bab 2 landasan teori 2.1 analisis faktor -...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1 Analisis Faktor
2.1.1 Definisi
Metode analisis faktor pertama kali d igunakan oleh Charles Spearman untuk
memecahkan persoalan psikologi dalam tulisannya pada American Journal o f Psychology
pada tahun 1904 mengenai dan pengukuran intelektual.
Analisis faktor menganalisis sejumlah variabel dari suatu pengukuran atau
pengamatan yang dititikberatkan pada teori dan kenyataan yang sebenarnya dan menganalisis
interkorelasi (hubungan) antara var iabel untuk menetapkan apakah variasi-variasi yang
tampak dalam var iabel tersebut berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah var iasi yang ada var iabel.
Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks dari set data
atau variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan dan
mempunyai korelasi pada suatu data baru yang mempunyai set faktor yang lebih.
Fungsi dari analisis faktor adalah sebagai berikut:
a) Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam himpunan.
b) Mengelompokkan orang-orang (misalnya responden kuis) ke dalam kelompok–
kelompok berbeda dalam populasi.
c) Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah yang leb ih sedikit) untuk
menggantikan (sebagai atau seluruh h impunan variabel awal).
d) Menganalisis suatu fenomena dengan data yang lebih besar.
e) Menjabarkan atau menguraikan suatu kaitan kompleks di antara fenomena ke dalam
fungsi kesatuan-kesatuan atau ke dalam bagian-bagiannya dan dapat mengidentifkasi
8
pengaruh bebas (Independent).
Penggunaan analisis faktor dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Penyelidikan untuk penemu (Exploratory)
Analisis faktor digunakan untuk mendeteksi dan mengetahui suatu pola dari variabel-
variabel yang ada, dengan tujuan menemukan suatu konsep baru dan kemungkinan
pengurang data dari dasar.
b) Penegasan suatu hipotesa (Confirmatory Uses)
Analisis faktor digunakan untuk mengadakan suatu hipotesis mengenai struktur dan
variabel-variabel baru yang berkaitan dengan sejumlah faktor yang signifikan dana
faktor loading yang diharapkan.
c) Alat pengukur (Measuring Devices)
Analisis faktor digunakan untuk membentuk variabel-variabel yang akan digunakan
sebagai var iabel baru pada analisis berikutnya.
Terdapat beberapa teknik analisis interpedensi variabel yang dapat dikelompokan ke
dalam analisis faktor,yaitu:
a) Analisis Komponen Utama (Principle Componen t Analysis)
Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu kombinasi
linear dari variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak mungk in jumlah
variabel–variabel awal yang mungkin.
b) Analisis Faktor Umum
Merupakan model faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah d imensi
dalam data (faktor) yang tidak mudah dikenali.
Analisis faktor yang digunakan untuk menjamin bahwa item-item pertanyaan
kuesioener dapat mempresentasikan dengan baik variabel-variabel laten yang diselidiki.
Analisis faktor berusaha menyerdahanakan hubungan yang kompleks dan beragam di antara
9
sekumpulan variabel penelitian yang diamati, dengan jalan mengungkapkan dimensi-d imensi
atau faktor–faktor yang sama, yang dapat menghubungkan variabel-variabel tersebut.
2.1.2 Analisis Komponen Utama
2.1.2.1 Definisi
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) merupakan salah satu
analisis multivariat yang bertujuan mengkaji struktur matriks ragam-peragam (covariance
matrix) melalu i linear variabel-variabel (Morrison, D.F., 1976; dan Gaspersz.,V., 1992). Dari
segi praktis, analisis komponen utama ini bertujuan untuk mengubah dari sebagian besar
variabel asli yang d igunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya menjadi satu
set variabel baru yang lebih kecil dan saling bebas (tidak berkorelasi lagi). Jadi analisis
komponen utama berguna untuk mereduksi data, sehingga lebih mudah untuk
menginterp retasikan data tersebut.
Misalnya, bila kita mempunyai p buah variabel, maka sebenarnya kita dapat mebuat
sebanyak p buah komponen utama yang dapat menerangkan keragaman total suatu sistem.
Meskipun demikian, sering kali k ita sudah merasa puas dengan hanya menggunakan sebagian
kecil (misalnya : k, dimana k<p) komponen utama tetapi sudah mampu menerangkan
sebagian besar keragaman total suatu sistem itu. Dengan demikian, k ita dapat memperoleh
informasi yang besar tentang struktur ragam-peragam dari p buah variabel asal itu ke dalam k
buah komponen utama.
Analisis komponen utama merupakan analisis antara dari suatu p roses penelitian yang
besar atau suatu awalan dari analisis berikutnya, bukan merupakan suatu analisis yang
langsung berakhir. M isalnya komponen utama bisa merupakan masukan untuk regresi
berganda atau analisis gerombol.
Secara aljabar linier komponen utama adalah kombinasi linier-kombinasi linier
10
tertentu dari p peubah acak x1,x2,x3,….,xp. Secara geometris kombinasi linier ini merupakan
sistem koordinat baru yang didapat dari rotasi sistem semula dengan x1,x2,….,xp sebagai
sumbu koordinat. Sumbu baru tersebut merupakan arah dengan variab ilitas maksimum dan
member ikan kovar iansi yang lebih sederhana.
Setiawan (1983, p : 108), mengatakan bahwa p rinsip dasar dari analisis komponen
utama adalah sebagai berikut :
a) Dimensi var iabel baru (dalam hal in i komponen utama) relatif kecil dibandingkan
dengan dimensi variabel asal.
b) Variabel baru meny impan sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel
asal.
c) Variabel-variabel baru (komponen-komponen utama) sling bebas atau tidak saling
terkolerasi.
Analisis Komponen Utama seringkali dilakukan tidak saja merupakan akhir dar i suatu
pekerjaan pengolahan data, dan in i juga merupakan tahap awal, atau tahap antara dari suatu
analisis multivar iat lainnya, dan ini yang paling banyak kita hadapi dalam penelitian yang
lebih besar (Gaspersz, V., 1992 dan Kleinbaum, D.G. dan L.L. Kupper, 1978). Analisis
multivariat yang sering menggunakan analisis komponen utama sebagai tahap antara regresi
ganda, faktor analisis, analisis gerombol, analisis diskriminan, dan sebagainya.
2.1.2.2 Konsep Dasar
Misalnya kita mempunyai p buah variabel yang diamati dari suatu populasi berukuran
N, yaitu 1 2 3, , , , pX X X XL dimana diasumsikan menyebar multi-normal (normal ganda)
dengan nilai tengah vektr U dan matriks ragam-peragam Σ tertentu.
11
Bila matriks ragam peragam Σ itu berpangkat penuh p , maka akan mempunyai
sebanyak p akar-akar ciri yang positif dan unik, yaitu 1 2 pλ λ λ> > >L dan dari persamaan
ciri diperoleh vektor-vektor ciri berturut-turut 1 2, , , pα α αL .
Namun, biasanya matriks ragam peragam Σ ini tidak diketahui dan diduga dengan
matriks ragam-peragam S. dari suatu populasi berukuran N diambil secara acak contoh
berukuran n, dimana n < N. Bila dari contoh acak ini diambil p variabel, maka diperoleh
matriks berukuran nxp .
11 12 1
21 22 2
1 2
p
p
n n np
x x xx x x
X
x x x
⎛ ⎞⎜ ⎟⎜ ⎟=⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠
L
L
M M M M
L
atau bila matriks itu ditulis dalam vektor diperoleh x’ = ( 1 2 3, , , , pX X X XL ), sedangkan untuk
membentuk matriks ragam-peragam S digunakan 1 ( )( ) '( 1) i is x x x xn
= Σ − −−
Bila matriks ragam-peragam S itu berpangkat penuh p , maka akan mempunyai
sebanyak p akar-akar ciri yang positif dan unik, yaitu 1 2 pI I I> > >L untuk menduga iλ dan
dari persamaan ciri diperoleh vektor-vektor ciri berturut-turut 1 2, , , pa a aL untuk menduga iα
. Analisis komponen utama bertujuan untuk menyederhanakan variable-variabel yang
diamati dengan cara menyusutkan dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan
korelasi antar variabel yang d iamati (x) dengan duatu transformasi ke variabel-variabel baru
(y) yang satu sama lainnya saling bebas. Variabel-variabel baru ini disebut sebagai komponen
utama. Dalam notasi matriks ditulis dengan :
12
dimana A adalah matriks transformasi terhadap vektor variabel asal sehingga diperoleh
vektor komponen utama .
Komponen utama pertama adalah kombinasi linear terbobot variabel-variabel asal
yang menunjukkan keragaman data terbesar (M orrrison,1976). Komponen utama pertama
dapat ditulis sebagai :
1 11 1 12 2 1p py a x a x a x= + + +L atau 1 1 'y a x=
sedangkan vektor pembobot 1 'a adalah vektor normal yang dip ilih seh ingga keragaman
komponen utama pertama menjadi maksimum. Keragaman komponen utama pertama dapat
ditulis dengan :
21 1 1y i j ijS a a s= ΣΣ atau 2
1 1 1'yS a Sa=
dan bernilai maksimum dengan kendala 1 1' 1a a =
Komponen utama kedua juga merupakan kombinasi linear terbobot variabel-variabel
asal yang menunjukkan keragaman data terbesar kedua (maksimum kedua setelah komponen
utama pertama) dan saling bebas dengan komponen utama pertama. Komponen utama kedua
dapat dituliskan sebagai :
2 21 1 22 2 2p py a x a x a x= + + +L atau 2 2 'y a x=
sedangkan vektor pembobot 2 'a adalah vektor normal yang dip ilih sehingga keragaman
komponen utama kedua menjad i maksimum. Keragaman komponen utama kedua dapat
ditulis dengan :
22 2 2y i j ijS a a s= ΣΣ atau 2
2 2 2'yS a Sa=
13
dan bernilai maksimum dengan kendala 2 2' 1a a = dan 1 2' 0a a = sehingga 1y dan 2y tidak
berkolerasi .
Secara umum, komponen utama ke-j merupakan kombinasi linear terbobot variabel-
variabel asal yang menunjukkan keragaman data ke-j (maksimum ke-j) dan saling bebas.
Komponen utama ke-j dapat ditulis sebagai :
1 1 2 2j j j jp py a x a x a x= + + +L atau 'j jy a x=
sedangkan vektor pembobot 'ja adalah vektor normal yang dip ilih sehingga keragaman
komponen utama ke-j menjad i maksimum. Keragaman komponen utama ke-j dapat ditulis
dengan :
2 'yj j jS a Sa=
dan bernilai maksimum dengan kendala-kendala : ' 1j ja a = dan ' 0i ja a = untuk semua i ≠ j
dan i =1,2,3,....,j-1, sehingga iy dan jy tidak berkolerasi.
Untuk mendapatkan vektor pembobot 'ja yang merupakan koefisien yang merupakan
koefisien pembobot varibel-variabel asal bagi komponen utama ke-j diperoleh dari matriks
ragam peragam Σ yang diduga dengan matriks ragam-peragam contoh S. Vektor 'ja
merupakan vektor ciri ortonormal padanan akar ciri terbesar ke- j dari matriks S.
Penggunaan matriks ragam-peragam S dalam analisis komponen utama memerlukan
persyaratan bahwa variabel-variabel yang diamati harus bebas satuan atau mempunyai satuan
yang sama. Tentunya dalam dunia nyata (penelitian) banyak sekali variabel-variabel yang
mempunyai satuan yang berbeda . Untuk mengatasinya, dalam analisis komponen utama
tidak menggunakan matriks ragam-peragam S, tetap i harus menggunakan matriks korelasi R.
14
12 1
21 2
1 2
11
1
p
p
p p
r rr r
R
r r
⎛ ⎞⎜ ⎟⎜ ⎟=⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠
L
L
M M M M
L
Matriks korelasi R ini dap at diperoleh d engan cara mentransformasikan setiap
variable asal ijx y ang merup akan nilai p engamatan pada indiv idu ke- i dan variable ke- j ke
skor baku ijz terlebih dahulu d engan rumus :
( ) /i j ij j xjz x x s= −
dimana jx adalah nilai ten gah var iable ke-j d an xjs adalah simp angan baku variabel ke- j.
Secara u mum, komponen utama k e-j merup akan kombin asi linear terbobot variable-
variabel baku z yang menunjukkan keragaman data terbesar ke-j (maksimu m ke-j) dan saling
bebas. Komponen utama ke-j dap at ditulis sebagai :
1 1 2 2j j j jp py a z a z a z= + + +L atau 'j jy a z=
sedangk an vektor p embobot 'ja adalah v ektor p embobot y ang dip ilih seh in gga k eragaman
komponen utama ke-j menjadi maksimum. Keragaman komp onen utama ke-j dapat dip eroleh
dari matriks R y ang unsure-unsurnya diberikan d alam rumus korelasi p roduct momen.
Menurut Hairet.al (1998). pemilih an komponen utama yang digunak an adalah jika
nilai akar ciriny a lebih d ari 1 2( 1)λ > .
15
2.2 Turnover Intention
2.2.1 Definisi Turnover Intention
Turnover intention (keinginan berpindah) mencerminkan kein ginan individu untuk
meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan (Suwand i dan Indriantoro 1999).
Abelson (1987) men ggambarkan h al tersebut sebagai pikiran untuk kelu ar, mencar i pekerjaan
di temp at lain, serta keingin an men inggalk an organisasi. Pendap at tersebut menunjukkan
bahwa turnover intention adalah keinginan untuk berpindah, belum samp ai p ada tahap
realisasi yaitu melakukan p erpindahan dari satu temp at kerja ke temp at kerja lainnya.
Harnoto (2002) meny atakan: “ turnover intention ad alah kadar atau intensitas dari keinginan
untuk keluar dari p erusahaan, b any ak alasan y an g meny ebabkan timbulnya turnover intention
ini dan di antaranya adalah kein gin an untuk mendap atkan pekerjaan y ang lebih baik.”
Pendap at tersebut juga relatif sama dengan p endap at y ang telah diungkap kan sebelumnya,
bahwa turnover intention p ada dasarny a adalah kein ginan untuk men in ggalk an perusahaan.
Toly (2004) ,meny atakan: “Tingkat keinginan berpindah yang tin ggi para staf akuntan
telah menimbulkan biaya potensial untuk Kantor Akuntan Publik (KAP).” Pendapat ini
menunjukkan bahwa turnover intensions merupakan bentuk keingin an karyawan untuk
berp indah ke perusahaan lain. Handoko (2001,) meny atakan: “Perp utaran (turnover)
merupakan tantangan khusus bagi p engembangan sumb er day a manusia. Karen a kejadian-
kejadian tersebut tidak dap at dip erkirakan, kegiatan-kegiatan p engemban gan harus
mempersiap kan setiap saat p engganti karyawan yang keluar.” Di lain pihak, dalam bany ak
kasus nyata, p rogram pengemban gan p erusahaan y an g sangat baik justru menin gkatkan
turnover intention.
Pergantian kary awan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi adalah suatu
fenomena p enting dalam kehidup an organ isasi. Ada kalany a p ergantian kary awan memiliki
damp ak positif. Namun sebagian besar p ergantian kary awan membawa p engaruh y ang
16
kurang baik terhadap organisasi, baik dari segi biay a maup un dari segi hilangnya waktu dan
kesemp atan untuk memanfaatkan p eluang. Dalam arti luas, “ turnover diartikan sebagai aliran
p ara karyawan yang masuk dan keluar p erusahaan”. Sedan gkan M obley (1999,p : 116)
,megemukakan bahwa batasan umum tentang p ergantian kary awan adalah : “berhentinya
individu sebagai an ggota suatu organisasi den gan disertai p emberian imbalan keu angan oleh
organ isasi y ang bersan gkutan”.
2.2.2 Indikasi Terjadinya Turnover Intention
Menurut Harnoto (2002, p : 67) : “Turnover intention ditandai oleh berbagai h al y ang
meny angkut p erilaku kary awan, antara lain: absensi y ang menin gkat, mulai malas kerja,
naiknya keberanian untuk melan ggar tata tertib kerja, keberanian untuk menentang atau
p rotes kep ada atasan, maup un keseriusan untuk menyelesaikan semua tan ggung jawab
kary awan y ang sangat berbeda d ari biasany a.” Indikasi- indikasi tersebut bisa digunakan
sebagai acuan untuk memp rediksikan turnover intention k ary awan dalam sebu ah p erusahaan.
a) Absensi yang meningkat
Kary awan y ang berkin ginan untuk melakukan pindah kerja, biasany a ditandai d en gan
absensi y ang semak in meningkat. Tin gkat tanggung jawab kary awan dalam fase ini
sangat kuran g dibandin gkan d engan sebelumnya.
b) Mulai malas beker ja
Kary awan y ang berkinginan untuk melakukan p indah kerja, akan lebih malas bekerja
karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di temp at lainnya yang dipandan g lebih
mampu memenuhi semua k ein gin an kary awan bersan gkutan.
c) Peningk atan terhadap p elanggaran tatatertib kerja
Berbagai p elan ggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering
dilakukan kary awan yang akan melakuk an turnover. Karyawan lebih sering
17
meninggalkan temp at kerja ketika jam-jam kerja berlan gsung, maupun berbagai
bentuk p elanggaran lainny a.
d) Peningk atan protes terhadap atasan
Kary awan y ang berkin gin an untuk melakuk an p indah kerja, lebih sering melakukan
p rotes terhadap kebijakan-kebijakan p erusahaan kep ada atasan. M ateri p rotes y ang
ditekankan biasany a berhubun gan dengan balas jasa atau aturan lain y ang tidak
sep endapat dengan kein ginan k ary awan.
e) Perilaku positif yang sangat berbed a dari b iasany a
Biasany a hal ini berlaku untuk kary awan y ang karakteristik positif. Karyawan ini
mempunyai tanggung jawab y ang tin ggi terhad ap tugas y ang dibebankan, dan jika
p erilaku p ositif kary awan ini menin gkat jauh dan berb eda dar i biasanya justru
menunjukkan k ary awan ini akan melakukan turnover.
2.2.3 Dampak Turnover Bagi Organisasi
Turnover ini merupakan petunjuk kestabilan kary awan. Semakin tin ggi turnover,
berarti semakin ser ing terjadi p ergantian kary awan. Tentu hal ini akan meru gikan p erusahaan.
Sebab, apabila seoran g karyawan menin ggalkan perusahaan ak an membawa berbagai b iaya
sep erti:
a) Biay a p enarikan kary awan. Menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam
p roses seleksi kary awan, p enarikan dan memp elajar i penggantian.
b) Biay a latihan. Menyangkut waktu pengawas, dep artemen p ersonalia dan k ary awan y ang
dilatih.
c) Apa yang dikeluark an bu at kary awan lebih kecil d ari yan g d ihasilk an kary awan baru
tersebut.
d) Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasany a cenderung tin ggi.
18
e) Adanya produksi y ang hilang selama masa p ergantian karyawan.
f) Peralatan p roduksi yang tidak bisa digunakan sep enuhny a.
g) Bany ak pemborosan karena adany a karyawan baru.
h) Perlu melakukan ker ja lembur, kalau tidak ak an men galami p enundaan p eny erahan.
Turnover y ang tinggi p ada suatu bidang dalam suatu organisasi, menun jukkan bahwa
bidan g y ang bersan gkutan p erlu diperbaiki kondisi kerjanya atau cara p embinaanny a.
2.2.4 Faktor-faktor Turnover Intention
2.2.4.1 Kepuasan Gaji (Pay Satisfaction)
Keinginan untuk keluar dap at mengarah lan gsun g p ada turnover ny ata, orang
memutuskan untuk meninggalk an pekerjaan meskip un alternatif pekerjaan lain tidak tersedia
atau secara tidak lan gsung, menyebabkan individu mencari p ekerjaan lain y ang lebih disukai.
Alasan untuk mencari pekerjaan altematif lain di antarany a adalah kep uasan atas gaji y ang
diterima. Individu merasakan adany a rasa k eadilan (equity) terhadap gaji yang d iterima
sehubungan den gan p ekerjaan y ang dilakukannya Handoko (2001, p : 50) , meny atakan
bahwa p erusahaan harus memperhatikan p rinsip keadilan dalam penetap an kebijaksanaan
p embay aran up ah dan gaji.
Kep uasan atas gaji y ang diterima d idasarkan p ada teori equity y ang berken aan d en gan
motivasi individu untuk bertindak dalam organisasi. Ind ividu akan menilai r asio input
terhadap outcome bagi tugas y ang ada dan memb andingkan d en gan referent.
Gaji dip andang seb agai bagian d ari sistem y an g mendukung yang digunak an o leh
organ isasi untuk memotivasi k ary awan dengan memenuhi aturan dan p eraturan. Bagi p ekerja,
gaji dip andang sebagai suatu outcome atau reward y ang p enting.
Kary awan merasa p uas dengan gajiny a ap abila sistem gaji dalam p erusahaan tersebut
mempertimban gan penentuan gaji juga tidak hanya memp erhatikan p rinsip Internally
19
Equitable (kead ilan di dalam p erusahaan) yang dibu at berdasarkan azas keadilan tetapi juga
harus memp uny ai nilai yang ko mp etitif di pasar (Externally Equ itable).
Kep uasan gaji dap at diartikan bahwa seseorang akan terpuaskan dengan gajinya
ketika p ersepsi terhadap gaji dan apa yang mereka p eroleh sesuai den gan yan g diharap kan.
Beberap a p enelitian mengidentifikasi asp ek kep uasan y ang ditemukan berhubun gan den gan
kein ginan individu untuk men inggalk an organisasi melip uti kep uasan akan upah dan p romosi
2.2.4.2 Kepuasan Kerja
Kep uasan kerja merup akan or ientasi individu yan g berp engaruh terhadap p eran dalam
bekerja dan karakteristik dari pekerjaany a. Handoko (2001, p : 66) , mendefinisikan bahwa
kep uasan kerja adalah keadaan emosion al y ang meny enan gkan atau tidak menyenangkan
dengan man a p ara karyawan memandan g p ekerjaan mereka. Kepuasan ker ja merupakan
cermin p erasaan seseorang terhadap p ekerjaanya.
Adap un Robbins(2002,p:53),mendefinisik an kep uasan ker ja adalah suatu sikap umum
seseorang indiv idu terhadap p ekerjaanny a, selisih antara bany akny a ganjaran yang d iterima
seorang pekerja d an bany akny a y ang mereka y akini seharusnya mereka terima. Penilaian
(assesment) seorang k aryawan terhadap p uas atau tidak puas akan pekerjaannya merupakan
p enjumlahan y ang rumit dari sejumlah unsur pekerjaaan y ang diskrit (terbedakan atau
terp isah satu sama lain ). Kep uasan ker ja ditentukan oleh b eberap a faktor yakni kerja y ang
secara mental menantan g, kondisi ker ja y ang mendukun g, rekan kerja y ang mendukun g, serta
kesesuaian kep ribadian den gan p ekerjaan. Persep si seseorang mun gkin bukan lah merupakan
refleksi konkrit yang lengkap tentang pekerjaan, dan masin g-masin g indiv idu dalam situasi
y ang sama dap at memiliki p andan gan yan g berbed a.
Kep uasan kerja juga d ihubun gkan negatif den gan keluarnya karyawan (turnover
intention) tetap i faktor-faktor lain sep erti kondisi pasar kerja, kesemp atan kerja alternatif, dan
20
p anjangnya masa kerja merup akan kendala yang penting untuk meninggalkan pekerjaan
y ang ada . Adap un menurutny a faktor-faktor y ang mendoron g kepuasan kerja adalah :
a) Kerja y ang secara mental men antang.
b) Kondisi kerja y ang mendukun g.
c) Rekan sekerja y ang mendukun g.
d) Kesesuaian kep ribadian den gan p ekerjaan.
Individu yang merasa terp uaskan dengan p ekerjaanny a cenderun g untuk bertahan
dalam organisasi. Sedangk an indiv idu yang merasa kurang terp uaskan dengan pekerjaannya
akan memilih untuk keluar dan organisasi. Kepuasan kerja y ang dirasakan dapat
mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Ev aluasi terhad ap berbagai alternatif
p ekerjaan, pada akhirny a akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu y ang
memilih keluar organisasi akan mengharap kan hasil y ang lebih memuaskan di temp at lain.
Kep uasan Kerja dip engaruhi k arena adany a beberapa faktor antara lain y aitu:
a) Individu
Kep uasan kerja dip engaruh i oleh usia, jen is kelamin, pengalaman dan sebagainy a.
b) Pekerjaan
Kep uasan kerja dipengaruhi oleh otonomi p ekerjaan, kreatifitas y ang beragam
identitas tugas, keberartian tugas (task significancy), p ekerjaan tertentu y ang
bermakna d alam organisasi dan lain-lain.
c) Organisasion al
Kep uasan kerja dip engaruh i oleh skala usaha, komp leksitas organisasi, formalisasi,
sentralisasi, jumlah an ggota kelomp ok, lamany a berop erasi, usia kelompok kerja,
kep emimpinan. Karyawan dengan kepuasan ker ja y ang tinggi ak an merasa senang
dan bahagia dalam melakukan pekerjaannya dan tidak berusaha mengev aluasi
alternatif p ekerjaan lain. Sebalikny a kary awan y ang merasa tidak p uas dalam
21
p ekerjaanny a cenderun g mempunyai pikiran untuk keluar, mengevaluasi alternatif
p ekerjaan lain, dan berkein ginan untuk k eluar karen a berharap men emukan pekerjaan
y ang lebih memuaskan.
2.2.4.3 Komitmen Organisasional
Komitmen organisasional dikutip dari Lum et al., (1998) didefinisikan tingkat
kekerap an identifik asi dan keterikatan individu terhadap organ isasi y ang dimasukinya,
dimana karakteristik komitmen organ isasional antara lain adalah loy alitas seseoran g terhadap
organ isasi, kemauan untuk memp ergunakan usaha atas nama organisasi, kesuaian antara
tujuan seseorang d engan tujuan organ isasi.
Komitmen organisasional (organizational commitment) adalah kekuatan relatif
p engenalan pada keterlibatan dalam d ari diri seoramg individu d alam organisasi tertentu.
Mey er dan Allen (2000,p:156), mendefinisikankomitmen organisasion al sebagai
derajat seberap a jauh p ekerja men gidentifikasi diriny a d engan organisasi dan k eterlibatannya
dalam organisasi, menurutnya ada 3 komp onen, y aitu:
a) Affective Organizational Commitmen t (AOC)
Affective Organizational commitment adalah suatu pendekatan emosional d ari
individu dalarn keterlib atanny a dengan organisasi, seh ingga indiv idu akan merasa
dihubungkan dengan organisasi.
b) Continuance Organizationa l Commitment (COC)
Continuance Organizational Commitment adalah hasrat yang dimilik i oleh individu
untuk bertahan dalam organ isasi, sehin gga individu merasa membutuhkan untuk
dihubungkan dengan organisasi
22
c) Normative Organizational Commitment (N0C)
Normative Organizational Commitment adalah suatu p erasaan wajib dari individu
untuk bertahan dalarn organisasi. Komitmen organisasional merupakan hubun gan
kekuatan relatif yang luas antara ind ividu dengan organisasi, y an g karakteristiknya
(Mowday et al.,1987) p ada meliputi:
i. Adanya key akinan y ang kuat dan p enerimaan atas tujuan nilai-nilai organisasi,
ii. Kesediaan untuk berusaha y ang seb esar-besarnya untuk organisasi, d an
iii. Adanya keinginan y ang p asti untuk mengetahui keikutsertaan dalam
organ isasi.
Anggota organ isasi yang loyalitas dan kesetiaanny a tinggi terhadap organ isasi akan
mempunyai keinginan yang tin ggi terhadap organisasi da membu at organ isasi men jadi
sukses. Makin kuat pengenalan dan keterlibatan individu den gan organisasi akan mempunyai
komitmen y ang tin ggi. Seseoran g y ang tidak p uas akan pekerjaanny a atau y ang kurang
berkomitmen p ada organisasi ak an terlihat men arik dir i dari organisasi baik melalui
ketidakhadiran atau masuk-kelu ar (Mathis dan Jackson, 2001)
2.3 Aplikasi Piranti Lunak
Piranti Lunak atau serin g disebut juga software atau p rogram komputer adalah
sekump ulan data elektronik y ang disimp an dan diatur oleh komp uter, data elektronik y ang
disimpan oleh komputer itu dap at berup a p rogram atau instruksi yang akan menjalankan
suatu p erintah Pierre Bourque and Robert Dup uis. Ed (2004, p:203).
Piranti lunak juga b erfun gsi sebagai sarana interaksi antara p enggun a den gan
p erangkat keras komp uterny a. Piranti lunak ini antara lain digunakan untuk mener ima
masukan dari p engguna, mengontrol p iranti lunak lain, melakukan p erhitungan, dan lain-lain.
Pada umumnya op erasi p iranti lunak telah didef inisikan dalam serangk aian p rosedur
23
dan lan gkah-lan gkah y an g lazim d isebut algoritma. Pen gecualian untuk kecenderun gan
umum ini ad alah p iranti lunak y ang b erbasis sistem k ecerd asan buatan (artificial
intelligen ce).
2.3.1. Interaksi Manusia dan Komputer
IMK adalah d isip lin ilmu y ang berhubun gan den gan p erancan gan,evaluasi, dan
imp lementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi
fenomena-fenomen a besar yang berhubun gan denganny a. Perancan gan multmed ia haruslah
user-friendly.
Tujuan rekayasa sistem interaksi manusia dan ko mp uter (shneiderman, 1998, p : 9-14)
adalah :
a) Fungsionalitas y ang sesuai
Sistem den gan fun gsionalitas yang kurang memadai men gecewakan pemak ai dan
sering ditolak atau tidak digunak an. Sedan gkan sistem den gan fungsion alitas y ang
berlebih berb ahay a dalam implementasi, p emeliharaan, proses belajar dan
p enggun aan yang sulit.
b) Keandalan, Ketersediaan, Keamanan d an Intengr itas data
Kehandalan berfun gsi sep erti yang diinginkan, tamp ilan akurat. Ketersediaan berarti
siap ketika hendak digun akan d an jaran g men galami masalah. Keaman an berarti
terlindung d ari akses y ang tidak d iin ginkan d an kerusakan y an g disen gaja. Integritas
data adalah keutuhan data yang terjamin, tidak mud ah rusak atau d iubah oleh orang
y ang tidak berhak.
c) Standarisasi, Integrasi, Konsistensi dan Protabilitas
Standarisasi adalah keseragaman sifat-sifat antar muka pemakai p ada ap likasi y ang
berbeda. Integrasi adalah k esatuan dari berb agai paket aplikasi dalam suatu p rogram
aplikasi, sep erti urutan perintah, istilah, satuan, warna, tip ografi. Protabilitas adalah
24
dimungkinkanny a data dikonversi dan dip indahkan, dan dimun gkinkanny a antar
muka p emakai d ip akai di berb agai lin gkun gan peran gkat lunak d an p erangk at keras.
d) Penjadwalan dan Anggaran
Perencanaan y ang hat-hati dan manajemen yang berani diperlukan karena adanya
p ersaingan den gan vendor lain sehin gga proyek harus sesuai jadwal dan an ggaran,
sistem y ang perlu tepat pada waktuny a (real time), serta murah agar dap at diterima.
Dalam p en gemban gan suatu piranti lunak, san gatlah penting dip erhatikan bahwa
p iranti lunak tersebut mudah digunak an oleh p en gguna.
Shneiderman (1998, p p :85) mengemukak an lima kriteria yang harus dipenuhi sebuah
sistem y ang user-friendly:
a) Waktu belajar
Sebuah sistem yan g baik selayakny a mudah dip elajari dan digunakan bahkan oleh
p enggun a awam sek alip un
b) Kecepatan kinerja
Sebuah sistem y ang baik meny elesaikan masalah dan melakukan p emrosesan data
secara cepat dan efisien
c) Tingkat kesalah an
Sebuah sistem y ang baik meminimalkan ju mlah d an tingk at kesalahan p engguna
d) Day a ingat
Kriteria ini terkait erat den gan seberap a lama p emakai d apat memp ertahankan
p engetahuanny a dan dengan demikian tidak perlu mempelajaru ulan g p enggunaan
sistem di masa y ang ak an datan g.
e) Kep uasan subjektif
Hal ini terkait erat dengan seberap a p uas p engguna terhadap sistem y ang
digun akanny a.
25
Dalam p erancan gan sebuah in terface seoran g web designer harus memperhatikan
aturan-aturan y ang telah dikenal den gan Eight Gold en Ru les of Interface
Design(shneiderman, 2003, p45-58), y aitu:
a) Berusaha keras untuk konsisten (strive for consistency)
Hal ini berhubungan den gan urutan tindakan y ang h arus dilakukan dalam situasi
serup a, istilah y ang serup a juga harus digun akan dalam promp ts, menu, help screen,
p emilihan warna, layout, ukuran dan bentuk huruf.
b) Memungkinkan frequen t users menggunakan shortcut (enable frequent users to use
shortcuts)
Bersamaan den gan menin gkatny a p enggun a, special keys, hidden command dan
fasilitas lainny a ju ga sangat dip erlukan oleh p ara pen gguna. Pen ggunaan waktu untuk
meresp on dari penggun a y ang relatif cep at dan tep at dalam menamp ilkan tamp ilan
juga nerupakan salah satu day a tarik bagi p ara pengguna.
c) Memberikan umpan balik y ang informative (o ffer in formative feedba ck)
Untuk setiap tindakan y ang dilakuk an pengguna, harus dib erikan umpan balik.
Presentasi visual dari objek yang menarik ak an mencip takan lingkun gan y ang
meny enangk an untuk menunjukan adany a perubahan yang meny eluruh.
d) Merancang dialo g untuk menghasilkan keadaan akhir (design dialogs to yield closure)
Urutan dari tindakan harus diatur ke dalam suatu kelo mp ok y ang memiliki bagian
awal, bagian tengah, dan b agian akhir. Umpan balik y an g informatif dari p eny elesaian
suatu kelompok akan memberikan kepuasan bagi operator, dan akan menandakan
bahwa jalannya sudah jelas untuk menyiap kan kelompok lainny a.
e) Memberikan p enangan an kesalahan yan g sederhan a (offer error prevention and
simple error handling)
Dalam mendesain, sebisa mungkin diib erikan error prevention, contohny a, p ada
26
menu untuk memasukkan nama, pengguna tidak d iperbolehkan untuk memasukkan
angk a. Jika pengguna melakukan kesalahan, sistem h arus dapat mendeteksi kesalahan
tersebut dan menamp ilkan kesalahan si p engguna dan memb erikan contoh
p enggun aan yang b enar secara sederh ana.
f) Mengizinkan p embalikan aksi (undo) den gan mudah (permit easy reversal of actions)
Dalam melakukan desain, sebisa mun gkin dib erikan undo. Hal ini akan memudahkan
p enggun a jika melakukan kesalahn y ang tidak d isen gaja ketika sedan g mengerjakan
sesuatu.
g) Menyediakan kendali internal b agi pengguna (support internal locus of con trol)
Sistem harus d irancan g supay a p engguna merasa mengu asai sistem dan sistem akan
member ikan respon atas aksi y ang diberik an.
h) Mengurangi beban ingatan jan gka pendek (reduce short-term memory load)
Keterbatasan manusia dalam memp roses informasi dalam waktu yang sin gkat
membutuhkan akses onlin e y ang sesuai untuk memerintahkan format sintaksis,
singkatan, kode, dan informasi lain harus disediakan.
2.3.2 Software Development Life Cycle (S DLC) Software Development Life Cycle ( SDLC) adalah p roses p embuatan dan p engubahan
sistem serta model dan metodologi y ang digunakan untuk mengembangk an sistem-sistem
tersebut, konsep ini umumnya merujuk p ada sistem komputer atau informasi (Blanchard dan
Fabrycky2006,p :93).
Dalam rekay asa perangkat lunak, konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi
p engemban gan perangk at lunak. M etodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka k erja
untuk perencanaan d an p engendalian p embuatan sistem informasi, yaitu proses
p engemban gan perangk at lunak.
27
SDLC merupakan bagian p enting dalam p roses p engemban gan suatu software,SDLC
sendiri melip uti Blanchard dan Fabry cky (2006) :
a) Perencanaan proyek, studi kelayakan
Menetap kan tamp ilan tingkat tinggi dari p roy ek dimaksud (high-level view) dan
menentukan tujuannya.
b) Sistem analisis (Requirment definition)
Menganalisa pengguna akh ir kebutuhan informasi.
c) Sistem Desain
Menjelaskan fitur yang d iingink an dan operasional secara rinci, termasuk tata letak
layar, aturan bisnis, diagram p roses, p seudocode dan dokumentasi lainny a.
d) Imp lementasi
Coding y ang sebenarny a ada p ada tahap ini.
e) Integrasi dan p engujian (Integration and Testing)
Membawa semua potongan atau bagian ke sebuah lin gkungan p engujian khusus,
kemudian memeriksa untuk kesalahan, bu g dan in teroperabilitas.
f) Penerimaan, instalasi, p en gemban gan,dan operasi (Accep tance, installation,
deployment)
Tahap akhir p engembangan awal, di mana perangkat lunak dimasukkan ke dalam
p roduksi dan menjalank an bisnis y ang sebenarny a.
g) Pemelih araan (Maintenance)
Apa yang terjadi selama sisa hidup perangkat lunak: p erubahan, koreksi, penambahan,
p indah ke platform komp utasi y ang berbeda dan bany ak lagi. Ini, langk ah paling
glamor dan mun gkin p alin g penting dari semua.
28
Beberap a model SDLC y ang telah dikembangkan antara lain: waterfall, fountain,
spiral, build and fix, rapid prototyping, incremen tal, and synchronize and stabilize.
Gambar 2.1 Proses S DLC dengan Waterfall
2.3.3 Unified Modeling Language (UML)
Adalah bah asa spesifikasi standar untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan
memban gun sistem p eran gkat lunak. UM L menyediakan 10 macam diagram untuk
memodelkan ap likasi beror ientasi objek (David M. Kroenke dan Kathleen Dolan, 2003).,
y aitu:
a) Use Case Diagram
Digunak an untuk memodelkan bisnis proses bisnis. berdasarkan p ersp ektif pengguna
sistem. Use case diagram terdiri atas diagram untuk use case dan actor. Actor
29
merepresentasikan orang y an g akan men gop erasikan atau orang yang berinteraksi
dengan sistem aplikasi. Use case merep resentasikan op erasi-op erasi y ang dilakukan
oleh actor. Use case digambarkan berbentuk elip s dengan nama op erasi dituliskan di
dalamny a. Actor y ang melakukan op erasi dihubun gkan dengan garis lurus ke use
case.
b) Conceptual Diagram
Untuk memodelkan konsep -konsep y ang ada di d alam ap likasi.
c) Sequence Diagram
Sequence diagram menjelaskan secara d etil urutan p roses y ang dilakuk an dalam
sistem untuk mencapai tujuan dar i use case: interaksi yang terjadi antar class, operasi
apa saja y ang terlibat, urutan antar op erasi, dan informasi y an g diperlukan oleh
masing-masing operasi, memodelkan p engiriman pesan (message) antar objects.
d) Collaboration Diagram
Collaboration diagram dip akai untuk memodelkan interaksi antar objek di dalam
sistem. Berbeda dengan sequence diagram y ang leb ih menonjolk an kronolo gis dari
operasi-operasi yang dilakukan, co llaboration d iagram lebih fokus pada p emahaman
atas keseluruhan op erasi y ang dilakukan oleh object.
e) State Diagram
Untuk memodelkan perilaku objects di dalam sy stem, dan mendeskripsikan
bagaimana suatu object mengalami perubahan status adanya trigger dari event-event.
f) Activity Diagram
Untuk memodelkan p erilaku Use Cases dan objects di dalam system . Dap at juga
digun akan untuk memodelkan imp lementasi dar i metoda-metoda komp leks
g) Class Diagram
Class diagram merupakan diagram y ang selalu ada di p ermodelan sistem berorientasi
30
objek. Class diagram menunjukk an hubungan antar class dalam sistem y ang sedang
diban gun dan bagaimana mereka salin g berko laborasi untuk men cap ai suatu tujuan.
h) Object Diagram
Memodelkan struktur object. Menunjukkan tamp ilan len gkap atau sebagian dari
struktur sistem p ada waktu tertentu.
i) Component Diagram
Component Diagram d igunakan untuk memodelk an komp onen object.
j) Deployment Diagram
Untuk memodelkan d istribusi aplikasi, dan menggambarkan hardware y ang
digun akan dalam implementasi sistem dan lin gkungan eksekusi dan artefak digunakan
p ada hardware.
2.3.4 Perancangan Layar
Perancan gan lay ar merup akan suatu tahapan untuk membuat cetak biru (blue print)
atas tampilan layar yang sesungguhny a. Rancan gan lay ar dibuat sedemikian rup a sehingga
memudahk an p engguna untuk berinteraksi dengan sistem. Smith dan Mosier (dikutip oleh
Shneiderman, 1998) mengusulkan pedoman p erancan gan lay ar y ang baik sebagai berikut:
a) Konsistensi tampilan data, istilah, singk atan, format, dan lain sebagainy a harus
standar.
b) Beban in gatan y an g semin imal mungkin bagi p engguna. Pengguna sedap at mungkin
tidak diharuskan mengingat informasi dari lay ar satu ke layar lainny a.
c) Kompatibilitas tampilan data den gan p emasukan data. Format tamp ilan informasi
p erlu berhubungan d en gan tampilan p emasukan data.