bab ii landasan teori a. wacana 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6674/3/sahri...

29
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap. Dalam hirarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 1982:179). Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa, dengan perkatan lain unit-unit linguistik yang lebih besar dari pada kalimat atau klausa seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks- teks tertulis secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan 1993:25) berpendapat bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa perpaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian wacana itu adalah seperangkat proposisi yang berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang dapat menghasikan rasa kepaduan bagi penyimak atau pembaca. 2. Jenis Wacana Klasifikasi diperlukan untuk memahmi, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

Upload: others

Post on 30-Aug-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Wacana

1. Pengertian Wacana

Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap. Dalam hirarki gramatikal

wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana ini direalisasikan

dalam bentuk karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya),

paragraf kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana,

1982:179).

Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana adalah organisasi bahasa di

atas kalimat atau di atas klausa, dengan perkatan lain unit-unit linguistik yang lebih

besar dari pada kalimat atau klausa seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-

teks tertulis secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi

ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan 1993:25) berpendapat bahwa wacana adalah

seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa perpaduan

atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian wacana itu

adalah seperangkat proposisi yang berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau

terbesar yang dinyatakan dalam karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia,

dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang dapat menghasikan rasa kepaduan

bagi penyimak atau pembaca.

2. Jenis Wacana

Klasifikasi diperlukan untuk memahmi, mengurai, dan menganalisis wacana

secara tepat. Ketika analisis dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

7

yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan dan

teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru.

Jenis-jenis wacana berdasarkan pendapat Mulyana (2005:51-55) dapat

diklasifikasikan menurut jumlah penutur, media penyampaian, dan berdasarkan

sifatnya, sebagai berikut:

a. Berdasarkan jumlah penutur

Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat di kelompokan menjadi dua,

pertama wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang, wacana

dialog adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Uraiannya sebagai

berikut:

1) Wacana monolog

Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang.

Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan menyediakan alokasi waktu

terhadap respon pendengar atau pembacanya. Penuturannya bersifat satu arah, yaitu

dari pihak penutur. Beberapa bentuk wacana monolog antara lain adalah pidato,

pembacaan puisi, khotbah jumat, pembacaan berita, dan sebagainya.

2) Wacana Dialog

Wacana dialog adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Jenis

wacana ini biasanya berbentuk tulis ataupun lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk

yang sama dengan wacana drama (dialog skenario, dialog ketoprak, lawakan, dan

sebagainya).

b. Berdasarkan Media Penyampaian

Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dipilih menjadi dua yaitu

wacana lisan dan wacana tulis. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

8

melalui tulisan, sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara

lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Uraiannya sebagai berikut yaitu:

1) Wacana Tulis

Wacana tulis (Written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui

tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien

untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang

dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana tulis sering dianggap sama dengan teks

atau naskah. Di dalam kajian wacana, teks atau naskah kurang diperhatikan dan

kedudukannya sering dianggap hanya berkaitan dengan huruf (grafem). Padahal,

gambar, tabel, lukisan, dan ilustrasi lainnya juga menjadi bagian dari wacana tulis

karena wacana dapat diwujudkan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan

utuh yang berisikan amanat yang lengkap Kridalaksana (1984: 208). Contoh: artikel,

surat, novel, karya ilmiah, poster, dsb.

2) Wacana Lisan

Wacana lisan (Spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara

lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai

tuturan (Speech) atau ujaran (utterance). Sebagai contoh sebuah informasi yang

disampaikan oleh pembawa berita melalui siaran radio.

c. Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua yaitu wacana

fiksi dan wacana non fiksi. Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya

berorientasi pada imajinasi/ khayalan, Wacana nonfiksi (wacana ilmiah) merupakan

jenis wacana ini disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat

dipertanggung jawabkan kebenaranya: Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

9

1) Wacana Fiksi

Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi.

Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan multiinterpertabel. Penampilan dan

rasa bahasanya dikemas secara literal atau estetis (indah). Wacana fiksi dapat dipilih

menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Wacana Prosa

Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk cerita

atau tulisan berupa prosa (gancaran). Wacana ini dapat berbentuk tulis atau lisan.

Misalnya, novel cerita pendek, artikel, dan sebagainya.

b) Wacana Puisi

Wacana puisi merupakan jenis wacana yang dituturkan atau disampaikan dalam

bentuk puisi. Wacana puisi bisa berbentuk lisan maupun tulisan. Wacana puisi juga

disebut sebagai wacana sastra karena puisi salah satu jenis sastra. Di dalam wacana

puisi terdapat wacana puisi puitik dan wacana puisi prosaik. Wacana puisi puitik

merupakan wacana puisi yang gaya kebahasanya puitis, artinya dalam pemaknaan

bahasanya pembaca memerlukan metode khusus dalam pemaknaan gaya bahasanya.

Sedangkan wacana puisi prosaik merupakan wacana puisi yang gaya bahasanya mudah

dimengerti karena berbentuk prosa.

c) Wacana Drama

Wacana drama (dramatik) adalah jenis wacana yang disampaikan dalam bentuk

drama. Pola yang digunakan pada umumnya berbentuk percakapan atau dialog, karena

dalam wacana drama dibutuhkan dua orang atau lebih untuk menyampaikan sebuah

cerita. Di dalam wacana drama terdapat alur cerita. Alur cerita tersebut diperankan oleh

tokoh-tokoh yang memiliki karakter/ watak yang berbeda. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

10

2) Wacana Nonfiksi

Wacana nonfiksi atau wacana ilmiah. Jenis wacana ini disampaikan dengan pola

dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Bahasa yang

digunakan bersifat denotataif, lugas, dan jalas. Selain itu, wacana fiksi juga dikatakan

wacana yang bersifat faktual dan yang terkandung di dalamnya adalah nyata. Misalnya

laporan penelitian, buku materi perkuliahan, petunjuk mengoprasikan pesawat terbang,

artikel, opini, resensi, berita di koran/ majalah, dan sebagainya.

d. Berdasarakan Tujuan

Wacana berdasarkan tujuan, menurut Keraf (1995:6) wacana dapat di

golongkan menjadi lima yaitu :

1) Wacana Narasi

Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris narration yang berarti cerita, karena

wacana narasi sering ditafsirkan sebagai cerita yang bersifat menceritakan sutau

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga

menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisnya.

(Marwoto dkk, 1987:152).

2) Wacana Deskripsi

Dalam wacana deskripsi, penulis atau pembicara berkeinginan untuk

menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk suatu wujud atau barang objek,

atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi (Keraf, 1995:7). Adapun

pengertian lain wacana deskripsi adalah wacana yang terutama digunakan untuk

membangkitkan impresi kesan tentang: seorang, tempat, sutau pemandangan dan yang

semacam itu (Marwoto dkk, 1987:167).

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

11

3) Wacana eksposisi

Wacana eksposisi adalah paparan yang memberikan mengupas atau

menguraiakan sesuatu demi sesuatu penyuluhannya (penyampain informasi), dan

penyuluhan tersebut tanpa diseratai desakan atau paksaan kepada pembacanya agar

menerima suatu yang dipaparkan sebagai suatu yang besar (Marwoto dkk, 1987:170).

Contoh: petunjuk cara melakukan teknik sablon, petunjuk cara melakukan penyemaian

benih padi, dll.

4) Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan

penyintetisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut,

aragumentasi digunakan untuk menyakinkan kebenaran pendapat, gagasan, atauapun

konsepsi, suatu berdsarkan fenomena-fenomena keilmuan yang digunakan (Marwoto,

dkk, 1987:174).

5) Wacana persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, ataupun

berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk

meyakini dan menuruti himbauan, tuturan dalam persuasif berisi ajakan agar pendengar

melakukan sesuatu yang diujarkannya (Marwoto, dkk, 1987:176).

B. Wacana Tulis

Wacana tulis (writen discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui

tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien

untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang

dapat mewakili kreativitas manusia. Berdasarkan sumber data penelitian yang akan Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

12

peneliti cari yaitu pada poster iklan kartu seluler, peneliti akan menganalisis

berdasarkan media penyampaiannya yaitu wacana tulis, karena pada poster iklan kartu

seluler terdapat tindak tutur yang mewakili penutur (produsen) untuk menyampaikan

maksud tuturan kepada mitra tutur (konsumen).

C. Poster Iklan Kartu Seluler

1. Poster

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi

gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di

dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat

mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster dibaca orang

yang sedang bergerak, mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki. Sedangkan

brosur, booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus, mungkin duduk atau

sekejap dengan berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik perhatian pembacanya

seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus dimengerti. Poster digunakan untuk

berbagai macam keperluan, tapi biasanya hanya menyangkut satu dari empat tujuan

berikut ini:

1. Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara

2. Mempromosikan layanan / jasa

3. Menjual suatu produk

4. Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)

Gambar-gambar dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian, sedikit

menggunakan kata-kata, dicetak pada sehelai kertas/ bahan lain yang ditempelkan pada

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

13

tempat tertentu. Sebuah poster harus didesain agar menggugah/ menarik perhatian

khalayak terhadap suatu isu, sehingga dapat menyampaikan pesan secara tepat.

(http://blog.math.uny.ac.id/srimath08/)

2. Iklan

a. Pengertian Iklan

Iklan di sini disejajarkan dengan konsep advertising. Kata advertising berasal

dari bahasa Latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran dan gagasan kepada

pihak lain (Klepper dalam Mulyana, 2005: 63). Sementara itu Springel (dalam

Mulyana, 2005: 63) menyatakan bahwa advertising adalah setiap penyampaian

informasi tentang barang atau jasa dengan menggunakan media nonpersonal yang

dibayar.

Iklan adalah sebuah karya kreatif yang selain menggunakan media audio visual,

juga menggunakan media verbal. Untuk mencapai aspek pengingat verbal, manipulasi

kata-kata dan ungkapan seringkali dilakukan secara leluasa sehingga dalam beberapa

hal ada kecenderungan melanggar kaidah kebahasaan yang berlaku (Sugiyono, 2009).

Wright (dalam Mulyana, 2005: 63-64) menambahkan bahwa iklan merupakan

proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran,

membantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk

informasi yang bersifat persuasif. Moeliono (Peny. 2005: 421) menyebutkan bahwa

iklan adalah (1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar

tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, (2) pemberitahuan kepada khalayak

mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang dalam media massa (seperti surat kabar

dan majalah) atau di tempat umum.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

14

Dari definisi iklan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa iklan adalah

penyampaian informasi kepada khalayak ramai tentang barang atau jasa yang

ditawarkan melalui media massa atau media elektronik dengan menggunakan biaya

sebagai pendukung yang di dalamnya mempunyai maksud membujuk, mendukung agar

tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.

b. Jenis-Jenis Iklan

Menurut pendapat Swasta (1996: 249-251) jenis-jenis iklan dibagi menjadi

iklan barang, iklan kelembagaan, iklan nasional, regional, lokal, dan iklan pasar.

1. Iklan Barang (Product Advertising)

Dalam iklan produk, pemasang iklan menyatakan kepada pasar tentang produk

yang ditawarkan. Iklan produk ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Primary Demand Advertising

Primary Demand Advertising merupakan iklan yang berusaha mendorong

permintaan suatu jenis produk secara keseluruhan, tanpa menyebutkan merk atau

nama produsennya. Iklan ini berusaha menyampaikan produk secara keseluruhan

tanpa menyertakan bentuk produk dan harga. Sebagai contoh iklan ini yaitu iklan

rokok yang tidak menampilkan orang yang merokok, namun iklan ini hanya

menyampaikan cita rasa sebuah produk rokok dengan perumpamaan.

b. Selective Demend Advertising

Selective Demend Advertising merupakan jenis iklan yang berusaha mendorong

permintaan suatu jenis produk secara keseluruhan, namun disebutkan merk barang

yang ditawarkan. Iklan ini sering kita jumpai baik di media tulis ataupun lisan.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

15

Rata-rata iklan ini merupakan produk makanan, minuman, kendaraan bermotor,

mobil, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain

2. Iklan Kelembagaan

Iklan kelembagaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan citra perusahaan.

Iklan ini bertujuan untuk mendukung secara materi sesuatu kegiatan, sehingga kegiatan

tersebut dapat berlangsung secara terus menerus. Misalnya iklan rokok yang

mensponsori kegiatan akademi olah raga, iklan rokok yang memberikan beasiswa

berprestasi baik dibidang pendidikan maupun dibidang olah raga.

3. Iklan Nasional, Regional, dan Lokal

Iklan nasional merupakan iklan yang biasanya disponsori oleh produsen dengan

distribusi secara nasional. Iklan ini hanya terdapat pada satu negara dan tidak ada di

negara lain. Iklan ini bisa kita jumpai di media televisi, radio, koran, majalah, dan lain-

lain. Sedangkan iklan regional adalah iklan yang hanya terbatas di daerah tertentu dari

sebuah negara. Biasanya iklan ini berisikan iklan tentang produk yang hanya tersedia di

suatu regional. Contoh: toko meubel, restoran, toko cendera mata, dan lain-lain yang

diklankan di televisi regional dan koran daerah. Sementara iklan lokal merupakan iklan

yang biasanya dilakukan oleh pengecer dan ditunjukkan kepada pasar lokal saja.

4. Iklan Pasar

Iklan pasar didasarkan pada jenis atau sifat pasarnya. Oleh karena itu,

periklanannya tergantung pada sasaran yang dituju, apakah konsumen, perantara

dagang, atau pemakai industri. Penggunaan media juga tergantung pada daerah-daerah

tertentu, ada yang menggunakan media televisi lokal, radio lokal, dan tulis.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

16

c. Unsur Iklan

Pada umumnya struktur iklan terdiri atas beberapa unsur pokok yang masing-

masing mempunyai fungsi tertentu. Unsur pokok tersebut yaitu headline, subhead,

caption, tagline, slogan (Wells dan Moriarty, 2008: 13).

1) Headline

Headline sering disebut sebagai judul, atau kepala tulisan, merupakan bagian

terpenting dari sebuah iklan. Letaknya tidak selalu pada awal tulisan tetapi merupakan

bagian pertama yang dibaca orang, karena tercetak besar dan tebal sehingga menarik

perhatian pembaca. Fungsinya adalah untuk mengidentifikasi produk atau merk untuk

kemudian mampu mengarahkan pembaca terhadap body copy. Yang disebut body copy

yaitu uraian yang biasanya menyampaikan tiga jenis informasi, yaitu cara produk,

kegunaan, dan kelebihan produk. Informasi ini juga bertujuan untuk mengarahkan

tindakan nyata pada khalayaknya.

2) Subhead

Subhead merupakan sekat headline yang digunakan untuk memisahkan tipe

yang tidak jelas ketika dipandang sepintas yang jumlahnya banyak sekali dalam blok

percetakan yang besar, atau bisa dikatakan bahwa sebuah headline yang harus

mengatakan sesuatu yang menarik dari produk yang ditawarkan kepada calon pembeli

dengan suatu kalimat yang panjang, maka headline ini lazim diikuti oleh subhead.

3) Caption

Caption adalah penjelasan tentang apa yang terjadi dalam bentuk foto atau

gambar, sejak makin banyaknya visual sejenis yang membingungkan. Peran sebuah

gambar di dalam poster memang memiliki peran yang cukup penting, sebab gambar

menyampaikan ide dalam sebuah iklan. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

17

4) Tagline

Tagline adalah bagian frasa pengingat yang digunakan pada bagian akhir dari

iklan untuk meringkas dan memperjelas ide. Bagian ini bisa disebut sebagai bagian

pengulangan dari inti sebuah iklan, hanya pada bagian ini berbentuk ringkas karena

terdapat pada bagian akhir dari iklan dan hanya sebagai penjelas sebuah ide.

5) Slogan

Slogan adalah kampanye produk yang berulang-ulang dengan tujuan sebagai

pengingat dan penjelas ide. Slogan dapat digunakan dalam bentuk sajak dan konstruksi

paralel (pengulangan struktur kalimat atau frasa). Karena di dalam slogan konsumen

mendapatkan sebuah kesan dari produk tertentu. Contoh iklan rokok: djarum 76 ”yang

penting hepi”.

d. Fungsi Iklan

Menurut Swasta (1996: 246-249) ada lima fungsi iklan yaitu: memberikan

informasi, membujuk dan mempengaruhi, memberikan kesan, memuaskan keinginan,

dan merupakan alat komunikasi.

1) Memberikan Informasi

Iklan dapat memberikan informasi lebih banyak mengenai harga barang ataupun

informasi barang lainnya yang mempunyai kegunaan bagi konsumen. Tanpa informasi

orang tidak akan banyak mengetahui tentang suatu barang.

2) Membujuk dan Mempengaruhi

Iklan tidak hanya memberi tahu saja, tetapi juga membujuk kepada pembeli,

misalnya mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk yang lain.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

18

Dalam hal ini, iklan bisa membandingkan produk satu dengan yang lain tanpa

menyebut merek dengan tujuan agar suatu pruduk benar akan kualitasnya.

3) Memberikan Kesan (Image)

Iklan akan membuat orang mempunyai kesan tertentu tentang apa yang

dilakukan. Dalam hal ini, pemasangan iklan selalu diusahakan dengan sebaik-baiknya.

Misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi dan bentuk yang menarik. Sering kali

pembelian sebuah barang tidak dilakukan secara rasional atau memperhatikan nilai

ekonomisnya tetapi lebih terdorong untuk memperhatikan atau meningkatkan gengsi.

4) Memuaskan Keinginan

Sebelum membeli produk kadang-kadang orang ingin terlebih dahulu

mengetahui tentang keunggulan dari produk tersebut, dan harga pada suatu alat yang

dipakai untuk mencapai tujuan. Tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling

menguntungkan dan memuaskan. Kualitas dari suatu produk bisa membuat konsumen

terpikat untuk berlangganan mengkonsumsi/ menggunakan suatu produk dalam kurun

waktu yang lama.

5) Merupakan Alat Komunikasi

Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara

pembeli dan penjual, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang

efisien dan efektif. Dalam hal ini komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk

mengadakan pertukaran yang saling memuaskan. Iklan semacam ini dapat memberikan

kemungkinan kepada orang lain untuk menghubungi yang bersangkutan sehingga akan

terjadi pembicaraan dua pihak.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

19

3. Kartu Seluler

Menurut Moeliono (Peny.) (2005: 510) kartu adalah kertas tebal, berbentuk

persegi panjang (untuk berbagai keperluan sama dengan karcis). Adapun selular

(cellular) adalah sistem komunikasi jarak jauh tanpa kabel atau selular adalah bentuk

komunikasi modern yang ditujukan untuk menggantikan telepon rumah yang masih

menggunakan kabel. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan kartu selular adalah

kartu yang digunakan untuk berkomunikasi lewat telepon genggam tanpa menggunakan

kabel.

D. Pragmatik

Bidang pragmatik dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para

peneliti dan pakar bahasa Indonesia. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau

fungsi bahasa dari pada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih

cenderung ke fungsionalisme dari pada formalisme. Menurut Levinson (dalam

Djajasudarna, 2006:4) pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa

dan konteks yang digramatikalisasikan atau ditandai (terlukisan) di dalam struktur

suatu bahasa.

Menurut Wijana (2006:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu

digunakan di dalam komunikasi. Fith (dalam wijana, 1996:5) mengemukakan bahwa

kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang

meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-

ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak

tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat

tindakan partisipan.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

20

Bahasa merupakan suatu sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, bahasa

merupakan sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini

berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Kata-kata atau secara lebih luas bahasa

yang digunakan oleh manusia memperoleh maknanya dari aktivitas-aktivitas yang

merupakan kegiatan sosial dengan perantara-perantara dan tujuan-tujuan yang bersifat

sosial juga (Halliday & hasan dalam wijana, 1996:5).

Pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda sebenarnya telah

dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf yang bernama Charles Moris (dalam

Schiffrin, 2007: 269). Beliau mengidentifikasikan tiga cara untuk mempelajari tanda-

tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara tanda-tanda yang satu

dengan yang lain, semantik adalah studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut

dihubungkan dengan objek-objek yang dirujuknya atau yang dapat dirujuknya,

pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter. Dengan

demikian, pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau

mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan

(pengontruksian dari interpretan) tanda itu sendiri.

Dari berbagai pengertian pragmatik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari

bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi yang meliputi

partisipan, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), dan dampak-

dampak tidak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul

akibat tindakan partisipan.

E. Hubungan Wacana dan Pragmatik

Masyarakat wacana (baik tutur maupun wacana) yang melibatkan penulis,

pembaca (masyarakat wacana tulis) dan pembicara-penyimak memiliki hubungan

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

21

dengan pragmatik. Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks.

Dalam yang selalu berhubungan, yakni sintaktis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis

merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur

maupun makna antar hubungan (pertimbangan makna leksikal dan makna gramatikal),

dan pragmatik yang berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara, pendengar, dan

penulis, pembaca) (Djajasudarma, 2006: 54).

Keunggulan wacana dapat dipertimbangkan melalui hubungan lain gramatikal,

semantik, dan leksikal. Pragmatik mencakup deitik (misalnya, sebutan kehormatan atau

honorifiks), praduga (presuppositioan), dan tindak tutur (speech acts). Berdasarkan

unsur-unsur itu, pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan

melalui referensi langsung pada pengungkapkan ujaran.

Menurut Djajasudarma (2006:54) pragmatik mencakup studi interaksi antara

pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh

pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada

studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan koteks. Konteks merupakan

ciri atau gambaran yang berfokous pada budaya dan linguistik yang sesuai dengan

ujaran yang dihasilkan dan iterpretasinya. Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah

adanya pengetahuan tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan setatus

(konsep-konsep status sosial), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana),

tema, wilayah bahasa.

Mulyana (2005:79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana

perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti :

1. Para lingual (intonasi, nada, pelan, keras),

2. Kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan

sebagainya),

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

22

3. Proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur),

4. Kronesik (penggunan dan strukturisasi waktu dalam interaksi).

Disamping itu yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu: (1)

dieksis, (2) praanggapan , (3) tindak tutur, dan (4) implikatur. Dibawah ini akan

dijelaskan masalah tindak tutur, dimana penulis hanya membatasi penelitian ini tentang

tindak tutur.

F. Aspek-Aspek Pragmatik

Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin

dikomunikasikan oleh penutur sebuah tuturan, Leech (dalam Wijana, 1996:10)

mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka

studi pragmatik. Antara lain:

a. Penutur dan Lawan Tutur

Mencakup penulis dan pembaca bila tuturan yang bersangkutan

dikomunikasikan dengan media tulis. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan

lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat

keakraban dsb.

b. Konteks Tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam aspek fisik atau

setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks yang bersifat lazim

disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam

pragmatik konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan

(background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

23

c. Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu. Dalam ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam

dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai

maksud dapat diutarakan dengan tuturan sama. Didalam pragmatik berbicara

merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities).

d. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Ini akan terjadi bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai

entitas yang abstrak, seperti kalimat pada studi sintaksis, proposisi dalam studi

semantik, dsb. Pragmatik berhubungan dengan tindakan verbal yang terjadi dalam

situasi tertentu dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya

yang lebih konkrit dibandingkan dengan tata bahasa.

e. Tuturan sebagai Produk Verbal

Tuturan yang digunakan didalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan

dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak verbal. Dalam hal ini ada

perbedaan antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Keberhasilan

komunikasi selain ditentukan oleh persamaan bahasa, juga ditentukan oleh persamaan

pengetahuan mengenai konteks yang melingkupi selama komunikasi berlangsung.

Aspek-aspek tersebut sangat berpengaruh pada keefektifan ujaran. Jadi tuturan yang

digunakan pragmatik merupakan tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan

merupakan bentuk dari tindak verbal.

G. Kajian Tindak Tutur

a. Pengertian Tindak Tutur

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

24

Istilah mengenai tidak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin 1956,

seorang guru besar di Universitas Harvard. Tindak tutur merupakan hal yang

fenomena dalam masalah yang luas yang lebih dikenal dengan istilah pragmatik.

Dalam pragmatik tindak tutur menelaah makna menurut penafsiran pendengar.

Searle (dalam Rohmadi, 2004:29) mengatakan tindak tutur adalah produk atau

hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari

komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau

yang lainnya. Tindak tutur (speech art) adalah gejala individual yang bersifat

psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam

menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2007: 49). Beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu.

Misalnya, tindakan mengusir dapat dilakukan dengan tuturan "sudah jam sembilan

Mas". Maksud tuturan ini adalah tindakan mengusir bukan menunjukkan waktu.

Tindak tutur adalah suatu kalimat yang diproduksikan oleh seseorang dengan

melihat pada situasi dalam berlangsungnya komunikasi yang dapat berbentuk

pertanyaan, pernyataan, ataupun perintah.

b. Bentuk-Bentuk Tindak Tutur

Searle (dalam Wijana, 1996: 17) mengemukakan bahwa bahasa secara

pragmatik setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan penutur

yakni:

1) Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang biasanya didefinisikan dengan kalimat

performatif yang eksplisit. Misalnya, berkenaan dengan pemberian izin,

mengucapkan terima kasih, menyeluruh, menawarkan dan menjanjikan. Tindak lokusi

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

25

adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur

dalam berbentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer, 2007: 53).

Tindak lokusi yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu

ungkapan linguistik yang bermakana (Yule, 2006: 83). Tindak lokusi adalah tindak

tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengidentifikasiannya

cenderung dapat dilakukan tanpa rnenyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam

situasi tutur (Wijana, 1996: 18). Menurut Rohmadi (2004:30) menjelaskan bahwa

tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Makna lokusi:

a. Lokusi Pernyataan/ Informasi

Tipe pernyataan ini juga merupakan lokusi, yakni menyatakan sesuatu kepada

pendengar. Lokusi dalam tipe ini merupakan lokusi tidak langsung, karena hanya

merupakan berita, agar pendengar percaya dengan hal yang dituturkan oleh

pembicara. Bentuk pernyataan ini mempunyai ciri intonasi netral dan tidak ada suatu

bagian yang lebih dipentingkan dari yang lain. Lokusi pernyataan/ informasi

dinyatakan dengan kalimat.

b. Lokusi Perintah

Bentuk perintah mengandung ciri utama bahwa tipe ini merupakan cara untuk

mengungkapkan lokusi yang bersifat perintah dan larangan.

Ciri-ciri bentuk perintah:

1) intonasi keras (terutama perintah biasa dan larangan),

2) kata kerja vang mendukung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar.

c. Lokusi Pertanyaan

Bentuk kata tanya pada umumnya meminta pendengar untuk melaksanakan

suatu tindakan. Cara ini dipergunakan untuk menghindari rasa rendah diri atau rasa Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

26

hina pendengar dengan jalan memberikan kesempatan untuk menyatakan

persetujuanya atau penolakan atas pernyataan pembicara. Fungsi bentuk tanya adalah

mengemukakan pernyataan dan permintaan, tetapi keduanya merupakan jenis

permintaan. Perbedaan keduanya adalah pernyataan meminta tindakan verbal dan

permintaan meminta tindakan nonverbal.

Ciri-ciri pertanyaan:

1) Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya,

2) Sering mempergunakan kata tanya,

3) Dapat pula mempergunakan partikel tanya - kah.

2) Tindak Ilokusi

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi

atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur yang

berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana, 1996:

18). Ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Menurut Rohmadi (2004:

31) adalah tindak tutur vang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan

sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.

Ilokusi mempunyai kekuatan yaitu sifat atau ujaran yang diucapkan oleh

pembicara dengan intonasi dalam konteks tertentu, sehingga pendengar mengenal

kembali yang dikerjakan oleh pembicara, ketika pembicara mengucapkan sesuatu.

Oleh sebab itu, tindak ilokusi mempunyai kategori ilokusi. Menurut Searle (dalam

Rohmadi, 2004: 32) kategori ilokusi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:

a) Representatif, ialah tindak ujar yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas

hal yang dikatakanya, misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, dan

menyebutkan.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

27

b) Direktif, ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar

mitra tutur melakukan tindakan yang disebut dalam ujaran itu, misalnya:

menyuruh, memohon, menyarankan, dan menantang.

c) Ekspresif, ialah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya yang

diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu,

misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.

d) Komisif, ialah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala

hal yang disebutkan dalam ujarannya, misal: berjanji, bersumpah, atau

mengancam.

e) Deklarasi, ialah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk

menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya:

memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memaafkan.

Ilokusi adalah sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau

informasikan sesuatu, dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Menurut

Ibrahim (2004: 16-43) menyebutkan macam-macam tindak tutur ilokusi meliputi:

a) Ilokusi konstatif (conatatives)

Secara umum konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi

dengan maksud sehingga mitra tutur membentuk atau memegang kepercayaan yang

serupa. Konstatif yang ditemukan oleh Ibrahim (2004: 16) yaitu sebagai berikut:

(1) Asertif (assertives): (menyatakan, mengemukakan, menyampaikan,

mengklaim, menolak, menunjukkan, mempertahankan, menyampaikan,

mengatakan).

(2) Prediktif (predictives): meramalkan, memprediksi.

(3) Retrodiktif (retrodictives: memperhatikan, melaporkan.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

28

(4) Deskriptif (descriptives): menilai, menghargai, mengkategorikan,

mengkarakterisasikan, mengklarifikasikan, mendeskripsikan, mendiagnosa,

mengevaluasi, mengidentifikasi, memotret, merangking.

(5) Askriptif (asckriptives): menyatukan, mengatribusikan, memprediksi.

(6) Informatif (informatives): menasehati, mengumumkan, menginformasikan,

menekankan, melaporkan, menunjukkan, menceritakan.

(7) Konfirmatif (comfirmatives): menilai, mengevaluasi,

menyimpulkan, mengkonfirmasi, mendiagnosa, menemukan, memutuskan,

memvalidasi, membuktikan.

(8) Konsesif (consessives): mengakui, menyetujui, membolehkan, mengizinkan,

menganugrahi, memiliki.

(9) Retraktif (retractives): membenarkan, menolak, menyangkal, membantah,

menyanggah, menarik kembali.

(10) Asentif (asentives): menerima, menyepakati, menyetujui, menolak.

(11) Dissentif (dissentives): membedakan, menidaksepakati, menidaksetujui,

menolak.

(12) Disputatif (disputative.s): keberatan, memprotes, mempertanyakan.

(13) Responsif (responsives): menjawab, membahas, merespon.

(14) Sugestif (sugestives): menerka, menebak, menyarankan.

(15) Suppositif (suppossitives): mengasumsikan, memperkirakan, berteori.

b) Direktif

Mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran atau

sikap yang diekspresikan dijadikan alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Menurut

Ibrahim Ada enam jenis tindak tutur kategori ini:

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

29

(1) Reqeustives: meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang,

mendoa, mengajak, mendorong.

(2) Question: bertanya, menginterogasi,

(3) Requirements: memerintah, menghendaki, menuntut, mengarahkan.

(4) Probilitives: melarang, membatasi.

(5) Permissives: menyetujui, membolehkan, memperkenankan, memaafkan,

mengabulkan.

(6) Advisories: menasehati, memeringatkan, menyarankan, menyusulkan.

c) Komisif

Merupakan tindak kewajiban seseorang atau menolak untuk mewajibkan

seseorang agar rnelakukan sesuatu yang dispesifikasikan dalam isi proposisinya, yang

bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak

dilakukan.

Ada dua komisif (comssives) yaitu:

(1) Promises: mengizikan

(2) Offers: menawarkan, mengusulkan

d) Ilokusi Acknowledgment

Acknowledgments mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur, baik

yang berupa rutinitas maupun yang rumit. Macam-macam:

(1) Appoligize : permintaan maaf

(2) Condole : mengucapkan belasungkawa

(3) Congratulate: mengucapkan selamat

(4) Greet: mengucapkan salam

(5) Thank : mengucapkan terima kasih

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

30

(6) Bid : mengharap

(7) Accept: penerimaan

(8) Reject: menolak

Penulis mengunakan gabungan teori yang ada pada Searle (dalam Rohmadi,

2004:32) dengan Ibrahim yaitu diantaranya: Representatif, Direktif, Komisif,

Ekspresif, Konstatif, dan acknowledgment.

a) Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan

kebenaran atas apa yang di ujarkannya. Jenis tindak tutur ini sering juga disebut juga

tindak tutur asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah

tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan,

menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi dan sebagainya.

b) Direktif

Tindak tutur direktif sering juga disebut dengan tindak tutur impositif adalah

tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang

di sebutkan di dalam tuturan itu. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur

ini antara lain memaksa, mengajak, meminta, mendorong, menasehati, bertanya,

memaafkan, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah,

memberikan aba-aba, dan menantang.

c) Komisif

Tindak tutur Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan apa yang disebutkan dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah,

mengancam, menyatakan kesanggupan, mengizinkan, menawarkan, dan mengusulkan

merupakan tuturan yang termasuk kedalam jenis tindak komisif.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

31

d) Ekspresif

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan didalam tuturan itu.

Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh,

menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung termasuk. kedalam jenis tindak

tutur ekspresif.

e) Konstatif

Tindak tutur konstatif adalah ekspresi kepercayaan seseorang yang dilakukan

oleh penutur agar mitra tutur percaya tentang maksud yang dikatakan. Seperti;

menyatakan, memprediksi, melaporkan, mengidentifikasi, menyatukan,

menginformasi, mengkonfirmasi, menyetujui, menolak, menerima, membedakan,

mempertanyakan, menjawab, menyarankan, dan memperkirakan. Tindak tutur

acknowledgments tidak digunakan dalam penelitian ini.

3) Tindak Perlokusi

Wijana (1996: 19) menjelaskan bahwa tindak perlokusi adalah efek bagi yang

mendengarkan. Perlokusi menurut Chaer (2007: 53) adalah tindak tutur yang

berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku

nonlinguistik dari orang lain. Sedangkan menurut Leech (1993:323) menyebutkan

bentuk-bentuk tindak perlokusi sebagai berikut:

(1) bring to learn that (membuat / tahu bahwa),

(2) persuade (membujuk),

(3) deceive (menipu),

(4) irritate (menjengkelkan),

(5) eneguarage (mendorong), Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

32

(6) frighten (menakuti),

(7) a muse (menyenangkan),

(8) get h to do (membuat t melakukan sesuatu),

(9) inspire (mengilhami),

(10) impress (mengesankan),

(11) distact (mengalihkan perhatian),

(12) get h to think about (membuat t berpikir tentang),

(13) relieve tenson (melegakan),

(14) embarrass (mempermalukan),

c. Jenis Tindak Tutur

Jenis tindak tutur dapat diikhtisarkan, bahwa tindak tutur dalam bahasa

Indonesia terdapat delapan macam jenis tindakan yang dapat berlangsung dalam

komunikasi. Wijana (1996: 29-35) menyebutkan sebagai berikut:

1) Tindak Tutur Langsung

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat

berita (declaratif), kalimat tanya (introgrative), dan kalimat perintah (imperatif).

Secara konvensional kalimat berita (declaratif) digunakan untuk memberikan sesuatu

(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, kalimat perintah untuk

menyatakan perintah, menyuruh atau mengajak, atau permohonan.

Contoh: “Saya yang membawa kertas itu.”

Kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung, karena merupakan kalimat berita.

2) Tindak Tutur Tidak Langsung (indirect speech act)

Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur untuk memerintahkan

seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Sebagai contoh: “ Sudah jam

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

33

sembilan ya mas, pantas saja udara sudah terasa dingin”. Pada tuturan tersebut

penutur tidak menyuruh langsung untuk pulang, namun hanya menyatakan bahwa

sudah jam sembilan dan udara mulai dingin.

3) Tindak Tutur Literal (literal speech act)

Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna

kata-kata yang menyusunnya. Artinya apa yang diucapkan oleh si penutur maknanya

sama, tidak berlainan dengan apa yang diucapkan. Sebagai contoh lihat kalimat

dibawah ini:

“Wajah gadis itu sangat cantik.”

jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi kecantikan

wanita yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal.

4) Tindak Tutur Tidak Literal (nonliteral speech act)

Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama

dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

Misalnya: “Suaramu bagus” (tapi kamu tidak usah menyanyi).

Penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan

mengatakan “Tak usah menyanyi”. Tindak tutur pada kalimat (2) merupakan tindak

tutur tak literal.

5) Tindak Tutur Langsung Literal (direct literal speech act)

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan

modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud

memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat

berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dan sebagainya. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012

34

Contoh:

1. Tuliskan berita itu!

2. Dian anak yang nakal.

3. Di mana kambingmu kamu jual din?

6) Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (indirect literal speech act)

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan

dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penutur. Dalam tindak tutur

ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.

Misalnya : “ Piringnya kotor semua ”. Kalimat itu jika diucapkan seorang ibu kepada

anaknya bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk mencucinya.

7) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (direct nonliteral speech act)

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan

modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang

menyusunnya tidak memiliki makna yang sama maksud penuturnya.

Misalnya : “ Suaramu bagus, kok ”. Penuturnya sebenarnya ingin mengatakan bahwa

suara lawan tuturnya jelek.

8) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (indirect nonliteral speech act)

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan

dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang

hendak diutarakan.

Misalnya : Untuk meminta anaknya ganti baju setelah bermain dan bajunya kotor

seorang ibu mengutarakanya dengan ” Bersih benar bajumu, de”.

Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012