bab ii landasan teori 2.1. potensi pengembangan ......12 bab ii landasan teori 2.1. potensi...
TRANSCRIPT
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Potensi Pengembangan Peternakan Sapi
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan
produk peternakan. Para peternak mengkombinasikan faktor-faktor produksi
tersebut untuk memproduksi produk peternakan yang diinginkan. Baik atau
tidaknya peternak dalam melaksanakan proses tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan mereka.
“Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga
unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau
pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan
perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan
kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan
hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja.”4
Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang bersifat teknis yang dilakukan
oleh peternak. Peternak sebagai pelaksana teknis dalam mengkombinasikan
faktor-faktor produksi dalam peternakan dituntut untuk dapat melaksanakannya
sebaik mungkin demi memperoleh produk peternakan yang diharapkan. Peternak
memilih mengusahakan ternak sapi bukan tanpa alasan, mereka memiliki tujuan
tertentu, salah satunya adalah untuk memperoleh pendapatan.
“Besarnya kontribusi ternak sapi terhadap pendapatan
bergantung pada jenis sapi yang dipelihara, cara
pemeliharaan, dan alokasi sumber daya yang tersedia di
masing-masing wilayah.”5
4 Achmad Suryana, 2004, Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi
Agribisnis dengan Pola Kemitraan, Jurnal Litbang Pertanian, hal. 28. 5 Achmad Suryana, ibid, hal. 29.
13
Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah yang penduduknya menjadi
peternak sapi. Sebagian besar penduduk yang berprofesi sebagai petani
menjadikan usaha peternakan sebagai usaha yang mereka jalankan bersanding
dengan usaha pertanian mereka.
“Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153
ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah
peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas
Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).”6
Berdasarkan pada informasi tersebut, kita dapat mengetahui adanya
peternakan sapi perah yang ada di Jawa Tengah. Hal ini tentunya menjadikan
Kecamatan Getasan sebagai salah satu bagian dari Propinsi Jawa Tengah juga
menjadi salah satu wilayah yang memiliki peternakan sapi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Getasan, populasi sapi yang ada
di Kecamatan Getasan pada tahun 2011 mencapai 20.423 ekor sapi perah dan 855
ekor sapi pedaging. Jumlah peternak sapi di Kecamatan Getasan sendiri mencapai
7.145 yang terdiri dari rumah tangga masyarakat dan beberapa peternakan sapi.
Jumlah ini dinilai akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pertambahan jumlah sapi yang dimiliki oleh peternak dinilai menjadi salah
satu indikator semakin meningkatnya kontribusi usaha peternakan sapi perah
dalam memberikan pendapatan bagi peternak di Kecamatan Getasan. Keuntungan
yang diperoleh oleh peternak tidak hanya berasal dari penjualan susu sapi
produksinya. Peternak yang memelihara sapi perah juga dapat memperoleh
penghasilan lain. Jika sapi perah melahirkan anak sapi atau sering disebut
6 Pranowo, 2010, Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah,
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/pranowoblog-blog-archive-prospek_27.html.
14
“pedet”, maka mereka dapat menjualnya atau mengembangkannya sendiri. Anak
sapi berkelamin betina dapat dimanfaatkan sebagai calon induk baru dan anak sapi
berkelamin jantan dapat dimanfaatkan sebagai sapi pedaging yang nantinya dapat
dijual. Peternak yang memanfaatkan anak sapi berkelamin jantan sebagai sapi
pedaging biasanya memanfaatkan situasi-situasi tertentu dalam menjual sapi
mereka seperti pada saat hari raya atau momen-momen lain yang membutuhkan
daging sapi. Biasanya, pada saat tersebut terjadi kenaikan permintaan daging sapi.
Peternak juga dapat memperoleh keuntungan dari limbah kotoran sapi yang
mempunyai nilai jual karena sering dimanfaatkan sebagai pupuk kandang untuk
pertanian.
Selain keuntungan yang dapat diperoleh peternak, usaha sapi perah juga
dapat memberikan keuntungan bagi pihak lain yang berhubungan dengan sapi
perah. Ada pengumpul-pengumpul dan pengecer-pengecer susu sapi yang
menjadikan susu sapi sebagai komoditas usaha mereka. Ada pula makelar-
makelar sapi yang menjadikan sapi sebagai komoditas dagang mereka, baik sapi
perah maupun sapi pedaging. Masih ada pihak lain seperti petani yang
memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk tanaman yang mereka
tanam.
“Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah,
daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah
jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas.
Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk
tetap mempertahankan usahanya dalam bidang
peternakan sapi perah.”7
7 Pranowo, op. cit.
15
Melihat dari sekian banyak hasil dari peternakan sapi, yang paling banyak
dijadikan komoditas bisnis di Kecamatan Getasan adalah susu sapi. Susu sapi
hasil produksi peternak atau dikenal sebagai susu segar ini banyak dijadikan
pelaku-pelaku usaha sebagai komoditas usahanya. Nilai susu sapi menjadi salah
satu perhatian penting dalam hal ini. Daya tawar dan nilai tambah dari susu sapi
juga menjadi satu perhatian dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan.
“Daya tawar adalah pencapaian posisi relatif perusahaan
dalam industri dari segi jumlah pemasok, jumlah pasokan,
penentuan harga, kualitas dan produk.”8
Mengacu pada pengertian tersebut, produsen susu sapi yang dalam hal ini
adalah peternak sapi perah ingin memposisikan produknya dalam jumlah, harga
dan mutu produk pada level tertentu. Peternak ingin susu sapi yang mereka
produksi laku dipasaran dengan harga yang setinggi-tingginya. Supaya tujuan
tersebut dapat dicapai, mereka harus melaksanakan pemeliharaan sapi perah
dengan perlakuan-perlakuan tertentu untuk dapat mencapai mutu susu sapi yang
diharapkan dapat dihargai sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Peternak sapi
perah yang dapat memproduksi susu sapi dengan mutu yang tinggi dapat
menjadikan susu sapi hasil produksinya mempunyai daya tawar yang tinggi pula.
“Nilai tambah dalam artian produksi diartikan sebagai
nilai yang muncul dari pengurangan nilai penjualan
produk dikurangi dengan nilai masukan utama dan nilai
barang tersebut ketika masih menjadi barang setengah
jadi. Nilai tambah jika dikaji dari artian perdagangan
dapat diartikan sebagai hasil pengurangan nilai
penjualan dikurangi dengan nilai pembelian suatu
barang.”9
8 Rahayu, 2011, Analisis Rantai Nilai Susu Siap Minum, Skripsi, Universitas Kristen
Satya Wacana, hal. 27. 9 Rahayu, ibid, hal. 27.
16
Nilai tambah susu sapi dalam artian produksi susu sapi sangat diharapkan
oleh pihak-pihak yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi
mereka. Pihak-pihak dalam hal ini seperti perusahaan susu kemasan siap minum,
susu kaleng, susu bubuk, produsen keju dan yogurt serta perusahaan-perusahaan
lain yang menggunakan susu sapi sebagai bahan baku produksi. Nilai tambah
dalam artian perdagangan merupakan nilai tambah yang diharapkan oleh pihak-
pihak yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas usahanya yang dalam hal ini
mereka tidak merubah bentuk susu sapi tersebut kedalam bentuk lain.
Geliat usaha yang menggunakan susu sapi sebagai komoditas usaha baik
produsen suatu produk maupun usaha dagang terus berkembang. Di sisi lain
ternyata kebutuhan susu sapi di dalam negeri belum terpenuhi secara maksimal.
Kebutuhan susu sapi dalam negeri masih bergantung pada impor susu sapi. Hal ini
senada dengan apa yang diungkapkan oleh Priyono :
“Industri Pengolahan Susu (IPS) supaya dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu
segar dari industri peternakan. Industri peternakan di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan
rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri
peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu memasok
30 % bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan
IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 % bahan baku susu
segar masih harus diimpor. Dengan melihat kondisi ini,
maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi
populasi dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi
kebutuhan IPS.”10
Melihat pendapat serta informasi yang disampaikan di atas, kita dapat
melihat bahwa peternakan sapi adalah salah satu usaha yang mempunyai potensi
10
Priyono, Analisi Usaha Tani Ternak Sapi Rakyat, 21 Agustus 2009,
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/analisis-usaha-tani-ternak-sapi-perah.html.
17
berkembang cukup baik. Permintaan susu sapi dan daging sapi yang besar
seharusnya dapat direspon masyarakat dengan mengembangkan usaha peternakan
sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Potensi ini patut untuk
diperhitungkan dengan lebih cermat mengingat susu sapi dan daging sapi
merupakan komoditas yang senantiasa dibutuhkan manusia.
2.2. Sapi Perah
Sapi adalah binatang yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan manusia. Produk yang dihasilkan sapi beraneka ragam, mulai dari susu
segar yang dihasilkan oleh sapi perah sampai kotoran sapi yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Selain itu, sapi juga dapat dimanfaatkan
oleh manusia sebagai sumber daging. Sapi yang dimaksud dalam hal ini adalah
sapi pedaging yang sengaja dibudidayakan untuk dijadikan sumber daging.
“Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang
terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang
berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang
berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis
serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di
daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Di Indonesia, manajemen pemeliharaan biasanya terbagi
atas pemeliharaan sapi perah dan sapi potong. Jenis sapi
perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah
sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari
Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan
Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish
(dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).
Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di
Indonesia adalah Frisien Holstein.”11
11
M. Wahiddudin, Manajemen Pengelolaan Sapi Perah, 21 Agustus, 2009,
http://sapiperahind.blogspot.com/2009/08/manajemen-pengelolaan-sapi-perah.html.
18
Sapi perah adalah penghasil susu sapi. Sapi perah banyak dipelihara oleh
masyarakat Indonesia dengan berbagai model pengelolaan, tetapi pada dasarnya
ada dua jenis peternakan sapi perah yang ada di Indonesia, yaitu konvensional dan
modern. Peternakan konvensional masih menggantungkan pengelolaan sapi pada
cara-cara bersifat tradisional. Berbeda dengan peternakan yang sudah modern,
peternakan modern lebih terencana dan pengelolaannya pun lebih baik dan
terstruktur serta didukung oleh produk-produk hasil kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Sapi perah ini dipelihara oleh para peternak yang mempunyai tujuan dalam
memelihara sapi perah. Tujuan yang ditetapkan oleh peternak tidak jauh dari susu
segar sebagai produk utama dari sapi perah. Tujuan akhir berternak sapi perah
bagi sebagian besar peternak sapi perah ialah mendapatkan produksi susu sapi
sebanyak mungkin supaya mereka mendapatkan pendapatan finansial yang
semakin banyak.
2.3. Susu Sapi
Susu sapi merupakan salah satu sumber pangan yang sangat dibutuhkan
oleh manusia. Manusia mengkonsumsi susu sapi dalam berbagai bentuk olahan
susu sapi, mulai dari susu segar sampai produk-produk olahan yang berbahan
baku susu sapi.
“Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar,
yang kandungan alaminya tidak ditambah atau dikurangi
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
apapun.”12
12
Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, ibid.
19
”Susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas
dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses
pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.”13
Kemurnian susu sapi tergantung pada tindakan pasca panen yang
dilakukan oleh peternak yang memproduksinya. Jika peternak tidak mencampur
susu sapi dengan bahan-bahan yang lain, maka kemurnian susu sapi masih baik.
Susu murni mengandung banyak gizi.
“Setiap 100 gram susu terkandung panas sebesar 70.5
kilokalori, protein sebanyak 3.4 gram, lemak 3.7 gram,
mengandung kalsium sebesar 125 miligram, sementara
prosentase penyerapan dalam tubuh sebesar 98% –
100%.”14
Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril. Namun,
apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin kesterilannya. Adapun
syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat
jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.
Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak dan
pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan hingga
kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya dari butiran-
butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu. Lemak dan beta
karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan apabila kandungan
lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya
kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu sendiri
13
Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, op. cit. 14
Sandy Nugroho, Manfaat Susu Sapi,
http://healthiskesehatan.blogspot.com/2011/01/kandungan-dan-manfaat-susu-sapi.html.
20
mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya makanan
ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan wadah tempat
menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu umumnya sedap, namun
juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di atas.
Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu harus
dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah,
dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu.
Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 cP, yang dipengaruhi oleh
bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu. Titik beku susu di Indonesia
adalah -0,520 °C, sedangkan titik didihnya adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik
beku ini akan mengalami perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan
penambahan air yang terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang
berbeda.
2.4. Mutu Susu Sapi dan Standar Mutu Susu Sapi
Susu sapi yang dihasilkan satu sapi dengan sapi yang lain relatif terlihat
sama jika hanya dilihat dan dirasakan dengan panca indera semata. Namun,
sebenarnya susu sapi yang dihasilkan oleh satu sapi berbeda dengan susu sapi
yang dihasilkan oleh sapi yang lain jika dilihat dari sudut pandang mutu yang
diukur secara teliti. Mutu dapat didefinisikan sebagai :
“derajat/tingkat kerakteristik yang melekat pada produk
yang mencukupi persyaratan atau keinginan”15
15
Rudi Suardi, 2004, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Penerbit PPM, Jakarta,
hal. 3.
21
Mengacu pada pengertian diatas, mutu susu sapi dapat diartikan sebagai
sifat-sifat yang terkandung atau melekat pada susu sapi yang berhubungan dengan
kandungan zat-zat yang ada di dalam susu sapi tersebut. Artinya, mutu susu sapi
ditentukan oleh kandungan zat-zat yang ada di dalam susu sapi tersebut.
Kandungan zat yang ada di dalam susu sapi tersebut berbeda antara satu
kumpulan susu sapi dengan kumpulan susu sapi yang lain. Satu sapi perah dengan
sapi perah yang lain juga menghasilkan susu sapi yang mempunyai kandungan zat
yang berbeda atau sama saja setiap sapi menghasilkan mutu susu sapi yang
berbeda.
Mutu susu sapi dapat diukur dengan memakai standar tertentu. Para pelaku
usaha menggunakan standar mutu susu sapi dalam mengukur seberapa tinggi
mutu susu sapi yang menjadi komoditas dagang mereka. Standar mutu yang
mereka terapkan dalam mengukur mutu susu sapi relatif sama, namun ada pula
yang menerapkan stadar mutu yang berbeda, terutama dikalangan pengusaha yang
skala usahanya masih kecil. Di Indonesia sendiri terdapat satu standar mutu susu
sapi yang umum dipakai. Mutu susu sapi dapat diukur berdasarkan standar yang
ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional. Standar tersebut memuat beberapa
parameter yang digunakan untuk mengukur seberapa tinggi mutu susu sapi beserta
syarat dari perameter-perameter yang ada dalam standar tersebut. Berikut adalah
parameter mutu susu segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 01-
3141-1998 :
22
Tabel 2.1 Parameter Mutu Susu Segar berdasarkan SNI No. 01-3141-1998 di
Indonesia Tahun 1998 *)
NO PARAMETER SYARAT
A Berat jenis pada suhu 27,5‟C Minimum 1,028
B Kadar lemak Minimum 3%
C Kadar bahan kering tanpa lemak Minimum 8%
D Kadar protein Minimum 2,7 %
E Warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahan
F Derajat asam 6-7‟SH
G Uji alkohol (70%) Negatif
H Uji katalase Maksimum 3 (cc)
I Angka refrakse 36-38
J Angka reduktase 2-5 (Jam)
K
Cemaran mikroba :
1 Total kuman Maksimum
1 X 10.000.000 CFU/ml
2 Salmonella Negatif
3 Patogen Negatif
4 Coliform Maksismum 20/ml
5 Streptososus Group B Negatif
6 Staphylococus eraeus Maksimum 1 X 1.000/ml
L Jumlah sel radang Maksimum
4 X 100.000/ml
M
Cemaran logam berbahaya :
1 Timbal Maksimum 0,3 ppm
2 Seng Maksimum 0,5 ppm
3 Merkuri Maksimum 0,5 ppm
4 Arsen Maksimum 0,5 ppm
N
Residu : Sesuai dengan keputusan
bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Pertanian yang
berlaku
1 Antibiotika
2 Pestisida/insektisida
O Kotoran dan benda asing Negatif
P Uji pemalsuan Negatif
Q Titik beku -0,52‟C s.d. -0,56‟C
R Uji peroxidase Negatif
*) Sumber : Modul Pasca Panen Susu Sapi, SNI No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Instalasi Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, Jakarta, 1997/1998, hal. 7.
Standar mutu ini dipakai oleh pelaku-pelaku usaha dengan produk susu
sapi sebagai acuan dalam pengendalian mutu produknya.
“Kendali mutu adalah usaha untuk menjaga dan
mengarahkan agar mutu produk dari suatu perusahaan
dapat dipertahankan sebagaimana yang telah
direncanakan.”16
16
Rudi Suardi, ibid, hal. 5.
23
Pengendalian mutu susu sapi dilakukan oleh pelaku-pelaku usaha dengan
berbagai tujuan. Umumnya, tujuan dari pengendalian mutu antara lain :
“1. Tujuan kendali mutu adalah menghasilkan produk
bermutu, meningkatkan produktivitas
2. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau
jasa
3. Peningkatan moral, prakarsa, dan kerja sama
karyawan
4. Pengembangankemampuan kerja karyawan
5. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha”17
Pengendalian mutu penting untuk dilakukan supaya produk yang dijadikan
sebagai komoditas usaha oleh pihak-pihak tersebut terjaga mutunya. Hal ini harus
dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha yang dijalankan masing-masing
pihak dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengendalian mutu
menggunakan standar mutu dalam proses pelaksanaannya. Berdasarkan uraian
tentang mutu susu sapi dan kendali mutu susu sapi tersebut, dapat di definisikan
pengertian tentang standar mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi adalah
kumpulan syarat yang berupa parameter-parameter beserta batasan kadar yang
terkandung dalam susu sapi yang akan menentukan seberapa tinggi mutu susu
sapi.
2.5. Harga Susu Sapi
Susu sapi yang diproduksi oleh peternak adalah produk yang selanjutnya
akan dijual oleh peternak. Peternak menjual susu sapi yang mereka produksi
kepada pihak-pihak yang dalam hal ini adalah pelaku-pelaku usaha yang
17
Andi Setiadi, 2009, Tujuan dan Manfaat Kendali Mutu, http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2195075-tujuan-dan-manfaat-kendali-mutu/#ixzz1furnz0Zv.
24
menjadikan susu sapi sebagai komoditas usahanya. Penjualan susu sapi dari
peternak kepada pihak-pihak ini melibatkan faktor harga di dalamnya.
“Harga (Price) adalah nilai suatu barang yang
dinyatakan dengan uang.”18
Ada pula definisi lain dari harga :
“Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan
pengorbanan tertentu.”19
Berdasarkan dua definisi harga di atas, harga dalam penelitian ini adalah
sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pihak pembeli susu sapi baik pengumpul
maupun pengecer yang akan diberikan kepada peternak sebagai suatu
pengorbanan dalam rangka mendapatkan susu sapi hasil produksi peternak. Faktor
harga menjadi penting bagi peternak sebagai produsen susu sapi. Harga menjadi
satu-satunya bauran pemasaran yang menjadi sumber pendapatan bagi peternak.
Harga susu sapi dikalangan peternak ditentukan oleh pembelinya.
Pembeli-pembeli tersebut antara lain adalah para pengumpul susu sapi dan para
pengecer susu sapi yang selanjutnya akan menjual susu sapi langsung kepada
konsumen. Peternak sebagai produsen susu sapi mengharapkan hasil produksinya
mendapat harga yang pantas. Peternak mengharapkan produknya dihargai dengan
harga yang wajar dan pantas, sehingga jerih payah atau pengorbanannya dalam
memproduksi barang dapat memberikan nilai keuntungan yang akan dapat
memperbaiki kehidupannya.
18
Buchari Alma, 2009, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta, Bandung,
hal. 169. 19
Basu Swasta dan Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen,
BPFE Yogyakarta, hal. 211.
25
Harga mempunyai empat macam fungsi, diantaranya :
“1. Sebagai pembayaran kepada lembaga saluran atas
jasa-jasa yang ditawarkannya.
2. Sebagai senjata dalam persaingan.
3. Sebagai alat untuk mengadakan komunikasi.
4. Sebagai alat pengawasan saluran.”20
Fungsi-fungsi tersebut hendaknya diperhatikan dalam menetapkan harga
supaya harga yang ditetapkan tidak menjadi sisi lemah dari suatu usaha.
Penetapan harga menjadi penting bagi pihak yang ingin memiliki memperoleh
susu sapi. Harga menjadi indikator penting bagi penjual susu dalam menentukan
kepada siapa mereka menjual susu sapi. Proses penetapan harga harus
memperhatikan beberapa elemen penetapan harga sebagai berikut :
Gambar 2.1. Elemen Penetapan Harga
Sumber : Kusjadi, 2009, Essensi Pemasaran Suatu Pegangan Teori & Praktek, Widya Sari,
Salatiga, hal. 94.
Penetapan harga merupakan salah satu bagian dari strategi harga. Strategi
harga dapat digunakan untuk memenangkan persaingan. Cara yang dapat
dilakukan terkait dengan strategi harga adalah dengan menawarkan suatu
tingkatan harga pada posisi tertentu. Berkaitan dengan pemasaran susu sapi,
strategi harga dapat dilaksanakan oleh pembeli dengan cara menetapkan harga
yang lebih tinggi supaya mereka dapat memperoleh susu sapi dengan mutu
tertentu.
20
Basu Swastha, 1979, Saluran Pemasaran, BPFE UGM, Yogyakarta, hal. 69.
Tujuan harga Strategi harga
Analisis permintaan Hubungan relevan
biaya dan harga
Penetapan harga
26
Prosedur penetapan harga juga perlu diperhatikan supaya harga yang
nantinya akan terbentuk mampu menjadi satu senjata dalam memenangkan
persaingan. Beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga
antara lain :
“a. Menaksir permintaan
b. Mengidentifikasi persaingan
c. Memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ada di
bidang produksi, saluran distribusi dan cara-cara
promosi serta kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh
perusahaan
d. Pemilihan strategi-strategi khusus di bidang harga
akan mewarnai penetapan harga”21
Strategi harga merupakan salah satu unsur penetapan harga yang mendasari
sampai pada tingkat harga tertentu. Strategi harga merupakan upaya yang jelas
dalam upaya mempengaruhi permintaan. Ada lima tipe dasar untuk
pengembangan strategi harga, yaitu :
“1. Mendapatkan konsumen (a) dari konsumen pesaing
(b) dari bukan konsumen yang ada
2. Mempertahankan dan memegang teguh keberadaan
konsumen (a) semua konsumen (b) konsumen yang dipilih
3. Meningkatkan keberadaan dari keberadaan konsumen
4. Meningkatkan jumlah produk komplementer
5. Menggeserkan konsumen terarah pada produk
subtitusi”22
Berdasarkan tipe-tipe dasar pengembangan strategi harga tersebut, dapat
disusun pula suatu pengembangan strategi harga susu sapi yang dapat dilakukan
oleh pelaku pemasaran susu sapi. Strategi tersebut dapat disusun berdasarkan atas
asumsi-asumsi yang dibangun dari lima tipe dasar pengembangan strategi harga
yang telah dipaparkan tersebut.
21
Kusjadi, 2009, Essensi Pemasaran Sebuah Pegangan Teori & Praktek, Widya Sari,
Salatiga, hal. 100-101. 22
Kusjadi, ibid, hal. 98
27
2.6. Pemasaran Susu Sapi dan Saluran Pemasaran Susu Sapi
Susu sapi yang dihasilkan oleh peternak menjadi satu komoditas usaha
bagi beberapa pihak. Pihak-pihak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
peternak sebagai produsen, pengumpul, pengecer dan perusahaan-perusahaan
manufaktur sebagai distributor serta masyarakat sebagai konsumen. Susu sapi ini
menjadi produk yang dialirkan dari produsen kepada konsumen. Aliran barang
dari produsen kepada konsumen ini terjadi dalam suatu proses pemasaran. Ada
beberapa definisi pemasaran yang pada dasarnya sama.
“Pemasaran adalah keseluruhan kegiatan perusahaan
yang mencakup kegiatan perencanaan harga, promosi,
dan distribusi barang dan/atau jasa yang menjadi alat
pemuas kebutuhan konsumen sekarang dan konsumen
potensial”23
“Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang
mengarahkan arus barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen.”24
Pemasaran susu sapi melibatkan beberapa pihak. Pihak-pihak yang terkait
dalam pemasaran susu sapi ini dapat disebut dengan saluran pemasaran susu sapi.
“Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam
perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang
besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi,
produk atau jasa dipasarkan.”25
Saluran pemasaran yang efektif akan membantu keseluruhan kegiatan
pemasaran yang efisien dan sukses. Pemahaman ini dapat diperkuat dengan
definisi lain dari saluran pemasaran yang pada dasarnya sama dengan definisi
yang telah dipaparkan sebelumnya :
23
Fandy Tjiptono, 2005, Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang, hal. 23. 24
Basu Swastha, op. cit., hal 6. 25
Basu Swastha, ibid, hal 4.
28
“Yang dimaksud dengan saluran distribusi atau saluran
pemasaran adalah suatu seri dari lembaga-lembaga atau
orang-orang yang memfasilitasi proses perpindahan
barang/jasa dari produsen ke konsumen akhir atau user
(industrial user).”26
Seperti kita ketahui bahwa selain peternak sebagai produsen dan
masyarakat umum sebagai konsumen, masih ada beberapa pihak yang terlibat
dalam pemasaran susu sapi. Mereka ini adalah para pedagang dalam berbagai
jenis yang menggunakan susu sapi sebagai barang dagangan mereka. Ada
pengumpul susu sapi yang dalam hal ini dapat disamakan dengan agen.
“Agen adalah lembaga yang membeli atau menjual
barang-barang kepada pihak lain.”27
Agen dalam pemasaran susu sapi yang ada di penelitian ini adalah mereka
yang menjadi pengumpul baik dalam skala kecil maupun besar dan para pengecer
susu sapi. Jadi, pengumpul dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang membeli
susu sapi baik dari peternak maupun pengumpul lain yang kemudian menjual susu
sapi tersebut kepada pengumpul lain lagi dan/atau kepada perusahaan pengolah
susu sapi. Sementara itu, pengecer yang dimaksud adalah mereka yang membeli
susu sapi dari peternak dan menjualnya langsung kepada konsumen susu sapi.
“Pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang pedagang
yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara
langsung kepada konsumen.”28
Kebanyakan pengecer yang penulis jumpai adalah pengecer susu sapi yang
membeli susu sapi dari daerah Kecamatan Getasan yang menjual susu sapi kepada
masyarakat luas baik di dalam maupun di luar Kecamatan Getasan. Banyak
26
Kusjadi, op. cit., hal. 125. 27
Basu Swasta, op. cit., hal. 27. 28
Basu Swasta, ibid, hal. 28.
29
pengecer yang dijumpai oleh penulis mempunyai strategi yang berlainan antara
satu pengecer dengan pengecer yang lain. Semua strategi yang berbeda ini
mempunyai tujuan yang sama, yaitu pengecer ingin memperoleh laba yang
sebanyak mungkin. Strategi yang dilakukan oleh pengecer bervariasi, mulai dari
strategi bersaing yang bersih, hingga strategi yang mengindikasikan adanya
kecurangan yang merugikan peternak dan konsumen susu segar.
“Keberadaan saluran pemasaran dalam kegiatan
pemasaran merupakan fasilitas yang memperlancar
kegiatan pemasaran dan mempercepat transfer of tittle
dari suatu produk atau jasa.” 29
Pentingnya saluran pemasaran dalam pemasaran susu sapi membuat
pertimbangan dalam memilih saluran distribusi itu perlu didasarkan pada faktor-
faktor penting. Faktor-faktor tersebut diantaranya :
“1. Karakteristik konsumen dan industrial pembeli akhir
2. Karakteristik produk
3. Karakteristik perusahaan
4. Karakteristik perantara
5. Karakteristik lingkungan”30
Saluran pemasaran ini sangat berarti bagi pemasaran susu sapi di
Kecamatan Getasan yang dapat dilihat dari fungsi dan tugasnya dalam pemasaran.
Secara umum, saluran pemasaran mempunyai sembilan fungsi.
“Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi
informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi
pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan
risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan
fungsi kepemilikan.”31
29
Kusjadi, op. cit., hal. 127. 30
Kusjadi, ibid, hal. 138. 31
D. Saladin, 2002, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengendalian, Bandung, Linda Karya, hal. 24.
30
Fungsi informasi diwujudkan saluran pemasaran dalam bentuk peranan
mereka sebagai pengumpul dan penyebar informasi tentang potensi dan
kemampuan pasar, pesaing, dan kekuatan-kekuatan lain dalam lingkungan
pemasaran. Fungsi promosi yang melekat pada saluran pemasaran memungkinkan
produk dapat diperkenalkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan produk
tersebut. Fungsi negosiasi yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai
harga dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perpindahan hak milik. Fungsi
pemesanan merupakan komunikasi saluran ke belakang mengenai minat membeli
oleh anggota saluran pemasaran. Pemesanan dapat dilakukan berdasarkan
beberapa hal, seperti kualitas dan kuantitas. Fungsi pembiayaan tercermin dari
beban-beban yang harus ditanggung oleh masing-masing saluran pemasaran.
Fungsi pengambilan risiko merupakan perkiraan besaran resiko berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan masing-masing saluran pemasaran tersebut. Fungsi
kepemilikan fisik merupakan milik dari penyimpangan dan pergerakan barang
secara fisik dari bahan mentah sampai ke konsumen akhir. Fungsi pembayaran
diwujudkan dalam arus pembayaran berbentuk uang kepada penjual atas jasa atau
produk atau jasa yang telah diserahkan. Fungsi kepemilikan merupakan arus
kepemilikan produk dari suatu lembaga pemasaran ke lembaga pemasaran
lainnya.