bab ii landasan teori a. film sebagai media …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/bab ii.pdfdi tanah air...

21
BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA DAKWAH. Terdapat dua pembahasan pokok yang menjadi dasar dari teori penyusunan penelitian ini, yaitu film dan dakwah. Dua teori yang saling berkaitan dan saling mendukung. Film sebagai alat atau media untuk menyampaikan pesan dan dakwah sebagai aktifitas dalam menyampaikan nilai- nilai agama. Karena itu Perlu pemahaman yang mendalam mengenai kedua teori pokok ini. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia film diartikan sebagai Lakon (cerita) gambar hidup. 1 Gambar hidup adalah bentuk seni yang populer dari hiburan dan juga bisnis. Produk film dihasilkan dari proses rekaman orang dan benda (termasuk fantasi dan fitur palsu) dengan kamera dan/atau oleh animasi. 2 Film juga bisa diartikan sebagai sebuah media sosial yang terbentuk dari proses penggabungan dua indra. Yaitu indra pendengaran dan indra penglihatan yang mempunyai tema sebuah cerita berdasarkan realita sosial yang terjadi disekitar lingkungan film itu tumbuh. Film merupakan sebagian dari media seorang seniman untuk berekspresi. Menyampaikan ide gagasan melalui sebuah cerita yang dikemas dalam bentuk audiovisual. Karena dalam setiap karya film terdapat sebuah pesan moral yang ingin disampaikan oleh seorang pembuat film. Untuk 1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed. 3, hlm. 330. 2 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), cet.1, hlm. 425. 15

Upload: others

Post on 31-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

BAB II

LANDASAN TEORI

A. FILM SEBAGAI MEDIA DAKWAH.

Terdapat dua pembahasan pokok yang menjadi dasar dari teori

penyusunan penelitian ini, yaitu film dan dakwah. Dua teori yang saling

berkaitan dan saling mendukung. Film sebagai alat atau media untuk

menyampaikan pesan dan dakwah sebagai aktifitas dalam menyampaikan nilai-

nilai agama. Karena itu Perlu pemahaman yang mendalam mengenai kedua

teori pokok ini.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia film diartikan sebagai

Lakon (cerita) gambar hidup.1 Gambar hidup adalah bentuk seni yang populer

dari hiburan dan juga bisnis. Produk film dihasilkan dari proses rekaman orang

dan benda (termasuk fantasi dan fitur palsu) dengan kamera dan/atau oleh

animasi.2 Film juga bisa diartikan sebagai sebuah media sosial yang terbentuk

dari proses penggabungan dua indra. Yaitu indra pendengaran dan indra

penglihatan yang mempunyai tema sebuah cerita berdasarkan realita sosial

yang terjadi disekitar lingkungan film itu tumbuh.

Film merupakan sebagian dari media seorang seniman untuk

berekspresi. Menyampaikan ide gagasan melalui sebuah cerita yang dikemas

dalam bentuk audiovisual. Karena dalam setiap karya film terdapat sebuah

pesan moral yang ingin disampaikan oleh seorang pembuat film. Untuk

1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2007), ed. 3, hlm. 330. 2 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), cet.1, hlm. 425.

15

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

mempelajari lebih lanjut tentang film kita perlu mempelajari sejarah film.

Adanya film dimulai dari penemuan pada tahun 1727 bahwa cahaya

menyebabkan nitrat perak menjadi gelap adalah dasar dari perkembangan

teknologi film. Para teoritikus film menyatakan, film yang kita kenal dewasa

ini merupakan perkembangan lanjut dari fotografi yang ditemukan oleh Joseph

Nicephore Niepce dari Prancis. Pada tahun 1826 ia membuat campuran dengan

perak untuk menciptakan gambar pada sebuah lempengan timah yang tebal

yang telah disinari beberapa jam.3 Sejarah perkembangan film ini berlangsung

cukup panjang, hal ini disebabkan karena film juga dihadapkan dengan

masalah-masalah teknik yang cukup rumit seperti optik, lensa, kimia,

proyektor, camera, dan roll film . Menurut Cangara perkembangan sejarah film

baru kelihatan setelah abad ke-18 dengan percobaan kombinasi cahaya lampu

dengan lensa padat.4

Sederet tokoh ternama juga ikut andil dalam perkembangan film,

diantaranya adalah George Estman yang menemukan kamera kodak. Kamera

ini mampu menangkap 40 foto secara berurutan dalam sepersekian detik

dengan alat yang bernama Kinetograph. Pada tahun 1839 salah seorang tokoh

bernama Louis Daguerre memperkenalkan Daguerreotype, yaitu plat logam

yang dapat merekam gambar. Setelah itu ada seorang tokoh yang bernama

William Henry Fox Talbot memperkenalkan sistem film kertas yaitu Calotype,

yang menggunakan film negatif yang hanya membutuhkan waktu pemaparan

gambar hanya beberapa detik. Thomas Edison kemudian memperkenalkan

3 Zeni Zulia Hana, loc. Cit., hlm. 30.

4 Apriadi Tamburaka, loc. cit., hlm. 61.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

Kinestokop, yaitu sebuah alat yang mampu memproyeksikan gambar. Itulah

beberapa tokoh dunia yang ikut berperan dalam perkembangan dunia film

dengan ide-ide penemuan mereka.

Awal muncul film ini berawal dari ide seorang tokoh Amerika

Serikat bernama Edward James Muybridge. Pada tahun 1873 ia menciptakan

alat Zoopraxiscope. Sebuah mesin yang berhasil merekam dan menampilkan

gambar sebuah kuda yang sedang berlari. Dalam pembuatannya beliau

menggabungkan 16 frame gambar kuda yang kemudian memunculkan ilustrasi

seakan-akan kuda itu sedang berlari. Konsep kuda berlari itu juga menjadi

gambar gerak animasi pertama yang diciptakan di dunia.5 Pada tahun 1896

Lumiere bersaudara, melalui alat Cinematgrahe sebuah alat yang berfungsi

sebagai fotografi sekaligus alat proyeksi membuat penemuan yang dapat

menampilkan orang yang duduk dalam ruang gelap menonton gambar yang

diproyeksikan ke layar. Setahun kemudian Thomas Edison menemukan

Vitascop yang diputar perdana di New York, sehingga pada tahun inilah

dimulainya industri film.

Setelah kita sedikit menguraikan perkembangan film di dunia, kita

coba memahami perkembangan film di Indonesia. Pada 5 Desember 1900

merupakan waktu yang sangat penting untuk dicatat dalam sejarah

perkembangan film di Indonesia. Pada waktu inilah perusahaan bioskop

belanda Nederlandsche bioscope maatschappij mulai mengoperasikan bioskop

di sebuah rumah di Kebun Jahe, Tanah Abang (Manage) di sebelah pabrik

5 Apriadi Tamburaka, Literasi media, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 60.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

kereta (bengkel mobil) Maatschappij fucshss. Seiring berkembangnya bioskop

di tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916

pemerintah kolonial belanda mengeluarkan Ordonasi yang mengatur tentang

film dan cara penyelenggaraan usaha bioskop. Sejalan dengan

perkembangannya, bioskop membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Adapun film pertama kali yang dibuat di tanah Indonesia adalah film

yang diproduksi oleh perusahaan NV Java Film Company berjudul Loetoeng

Kasaroeng pada tahun 1926. Film ini disutradarai oleh dua orang

berkebangsaan Belanda, yaitu G. Kruger dan L. Heuveldrop dan dibintangi

oleh aktris-aktris asli pribumi. Film ini diputar perdana pada 31 Desember

1926 di bioskop Elite dan Oriental Bioscoop di kota Bandung.

Salah satu pelopor kemajuan film ditanah air adalah seorang

sutradara bernama Usmar Ismail yang memproduksi film pertama di Indonesia

berjudul “Darah & Doa”. Film ini merupakan film pertama yang dibuat oleh

orang asli pribumi yang bercirikan Indonesia. Selain itu film ini juga

merupakan film pertama terlahir dari perusahaan film milik orang Indonesia.

Perusahaan film ini bernama Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia)

dimana pendirinya adalah Usmar Ismail. Sehingga pada 30 Maret ditetapkan

sebagai Hari Film Nasional dengan alasan pada 30 Maret 1950 proses

pembuatan film “Darah & Doa” dimulai.6

Di era kemajuan teknologi seperti saat ini film mengalami

perkembangan yang sangat pesat baik lingkup luar maupun dalam negeri.

6 Ibid.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

Munculnya film-film layar lebar diproduksi oleh para sineas profesional

memberikan kontribusi perkembangan film zaman sekarang. Di dalam negeri

sendiri banyak film layar lebar yang diproduksi, mulai dari film yang berisikan

adegan horor, komedi, aksi hingga film yang berisikan tentang nilai-nilai

agama.

Dengan diproduksinya film-film yang bertajuk penyampaian nilai-

nilai agama ini mampu memberikan nuansa baru dalam proses berdakwah.

Seperti beberapa karya insan sineas Indonesia, diantaranya adalah film Ayat-

Ayat Cinta, Wanita Berkalung Sorban, Negeri 5 Menara dan lain sebagainya.

Dari sederet contoh film yang bernuansakan Islam ini, di dalam tayangannya

berisikan penyampaian pesan-pesan dakwah. Penyampaian pesan ini bisa

melalui dialog maupun simbol-simbol yang terdapat dalam adegan film

tersebut. Contoh dalam film Negeri 5 Menara terdapat adegan belajar agama,

adegan tidak bersalaman selain muhrim, dialog untuk bersungguh-sungguh dan

lain sebagainya. Dengan adanya film-film seperti ini membuat dunia dakwah

menjadi lebih kuat lagi. Karena mampu memberikan progeresitas dalam

berdakwah.

Sebagai seorang muslim tentu tak asing lagi dengan istilah dakwah.

Dakwah merupakan sebuah aktifitas yang hanya dilakukan oleh seorang

muslim saja. Pada dasarnya dakwah dapat dipahami sebagai proses komunikasi

yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam rangka mengembangkan

ajaran agama Islam. Dalam arti proses ini adalah mengajak orang lain untuk

mendalami dan memahami ajaran agama islam. Dalam istilah mengajak

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

tersebut, sudah tentu selalu terkandung makna mempengaruhi orang lain agar

orang lain itu mau dan mampu mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku

sesuai dengan apa yang dikehendaki orang yang mengajak.7 Dakwah secara

bahasa berasal dari bahasa Arab دعوة –يدعو –دعا yang mempunyai arti sebagai

mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan.8

Untuk mempelajari dakwah, sebenarnya banyak sekali yang perlu

kita ketahui. Dakwah selain makna bahasa yang merujuk pada ajakan, dakwah

juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dapat memberikan

kontribusi untuk mengarah pada perubahan positif. Perubahan kehidupan yang

tertata sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Seperti pendapat beberapa tokoh

mengenai makna dakwah.

Pertama, Syaikh Ali Mahfudz yang memberikan makna dakwah

adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melaksanakan kebaikan dan

mengikuti petunjuk serta memerintah berbuat ma’ruf dan mencegah dari

perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di

akhirat. Kedua, Syukriyadi Sambas memaparkan makna dakwah sebagai proses

internalisasi, transmisi, difusi, institusionalisasi dan transformasi islam yang

melibatkan unsur da’i, pesan, media, metode, mad’u, tujuan dan respons serta

dimensi ruang dan waktu untuk mewujudkan kehidupan yang khazanah, salam

dan nur di dunia dan akhirat. Ketiga, Al-Bahy al-Khuli memaknai dakwah

7 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet 1.

hlm. 24. 8Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), cet. 1. hlm. 43.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

adalah mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap

individu maupun masyarakat.9

Dari beberapa definisi dakwah di atas, terdapat beberapa inti gagasan

yang berkenaan dengan hakikat dakwah Islam, yaitu: pertama, dakwah

merupakan suatu aktifitas untuk mengajak kepada jalan Allah. Aktifitas

mengajak tersebut bisa berupa tabligh (menyampaikan), taghyir (perubahan,

internalisasi dan pengembangan), dan uswah (keteladanan). Kedua, dakwah

merupakan proses persuasi (memengaruhi). Proses persuasi ini tidak hanya

sekedar mengajak melainkan membujuk agar objek yang dipengaruhi bersedia

ikut dengan orang yang memengaruhi. Dalam proses persuasi ini tidak ada

unsur keterpaksaan karena memang pada dasarnya dalam menyampaikan nilai-

nilai agama tidak ada unsur memaksa sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat

256. Untuk menghindari unsur pemaksaan dalam berdakwah maka dibutuhkan

strategi yang baik agar orang yang didakwahi tertarik dengan apa yang

disampaikan. Ketiga, dakwah merupakan sebuah sistem yang utuh. Paling tidak

ketika berdakwah terdapat tiga sub sistem yang tidak bisa dipisahkan yaitu

da’i, mad’u dan pesan dakwah. Namun, akan lebih efektif dakwah juga

dilakukan dengan menggunakan metode, media dan menyusun tujuan yang

jelas.

Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara asalkan tidak

melanggar nilai-nilai yang ada. Melakukan dakwah dengan cara dan media

sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam kehidupan ini dari masa kemasa

9 Ibid., hlm. 44-45.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

mempunyai perkembangan peradaban yang berbeda. Dengan hal ini tentunya

proses kegiatan dakwah juga harus mampu menyesuaikan diri dengan

perkembangan zaman yang semakin berubah. Seperti pendapat Asep Muhiddin

yang memaknai dakwah sebagai upaya untuk memperkenalkan islam yang

merupakan satu-satunya ajaran hidup yang benar dengan cara yang menarik,

bebas, demokratis, dan realistis menyentuh kebutuhan primer manusia.10

Untuk mendukung keberhasilan dalam berdakwah ada beberapa

unsur yang saling berkaitan. Pertama, Da’i (pelaku Dakwah). Secara bahasa

Da’i berasal dari bahasa arab bentuk kalimat isim yang berbentuk fa’il dari fi’il

madli Da’a. Sesuai dari bentuk bahasa da’i berarti orang atau pelaku yang

malakukan dakwah baik individu maupun kelompok. Secara umum da’i sering

disebut dengan sebuatan muballigh (orang yang menyampaikan ajaran islam).

Khattib (orang yang berkhutbah) dan sebagainya. Namun perlu kita pahami

bersama bahwa yang dimaksud dengan da’i disini adalah semua orang yang

mempunyai kemampuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral agama Islam.

Bukan hanya seorang ulama’ atau kiyai saja yang disebut sebagai da’i.

Nasaruddin Lathief mendefinisikan da’i sebagai muslim dan muslimat yang

menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama’. Ahli

Dakwah adalah wa’ad, Mubaligh Mustami’in (juru pengarang) yang menyeru,

mengajak, memberi pengarahan, dan pelajaran agama Islam.11

Kedua, Mad’u (Penerima Dakwah). Dari segi bahasa Mad’u yang

mempunyai arti obyek sasaran dakwah. Sesorang maupun kelompok yang

10

Moh. Ali Aziz, op. cit., hlm. 16. 11

Ibid., hlm. 22.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

menjadi obyek sasaran da’i dalam berdakwah inilah yang disebut dengan

mad’u. Mad’u ini berbagai macam klasifikasinya. Dalam Al-qur’an dijelaskan

ada tiga tipe mad’u yaitu: mukmin, kafir dan munafik.12

Dan pada nantinya

setiap klasifikasi secara garis besar tersebut akan diklasifikasikan lebih detail

lagi. Seperti halnya mukmin. Mukmin ini nanti diklasifikasikan lagi menjadi

tiga, yitu dzalim linafsih, muqtasid dan sabiqun bilkhairat. Kafir di bagi

menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Adanya penggolongan mad’u ini sama

halnya menggolongkan mad’u itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, status

sosial dan lain sebagainya. Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga

golongan, yaitu:

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara

kritis, dan cepat dalam menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara

kritis dan mendalam, serta belum dapat menengkap pengertian-pengertian

yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang

membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu

membahasnya secara mendalam.13

Ketiga, Maddah (Materi). Dalam aktifitas Dakwah tentu harus ada

pesan yang disampaikan. Dalam dakwah pesan yang disampaikan seorang

da’i disebut juga dengan maddah (materi dakwah). Hal utama yang

disampaikan dalam maddah ini adalah ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Secara

12

Muhammad Munir & Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009),

ed. 1. cet. 2, hlm 22. 13

Ibid., hlm 23.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

umum materi dakwah itu dapat di kelompokkan menjadi 4 masalah pokok

atau tema, yaitu: masalah akidah (Keimanan), masalah syariah, masalah

muamalah dan masalah akhlak.14

Dari pokok materi tersebut dapat didapatkan

dari beberapa jenis sumber, yaitu: Ayat-ayat Al-qur’an, hadits Nabi, pendapat

para sahabat nabi, pendapat ulama’, hasil penelitian ilmiah, kisah dan

pengalaman teladan, berita dan peristiwa, karya sastra, karya seni.15

Selain memuat unsur keindahan, karya seni juga mempunyai nilai

yang ingin disampaikan. Pesan karya seni ini lebih mengedepankan simbol

dan tanda yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapapun. Seseorang akan

meneteskan air mata melihat karya lukisan seorang yang sedang sholat diatas

prahu yang diombang-ambingkan oleh ombak yang menggulung-gulung.

Seorang tamu di rumah seorang kiai akan memandang dengan seksama

kearah lukisan kaligrafi yang berlafazdkan Bismillahirrohmaanirrohim.

Semua penonton bisa tercengan meneteskan air mata saat melihat film yang

menggambarkan perjuangan seseorang dalam berdakwah menyampaikan

nilai-nilai agama.

Ke empat, Wasilah (media) Dakwah. Hamzah Ya’qub

menyebutkan ada lima macam wasilah dakwah, yaitu: lisan, tulisan, lukisan,

audiovisual, dan akhlak. Lisan adalah media dakwah yang sangat sederhana

yang menggunakan lidah dan suara. Dakwah melalui media ini dapat

berbentuk pidato, cerama, bimbingan dan lain sebagainya. Tulisan merupakan

media dakwah melalui karya tertulis bisa berbentuk buku, majalah, sepanduk

14

Ibid., hlm 25-28. 15

Moh. Ali Aziz, op. cit., hlm. 133.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

dan lain sebagainya. Lukisan, dakwah melalui media ini bisa berbentuk

gambar, karikatur atau karya seni lukis lainnya. Audiovisual, merupakan

media dakwah yang menggunakan media di era modern. Audiovisual ini

dapat merangsang pendengaran, penglihatan atau bahkan keduanya. Media

seperti ini bisa melalui media televisi, radio, film, internet dan lain

sebagainya. Akhlak, media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

sesuai dengan ajaran agama Islam yang secara langsung dapat dilihat dan

dapat didengar oleh mad’u.16

Kelima, Thariqah (Metode) Dakwah. Dalam Q.S An-Nahl ayat 125

telah dijabarkan beberapa metode yang dapat digunakan seorang da’i dalam

berdakwah. Setidaknya terdapat tiga macam metode dakwah yang dapat

disesuaikan dengan sasaran dakwah. Bagi orang cendekiawan yang memiliki

pengetahuan tinggi diperintahkan untuk menyampaikan dakwah dengan

hikmah, yakni dengan dialog menggunakan kata-kata bijak sesuai dengan

tingkat kepandaian masing-masing. Terhadap kaum awam diperintahkan

untuk menyampaikan dakwah dengan menerapkan mau’idzah, yakni

memberikan nasihat sesuai kemampuan yang dimiliki seorang da’i.

Sedangkan terhadap Ahl al-Kitab dan penganut agama lain diperintahkan

menerapkan jidal, yaitu perdebatan dengan cara yang baik. Menggunakan

logika dan retorika yang halus terlepas dari kekerasan dan umpatan.17

Keenam, Atsar (Efek) Dakwah. Dalam setiap aktifitas yang

dilaksanakan pasti akan menimbulkan efek atau pengaruh dari kegiatan yang

16

Muhammad Munir & Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), ed.

1, cet. 2, hlm. 32. 17

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 775.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

telah dilaksanakan. dalam berdakwah juga diharapkan nantinya akan

menimbulkan efek yang baik terhadapa pola kehidupan para mad’u sesuai

dengan ajaran yang disampaikan oleh da’i. Dakwah yang telah dilakukan oleh

da’i dengan menyampaikan materi dakwah menggunakan metode tertentu

melalui wasilah yang sesuai dengan kondisi akan menimbulkan Atsar (efek)

pada mad’u. Efek inilah yang sering disebut dengan feed back (umpan balik)

dari proses berdakwah.18

Dari unsur-unsur tersebut yang perlu dipahami secara mendalam

adalah media dalam berdakwah. Dalam perspektif dakwah keberadaan media

sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan dakwah. Media yang

digunakan dalam berdakwah tentunya tidaklah sama. Semakin

berkembangnya zaman media yang dapat digunakan dalam berdakwah juga

mengalami perberkembangan. Untuk dapat menyentuh seluruh kalangan

dalam berdakwah, para da’i dituntut untuk menguasai media-media yang

terus berkembang.

Untuk melakukan aktifitas dakwah yang efektif tentunya harus ada

media yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Banyak media

dakwah yang dapat digunakan seorang muslim dalam menyampaikan

dakwahnya. Sebagaimana yang telah dibahas diatas. Seorang muballig di era

modern seperti ini juga dituntut untuk berani mengikuti arus zaman dengan

segala kekuatan dan intelektualitas yang berkembang dalam dunia modern

seperti ini. Tidak hanya pengetahuan dan penguasaan materi yang

18

Zeni Zulia Hana, Analisis Pesan Dakwah Dalam Film “Kehormatan Di Balik

Kerudung” , (Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UNISNU Jepara, 2013), hlm. 24.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

disampaikan saja, tapi juga menguasai media yang sedang berkembang di

zaman modern seperti ini.19

Media dakwah bisa berfungsi efektif jika dapat menyesuaikan diri

dengan unsur dakwah yang ada. Dengan menggunakan media dakwah yang

sesuai ini dapat membuat proses dakwah berjalan dengan baik dan terarah.

Seorang da’i dapat mencari dan menyesuaikan media yang tepat untuk

dijadikan sebagai media untuk menyampaikan dakwahnya tersebut. Seorang

da’i perlu mengetahui karakteristik media agar nantinya dapat menyesuaikan

pesan dakwah yang ingin disampaikan. Semua pesan dakwah bisa

disampaikan lewat media apapun, bisa melalui lisan, tulisan maupun media

yang berbentuk audiovisual. Contoh kecil, seorang yang ingin menyampaikan

pesan agama tentang peristiwa atau kisah zaman perjuangan islam. Pesan

tersebut bisa disampaikan melalui lisan tulisan atau bahkan dengan video atau

film. Tergantung seorang penyampai pesan yang menyesuaikan.

Untuk menyampaikan pesan dakwah agar bisa diterima oleh ummat

kita bisa menggunakan berbagai media yang ada. Salah satu media yang

dapat kita jadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah

adalah film. Film sebagai media berdakwah disajikan secara audiovisual,

yaitu perpaduan antara suara dan gambar. Semua proses dakwah dikemas

sedemikian rupa dalam bentuk tayangan film. Dengan bentuk penyampaian

nilai-nilai agama oleh aktor-aktor yang ada dalam film tersebut. Melibatkan

pikiran serta perasaan mad’u yang dalam hal ini adalah penonton, sehingga

19

Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 33.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

nantinya akan melahirkan efek yang sangat kuat terhadap pendapat, sikap dan

perilaku mad’u tersebut.

Kekuatan media film sangatlah baik. Pengaruh yang dilihat maupun

yang didengar oleh penonton mempunyai efek besar terhadap perilakunya.

Hanya dengan sebuah tayangan film dapat merubah karakter pribadi hingga

kegiatan sosial di dalam masyarakat. Contoh film yang bertajuk Islam seperti

Negeri 5 Menara atau yang lainnya, jika terus menerus ditayangkan akan

berimplikasi berpengaruh pada penonton langsung. Tema-tema dan jalan

cerita akan bersifat langsung diserap oleh penonton dalam hal ini adalah

mad’u.20

Apapun yang dilihat dan didengar dalam film sangat berpengaruh

besar terhadap penonton. Perlu kita cermati bersama bahwa di dalam unsur-

unsur film juga sama menggambarkan unsur-unsur dalam dakwah. Dalam

penelitiannya Risnasari menggambarkan kesamaan antara unsur dakwah

dengan unsur film kedalam tabel berikut:21

Tabel: 1

UNSUR DAKWAH UNSUR FILM

Da’i Bintang Film

Pesan Dakwah Isi Film

Metode Dakwah Televisi dan Media lain

Materi Dakwah Dramatisasi Naskah/Skenario

20

Ibid., hlm. 37. 21

Risnasari, Studi Deskripsi Pesan Dakwah Dalam Film Sang Kiai Karya Rako Prijanto,

(Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UNISNU Jepara, 2015), hlm. 34.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

Mad’u Penonton

Dari tabel di atas dapat kita lihat persamaan antara unsur dakwah

dan unsur film yang dapat dijadikan sebagai media dalam berdakwah. Ada hal

yang perlu kita kritisi dari teori yang disebutkan tersebut, yaitu pada Da’i yang

disamakan dengan Bintang Film, metode dakwah yang disamakan dengan

televisi dan materi dakwah yang disamakan dengan dramatisasi

naskah/skenario. Setelah kita memahami betul tentang unsur-unsur dalam

dakwah maupun dalam film. Hal itu perlu kita koreksi lagi untuk memahami

tentang film sebagai media dakwah.

Pertama, da’i sama posisinya dengan seorang sutradara, seorang

sutradara inilah sebagai seorang pembuat film yang mengemas bentuk sebuah

cerita kedalam tayangan film. Sutradara yang menggerakkan seluruh elemen

dalam film, baik alur cerita, konsep hingga peran seorang aktor atau bintang

film yang memerankan isi cerita.

Kedua, metode dakwah. seperti yang telah kita bahas diatas bahwa

metode dakwah dis ini merupakan serangkaian cara dalam menyampaikan

pesan dakwah. Metode dakwah ini jika dikaitkan dengan film maka hal yang

sama adalah terletak pada proses mendramatisir naskah/skenario. Disinilah

peran sutradara yang tuntut mampu untuk mendramatisir sebuah naskah/cerita

agar cerita yang dikemas dalam film ini berkesan dalam pikiran dan hati

penonton.

Ketiga, materi dakwah. Hal pokok yang ada dalam aktifitas dakwah

adalah materi yang disampaiakan. Materi atau pesan yang diangkat dalam film

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

ini adalah sebuah naskah/skenario cerita yang isinya tentang pesan-pesan

agama. Baik pesan agama itu terdapat dalam sebuah dialog maupun simbol-

simbol yang ditampilkan dalam film tersebut. Unutk lebih jelasnya persamaan

antara unsur dakwah dan unsur film dapat kita lihat dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel: 2

UNSUR DAKWAH UNSUR FILM

Da’i Sutradara

Pesan Dakwah Isi Film

Metode Dakwah Dramatisasi

Materi Dakwah Naskah/Sekenario

Mad’u Penonton

Dengan adanya beberapa persamaan unsur antara dakwah dan film

ini membuktikan bahwa dakwah bisa dilakukan melalui media film. Selain itu

juga film mempunyai keunikan sebagai media penyampaian dakwah. Secara

psikologis, film mampu menyuguhkan secara hidup dan tampak yang dapat

berlanjut dengan animation. Film memiliki kecenderungan yang unik dalam

daya efektifnya terhadap penonton. Media film juga mampu menyuguhkan

pesan yang hidup lebih mudah diingat dan dapat dinikmati oleh semua

kalangan. Selain itu film dapat dengan mudah mempengaruhi emosi para

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

penontonnya.22

Dengan melihat tayangan dalam film ini dapat dengan mudah

membuat hati penonton tergugah.

B. SEMIOTIKA SEBAGAI ANALISA

Manusia menggunakan berbagai alat untuk menyampaikan pesan

pada objek lain. Untuk menyampaikan pesan tersebut manusia dapat

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa ini dibentuk dari

berbagai tanda, dan kajian ilmu yang mempelajari tanda ini adalah semiotika.

Semiotika pertama kali diperkanalkan oleh Henry Stubbes pada tahun 1670.

Hal itupun pertama kali digunakan dalam ilmu kedokteran untuk

menginterpretasikan tanda.23

Semiotika sangat berperan penting dalam membantu kita untuk dapat

memahami sebuah pesan. Sebuah pesan yang disampaikan dapat dipahami

maknanya melalui beberapa hal, yaitu: simbol, bahasa, dan juga perilaku

nonverbal. Beberapa tokoh menyebut semiotika dengan istilah lain, seperti:

Barthes yang mengistilahkan semiotika sebagai semiologi, Charles Sander

Pierce mengistilahkan semiotika sebagai semiosis.24

Namun, yang perlu

dipahami bahwa semiotik, semiologi maupun semiosis merujuk pada ilmu yang

sama.

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda. Suatu tanda akan memberikan arti sesuatu yang selain tanda

22

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), ed.1, cet. 1, hlm. 153. 23

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), ed. 1,

cet. 1, hlm. 345. 24

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet.5,

hlm. 15.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

itu sendiri. Dan makna yang terkandung dalam tanda merupakan sebuah

hubungan antara objek dan suatu tanda. Konsep ini mengikat seperangkat teori

yang amat luas yang berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-

bentuk nonverbal. Teori-teori yang menjelaskan hubungan antara makna dan

tanda secara umum ini merujuk pada semiotika.25

Semiotika atau penyelidikan

simbol-simbol, membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori

komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana

tanda-tanda mempresentasikan benda, ide, kedaan, situasi, perasaan, dan

kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.26

Semiotika berasal dari bahasa Yunani,

semeion yang berarti “tanda”, atau seme, yang berarti penafsiran tanda.

Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan

poetika. Charles Sander peirce mendefinisikan semiosis sebagai suatu

hubungan di antara tanda, objek dan makna.

Sebagai ahli filsafat dari abad ke-19 dan pemikir Amerika, Charles

Sander Pheirce dianggap sebagai pendiri semiotika modern.27

Peirce lahir

dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839. Ayahnya yang bernama

Benjamin adalah seorang profesor matematika di Harvard.28

Peirce

berpendapat bahwa tanda-tanda yang berkaitan dengan objek yang

menyerupainya, keberadaan objek memiliki hubungan sebab akibat dengan

tanda-tanda tersebut. Teori semiotika Peirce berangkat dari tiga elemen utama

25

Ibid., hlm. 16. 26

Stephen W. Litlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2009), ed. 9, hlm.53. 27

Morrisan, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet. 1, hlm.27. 28

Apriadi Tamburaka, Literasi media, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 61.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

yang disebut dengan pairce teori segi tiga makna (triangle meaning).29

Teori

ini terdiri dari tiga hal pokok yang saling berhubungan, yaitu: Tanda (sign),

Acuan Tanda (objek) dan Pengguna Tanda (interpretant).

Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan

objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah sebuah

tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah

tanda.30

Apabila ketiga elemen ini berinteraksi dalam benak seseorang, maka

muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna

sebuah tanda akan muncul sesuai persepsi orang yang berkomunikasi dengan

latar belakang yang berbeda-beda. Hubungan segi tiga makna Charles Sander

Peirce ini lazimnya digambarkan sebagai berikut:

Sumber: https://komunikasiana.wordpress.com.

a) Tanda (sign). Sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera yang merujuk pada hal lain diluar tanda itu sendiri.

b) Acuan tanda (objek). Yaitu konteks social yang menjadi referensi dari

tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

29

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.

266. 30

Alex Sobur, op. cit., cet. 6, hlm. 115.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

c) Pengguna tanda (interpretant). Yaitu konsep pemikiran dari orang yang

menggunakan tanda dan menurunkannya kesuatu makna tertentu atau

makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah

tanda.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semiotika mengkaji

makna yang muncul dari sebuah keadaan, ketika digunakan dalam konteks

tertentu. Metode dalam penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik ini

adalah interpretatif. Sesuai dengan paradigma kritis, analisis semiotik bersifat

kualitatif. Jenis penelitian yang memberikan peluang besar yang dibuatnya

sebuah interpretasi-interpretasi alternatif. Analisis semiotik ini menghendaki

pengamatan secara menyeluruh dari sebuah teks. Mulai dari bentuk

penyampainnya maupun istilah yang digunakan dalam teks tersebut.

Pada umumnya terdapat tiga masalah pokok yang diulas dalam

analisi semiotik. Pertama, masalah makna (the problem of meaning).

Bagaimana seseorang memaknai teks yang disampaikan dan informasi apa

yang terkandung dalam pesan tersebut. Kedua, masalah tindakan (the problem

of action) atau tentang pemahaman bagaimana memperoleh sesuatu dari

pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi (problem of koherence) yaitu

menggambarkan bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal

(logic) dan dapat dimengerti (sensible).31

Dalam penyampaian sebuah pesan pasti terdapat hal pokok yang

menjadi tujuan. Tujuan inilah disampaikan melalui berbagai simbol dalam

31

Ibid., cet. 6, hlm. 147-148.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. FILM SEBAGAI MEDIA …eprints.unisnu.ac.id/1514/5/BAB II.pdfdi tanah air yang sering disebut dengan Gambar idoep. Pada tahun 1916 pemerintah kolonial belanda

berkomunikasi. Untuk memahami simbol secara tepat dan mengetahui tujuan

yang akan disampaikan dalam simbol, dapat dianalisa melalui analisis

semiotika. Maka dari itu, hal pokok yang dikaji dalam analisis semiotika

adalah sebuah pemahaman tentang pemaknaan simbol yang disampaikan saat

berkomunikasi. Setelah muncul pemahaman maka simbol yang disampaikan

dapat dimengerti dengan tepat dan pada akhirnya dapat dijadikan sebagai

dasar dalam perubahan sikap.