bab ii landasan teori a. pasar tradisionalrepository.iainpekalongan.ac.id/6/8/13. bab ii.pdf · bab...

22
37 BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Tradisional Secara umum pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan) dari suatu barang atau jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. 1 Definisi pasar secara luas adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan untuk membelanjakannya. 2 Pasar dalam pengertian pemasaran menurut Philip Kotler adalah orang- orang ataupun organisasi yang mempunyai kebutuhan akan produk yang kita pasarkan dan mereka itu memiliki daya beli yang cukup guna memenuhi kebutuhan. 3 Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi atau tawar menawar secara langsung, bangunan terdiri dari kios, los, akses lebih luas bagi para produsen dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. 4 1 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 205. 2 Hanif Nofvianto, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Pasar Beringharjo, (Yogyakarta: Universitas Yogyakarta, 2008), skripsi tidak diterbitkan. 3 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 40. 4 Abdul Aziz, Ekonomi Islam (Analisis Mikro dan Makro), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 105.

Upload: nguyentruc

Post on 04-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

37

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar Tradisional

Secara umum pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara

permintaan (pembelian) dan penawaran (penjualan) dari suatu barang atau

jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan

(harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.1

Definisi pasar secara luas adalah orang-orang yang mempunyai

keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja serta kemauan

untuk membelanjakannya.2

Pasar dalam pengertian pemasaran menurut Philip Kotler adalah orang-

orang ataupun organisasi yang mempunyai kebutuhan akan produk yang kita

pasarkan dan mereka itu memiliki daya beli yang cukup guna memenuhi

kebutuhan.3

Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi atau tawar menawar secara langsung,

bangunan terdiri dari kios, los, akses lebih luas bagi para produsen dan

dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.4

1 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),

hlm. 205. 2 Hanif Nofvianto, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan

Pedagang Pasar Tradisional di Pasar Beringharjo, (Yogyakarta: Universitas Yogyakarta, 2008),

skripsi tidak diterbitkan. 3 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm. 40.

4 Abdul Aziz, Ekonomi Islam (Analisis Mikro dan Makro), (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2008), hlm. 105.

38

Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola ditangani oleh Dinas Pasar

yang merupakan bagian dari birokrasi. Selain itu, sistem pengelolaan pasar

tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatur

sistem bisnisnya masing-masing.

Pasar memiliki fungsi sebagai penentu nilai suatu barang, penentu

jumlah produksi, mendistribusikan produk, melakukan pembatasan harga dan

menyediakan barang dan jasa untuk jangka panjang. Pasar juga berfungsi

sebagai fasilitas umum untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat.5

Sebagian besar yang diperdagangkan terdiri dari barang-barang kebutuhan

sehari-hari dan dengan harga yang relatif murah. Meskipun secara fisik

suasana berbelanja di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar

tradisional mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat.

Dengan demikian, pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli

merupakan fasilitas publik yang sangat vital bagi perekonomian suatu daerah.

Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat

pertumbuhan ekonomi masyarakat.6

Untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah, penting untuk

menjamin persediaan barang yang harganya. Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa pasar tradisional memberikan sumbangan yang sangat penting dalam

bentuk turut menurunkan biaya hidup bagi kelompok-kelompok masyarakat

berpendapat rendah.

5 Salamatu Asakdiyah dan Tina Sulistyani, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar tradisional di Kota Yogyakarta, dalam Jurnal Akuntansi dan

Manajemen, ISSN 0853-1269 - Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001. 6 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

hlm.144.

39

Pasar tradisional juga mempunyai pengetahuan detail tentang pasar

lokal dan daerah. Mereka menjual barang-barang bukan untuk pasar yang

tidak bernama tetapi untuk konsumen yang mereka kenal secara pribadi dan

melalui jalinan hubungan sosial. Pada umumnya, mereka tahu keadaan

pendapatan dan kebutuhan keluarga di sekeliling mereka, sehingga mereka

dapat menyesuaikan persediaan barang dan keinginan konsumen. Karena itu

pasar tradisional memberikan sumbangan yang besar dari segi menjamin

kedaulatan konsumen.

Salah satu karakteristik yang menonjol dari pasar tradisional adalah:

1. Banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dan jasa yang sama.

2. Harga barang relatif murah, namun kualitas dan kebersihan barang kurang

diperhatikan.

3. Dalam mengelola usaha khususnya dalam menyediakan persediaan barang

dagangan, para pedagang pasar berjalan sendiri-sendiri.

4. Perbedaan waktu aktifitas masing-masing pasar memberikan keuntungan

bagi para bakul karena mereka dapat menjual barang dari satu pasar

kemudian berpindah ke pasar lain dalam waktu satu hari. Tetapi ada juga

bakul yang hanya berjualan di satu pasar.

Ada beberapa aktor ekonomi yang berperan dalam pasar, yaitu:

1. Pembeli. ada beberapa tipe pembeli yaitu:

a) Pengunjung yaitu mereka yang datang ke lokasi tanpa mempunyai

tujuan pembelian suatu barang atau jasa. Mereka adalah orang-orang

yang menghabiskan waktu luangnya di lokasi pasar.

40

b) Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud

untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan

kemana akan membeli.

c) Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud

membeli barang atau jasa dan punya arah tujuan yang pasti kemana

akan membeli. Seseorang yang menjadi pembeli tetap dari seorang

penjual tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui proses interaksi

sosial. Tawar menawar antara penjual dan pelanggan dapat dikatakan

jarang terjadi, karena penjual telah menetapkan harga yang

keuntungannya mendekati batas margin.

2. Pedagang

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan

produk atau barang, kepada konsumen secara langsung maupun tidak

langsung. Sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan

penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari

perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan

studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah dilakukan oleh

Geertz dalam Damsar (2007) dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi

atas :

1) Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas

perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi

keluarga.

41

2) Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui

aktifitasnya untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil

perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

Derajat tambahan tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat.

3) Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi

rumah tangga.

4) Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu

luang.

B. Teori Laba

1. Pengertian Laba Usaha

Tidak satupun bisnis yang mampu bertahan hidup tanpa adanya laba

sebagai penunjang. Oleh karena itu, laba adalah tujuan utama didirikannya

suatu usaha. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan

di atas biaya-biaya dalam jangka waktu tertentu.7

Laba dalam akuntansi adalah kelebihan penghasilan di atas biaya

selama satu periode akuntansi.8 Laba juga dapat berarti aliran kas atau

7 Anna Nurfarhana, Pengaruh Modal Kerja dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi

Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI, 2013), skripsi tidak

diterbitkan. 8 Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.

113.

42

harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang.9

Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi dan

kerugian akan dialami oleh perusahaan apabila hasil penjualan kurang dari

biaya produksi.10

Laba merupakan pembayaran untuk asumsi risiko bagi

pengusaha.11

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Hendrikson yang

diterjemahkan oleh Suwarjono (2000) bahwa laba adalah selisih dari

pendapatan dan biaya, dimana jumah pendapatan lebih besar dari pada

biaya. Menurut Sadono Sukirno keuntungan adalah nilai uang dari hasil

penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.12

Laba

usaha disini adalah pendapatan/laba kotor dikurangi dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan oleh pedagang dalam kegiatan operasional usahanya. Hal

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Usaha = Pendapatan – (Biaya-biaya Usaha).

Bisnis adalah sebuah aktifitas yang mengarah pada peningkatan nilai

tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan

barang. Bisnis merupakan pertukaran barang, jasa atau uang yang saling

menguntungkan dan member manfaat.13

9 Jusup Al-Haryono, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid I, Edisi 6, (Yogyajarta: STIE YKPN,

2005), hlm. 24. 10

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press,

2008), hlm. 166. 11

Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.

314. 12

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi (Teori Pengantar), Edisi ke-3, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2010), hlm. 192. 13

Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.

282.

43

Konsepsi masyarakat tentang sesuatu, lambat laun akan melahirkan

suatu kesadaran mengenai hal tersebut. Suatu kesadaran lahir dari suatu

pengetahuan atau wawasan dan proses panjang perilaku yang dilakukan

terus menerus. Pandangan tentang bisnis sebagai media usaha yang

bersifat material untuk mencapai tujuan maksimalisasi laba dan tidak ada

bisnis kecuali untuk keuntungan semata.

Konsep laba juga dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:

1) Laba bisnis adalah sisa dari pendapatan dikurangi biaya eksplisit

(akuntansi). Laba tersebut menunjukkan posisi jumlah kekayaan modal

yang tersedia setelah semua sumber daya yang digunakan dalam proses

produksi dibayar.

2) Laba ekonomis adalah laba sebagai kelebihan penerimaan apabila

pendapatan lebih besar daripada biaya maka suatu usaha akan

mendapatkan laba.

Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tercapai tidaknya

tujuan tersebut dan untuk menilainya menggunakan laba sebagai tolak

ukur. Semakin cepat perusahaan memutar uang, maka akan semakin besar

pula labanya.14

Demikian pula pengukuran keberhasilan usaha pedagang

pasar tradisional yang tidak mempunyai konsep seperti marketing,

planning, controlling, juga dapat dilihat dari labanya dan laba yang

diperoleh para pedagang tersebut sangat bervariasi.

14

Turis Harningsih, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pedagang

Barang Antik di Pasar Windujenar Surakarta, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2011),

skripsi tidak diterbitkan.

44

Laba yang dianggap valid adalah laba normal, yaitu laba yang tidak

berlebihan (excessive profit) dan tidak diperoleh dengan cara-cara yang

merugikan orang lain. Menurut Al-Ghazali, usaha perdagangan distimulus

untuk memperoleh laba adalah dibenarkan dalam Islam karena para

pedagang menanggung berbagai risiko yang mungkin timbul selama

mereka mengusahakan barang-barang itu dapat tersedia di pasar.15

2. Jenis- Jenis Laba

Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah

perusahaan. Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu:16

a. Laba Kotor

Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok

penjualan.

b. Laba Operasional

Laba operasional merupakan hasil dari aktifitas-aktifitas yang

termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar

dalam perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun.

Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk

hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.

c. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBT (Earning Before Tax)

Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah

hasil dan biaya di luar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama

15

Arif Hoetoro, Ekonomi Islam, (Malang: BPFE Universitas Brawijaya, 2007), hlm. 134. 16

Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE,

2008), hlm. 464.

45

dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini

menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.

d. Laba setelah pajak atau laba bersih

Laba bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba

dipindahkan ke dalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba

ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai

deviden kepada para pemegang saham.

3. Sumber Pendapatan Bersih

Pendapatan yang diterima seseorang berasal dari berbagai sumber

pendapatan, yaitu:

a. Pendapatan sektor formal, yaitu pendapatan yang bersumber dari upah

atau gaji yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang telah ditentukan.

b. Pendapatan sektor informal, yaitu pendapatan yang bersumber dari

perolehan atau penghasilan tambahan.

c. Pendapatan sub intern, yaitu pendapatan yang bersumber dari usaha

sendiri seperti dari hasil berdagang, bercocok tanam, beternak, hasil

dari kebun dan sebagainya.

C. Teori Modal Usaha

1. Pengertian Modal Usaha

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan

dunia usaha, maka semakin beragam pula orang dalam mendefinisikan

atau memberikan pengertian terhadap modal yang kadangkala satu sama

46

lain bertentangan tergantung dari sudut mana meninjaunya. Peran modal

dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu

barang dan jasa. Suatu usaha tanpa adanya modal sebagai salah satu faktor

produksinya tidak akan dapat berjalan. Demikian juga bagi para pedagang,

modal sangat besar pengaruhnya terhadap usaha yang mereka jalankan.

Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk

berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda (uang, barang dan

sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang

menambah kekayaan.17

Modal adalah setiap bentuk kekayaan yang

dimiliki untuk memproduksi lebih banyak kekayaan. Modal usaha juga

dapat dikatakan sejumlah uang yang dikeluarkan pedagang guna

menjalankan kegiatan usahanya.18

Modal usaha disini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Modal Usaha = Modal Awal + Modal Tambahan

Adam Smith mengartikan modal sebagai bagian dari nilai kekayaan

yang dapat mendatangkan penghasilan. Dalam perkembangannya,

pengertian modal mengarah kepada sifat “non-physical oriented” dimana

antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan

memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang modal.

Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mengelola dan

membiayai usaha dagang setiap bulan/setiap hari. Di mana di dalamnya

17

Toti Indrawati dan Indri Yovita, Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional

di Kota Pekanbaru, dalam Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1, Maret 2014. 18

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2008.

47

terdapat ongkos untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan

untuk memproduksi suatu output tertentu/opportunity cost dan untuk

menggunakan input yang tersedia. Dalam membangun sebuah bisnis

dibutuhkan sebuah dana atau dikenal dengan modal. Bisnis yang dibangun

tidak akan berkembang tanpa didukung dengan modal. Sehingga modal

dapat dikatakan jadi jantungnya bisnis yang dibangun tersebut.

Dalam kegiatan produksi, modal juga akan digunakan sebagai biaya

dalam pembelian suatu sumber-sumber produksi yang dikatakan sebagai

biaya usaha. Biaya usaha ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap

(FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun barang yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC)

adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh barang yang dijual,

contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari

biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC. Modal ini

bersifat kuantitatif karena modal tersebut digunakan untuk membiayai

operasi perusahaan seperti pembiayaan bahan baku, pembiayaan bahan

penolong, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya yang

berlangsung terus menerus dalam kegiatan perusahaan yang diharapkan

akan meningkatkan pendapatan.

Banyak kalangan yang memandang bahwa uang bukanlah segalanya

dalam sebuah usaha. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah

usaha sangat diperlukan, yang menjadi persoalan disini bukanlah penting

48

tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan

tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga usaha yang

dijalankan dapat berjalan lancar.

2. Macam-macam Modal Usaha

a) Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu

sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara

dan lain sebagainya.19

Kelebihan modal sendiri adalah:

1) Tidak ada biaya seperti biaya administrasi sehingga tidak menjadi

beban.

2) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh

dari setoran pemilik modal.

3) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu

yang relatif lama.

4) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang

ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah

seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.

Kekurangan modal sendiri adalah:

1) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu

sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.

19

Anna Nurfarhana, Pengaruh Modal Kerja dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi

Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI, 2013), skripsi tidak

diterbitkan.

49

2) Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan

modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan modal asing.

b) Modal Asing (Pinjaman)

Modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak

luar pemilik usaha dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan

modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia

dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal

pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak si peminjam untuk

mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal

pinjaman dapat diperoleh dari:

1) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun

pemerintah.

2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal

dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.

3) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Kelebihan modal pinjaman adalah:

1) Jumlahnya tidak terbatas, artinya pemilik usaha dapat mengajukan

modal pinjaman ke berbagai sumber.

2) Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari

menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal pinjaman,

motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini disebabkan

adanya beban bagi pemilik usaha untuk mengembalikan pinjaman

50

Kekurangan modal pinjaman adalah:

1) Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi.

Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai

berbagai kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya

administrasi, biaya provisi dan komisi, materai dan asuransi.

2) Harus dikembalikan. Modal pinjman wajib dikembalikan dalam

jangka waktu yang telah disepakati.

3) Beban moral. Pemilik usaha yang mengalami kegagalan atau masalah

yang mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman

sehingga akan menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan

dibayar.

Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:

1) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta,

pemerintah maupun perbankan asing

2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal

ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga

pembiayaan lainnya.

3) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Sedangkan sumber modal usaha yang lain adalah berikut ini:20

1) Dana modal sendiri. Setiap pengusaha biasanya tersedia modal sendiri

walaupun kecil. Kecil atau besar bukan masalah yang penting berani

menggunakan modal tersebut untuk usaha.

20

Yusuf Suhardi, Kewirausahaan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 111-

112.

51

2) Pinjaman dari keluarga. Biasanya pinjaman dari keluarga adalah

jangka pendek dan pengembaliannya harus tepat waktu atau lebih

cepat lebih baik.

3) Pinjaman dari bank atau orang tertentu. Apabila meminjam kepada

pihak lain sebaiknya dikembalikan sebelum jatuh tempo sehingga

kepercayaan akan sangat tinggi dari pihak pemilik modal.

4) Jual saham. Cara ini memudahkan usaha karena dana tersebut bukan

pinjamam, tetapi penyertaan modal dan mereka berhak untuk

memperoleh laba sebagai keuntungan atas uang mereka yang

ditanamkan.

5) Dana bantuan Pemerintah.

3. Cara Menghitung Pendapatan

Untuk mengetahui besarnya pendapatan ada 3 pendekatan

perhitungan, yaitu:

a) Pendekatan hasil produksi (product approach)

Dengan pendekatan hasil produksi, besarnya pendapatan dapat

diketahui dengan mengumpulkan data tentang hasil akhir barang atau

jasa untuk suatu periode tertentu dari suatu unit produksi yang

menghasilkan barang atau jasa.

b) Pendekatan Pendapatan

Menghitung pendapatan dengan mengumpulkan data tentang

pendapatan yang diperoleh seseorang.

c) Pendekatan pengeluaran

52

Menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan seluruh

pengeluaran yang dilakukan oleh suatu unit ekonomi.

Untuk menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh para

pedagang, ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan salah satu atau juga

ketiga-tiganya. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan pendapatan, yaitu untuk menghitung pendapatan para pedagang

dengan cara mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh para

pedagang.

Modal usaha mempunyai hubungan yang erat dengan kegiatan operasi

sehari-hari karena selalu dibutuhkan untuk membelanjakan barang-barang

kebutuhan konsumen secara terus menerus. Peningkatan dalam modal akan

mempengaruhi peningkatan jumlah barang yang diperdagangkan sehingga

akan meningkatkan pendapatan. Modal usaha bagi pedagang adalah unsur

yang paling utama untuk mendukung peningkatan pendapatan yang pada

akhirnya akan mningkatkan taraf hidup pedagang itu sendiri.

Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memperoleh

pendapatan usaha yang optimal adalah dengan tersedianya modal yang

cukup. Modal usaha merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh

pedagang. Kekurangan modal akan sangat membatasi pengembangan usaha

pedagang kecil. Dengan modal yang cukup besar maka pedagang akan dapat

meningkatkan jumlah barang dagangan sehingga pendapatan usaha juga

akan meningkat.

53

D. Teori Upah Kerja

Menurut UU RI No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1,

ayat 30 bahwa upah kerja adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja yang dibayarkan

menurut suatu perjanjian dan kesepakatan atas suatu pekerjaan dan/atau jasa

yang telah dilakukan.

Upah dapat didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayar oleh

orang yang memberi pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai

dengan perjanjian.21

Upah merupakan harga dari tenaga kerja. Harga yang dibayarkan

kepada tenaga kerja atas jasa yang telah diberikannya kepada pemberi kerja.

Pemberian upah merupakan kewajiban seorang majikan.22

Upah merupakan

salah satu beban yang harus diperhitungkan untuk dapat mengetahui seberapa

banyak laba yang didapat oleh seorang pedagang. Dalam suatu perusahaan,

keuntungan akan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi

dan kerugian akan dialami perusahaan apabila hasil penjualan kurang dari

biaya produksi.23

Akan tetapi, dalam beberapa ayat dan hadits Nabi saw. menjelaskan

bahwa dalam pembayaran upah kepada pekerja merupakan sesuatu yang

diwajibkan karena telah menggunakan tenaga orang lain. Majikan

bertanggung jawab terhadap pembayaran upah pekerja pada saat pekerja

21

Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid II, (Terjemahan: Soeroyo dan Nastangin),

(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 36. 22

Paul Samuel dan Nordhous, Ekonomi Makro, (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 275. 23

Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press,

2008), hlm. 166.

54

membutuhkan. Upah adalah sebagai imbalan dari jerih payah seseorang atas

pekerjaan yang telah dilakukan yang harus diberikan secara adil.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.

(Q.S. 16 : 90). Maksud ayat ini adalah bahwa seseorang yang bekerja harus

mendapat upah yang adil sesuai dengan kondisi yang wajar dalam

masyarakat. Seorang pekerja tidak boleh diperas tenaganya sementara upah

yang diterima tidak memadai. Demikian pula pekerja tidak boleh dibebani

pekerjaan yang terlalu berat di luar kemampuannya.

Rasulullah saw. menganjurkan pembayaran upah kepada seorang

pekerja sebelum keringatnya kering.24

Dalam perdagangan syariat Islam upah

merupakan hak dari orang yang telah bekerja dan kewajiban bagi orang yang

memperkerjakan. Allah SWT. menghalalkan upah, sebab upah adalah

kompensasi atas jasa yang telah diberikan oleh seorang tenaga kerja. Islam

menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan secara menyeluruh meliputi nilai

kerjasama dalam tolong menolong. Islam memandang upah tidak sebatas

imbalan yang diberikan kepada pekerja, melainkan terdapat nilai-nilai

moralitas yang merujuk pada konsep kemanusiaan. Transaksi ijarah

diberlakukan bagi seorang ajir (pekerja) atas jasa yang mereka lakukan.25

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pemilik usaha akan

mempekerjakan seorang pekerja:

24

Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.

313. 25

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/27/jtptiain-gdl-s1-2006-thoriqshol-

1339-bab2_210-6.pdf, diakses tanggal 31 Januari 2015.

55

1. Bentuk Pekerjaan

Bentuk pekerjaan yang akan dilakukan hukumnya harus halal.

Artinya seorang pekerja tidak boleh menerima pekerjaan yang jelas

dilarang Islam. Demikian pula majikan harus menyediakan pekerjaan yang

diperbolehkan atau tidak ada larangan syara’ terhadap perbuatan tersebut.

Selain itu, jenis pekerjaan juga tidak boleh menentang peraturan yang

ditetapkan oleh negara. Pekerja harus mencurahkan tenaganya sesuai

dengan kesepakatan. Hal tersebut sesuai dengan yang telah dijelaskan

dalam Q.S. Al-Baqarah : 286 yang artinya, “Allah tidak membebani

seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..” Dalam hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya: Nabi saw. bersabda:

“Apabila aku telah memerintahkan kepada kalian suatu perintah itu

semampu kalian” (H.R. Muslim dan Bukhari).

Sehingga dengan adanya aturan ketentuan yang jelas mengenai

bentuk pekerjaan yang akan dilakukan maka kemungkinan terjadi

pelanggaran hak pekerja sangat kecil. Atas dasar inilah maka ketika syara’

memperbolehkan menyewa seorang pekerja, ditentukan pula aturan bahwa

bentuk pekerjaan harus jelas. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

eksploitasi terhadap pekerja serta hal-hal yang merugikan pihak lain.26

2. Waktu Kerja

Kontrak terhadap seorang pekerja terkadang ada yang disebut

waktunya dan kadang hanya disebutkan jenis pekerjaannya. Apabila dalam

26

Muhammad, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, cet.1, (Yogyakarta: BPFE, 2004), hlm.

330.

56

waktu kontrak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka salah satu dari

kedua belah pihak tidak dapat membubarkan kontrak. Sehingga seorang

pekerja harus melaksanakan pekerjaan selama masa kontrak yang telah

disepakati bersama.

3. Upah / gaji

Upah diberikan kepada pekerja harus disebutkan pada saat akad,

demikian pula jumlahnya. Rasulullah saw. memberikan contoh yang harus

dijalankan sebelum kaum muslimin setelahnya, yakni penentuan upah bagi

para pegawai sebelum mereka menjalankan pekerjaannya. Rasulullah saw.

bersabda: barang siapa memperkerjakan seorang pekerja, maka harus

disebutkan upahnya.27

Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang pekerja

akan menerima upah atau pembayaran yang besarnya sesuai yang

disebutkan dalam akad. Upah tersebut diberikan pada saat yang ditentukan

seperti harian, mingguan atau bulanan.

E. Teori Omzet Penjualan

Omzet penjualan dalam produksi adalah total transaksi, pendapatan

kotor, seluruh pendapatan tanpa menghitung biaya-biaya pembelian, biaya

promosi, biaya tenaga kerja dan bahan baku. Omzet penjualan adalah

keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang

27

Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: Erlangga, 2012), hlm. 202.

57

dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Dalam praktek, kegiatan

penjualan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:28

a. Kondisi dan kemampuan penjual

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil

mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu,

penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan

yaitu :

1) Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.

2) Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok

penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi

atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.

3) Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan

sebagainya.

b. Kondisi pasar

Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :

1) Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

pemerintah atau pasar internasional.

2) Kelompok pembeli dan segmen pasarnya.

3) Daya beli.

4) Frekuensi pembeliannya.

5) Keinginan dan kebutuhan.

28

Toti Indrawati dan Indri Yovita, Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional

di Kota Pekanbaru, dalam Jurnal Ekonomi, Vol. 22, No. 1, Maret 2014.

58

c. Modal

Dalam suatu perusahaan, apakah modal kerja mampu untuk mencapai

target penjualan yang dianggarkan seperti untuk :

1) Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan.

2) Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.

3) Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan.

Seorang pedagang yang mampu mengelola usahanya, mereka dapat

mengetahui celah mana yang dapat membuat barang dagangannya laku

sehingga akan memperbesar omzet penjualan yang akhirnya akan

meningkatkan keuntungan.29

29

Nurhidayah Ilham, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Dagang

pada Pasar Tradisional di Kabupaten Pangkep, (Makasar : Universitas Hasanudin, 2014), Skripsi

tidak diterbitkan.