bab ii landasan teori a. 1.eprints.unisnu.ac.id/1532/3/bab ii.pdf · suatu perusahaan tidak...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Istilah (Terminology)
1. Perancangan
Kata perancangan menurut ejaan bahasa Indonesia berasal dari kata kerja
merancang, yang mendapatkan awalan per- dan akhiran –an, sehingga terbentuklah
kata perancangan. Kata merancang dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
mengatur segala sesuatau terlebih dahulu, jadi dapat di simpulkan perancangan
memiliki arti merancanakan segala sesuatu terlebih dahulu. Menurut ( KBBI.web.id),
kata perancangan memiliki arti merancang, rencana, dan atau program. Rancangan
yang mencakupi dua dimensi, misalnya ilustrasi, typografi, fotografi, dan metode
melukis. Penulisan rencana yang disusun menurut tahapan tertentu untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan penulisan. Typografi rancangan untuk
memilih, menyusun, dan mengatur tata letak huruf dan jenis huruf untuk keperluan
pencetakan ataupun reproduksi. Perancang untuk orang merancang grafis, orang yang
pekerjaannya merancang ilustrasi, typografi, fotohrafi, dan metode melukis.
2. Media
Media sesungguhnya berada ditengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai
kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser (1971,
dalam Al Zastrouw, 200) manulis bahwa media, dalam hubungan dengan kekuasaan,
menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai
sarana legitimasi. Akan tetapi, pandangan Althusser tentang media itu dinggap
Antonio Gramsci (1971, dalam Al Zastrouw, 200) mengabaikan resitensi ideologis
dan kelas tersubordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci, media merupakan arena
pergualatan antar ideologi yang saling berkompetisi.
Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi
dipresentasikan. Ini berarti disatu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi
penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun, disisi lain, media
juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk
membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus
juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun
kultur dan ideologi tandingan.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak
dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti "perantara" atau
"pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak (Alex
Sobur,2012: 113).
a. Jenis Media
Jenis-jenis media dibagi menjadi:
- Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba.
Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini
sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah
untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik,
gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.
- Media Audio: media audio adalah media yang bisa didengar saja, menggunakan
indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik,
siaran radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya.
- Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar dan
dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan
penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film,
televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD. Internet termasuk dalam
bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan menyatukan semua jenis
format media, disebut Multimedia karena berbagai format ada dalam internet.
3. Promosi
a. Pengertian Promosi
Tanpa pemasaran tertentu saja jualan kita tak terbeli dan pundi-pundi uang kita
pun tak berisi. Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000):
“Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial ketika individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini, pemasaran
merupan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing
pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan melalui tahap
penciptaan, penawaran, dan pertukaran.”
Definisi di atas berdasarkan pada prinsip dasar dalam pemasran yang telah
jamak diketahui, yaitu needs (kebutuhan), product (produk, jasa, ide), demands
(permintaan), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, jaringan, pasar,
pemasar, dan prospek. Ketiga belas prinsip klasik dalam teori pemasaran diatas
menciptakan sebuah formula perencanaan promosi. Formula perencanaan promosi ini
menentukan porsi perhatian yang harus difokuskan pada masing-masing komponen.
Sebuah perencanaan promosi memiliki ruang lingkup yang cukup luas, diantaranya
pendapatan penjualan, peneriamaan pasar akan produk baru, menciptakan
keseimbangan brand, positioning, persaingan dengan kompetitor maupun
menciptakan citra perusahaan. Prinsip-prinsip pemasran diatas berfungsi sebagai alat
yang digunakan untuk mengenalkan produk kepada konsumen.
Promosi yang “apik” akan mempercepat proses pengenalan produk (brand) dan
menjaring target konsumen dalam waktu yang lebih singkat. Tentunya, setelah
direncanakan dengan baik. Promosi yang asal-asalan tanpa disertai pertimbangan
matang, sama saja dengan menggelontorkan uang ketempat sampah. Dalam
penggunaan biasa, “promosi” adalah semua yang dilakukan untuk membantu
penjualan suatu produk atau jasa disetiap tempat jaringan penjualan, mulai dari
bahan-bahan presentasi yang digunakan seorang tenaga penjualan ketika melakukan
penawaran hingga siaran niaga di televisi atau di iklan surat kabar yang mencoba
memikat pelanggan agar memperoleh kesan yang menyenangkan terhadap apa yang
diiklankan. Sebaliknya, secra teknis, “periklanan” bertanggung jawab pada ruang atau
cetaka yaitu iklan koran dan majalah, siaran niaga radio dan televisi, serta surat
penawaran langsung dan kegiatan “bersifat langsung” lain, ditambah dengan papan
reklame dan katalog.
b. Dua Katagori Promosi
1) Above the Line Promotion (ATL)
Above the Line Promotion (ATL) adalah kegiatan promosi yang menggunakan
media sebagai perantaranya, seperti media iklan, TV, radio, media massa, internet,
atau lewat media-media lainnya. Produsen/perusahaan yang beriklan menggunakan
agensi iklan untuk menempatkan promosi dan iklannya sesuai media yang dipesan.
a) Media Audio Visual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Media Audio Visual adalah
sesuatu yang bersifat dapat didengar dan dapat dilihat dengan indra penglihatan
(mata), atau dengan kata lain memvisualkan suatu konsep agar dapat dilihat dengan
indra penglihatan. Sebagai contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan
media yang sekarang menjamur, yaitu VCD serta masih banyak media lainnya.
2) Below the Line Promotion (BTL)
Below the Line Promotion (BTL) segala bentuk kegiatan promosi yang
dilakukan produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumennya. Kegiatan BTL
tidak mengunakan media perantara sehingga konsumen yang menjadi sasaran tidak
menyadari bahwa kegiatan tersebut ada bagian dari promosi. Contohnya adalah trade
promotion (promosi kepemiliki toko untuk kepentingan ekspansi distribusi),
consumer promotion (promosi langsung ke konsumen, misalkan diskon khusus atau
hadiah menarik setiap pembelian produk kelipatan), events, sponsorship, penjualan
langsung (direct selling), testimonial, atau merchandising (souvenir).
a) Brosur. Lembaran kertas cetak yang dilipat menjadi dua halaman atau lebih (Adi
Kusrianto,2007: 330). Bila literature berjumlah kelipatan empat halaman, maka
literature penjualan tersebut bisa dijilid dengan semacam penjepit yang sederhana,
sementara halaman-halaman tunggal dapat dijilid dengan cara penjilidan seperti
biasa, dimana sisi kiri dilem dan kemudian diberi cover agar lebih kuat dan indah.
b) Spanduk. Media yang sering kita temui di sepanjang jalan. Biasanya terlihat
membentang di jalan-jalan yang strategis dan dilalui banyak orang. Selain di
jalan-jalan spanduk biasanya juga dijumpai di tempat khusus yang disediakan
untuk memasang spanduk. Kadang-kadang ada juga spanduk yang sama terletak
di beberapa tempat yang berlainan untuk menarik lebih banyak audiens karena
belum tentu audiens melewati lokasi-lokasi tertentu saja. (Yudha Ardhi, 2013:
44).
c) Catalog. Adalah media promosi yang khusus menyajikan produk-produk yang
ditawarkan dalam banyak secara bersamaan. Katalog berbentuk seperti buku atau
majalah, tetapi lebih sederhana. Biasanya dipakai di supermarket, toko pakaian,
kosmetik, elektronik, dan sebagainya. Elemen visual sangat mendominasi pada
media ini. Dalam media ini ditampilkan bagaimana produk dan layanan perusahan
secara mendetail. Dalam setiap gambar juga disertakan deskripsi yang
menjelaskan gambar tersebut disertai dengan karakteristik, seperti warna, ukuran,
dan spesifikasi lainnya (Yudha Ardhi, 2013: 33).
d) Kartu Nama. Kartu nama adalah media promosi yang praktis, mudah dibuat,
simple, mudah dibawa ke mna-mana, disimpan, bahkan dikoleksi. Bahasa dalam
kartu nama pun sederhana dan langsung pada tujuannya, yaitu kontak yang
mempunyai kartu nama, baik itu nama, email, nomor telepon yang bisa
dihubungi, dan alamat. Jika mewakili suatu perusahaan biasanya kartu nama
disertakan logo perusahaaan, nuansa perusahaan biasanya terlihat dari kartu nama
dan juga jabatan (Yudha Ardhi, 2013: 23).
e) Papan Nama. Peran papan ini terlihat sebagai media promosi ketika papan ini
mampu menunjukkan tempat yang diinformasikan dengan baik. Bayangkan jika
suatu perusahaan tidak mempunyai papan nama, audiens akan kesulitan untuk
menemukan perusahaan tersebut. Selain itu media promosi ini akan semakin
diingat audiens ketika papan nama yang disajikan berbentuk unik, karena dengan
bentuk unik akan semakin efektif sebagai media promosi (Yudha Ardhi, 2013:
50).
f) X Banner. Banner adalah media promosi yang bisa diletakkan dimana saja dan
tidak memakan tempat. Banner ada beberapa, tapi secara umum dibagi dua, yaitu
x banner dan roll banner. X banner yang mempunyai tiang peyangga berbentuk
berbentuk X dibelakangnya. X banner tersedia dalam berbagai ukuran antara lain
60x160cm, 80x180cm, dan 80x200cm. selain itu ada juga yang berukuran
25x40cm yang dapat diletakkan diatas meja (Yudha Ardhi, 2013: 58).
g) Web Banner. Web Banner atau biasa disebut banner website adalah media
promosi yang berupa iklan yang dipakai di jaringan internet. Media ini biasanya
digunakan untuk menarik audiens untuk mengunjungi suatu website. Media ini
biasa terlihat di suatu website dan menjadi bagian darinya untuk mempromosikan
website lainnya. Media ini ada berbagai macam bentuk dan ukuran dari kecil,
melebar, memanjang, dan melingtang. Biasanya web banner menggunakan format
gambar JGP, GIF, PNG, skrip java, dan objek multimedia lainnya. Untuk
beberapa media bahkan disertai suara dan animasi agar menarik. Dari segi ukuran,
spanduk website ini juga relative lebih kecil sesuai dengan besarnya halaman
website. Dengan spanduk ini, audiens diharapkan langsung menuju website
tertentu yang dipromosikan melalui media ini (Yudha Ardhi,2013: 65).
h) Sign System. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sign system
(system tanda) merupakan suatu perangkat yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk totalitas yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
sebagainya yang menjadi alamat atau menyatakan sesuatu dari kejauhan berupa
pengenal, lambang dan atau petunjuk. Oleh karena itu, Sign system harus mudah
dipahami, memiliki tingkat keterbacaan tinggi, tidak ambigu atau mengandung
makna ganda, penempatannya harus benar dan sesuai, serta memiliki jangka
panjang.
i) Poster. Poster merupakan media luar ruang yang sering digunakan dan mudah
dikenali dimana dan kapan saja. Kepopuleran poster sebagai media promosi
banyak dijumpai pada papan pengumuman, di pinggir-pinggir jalan, maupun
tempat-tempat umu lainnya. Poster ini memiliki karakteristik media yang
informative, tidak diatur untuk dipindah-pindahkan, dapat dibaca berulang-ulang,
mampu menjangkau audiens yang banyak, dan atraktif. Media ini informative
karena di dalam poster ini biasanya memuat informasi yang cukup lengkap dan
jelas baik siapa, kapan, dan dimana (Yudha Ardhi,2013: 39-41).
j) Merchandise. Media promosi Merchandise mempunyaiu bentuk dan ragam yang
banyak. Pada media ini biasanya tertera logo dan menggunakan warna-warna
yang mencerminkan suatu perusahaan atau produk. Media ini biasanya dibagikan
kepada audiens secara gratis, umur dari media ini juga relative panjang karena
dapat digunakan maupun disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kelebihannya
terletak pada keunikan yang dimiliki, baik desain warna dan bentuk serta
ketahanannya dalam jangka waktu yang lama. Karena media ini membawa citra
perusahaan, tidak jarang media ini menggunakan bentuk-bentuk yang unik dan
lucu untuk menarik audiens. Sedangkan kekurangannya adalah proses
pembuatannya. Tidak banyak tempat untuk membuat merchandise, bahkan biaya
yang diperlukan untuk memproduksi media ini juga tidak murah, karena
pembuatan media ini sering kali harus dalam jumlah minimal tertentu (Yudha
Ardhi,2013: 74).
k) Logo. logo dibuat sebagai merek dagang atau symbol perusahaan, melainkan
harus mampu merepresentasikan koporasi dan mampu memberikan kepercayaan
(trust) dalam tempo sesingkat mungkin. Logo harus mudah diinngat,
mengesankan, berciri khas, dan tidak terlalu rumit. Istilah logo merupakan
sebutan secara umum. Jika dilihat lebih spesifik , logo bisa berupa huruf dan
gambar. Logo yang berupa huruf disebut logotype dan logo yang berwujud
gambar disebut logogram. Logo yang memuat rangkaian huruf dan gambar tidak
memiliki sebutan khusus. Secara lazim, ketiga jenis symbol tersebut disebut logo
(Yudha Ardhi,2013: 101).
Kegiatan ATL menjangkau kelompok sasar yang luas dan sebaliknya, kegiatan
BTL mempunyai ruang llingkup audience yang lebih terbatas. Pemilihan media yang
akan digunakan sebagai sarana promosi tentunya harus disesuaikan dengan badget
dan sasaran target pemasaran. Sebab, tiap-tiap media memiliki karakteristik berbeda
baik dalam hal kekuatan „menjual‟ maupun harga sebuah pemasaran.
a. Tujuan Periklanan
Penetapan tujuan iklan harus berdasarakan keputusan-keputusan sebenarnya
mengenai sasaran pasar, penentuan posisi pasar, dan bauran pemasaran. Setelah
sasaran pasar, strategi penentuan posisi, dan batuan pemasaran jelas, baru ditetapkan
tujuan periklanan. Tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya, yakni
memberi informasi, persuasi, mengingatkan para pembeli, menambah nilai, dan
membantu aktivitas lain perusahaan.
1) Iklan Informatif, bertujuan membentuk permintaan pertama dengan
memberitahukan kepada pasar tentang produk baru, mengusulkan kegunaan
suatu produk baru, memberitahukan tentang perubahan harga, menjelaskan cara
kerja suatu produk, menjelaskan pelayanan yang tersedia, mengoreksi kesan
yang salah, mengurangi kecemasan pembeli, dan membangun citra perusahaan.
2) Iklan Persuasi, bertujuan membentuk permintaan selektif suatu merek tertentu.
Ini dilakukan pada tahap kompetitif dengan membentuk preferensi merek,
mendorong ahli merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk,
membujuk pembeli untuk membeli sekarang, dan membujuk pembeli menerima
kunjungan penjualan.
3) Iklan Pengingat, bertujuan mengingatkan konsumen pada produk yang sudah
mapan dengan menunjukkan bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan
kemudian, mengingat dimana produk dapat dibeli, membuat pembeli tetap ingat
produk itu walau tidak sedang musim, dan mempertahakan kesadaran puncak.
4) Iklan Penambah Nilai, bertujuan menambah nilai merek pada persepsi
konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas, dan penguatan
persepsi konsumen. Iklan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih
elegan, lebih bergaya, lebih prestisius, dan mungkin super dalam persaingan.
5) Iklan Bantuan Aktivitas Lain, bertujuan membantu memfasilitasi usaha lain
perusahaan dalam proses komunikasipemasaran, misalnya iklan yang
membantu pelepasan promosi penjualan (kupon), membantu wiraniaga
(perkenalan produk), menyempurnakan hasil komunikasi pemasaran yang lain.
b. Gaya dalam Mengeksekusi Pesan
Dalam pelaksanaan penyampaian pesan, ada empat hal yang perlu diperhatikan
oleh tim kreatif, yaitu gaya, nada, kata, dan format.
1) Potongan kehidupan (slice of live), menunjukan satu atau beberapa orang yang
menggunakan produk tersebut dalam keadaan normal.
2) Gaya hidup (live style), menekankan bagaimana suatu produk sesuai dengan
sesuatu gaya hidup.
3) Fantasi (fantasy), menciptakan fantasi disekitar produk tersebut atau
penggunanya.
4) Suasana atau citra (mood or image), membangkitakan suasana atau citra
disekitar produk tersebut, seperti kecantikan, cinta, atau ketenangan. Tidak ada
pengakuan atas produk tersebut kecuali sugesti.
5) Musik (musical), menggunakan latar belakang musik atau menunjukkan satu
atau beberapa orang atau tokoh kartun menyanyikan suatu lagu tentang produk
tersebut.
6) Simbol kepribadian (personality symbol), menciptakan suatu karakter yang
menjadi personifikasi produk tersebut. Karakter tersbut mungkin animasi.
7) Keahlian teknis (technical expertise), menunjukkan keahlian, pengalaman, dan
kebanggaan, perusahaan dalam membuat produk tersebut.
8) Bukti ilmiah (scientific evidence), menyajikan bukti survey atau ilmiah bahwa
merek tersebut lebih disukai atau mengungguli merek lain. Gaya ini umum
dalam kategori obat bebas.
9) Bukti kesaksian (testimonial evidence), menampilkan seorang sumber yang
sangat terpercaya atau ahki mendukung produk tersebut.
10) Menjual langsung (straight sell), tertuju langsung pada informasi produk.
11) Demonstrsi, dirancang untuk mengilustrasikan keunggulan kunci suatu produk.
12) Perbandingan, merupakan cara langsung yang menunjukkan keunggulan merek
terhadap pesaing atau posusi merek terkenal atau merek baru atau merek
pemimpin industri.
13) Animasi, merupakan teknik, cerita animasi yang digambarkan oleh artis.
Dramatisasi menekankan pada kisah sebuah cerita pendek dengan produk
sebagai bintangnya.
14) Humor, sering mudah dikenal dan mudah diingat ari suatu pesan iklan.
15) Kombinasi, benyak teknik eksekusi pesan dalam iklan yang merupakan
kombinasi dari teknik-teknik lain.
4. Tinjauan Desain Komunikasi Visual
a. Pengertian Desain Komunikasi Visual
Menurut definisninya, Desain Komunikasi Visual adalah suatu disiplin ilmu
yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif
melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual
dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan
huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan
dimikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran
penerima (Adi Kusrianto,2009: 2).
Desain Komunikasi Visual merupakan salah satu cabang Seni Rupa dan Seni
Grafis. Namun, ada perbedaan yang cukup jelas antara Seni Rupa murni dengan
Desain Komunikasi Visual. Konsep umum Seni Rupa murni adalah satu ekspresi seni
dari seorang perupa (secara subjektif) yang ingin disalurkan kepada penikmat
karyanya melalui kesamaan pandang maupun cita rasa, sedangkan Desain
Komunikasi Visual adalah sebuah bidang studi yang mendasarkan pada tiga konsep
utama (main conceptual) yaitu:
- Konsep berkomunikasi
- Melalui ungkapan kreatif
- Melalui berbagai media
Tujuan akhir dari konsep utama itu adalah justru “berkomunikasi”. Kedua
konsep berikutnya merupakan pendukung terjadinya komunikasi atau
tersampaikannya pesan. Jadi, jelaslah jika Desain Komunikasi Visual justru berlaku
sebaliknya, tidak boleh bersifat subjektif.
b. Pengertian Komunikasi
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksut dapat dipahami, hubungan, kontak. Komunikasi adalah suatu
proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan
masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak (Wikipedia Bahasa Indonesia).
1) Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:
- Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain.
- Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
- Saluran (channel) adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan.
dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang
mengalirkan getaran nada/suara.
- Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain
- Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan
yang disampaikannya.
- Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi
itu akan dijalankan ("Protokol").
2) Macam-macam Komunikasi
a) Komunikasi Verbal atau Lisan
Pada jenis komunikasi ini dipergunakan pengucapan maupun bunyi-bunyi serta
telinga (pendengaran) sebagai sensasi dengar.
- Bahasa Lisan, contohnya: Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, Bahasa Prokem,
Bahasa Gaul, dsb. Penggunaan bahasa yang tepat sangat penting berkaitan
dengan dunia periklanan, misalnya iklan dengan sasaran kaum remaja yang
tentunya menggunakan ungkapan-ungkapan yang dpat diterima oleh mereka.
- Auditory/Voice, komunikasi menyangkut bunyi-bunyian atau suara dan
sebagainya, contoh: dalam musik kita mengenal musik dukacita yang
membawakan “pesan” suasana duka, musik pernikahan membawakan “pesa”
khitmatnya suatu uoacara pernikahan yang dianggap sakral,dll.
b) Komunikasi Non Verbal yang Merujuk Pada Tulisan
Contohnya: surat, majalah, koran, dst. Komunikaso non verbal merupakan
bagian dari komunikasi visual.
c. Pengertian Komunikasi Visual
Komunikasi ini mempergunakan mata sebagai alat penglihatan. Komunikasi visual
adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual
(yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah segala sesuatu yang
doat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan (Adi
Kusrianto, 2009: 10)
1) Unsur-unsur Visual
Untuk mewujudkan suatu tampilan visual, ada beberapa unsur diperlukan:
a. Titik, salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi
memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung
ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan
kepadatan tertentu.
b. Garis, unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu
objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi
batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah
serta dimensi memanjang.
c. Bidang, unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar.ditinjau dari
bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri atau
beraturan dan bidang non geometri alias tidak beraturan.
d. Ruang, dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembangian bidang atau jarak
antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada
perwujudan tiga dimensi, sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang
nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya
tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.
e. Warna, unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung
keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh
mata lebih ditentukan oleh gelombang cahaya.
f. Tekstur, besar nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi
menjadi tekstur kasar dan halus, dengan kesan pantul mengkilat dan kusam.
2) Prinsip Komposisi
Komposisi adalah pengorganisasian unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya
desain grafis secara harmonis antara bagian dengan bagian, maupun antara bagian
dengan keseluruhan. Komposisi yang harmonis dapat diperoleh dengan mengikuti
kaidah atau prinsip-prinsip komposisi yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama,
kontras, fokus, serta proporsi.
a. Kesatuan, salah satu prinsip yang menekankan pada keselarana dari unsur-
unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupun kaitannya dengan ide yang
melandasinya. Kesatuan diperlukan dalam suatu karya desain grafis yang
mungkin terjadi dari berbagai elemen di dalamnya. Dengn adanya kesatuan
itulah, elemen-elemen yang ada saling mendukung sehingga diperoleh fokus
yang dituju. Secara elementer, ada beberapa cara untuk mencapai kesatuan.
b. Keseimbangan, merupakan prinsip dari komposisi yang menghindari kesan
berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa.
c. Irama, penyusunan unsur-unsur dengan mengikuti suatu pola penataan tertentu
secara teratur agar didapatkan kesan yang menarik. Penataannya dapat
dilaksanakan dengan mengadakan pengulangan maupun pergantian secara
teratur.
d. Kontras, suatu komposisi yang diperlukan sebagai vitalitas agar tidak terkesan
monoton. Tentu saja, kontras ditampilkan secukupnya saja karena terlalu
berlebihan, akan muncul ketidak teraturan dan kontradiksi yang jauh dari kesan
harmonis.
e. Fokus, pusat perhatian yang diperlukan dalam suatu komposisi untuk
menunjukkan bagian yang dianggap penting dan diharapkan menjadi perhatian
utama. Penjagaan keharmonisan dalam membuat suatu fokus dilakukan dengan
menjadikan segala sesuatu yang berada disekitar fokus mendukung fokus yang
telah ditentukan.
f. Proporsi, perbandingan ukuran antara bagian dengan bagian dan anatara bagian
dengan keseluruhan. Prinsip komposisi tersebut menekankan pada ukuran dari
suatu unsur yang akan disusun dan sejauh mana ukuran itu menunjang
keharmonisan tampilan suatu desain.
5. Teori Desain Komunikasi Visual
Keberadaan desain komunikasi visual sangat lekat dengan kehidupan kita
sehari-hari. Ia tak bisa lepas dari sejarah manusia. Karena ia merupakan salah satu
usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Desain komunikasi visual sangat
akrab dengan kehidupan manusia. Sebagaimana disebukan diatas, ia merupakan
representasi social budaya masyarakat, dan salah satu manifestasi kebudayaan yang
berwujud produk dari nilai-nilai yang berlaku pada waktu tertentu. Ia merupakan
hasil budaya yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan
sisa bentuk, warna, dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebagai benda asing yang
terlepas dari diri manusia yang mengamatinya.
Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi
dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi
visual dengan mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi),
huruf, dan tipografi, warna, komposisi, dan lay-out. Semua itu dilakukan guna
menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada target
sasaran yang dituju (Sumbo Tinarbuko, 2009).
B. Tinjauan Khusus
1) Tinjauan Keramik Secara Umum
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu
bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran (Wikipedia,
Ensiklopedia Bebas). Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan
keramik sebagai suatu hasil seni dn teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini
tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi dari pengertian keramik terbaru
mencakup semua bahan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Di Indoneisa, keramik sudah dikenal sejak zaman Neolitikum, diperkirakan
rentang waktunya mulai dari 2500 SM sampai dengan 1000 SM. Peninggalan zaman
ini diperkirakan banyak dipengaruhi oleh para imigran dan Asia Tanggara berupa:
pengetahuan tentang kelautan, pertanian, dan peternakan. Alat-alat berupa gerabah
dan alat pembuata pakaian dari kulit kayu. Kebutuhan manusia dalam kehidupan
sehari-hari selalu mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman. Awalnya
manusia membuat alat bantu untuk kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat kapak
dari batu. Seperti yang ditemukan di Sumatra pecahan-pecahan periuk belanga di
Bukit Kulit Kerang.
Meskipun pecahan tembikan tersebut kecil dan berkeping-keping, namun
setelah terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik
pembuatannya dilakukan dengan menggunakan tangan, dan untuk memadatkan serta
menghaluskan digunakan benda keras seperti papan. Cara menghias dilakukan
dengan menekan sebuah kayu berukir, atau dengan menekan tali, anyaman bamboo,
duri ikan, dan sebagainya, pada permukaan keramik yang masih mentah setelah
selesai pembuatannya. Cara seperti ini paling banyak dilakukan oleh perajin
tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air.
Di pantai selatan Jawa tepatnya di antara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan
pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil tenun
yang dibuat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumbo) ditemukan periuk belangan yang
berisikan tulang-tulang manusia. Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga
ditemukan di daerah Banyuwangi, Kepala Dua-Bogor, Kelumpang, serta Minanga di
Sulawesi, Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis
di sekitar Candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto. Termasuk juga peninggalan
zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak ditemukan bata-bata dan genteng dari
tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan, namun juga benda-benda seperti
celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan di situs Batujaya, di Karawang
Jawa Barat. Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari terracotta. Sesuai penandaan
maka tembikar-tembikar ini ada pada abad ke-3 atau 4 M. Gambar tembikar juga
terdapat pada relief hiasan bangunan, dan patung-patung. Ini memberikan indikasi
bahwa tradisi pembuatan keramik dengan teknologi sederhana telah lama
berlangsung.
Artefak lainnya digambarkan pada relief Candi Borobudur yang menunjukkan
motif wanita yang sedang mengambil air dari kolam dengan periuk bulat dan kendi
serta memasak dengan kuali. Sedangkan relief Candi Prambanan dan Candi Penataran
(Blitar) melukiskan jambangan bunga dengan hiasan suluran dan bunga-bungaan.
Peninggalan ini juga menggambarkan akan adanya kegiatan pembuatan keramik
rakyat di pedesaaan dan banayak hubungannya dengan penemuan kebutuhan akan
wadah. Keramik rakyat ini dari zaman ke zaman berkembang secara evolusioner.
Demikian pula dengan bentuk, teknik pengolahan maupun pembakarannya,
pembakaran dilakukan hanya dengan bentuk, teknik pengolahan maupun
pembakarannya, pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun atau
ranting-ranting pohon yang telah kering.
Mereka lebih banyak memikirkan peralatan yang ada hubungannya dengan
rumah tangga. Untuk keperluan tersebut dibuatlah benda gerabah dari tanah liat untuk
kemudian dibentuk dan setelah kering dibakar dengan pembakaran sederhana.
Penemuan keramik merangsang kreatifitas menusia untuk menciptakan berbagai
macam benda keramik yang di buat dari bahan tersebut. Pada perkembangan
selanjutnya berbagai faktor turut menentukan kemajuan keramik diberbagai daerah.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kemajuan keramik, mulai dari faktor keperluan
hidup, persediaan bahan baku, sampai dengan kemajuan teknik pembakaran.
Dari faktor tersebut, faktor kebutuhan atau keperluan hidup merupakan
pengaruh yang dominan. Secara pasti sangatlah sulit untuk menentukan daerah mana
yang merupakan pusat perkembangan keramik di Indonesia mulanya. Dari segi teknik
pembuatannya, benda-benda keramik oleh ahli sejarah disebut Paddle and Anvil
Technique atau tahap batu, suatu teknik pembuatan keramik tradisional yang saat ini
masih dipergunakan di daerah-daerah Indonesia. Melihat hasil karya keramik dari
beberapa daerah di Indonesia sangat menarik karena terasa ada suatu karakteristik
yang sangat khas dan menjiwai benda keramik tersebut. Sementara masyarakat saat
itu tetap melakukan aktivitas membuat gerabah tradisional untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
2) Tinjauan Keramik Mayong
Indonesia dikenal sebagai negara dengan seribu budaya, oleh karena itu muncul
bermacam-macam produk hasil kebudayaan tersebut. Salah satu adalah keramik yang
merupakan produk kebudayaan yang bisa dikatakan paling tua, terbukti
ditemukannya berbagai macam faktor para pelaku usaha untuk membuat berbagai
macam produk keramik di daerah mereka masing-masing sesuai dengan kekhasan
yang dimiliki. Pada mulanya diawali dengan industri rumahan seperti di Singkawang
(Kalimantan Barat), Plered (Jawa Barat), Dinoyo (Malang), Klampok (Bnjarnegara),
Bali, Tegowanuh (Temanggung), Mayong (Jepara, Jawa Tengan), Kayuangung
(Palembang), dan lain di daerah lainnya.
Daerah Jepara memiliki Keramik Mayong yang sangat tersohor akan
kekhasannya pada motif ukir yang diterapkan pada bidang keramik. Namun dulunya
masyarakat Mayong sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dengan
ditunjang keahlian membuat benda-benda keramik dari tanah liat yang diperoleh
secara turun-temurun sebagai pengisi waktu luang disela-sela bertani. Seiring dengan
perkembangan zaman masyarakat ini dengan cepat menerima perubahan-perubahan
yang ada ada anggapan tidak mau tertinggal dengan para tetangga disekitarnya,
keahlian tersebut kemudian dimanfaatkan sebagian besar penduduk desa sebagai mata
pencaharian utama, terlebih setelah Mayong dijadikan sebagai sentra industri
kerajinan keramik di Kabupaten Jepara oleh Departemen Perindustrian.
Perkembangan industri kerajinan keramik Mayong terus mengalami kemajuan,
baik kualitas maupun kuantitasnya. Kehadiran industri kerajinan keramik ini berperan
dalam peningkatan kehidupan social ekonomi masyarakat Mayong khususnya Desa
Mayong Lor Dukuh Bendoangen. Adanya industri kerajinan keramik mampu
menyerap tenaga kerja yang berasal dari desa setempat maupun luar desa. Masyarakat
yang sebelumnya meyoritas bekerja sebagai petani, mulai beralih ke usaha kerajinan
baik itu sebagai pengusaha maupun pengrajin. Hal inilah yang menyebabkan
berubahnya pola perilaku masyarakat. Pola perilaku masyarakat di desa Mayong
mengikuti gaya hidup yang sedang berkembang seperti dikota-kota meskipun masih
dibayangi oleh nilai-nilai dan tatanan kehidupan lama. Hal ini dapat dilihat bahwa
dalam kehidupannya, masyarakat Mayong masih menjalankan ritual slametan untuk
peristiwa-peristiwa tertentu.
Gambar
1. Tugu
selamat
datang di
sentral
industri
genteng
dan keramik
Mayong
(Sumber: Google.com)
Semua itu disebabkan orang jawa mempunyai ritual untuk mempertahankan,
melanjutkan, atau memperbaiki tatanan kehidupan yaitu dengan mengadakan
slametan. Tujuan slametan ini menurut Koentjaningrat (Mulder, 1985:28) adalah
untuk mencapai keadaan slamet yaitu suatu keadaan dimana peristiwa-peristiwa akan
bergerak mengikuti jalan yang telah ditetapkan dengan lancar dan tidak akan terjadi
kemalangan-kemalangan kepada sembarang orang. Selain itu, dari industri kerajinan
ini juga membuka peluang kerja baru untuk orang atau lembaga yang bisa
bekerjasama sebagai penyedia bahan baku, penyedia bahan bakar, dan jasa
transportasi. Perkembangan dan kemajuan industri kerajinan keramik di Mayong
secara tidak langsung juga berperan terhadap peningkatan sarana transportasi dan
komunikasi di wilayah ini. Masyarakat Mayong tidak hanya memperoleh keuntungan
secara ekonomis dari industri kerajinan keramik, akan tetapi juga sebagai wujud
melestarikan seni dan mengembangkan budaya mereka.
Di sisi lain kelestarian alam perlu diperhatikan, mengingat dapat mengancam
ekosistem hidup bagi generasi penerus mereka, maksutnya disini karena memang
bahan baku dari pembuatan keramik adalah tanah liat yang dibeli dari agen tertentu
itu akan mengurangi jumlah kuantitas tanah yang ada dialam ini ketika diambil secara
terus menerus. Di samping itu debu yang dihasilkan bertambah dua kali lipat
dibandingkan dengan daerah yang bukan penghasil keramik. Rumah-rumah
masyarakat sering kotor meskipun sudah dibersihkan. Ditambah juga asap yang
dihasilkan dari proses pembakaran keramik tersebut sering mengganggu pernafasan.
Meskipun demikian, hal itu tak dapat dipungkiri oleh masyarakat Mayong bahwa
itulah dampak negatif dari adanya industri ini. Tetapi meskipun demikian rasanya
mata pencaharian ini tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat.
3) Tinjauan Keramik Kasturi
Pada abad 14 Desa Mayong Lor yang berhubungan dengan cikal bakal Desa
Kanjeng Ibu Mas Semangkin “Nggulu Wentah” atau memberikan wejangan yang
berbentuk diantaranya pertanian, memberikan syi‟ar agama, bela diri, ketrampilan,
dan lain-lain. Diantara ketrampilan tersebut adalah memberikan wejangan
ketrampilan berupa Kerajinan Genteng, Kerajinan Gerabah, juga Kerajinan Gentong.
Bisa diperjelas lagi salah satu Kerajinan Gerabah pada saat itu yang diproduksi ialah
kendi, celengan, mainan anak-anak, dan sebagianya.
Seiring perjalanan waktu, tahun 1979 pemerintah terkait mengadakan sosialisasi
yang berbentuk pengembangan mutu juga kualitas dari produk yang dihasilkan dari
Kerajinan Gerabah tadi baik dari daerah hingga provinsi. Mulai saat itulah Desa
Mayong baru dikenal dengan penghasilan produk Kerajinan dengan mutu dan
kualitas tersebut. Sehingga Desa Mayong ada sedikit perkembangan untuk mencapai
nilai tambah dalam bidang perekonomian. Berjalannya waktu jua, pada tahun 1985,
pemerintah daerah mengajak kembali masyarakat Desa Mayong untuk
mengembangkan usaha dibidang pemasaran produk kerajinan lewat adanya event-
event atau pameran-pameran.
Gambar 2. Foto galeri keramik Kasturi (depan rumah)
(Sumber: Keramik Kasturi)
Ditahun 1988, muncullah inisiatif dari sebuah Perguruan Tinggi IKIP Semarang
yang pada saat itu Balai Besar Keramik Bandung, turut serta mengembangkan desain
dan kualitas produk kerajinan dari tanah liat ini, yang mana pada waktu itu setiap satu
desa diambil atau ditunjuk sekitar 30 peserta untyuk mengikuti pelatihan tersebut dan
salah satu pesertanya adalah Kasturi. Sepulang dari pelatihan itu, muncullah Keramik
Kasturi ini yang didirikan oleh Kasturi sendiri dari Desa Mayong Dukuh
Bendoangen. Dari kegiatan pelatihan tadi maka Kasturi sebagai pencetus pertama
Kerajinan Keramik oleh masyarakat Desa Mayong, sehingga dalam perjalanannya
dari waktu ke waktu, mutu juga kualitas desain semakin meningkat karena di Kota
Jepara merupakan ajang bisnis oleh Bule atau warga asing dibidang Kerajinan
Ukirnya. Maka dari situlah Desa Mayong terangkat kembali, dan pada tahun 1990
masyarakat Desa Mayong khususnya Keramik Kasturi mendapat kerjasama dengan
Rotterdam hingga tahun 1992.
Kemudian tahun 1992 sampai dengan tahun 1995 Holland datang untuk ikut
bergabung melakukan kerjasama dengan Keramik Kasturi, beriringan waktu yang
terus berjalan, ditahun 1995 hingga 1998 Keramik Kasturi beralih bekerjasama
dengan Austria. Disusul tahun 1998 sampai dengan tahun 2003 melakukan kerjasama
dengan Australia, karena pada dasarnya sebuah bisnis adalah naik turunnya pasar
ditambah dengan persaingan antar perusahaan membuat Keramik Kasturi harus
mampu menyeimbangkan usahannya dibidang Kerajinan Keramik, lalu diawal tahun
2003 hingga 2005 melakukan kerjasama dengan Korea, dan akhirnya Australia
datang kembali untuk melakukan kerjasama dengan Keramik Kasturi. Namun,
sesudah itu Korea pun data untuk menjalin sebuah kerjasama yang saling
mendongkrak peusahaan satu sama lain yang terjalin dari tahun 2007 sampai 2009.
Dengan perjalanan panjang itu, Keramik Kasturi membuat pengembangan-
pengembangan dengan masyarakat Desa Mayong melalui pesanan yang datang dari
berbagai kota untuk memproduksi sebuah Keramik atau Gerabah, pesanan-pesanan
tersebut diantanya tidak lepas dari Vas Bunga, Pot Bunga, Poci, Gentong,
Jambangan, serta berbagai macam ornamen untuk Hiasan Dinding. Dengan
penghasilan produk keramik itulah masyarakat Desa Mayong mampu bertahan
terhadap perekonomian yang krisi pada saatb itu terlebih dengan semakin naiknya
BBM, akan tetapi Keramik Kasturi masih mampu untuk bertahan dan mengajak
masyarakat Desa Mayong bertahan dalam keadaan tersebut hingga saat ini (Kasturi,
28 November 2016).
a) Keragaman Keramik Kasturi
Kerajinan keramik adalah karya kerajinan yang menggunakan bahan baku dari
tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan
glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah.
Contohnya: gerabah, vas bunga, guci, piring. Indonesia memiliki aneka ragam
kerajinan keramik dari berbagai daerah yang memiliki ciri khas pada keunikan
bentuk, teknik hingga ragam hias yang ditampilkan. Kekayaan hayati di Indonesia
telah menginspirasi keindahan dan keunikan bentuk kerajinan keramik menjadi
keramik Nusantara yang memiliki karakteristik tersendiri dan berbeda dengan
keramik Cina, Jepang, dan negara lainnya. Terlebih untuk Keramik Kasturi sendiri
memiliki banyak ragam kerajinan keramik, tidak hanya vas bunga, ataupun guci,
melainkan hingga pot bunga, poci, tempat pensil, hiasan dinding berupa patung
asmat, ornament untuk hiasan rumah, dan ada juga produk kerajinan keramik berupa
wuwungan yang sering digunakan sebagai kubah pada masjid ataupung mushola.
b) Kreatifitas Keramik Kasturi
Minat konsumen yang semakin kuat, mendorong krativitas Kasturi untuk lebih
berkembang dengan kepekaan terhadap keperluan konsumen. Perajin (Kasturi) mulai
membuat produk untuk hiasan rumah seperti ornamen, dan hiasan dinding seperti
patung asmat yang saat ini tengah digandrungi konsumen sebab memiliki nilai seni
keindahan yang sangat tinggi. Kreativitas muncul dari perajin sebagai killing time
setelah pekerjaan utama terpenuhi, karena untuk membuat produk kerajinan keramik
dengan inovatif baru tersebut membutuhkan kreativitas yang tak kadang
membutuhkan banyak waktu, dan percobaan. Maka, hal tersebut bisa dilakukan
setelah pekerjaan utama selesai, barulah melanjutkan kegiatan untuk berkreasi dengan
kreativtas yang nantinya akan memunculkan produk-produk dengan inovasi terbaru.
Hal tersebut selalu dilakukan oleh Kasturi untuk pengembangan produk keramiknya
sehingga selalu ada pembaharuan produk dan konsumen tidak merasa jenuh dengan
produk-produk yang disuguhkan.
c) Fungsi
Fungsi produk kerajinan keramik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi karya
kerajinan sebagai benda pakai, produk kerajinan keramik yang dipakai diantaranya
seperti Basi (tempat sayur), asbak, paso, dan lain sebagainya, dan fungsi karya
kerajinan sebagai benda hias, seperti patung asmat, sumbing gapura, ornamen unruk
hiasan rumah, serta masih banyak lagi yang diproduksi oleh Keramik Kasturi.
1) Produk Kerajinan Keramik sebagai Benda Pakai
Produk kerajinan kaeramik sebagai benda pakai meliputi segala bentuk
kerajinan yang digunakan sebagai alat, wadah, atau dikenakan sebagai pelengkap
busana. Sebagai benda pakai, produk kerajinan yang diciptakan mengutamakan
fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Gambar 3. Foto produk basi keramik Kasturi
(Sumber: Keramik Kasturi)
Gambar 4. Foto produk kendi keramik Kasturi
(Sumber: Keramik Kasturi)
2) Produk Kerajinan Keramik sebagai Benda Hias
Karya kerajinan keramik sebagai benda hias meliputi segala bentuk kerajinan
yang dibuat dengan tujuan untuk dipajang atau digunakan sebagai hiasan atau elemen
estetis. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan.
Unsur Estetika sering dikenal dengan istilah keindahan. Keindahan adalah nilai-
nilai estetis yang menyertai sebuah karya seni. Keindahan juga diartikan sebagai
pengalaman estetis yang diperoleh ketika seseorang mencerap objek seni atau dapat
pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Nilai-nilai
keindahan (estetik) atau keunikan karya seni memiliki prinsip: kesatuan (unity),
keselarasan (harmoni), keseimbangan (balance), dan kontras (contrast) sehingga
menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, ataupun rasa senang.
Gambar 5. Foto ornamen keramik Kasturi untuk hiasan dinding
(Sumber: Keramik Kasturi)
Gambar 6. Foto produk wuwungan keramik Kasturi untuk hiasan atap rumah
(Sumber: Keramik Kasturi)
d) Teknik Pembuatan Keramik
1) Teknik Pijit Tekan. Teknik pijit tekan (pinch) adalah teknik pembentukan
badan keramik secara manual. Caranya tanah liat dipijit tekan dari bentuk bola
menjadi bentuk yang diinginkan dengan menggunakan jari-jari tangan.
2) Teknik Pilin. Teknik pilin (coil) adalah teknik pembentukan badan keramik
secara manual caranya tanah liat digulung hingga terbentuk pilinan tanah.
3) Teknik slab (lempengan), cara pembentukan dengan tangan langsung seperti
coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik
tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan.
Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau
para penggemar keramik. Teknik lempengan (slab) adalah teknik pembentukan
badan keramik secara manual dengan membentuk lempengan menggunakan rol.
Lempengan digunakan untuk membuat karya keramik yang berbentuk persegi
atau silinder.
4) Teknik putar, teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan
banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan
dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara
keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar
tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di
atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong,
guci dll.
5) Teknik cetak, teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang
dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan
ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips,
seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan
untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan
produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas
dll.