicatat sebagai utang usaha.
34
Utang usaha adalah bagian terbesar dari utang jangka pendek, yang berkisar
40% dari total kewajiban perusahaan yang berbentuk nonlembaga-keuangan.
Utang usaha merupakan sumber pembiayaan yang bersifat spontan, dalam arti
bahwa utang tersebut timbul dari transaksi usaha sehari-hari.”
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2000, h. 651) yang
diterjemahkan oleh Djakman, C. D., & Sulisyorini, D., “Utang dagang
merupakan utang yang timbul karena kegiatan biasa bisnis saat perusahaan
membeli dari penyedianya yang mengizinkan perusahaan membayar setelah
pengantaran barang atau jasa.
Utang dagang memberikan salah satu sumber pendanaan jangka pendek
yang paling luwes bagi perusahaan. Utang dagang merupakan sumber utama
pendanaan spontan atau berdasarkan permintaan. Artinya, utang dagang naik
secara spontan dengan pembelian perusahaan. Untuk mengatur kredit,
perusahaan tinggal menempatkan permintaan pada penyedianya. Penyedia
meneliti kredit perusahaan dan jika bagus mengirimkan barangnya. Perusahaan
yang membeli lalu membayar barang tergantung syarat kredit penyedia.
Sebagai sumber pendanaan jangka pendek, utang dagang memiliki
beberapa keuntungan:
1) Utang dagang dengan mudah didapatkan sebagai bagian normal operasi
perusahaan
2) Tidak ada perjanjian formal dibutuhkan dalam memperpanjang kredit.
Terlebih lagi, jumlah kredit yang diperpanjang membesar dan memenuhi
kebutuhan perusahaan.”
35
Untuk mengetahui tingkat perputaran utang dagang, dapat diukur
dengan Accounts Payable Turnover Ratio sebagai berikut, Menurut Fraser dan
Ormiston (2007, p. 203),
Cost of Goods Sold “Accounts Payable Turnover = _________________________ (2.7)
Average Accounts Payable”
Untuk menentukan hari rata-rata pembayaran utang dagang yang
didapat dari 365 hari dibagi perputaran utang dagang, maka dapat ditentukan
dengan formula sebagai berikut, Menurut Fraser dan Ormiston (2007, p. 202),
365 “Days Payable Outstanding = ________________________ (2.8)
Accounts Payable Turnover
atau
Accounts Payable Days Payable Outstanding = ________________________ (2.9)
Average Daily Cost of Sales”
Dengan perputaran utang dagang yang rendah sangat baik bagi
perusahaan, karena investasi dalam utang dagang menjadi tinggi, dan
sebaliknya. Dan dengan perputaran utang dagang yang rendah maka umur
utang dagang akan semakin panjang dan ini akan sangat membantu bagi
perusahaan.
II.5 Siklus Konversi Kas
Mengacu pada pendapat Fraser dan Ormiston (2007), siklus konversi kas
merupakan siklus operasi normal dalam suatu perusahaan yang meliputi
membeli persediaan yang bisa secara kredit dan menghasilkan utang dagang,
36
menjual persediaan yang bisa secara kredit dan menghasilkan piutang dagang
serta mengumpulkan kas. Siklus konversi kas membantu para analis untuk
memahami mengapa arus kas dapat meningkat atau malah memburuk oleh
analisis akun-akun kunci pada neraca (piutang dagang, persediaan, dan utang
dagang) yang mempengaruhi arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi.
Untuk menentukan hari rata-rata siklus operasi normal atau siklus
konversi kas, maka dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut, Menurut
Fraser dan Ormiston (2007, p. 203),
“Cash Conversion or Net Trade Cycle = Average Collection Period + Days Inventory Held – Days Payable Outstanding” (2.10)
II.6 Anggaran Kas
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, h. 140) yang diterjemahkan
oleh Djakman, C. D., “Anggaran kas mewakili rencana detail arus kas di masa
yang akan datang dan disusun atas empat unsur yaitu penerimaan kas,
pengeluaran kas, perubahan bersih dalam kas untuk periode tersebut, dan
kebutuhan dana yang baru.”
Menurut Weston dan Brigham (1998, h. 385) yang diterjemahkan oleh
Sirait, A., “Lazimnya perusahaan mengestimasi kebutuhan kasnya sebagai
bagian dari proses penyusunan anggaran atau proses peramalan. Pertama,
perusahaan meramalkan penjualan. Selanjutnya, perusahaan memperkirakan
aktiva tetap dan persediaan yang akan diperlukan untuk memenuhi tingkat
penjualan yang akan diramalkan. Bersamaan dengan itu juga diperhitungkan
37
saat pembayaran serta saat penjualan dan penagihan hasil penjualan. Misalnya,
perusahaan menyusun ramalan penjualan lima tahunan, yang kemudian
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan perolehan aktiva tetap.
Kemudian perusahaan menyusun ramalan tahunan, di mana penjualan dan
pembelian pembelian persediaan diproyeksikan secara bulanan, dengan
memperkirakan kapan pembayaran atas pembelian aktiva tetap dan persediaan
akan dilakukan. Selanjutnya hal itu digabungkan dengan proyeksi saat
penagihan piutang usaha, jadwal pembayaran pajak, tanggal pembayaran
dividen dan bunga, dan sebagainya. Akhirnya semua informasi ini dirangkum
dalam anggaran kas, yang menyajikan proyeksi arus kas masuk dan arus kas
keluar perusahaan selama periode tertentu.
Anggaran kas dapat disusun untuk setiap bulan, minggu, atau bahkan
setiap hari. Umumnya, perusahaan menggunakan anggaran kas bulanan yang
disusun untuk enam sampai dua belas bulan berikutnya, ditambah dengan
anggaran kas harian untuk bulan berikutnya. Anggaran dengan jangka waktu
yang lebih panjang digunakan untuk perencanaan yang bersifat umum, dan
anggaran dengan jangka waktu yang lebih pendek untuk pengendalian kas yang
sesungguhnya.”
Jadi anggaran kas mempunyai fungsi bagi perusahaan:
1) Menunjukkan jumlah dan waktu akan kebutuhan dana perusahaan di masa
yang akan datang
2) Memberikan dasar untuk melakukan tindakan perbaikan jika jumlah dalam
anggaran kas tidak cocok dengan jumlah yang sebenarnya terjadi
3) Memberikan dasar evaluasi atas kinerja perusahaan
38
Jadi langkah awal penting yang harus dilakukan perusahaan untuk
menyusun anggaran kas adalah dengan meramalkan penjualan.
II.7 Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis
Untuk tujuan peramalan penjualan digunakan teknik rata-rata dengan model
linear double moving average dan teknik ekonometrik analisis regresi
berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Khusus dalam analisis
regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) diperlukan
adanya variabel dependen dan independen serta perumusan hipotesis.
Menurut Sugiyono (1999, h. 49 & 51), “Kerangka berpikir merupakan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian) sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir
yang dikemukakan dalam penelitian.”
Variabel Independen Variabel Dependen
Kurs USD
Waktu
Nilai Penjualan
39
II.7.1 Pengaruh Kurs USD terhadap Nilai Penjualan
Purba dan Sri (2006) meneliti pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah pada USD
terhadap tingkat penjualan dalam kaitannya dengan economic exposure.
Economic exposure adalah suatu risiko yang timbul dari pengaruh fluktuasi
kurs valuta asing terhadap present value dari future cash flow suatu
perusahaan. Economic exposure juga berpengaruh pada tingkat penjualan dan
keuntungan yang akan dicapai oleh suatu perusahaan. Misal, impor suatu
produk menjadi relatif meningkat karena terjadinya apresiasi Rupiah. Akan
tetapi dengan adanya persaingan produk impor, penjualan produk serupa di
dalam negeri akan menurun dan cash flow perusahaan akan terpengaruh pula.
Apabila Rupiah mengalami apresiasi maka penjualan lokal akan ikut turun,
ekspor dalam Rupiah pun akan ikut mengalami penurunan. Ketika nilai tukar
Rupiah pada USD mengalami depresiasi maka penjualan lokal akan naik,
begitu pula dengan ekspor akan mengalami kenaikan juga.
Ketentuan kurs yang digunakan adalah Rupiah per USD. Dengan
ketentuan tersebut dapat dikemukakan bahwa jika nilai kurs Rupiah naik
berarti posisi Rupiah melemah terhadap USD atau Rupiah mengalami
depresiasi, yang berdampak pada harga barang (barang impor) menjadi mahal.
Dan sebaliknya. Dengan asumsi persediaan barang dagangan termasuk kategori
barang superior (mewah) dan durable goods (barang tahan lama). Jika dengan
harga jual yang mahal biasanya konsumen menahan untuk melakukan
pembelian maka menyebabkan volume penjualan menurun. Nilai penjualan
(PQ) = Harga jual (P) x Kuantitas (Q). Sesuai dengan hukum permintaan, jika
P naik maka Q turun dan PQ akan berubah. Dengan volume penjualan
40
menurun belum tentu nilai penjualan juga mengalami penurunan tetapi nilai
penjualan akan mengalami perubahan mengikuti harga jual dan kuantitas.
Hipotesis1: Kurs USD berpengaruh terhadap nilai penjualan.
II.7.2 Pengaruh Waktu terhadap Nilai Penjualan
Dengan memasukkan variabel waktu dalam model penelitian ini maka dapat
dilihat pertumbuhan penjualan dari waktu ke waktu seperti contoh model
regresi dimana waktu mempengaruhi impor dan Gross National Product
(GNP) atau faktor makro ekonomi (Nachrowi dan Usman, 2006, h. 80), jumlah
persediaan dan penjualan atau faktor mikro ekonomi.
Jadi untuk bentuk linier trend model diperlukan data (observasi) untuk
jangka waktu yang relatif panjang. Untuk mempermudah analisis data time
series, maka mulai kuartal 1 tahun 2003 nilai waktu ditransformasi menjadi t =
1 dan seterusnya sampai kuartal 1 tahun 2009 menjadi t = 25.
Time series data merupakan nilai variabel yang disusun menurut urutan
waktu, periode pengumpulannya dapat harian, mingguan, bulanan, triwulanan
(kuartalan), tahunan, bahkan sepuluh tahunan. Waktu memegang peranan
sangat penting dalam data time series. Kecepatan gerak volume penjualan (unit
dan nilai) dari waktu ke waktu tidak selalu konstan. Pada tahap perkenalan,
penjualan sangat lambat. Jika produk berhasil diterima pasar, maka akan diikuti
dengan pertumbuhan penjualan yang sangat pesat.
Penjualan PT. GN menunjukkan fluktuasi tetapi dengan trend yang
positif seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Dengan kata lain, produk-produk
41
PT. GN dalam siklus hidup produk (product life cycle) berada pada fase
pertumbuhan (growth).
NILAI PENJUALAN
-
10.000.000.000,0020.000.000.000,00
30.000.000.000,00
40.000.000.000,0050.000.000.000,00
60.000.000.000,00
1 4 3 2 1 4 3 2 1KUARTAL
DA
LAM
RU
PIA
H
Series1
Gambar 2.3 Nilai Penjualan Kuartal 1 Tahun 2003 – Kuartal 1 Tahun 2009
Sumber: Data Keuangan PT. GN
Hipotesis2: Waktu berpengaruh positif terhadap nilai penjualan.