bab ii landasan teori -...

45
7 BAB II LANDASAN TEORI TEORI UMUM 2.1 Pengertian sistem Sistem sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : McLeod (2004, p11) menjelaskan pengertian sistem sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, Sedangkan menurut O`Brien (2003, p8) sistem adalah sekelompok komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran dalan proses perubahan yang terorganisir. Dari pengertian sistem di atas, maka disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan komponen yang saling terintegrasi, bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain dalam menerima masukan, memproses, dan menghasilkan suatu keluaran untuk mencapai suatu tujuan. Menurut O`Brien (2003,p8) Sistem mempunyai tiga komponen dasar yang saling berinteraksi, yaitu : 1. Input (masukan) meliputi menangkap dan mengumpulkan data yang di masukan ke dalam sebuah sistem untuk dapat diproses. 2. Processing (proses) meliputi proses perubahan yang mengubah input menjadi output. 3. Output (keluaran atau hasil) Meliputi perpindahan data yang telah dihasilkan oleh proses perubahan ke dalam tujuan akhirnya.

Upload: others

Post on 31-Aug-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7  

BAB II

LANDASAN TEORI

TEORI UMUM

2.1 Pengertian sistem

Sistem sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

McLeod (2004, p11) menjelaskan pengertian sistem sebagai sekelompok elemen

yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan, Sedangkan

menurut O`Brien (2003, p8) sistem adalah sekelompok komponen-komponen yang

saling berhubungan untuk mencapai tujuan dengan menerima masukan dan

menghasilkan keluaran dalan proses perubahan yang terorganisir.

Dari pengertian sistem di atas, maka disimpulkan bahwa sistem merupakan

sekumpulan komponen yang saling terintegrasi, bekerja sama dan berinteraksi satu sama

lain dalam menerima masukan, memproses, dan menghasilkan suatu keluaran untuk

mencapai suatu tujuan.

Menurut O`Brien (2003,p8) Sistem mempunyai tiga komponen dasar yang saling

berinteraksi, yaitu :

1. Input (masukan) meliputi menangkap dan mengumpulkan data yang di masukan

ke dalam sebuah sistem untuk dapat diproses.

2. Processing (proses) meliputi proses perubahan yang mengubah input menjadi

output.

3. Output (keluaran atau hasil) Meliputi perpindahan data yang telah dihasilkan

oleh proses perubahan ke dalam tujuan akhirnya.

8  

  

2.2 Pengertian Informasi

Informasi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

Raymond Mcleod (2004,p16) menjelaskan pengertian informasi sebagai data

yang telah diproses atau data yang sudah memiliki arti, menurut Laudon (2004,p8)

informasi adalah data yang di bentuk menjadi bentuk yang berarti dan berguna bagi

manusia, dan menurut Turban (2001,p15) informasi adalah sekumpulan data yang telah

diorganisasikan dalam bentuk yang berguna, dan menurut O`Brien (2003,p16) informasi

adalah data yang telah di ubah menjadi sesuatu yang berarti dan pernyataan berguna bagi

pengguna akhir.

Dari beberapa pengertian informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

informasi merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu sistem, yang bermanfaat

bagi penggunanya.

2.3 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai

berikut :

Laudon (2006,p7) sistem informasi adalah gabungan komponen-komponen yang

berelasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan serta

mendistibusikan informasi untuk mendukung perancanaan, pengendalian,

pengkoordinasian, dan pengambil keputusan.

Turban (2001,p17) sistem informasi mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan

menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang terdiri dari masukan (data, instruksi)

dan keluaran (laporan, hasil perhitungan).

9  

  

O`Brien (2003,p7) menjelaskan sistem informasi merupakan kombinasi yang

terhubung antara pengguna, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan

sumber data yang mengumpulkan, mentransformasi, dan menyebarkan informasi dalam

suatu organisasi.

Komponen dari sistem informasi yaitu :

1. Manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data dan jaringan merupakan

lima komponen dasar dalam sistem informasi.

2. Sumber daya manusia meliputi pengguna akhir dan spesialis sistem

informasi, sumber daya perangkat keras terdiri dari mesin dan media, sumber

daya perangkat lunak meliputi program dan prosedurnya, sumber data dapat

meliputi data dan pengetahuan dasar, dan sumber jaringan meliputi media

komunikasi dan jaringan.

3. Sumber data ditransformasikan oleh kegiatan pemrosesan informasi ke

berbagai produk informasi untuk pengguna akhir.

4. Pemrosesan informasi terdiri dari masukan, permrosesan, keluaran,

penyimpanan, dan aktifitas pengendalian(maintenance)

2.4 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

Analisis dan perancangan sistem sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli

adalah sebagai berikut :

Whitten (2004,p176) analisis sistem adalah sebuah tehnik pemecahan masalah

yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan

mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi

untuk meraih tujuan mereka. Perancangan sistem merupakan tehnik pemecaham

10  

  

masalah yang saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali

bagian-bagian komponen menjadi sebuah sistem yang lengkap.

Kesimpulannya, analisis dan perancangan sistem informasi merupakan suatu

proses yang berawal dari pengumpulan informasi, pengidentifikasian terhadap kebutuha

informasi, yang kemudian dari tahap analisis akan dibuat suatu rancangan sistem yang

berguna.

2.4.1 Pengantar Database

Database saat ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Connolly (2004), Database adalah kumpulan data yang berelasi yang didesain

untuk memenuhi kebutuhan informasi sebuah perusahaan dan Menurut

Whitten(2004), database adalah kumpulan file yang terkait dan saling

berhubungan dan menurut Date (2000), database adalah koleksi data operasional

yang tersimpan dan terpakai oleh sistem aplikasi suatu organisasi

2.4.2 Pengertian Database

Menurut Whitten(2004,p176), database adalah kumpulan file yang terkait

dan saling berhubungan. Disain database Merupakan suatu proses pembuatan

sebuah desain database yang akan mendukung tujuan dan operasi suatu

perusahaan. Tujuan utamanya adalah:

- Merepresentasikan data dan hubungan antar data yang dibutuhkan oleh

seluruh area aplikasi utama dan grup pengguna.

- Menyediakan model data yang mendukung segala transaksi yang diperlukan

pada data.

11  

  

- Menspesifikasikan desain minimal yang secara tepat disusun untuk

memenuhi kebutuhan performa yang ditetapkan pada sistem (misal : waktu

respon).

Model Data

Ada dua kegunaan utama dari model data yaitu :

- Untuk membantu dalam memahami arti (semantik) dari data.

- Untuk memfasilitasi komukikasi mengenai informasi yang dibutuhkan

Kriteria untuk menghasilkan model data yang optimal :

- Validitas Struktural (Structural Validity), harus konsisten dengan definisi

perusahaan dan informasi organisasi.

- Kesederhanaan (Simplicity), mudah dimengerti baik oleh profesional

sistem informasi maupun pengguna non-teknik.

- Ketepatan (Expressibility), kemampuan untuk membedakan antara data

yang berlainan, relationship antar data dan batasan-batasan.

- Tidak rangkap (Nonredundancy), pengeluaran informasi yang tidak

berhubungan, dengan kata lain, representasi setiap bagian informasi

hanya satu kali.

- Digunakan bersama (Shareability), tidak ditentukan untuk aplikasi atau

teknologi tertentu dan dapat digunakan oleh banyak pengguna.

- Perluasan Penggunaan (Extensibility), kemampuan untuk menyusun dan

mendukung kebutuhan baru dengan akibat sampingan yang minimal

terhadap user yang sudah ada.

- Integritas (Integrity), konsistensi dengan cara yang digunakan perusahaan

dan pengaturan informasi.

12  

  

- Representasi Diagram (Diagrammatic Representation), kemampuan

untuk merepresentasikan model menggunakan notasi diagram yang

mudah dimengerti.

Tiga fase disain database:

a. Disain Database Konseptual

Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam

perusahaan, independen dari keseluruhan aspek fisik. Model data dibangun

dengan menggunakan informasi dalam spesifikasi kebutuhan user. Model data

konseptual merupakan sumber informasi untuk fase disain logikal.

• Langkah 1

Buatlah data model lokal yang konseptual untuk setiap sudut pandang pengguna.

1. Identifikasikan tipe-tipe entitas

2. Identifikasikan tipe-tipe hubungan

3. Identifikasi dan hubungkan atribut-atribut dengan tipe entitas atau hubungannya.

4. Tentukan domain atribut.

5. Tentukan atribut kandidat dan primary key.

6. Pertimbangkan penggunaan konsep pemodelan yang tinggi / enhanced

modelling.

7. Periksa model untuk redundansi.

8. Validasikan model konseptual lokal terhadap transaksi pengguna.

9. Tinjau kembali data model lokal yang konseptual dengan pengguna.

13  

  

b. Disain Database Logikal

Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam

perusahaan berdasarkan model data tertentu ( misal: relasional), tetapi independen

terhadap DBMS tertentu dan aspek fisik lainnya. Model data konseptual yang telah

dibuat sebelumnya, diperbaiki dan dipetakan kedalam model data logical.

• Langkah 1

Buat dan validasikan data model lokal yang logical untuk setiap sudut pandang.

1. Hilangkan fitur-fitur yang tidak kompatibel dengan model relational (langkah

optional).

2. Drive relation untuk data model logikal.

3. Validasikan hubungan menggunakan normalisasi.

4. Validasikan hubungan terhadap transaksi pengguna.

5. Tentukan batasan integritas.

6. Tinjau kembali model data logikal lokal dengan pengguna.

• Langkah 2

Buat dan validasikan model logikal data global

1. Gabungkan model data logikal lokal menjadi model global.

2. Validasikan model data logikal global.

3. Periksa untuk pengembangan mendatang.

4. Tinjau kembali model data logikal global dengan user.

14  

  

c. Disain Database Fisikal

Suatu proses yang menghasilkan deskripsi implementasi database pada

penyimpanan sekunder. Menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses

yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data. Dapat

dikatakan juga, desain fisikal merupakan cara pembuatan menuju sistem DBMS

tertentu

• Langkah 1

Terjemahkan model data logical global target DBMS

1. Desain base relation.

2. Desain representasi dari derived data.

3. Desain batasan-batasan perusahaan.

• Langkah 2

Desain representasi fisikal

1. Analisa transaksi-transaksi.

2. Pilih organisasi file.

3. Pilih indeks-indeks.

4. Perkirakan kebutuhan tempat penyimpanan (disk space).

• Langkah 3

Desain sudut pandang pengguna

15  

  

• Langkah 4

Desain mekanisme keamanan

• Langkah 5

Pertimbangkan pengenalan dari redundansi terkontrol

• Langkah 6

Awasi dan atur sistem operasional

2.4.3 Pemodelan Entitas dan Relasi

Tipe-tipe Entitas

Konsep dasar dari Model ER adalah tipe-tipe entitas, yaitu kumpulan dari objek-

objek dengan sifat (property) yang sama, yang di identifikasi oleh perusahaan

mempunyai eksistensi yang independen. Keberadaannya dapat berupa fisik maupun

abstrak. Entity occurrence, yaitu pengidentifikasian object yang unik dari sebuah type

entity. Setiap entitas di identifikasikan dan disertakan property-nya.

Atribut

Merupakan sifat-sifat dari sebuah entitas atau tipe relasi. Contohnya:

sebuah entitas Staff digambarkan oleh attribut staffNo, name, position dan salary.

Attribute Domain adalah himpunan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau

lebih atribut. Macam-macam atribut :

• Simple Attribute, yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal

dengan keberadaan yang independen dan tidak dapat dibagi menjadi bagian

16  

  

yang lebih kecil lagi. Dikenal juga dengan nama Atomic Attribute.

• Composite Attribute, yaitu atribut yang terdiri dari beberapa komponen,

dimana masing-masing komponen memiliki keberadaan yang independen.

Misalkan atribut Address dapat terdiri dari Street, City, PostCode.

• Single-valued Attribute, yaitu atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap

kejadian. Misalnya entitas Branch memiliki satu nilai untuk atribut branchNo

pada setiap kejadian.

• Multi-valued Attribute, yaitu atribut yang mempunyai beberapa nilai untuk setiap

kejadian. Misal entitas Branch memiliki beberapa nilai untuk atribut telpNo pada

setiap kejadian.

• Derived Attribute, yaitu atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau

beberapa atribut lainnya, dan tidak harus berasal dari satu entitas.

Terminologi Alternatif untuk model relational :

Keys

• Super Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan row.

• Candidate Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan table. Jumlah minimal

atribut-atribut yang dapat meng-identifikasikan setiap kejadian/record secara

unik.

• Primary Key : Atribut unik yang mengidentifikasikan setiap row dalam table.

Candidate key yang dipilih untuk meng-identifikasikan setiap kejadian/record

dari suatu entitas secara unik.

• Alternate Key : Candidate key yang tidak terpilih menjadi primary key.

• Composite Key, yaitu Candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut.

• Foreign Key : Atribut sebuah tabel yang menggabungkan diri ke tabel lain.

17  

  

2.4.4 Normalisasi

Pengertian Normalisasi

Tujuan utama dalam pengembangan model data logical pada sistem

database relasional adalah menciptakan representasi akurat suatu data, relationship

antar data dan batasan-batasannya. Untuk mencapai tujuan ini, maka harus

ditetapkan sekumpulan relasi. Empat bentuk normal yang biasa digunakan yaitu,

first normal form (1NF), second normal form (2NF) dan third normal form

(3NF), dan Boyce–Codd normal form (BCNF). Konsep utamanya terkait dengan

functional dependencies, dimana menerangkan hubungan antar atribut yang ada. Sebuah

relasi dapat dinormalisasi kedalam bentuk tertentu untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya pengulangan dari update yang tidak baik. Normalisasi adalah suatu

teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan sifat-sifat (properties) yang

diinginkan, memenuhi kebutuhan data pada perusahaan.

Proses Normalisasi

- Suatu teknik formal untuk menganalisa relasi berdasarkan primary key dan

functional dependencies antar atribut.

- Dieksekusi dalam beberapa langkah. Setiap langkah mengacu ke bentuk normal

tertentu, sesuai dengan sifat yang dimilikinya.

- Setelah normalisasi diproses, relasi menjadi secara bertahap lebih terbatas/kuat

bentuk formatnya dan juga mengurangi tindakan update yang anomali.

Unnormalized Form (UNF)

• Merupakan suatu tabel yang berisikan satu atau lebih group yang berulang.

• Membuat tabel unnormalized yaitu dengan memindahkan data dari sumber

informasi kedalam format tabel dengan baris dan kolom.

18  

  

First Normal Form (1NF)

• Merupakan sebuah relasi dimana setiap irisan antara baris dan kolom

berisikan satu dan hanya satu nilai.

• UNF ke 1NF

� Tunjuk satu atau sekumpulan atribut sebagai kunci untuk tabel

unnormalized.

� Identifikasikan group yang berulang dalam tabel unnormalized yang

berulang untuk kunci atribut.

� Hapus group yang berulang dengan cara :

1. Masukkan data yang semestinya kedalam kolom yang kosong

pada baris yang berisikan data yang berulang (flattening the

table), atau dengan cara

2. Menggantikan data yang ada dengan copy dari kunci atribut

yang sesungguhnya kedalam relasi terpisah.

Second Normal Form (2NF)

• Berdasarkan pada konsep full functional dependency, yaitu A dan B

merupakan atribut dari sebuah relasi, B dikatakan fully dependent terhadap A

jika B functionally dependent pada A tetapi tidak pada proper subset dari A.

• 2NF – merupakan sebuah relasi dalam 1NF dan setiap atribut non-primary-

key bersifat fully functionally dependent pada primary key.

• 1NF ke 2 NF

� Identifikasikan primary key untuk relasi 1NF.

� Identifikasikan functional dependencies dalam relasi.

19  

  

� Jika terdapat partial dependencies terhadap primary key, maka hapus

dengan menempatkannya dalam relasi yang baru bersama dengan salinan

determinan-nya.

Third Normal Form (3NF)

• Berdasarkan pada konsep transitive dependency, yaitu suatu kondisi dimana

A, B dan C merupakan atribut dari sebuah relasi, maka jika A → B dan B →

C, maka C transitively dependent pada A melalui B. (Jika A tidak

functionally dependent pada B atau C).

• 3NF – Adalah sebuah relasi dalam 1NF dan 2NF dan dimana tidak terdapat

atribut non-primary-key attribute yang bersifat transitively dependent pada

primary key.

• 2NF ke 3NF

� Identifikasikan primary key dalam relasi 2NF.

� Identifikasikan functional dependencies dalam relasi.

� Jika terdapat transitive dependencies terhadap primary key, hapus dengan

menempatkannya dalam relasi yang baru bersama dengan salinan determinan-

nya.

2.5 Pengertian Sistem Informasi Geografis

Geografi sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu, geos dan graphein. Geos

berarti Bumi, dan graphein berarti menulis atau menjelaskan. Berdasarkan asal katanya,

geografi dapat diartikan pencitraan bumi atau pelukisan bumi.

20  

  

Dalam arti yang lebih luas, geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang

permukaan bumi, penduduk, serta hubungan timbal balik antara keduanya. Permukaan

bumi ialah tempat mahluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan, dan udara atau

lapisan udara.

Sistem informasi geografis sebagaimana yang diuraikan oleh para ahli adalah

sebagai berikut :

Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data

yang memiliki informasi spasial. Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem

komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan

menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut

lokasinya, dalam sebuah database.

Dalam arti yang lebih luas, Sistem Informasi Geografis merupakan sekumpulan

komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, dan mengolah

data, baik data sepasial maupun data tekstual dan juga menampilkan hasil dengan cepat,

akurat, tepat waktu.

2.5.1 Data-data yang diperlukan dalam Sistem Informasi Geografis

Dalam pembuatan sistim informasi geografis memerlukan sejumlah data,

diantara lain data spasial dan data non spasial.

21  

  

Data Spasial

Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan

atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan

atau skala tertentu.

Dalam arti yang lebih luas, peta merupakan alat peraga, yaitu alat peraga

yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide. Ide tersebut dapat berupa

gambaran tinggi rendah suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, jaringan

jalan, dengan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam

ruang.

Jenis Jenis Peta

Jenis peta dapat di bagi berdasarkan sumber data, isi, skala, bentuk, dan

tujuannya. Berikut adalah penjelasannya :

1. Berdasarkan Sumber Datanya

a. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung

di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai

peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai

acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.

22  

  

b. Peta Turunan (Derived Map)

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada

acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei

langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan

sebagai peta dasar.

2. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan

a. Peta Umum

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur

topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur

buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan

bumi yang dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai

berikut.

1). Peta topografi

Peta yang menggambarkan permukaan bumi

lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan

bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur.

Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan

tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

2). Peta chorografi,

Peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian

permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya

berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.

3). Peta dunia

23  

  

Peta umum yang berskala sangat kecil dengan

cakupan wilayah yang sangat luas.

b. Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi

dengan tema tertentu / khusus. Misal peta geologi, peta

penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan

penduduk, dan sebagainya.

3. Berdasarkan Skalanya

Berdasarkan skala, peta dapat dibedakan menjadi peta

skala besar, peta skala sedang, peta skala kecil

Peta skala besar adalah peta yang memiliki skala antara 1 :

5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk

perencanaan wilayah. Peta Skala Sedang adalah peta yang memiliki

skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000. Peta Skala Kecil adalah

peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.

4. Berdasarkan Bentuknya

a. Peta Stasioner

Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi

yang datanya bersifat relatif tetap (stabil). Contohnya: peta

topografi, peta geologi, peta jenis tanah

24  

  

b. Peta Dinamis

Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi

yang datanya bersifat selalu berubah (dinamis). Contohnya: peta

kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta

jaringan komunikasi.

Persyaratan peta

Persyaratan utama yang harus dipenuhi agar peta dapat berfungsi dengan

baik, yaitu :

1. Peta harus Conform, yaitu peta yang dibuat harus sama dengan dengan

bentuk yang sebenarnya.

2. Peta harus Equidestant, yaitu peta yang dibuat sama jarak dengan yang

sebenarnya.

3. Peta harus Equivalent, yaitu peta yang dibuat sama luas dengan yang

sebenarnya.

4. Peta harus Universal, yaitu peta yang di buat harus umum.

Unsur-unsur peta

Peta yang baik harus memiliki unsur-unsur

1. Judul peta

Judul suatu peta harus menggambarkan isi dan tipe peta.

Termasuk jenis peta, cotoh : peta pertambangan, peta iklim, peta

perhubungan. Daerah yang di petakan, contoh : peta Indonesia, peta

dunia. Contoh judul peta : peta hasil tambang di indonesia.

25  

  

2. Tahun Pembuatan

Pencantuman tahun pembuatan sangat penting, karena dapat di

pakai untuk memastikan bahwa peta tersebut masih baik saat digunakan

saat itu.

3. Skala Peta

Skala ialah perbandingan jarak pada peta dengan jarak

sesungguhnya di permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu :

a)Skala inci per mil

Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil atau dalam

bahasa Inggrisnya disebut inch mile scale. Misalnya, skala peta

yang dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, artinya bahwa jarak satu

inci pada peta menggambarkan jarak sesungguhnya di lapangan

sejauh 5 mil (1 mil = 63.360 inci).

b)Skala angka (skala numerik)

Skala angka atau numerik dapat pula disebut skala pecahan,

yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan, misalnya

1 : 5.000 atau 1 : 10.000, dan sebagainya. Jadi, kalau suatu peta 1 :

1.000 berarti bahwa satu satuan panjang pada peta menggambarkan

jarak sesungguhnya di lapangan 1.000 kali satuan panjang di peta.

Kalau satuan panjang itu dalam ukuran cm maka 1 cm pada peta

menggambarkan 1.000 cm di lapangan.

26  

  

c)Skala garis (skala grafik)

Skala garis atau grafik disebut jugaskala batang. Salah satu

contoh skala garis terlihat seperti di bawah ini. Skala ini dinyatakan

dalam suatu garis lurus yang dibagi menjadi beberapa bagian yang

sama panjang dan pada garis tersebut dicantumkan ukuran jarak

sesungguhnya dilapangan,misalnya dinyatakan dalam meter,

kilometer, dan dapat pula dalam ukuran feet atau mile

4. Petunjuk arah (orientasi)

Orientasi atau mata angin digunakan sebagai petunjuk arah dari

wilayah yang dipetakan. Pedoman pembuatan orientasi meliputi :

a. Indonesia menggunakan orientasi utara.

b. Pentunjuk arah di tempatkan pada bagian kosong agar tidak

mengganggu peta induk.

5. Legenda

Peta memuat informasi yang padat, namun tidak mungkin semua

diberi keterangan. Oleh karena itu, keterangan dibuat berupa simbol-

simbol. Keterangan tentang simbol-simbol pada suatu peta disebut

legenda. Ada dua macam simbol dalam peta, yaitu :

a. Simbol kualitatif, digunakan untuk melukiskan bentuk-bentuk

di permukaan bumi. Simbol kualitatif meliputi simbol titik,

simbol garis, dan simbol warna.

27  

  

b. Simbol kuantitatif, digunakan untuk menunjukan jumlah data

yang diwakili, misalnya untuk menunjukan jumlah penduduk

di daerah tertentu.

6. Garis astronomis(grid)

Setiap peta harus mencantumkan garis astronomi, Garis

Astronomis adalah garis yang menunjukkan koordinat garis lintang dan

garis bujur. Garis lintang adalah garis-garis khayal yang melintang

terhadap sumbu bumi dari arah barat ke timur sejajar dengan garis

khatulistiwa . Garis bujur adalah garis-garis khayal yang membujur dari

arah utara ke selatan sejajar dengan sumbu bumi. Garis bujur membagi

bola bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan barat dan belahan timur.

Garis lintang dinamakan pula garis pararel, sedangkan garis bujur

dinamakan garis meridian. Garis lintang dan garis bujur sangat

diperlukan untuk menentukan letak suatu daerah dengan akurat.

Penggambaran peta ke bidang datar atau proyeksi harus mengikuti

hal-hal sebagai berikut :

a. Peta harus sesuai dengan bentuk, bentuk peta yang tergambar

meskipun kecil harus sebangun dengan keadaan kenyatanya,

tidak boleh mengubah bangun-bangun kenampakan yang ada.

b. Peta harus sesuai dengan jarak, artinya jarak-jarak yang

tergambar pada peta harus sesuai dengan keadaan senyatanya.

c. Peta harus equivalen, artinya sesuai dengan skala yang sudah

dicantumkan.

28  

  

Citra Satelit

Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek

tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon

udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah

permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti

dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh

(inderaja) yang umumnya berupa foto.

Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :

1. Menurut Lillesand and Kiefer, Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni

untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan

jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa

kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.

2. Menurut Lindgren, Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik

yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi

tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan

bumi.

3. Menurut Sabins, Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk

memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam

yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan

suatu obyek.

29  

  

Data Non Spasial

Data non spasial terdiri dari data data yang membantu dalam

pembuatan peta, contohnya : Jumlah penduduk, Tingkat kesehatan

masyarakat, Jumlah puskesmas, Jumlah kejadian.

2.5.2 Format dan model data Sistim Informasi Geografis

Format data Sistem Informasi Geografis

Shape file (SHP)

Adalah format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak

sistem informasi geografis. Dikembangkan dan atur oleh ESRI sebagai

spesifikasi (hampir) terbuka untuk interoperabilitas data antara ESRI dan

produk perangkat lunak lainnya.

Shapefile keruangan digambarkan dengan geometri : titik, garis,

dan luasan. Geometri tersebut, sebagai contoh, dapat mewakili pancuran,

sungai, dan danau. Tiap bagian memiliki atribut yang menjelaskan atribut

tersebut, seperti nama sungai atau temperatur.

Geography markup language (GML)

Geography Markup Language (GML) Merupakan sebuah XML

yang difungsikan khusus untuk mempresentasikan sebuah informasi

spatial. Seperti halnya sebuah bahasa XML, GML memiliki struktur

dalam bahasa XML dalam mempresentasikan informasi spatial dimana

setiap spesifik properti geografis memiliki spesifik tag XML.

30  

  

Vector Product Format (VPF)

Vector Product Format (VPF) adalah sebuah standar dalam militer

untuk map digital berbasis vektor

Digital Raster Graphic (DRG)

digital raster graphic (DRG) adalah gambar digital yang

dihasilkan dari hasil scan peta topografi untuk di gunakan di komputer.

DRG biasanya di scan dalam 250 dpi dan di simpan menjadi TIFF.

Gambar raster biasanya menunjukan infomasi batas.

Network Common Data Form (NetCDF)

NetworkCommon Data Form (NetCDF) adalah satu

set perpustakaan perangkat lunak dan penentuan otomatis. Sebuah data

format mandiri yang membantu pembuatan, akses, dan pembagian array

Format Data Sistim Informasi Geografis

Menurut ahli, model data sistim informasi geografis adalah :

Model data (gis.com,17/3/2011) dalam sistim informasi geografis sangat

penting untuk mendefinisikan apa yang ada dalam sistim informasi

geografis serta mendukung penggunaan perangkat lunak sistim informasi

geografis.

Semua model sepasial terbagi dalam dua kategori dasar

31  

  

1. Vektor data model

Vektor adalah struktur data yang digunakan untuk menyimpan

data spasial. Data Vektor adalah terdiri dari garis atau lengkungan,

yang di definisikan sebagai awal dan akhir sebuah titik yang bertemu

yang dinamakan node. Lokasi dan topologi dari node tersebut

disimpan secara ekplisit. Atributnya didefinisikan oleh batasan-

batasannya (boundary) sendiri dan kurva garis digambarkan sebagai

seri dari lengkungan yang saling terhubung.

Vektor berbasis GIS didefinisikan sebagai vektorial dari data

geografis. Menurut karakteristik dari model data, objek geografis

secara ekplisit digambarkan dengan karakteristik spasial yang di

asosiasikan dengan aspek thematic.

Ada cara yang berbeda untuk mengorganisasikan database

rangkap ini (Spasial dan Thematic). Biasanya, sistem vektorial terdiri

dari dua komponen ; yang pertama mengatur data spasial dan yang

lainnya mengatur data thematic. Ini dinamakan dengan organisasi

sistem hibrid, dimana terhubung sebagai basisdata relational pada

attributnya secara topologi untuk data spasial. Elemen kunci pada

sistem ini di identifikasikan pada setiap objek. Indentifikasi ini adalah

unix dan berbeda untuk setiap objek dan memungkinkan sistem untuk

terhubung dengan basis data.

32  

  

2. Raster data model

Pada model raster, data spasial disimpan dalam bentuk sel

grid-grid atau pixel-pixel. Pixel adalah unit dasar/terkecil dimana

informasi disimpan secara eksplisit. Satu pixel mewakili satu nilai.

Peta dalam bentuk raster yang disimpan di ILWIS dinamakan peta

raster. Pixel-pixel dalam peta raster memiliki dimensi yang sama.

Oleh karena itu, koordinat pixel-pixel tidak perlu disimpan semua

karena pixel-pixel tersebut memiliki pola yang sama, cukup dengan

menentukan ukuran pixel dan parameter-parameter untuk

mentrasformasi koordinat X dan Y peta dengan lokasi pixel pada peta

raster merupakan baris dan kolom. Proses menentukan hubungan ini

dinamakan georeferencing.

Pada model raster, titik dinyatakan dengan posisi satu pixel

tunggal. Posisi tiap pixel ditentukan berdasarkan nomor baris dan

kolom. Satu pixel memiliki satu kode . Garis dan luasan dinyatakan

oleh sekumpulan pixel dengan kode yang sama. Pada model raster,

tidak ada perbedaan mendasar diantara bagaimana titik, garis dan

luasan disimpan.

33  

  

TEORI KHUSUS

2.6 Puskesmas

2.6.1 Pengertian Puskesmas

Pengertian Puskesmas menurut Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1

DEPKES – RI adalah Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina

peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok.

Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab

atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

2.6.2 Wilayah Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan

wilayah kerja Puskesmas.

Puskesmas merupakan perangkat pemerinta Daerah Tingkat II, sehingga

pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, dengan saran teknis

dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah disetujui

oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi, dengam Sasaran

produk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap

Puskesmas, Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas

34  

  

perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang

disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,

wilayah kerja Puskesmas bias meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota

kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan

“Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas

kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

2.6.3 Fungsi Puskesmas

Ada 3 fungsi Puskesmas, yaitu :

1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah

kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat wilayah kerjanya.

2.6.4 Fasilitas Penunjang

1. Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan

kegiatan – kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup

wilayah yang lebih kecil.

35  

  

Wilayah kerja Puskesmas Pembantu diperkirakan meliputi 2

sampai 3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2.500 orang (di luar

Jawa Bali) sampai 10.000 orang (di perkotaan Jawa Bali).

Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas,

satu Puskesmas meliputi seluruh Puseksmas Pembantu yang ada

dalam wilayah kerjanya.

2. Puskesmas Keliling

Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling

yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu

bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta

sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.

Puskesmas Keliling berfungsi menunjang dan membantu

melaksanakan kegiatan – kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya

yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

2.7 Sistem Rujukan

2.7.1 Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

Sistem rujukan menurut Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1 DEPKES-RI

adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadi

penyerahan tanggung-jawab secara timbale balik atas timbulnya masalah dari

suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun

horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara

rasional.

36  

  

2.7.2 Jenis Rujukan

Sistem rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut :

Rujukan medik yang meliputi :

a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

tindakan operatif dan lain-lain.

b) Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium

yang lebih lengkap

c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau

ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.

2.7.3 Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan

masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi

bantuan :

a) Survei epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian

luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular.

b) Pemberantasan pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.

c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan

keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan

masal.

d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk

pengungsi atas terjadinya bencana alam.

e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah

kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.

37  

  

f) Pemeriksaan spesimen air di Laboratorium Kesehatan dan

sebagainya.

2.7.4 Tujuan Sistem Rujukan

1. Umum :

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan

yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

2. Khusus :

a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang

bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan

berdaya guna.

b) Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat

preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya

guna.

2.7.5 Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan

Jenjang (Hirarki) Komponen / unsur pelayanan kesehatan

Tingkat Rumah Tangga Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh

keluarganya sendiri

Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam

menolong mereka sendiri oleh Kelompok

38  

  

Paguyuban, PKK, Saka Bhakti Husada,

anggota RW, RT dan Masyarakat

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Profesional Tingkat Pertama

Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Puskesmas Keliling, Praktek Dokter Swasta,

Poliklinik Swasta, dan lain lain

Fasilitas Pelayanan Rujukan

Tingkat Pertama

Rumah Sakit Kabupaten/Kota, Rumah Sakit

Swasta, Laboratorium, Klinik Swasta, dan

lain lain

Fasilitas Pelayanan Rujukan

yang lebih tinggi

Rumah Sakit Kelas B dan A serta Lembaga

Spesialistik Swasta, LabKesDa, Lab. Klinik

Swasta, dan lain lain

Tabel 2.1: Tabel Jenjang Tingkat Pelayanan Kesehatan

Jalur rujukan 38edic dapat berlangsung sebagai berikut :

1. Intern antara petugas Puskesmas.

2. Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas.

3. Antara masyarakat dengan Puskesmas.

4. Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain.

5. Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium, atau

fasilitas kesehatan lainnya.

39  

  

2.8 Demam Berdarah Dengue ( DBD )

2.8.1 Pengertian DBD

Demam berdarah Dengue menurut Tata laksana DBD DEPKES-RI

adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk

kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal

sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,

yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan

menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi

yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat

memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4

serotipe selama hidupnya.

Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun

1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan

dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang

dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang

berat.

40  

  

2.8.2 Diagnosis

Kriteria klinis demam berdarah dengue menurut WHO (1986)

adalah :

1. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara

drastis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah

nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.

2. Pembesaran hati

3. Adanya renjatan yang biasanya terjadi pada saat demam menurun

(hari ke-3 dan ke-7).

4. Kenaikan nilai hematokrit/hemokonsentrasi.

2.8.3 Pencegahan

Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap

cara paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes Aegypti

sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang

berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor

terbesar luas , untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage

(meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.

Ada 2 cara pemberantasan vektor :

1. Menggunakan insektisida

Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam

berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa

(adultisida) dan temephos (abate) untuk membunuh jentik

41  

  

(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan

(thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging).

Untuk pemakaian rumah tangga dapat digunakan berbagai jenis

insektisida yang disemprotkan didalam kamar atau ruangan, misalnya

golongan organofosfat, karbamat atau pyrethroid.

Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan menaburkan

pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes, yaitu bejana

tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm

atau 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah :

a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1X seminggu (perkembangan telur ke nyamuk lamanya

7-10 hari).

b. Menutup rapat tempat penampungan air.

c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol-

botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk

bersarang.

Isolasi pasien agar pasien tidak digigit vektor untuk ditularkan

kepada orang lain sulit dilaksanakan lebih awal dari perawatan di

rumah sakit karena kesulitan praktis.

42  

  

Mencegah gigitan nyamuk dengan cara memakai obat gosok /

repellant maupun pemakaian kelambu memang dapat mencegah

gigitan nyamuk, tetapi cara ini dianggap kurang praktis.

Imunisasi maupun pemberian anti-virus dalam usaha memutuskan

rantai penularan, saat ini baru dalam taraf penelitian.

2.9 Sistem Informasi Geografis pada kesehatan masyarakat

2.9.1 Sejarah Perkembangan SIG

Misi dari kesehatan masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam memastikan kondisi dimana seseorang sehat. Untuk

melaksanakan misi ini, sistem kesehatan masyarakat bergantung pada tiga

komponen :

1. Tenaga kerja

2. Organisasi tempat para tenaga kerja bekerja, baik organisasi pemerintah

atau swasta

3. sistem informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan

dan menyebarkan data yang akurat

Tetapi data yang disajikan terkadang tidak digunakan, karena data kurang

akurat dan masih disajikan dalam bentuk laporan atau kertas. Untuk itu

penggunaan Sistem informasi geografis dapat menjadi solusi dari beberapa

masalah kesehatan masyarakat, diantaranya : menghubungkan dan

mengintegrasikan berbagai data dengan cepat dan akurat, menggambarkan

analisis data pada peta, memberikan gambaran visual kesehatan masyarakat yang

mudah dimengerti dan data kesehatan masyarakat dapat dengan mudah diakses.

43  

  

Dari tiga variabel inti epidemiologi, yaitu waktu, tempat dan manusia,

tempat adalah hal yang paling sulit untuk dianalisa. 150 tahun yang lalu pakar

kesehatan masyarakat mempelajari peta dan dapat menyelesaikan masalah

penganalisaan tempat. Pada tahun 1840, Robert Cowan menggunakan peta untuk

menunjukan hubungan antara demam dan kepadatan penduduk di kota Glasgow.

Ia menyatakan bahwa peningkatan kematian disebabkan karena jumlah imigrasi

yang berlebihan tanpa adanya peningkatan yang sebanding dengan jumlah

perumahan, dan terus menurunnya proporsi kekayaan dari kelas menengah. Pada

tahun 1843, di Glasgow Robert Perry menggambarkan 6 perbedaan prevalensi

demam pada lingkungan yang berbeda. Ia menunjukan sebanyak 1843 epidemi

tifus dengan mengindentifikasi rumah yang terkena dampak pada peta. pada

1854, karena setiap ahli epidemiologi mengetahui bahwa London mengalami

epidemi kolera. John Snow, dianggap sebagai salah satu bapak epidemiologi

modern, melacak distribusi geografis kematian yang disebabkan kolera di

London, menunjukkan hubungan antara kematian ini dengan pasokan air yang

terkontaminasi. Ia menghubungkan ilmu baru epidemiologi dengan penggunaan

informasi geografis untuk mengungkapkan hubungan antara lingkungan dan

penyakit. Pada tahun 1960 dan 1970, Melvyn Howe menggunakan peta untuk

menunjukkan variasi geografis penyebab kematian secara umum dan spesifik di

London dan Glasgow. Sebagai contoh, ia menggambarkan dua atau tiga variasi

geografis dalam kematian dari penyakit jantung iskemik di lingkungan kota yang

berdekatan. Penggunaan komputer untuk menganalisis dan menampilkan data

geografis dimulai pada tahun 1960, dengan mengembangkan SIG sebagai bidang

studi multidisiplin pada 1970-an. Disiplin ilmu yang mendasari SIG modern

44  

  

termasuk pemetaan, perencanaan kota dan pengelolaan database komputer.

Dalam tiga dekade terakhir, beberapa faktor memberikan kontribusi terhadap

perkembangan pesat dari SIG. Komputer menjadi lebih kecil, lebih cepat, lebih

mudah diakses, dan lebih murah. Software menjadi mudah digunakan.

Landscape dan data sensus tersedia dalam format digital, memungkinkan untuk

menghubungankan data kesehatan dengan peta geografis. (Melnick, 2002 )

2.10.2 Penerapan SIG pada Kesehatan Masyarakat

Bicara mengenai sistem informasi, maka ada banyak sekali jenis sistem

informasi yang mungkin telah penulis kenal saat ini. Salah satu diantaranya

adalah Sistem Informasi Geografis ( disingkat SIG ). Perbedaan SIG dengan

sistem informasi lainnya adalah kemampuannya dalam mengelola atribut lokasi

atau referensi geografis bersamaan dengan atribut lainnya. Dengan SIG,

penyebaran obyek dalam ruang disajikan dalam bentuk peta – peta digital,

dimana setiap obyek di peta dapat dihubungkan dengan basis data yang memuat

jenis data lainnya seperti numerik, grafik, animasi, suara dan citra.

Pemanfaatan kajian geografi sendiri sebenarnya bukan hal yang baru

dalam dunia kesehatan. Sejak jaman dahulu banyak sekali ahli epidemiologi

yang bekerja memetakan lokasi penyebaran peyakit menular, serta mempelajari

pola penyebaran penyakit secara spasial sebagai bahan analisis untuk mencegah

penyebaran penyakit menular tersebut. SIG kemudian digunakan sebagai alat

bantu pemantauan dan monitoring dari penyebaran penyakit melalui wadah

vektor, air, kondisi lingkungan, serta analisis lain yang lebih kompleks seperti

faktor kebijakan, perencanaan kesehatan, sampai digunakan juga untuk

45  

  

menyimpulkan serta membuat hipotesis bagi penyelesaian masalah kesehatan.

Selain itu, SIG mampu membantu para peneliti kesehatan dalam menentukan

area dan kelompok masyarakat yang rentan terjangkit, serta sebagai alat

identifikasi alokasi sumber daya alam dalam rangka penyelesaian masalah

penyakit menular.

Akan tetapi, beberapa tahun ke depan, SIG diprediksi akan mampu

memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dalam sektor kesehatan. Salah satu

institusi yang membuat analisanya adalah CDC yang mengungkapkan

pemanfaatan SIG ke depannya, berdasarkan “Sepuluh Fungsi Pokok Sektor

Kesehatan Masyarakat.” Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan SIG

dalam bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan analisa CDC tersebut.

Fungsi pertama yaitu memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dalam mendukung fungsi ini, SIG

dapat digunakan untuk memetakan kelompok masyarakat serta areanya

berdasarkan status kesehatan tertentu, misalnya status kehamilan. Dengan SIG,

peta mengenai status kesehatan dapat digunakan untuk merencanakan program

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh kelompk tersebut, misalnya

pelayanan ANC, persalinan dan lain lain.

Fungsi yang kedua yaitu mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta

resiko kesehatan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang epidemiologis sedang

mengolah data tentang kasus asma yang diperoleh dari Rumah Sakit, Puskesmas,

dan Pusat – Pusat Kesehatan lainnya di masyarakat, ternyata dia menemukan

terjadi kenaikna kasus yang cukup signifikan di suatu Rumah Sakit, maka

kemudian dia mencari tahu data dari pasien – pesien penderita asma di Ruimagh

46  

  

sakit. Ternyata ditemukan bahwa 8 dari 10 orang penderita asma yang dirawat di

Rumah Sakit tersebut bekerhja di perusahaan yang sama. Demikian seterusnya

hingga kemudian SIG dapat digunakan untuk memberikan data yang lengkap

mengenai pola pajanan kimia tertentu di perusahaan – perusahaan dalam suatu

wilayah, yang merupaka informasi yang penting utnuk para karyawan. Informasi

ini juga dapat diteruskan kepada ahli – ahli terkait, dalam hal ini ahli K3 untuk

melakukan penanganan lebih lanjut terhadap masalah yang ditemukan.

Fungsi yang ketiga yaitu menginformasikan, mendidik dan

memberdayakan masyarakat nmengenai isu – isu kesehatan. SIG dalam hal ini

dapat emnyediakan informasi mengenai kelompok masyarakat yang

diidentifikasi masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai informasi

kesehatan tertentu, sehingga kemudian dapat dicari media komunikasi yang

paling efektif bagi kelompok tersebut, serta dapat dibuat perencanaan mengenai

waktu yang paling tepat untuk melakukan promosi kesehatan kepada kelompok

masyarakat tersebut.

Fungsi yang keempat yaitu membangun dan menggerakkan hubungan

kerjasama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah

kesehatan. Dalam hal ini SIG dapat digunakan untuk melihat suatu pemecahan

masalah kesehatan berdasarkan area tertentu dan kemudian memetakan

kelompok masyarakat yang potensial dapat mendukung program tersebut

berdasarkan area – area yang terdekat dengannya. Misalnya masalah imunisasi

yang ada pada wilayah kerja tingkat RW atau Posyandu, maka dapat dipetakan

kelompok potensial pendukungnya yaitu Ibu – Ibu PKK yang dapat

47  

  

diberdayakan sebagai kader pada Posyandu – Posyandu yang terdekat dengan

tempat tinggalnya.

Fungsi yang kelima yaitu membangun kebijakan dan rencana yang

mendukung usaha individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah

kesehatan. Contohnya dalam hal analisa wilayah cakupan Puskesmas. Dalam hal

ini SIG digunakan untuk memetakan utillisasi dari tiap – tiap Puskesms oleh

masyarakat sehingga dapat dibuat perencanaan yang jelas mengenai sumber daya

kesehatan yang perlu disediakan untuk Puskesmas tersebut disesuaikan dengan

tingkat utilitasnya.

Fungsi yang keenam yaitu membangun perangkat hukum dan peraturan

yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan masyarakat. Dalam hal

ini SIG dapat digunakan untuk membagi secara jelas kewenangan dan tanggung

jawab suatu pusat pelayanan kesehatan pada tiap – tiap wilayah kerja dalam

menjamin dan menangani segala bentuk masalah yang terjadi di wilayah

tersebut. Dengan demikian maka manajemen komplain dapat terkoordinir dengan

baik.

Fungsi yang ketujuh yaitu menghubungkan individu yang membutuhkan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin ketersediaan pelayanan

kesehatan tersebut jika belum tersedia. Misalnya seorang warga negara asing

diidentifikasi menderita suatu penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan

yang serius. Maka untuk mengatasinya, dengan melihat peta dan data akses

pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dicari tenaga kesehatan terdekat yang

dapat membantu orang tersebut, dan menguasai bahasa yang digunakannya.

Dengan data SIG juga dapat diketahui bagaimana akses transportasi termudah

48  

  

yang dapat dilalui oleh warga negara asing tersebut menuju fasilitas kesehatan

terdekat.

Fungsi kedelapan yaitu menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli

kesehatan masyarakat yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini SIG dapat

menyediakan peta persebaran tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat di

tiap – tiap daerah, sehingga dengan demikian dapat dilihat jika ada penumpukan

atau bahkan kekurangan personel di suatu daerah. Lebih lanjut, data tersebut

dapat digunakan dalam hal perencanaan pengadaan tenaga – tenaga kesehatan

untuk jangka waktu ke depan untuk masing – masing wilayah.

Fungsi kesembilan yaitu mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan

kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Data SIG dapat menyediakan data

yang lengkap mengenai potensi tiap – tiap daerah serta karakter demografis

masyarakatnya untuk dihubungkan dengan fasilitas – fasilitas kesehatan yang

tersedia dan tingkat utilitasnya. Dengan demikian dapat dievaluasi kembali

kesesuaian dan kecukupan dari penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Fungsi kesepuluh yaitu penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan

inovasi dalam memecahkan masalah – masalah kesehatan di masyarakat. Salah

satu kegunaan SIG dalam hal ini adalah untuk menyediakan data yang akurat

mengenai perubahan – perubahan yang terjadi di suatu daerah seperti

pertambahan jumlah perumahan, jalan, pabrik atau sarana - sarana lainnya yang

berpengaruh pada lingkungan dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan

masyarakat. Data ini kemudian dapat digunakan untuk merancang dan

merencanakan inovasi – inovasi tertentu yang dapat menjamin kesehatan suatu

masyarakat.(Ermawati, 2005)

49  

  

Pada tahun 2008, Hari Kusnanto Sunardi melakukan sebuah penelitian

untuk merancang sistem Deteksi Endemisitas Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kecamatan Grogol

Kabupaten Sukoharjo. Latar belakang dari penelitian ini adalah dikarenakan

Kecamatan Grogol merupakan salah satu kecamatan yang memiliki kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Kabupaten Sukoharjo, dimana

terdapat 11 desa endemis dari 14 desa yang ada. Melihat tingginya angka kasus

DBD di Kecamatan Grogol, maka perlu dilakukan penelitian faktor – faktor yang

berhubungan dengan deteksi endemisitas DBD guna menentukan risiko

penularan terhadap DBD dan prioritas penanganannya. Deteksi faktor

endemisitas DBD menggunakan data proporsi penggunaan lahan permukiman,

angka bebas jentik (ABJ), dan kepadatan penduduk. Proses pengolahan data

menggunakan Sistim Informasi Geografis (SIG). Jenis penelitian ini adalah

survei cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah

(Area Population), yaitu segmen-segmen wilayah yang mengandung jumlah unit

penelitian (seluruh desa yang ada di peta Kecamatan Grogol) dan seluruh kasus

DBD (352 kasus) di Kecamatan Grogol sejak tahun 2004 hingga 2006 diambil

titik koordinatnya. Keseluruhan populasi dalam penelitian ini akan diteliti (total

population). Analisis spasial dengan SaTScan digunakan untuk mengetahui

clustering DBD yang kemudian dianalisis dengan spatially weighted regression

menggunakan GeoDa untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

(kepadatan penduduk, ABJ dan luas permukiman) dengan variabel terikat

(endemisitas DBD). Dari hasil penelitian ini, Hari Kusnanto Sunardi mengambil

kesimpulan bahwa Penyebaran DBD mengikuti pola distribusi spasial tertentu.

50  

  

Penyebaran DBD tidak berhubungan dengan kepadatan penduduk, ABJ dan

proporsi luas lahan permukiman juga terdapat clustering penyakit DBD yang

signifikan di Kecamatan Grogol.

Masih di tahun 2008, Oslan Daud, SKM., MPH melakukan penelitian

Studi Epidemiologi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan

Pendekatan Spasial Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Palu Selatan Kota

Palu. Penelitian ini memiliki latar belakang bahwa Demam Berdarah Dengue

(DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan

dampak sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada tahun 2004 di kota

Palu, penderita DBD berjumlah 210 orang dengan 10 kematian. Tahun 2005

jumlah penderita DBD sebanyak 627 orang dan 12 diantaranya meninggal, dan

tahun 2006 dengan jumlah penderita DBD sebanyak 334 orang dan 5 diantaranya

meninggal. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan bulan April jumlah

penderita DBD sebanyak 593 orang dan 2 diantaranya meninggal. Jenis

penelitian ini adalah survei deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross

sectional, yang bermaksud untuk memperoleh gambaran tentang distribusi

kejadian DBD dengan pendekatan spasial SIG di kecamatan Palu Selatan tahun

2004 sampai dengan 2006. Alamat penderita diambil titik koordinat dengan

menggunakan Global Positioning System (GPS). Proses selanjutnya, data diolah

dan akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta. Kesimpulan yang

didapat dari hasil penelitian ini adalah Laki-laki lebih banyak beraktifitas

daripada perempuan, penderita DBD lebih banyak pada usia anak sekolah,

kelurahan Lolu Selatan memiliki kepadatan penduduk dan mobilisasi penduduk

51  

  

yang tinggi, peningkatan kasus terjadi pada waktu musim penghujan yaitu bulan

April sampai dengan Oktober, adanya pengelompokkan kasus penderita DBD di

kelurahan Tatura Utara dan kelurahan Tanamodindi, kepadatan penduduk sangat

berhubungan positif dengan kejadian DBD, suhu dan kelembaban sangat

mendukung dalam perkembangbiakan vektor penular penyakit DBD yang

menyebabkan peningkatan penderita DBD dari tahun ke tahun, ABJ tidak

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit DBD.